• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Agama Islam Internalisasi N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendidikan Agama Islam Internalisasi N"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Ilmu Akidah Islamiyah merupakan ilmu yang paling mulia, paling agung dan paling tinggi, hal ini dikarenakan kemuliaan suatu ilmu berkaitan erat dengan materi yang terkandung di dalamnya. Selain itu kedudukan suatu ilmu itu diukur juga dari kebutuhan manusia terhadapnya dan manfaat yang diterima oleh pemiliknya baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.

Kebutuhan para hamba kepada Ilmu Akidah ini melebihi kebutuhannya dari yang lain, dan ketergantungan terhadapnya melebihi kepada yang lainnya. Dimana hati tidak akan hidup, merasakan kenikmatan dan ketenangan jika tidak mengenal Tuhan dan Sesembahannya melalui nama, sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya, juga mengetahui apa yang wajib bagi-Nya dan yang harus disucikan dari-Nya. Sehingga dengan hal-hal tersebut Dia menjadi dzat yang paling dicintainya, melebihi apapun, dan dalam setiap langkahnya dia senantiasa berusaha untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya.

Tatkala benar dan sempurna pengetahuan hamba tentang Tuhannya maka ia akan semakin mengagungkan dan mengikuti syariat Allah dan hukum-hukum-Nya, serta lebih mengerti tentang nilai akhirat. Maka jika nilai-nilai mulia ini telah tertancap pada diri seorang hamba, mulai dari ilmu tentang Allah ta’ala, mentauhidkan-Nya, mencintai-Nya, takut kepada-Nya, mengagungkan perintah dan larangan-Nya, serta membenarkan janji dan ancaman-Nya, maka dia akan bahagia di dunia dan di akhirat, juga lingkungannya akan bahagia karenanya. Hal itu terjadi, karena baiknya perilaku seseorang sesuai dengan aqidah dan pemikirannya yang lurus. Demikian pula rusaknya perilaku seseorang, sesuai dengan aqidah dan pemikirannya yang menyimpang.

Setiap manusia memiliki fitrah bertuhan (Q.S Al-Araf (7) : 172). Manusia juga memerlukan agama dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang dihadapinya. Secara naluriah, agama merupakan suatu kebutuhan asasi manusia yang bersifat fundamental. Sebagai mahluk bertuhan, manusia senantiasa merindukan-Nya dan selalu berupaya sekuat tenaga untuk berdialog dengan-Nya. Manusia memerlukan zat yang berada di atas dirinya dalam segala-galanya. Manusia selalu membutuhkan pertolongan dan perlindungan-Nya dalam setiap langkah hidup.

(2)

 Menurut Bahasa

Akidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-aqdan-aqiidatan. Aqdan artinya simpul, ikatan, perjanjian dan kukuh. Akidah berarti keyakinan, kepercayaan. Dengan demikian, aqidah berarti sesuatu yang dipegang teguh dan kuat dalam lubuk jiwa dan tidak dapat beralih dari padanya.

 Menurut Istilah

Adapun menurut istilah, akidah adalah kumpulan kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah serta diyakini kebenarannya dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengannya. Oleh karena merupakan keyakinan, maka aqidah dapat menentramkan jiwa manusia.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa akidah islam adalah sesuatu yang dipercayai dan diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai ajaran islam dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan sunah. Dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan As-sunah mengandung nilai-nilai yang murni dan benar, akidah islam itu dapat menentramkan setiap orang yang menganut dan mempertahankannya. Adapun segala kepercayaan dan keyakinan yang tidak bersumber dari pedoman islam harus dihindari karena dapat menyesatkan dan menghancurkan kehidupan manusia, baik dunia maupun akhirat.

