• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL Pentingnya Pemb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL Pentingnya Pemb"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL

“Pentingnya Pembinaan Psikologi Sosial Sejak Dini”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosial

Anggota Kelompok:

Firas Fathin Riyandika (1505287)

Ilham Fajar Ramadhan (1500590)

Nadya Isnaeni (1507197)

Shafina Aryanti Wulansari (1502007)

Tiara Risanti Zulfa L (1500764)

Manajemen Resort dan Leisure

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah psikologi sosial ini.

Makalah ini terdiri dari 4 Bab. Bab 1 mengenai Pendahuluan, Bab 2 Tinjauan Pustaka, Bab 3 mengenai Pembahasan dan Bab 4 Penutup. Makalah ini telah kami susun sesuai sistematika penulisan makalah yang benar, tapi terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah psikologi sosial ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah psikologi sosial ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB I PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan... 4

1.4 Manfaat... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis...5

1.4.2 Manfaat Praktis...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Konsep Mengenai Psikologi...5

2.1.1 Pengertian Psikologi...5

2.1.2 Sejarah Psikologi...6

2.1.3 Psikologi Sebagai Ilmu...7

2.1.4 Hubungan Psikologi Dengan Ilmu Yang Lain...8

2.2 Konsep Mengenai Psikologi Sosial...11

2.2.1 Pengertian Psikologi Sosial Menurut Para Ahli...11

2.2.2 Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial...12

2.2.3 Faktor Yang Melatarbelakangi Psikologi Sosial...13

2.2.4 Batasan dan Ruang Lingkup Psikologi Sosial...14

2.2.5 Gejala Psikologi Sosial...15

2.2.6 Teori-teori Psikologi Sosial...15

BAB III PEMBAHASAN...18

3.1 Kronologis Kejadian...18

3.2 Alasan Yang Melatarbelakangi Kasus Kejahatan Dibawah Umur...19

3.2 Alasan Pentingnya Pembinaan Psikologi Sosial Sejak Dini...21

BAB IV PENUTUP... 21

4.1 Kesimpulan... 21

4.2 Saran... 21

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu psikologi tak pernah bisa lepas dari kehidupan manusia. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kita tidak bisa lepas dari masalah kejiwaan. Kejiwaan seseorang mempengaruhi cara seseorang bergaul, bersikap serta mengambil keputusan. Maka dari itu kita harus mengetahui apa itu psikologi secara mendalam agar kita dapat mengatur dan mengontrol diri kita sendiri agar bisa menjadi manusia ideal.

Psikologi memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya Psikologi Sosial. Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.

Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara psikologi sosial dengan ilmu-ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya : Ilmu hukum, Ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak psikologi sosial dalam sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang menyelidiki dan yang mempelajari segi-segi kekhususan dari hal-hal yang bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi khusus. Sedangkan kedudukan psikologi sosial didalam lapangan psikologi termasuk dalam psikologi teoritis.

Dalam makalah ini kami membahas mengenai pengertian psikologi sosial, ruang lingkup psikologi sosial, serta sub bab lain yang berhubungan dengan psikologi sosial. Kami juga menyajikan studi kasus yang menunjang materi kami agar lebih memehami konsep psikologi sosial yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Psikologi Sosial serta hubungannya dengan Ilmu Psikologi 2. Ruang Lingkup Psikologi Sosial

(5)

1.3 Tujuan

1. Membekali kita dengan pengetahuan Psikologi Sosial sehingga tidak terpengaruh,

tersugesti, oleh situasi sosial yang selamanya tidak bernilai baik.

2. Memberikan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah-masalah sosial secara tetap dan sistematis mengenai proses kejiwaan yang berhubuunagn dengan kehidupan bersama.

3. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan perubahan dan pengarahan kepada tujuan dengan sebaik-baiknya.

4. Menyadarkan kita terhadap lingkungan sosial sehingga mampu merubah sifat dan sikap sosialnya.

5. Membekali kita dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan psikologi sosial sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembanagn ilmu, dan perkembangan teknologi.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memahami apa itu psikologi sosial secara teoritis beserta impact nya terhadap kepribadian seorang manusia sehingga kita bisa mengidentifikasi, memilah dan memilih pergaulan yang sesuai dengan norma yang berlaku.

1.4.2 Manfaat Praktis

(6)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Mengenai Psikologi

2.1.1 Pengertian Psikologi

Secara harfiah Psikologi berasal dari kata: Pysche (Jiwa) dan logos (ilmu), sehingga secara harafiah disebut juga Ilmu Jiwa. Beberapa pengertian yang dirumuskan oleh para ahli itu antara lain sebagai berikut:.

1. Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. 2. Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan

lingkungannya.

3. Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

4. Dr. Singgih Dirgagunasa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.

5. Plato dan Aritoteles Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.

2.1.2 Sejarah Psikologi

Sejarah psikologi dapat ditelusuri pada masa Yunani kuno. Pada tahun 1600-an, filsuf Perancis yang terkenal, Rene Descartes, memperkenalkan konsep dualisme yang menekankan pada tubuh dan pikiran yang pada dasarnya adalah dua entitas terpisah yang berinteraksi bersama untuk membentuk pengalaman.

Pada pertengahan abad ke-19, muncul Wilhelm Wundt, seorang ahli ilmu fisiologi Jerman yang terkenal akan karya-karyanya, menguraikan hubungan yang paling penting antara fisiologi dan psikologi. Dia mempelajari tentang kesadaran manusia dan berusaha untuk menerapkan metode eksperimental tertentu untuk mempelajari proses mental internal. Proses ini sekarang dikenal dengan introspeksi.

(7)

Psikologi kemudian berkembang di Amerika pada abad ke-19. William James adalah seorang psikolog Amerika terkemuka selama periode ini dan prinsip-prinsip psikologi membuatnya menjadi disebut sebagai Bapak Psikologi Amerika. Konsep dan gagasan William James dikenal dengan nama fungsionalisme. Fungsionalisme terfokus pada perilaku manusia bekerja untuk membantu masyarakat di lingkungan masing-masing. Fungsionalis menggunakan metode seperti observasi langsung. Fungsionalis menekankan pada kenyataan bahwa kesadaran adalah proses yang selalu berubah dan berkelanjutan.

Sampai saat itu, psikologi cenderung lebih menekankan pada pengalaman manusia secara sadar. Sigmund Freud, dokter Austria yang terkenal karena mengubah wajah psikologi sedemikian rupa, mengedepankan teori kepribadian yang menekankan pada pentingnya pikiran bawah sadar. Penelitiannya dengan orang yang menderita penyakit mental seperti histeria membuatnya percaya bahwa pengalaman anak usia dini serta impuls bawah sadar kita memberi kontribusi besar terhadap pengembangan kepribadian dan perilaku orang dewasa. Menurutnya, gangguan psikologis pada dasarnya akibat dari konflik tak sadar yang terjadi dalam diri kita, dan yang menjadi tidak seimbang. Teorinya memiliki dampak besar pada psikologi di abad ke-20, yang mempengaruhi bidang lainnya seperti sastra, seni dan budaya.

Psikologi berkembang secara dramatis selama abad ke-20 dan muncul pemikiran yang dikenal dengan behaviorisme. Behaviorisme adalah perubahan yang sangat besar dari semua perspektif teoritis sebelumnya, dan menolak penekanan pada pikiran sadar serta pikiran bawah sadar. Melainkan berusaha untuk membuat disiplin yang lebih ilmiah dengan menekankan pada perilaku yang dapat diamati. Perilaku menekankan pada kenyataan, bahwa materi pelajaran psikologi pada dasarnya adalah perilaku manusia. Dampak dari aliran pemikiran ini sangat besar dan mendominasi selama hampir 50 tahun. Meskipun akhirnya runtuh, prinsip-prinsip dasar behaviorisme masih digunakan sampai sekarang. Metode terapi sering digunakan untuk membantu anak-anak mengatasi perilaku maladaptif dan belajar keterampilan baru.

Pada pertengahan abad ke-20, muncul pemikiran yang kita kenal dengan psikologi humanistik, konsep teoritis yang meletakkan penekanan pada pengalaman sadar.

Disiplin ilmu psikologi telah mengalami pertumbuhan dan perubahan besar sejak awal kemunculan Wilhelm Wundt. Psikologi sejak itu terus berubah dan berkembang, membawa perspektif baru. Penelitian psikologis sekarang berfokus pada banyak aspek dari perilaku manusia dan pengalaman, yang mengacu pada faktor budaya dan sosial, serta pengaruhnya pada perilaku manusia.

2.1.3 Psikologi Sebagai Ilmu

(8)

berhubungan. Pertama psikologi adalah studi(penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organism.

Psikologi sebagai suatu ilmu, mempunyai tugas-tugas atau fungsi-fungsi tertentu seperti ilmu-ilmu pada umumnya. Adapun tugas-tugas psikologi ialah:

a. Mengadakan deskripsi, yaitu tugas untuk menggambarkan secara jelas hal-hal yang di bicarakan.

b. Menerangkan, yaitu tugas untuk menerangkan keadaan yang mendasari terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut.

c. Menyusun Teori, yaitu tugas mencari dan merumuskan ketentuan-ketentuan mengenai hubungan antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain.

d. Prediksi, yaitu untuk membuat ramalan mengenai hal-hal yang mungkin terjadi. e. Pengendalian, yaitu tugas untuk mengatur peristiwa-peristiwa atau gejala.

