• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AKTIVITAS FISIK SUBMAKSIMAL SELAMA 30 MENIT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ORANG SEHAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " PENGARUH AKTIVITAS FISIK SUBMAKSIMAL SELAMA 30 MENIT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ORANG SEHAT"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Olahraga kini sudah menjadi kebutuhan masyarakat secara luas, terbukti dari bertumbuhnya pusat-pusat olahraga serta dipenuhinya ruang-ruang publik pada hari libur oleh masyarakat yang berolahraga. Hal ini menunjukkan bahwa olahraga bukan hanya sekedar kebutuhan, namun sudah menjadi gaya hidup. Mereka melakukan olahraga untuk menjaga kebugaran tubuh serta menjaga kesehatan, akan tetapi tidak sedikit juga mereka yang melakukannya karena hobi atau mengejar prestasi.

Rasulullah saw. bersabda, ”Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah” (HR Muslim). Hadits ini memperlihatkan bahwa selain mementingkan kekuatan iman, Islam juga peduli terhadap kekuatan jasmani umatnya karena dari kekuatan jasmani itulah ibadah dapat ditegakkan. Nabi Muhammad saw. Dalam haditsnya yang lain bersabda, “Segala sesuatu di luar zikir kepada Allah Swt. Adalah permainan atau senda gurau, kecuali empat hal: perjalanan seseorang diantara dua tujuan, melatih kuda, mencumbu istri, dan belajar berenang” (HR al-Bazzar dan al-Thabrani). Beliau menganjurkan kita untuk belajar berenang, salah satu olahraga yang sangat bermanfaat.

(2)

individu tersebut karena selain mudah dan murah, olahraga ini dapat dilakukan secara massal.

Canadian Society for Exercise Physiology (1998) dalam “physical activity guide” menyebutkan bahwa untuk menjaga tubuh tetap sehat diperlukan aktifitas fisik seperti berjalan kaki selama 60 menit per hari, Sedangkan untuk aktifitas fisik yang lebih berat,seperti bersepeda atau berenang diperlukan waktu 30-60 menit 4 kali seminggu. Seseorang yang melakukan olahraga aerobic atau jogging

memerlukan waktu 20-30 menit. Aktifitas ini harus dilakukan secara bertahap dan teratur untuk mencapai hasil yang optimal.

Manfaat melakukan olahraga yang cukup dan teratur telah diinformasikan secara luas dalam berbagai artikel kesehatan maupun artikel populer serta jurnal-jurnal kesehatan. Manfaat yang dapat diperoleh adalah olahraga dapat mencegah obesitas, diabetes mellitus, hyperlipidemia, stroke, dan hipertensi. Veronique dan Robert (2005) dalam penelitiannya di Belgia menyimpulkan bahwa latihan

aerobic dapat diterapkan sebagai manajemen hipertensi bukan hanya untuk pencegahan. Penelitian yang sama menyebutkan bahwa lemak dalam darah dapat diturunkan kadarnya dengan olahraga terutama aerobik. Lemak dalam darah inilah yang nanti akan menimbulkan arterosklerosis apabila kadarnya tinggi. Sebuah studi di jepang (Akira et al,1983) menyimpulkan bahwa latihan aerobik yang dilakukan pada 50% VO2max efektif terhadap terapi hipertensi ringan.

Kaitan olahraga dengan jantung dan pembuluh darah dapat dipahami karena jantung merupakan organ vital yang memasok kebutuhan darah di seluruh tubuh. Meningkatnya aktivitas fisik seseorang akan mengakibatkan kebutuhan darah yang mengandung oksigen akan semakin besar. Kebutuhan ini dipenuhi oleh jantung dengan meningkatkan aliran darahnya. respon pembuluh darah terhadap aktivitas ini adalah dengan melebarkan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga akan berdampak pada tekanan darah individu tersebut.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana dinamika perubahan tekanan darah pada orang sehat dengan

aktifitas submaksimal selama 30 menit ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perubahan tekanan darah pada orang sehat selama melakukan aktifitas fisik submaksimal selama 30 menit.

1.4 Manfaat

Dengan penelitian ini, akan diketahui efek dari kegiatan fisik submaksimal selama 30 menit terhadap tekanan darah serta regulasi pembuluh darah dalam merespon aktivitas fisik yang dibebankan.

1.5 Keaslian Penelitian

(4)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aktivitas fisik submaksimal

2.1.1 Definisi

Aktivitas fisik submaksimal merupakan suatu kegiatan fisik dengan menghasilkan tingkatan denyut jantung submaksimal yaitu antara 60-80% dari denyut jantung maksimal. Kapasitas jantung maksimal setiap orang berbeda-beda, untuk menghitungnya digunakan rumus: Kapasitas jantung maksimal = 220 -umur

2.1.2 Olahraga sebagai aktivitas fisik submaksimal

Aktifitas fisik ternyata berpengaruh terhadap kesegaran jasmani seseorang dan merupakan bagian komplek dari kebiasaan sehari-hari manusia. Aktivitas fisik yang sangat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang adalah olah raga (Manurung, 1994). Menurut Giam cit Salma (1994), olahraga yang benar harus memperhatikan intensitas berupa denyutjantung yang merupakan cerminan dari beban yang diterima. Beban yang dapat diterima oleh jantung berkisar antara 60-80% dari kekuatan maksimal jantung. Latihan yang dilakukan sampai denyut jantung maksimal akan menyebabkan kelelahan dan membahayakan, Sebaliknya jika beban latihan di bawah 70%, maka efek sangat sedikit atau kurang bermanfaat.