Akidah bagaikan pondasi bangunan yang kokoh yang harus dirancang sebelum membangunnya begitu juga dengan akidah. Kita harus merancang semua rencana agar dapat membangun Islam yang sempurna (Kamil), menyeluruh (Syamil), dan benar (Syahih)

Akidah hampir semakna dengan iman. Ada sedikit perbedaan diantara akidah dan iman. Iman adalah sesuatu yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan. Jadi, iman mengandung tiga aspek, yaitu keyakinan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan melalui anggota badan. Adapun, akidah hanya berupa keyakinan. Jadi, jika akidah berkaitan dengan aspek dalam ( aspek hati ) dari iman, iman tidak hanya menyangkut aspek hati, tapi juga aspek luar. Aspek dalam iman adalah keyakinan dan aspek luarnya berupa pengakuan lisan dan pembuktiannya dengan amal perbuatan.

II. Dalil Naqli Tentang Akidah

1. Q.S Al-Anbiya’ (21) : 21

“… Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi (pemujaan kepada makhluk-makhluk di bumi yang tidak dapat menghidupkan dan mematikan) yang akan menghidupkan (orang mati)?...”

(3)

“… Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan berkata, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta...”

3. Q.S An-Nahl (16) : 106

“… Barang siapa ingkar kepada Allah sesudah dia beriaman kecuali orang yang dipaksa sedang hatinya tentram (tetap) dengan iman, tetapi barang siapa yang hatinya terbuka dengan kekafiran, maka atas mereka kemurkaan dari Allah. Dan bagi mereka azab yang besar…”

4. Q.S Muhammad (47) : 19

“… Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah dan mohon ampunlah bagi dosamu dan dosa orang-orang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan. Allah mengetahui tempat berpindah-pindah kamu (di dunia) dan tempat kamu menetap (di akhirat)…”

5. Q.S Al-Baqarah (2) : 163

“… Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di-dalamnya menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larang-Nya)…”

III.

Aspek Keyakinan / Akidah

Aspek keyakinan yang harus ditimbulkan adalah:

1.

Islam adalah satu-satunya agama yang benar disisi Allah.

2.

Islam adalah agama yang universal.

3.

Islam yang dibawa oleh Rasul Muhammad SAW adalah agama terakhir.

4.

Setelah alam itu diyakini maka haruslah ditindak lanjuti dengan amal, ilmu, da’wah atau jihad dan sabar atau teguh dalam berislam.

5.

Sempurnanya islam mencakup dua hal pokok yaitu: Sunnatullah Islam dalam bentuk ketentuan- ketentuan dasar.

IV. Fungsi Akidah dalam Akhlak

Jika manusia memiliki akidah ( kepercayaan ) ia akan yakin dalam setiap pengambilan tindakan berdasarkan akidah tersebut. Akidah berfungsi membimbing tindakan manusia.

(4)

membimbingnya untuk berbuat kebaikan. Sebaliknya, jika seseorang memilki akidah yang tidak benar, akidah itu akan membimbingnya menuju akhlak yang tercela.

Mewujudkan kebahagiaan dalam hidup merupakan tujuan akhir dari setiap aktivitas manusia. Oleh karena umat islam memiliki akidah yang mempercayai adanya kehidupan akhirat, maka tujuan hidupnya tidak hanya memperoleh adanya kebahagian hidup di dunia, tetapi juga untuk mencari kebahagian hidup di akhirat. Bagi sebagian mukmin, kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat karena kehidupan akhirat itu kekal sedangkan kehidupan dunia itu hanya sekecap. Oleh karena itu, seorang mukmin selalu memanfaatkan waktunya untuk beribadah kepada Allah. Aktivitas apapun di dunia ini selalui diikuti niat untuk beribadah dan untuk mencari keridhaan Allah.

Jika seseorang memiliki akidah islam yang kuat dan iman yang sempurna, ia akan menjadi teladan umat karena setiap tindakannya merupakan alat terpuji. Oleh karena setiap tindakannya diawali dengan niat yang baik. Segala tindakannya selalu dibimbing oleh akidahnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-sunah. Ijma’ dan qiyas juga merupakan pedoman manusia setelah Al-Qur’an dan Assunah.

