• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cooley dan Looking Glass Self

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Cooley dan Looking Glass Self"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

(2)

APAKAH SIFAT MANUSIA ITU?

Sejauh manakah ciri-ciri orang berasal dari “alam”

(keturunan), dan sejauh mana berasal dari “asuhan” (lingkungan sosial atau kontak dengan orang lain)?

Anak-anak Feral

Dahulu cerita anak-anak “liar” yang dibesarkan di hutan hanyalah sekadar mitos.

Kini cerita tersebut tidak lagi hanya sekadar mitos

semenjak ditemukannya puluhan kisah semacam itu, yang salah satunya diteliti oleh ilmuwan Prancis.

(3)

Salah satu alasan saya pergi ke Kamboja

adalah untuk mewawancarai seorang anak feral —anak laki-laki yang ditampilkan di sini—yang dikabarkan dibesarkan oleh monyet. Tatkala saya sampai di lokasi terpencil di mana anak tersebut tinggal, saya kecewa karena cerita tersebut ternyata hanya sebagian saja yang benar. Di masa pemerintahan terornya, Khmer Merah menembak dan membunuh orang tua anak laki-laki tersebut, meninggalkannya terlantar di suatu pulau pada usia dua tahun. Beberapa bulan kemudian, orang-orang desa menemukannya dalam asuhan monyet. Mereka menembak monyet betina yang sedang

(4)

Anak-anak Terisolasi

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian pada anak-anak terisolasi adalah bahasa tidak bersifat alamiah.

Anak-anak yang Diasuh dalam Panti

Skeels dan Dye menemukan pada anak-anak yang diasuh dalam panti bahwa adalah ketiadaan interaksi sosial

yang merangsang yang menyebabkan rendahnya IQ dan kesulitan dalam hubungan interpersonal.

Tampaknya satu ciri yang menurut akal sehat dianggap sebagai ciri dasar “manusia”—inteligensi tinggi—sangat tergantung pada hubungan erat dengan sesama

(5)

Anak-anak yang Diasuh dalam Panti

Kemampuan menjalin ikatan erat dengan orang lain bukan hanya tergantung pada kecerdasan, tapi juga pada

interaksi awal.

Binatang yang Mengalami Deprivasi

Harlow dan Harlow menyimpulkan
(6)

SOSIALISASI KE DALAM DIRI,

PIKIRAN, DAN EMOSI

Bagaimana kita mengembangkan perasaan mengenai diri?

Cooley dan

Looking Glass Self

Pada tahun 1800-an, Charles Horton Cooley (1864 – 1929) menyimpulkan bahwa sisi khas dari “kemanusiawian”

tercipta secara sosial, di mana perasaan mengenai diri kita berkembang melalui interaksi dengan orang lain. Cooley menciptakan istilah looking glass self yang

(7)

Cooley dan

Looking Glass Self

Looking glass self mengandung tiga unsur:

1. Kita membayangkan bagaimana kita tampak bagi mereka di sekeliling kita.

2. Kita menafsirkan reaksi orang lain.

3. Kita mengembangkan suatu konsep diri.

(8)

Mead dan Pengambilan Peran

Herbert Mead (1863 – 1931) berkata bahwa bermain sangat penting bagi perkembangan anak.

Dalam bermain, anak belajar untuk mengambil peran

orang lain, yaitu menempatkan diri di tempat orang lain —memahami bagaimana orang lain berperasaan serta berpikir, dan mengantisipasi bagaimana orang tersebut akan bertindak.

Anak-anak mengembangkan kemampuan ini secara bertahap.

Pada awalnya, anak hanya akan mampu mengambil peran

(9)

Mead dan Pengambilan Peran

Ketika sang anak mulai menginternalisasikan ekspektasi lebih banyak orang, sang anak mulai mampu

mengambil peran orang lain yang digeneralisasikan, atau persepsi kita mengenai bagaimana orang lain

pada umumnya memandang kita.

Mead menganalisis pengambilan peran orang lain sebagai suatu bagian mendasar dalam pembelajaran menjadi anggota masyarakat. Pada mulanya, kita hanya mampu mengambil peran orang lain yang signifikan, sebagaimana yang dilakukan anak ini. Kemudian kita

mengembangkan kemampuan untuk mengambil peran orang lain yang

(10)

Mead dan Pengambilan Peran

Pembelajaran mengambil peran melewati tiga tahap:

1. Imitasi

2. Permainan 3. Pertandingan

Mead mengatakan bahwa diri terdiri atas dua bagian:

“I” adalah diri sebagai subjek, bagian diri yang aktif, spontan, dan kreatif.

“Me” adalah diri sebagai objek, yang terdiri atas sikap yang telah kita internalisasikan dari interaksi kita dengan orang lain.