2.1.3 Pengertian Olahraga

Olahraga secara harfiah berarti sesuatu yang berhubungan dengan mengolah raga atau dapat dikatakan mengolah fisik. Ilmu faal olahraga menyebutkan bahwa olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatan kemampuan fungsionalnya, sesuai dengan tujuannnya melakukan olahraga. Olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu (Giriwijoyo, 2005).

(5)

2.1.4 Tujuan Olahraga

Olahraga dapat dibagi berdasarkan sifat dan tujuannya dapat dibagi menjadi, olahraga prestasi, olahraga rekreasi, olahraga rehabilitasi dan olahraga kesehatan.  Olahraga prestasi, untuk mencapai tujuan ini diperlukan usaha pembinaan yang serius ketekunan dan keuletan serta frekuensi dan intensitas latihan yang tinggi.

 Olahraga rekreasi, olahraga yang hanya bertujuan untuk mengisi kekosongan waktu untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan secara langsung dan dapat diperolehnya kepuasan dalam melakukan aktivitas tersebut.

 Olahraga rehabilitasi, olahraga yang bertujuan membantu proses rehabilitasi dari seorang penderita, misalnya pada penderita cacat fisik dan penderita-penderita penyakit jantung.

 Olahraga kesehatan, aktivitas gerak raga dengan intensitas yang setingkat di atas intensitas gerak raga yang biasa dilakukan untuk keperluan pelaksanaan tugas kehidupan sehari-hari. Olahraga kesehatan mempunyai manfaat dan juga tingkat keamanan tertentu, dengan intensitasnya sub maksimal dan homogen, bukan gerak-gerakkan maksimal atau gerakan eksplosif (Giriwijoyo, 2005).

2.1.5 Manfaat Olahraga

Manfaat olahraga yang cukup dan teratur, yaitu:

1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah. 2. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang.

3. Meningkatkan fleksibilitas tubuh sehingga dapat mengurangi cedera. 4. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan

mempertahankan berat badan ideal. 5. Mengurangi resiko terjadinya penyakit.

(6)

2.1.6 Jenis-jenis Olahraga

Menurut tim penyusun “ Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan “ (2002), olahraga menurut jenisnya dibagi dua, yaitu :

1. Olahraga aerobik, merupakan olahraga yang dilakukan secara terus menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh.

Misalnya : jogging, renang, bersepeda senam.

2. Olahraga anaerobik, merupakan olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya: angkat besi, lari sprint 100 meter, tenis lapangan, dan bulu tangkis.

2.1.7 Takaran Olahraga

Menurut Sumosardjuno (1998), olahraga akan bermanfaat jika memenuhi ketiga takaran, yaitu :

1. Intensitas latihan

Intensitas latihan adalah kerasnya latihan yang dilakukan, khususnya latihan yang bersifat aerobik. Takaran intensitas latihan adalah yang paling penting harus dipenuhi. Intensitas latihan dapat dilakukan dengan menghitung denyut nadi. Saat melakukan latihan olahraga, denyut nadi sedikit demi sedikit naik. Jumlah denyut permenit dapat dipakai sebagai ukuran, apakah intensitas latihan yang dilakukan cukup atau belum, atau melampaui batas kemampuan. Denyut nadi maksimal (DNM) yang boleh dicapai pada waktu melakukan olahraga adalah 220- umur (dalam tahun). Intensitas latihan pada olahraga kesehatan harus dapat mencapai denyut denyut nadi antara 60-80% dari DNM. Latihan dilakukan sampai berkeringat dan bernapas dalam, tanpa timbul sesak napas atau timbul keluhan seperti nyeri dada, pusing (Giam,Teh, 1992).

2. Lamanya latihan

(7)

efisien, atau kurang membuahkan hasil, jika kurang dari takaran tersebut. Menurut Giam, Teh (1992) lama latihan yang dianjurkan adalah selama 15-60 menit.

3. Frekuensi latihan

Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas latihan dan lama latihan. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa latihan paling sedikit tiga hari perminggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun olahraga prestasi. Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak melakukan latihan. Jadi, diusahakan sebelum ketahanan menurun harus sudah berlatih lagi.

Bagi atlit-atlit yang tidak berkompetensi, olahraga melebihi takaran yang dianjurkan tidak akan banyak bermanfaat, bahkan memungkinkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti cedera (Giam,Teh, 1992).