Ijma’ merupakan kesepakatan para ulama terkait dengan hukum yang belum jelas di dalam Al-Qur’an dan As-sunah. Dasar hukum ijma’ adalah Q.S An-Nissa (4) :59. Adapun, qiyas adalah mempersamakan suatu kejadian yang sudah ada ketentuan dengan hukum yang ditetapkan oleh nash tersebut karena adanya kesamaan illat hukum pada hukum. Ijma’ dan qiyas yang sesuai dengan ajaran islam. Dengan demikian, keduanya dapat dijadikan sumber hukum ajaran islam setelah Al-Qur’an dan As-sunah

Jadi fungsi akidah dalam mendasari akhlak al-karimah dapat disimpulkan sebagai berikut ;

1) Akidah sebagai dasar perilaku manusia

2) Akidah yang benar akan mendasari akhlakulkarimah pada tindakan manusia 3) Akidah yang akan menghindari dari perilaku yang tercela

4) Pemahaman yang tinggi seseorang terhadap dalil yang menjadi sumber akidah 5) Lemahnya akhlak seseorang menunjukan lemahnya akidah

V. Ruang Lingkup Pembahasan Akidah Islam

Ruang lingkup pembahasan akidah islam ada empat, yaitu Akidah Ilahiyah, Akidah Nubuwah, Akidah Ruhaniyah, dan Akidah Samiyyah.

(5)

Akidah Ilahiyah yaitu pembahasan segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah, seperti wujud Allah, sifat-sifatnya, perbuatannya dan lain-lain. Wujud adanya Allah adalah sesuatu yang badihiyah. Artinya segala sesuatu yang kebenarannya memerlukan dalil pembuktian, tapi karena sudah umum dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak memerlukan pembuktian lagi. Namun demikian, banyak bukti tentang wujud Allah tersebut. Manusia dengan akalnya dapat merenungkan tentang dirinya, alam semesta , dan seisinya. Misalnya bagaimana manusia diciptakan ( Q.S Al-Mu’min : 67 ), bagaimana buah-buahan itu ada, bagaimana malam dan siang, matahari dan bulan itu silih berganti, bagaiman gunung-gunung itu ditanjapkan, dan masih banyak lagi dalil lewat alam semesta yang menunjukan bahwa Allah itu ada dan Maha Kuasa.

2. Akidah Nubuwah

Akidah Nubuwah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan para nabi dan rasul, kitab-kitab Allah, mukjizat, karamah, dan lain-lain. Kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul merupakan kumpulan wahyu. Wahyu adalah kalam Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Yang dimaksud kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya, seperti ;

a) Kitab Taurat, yang diturukan kepada Nabi Musa as (Q.S Al-Isra (17) : 2 ) b) Kitab Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud as (Q.S Al-Isra (17) :55 ) c) Kitab Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa as (Q.S Al-Maidah (5) : 46 ) d) Kitab Al-Qur’an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (Q.S Fatir

(35) : 31, Q.S Al-Kahfi (18) : 1-2, Q.S Yasin (36) : 69 )

3. Akidah Ruhaniyah (Metafisis)

Akidah Ruhaniyah yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan, dan lain-lain. Kita mengimani wujud makhluk gaib tersebut melalui informasi yang didapat dalam Al-Qur’an dan As-sunah, juga lewat bukti-bukti nyata yang ada dalam alam semesta. Misalnya, malaikat pencabut nyawa manusia datang setiap saat sebagaimana yang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Malaikat memberi wahyu, misalnya Al-Qur’an dapat kita lihat wujud Al-Qur’an tersebut. Setan menyesatkan dan menakut-nakuti manusia agar manusia lupa dengan Allah. Setan menyesatkan manusia kepada jalan bisikan, melupakan hati, angan-angan sesat dan maksiat, memandang baik perbuatan yang maksiat, janji palsu, tipu daya, menghambat manusia menjalankan perintah Allah, memiliki sifat bermusuhan dan lain-lain.