Seperti yang dipaparkan di depan kerena psikologi merupakan suatu ilmu, maka dengan sendirinya psikologi juga mempunyai ciri-ciri seperti ilmu-ilmu yang lain seperti,

 Objek tertentu

 Metode pendekatan atau penelitian tertentu

 Mempunyai riwayat atau sejarah tertentu

 Sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objek 2.1.4 Hubungan Psikologi Dengan Ilmu Yang Lain

Berikut dijelaskan hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lain yaitu, sebagai berikut :

1. Hubungan psikologi dengan Fisiologi

Fisiologi (ilmu tentang tubuh manusia) dapat dihubungkan dengan ilmu psikologi untuk memperoleh kejelasan tentang bagaimana sebenarnya proses tingkah laku.

2. Hubungan Psikologi dengan ilmu sosiologi

Untuk dapat mengetahui pola-pola reaksi manusia, sehingga individu menjadi objek penyelidikan psikologi. Sosiologi adalah ilmu yang berpengaruh pada psikologi Sosial. Sosiologi adalah suatu bidang ilmu yang terkait dengan perilaku hubungan antar individu, atau antara individu dengan kelompok, atau antar kelompok (interaksionisme) dalam perilaku sosialnya.

3. Hubungan Psikologi dengan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

(9)

psikologi dalam penelitiannya banyak terpengaruh oleh ilmu alam. Psikologi disusun berdasarkan hasil eksperimen Objek penelitian psikologi: manusia dan tingkah lakunya yang selalu hidup dan berkembang. Objek penelitian ilmu alam : benda mati.

Ilmu pegetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologi. Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami kemajuan yang cukup cepat, hingga ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi perkembangan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi, khususnya metode ilmu pengetahuan mempengaruhi perkembangan metode dalam psikologi. Karenanya sebagian ahli berpendapat, kalau psikologi ingin mendapatkan kemajuan haruslah mengikuti cara kerja yang ditempuh oleh ilmu pengetahuan alam. Psikologi merupakan ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat, walaupun pada akhirnya, metode ilmu pengetahuan alam tidak seluruhnya digunakan dalam lapangan psikologi.

4. Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu keguruan

Mendidik dan mengajar yang berhasil diantaranya harus menyesuaikan diri dengan keadaan jiwa anak, dan itu semua memerlukan psikologi. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan Ilmu Pendidikan: bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik bilamana tidak didasarkan pada psikologi perkembangan. Hubungan kedua disiplin ilmu ini melahirkan Psikologi Pendidikan Fireworks.

5. Hubungan Psikologi dengan ilmu antropologi

Adapun antropologi adalah ilmu yang memfokuskan pada perilaku sosial dalam suprastruktur budaya tertentu. Psikologi Sosial mempelajari perilaku individu yang bermakna dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsang sosialnya. Perbedaan psikologi sosial dengan sosiologi adalah fokus studinya. Fokus perhatian studi psikologi sosial adalah perilaku Individu sedangkan sosiologi fokus pada sistem dan struktur sosial yang dapat berubah atau konstan tanpa bergantung pada individu atau lebih memfokuskan pada masyarakat dan budaya yang melingkupi individu.

(10)

Dalam perkembangannya, fokus pendekatan psikologis pada keanekaragaman kebudayaan, berubah. Minat terhadap hubungan pengasuhan semasa anak-anak dan kepribadian setelah dewasa, tetap dipertahankan, namun beberapa ahli antropologi mulai meneliti faktor-faktor determinan yang mungkin jadi penyebab dari kebiasaan pengasuhan anak yang beragam. Kebudayaan tertentu menghasilkan karakteristik psikologi tertentu dan menimbulkan ciri budaya lainnya. Kesimpulan mengenai pendekatan psikologis dalam antropologi budaya adalah bahwa dengan menghubungkan variasi dalam pola budaya dengan masa pengasuhan anak, kepribadian, kebiasaan, dan kepercayaan yang mungkin menjadi konsekuensi dari faktor psikologis dan prosesnya. Anthropology in mental health, memfokuskan diri pada aspek sosial budaya yang mempengaruhi kondisi/ gangguan mental pada diri individu.

6. Hubungan Psikologi dengan llmu Politik

Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam bidang polotik, “massa psikologi penting bagi politisi untuk menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada umumnya, golongan tertentu pada khususnya. Psikologi sosial dapat menjelaskan bagaimana sikap dan harapan masyarakat dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntutan masyarakat.

7. Hubungan Psikologi dan Ilmu Komunikasi

Banyak disiplin ilmu yang terlibat dalam studi komunikas Dalam perkembangannya ilmu komunikasi melakukan “perkawinan’ dengan berbagai ilmu lai Subdisiplin : komunikasi politik, sosiologi komunikasi masa, psikologi komunikas Psikologi komunikasi : ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengndalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi.