2.2. Tekanan Darah

2.2.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diartikan sebagai tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding dalam pembuluh darah. Guyton (1996) mengartikan tekanan darah sebagai kekuatan yang dihasilkan darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah. Walaupun pengertian tekanan darah ini berlaku pada seluruh sistem vaskuler, namun yang sering kita sebut sebagai tekanan darah merupakan tekanan darah arteri yang merupakan cabang dari aorta.

Pengukuran tekanan darah arteri selama siklus jantung dapat diukur secara langsung dengan menghubungkan alat pengukur tekanan ke sebuah jarum yang dimasukkan ke dalam arteri. Pengukuran dapat dilakukan secara lebih nyaman dan akurat, yaitu secara tidak langsung dengan menggunakan sphygmomanometer

(8)

darah, sebuah stetoskop diletakkan di atas arteri brachialis di lipat siku tepat di bawah manset. Bunyi tidak terdengar apabila tidak ada darah yg mengalir atau jika darah mengair secara normal, sedangkan aliran darah yang turbulen akan menimbulkan getaran yang dapat didengar. Pada permulaan pengukuran, manset dikembungkan hingga melebihi tekanan sistolik sehingga arteri kolaps. Tekanan manset yang besar menyebabkan arteri akan terjepit sehingga darah tidak akan mengalir pada arteri tersebut maka tidak terdengar bunyi. Tekanan manset secara perlahan diturunkan dan pada saat berada tepat di bawah tekanan sistolik puncak maka arteri akan terbuka sedikit dan akan menyebabkan darah mengalir secara turbulen sehingga dapat didengar melalui stetoskop sebagai bunyi. Bunyi yang pertama kali terdengar inilah yang menandakan tekanan darah sistolik. Sewaktu tekanan manset terus turun, darah secara intermiten akan mengalir kembali secara turbulen setiap tekanan arteri melebihi tekanan manset. Sewaktu tekanan manset pertama kali berada di bawah tekanan arteri, maka arteri brachialis tidak terjepit lagi sehingga darah dengan leluasa akan melewati arteri ini, karena aliran darah tidak lagi turbulen maka bunyi tidak akan terdengar. Tekanan tertinggi manset pada saat bunyi terakhir inilah yang kemudian kita sebut sebagai tekanan darah diastolik. (Sherwood,1996)

(9)

2.2.2 Regulasi Tekanan Darah

Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah dari jantung menuju ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat melalui regulasi yang kompleks karena dua alasan. Alasan pertama, tekanan ini harus cukup tinggi agar dapat menghasilkan tekanan yang cukup untuk mendorong darah menuju ke jaringan perifer. Kedua, tekanan darah tidak boleh terlalu tinggi yang akan mengakibatkan beban kerja jantung bertambah serta meningkatkan resiko rusaknya pembuluh darah dan rupturnya pembuluh-pembuluh perifer yang halus. (sherwood,1996)

Tekanan arteri tidak diatur oleh satu sistem pengatur saja, tetapi oleh beberapa sistem yang saling berhubungan. Secara garis besar sistem-sistem ini terbagi menjadi dua sistem utama yaitu, (1) sistem mekanisme pengatur tekanan arteri yang bekerja secara cepat, dan (2) sistem pengatur tekanan arteri untuk jangka panjang. (Guyton,1996)

2.2.2.1 Mekanisme Pengatur Tekanan Arteri Secara Cepat

Mekanisme pengatur tekanan arteri yang bekerja cepat terdiri dari 3 komponen yaitu (1) mekanisme umpan balik saraf, (2) mekanisme hormonal, serta (3) pergeseran cairan melalui kapiler dari jaringan ke dalam atau keluar dari sirkulasi untuk mengatur kembali volume darah sesuai keperluan. Sistem umpan balik saraf merupakan mekanisme yang paling cepat bereaksi, termasuk ke dalam mekanisme ini adalah sistem baroreseptor dan mekanisme iskemia susunan saraf pusat. Sistem ini bereaksi hanya beberapa detik setelah tekanan yang abnormal. Kedua mekanisme yang lain akan menjadi aktif penuh setelah 30 sampai beberapa jam.

2.2.2.1.1Mekanisme umpan balik saraf.

(10)

berupa naiknya tekanan darah terhadap medula oblongata adalah terhambatnya pusat vasokonstriktor dan merangsang pusat nervus vagus, sehingga terjadi vasodilatasi di seluruh sistem sirkulasi perifer serta penurunan frekuensi dan kekuatan kontraksi. Mekanisme ini akan berjalan berlawanan apabila impulsnya berupa penurunan tekanan darah.

Baroreseptor juga bereaksi terhadap perubahan sikap tubuh, terutama yang bersifat mendadak. Orang yang setelah duduk langsung berdiri akan mengalami penurunan tekanan darah yang tiba-tiba sehingga dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran. Baroreseptor akan merangsang suatu reflek yang menimbulkan rangsang simpatis yang akan meminimalkan penurunan tekanan darah terutama bagian kepala.