(6)

Akidah Samiyyah yaitu membahas tentang segala sesuatu yang hanya bisa kita ketahui lewat sam’i yaitu lewat dalil naqli Al-Qur’an dan As-sunah. Misalnya, tentang berita adanya alam barzah, hari kiamat, alam kubur, kehidupan akhirat, azab kubur, surga, neraka, dan lain-lain.

Dari ruang lingkup akidah islam tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya ruang lingkup akidah termasuk pembahasan rukun iman. Disamping itu sistematika tersebut, pembahasan akidah juga dapat dipilah-pilah berdasarkan rukun iman yang enam, yaitu pembahasan tentang iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, nabi dan rosul Allah, hari akhir, dan takdir Allah.

VI.

Internalisasi Nilai Akidah

Internalisasi merupakan suatu proses pendalaman atau penghayatan. Internalisasi sebagai upaya dalam menghayati nilai-nilai ajaran Islam, sehinggga nilai dalam ajaran Islam dapat tertanam dalam diri kita untuk selanjutnya dapat menjadi sumber motivasi bagi diri kita untuk bergerak, bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Internalisasi juga dapat dilakukan dengan sistem pembiasaan. Pembiasaan yang diajarkan mulai dari usia dini, agar tertanam dalam dirinya hingga dewasa, tidak hanya diperdalam untuk diketahui tetapi ditanamkan untuk melakukannya. Internalisasi juga menanamkan atau menghayati nilai-nilai batiniyah dalam hal-hal nilai tauhid agar manusia itu sendiri tidak goyah Imannya dan tidak lemah yang padahal kesehariannya tetap melakukan ibadah-ibadah formal.

VII. Akidah untuk Kehidupan Manusia

1. Tujuan Hidup

Mencari Ridha Allah / Mardatillah

“… Tiada sekutu bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang mula-mula muslim (diantara penduduk Mekkah)…” (QS. Al-An’am : 163)

2. Tugas Hidup

Mengabdikan diri kepada Allah dalam berbagai aspek kehidupan / ’ibadah

“… Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku…” (QS. Adz-Dzariyat : 56)

3. Peranan Hidup

Khalifah, wakil Allah untuk mewujudkan kehendak Illahi di bumi, memakmurkan alam dan lain-lain. Pelanjut Risalah / menampaikan ajaran - ajaran Allah dan membelanya

(7)

memberikan siksaan, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang…” (QS. Al An’am : 165)

“… Kamu adalah sebaik-baiknya umat yang dilahirkan manusia, kamu menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan kamu beriman kepada Allah; dan sekiranya Ahli Kitab itu beriman, niscahya lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang fasik. (QS. Ali’ Imran :110)

4. Pedoman Hidup

Al-Qur’an dan As-Sunnah

“… Bahwa sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan membawa kabar gembira untuk orang-orang mukmin yang beramal shaleh, sesungguhnya bagi mereka pahala yang besar…” (QS. Al Isra : 9)

“… Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul dan kepada pemangku kekuasaan di antaramu. Maka jika kamu berselisih dalam sesuatu (urusan), kembalikanlah ia kepada (Kitab) Allah dan (Sunnah) Rasul, jika kamu benar-benar beriman terhadap Allah dan hari kemudian. Itulah yang lebih baik dan lebih bagus kesudahannya…” (QS. An Nisa : 59)

“… Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan sebenarnya, supaya engkau menghukum antara manusia dengan apa yang telah Allah perlihatkan kepadamu. Dan janganlang engkau menjadi pembela bagi orang-orang yang berkhianat…” (QS. An Nisa : 105)

5. Teladan Hidup

Muhammad Rasulullah SAW

“… Muhammad tiadalah bapak salah seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah mengetahui segala sesuatu…” (QS. Al Azhab:40)

6. Kawan Hidup

Mu’minin, Mu’minat

“… Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat…” (QS. Al Hujurat : 10)

7. Lawan Hidup

Syaitan dan sifat-sifat syaithan seperti :syirik, kufur dan lain-lain

“... Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu…” (QS. Al-Baqarah : 168)

(8)

turut lankah-langkah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu…” (QS. Al-An’am : 142)