8. Hubungan Psikologi dengan Biologi

Mempelajari benda-benda hidup, sedangkan psikologi mempelajari dan meneliti tingkah laku manusia (benda hidup) dalam hubunganya dengan lingkungan Objek Formal Psikologi : tingkah laku manusia Biologi : fisik Psikologi ilmu subjektif. Mempelajari penginderaan dan persepsi manusia,menganggap manusia sebagai subjek (pelaku) Psikologi mempelajari nilai yang berkembang dari persepsi subjek. Psikologi mempelajari perilaku secara ‘molar’ (perilaku penyesuaian diri secara menyeluruh Biologi ilmu Objektif Mempelajari manusia sebagai jasad/objek Mempelajari fakta yang diperoleh dari penelitian terhadap jasad manusia Mempelajari perilaku manusia secara molekular. Mempelajari molekul-molekul dari perilaku berupa gerakan,refleks, proses ketubuhan..dsb.

(11)

oleh kedua ilmi tersebut, misalnya soal keturunan. Ditinjau dari segi biologi adalah hal yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi lain. Soal keturunan juga dibahas oleh psikologi, misalnya tentang sifat, intelegensi, dan bakat. Karena itu kurang sempurna kalau kita mempelajari psikologi tanpa mempelajari biologi.

9. Hubungan Psikologi dengan Filsafat

Filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat segala sesuatu. Karena itu, filsafat juga mempelajari masalah-masalah hakikat jiwa, hakikat hidup, hubungan antara jiwa dan Tuhan sebagai penciptanya dan lain sebagainya.Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya filsafat berangkat dari apa yang dialami manusia Ilmu psikologi menolong filsafat dalam penelitiannya. Kesimpulan filasafat tentang kemanusiaan akan ‘pincang’ dan jauh dari kebenaran jika tida mempertimbangkan hasil psikolog.

Pada awalnya ilmu psikologi adalah bagian dari ilmu filsafat, tetapi kemudian memisahkan diri dan berdiri sendiri sebagai ilmu yg mandiri. Meskipun psikologi memisahkan diri dari filsafat, namau psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat, karena kedua ilmu ini memiliki ilmu obyek yang sama yaitu manusia sebagai makhluk hidup. Namun berbeda dalam pengkajiannya. Dalam ilmu psikologi, yang dipelajari dari manusia adalah mengenai jiwa, tetapi tidak dipelajari secara langsung karena bersifat abstrak dan membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa tersebut, yakni berupa tingkah laku dan proses kegiatannya. Sedangkan dalam ilmu filsafat yang dibicarakan adl mengenai hakikat dan kodrat manusia serta tujuan hidup manusia. Sehingga ilmu psikologi dan filsafat terdapat suatu hubungan yang timbal balik dan saling melengkapi antara keduanya.

2.2 Konsep Mengenai Psikologi Sosial

2.2.1 Pengertian Psikologi Sosial Menurut Para Ahli

Menurut Gordon Allport (1985), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain, baik secara:

a. secara nyata atau actual

b. dalam bayangan atau imajinasi

c. dalam kehadiran yang tidak langsung (implied)

Menurut David O Sears (1994), psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara sistematis untuk memahami perilaku social, mengenai:

a. bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi social b. bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita

(12)

Menurut Sherif & Musfer (1956), psikologi sosial adalah ilmu tentang pengalaman dan perilaku individu dalam kaitannya dengan situasi stimulus social. Dalam defenisi ini, stimulus social diartikan bukan hanya manusia, tetapi juga benda-benda dan hal-hal lain yang diberi makna social.

Menurut Show & Costanzo (1970), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku individual sebagai fungsi stimulus-stimulus social. Defenisi ini tidak menekankan stimulus eksternal maupun proses internal, melainkan mementingkan hubungan timbale balik antara keduanya. Stimulus diberi makna tertentu oleh manusia dan selanjutnya manusia bereaksi sesuai dengan makna yang diberikannya itu.

Menurut Baron & Byrne (2006), psikologi sosial adalah bidang ilmu yang mencari pemahaman tetnang asal mula dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku individu dalam situasi-situasi sosial. Defenisi ini menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap asal mula dan penyebab terjadinya perilaku dan pikiran.

Menurut Sarlito Wirawan, setelah menyimpulkan beberapa defenisi psikologi sosial membedakan tiga wilayah studi psikologi sosial sebagai berikut:

a. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya studi tentang persepsi, motivasi, proses belajar, atribusi (sifat). Walaupun topik-topik ini bukan monopoli dari psikologi sosial, namun psikologi sosial tidak dapat menghindar dari studi tentang topik-topik ini.

b. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan sebagainya.

c. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi, hubungan kekuasaan, otoriter, konformitas (keselarasan), kerjasama, persaingan, peran dan sebagainya.

Psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang meneliti dampak atau pengaruh sosial terhadap perilaku manusia. Bidang ini sangat luas, mencakup berbagai bidang studi dan beberapa disiplin ilmu. Psikolgi sosial juga digunakan dalam berbagai disiplin dan industri; banyak orang memanfaatkan prinsip-prinsip psikologi sosial bahkan tanpa menyadari hal itu ketika mereka mencoba untuk mengendalikan kelompok, pengaruh pendapat seseorang, atau menjelaskan mengapa seseorang berperilaku dengan cara tertentu.