2.2.2.1.2 Mekanisme hormonal

Mekanisme hormonal dibagi menjadi dua, yaitu mekanisme vasokonstriktor epinefrin-norepinefrin serta mekanisme vasokonstriktor renin-angiostensin.

Mekanisme epinefrin-noreepinefrin berakibat langsung terhadap jantung dan pembuluh darah. Kedua hormon ini beredar di dalam tubuh sebagai perangsangan simpatis secara langsung. Hormon-hormon ini akan merangsang jantung untuk bekerja, menyempitkan pembuluh darah serta vena-vena.

Mekanisme renin angiostensin merupakan suatu mekanisme pengaturan tekanan darah terutama arteri yang melibatkan enzim renin dari ginjal apabila tekanan darah menjadi rendah. Aliran darah melalui ginjal berkurang maka sel-sel jukstaglomerolus akan melepaskan enzim renin ke dalam darah. Renin ini akan menyebabkan terbentuknya angiostensin I, dalam beberapa detik angiostensin I

akan pecah dan menjadi angiostensin II dengan bantuan suatu converting enzyme.

(11)

2.2.2.1.3 Mekanisme pergeseran cairan kapiler

Mekanisme ini bekerja dengan sistem keseimbangan cairan antara ruang interstisial dengan kapiler. Apabila tekanan arteri naik, maka cairan akan berpindah dari kapiler menuju ke dalam ruang interstisial sehingga volume darah turun dan mengakibatkan tekanan darah ikut turun, begitu pula sebaliknya.

2.2.2.2 Sistem Pengaturan Tekanan Arteri Jangka Panjang

Pengaturan tekanan arteri jangka panjang dilakukan oleh suatu sistem pengatur ginjal-volume cairan-tekanan. Mekanisme ini melibatkan pengaturan volume darah dengan efek akibatnya pada tekanan darah dan sebagian mekanisme ini melibatkan pengaturan fungsi ginjal oleh beberapa sistem hormon berbeda, termasuk sistem renin- angiostensin dan hormon aldosteron yang disekresikan oleh korteks adrenal.

2.3 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah

Olahraga sangat bermanfaat bagi tubuh. Diantara banyak manfaat olahraga, salah satunya adalah bahwa olahraga dapat meningkatkan kerja jantung dan pembuluh darah. Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan, sedangkan pada bagian-bagian yang kurang memerlukan oksigen akan terjadi vasokonstriksi, misal traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan berpengaruh terhadap tekanan darah.

2.4 Hipotesis

(12)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui hubungan antara kegiatan fisik submaksimal selama 30 menit terhadap perubahan tekanan darah orang sehat.

3. 2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian direncanakan di Laboratorium fisiologi gedung laboratorium terpadu UII Yogyakarta,waktu penelitian disesuaikan dengan subjek.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Subjek penelitian berupa relawan berjumlah sekitar 50 orang dengan rentang usia 15-35 tahun yang sehat berdasar pada pemeriksaan fisik dan isian kuisioner kesiapan aktikfitas fisik berdasarkan kriteria Physical Avtivity Readiness Questionnaire (PAR-Q) dari Canadian Society for Exercise Physiology. Setelah terpilih subjek penelitiannya, selanjutnya akan dijelaskan dan dimintakan pada mereka persetujuan untuk mengikuti prosedur dalam penelitian ini dengan dibuktikan telah mengisi lembar persetujuan.

3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel Bebas

Aktifitas fisik submaksimal 30 menit 3.4.2 Variabel Tergantung

(13)

3.5 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian eksperimental, dengan penelitian dilakukan di laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran UII.

Subjek yang telah memenuhi kriteria dalam PAR-Q ditentukan umurnya untuk mengetahui denyut jantung maksimal dengan rumus , Denyut jantung maksimal = 220 – umur. Denyut jantung submaksimal adalah 60-80% dari denyut jantung maksimal.

Subjek diminta mengayuh sepeda ergometer dengan frekuensi kayuhan 50 kali putaran permenit yang mengikuti irama dari metronom. Subjek diberi beban awal sebesar 1,5 kg dan dilakukan pemeriksaan EKG untuk mengetahui frekuensi denyut jantungnya. Apabila belum mencapai denyut jantung submaksimal maka beban akan dinaikkan sebesar 1 kg setiap 3 menit dan tiap menit dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi untuk menentukan frekuensi denyut jantung. Peningkatan pembebanan terus dilakukan hingga mencapai denyut jantung submaksimal. Jika sudah tercapai denyut jantung submaksimal maka beban akan dipertahankan dan selanjutnya dilakukan pemantauan denyut jantung dengan menggunakan elektrokardiografi yang dilakukan setiap menit.