8. Bekal Hidup

Seluruh alam raya dan isinya

“… Dan Dia memudahkan (pula) untuk kamu apa yang di langit dan apa yang dibumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir…” (QS. Al-Jasiyah : 13)

VIII. Aqidah dalam Kehidupan

Perlu dipahami bahwa dakwah Rasulullah Saw. selama di Mekkah ditujukan untuk menguatkan akidah. Ini menghasilkan kualitas keimanan yang sempurna yang ditunjukan oleh rasul dan para sahabat. Pada saat itu, belum diturunkan aturan hukum-hukum lain yang mengatur kehidupan pribadi dan bermasyarakat, seperti mu'amalah, puasa dan sebagainya. Bahkan salat pun diturunkan Allah SWT. kepada Rasul SAW. menjelang hijrah ke Madinah. Di sini disadari bahwa peranan aqidah sangat penting dalam pembinaan manusia dan masyarakat. Benar bahwa Rasul SAW. diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, tetapi akhlak yang sempurna ini tidak akan dapat terwujud tanpa disandarkan pada landasan aqidah yang mantap. Bila aqidah sudah dapat diwujudkan dalam amal, maka dengan otomatis akhlak manusia pun akan dapat mengikutinya.

Salah satu hal yang harus diketahui dalam mengkaji aqidah adalah melakukan reinterpretasi terhadap makna syahadah. Syahadah sendiri merupakan salah satu bagian dari rukun iman, bahkan merupakan rukun iman yang pertama. Syahadah menempati kedudukan utama sebagai awal keislaman dan keimanan seseorang. Mengucapkan kalimat tersebut menjadikan seseorang sebagai Muslim dan mempunyai kewajiban-kewajiban yang sama dengan Muslim lainnya. Syahadah merupakan pembatas (border) antara domain (wilayah) jahiliyah dengan domain Islam. Bila seseorang tidak menganut Islam walaupun ia berpendidikan atau mempunyai kedudukan tinggi, tetap saja orang tersebut tergolong dalam domain jahiliyah. Sementara itu, bila seseorang telah berislam / ber-syahadah walaupun dia seorang yang miskin dan tidak punya apa-apa, tidak berkuasa dan tidak berkedudukan, tetap saja dia mempunyai nilai yang terhormat di sisi Allah Swt. Pada konteks ini Rasulullah Saw. bersabda, " Siapa saja yang dalam hidupnya pernah mengucapkan syahadah maka dia akan dimasukkan dalam surga".

(9)

yang menyamai-Nya. Sementara syahadah Rasul berarti mengimani Muhammad sebagai utusan Allah. Sedikitnya ada tiga makna yang harus dipahami dalam syahadah yaitu:

1. Tasdiiqun bil qolbi

Tasdiiqun bil qolbi yaitu syahadah yang harus dibenarkan dalam hati. Bila unsur ini tidak dimiliki maka keraguan Islam akan muncul. Unsur ini merupakan nilai terpenting dalam keimanan seseorang. Ada seorang sahabat Rasulullah yang bernama Amer bin Yassar. Ia dikisahkan memiliki keteguhan iman luar biasa sehingga harus disiksa oleh kaum kafir Quraisy kemudian secara tidak sadar mengungkapkan kata-kata kekufuran karena kerasnya siksaan yang datang kepadanya. Akhirnya hal itu diketahui oleh Rasullullah. Beliau membolehkannya selama hatinya tidak membenarkannya. Ini membuktikan keimanan itu harus ada di dalam qalbu seorang Muslim.

2. Iqroorun bil lisan

Iqroorun bil lisan yaitu syahadah yang harus diucapkan atau diumumkan melalui lisan/ ucapan. Syahadah ini menuntut pembuktian secara nyata tentang keislaman kita kepada orang lain. Makanya bagi orang yang masuk Islam, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengucapkan syahadah ini. Setelah itu ia berhak menyandang gelar Muslim dan mempunyai kewajiban yang sama dengan Muslim lainnya. Dengan syahadah ini, akan nampak perbedaan antara seorang Muslim dengan non Muslim.