(11)

Piaget dan Perkembangan Penalaran

Salah satu inti dari menjadi manusia adalah kemampuan untuk menggunakan nalar.

Piaget berpikir bahwa anak-anak menjalani suatu proses alami di kala mereka belajar untuk menggunakan nalar (Piaget 1950, 1954; Flavel dkk., 2002).

Piaget menemukan bahwa anak-anak melalui empat tahap ketika mereka mengembangkan kemampuan

penalaran.

(12)

Piaget dan Perkembangan Penalaran

1. Tahap sensorimotor (lahir – 2 tahun). Pemahaman anak terbatas pada kontak langsung dengan

lingkungan. Anak sudah dapat berpikir, namun tidak dalam artian yang kita pahami.

2. Tahap pra-operational (2 – 7 tahun). Anak

mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol. Namun mereka belum memahami konsep umum seperti ukuran, kecepatan, atau sebab-akibat.

3. Tahap operasional konkret (7 – 12 tahun).

Kemampuan penalaran telah berkembang, namun masih terbatas pada hal yang konkret.

4. Tahap operasional konkret (setelah 12 tahun). Anak mampu berbicara tentang konsep, menarik kesimpulan mengenai dasar prinsip umum, dan menggunakan

(13)

Freud dan Perkembangan Kepribadian

Freud percaya bahwa kepribadian terdiri atas tiga unsur. Id adalah dorongan pencari kepuasan diri yang muncul

sejak lahir yang menuntut pemenuhan langsung

keperluan dasar: perhatian, keselamatan, makanan, seks, dan sebagainya.

Ego adalah kekuatan penyeimbang antara id dan tuntutan masyarakat atau superego.

(14)

Freud dan Perkembangan Kepribadian

Jika id kita lepas kendali, kita akan mengikuti hasrat kita

akan kesenangan dan akan melanggar norma masyarakat.

Jika superego kita lepas kendali, kita akan menjadi terlalu kaku dan terbelenggu oleh peraturan yang mengekang. Individu yang secara emosional sehat adalah mereka yang

ego-nya berhasil menyeimbangkan antara id dan

superego.

Pada individu yang tidak mampu menyesuaikan diri, ego -nya tidak mampu mengendalikan konflik id-superego

(15)

Freud dan Perkembangan Kepribadian

Evaluasi Sosiologis

Para sosiolog menghargai penekanan Freud pada sosialisasi—bahwa kelompok sosial tempat kita dibesarkan mentransmisikan norma dan nilai yang

mengekang dorongan biologis kita—namun menentang pandangan bahwa adalah motivasi bawah sadar dan sejak lahir yang menentukan perilaku manusia.

Prinsip utama sosiologi: faktor utama penentu perilaku

manusia adalah kelas sosial dan peran dalam kelompok. Para feminis sangat kritis terhadap Freud karena

(16)

Sosialisasi dan Emosi

Mereka menemukan bahwa emosi pun bukan hanya semata-mata hasil biologis, namun seperti halnya

pikiran, emosi tergantung pada sosialisasi (Hochschild 1975, 1983; Reiser 1999; Turner 2000).

Emosi Global

Paul Ekman menyimpulkan bahwa setiap orang mengalami enam emosi dasar: kemarahan, kejengkelan, ketakutan, kebahagiaan, kesedihan, dan keterkejutan—dan kita

semua memperlihatkan ekspresi wajah yang sama di kala kita merasakan emosi ini.

Ekman menyimpulkan bahwa keenam emosi tersebut

(17)

Sosialisasi dan Emosi

Ekspresi Emosi

Ekspresi emosi pun dipengaruhi oleh sosialisasi,

kebudayaan, kelas sosial, dan hubungan interpersonal. Apa yang Kita Rasakan

Sosialisasi tidak hanya mengarahkan cara kita

(18)

Masyarakat Dalam Diri: Diri dan Emosi

sebagai Kendali Sosial

Sosialisasi dan emosi merupakan bagian pokok dalam

proses menjadikan kita anggota masyarakat yang baik, karena diri dan emosi kitalah yang membentuk perilaku. Pengalaman Anda dalam masyarakat telah menciptakan

suatu diri yang berpikir dengan pola tertentu dan merasakan emosi tertentu.

(19)

SOSIALISASI KE DALAM

GENDER

Untuk mengarahkan perilaku kita, masyarakat

menggunakan sosialisasi gender—mengharapkan sikap dan perilaku berbeda atas dasar jenis kelamin.

Pesan-pesan Gender

Keluarga

Orang tua adalah orang lain yang penting pertama yang mengajarkan tempat kita dalam pembagian dunia

simbolis ini.