(14)

3.6 Pelaksanaan Penelitian

3.6.1 Alat dan Bahan

3.6.1.1. Alat-alat yang digunakan

1. Ergometer : Ergomedic Monark 828 E 2. Elektrokardiografi : Fukuda Cardisuny 501B-III

3. Kertas Elektrokardiografi : Fukuda Cardiography Recording Paper 4. Jelly Elektrokardiografi : One- Med Ultrasonic

5. Stetoskop : Litmann brand classicII S.E. 6. sphygmomanometer : Riester nova-presameter

7. Metronom : Metronom Beyer

8. Stopwatch : Diamond

9. Pengukur berat badan dan tinggi 3.6.2 Perlakuan Subjek

Dalam penelitian ini, semua subjek diperlakukan sama, yaitu:

1. Subjek melakukan aktivitas fisik berupa mengayuh sepeda ergometer dengan frekuensi kayuhan 50 kali putaran permenit mengikuti irama dari metronom. Aktivitas fisik yang dilakukan dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pemanasan dan tahap submaksimal.

2. Pada tahap pemanasan ditandai dari denyut jantung subjek pada saat pertama mengayuh hingga mencapai denyut jantung submaksimal yang pada masing-masing subjek lamanya bervariasi. Sedangkan tahap submaksimal semua subjek melakukan dalam waktu yang sama yaitu 30 menit diluar waktu tahap pemanasan dengan pembebanan bervariasi. Pada saat pertama duduk di sadel sepeda ergometer dilakukan perekaman dengan elektrokardografi (EKG) untuk dianalisis gelombang EKG dan penghitungan frekuensi denyut jantungnya. Perekaman EKG selanjutnya dilakukan tiap menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan saat pertama duduk disandel sepeda ergometer dan selanjutnya dilakukan setiap 3 menit.

(15)

Peningkatanpembebanan terus dilakukan hingga denyut jantung mencapai 60%-80% dari denyut jantung maksimal prediksi berdasar usia atau biasa disebut denyut jantung submaksimal.

4. Denyut jantung maksimal prediksi diperoleh dari 220-usia subjek dalam tahun. Sedangkan dalam denyut jantung submaksimal yang menjadi target penelitian ini pada rentang 60-80% dari denyut jantung maksimal prediksi. 5. Jika sudah tercapai denyut jantung submaksimal maka beban akan dipertahankan, dan selanjutnya mulai dilakukan penghitungan waktu hingga selama 30 menit. Jika denyut jantung meningkat melebihi rentang submaksimal maka beban akan diturunkan bertahap 0,5 KP hingga beberapa kali untuk menjaga denyut jantung stabil pada rentang submaksimal. Sebaliknya jika denyut jantung di bawah rentang submaksimal maka beban akan ditingkatkan 0,5 KP dan kelipatannya. 6. Perlakuan pada subjek akan dihentikan pada saat setelah menit ke 30 tahap

submaksimal atau jika didapatkan tanda dan gejala berikut: nyeri dada yang diduga dari ischemia jantung dengan atau tanpa perubahan EKG , sesak nafas yang berat, kelelahan yang amat sangat, gejala klinis hipiotensi, penurunan dan perubahan kesadaran, peningkatan tekanan darah dengan tekanan darah sistolik lebih dari 250mmHg ,perubahan EKG venterikular takikardi atau fibrilasi, atau terdapat Ventrikel Ekstra Sistole(VES) lebih dari 6kali (Bassey dan fentem,1981)

3.6.3 Pengukuran Hasil Penelitian

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan stetoskop dan sphygmomanometertiap 3 menit selama 30 menit denyut jantung submaksimal. 3.6.4 Analisa Hasil Penelitian

Metode analisa data yang digunakan adalah SPSS. 3.6.5 Validitas dan Reliabilitas

(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni yang dilakukan di Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah 50 laki-laki yang berumur antara 15-35 tahun. Sebelum melakukan penelitian,subjek diminta untuk mengisi PAR-Q (Physical Avtivity Readiness – Questionnaire) yang dikeluarkan oleh Canadian Society for Exercise Physiology. Setelah data diperoleh, maka data tersebut kemudian diuji dengan metode Q-Q plot untuk memastikan apakah sebarannya normal atau tidak. Setelah diuji dengan Q-Q plot, dapat disimpulkan baik sistolik maupun diastoliknya memiliki sebaran data yang normal sehingga dapat dilakukan metode statistik parametrik. Berikut ringkasan statistik ke-50 sampel.

Tabel 4.1. ringkasan statistik sampel.

Mean N (jumlah) Std. Deviasi

Sistolik 138.1727 550 16.2510

Diastolik 77.2654 550 11.6852

Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa jumlah sampel adalah 550. jumlah ini didapatkan dari data sistolik dan diastolik tiap 3 menit sekali selama 30 menit ditambahkan dengan tekanan darah pada saat sebelum dilakukan pembebanan. Uji statistik penelitian ini dilakukan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan metode one-way ANOVA. Karena itu,setelah didapatkan statistik deskriptif dari seluruh sampel maka dilakukan uji homogenisitas varians untuk menguji berlaku tidaknya asumsi untuk uji ANOVA, yaitu keseluruhan sampel mempunyai varians yang sama. Hipotesis yang berlaku adalah Ho = varians Populasi adalah identik, sedangkan Hi = varians Populasi adalah tidak identik. Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima, sebaliknya jika probabilitasnya < 0.05 maka Ho ditolak.