2.2.2 Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial

(13)

Sebagai ilmu empiris yang berdiri sendiri, kelahiran psikologi sosial ditandai dengan dipublikasikannya dua buku psikologi sosial yaitu Introduction to Social Psychology

(Pengantar Psikologi Sosial) yang ditulis oleh pakar ilmu psikologi William McDougall pada tahun 1908 dan Social Psychology (Psikologi Sosial) yang ditulis oleh pakar ilmu sosiologi A. Ross pada tahun yang sama (Stephan dan Stephan, 1990). Selain itu, pada tahun 1924. Floyd Allport (dalam Baron dan Byrne, 2004) menulis sebuah buku yang berjudul Social Psychology. Dalam buku ini Floyd Allport memberikan deskripsi tentang topik-topik penelitian yang berhubungan dengan perilaku sosial, yaitu topik konformitas sosial, topik kemampuan individu dalam memahami emosi orang lain, dan topik pengaruh audiens terhadap kinerja penyelesaian tugas.

Pada saat terjadi Perang Dunia II banyak para ahli psikologi di Amerika Serikat dan Eropa termasuk ahli psikologi sosial yang terlibat dalam perang dan memnfaatkan pengetahuan dan keterampilan psikologi mereka untuk upaya-upaya memenangkan perang. Setelah mengalami kemandekan yang cukup signifikan akibat terjadinya Perang Dunia II, perkembangan psikologi sosial menunjukkan perkembangan lebih lanjut pada periode pertengahan 1940-an yang ditunjukkan mulai dilakukan penelitian terhadap pengaruh kelompok pada perilaku individu, hubungan ciri-ciri kepribadian, perilaku sosial, pengembangan teori disonansi kognitif oleh Leon Festinger tahun 1957.

Setelah Perang Dunia berakhir, seorang pakar psikologi sosial yang jenius, Kurt Levin mempelopori pengembangan ilmu psikologi sosial ke arah bidang-bidang yang lebih terapan (Hanurawan dan Diponegoro, 2005). Berdasarkan ide Kurt Lewin untuk mengembangkan ilmu sosiologi sosial ke arah yang lebih bermanfaat secara langsung bagi kesejahteraan manusia, maka kemudian didirikan organisasi yang disebut dengan Society for the Psychological Study of Social Issues (Masyarakat untuk Studi Psikologis tentang Isu-Isu Sosial) (Sadava, 1997).

Pada periode 1960-an, para pakar psikologi sosial mulai mengarah perhatiannya pada topik persepsi sosial, agresi, kemenarikan dan cinta, pengambilan keputusan dalam kelompok, dan membantu orang lain yang membutuhkan. Pada periode 1970-an pakar psikologi sosial mengembangkan topik-topik baru berhubungan dengan perilaku diskriminasi jenis kelamin, proses atribusi, dan perilaku lingkungan. Pada periode 1990-an para pakar psikologi sosial mulai mengembangkan secara lebih nyata aspek terapan teori-teori psikologi sosial seperti bidang kesehatan, bidang media, proses hukum dan perilaku organisasi.

2.2.3 Faktor Yang Melatarbelakangi Psikologi Sosial

(14)

kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor.

1. Faktor Biologis

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia seperti tampak dalam dua hal berikut.

Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan perngaruh lingkungan atau situasi.

diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan-minum dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya.

2. Faktor Sosiopsikologis

Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen.

 Komponen Afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.

 Komponen Kognitif Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.

 Komponen Konatif Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

Menurut Freud perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsitem dalam kepribadian manusia :

1. Id

Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), ingin memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat manusia hewani.

2. Ego

Ego berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas dunia luar. Ego adalah mediator anatara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego dapat menundukan manusia terhadap hasrat hewaninya.

3. Superego

(15)

masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam bawah sadar.

Dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego).

2.2.4 Batasan dan Ruang Lingkup Psikologi Sosial

Batasan dan ruang lingkup psikologi sosial adalah sebagai berikut :

1. Psikologi sosial mempelajari perilaku manusia, bukan perilaku hewan karena hewan tidak mempunyai interaksi seperti yang ada pada manusia (misalnya bahasa, norma dan sebagainya)

2. Perilaku itu haruslah yang teramati dan terukur, bisa berupa aktivitas motorik yang besar (misalnya meloncat), bisa juga kecil (misalnya gerakan mengangkat alis), bicara atau menulis.

3. Sebagai konsekuensi dari objek studi yang teramati dan terukur, psikologi sosial harus bisa diverifikasi oleh siapa saja (publicly verifiable), walaupun tentu saja maknanya sangat bergantung pada perspektif teori, latar belakang budaya dan intepretasi pribadi.