3. Amalun bil arkan

Amalun bil arkan yaitu syahadah yang mengharuskan setiap Muslim mengaplikasikan syahadahnya dengan amal ibadah secara nyata. Syahadah bukan sekadar diucapkan dan dibenarkan oleh hati tapi sampai tingkat pelaksanaan hukum-hukum Allah baik berupa larangan maupun perintah-Nya. Oleh sebab itu, bukan seorang Muslim yang benar jika ia hanya sekadar bersyahadah saja, namun ia tidak beribadah sesuai perintah Allah SWT. Pada tingkatan inilah seseorang dinilai sebagai Muslim sejati atau tidak.

IX. Akidah Menjadi Bingkai & Kendali dalam

Berperilaku

Bagaimana akidah memberi pengaruh dalam kehidupan seorang Muslim? Berikut ini adalah uraian bagaimana akidah menjadi bingkai sekaligus kendali dalam setiap perilaku kaum Muslim yang dikutip dari tulisan Drs. H. Syamsyul Arifin Nababan “Indahnya Ber-Aqidah PENGARUH AKIDAH DALAM KEHIDUPAN” :

(10)

segala sesuatu yang ada di dalamnya adalah milik Allah Swt. Tidak ada sesuatu pun dalam alam ini yang dapat menghalangi dan membatasi rasa cintanya dan kecenderungannya untuk memberi pertolongan kepada sesama manusia. Bagaimanapun pandangan seperti ini tidak mungkin ada pada orang yang menganut politeisme. Paham ini meyakini bahwa Allah Swt. mempunyai sifat serba kekurangan dan terbatas seperti manusia.

Kedua, melahirkan rasa bangga dan harga diri. Orang yang memiliki aqidah benar akan merasa bangga sebagai manusia dan mempunyai harga diri. Dia mengetahui Allah adalah Pemilik sebenarnya dari segala kekuatan yang ada dalam alam ini, tidak ada yang memberi manfaat dan mudarat kecuali Allah, tidak ada yang menghidup dan mematikan kecuali Allah serta tidak ada yang memiliki hukum, kekuasaan dan kedaulatan kecuali Allah. Oleh karena itu, keimanannya kepada Allah menyebabkan dia tidak berhajat kepada yang lain kecuali kepada Allah. Tercabut dari dalam hatinya rasa takut kepada yang lain kecuali kepada Allah. Dia tidak menundukkan kepalanya di hadapan makhluk, tidak merendahkan diri dan mengemis kepada manusia dan tidak gentar dengan kesombongan dan kebesaran manusia.

Ketiga, rendah hati kepada sesama manusia. Orang yang akidahnya benar tidak mungkin menjadi angkuh, tidak mensyukuri nikmat dan tidak terpedaya dengan kekuatan dan kemahiran yang dimilikinya. Karena dia tahu dan yakin semua itu adalah karunia Allah kepadanya. Malah dia sadar Allah berkuasa mengambilnya kembali apabila Dia menghendaki. Manusia yang akidahnya tidak benar akan mengingkari nikmat, menyombongkan diri dan mengangkat kepala apabila memperolehi nikmat. Ia menganggap nikmat itu hasil usaha dan kecakapannya.

Keempat, jiwa yang bersih dan beramal saleh. Orang yang berakidah secara benar yakin bahwa tidak ada jalan untuk mencapai keselamatan dan keuntungan kecuali dengan jiwa yang bersih dan beramal saleh. Kesadaran itu timbul karena dia beriman kepada Allah yang Maha Kaya dan Maha Adil, bergantung harap segala sesuatu kepada-Nya. Sebaliknya orang yang musyrik dan kafir menghabiskan masa hidup mereka untuk angan-angan palsu. Di antara mereka ada yang berkata: "Sesungguhnya anak Allah telah menjadi penebusan dosa-dosa kita kepada Bapanya." Ada juga yang berkata: "Kami adalah putera Allah dan kekasihnya, maka Ia tidak akan menyiksa kami karena dosa kami." Ada juga yang berkata: "Kami akan meminta syafaat pada sisi Allah kepada pembesar kami dan orang yang bertaqwa di kalangan kami." Ada juga di kalangan mereka yang mempersembahkan nazar dan korban kepada tuhan mereka dan menganggap dengan cara demikian mereka telah mendapat izin untuk berbuat sekehendak hati mereka.