(17)

probabilitas 0.346. Oleh karena probabilitas varians baik itu varians sistolik maupun diastoliknya > 0.05 maka Ho diterima, atau semua varians adalah identik. Setelah keseluruhan varians terbukti sama, maka dapat dilakukan uji ANOVA (Analysis of Variance) untuk menguji apakah sampel memiliki rata-rata (mean) yang sama.

Hipotesis:

Ho = rata-rata Populasi adalah identik Hi = rata-rata Populasi adalah tidak identik

Dari analisa nilai probabilitas, F hitung sistolik adalah 1.040 dengan probabilitas 0.408. Oleh karena probabilitas > 0.05 maka Hο diterima atau rata-rata sistoliknya tidak berbeda secara nyata. Sedangkan pada F hitung diastolic,nilainya 1.318 dengan probabilitas 0.217. Dengan demikian karena probabilitasnya > 0.05 maka Hο diterima atau rata-rata diastolik tidak berbeda secara nyata.

Setelah diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata tekanan darah menit satu dengan yang lain pada kedua kelompok sampel, selanjutnya diuji tekanan sistolik dan diastolik mana yang berbeda dan mana yang tidak berbeda. Untuk menguji masalah ini, dilakukan uji Bonferroni dan Tukey. Dari hasil Post Hoc test dengan Tukey dan Bonferroni, berdasarkan nilai probabilitasnya, baik sistolik maupun diastolik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata karena semua nilai probabilitasnya > 0.05. (lampiran 4). Selain itu juga dilakukan homogeneous subsets untuk mencari subset mana saja yang mempunyai perbedaan rata-rata yang tidak berbeda secara signifikan. Hasil pemeriksaan homogenous dapat disimpulkan baik sistolik maupun diastolic dari menit ke 1 sampai menit ke-30 tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara satu dengan yang lain (lampiran 4).

(18)

Pada penelitian ini, subjek yang berusia 15-35 tahun dan dinyatakan cukup sehat untuk aktivitas fisik berdasarkan PAR-Q menerima perlakuan yang sama yaitu diminta untuk mengayuh sepeda ergometric Monark selama 30 menit dan diukur tekanan darahnya tiap 3 menit selama melakukan aktivitas tersebut. Kemudian data yang telah didapatkan lalu dianalisa adanya kenaikan atau penurunan tekanan darahnya. Hipotesis dari penelitian ini adalah pada saat-saat awal melakukan aktivitas fisik, tekanan darah subjek akan meningkat. Tubuh akan mengkompensasi kenaikan tersebut sehingga tekanan darahnya akan cenderung tetap atau justru turun.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan metode one-way

ANOVA didapatkan bahwa tekanan darah pada subjek tidak berbeda secara signifikan. Hal ini didapat dari nilai probabilitas rata-rata (mean) sampel baik rata-rata sistolik maupun diastolik diperoleh nilai lebih dari 0,05. (p>0,05). Kesimpulan dari hasil tersebut adalah bahwa kenaikan yang terjadi dapat dikompensasi oleh tubuh sehingga pada saat di rata-rata, perbedaan tekanan darah selama aktivitas fisik tidak berbeda secara signifikan.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, yaitu : 1. Volume darah

Semakin tinggi volume darah,maka semakin tinggi pula tekanan darahnya. 2. Kekuatan kontraksi jantung

Meningkatnya kekuatan kontraksi jantung akan meningkatkan tekanan darah.

3. Frekuensi denyut jantung

Dalam batas tertentu, peningkatan frekuensi denyut jantung akan meningkatkan cardiac output sehingga akan meningkatkan volume darah dalam sirkulasi sistemik sehingga akan meningkatkan tekanan darah. 4. Tingkat resistensi pembuluh darah.

(19)

viskositas darah akan menyebabkan peningkatan resistensinya sehingga tekanan darah akan meningkat.

5. Elastisitas pembuluh darah.

Semakin elastis pembuluh darah,maka akan semakin rendah tekanan darah yang dihasilkan.

(Chandra, 2006)

Pada saat melakukan aktivitas fisik/olahraga,faktor yang paling mempengaruhi peningkatan tekanan darah pada orang tersebut terutama adalah peningkatan frekuensi denyut jantung yang akhirnya akan meningkatkan cardiac output/curah jantung. Salah satu mekanisme utama jantung untuk meningkatkan curahnya selama olah raga adalah mekanisme Frank-sterling. Dengan mekanisme ini, bila jumlah darah yang mengalir dari vena ke jantung meningkat, memperbesar ruang-ruangnya dan membuat otot jantung lebih meregang , maka otot jantung akan berkontraksi dengan kekuatan yang bertambah. Dengan demikian volume darah yang dipompakan tiap denyutan jantung menjadi lebih banyak.