4. Psikologi sosial tidak mempelajari perilaku yang tidak kasat mata dan tidak terukur-beriman, kejujuran, bersifat culas, berjiwa besar, berideologi Pancasila dan sebagainya, harus tetap terukur dan disimpulkan (inferred) dari perilaku yang kasat mata.

Dengan demikian, psikologi sosial menghubungkan aspek-aspek psikologi sosial dari perilaku sosial dengan proses dan struktur kognitif yang lebih mendasar. Ilmu ini juga terkait dengan sosiologi, antropologi, budaya, lunguistik, psikologi kognitif dan neurosains (ilmu syaraf). Walaupun demikian, ilmu ini tetap merupakan bidang ilmu yang “distinctive” (khas, lain dari yang lain).

2.2.5 Gejala Psikologi Sosial

Gejala-gejala perilaku sosial merupakan hasil dari proses belajar berdasar pada sistem stimulus dan respon. Untuk sekedar memperoleh bayangan mengenai hal-hal yang dipelajari dalam ilmu jiwa sosial, berikut adalah beberapa pokok yang akan kita bahas, diantaranya: 1. Hubungan antar manusia

2. Kehidupan manusia dalam kelompok 3. Sifat-sifat dan struktur dalam kelompok 4. Pembentukan norma sosial

5. Peranan kelompk dalam perkembangan individu 6. Kepemimpinan (leadrship)

(16)

8. Sikap (attitude) sosial

9. Perubahan sikap (attitude) sosial

10. Psikologi anak-anak jahat dan lain-lain

2.2.6 Teori-teori Psikologi Sosial

Secara umun dapat dikemukakan teori merupakan penjelasan lengkap tentang gejala-gejala (Baron & Byrne, 2004; Myers, 2002). Dalam disiplin psikologi sosial, fungsi teori adlah untuk menjelaskan gejala-gejala psikolgis dan perilaku individu dalam konteks saling berpengaruh dengan dunia sosial. Berikut adalah teori-teori kontemporer dalam psikologi sosial.

1. Teori Behavioristik

Perspektif teori behavioristik sangat meneknkan pada cara individu sebagai organisme membuat respons terhadap stimulus lingkungan melalui proses belajar. Dalam teori ini hubungan yang terjadi antara stimulus dan respon merupakan paradigma yang utama. Menurut John B. Watson, seorang tokoh pendiri aliran psikologi behavioristik bahwa status ilmiah ilmu psikologi manusia menjadi lebih terjamin apabila aktivitas-aktivitas ilmiahnya dilakukan oleh prosedur eksperimen seperti pada penelitian psikologi binatang.

Para kritikus perspektif behavioristik menyebut perspektif ini sebagai pendekatan “kotak hitam dalam psikologi”. Dalam hal ini stimulus masuk ke dalam “kotak hitam” hanya sekedar untuk mengeluarkan respons tertentu yang sudah dipastikan wujudnya. Para behavioristik tradisional memiliki pendapat bahwa proses psikologis internal.

2. Teori Belajar Sosial

Akar perspektif teori belajar sosial (Social Learning Theory) adalah teori-teori yang telah dikembangkan oleh para penganut psikologi behavioristik. Para pakar teori belajar sosial, seperti Albert Bandura (dalam Baron dan Byrne, 2004) mengemukakan bahwa perilaku sosial individu dipelajari dengan melakukannya dan secara langsung mengalami konsekuensi-konsekuensi dari perilaku sosial itu. Selain itu, individu juga mempelajari perilaku baru melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain (Observational Learnig).

3. Teori Gestalt dan Kognitif

(17)

merupakan faktor utama terjadinya suatu perilaku dimana manusia sebagai makhluk yang mampu mengambil keputusan secara rasional berdasarkan pada pemrosesan informasi yang telah tersedia.

4. Teori Lapangan

Pendiri teori lapangan (field theory) adalah Kurt Lewin (1890-1947). Pemikiran teori lapangan berbasis pada konsep lapangan atau ruang hidup (life space). Kurt Lewin mengemukakan bahwa segenap peristiwa perilaku, seperti bermimpi, berkeinginan atau bertindak, merupakan fungsi dari ruang hidupnya (Hergenhahn, 2000). Dalam formula yang lebih matematis, pemikiran beliau dapat dirumuskan ke dalam rumusan berikut: b (behavior / perilaku), p (person / oramg) dan e (enviroment / lingkungan). Dalam formula itu terkandung suatu pengertian bahwa perilaku manusia, termasuk perilaku sosialnya, merupakan hasil dari interaksi dari karakteristik kepribadian individu dan lingkungannya. Perilaku manusia merupakan hasil tidak terpishkan kedua unsur itu.