(20)

Pesan-pesan Gender

Teman Sebaya

Proses pemilahan yang dimulai dalam keluarga diperkuat ketika anak berhadapan dengan aspek lain dari

masyarakat, salah satunya adalah teman sebaya.

Kelompok sebaya adalah individu yang usianya kurang-lebih sama, yang terikat oleh kepentingan bersama.

Peran gender yang telah kita pelajari semasa kanak-kanak menjadi bagian orientasi dasar kita ke kehidupan. Meskipun kita memperhalus peran tersebut manakala usia kita

(21)

Pesan-pesan Gender

Media Massa

Televisi dan film cenderung

melebih-lebihkan peran tokoh laki-laki daripada tokoh perempuan.

Belakangan ini telah muncul tokoh-tokoh pendobrak stereotip yang cenderung menghasilkan perubahan ide mengenai jenis kelamin.

(22)

AGEN SOSIALISASI

Agen sosialisasi adalah orang dan kelompok yang

mempengaruhi orientasi kita ke kehidupan—konsep diri, emosi, sikap, dan perilaku.

Keluarga

Sosialisasi bergantung pada kelas sosial suatu keluarga.

Orang tua dari tiap kelas sosial menginginkan anak mereka hidup dan memiliki kualitas yang serupa dengan mereka. Jenis pekerjaan orang tua ikut mempengaruhi bagaimana

(23)

Lingkungan Hunian

Lingkungan hunian ikut berperan dalam proses sosialisasi. Anak-anak dari lingkungan hunian yang lebih miskin lebih

cenderung bermasalah dengan hukum, hamil di luar nikah, putus sekolah, dan berakhir dalam kehidupan yang tidak menguntungkan.

Agama

Dengan mempengaruhi nilai, agama menjadi suatu

komponen kunci dalam ide orang mengenai benar dan salah.

(24)

Penitipan Anak

Anak yang meluangkan waktu lebih banyak di penitipan anak memiliki ikatan yang lebih lemah dengan ibu

mereka serta lebih cenderung berkelahi, kejam, dan galak.

Dengan menitipkan anak, sang ibu mungkin kurang

meluangkan waktu dengan anak mereka serta kurang responsif terhadap keperluan emosional sang anak

karena sang ibu kurang mengenal “sistem isyarat” sang anak.

(25)

Sekolah dan Teman Sebaya

Di kala pengalaman anak dengan agen sosialisasi meluas, pengaruh keluarga berkurang. Sekolah merupakan salah satu alih kesetiaan dan pembelajaran nilai baru yang

signifikan.

Pemisahan peran jenis kelamin anak ditentukan oleh norma yang berlaku di sekolah.

Kelompok sebaya memberikan pengaruhnya yang paling kuat melalui peraturannya—“konformitas atau

(26)

Tempat Kerja

Di tempat kerja, kita tidak hanya mempelajari keterampilan kerja, akan tetapi juga suatu perspektif tentang dunia. Kita mungkin menjalani sosialisasi antipartisipatoris

belajar memainkan suatu peran sebelum benar-benar menjalaninya, dengan didasarkan pada sejumlah

(27)

RESOSIALISASI

Resosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, sikap, dan perilaku baru yang sepadan dengan situasi baru yang mereka hadapi dalam kehidupan.

Resosialisasi dapat bersifat lembut maupun sangat kuat.

Institusi Total

Erving Goffman (1961) menciptakan istilah institusi total untuk menggambarkan suatu tempat di mana orang terputus dari masyarakat dan hampir sepenuhnya

(28)

Institusi Total

Seseorang yang memasuki institusi total disambut dengan suatu upacara

degradasi (Garfinkel 1956) atau suatu usaha mengubah diri seseorang

dengan cara mencopot identitas yang sekarang dimiliki individu dan

menanamkan suatu identitas baru sebagai gantinya.

Tidak ada seorang pun dapat

meninggalkan institusi total tanpa tersentuh karena pengalamannya

(29)

SOSIALISASI MELALUI

PERJALANAN HIDUP

Tahap-tahap yang Anda jalani sejak kecil hingga Anda tua nanti disebut sebagai perjalanan hidup.

Signifikansi perjalanan hidup adalah:

1. Di kala Anda melewati suatu tahap, perjalanan hidup mempengaruhi perilaku dan orientasi Anda.

(30)

Masa Kanak-kanak (Lahir – 12 Tahun)

Faktor sosial sama vitalnya dengan faktor biologis, karena faktor sosial menentukan bagaimana masa kanak-kanak seseorang.

Pada masa Abad Pertengahan, masa kanak-kanak tidak dianggap sebagai suatu masa khusus dalam kehidupan. Orang dewasa menganggap anak-anak sebagai miniatur orang dewasa dan mempekerjakan mereka pada usia dini.