(20)

Faktor lain yang sangat mempengaruhi kenaikan tekanan darah adalah tahanan perifer total. Pengaruh tahanan perifer total pada tekanan darah terutama melalui perubahan diameter pembuluh darah tepi seperti arteriola. Sebagai faktor penyebab terjadinya perubahan tersebut adalah bahan neurohormonal dan bahan lokal di sekitar pembuluh darah seperti karbon dioksida, adenosin, histamin, asam laktat, kalium, ion hidrogen, magnesium, dan natrium yang memiliki kemampuan memperbesar diameter pembuluh darah tepi dan hal sebaliknya dapat terjadi karena pengaruh kalsium (Masud,1989).

Aliran darah otot rangka pada keadaaan istirahat cukup rendah yaitu sekitar 2-4 mL/100gr/menit. Pada saat otot berkontraksi secara ritmik, aliran darah yang terjadi pada saat jeda antara kontraksi satu dengan yang lain akan sangat meningkat hampir 30 kali lipat (Ganong,1995). Sangat besarnya peningkatan aliran darah otot pada saat otot rangka berkontraksi terutama disebabkan adanya beberapa mekanisme-mekanisme vasodilator lokal yang bekerja pada saat yang sama. Salah satu faktor yang terpenting adalah berkurangnya oksigen di dalam jaringan otot. Selama otot berkontraksi, otot menggunakan oksigen dengan sangat cepat, sehingga menurunkan konsentrasinya di dalam cairan jaringan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan vasodilatasi baik karena dinding pembuluh darah tidak dapat mempertahankan kontraksinya apabila tidak ada oksigen maupun karena defisiensi oksigen menyebabkan pelepasan beberapa zat vasodilator. Zat vasodilator setempat yang dilepaskan selama kontraksi otot meliputi ion kalium, asetilkolin, ATP, asam laktat, dan karbon dioksida (Guyton,1982).

(21)

mekanisme kerja yang berbeda. Rangsang yang dikirim oleh baroreseptor akan menyebabkan penekanan pada aktivitas vasokontriksi atau dengan kata lain merupakan penyebab vasodilatasi, sedangkan rangsang yang dikirim oleh kemoreseptor menyebabkan peningkatan aktivitas vasokontriktor.

Baroreseptor adalah reseptor regang dalam dinding jantung dan pembuluh darah. Reseptor yang memantau sirkulasi arteri ada pada reseptor sinus karotikus dan arkus aorta. Selain itu, reseptornya juga terdapat di dalam dinding atrium kanan dan kiri pada tempat masuk vena cava superior dan inferior serta vena-vena pulmonalis,juga dalam sirkulasi pulmonal (Ganong,1995). Mekanisme ini mulai berlangsung apabila terjadi regangan pada struktur ditempat reseptor itu berada, yang salah satunya dapat disebabkan karena adanya kenaikan tekanan darah. Dari perangsangan reseptor tersebut, maka impuls saraf yang dihasilkan akan disalurkan melalui nervus vagus dan Hering’s nerve menuju pusat vasodilatator di bagian medial dan distal medula oblongata (Masud,1989). Impuls yang berasal dari sinus karotikus akan dikirim melalui Hering’s nerve yang yang sangat kecil lalu menuju ke nervus glossofaringeus dan kemudian ke traktus solitarius di daerah medula batang otak. Sedangkan impuls dari arkus aorta dikirimkan melalui nervus vagus ke medula oblongata pada area yang sama. (Guyton,1996)

Setelah sinyal baroreseptor memasuki traktus soitarius medula, sinyal sekunder akhirnya menghambat pusat vasokonstriktor di medula dan merangsang pusat vagus. Efek akhir yang dihasilkan adalah vasodilatasi vena dan arteriol di seluruh sistem sirkulasi perifer dan berkurangnya frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung. Oleh karena itu, perangsangan baroreseptor akibat tekanan di dalam arteri secara refleks menyebabkan penurunan tekanan arteri akibat tahanan perifer dan penurunan curah jantung. Sebaliknya, tekanan yang rendah mempunyai pengaruh yang berlawanan,yang secara refleks menyebabkan tekanan meningkat kembali menjadi normal. (Guyton,1996)

(22)

pada saat awal latihan, karena pada latihan yang lebih lanjut, mekanisme ini akan semakin lemah dan baroreseptor akan mengubah set point dari tekanan darah menjadi lebih tinggi. Hal ini dibutuhkan untuk menunjang kebutuhan selama otot melakukan kontraksi.

Menurut Bronwyn A. Kingwell et al.,1997 dalam penelitiannya yang berjudul “Arterial compliance increases after moderate-intensity cycling”, aktivitas fisik tidak merubah rata-rata atau mean tekanan darah, akan tetapi tekanan darah sistolik sentral turun setelah bersepeda selama 30 menit dengan kapasitas 65 persen. Resistensi perifer total juga turun dan akan ikut menyebabkan peningkatan elastisitas pembuluh darah. Penelitian yang dilakukan di australia ini juga menyimpulkan bahwa melakukan kegiatan fisik bersepeda akan meningkatkan

compliance arteri seluruh tubuh melalui mekanisme vasodilatasi.