5. Teori Pertukaran Sosial

Teori pertukaran sosial (social exchange theory) juga merupakan perkembangan lanjut perspektif teori behavioristik. Prinsip belajar teori behavioristik berdasarkan prinsip ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) yang diintegrasikan bersama prinsip-prinsip teori ekonomi klasik, salah satu tokoh teori pertukaran sosial adalah George Homan (Stephan dan Stephan, 1990). Menurut teori pertukaran sosial, individu memasuki dan mempertahankan suatu hubungan sosial dengan orang lain karena ia merassa mendapat banyak keuntungan-keuntungan berupa ganjaran dari hubungan itu.

6. Interaksionisme Simbolik

Perspektif teori ini dalam psikologi sosial dan sosiologi banyak mendapat pengaruh dari pakar-pakar filsafat pragmatisme Anglo Saxon. Dua orang di antara pakar-pakar filsafat pragmatisme Anglo Saxon itu adalah William Jaames (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952). Di dalam teori Interaksionisme Simbolik terdapat dua jenis aliran yaitu aliran Chicago dan Iowa. Aliran chicago lebih menekankan metode penelitian kualitatif dalam penelitian psikologi sosial dan sosiologi, sedangkan aliran Iowa lebih menekankan pada metode penelitian kuantitatif (Stephan & Stephan, 1990).

Terdapat tiga ciri utama perspektif teori interaksionisme simbolik (Zanden, 1984), yaitu: a. Tindakan manusia terhadap sesuatu itu didasari oleh makna sesuatu itu bagi mereka. b. Makna dari sesuatu itu merupakan hasil dari suatu interaksi sosial.

c. Makna itu terbentuk dan termodifikasi berdasar pada proses intrepretif yang dilakukan oleh individu dalam berinteraksi dengan orang lain.

(18)

dari suatu masyarakat mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial budayanya dalam upaya mencapai tujuan bersama.

7. Etnometodologi

Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli antropologi berkenaan dengan metode untuk menganalisis keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik hidup yang dilakukan oleh orang-orang asli di daerah tertentu (Zanden, 1984). Dalam makna yang bersifat literer, etnometologi berarti prosedur yang digunakan orang dalam usaha membuat kehidupan sosial dan masyarakat menjadi lebih dapat dipahami dan memungkinkan untuk diteliti. Fokus utama etnometodologi adalah mengkaji aktivitas praktis hidup sehari-hari orang yang secara etnis hidup dalam wilayah geografis dan kebudayaan tertentu, termasuk perilaku sosial. Berbeda dari interaksi simbolik yang lebih mementingkan interaksi antarindividu, perspekti etnometodologi memiliki fokus pada metode yang menggambarkan cara individu mengkonstruksi interaksi dan citra hidup sosial yang mempengaruhi kehidupan sosial.

8. Teori Peran

Peran adalah sekumpulan norma yang mengatur individu-individu yang brada daalam suatu posisi atau fungsi sosial tertentu memiliki keharusan untuk berperilaku tertentu (Myers, 2002). Teori peran (role theory) memberi penelaah terhadap perilaku sosial dengan penekanan pada konteks status, fungsi, dan posisi sosial yang terdapat dalam masyarakat. Perilaku sosial seseorang dalam sebuah kelompok merupakan hasil aktualisasi dari suatu peran tertentu.

(19)

BAB III PEMBAHASAN

Setelah membahas mengenai apa itu psikologi sosial, kita akan membahas mengenai kasus yang terjadi di masyarakat. Kita jadi teringat akan sebuah kasus yang terjadi Jumat, 18 September 2015 yang lalu. Peristiwa ini menimpa seorang anak umur 8 tahun yang dibunuh oleh teman sekelasnya sendiri. Ini menunjukan bahwa perkembangan psikologi seseorang harus dibina sejak dini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

3.1 Kronologis Kejadian

Ardiansyah, siswa kelas dua SDN 07 Jalan Pelita Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tewas dianiaya temannya saat mengikuti lomba menggambar di sekolahnya. Pelajar berusia delapan tahun itu tewas setelah mengalami pendarahan di bagian kepala. Menurutnya, korban tewas akibat pukulan cukup yang keras dari pelaku yang berinisal R di bagian otak belakang sehingga membuat korban merenggang nyawa.

Sebelumnya, korban sempat pingsan, oleh gurunya langsung dibawa ke Puskemas terdekat. Namun karena luka yang cukup parah, korban dibawa ke RS Fatmawati dan pukul 18.00 korban akhirnya meninggal dunia.

"Dia lagi gambar terus dipukulin sama R di bagian kepala belakang, lima kali pakai tangan," kata Dori ketika berbincang kepada Okezone, Jumat (18/9/2015).

Saat ini, kata dia, polisi sedang melakukan pencarian terhadap orangtua dan juga pelaku yang baru berusia delapan tahun. "Masih dicari sama polisi, anaknya sih katanya di rumahnya," tandasnya. Sementara itu, Kanit PPA Polres Jaksel, AKP Nunu saat ini masih berada di Rumah Sakit Fatmawati dan belum bisa dimintai keterangannya.