(11)

ketenteraman yang luar biasa pada hatinya. lman mengisi hatinya dengan ketenangan dan harapan meskipun dia dihina di dunia dan diusir dari semua pintu kehidupan sehingga kelihatan jalan hidupnya sempit dan seluruh saluran materi terputus darinya. Dia yakin Allah tidak pernah terlena dan tidak membiarkan hidupnya terlantar. Oleh karena itu, ia senantiasa mencurahkan tenaganya dengan bertawakkal kepada Allah dan meminta pertolongan daripada-Nya dalam semua urusan. Ketenteraman hati dan ketenangan iiwa seperti ini tidak mungkin dimiliki kecuali dengan aqidah. Orang kafir, musyrik dan mulhid (atheis) mempunyai hati yang lemah. Mereka bersandar kepada kekuatan yang terbatas. Maka alangkah cepatnya mereka dihinggapi rasa putus asa ketika menghadapi kesukaran. Kadangkala menyebabkan mereka membunuh diri mereka sendiri.

Keenam, memiliki hati dan pendirian yang teguh. Akidah yang benar mendidik manusia dengan kekuatan yang besar, bulat, tekad, berani, sabar, tabah dan tawakkal ketika menghadapi perkara besar di dunia demi mengharapkan keridhaan Allah. Dia yakin kekuatan Allah yang memiliki langit dan bumi menyokongnya dan membimbingnya dalam setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, hatinya menjadi lebih teguh, dan tabah. Hampir tidak ada suatu musibah dalam dunia yang dapat melawan tekad yang telah dibuatnya.

Ketujuh, berani dan tabah. Akidah yang benar akan menjadikan manusia berani dan mengisi hatinya dengan ketabahan. Ada dua perkara yang menjadikan seseorang manusia itu pengecut dan lemah semangat. Pertama, cinta pada diri, harta dan keluarganya. Kedua, percaya bahwa ada yang lain selain Allah yang dapat mematikan manusia dan dia tidak dapat menolak kematian itu dengan beragam tipu daya. Akidah yang benar dapat mencabut kedua persoalan itu dari hati manusia dan sekaligus membersihkannya. lman dapat mencabut yang pertama dengan menjadikan dia yakin bahwa Allah adalah satu-satunya Pemilik diri, harta dan keluarganya. lman menjadikan dia sedia berkorban untuk jalan dan keridhaan Allah. Dia rela berkorban dengan segala sesuatu yang ada padanya dengan sesuatu yang mahal maupun murah. lman juga dapat mencabut persoalan kedua dengan menanamkan ke dalam iiwa manusia bahwa tidak ada seorang manusia atau seekor binatang pun yang dapat merampas hidupnya.

(12)

yakin Allah melimpahkan rezeki kepada orang yang dikehendaki-Nya dan menentukan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Tidak ada kemuliaan, kekuatan, kemasyhuran, kekuasaan, pengaruh dan kemenangan melainkan di tangan Allah. Manusia wajib berusaha dengan cara yang mulia menurut kemampuannya. Kejayaan atau kegagalan bergantung kepada Allah. Tidak ada yang dapat menahan apa yang diberi-Nya dan tidak ada yang dapat memberi apa yang ditahan-Nya.