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata perubahan tekanan darah yang terjadi selama melakukan aktivitas fisik submaksimal selama 30 menit tidak signifikan.

5.2 Saran

1. perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh aktivitas fisik terhadap perubahan tekanan darah,terutama yang bersifat jangka panjang. 2. Penelitian lain yang dapat dilakukan adalah mengenai bagaimana aktifitas

fisik yang dilakukan secra rutin dapat menurunkan tekanan darah terutama sebagai terapi hipertensi.

(24)

Despopoulus, A., Silbernagl, S., 1998. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Yunita Handoyo. 1998 (alih bahasa), Hipokrates,Jakarta

Ganong, William. F., 1995. Review of Medical Physiology (17th ed).

Widjajakusumah, Djauhari. 1995 (alih bahasa). EGC,Jakarta

Giam, C.K., 1993, Ilmu Kedokteran Olahraga. Salma, 1994. (citase). Bina Rupa Aksara, Jakarta

Giriwijoyo,S., Ali, M. 2005, Ilmu Faal Olahraga: fungsi tubuh manusia pada olahraga untuk kesehatan dan untuk prestasi. Fak. Pendidikan olahraga & kesehatan UPI, Bandung

Gledhill, N., 2002. Canada’s physical activity guide to healthy active living, Health Canada. http://www.hc-sc.gc.ca/hppb/paguide/pdf/guideEng.pdf Guyton, C.A., Hall, E.J., 1996. Textbook of Medical Physiology (9th ed).

Setiawan,I. 1997 (alih bahasa). EGC, Jakarta

Guyton, C.A., 1982. Human Physiology and Mechanism of Disease (3rd ed).

Andrianto,P. 1987 (alih bahasa). EGC,Jakarta.

Kingwell, B.A., Berry, K.L., Cameron, J.D., Jennings, G.L., Dart, A.M., Arterial compliance increases after moderate-intensity cycling, Am. J. Physiol. 273 (Heart Circ. Physiol. 42): H2186–H2191, 1997.

Kiyonaga,A., Arakawa,K., Tanaka,H., Shindo,M. , Blood pressure and hormonal responses to aerobic exercise, Hypertension by AHA 1985;7;125-131 Kurniawan, C., 2006. Sinopsis Fisiologi. PiDi Publisher,Yogyakarta.

Kusmana, D., 2002. Olahraga Bagi Kesehatan Jantung. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Makhabah, D.N., 2008, Pengaruh naik turun tangga terhadap tekanan darah pada mahasiswa FK UII semester VIII & II (2007/2008). FK UII, Yogyakarta

Manabe,H., Fukuma,N., Tuchida,T., Kato,Y., Mabuchi,K., Takano,T., Analysis of Alteration of Blood Pressure Response to Exercise through Baroreflex, J Nippon Med Sch 2007:74: 123-130

(25)

Sherwood, Lauralee., 1996, Human physiology from cells to systems (2nd ed).

Brahm,U. 2001 (alih bahasa). EGC , Jakarta

Shier, D., Butler, J., Lewis, Ricki., 2002. Hole’s Human Anatomy & physiology, 10th edition, Mc Graw Hill, New York

Syaifuddin, 2001. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Widya Medika, Jakarta. Veronique A. C., Robert H. F., Effects of endurance training on blood pressure,

Blood pressure-regulating mechanisms, and cardiovascular risk factors. Hypertension by AHA 2005;46;667-675

Gambar

Tabel 4.1. ringkasan statistik sampel.

Referensi

Dokumen terkait

Ajeng Fatwa Fadlilah (1200806), The Correlation between the Understanding of the Code of Ethics and the Librarians Performance Behaviour (Correlational Descriptive Study

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, termasuk aset keuangan untuk diperdagangkan dan aset keuangan yang ditetapkan pada saat pengakuan awal

Konsentrasi inokulum merupakan jumlah awal sel yang akan ditumbuhkan pada onggok, sehingga jumlah lebih tinggi akan menghasilkan miselium yang lebih banyak dan produksi selulase

Tahapan akhir berupa pembuktian kualifikasi, dengan meminta calon penyedia barang dan jasa untuk memperlihatkan berkas asli dari dokumen- dokumen yang diminta, untuk diperiksa

El papel de la sociedad delante de un niño que tenga una discapacidad visual es sumamente importante para que el niño se sienta integrado, considerado y respetado. Un niño con

terhadap besarnya gaya gerak listrik induksi dan intensitas cahaya lampu pijar. Untuk itu pennasalahan dalam penelitian ini adalah 1 ). Seberapa besar pengaruh

Pada tahap ini peneliti menganalisis secara cermat data yang telah terkumpul dengan tujuan untuk menjawab permasalahan sekaligus menguji hipotesis yang berbunyi

Oleh sebab itu, kadar aspal yang diperlukan dalam suatu campuran lapis perkerasan adalah kadar aspal optimum, yaitu suatu kadar aspal yang memberikan stabilitas tertinggi pada