Industrialisasi mentransformasi cara kita memandang anak-anak.

(31)

Masa Kanak-kanak (Lahir – 12 Tahun)

Dalam masyarakat Barat masa kini, seperti di Amerika Serikat, anak-anak dipandang tak berdosa dan memerlukan perlindungan agar terhindar dari tanggung jawab orang dewasa seperti bekerja dan memenuhi kebutuhan diri sendiri. Ide mengenai masa kanak-kanak

berbeda menurut tiap-tiap sejarah dan budaya. Dari lukisan seperti gambar tahun 1605

(32)

Masa Remaja (13 – 17 Tahun)

Pada awalnya, remaja tidak digolongkan sebagai suatu tahap tersendiri dalam perjalanan hidup.

Pada masa revolusi industri terjadi kesenjangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa karena:

1. Surplus materi sedemikian berlimpah sehingga remaja tidak perlu lagi diperhitungkan sebagai angkatan kerja. 2. Meningkatnya kepentingan pendidikan.

Untuk menanamkan identitas diri dan menandai peralihan dari anak-anak ke dewasa, masyarakat kesukuan

(33)

Masa Remaja (13 – 17 Tahun)

(34)

Masa Dewasa Muda (18 – 29 Tahun)

Kenneth Keniston menemukan bahwa masyarakat

industrialisasi menambahkan suatu perpanjangan

periode keremajaan dalam perjalanan hidup, di mana remaja menunda diembannya tanggung jawab yang seharusnya mereka pegang di akhir masa remaja. Para sosiolog menyebut masa ini kedewasaan

transisional di mana orang dewasa muda melangkah secara bertahap ke dalam tanggung jawab orang

(35)

Masa Usia Menengah (30 – 65 Tahun)

Masa Usia Menengah Dini (30 – 49 Tahun)

Pada masa usia menengah dini, sebagian besar orang lebih yakin mengenai diri dan tujuan hidup mereka sendiri.

Masa usia menengah dini memberikan tantangan khusus pada banyak perempuan Amerika Serikat.

Masa Usia Menengah Lanjut (50 – 65 Tahun) Terjadi reorientasi mendasar dalam berpikir.

Orang berusaha untuk mengevaluasi masa lampau dan menerima apa yang akan terjadi di masa depan.

(36)

Masa Usia Lanjut (65 Tahun ke Atas)

Industrialisasi dengan perbaikan gizi, kesehatan, dan

perawatan medisnya memperpanjang masa usia menengah.

Pada masa ini, mereka yang berada dalam tahap ini sudah memiliki konsep diri yang baik dan mampu

(37)

APAKAH KITA TAHANAN

SOSIALISASI?

Sosiologi tidak menganggap bahwa manusia sepenuh merupakan produk dari sosialisasi.

Tiap manusia memiliki self yang dinamis, yang

memungkinkan kita untuk secara aktif memberikan respons terhadap lingkungan kita—masing-masing manusia secara aktif mengkonstruk dirinya sendiri.

(38)

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen penelitian dikonstruk dari empat aspek: yaitu memiliki kesadaran sebagai pribadi yang tidak ideal, memandang orang tuanya seperti memandang orang dewasa lainya,

Perlakuan orangtua kepada anak-anaknya sejak kecil, akan berdampak pada perkembangan sosial moralnya di masa dewasa (Anisah, 2011, h.15). Bagi ketiga subjek, faktor

Ketika orang-orang Eropa Abad Pertengahan masih sibuk bertani dengan sistem feodal, sistem perdagangan barter, dan pandangan hidup yang memandang laba sebagai

Peneliti menyimpulkan jika yang dimaksud dengan Anak yakni orang yang belum dewasa atau orang yang belum kawin.Anak yang berkonflik dengan hukum yakni anak yang

”anak angkat adalah anak yang ada akibat suatu perbuatan dari seseorang mengambil atau menjadikan orang lain sebagai anaknya tanpa melepaskan ikatan kekeluargaan anak itu dari

Bergaul dengan orang dewasa itu memancing sikap seorang anak untuk melakukan perilaku menyimpang. Orang tua secara tidak sadar ia mempekerjakan anaknya sendiri

Orangtua atau orang dewasa yang mengawasi anaknya menjadi sebuah peran paling penting dikala sang anak sedang menyaksikan tayangan anime yang mengandung unsur kekerasan, terlebih

Terimakasih dan syukurku kepada Allah SWT yang telah memberiku orang tua yang begitu istimewa, yang tidak pernah terputus doanya untuk kebahagiaan anak-anaknya, yang tidak pernah