3.2 Alasan Yang Melatarbelakangi Kasus Kejahatan Dibawah Umur

(20)

Problema yang mungkin timbul pada masa remaja di antaranya:

1. Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.

Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.

2. Problema berkaitan dengan perkembangan kognitif dan Bahasa

Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kesempatan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana prasarana,menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karir seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan karirnya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.

3. Problema berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.

(21)

mencoba-coba dan menguji kemapaman norma yang ada. Jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.

4. Problema berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.

Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri ( self identity). Usaha pencarian identitas pun banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identify confusion),sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya. Selain yang telah dilaporkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remajdi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dpaat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak. Upaya untuk menfasilitasi perkembangan remaja menjadi amat penting. Dalam hal ini, peranan orang tua, sekolah, serta masyarakat sangat diharapkan.

Ternyata pembinaan karakter yang dilakukan saat remaja saja belum cukup, kasus yang kami ambil memberikan contoh bahwa seorang anak SD yang belum tergolong sebagai remaja pun berpotensi untuk melakukan tindak kriminal. Untuk itu, pendidikan karakter sangat dibutuhkan sejak dini agar perkembangan psikologis seorang anak dapat mengarah ke perbuatan yang positif.

3.2 Alasan Pentingnya Pembinaan Psikologi Sosial Sejak Dini

Setiap anak punya kepribadiannya masing-masing, tumbuh kembang seorang anak juga sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, ada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu keluarga. Sedangkan faktor eksternal yaitu teman, pergaulan dan lingkungan. Faktor tersebut akan mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang. Sebagai contoh, anak yang broken home dengan anak yang memiliki keluarga yang utuh tentu akan memiliki kepribadian yang berbeda. Karena keluarga merupakan benteng utama seorang anak. Anak akan menyontoh perilaku kedua orang tuanya, oleh karena itu sebagai orang tua yang baik tentunya harus dapat mengarahkan anaknya untuk dapat berperilaku yang baik.

(22)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Psikologi Sosial adalah cabang ilmu psikologi yang meneliti dampak atau pengaruh sosial terhadap perilaku manusia. Seorang psikolog sosial melihat pada sikap, keyakinan, dan perilaku baik individu maupun kelompok. Bidang ini juga dikaji interaksi interpersonal, menganalisis cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, baik secara tunggal atau dalam bentuk kelompok besar. Pembinaan psikologi sosial harus dimulai sejak dini, agar saat seorang anak beranjak dewasa dia telah terbiasa membedakan hal baik dan buruk dalam bermasyarakat, sehingga dia tidak akan melakukan tindak kriminal.

4.2 Saran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hendrawan. (2012, May 7). Pengertian, Ruang Lingkup, dan Tujuan

Psikologi Sosial. Dipetik Oct 19, 2015, dari Blogspot:

http://hendrapgmi.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan.html

2. HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU LAINNYA . (2013, March 25). Dipetik

Oct 19, 2015, dari Blogspot:

http://dianputra21.blogspot.co.id/2013/03/hubungan-psikologi-dengan-ilmu-lainnya.html

3. Manfaat Psikologi Dalam Kehidupan Manusia. (2013). Dipetik Oct 19, 2015,

dari Blogspot: http://psikologiberbicara.blogspot.co.id/2013/02/manfaat-psikologi-dalam-kehidupan.html

4. Pengertian Psikologi Sosial Menurut Para Ahli. (2013). Dipetik Oct 19,

2015, dari Blogspot:

http://psikologiberbicara.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-psikologi-sosial-menurut-para-ahli.html

5. Rahayu, M. S. (2013). Psikologi Umum Jilid 1. Diktat kuliah.

6. Ridwan, M. (2009, January 13). FAKTOR PSIKOLOGI YANG MEMPENGARUHI

PERILAKU MANUSIA. Dipetik Oct 19, 2015, dari Blogspot:

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam hubungannya dengan situasi stimulus

Psikologi eksperimental adalah ahli psikologi perilaku dan kognitif yang menggunakan metode eksperimen untuk mempelajari bagaimana orang (dan hewan) bereaksi terhadap

Psikologi Islam adalah suatu bentuk psikologi berlandaskan citra manusia menurut ajaran Islam, yang mempelajari keunikan dan pola perilaku manusia sebagai ungkapan

Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun

Sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia , psikologi memiliki peran penting dalam penegakan hukum di Indonesia.. Peran psikologi

Psikologi mempelajari hal-hal yang nampak dari jiwa seperti perilaku sehingga psikologi lebih mempelajari mengenai tingkah laku manusia baik sebagai individu maupun kelompok..

Psikologi yang secara umum dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, pada perjalanan berikutnya dapat terspesifikasi menjadi

Psikologi Industri Organisasi merupakan suatu subdisplin dari ilmu psikologi yang mempelajari perilaku manusia dalam suatu konteks organisasi, apakah organisasi industri ataukah