Sembilan, terikat dan patuh pada peraturan Allah. Akidah yang benar akan menjadikan manusia terikat dan patuh pada undang-undang Allah. Orang yang beriman yakin bahwa Allah mengetahui segala sesuatu. Allah lebih dekat kepada diri mereka daripada urat leher mereka sendiri. Orang beriman yakin apabila mereka melakukan sesuatu perbuatan di dalam gelap ataupun terang, Allah tetap mengetahui. Apabila terlintas dalam hatinya sesuatu yang tidak baik, Allah tetap mengetahui. Walaupun dia dapat menyembunyikan perbuatannya daripada orang lain, dia tidak dapat menyembunyikannya dari Allah. Walaupun dia dapat melepaskan dirinya dari berbagai kekuatan, dia tidak dapat melepaskan dirinya dari Allah. Semakin kukuh akidah ini melekat dalam jiwa seseorang, semakin tekun ia mengikuti hukum Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ia bergegas menuju kebajikan dan mengerjakan apa yang diperintah oleh Allah dimanapun berada. Di hadapan matanya senantiasa terbayang pengadilan tinggi dan tidak ada orang yang dapat melepaskan diri daripada pemeriksaan-Nya.

(13)

Akidah adalah sumber energi jiwa yang senantiasa memberikan kita kekuatan untuk bergerak menyemai kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam kehidupan. Atau bergerak mencegah kejahatan, kebatilan dan kerusakan dipermukaan bumi. Akidah adalah gelora yang memberi inspirasi kepada pikiran-pikiran kita untuk mempertajam bashirah (mata batin). Akidah adalah cahaya yang menerangi dan melapangkan jiwa kita untuk "taqwa". Akidah adalah bekal yang menjalar di seluruh bagian tubuh kita untuk melahirkan "harakah". Akidah menentramkan perasaan, menguatkan tekad dan menggerakkan raga kita. Akidah mengubah individu menjadi baik, dan kebaikan individu menjalar dalam kehidupan masyarakat, maka masyarakat menjadi erat dan dekat. Dengan akidah, yang kaya diantara mereka menjadi dermawan, yang miskin diantara mereka adalah "iffah" (menjaga kehormatan dan harga diri), yang berkuasa diantara mereka adalah adil, yang ulama diantara mereka adalah taqwa, yang kuat diantara mereka adalah penyayang, yang pintar diantara mereka adalah rendah hati, yang bodoh diantara mereka adalah pembelajar.

Dalam kehidupan pula nilai akidah menjadi sangat penting kerena merupakan keyakinan yang akan membimbing akhlak dalam menjalani kehidupan sehingga tidak terjadi penyelewengan dalam mendasari perilaku.

Daftar Pustaka

Kholisin, A. Tohe, Hanik Mahlihatussikah. 2008. Akidah Akhlak. Sidoarjo: Media Ilmu. Faridl Mahmud. 1980. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung : Pustaka.

Nababan Drs. H. Syamsyul Arifin. 2012. Indahnya Ber-Aqidah PENGARUH AKIDAH

DALAM KEHIDUPAN, (Online), www.annabacenter.com/main/kajian/detail.php?

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan air rebusan daun salam ( Eugenia polyantha W ) dalam menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp.. Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap Ekstrak

Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan metode memberikan penyuluhan dalam bentuk seminar bagi masyarakat Kelurahan Rejosari dengan tema “Pemberdayaan

Pada prinsipnya tanggung jawab organ atau yayasan yang jatuh pailit sama saja seperti tanggung jawab pada yayasan dalam keadaan normal, Pertanggungjawaban organ

Hal ini dikarenakan ubi jalar merupakan sumber energi yang baik dalam bentuk karbohidrat (Sulistiyo, 2006) dan ubi jalar yang telah dimasak memiliki kandungan gula yang lebih

Norma kesopanan adalah: peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari-hari sekelompok masyarakat. Peraturan

Altkomite SC11; Kaynak ve ilgili proseslerle ilgili personelin vas Kaynak ve ilgili proseslerle ilgili personelin vas ıı fland  fland  ıı rma rma ş ş artlar  artlar  ıı , i

Peneliti ingin menambahkan dari hasil observasi bahwa memang benar untuk produk-produk aksesoriesnya sangat bervariasi dengan harga yang tidak begitu mahal