• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP KONSEP DAN IM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP KONSEP DAN IM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP

KONSEP DAN IMPLEMENTASI

DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Oleh : Deni Sopari *)

Latar Belakang .

onsep pendidikan kecakapan hidup atau life skill education dalam kurun waktu 3-4 tahun terakhir menjadi wacana yang gencar dikumandangkan jajaran Departemen Pendidikan Nasional , dan pada saat ini telah menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan . Hal ini terlihat dari terakomodasinya kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pencapaian kecakapan hidup bagi setiap peserta didik dalam rancangan kurikulum berbasis kompetensi ( KBK). Posisi pendidikan kecakapan hidup ini diperkuat dengan terbitnya PP nomor 19 Tahun 2005 Pasal 13 seperti yang tersurat pada ayat ( 1 ) dinyatakan bahwa “ kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/SMAK atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup “. Hal itu sejalan dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP kurikulum untuk semua jenjang pendidikan formal maupun non-formal dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup Atas dasar itu, baik sekolah formal maupun non-formal memiliki kepentingan untuk mengembangkan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup.

K

Yang menjadi masalah pendidikan kecakapan hidup di sekolah-sekolah formal terutama di tingkat SD SMP dan SMA masih terdapat perbedaan pandangan baik secara konsep maupun pengimplementasiannya, sehingga life skill diartikan terbatas kepada satu kegiatan pembekalan dalam keterampilan tertentu yang sifatnya vocasional saja (

hard skill). Sehingga hakekat pendidikan life skill dalam proses pembelajaran yang sebenarnya kecenderungan minim sekali bahkan menjadi hilang. Hal ini terlihat dari hasil penelitian dari Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang (LP3 UM) menyatakan bahwa kenyataan pengimplementasi pembelajaran yang berorientasi kepada kecakapan hidup atau soft skill ini di sekolah dan perguruan tinggi masih minim Kamdi ( 2008 ). Padahal sekitar 70 persen pekerjaan sekarang membutuhkan kecakapan sosial, personal dan emosional untuk bisa bekerja sama. Tidak ada orang yang bisa bekerja sendiri untuk mendesain sebuah komputer,".Dimana kecakapan-kecakapan tersebut dominan terlaksana dalam proses pembelajaran . Untuk itu pengimplementasian muatan kecakapan hidup dalam aktivitas pembelajaran. dinilai bisa menjawab tuntutan akibat perubahan yang sangat cepat yang memunculkan tantangan yang lebih komplek dan meningkat dari lingkungan

di abad ke -21 ini.

(2)

Konsep Kecakapan Hidup

Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup ( life skill) bukan sekedar keterampilan untuk bekerja ( vocasional ) tetapi memiliki

makna yang lebih luas. Claver ( 2005) mengemukakan

”A skill is a learned

ability to do something well. Life skills are abilities individuals can

learn that will help them to be successful in living a productive and

satisfying life.”

Dalam mendapatkan kesuksesan dalam produktifitas dan kesenangan hidupnya seorang individu harus mempunyai kemampuan adaptif dan keteguhan di dalam menghadapi segala tantangan Pendapat ini sejalan dengan definisi dari WHO ( depdiknas 2006 ) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaftasi dan berprilaku positif , yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif . Maka untuk itu seorang individu dituntut untuk minimal memiliki 5 kecakapan yaitu : (1) kecakapan mengenal diri sendiri, (2) kecakapan berfikir (3) kecakapan sosial (4) kecakapan akademik, dan ( 5 ) kecapan kejuruan. Brolin ( Depdiknas : 2006 ) mengartikan lebih sederhana yaitu kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Sebagaimana yang diungkapkan Mc Kenly ( 2006).”Life Skills – competencies that help people function well in their environments.” Dengan kemandiriannya ini seorang individu akan mampu berperan dengan baik di lingkungannya.

Depdiknas ( 2006 ) Sejalan dengan pengertian di atas konsep kecakapan hidup bisa dibagi menjadi :

a) Kecakapan hidup generic/umum ( generic life skill/GLS),dan b) Kecakapan hidup spesifik/ khusus ( spesifik life skill/SLS )

Masing-masing jenis kecakapan ini dibagi menjadi sub kecakapan , Kecakapan hidup generic terdiri atas kecakapan personal ( personal skill), dan kecakapan sosial ( social skill ). Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri ( self awareness skill ) dan kecakapan berpikir ( thinking skill ) . Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara , serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam dirinya untuk meningkatkan sebagai individu yang bermamfaat bagi lingkungannya . Kecakapan berpikir mencakup antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi , mengolah dan mengambil keputusan , serta memecahkan masalah secara kreatif. Sedangkan dalam kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi ( communications skill ) dan kecapakapan bekerjasama ( collaboration skill ).

(3)

Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual . Kecakapan vocasional terkait dengan pekerajaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik . Kecakapan vocasional terbagi menjadi kecakapan vocasional dasar ( basic vocational skill ) dan kecakapan vocasional khusus (

occupational skill )

. Konsep kecakapan hidup ini dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Dari pengertian dan konsep di atas kecapan hidup tidak semata-mata mempunyai kemampuan tertentu ( vocasionaljob ) , namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti : membaca, menulis , memecahkan masalah, bekerjasama dan penggunaan teknologi. kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan secara praktis dapat membekali seorang individu dalam mengatasi bebagai macam persoalan hidup dan kehidupan . Kecakapan itu termasuk aspek pengetahuan sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental serta kecakapan kejuruan.

Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup

Unesco ( 2008 ). Berdasarkan hasil laporan dari pertemuan akhli pendidikan menengah yang diadakan di Peking tahun 2001, merekomendsikan bahwa pendidikan di abad ke-21 perlu adanya keseimbangan antara pengembangan keterampilan dan pendidikan akademis , yang mencakup teknis dan pendidikan kejuruan ditingkat pendidikan menengah. Hal ini perlu dilakukan mengingat pada abad ke 21 terjadi perubahan yang sangat cepat yang memunculkan tantangan yang lebih komplek dan meningkat dari lingkungan. Hal ini bagi generasi muda menimbulkan ketidakpastian dalam hidup mereka bagaimana menghadapi masa depan yang tidak pasti, mengasumsikan kedewasaan maupun dalam memasuki dunia kerja.

(4)

pendidikan keterampilan . Hal ini sejalan dengan rekomendasi dari Develovment Basic Education ( Puskur : 2007 ) Kecakapan hidup adalah berbagai jenis ketrampilan yang memampukan remaja-remaja menjadi anggota masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh.

Depdiknas ( 2006 ) membagi tujuan pendidikan kecakapan hidup ini menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai fitrahnya , yaitu mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya dimasa yang akan datang. Sedangkan secara khusus adalah :

Kesatu , mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi, Kedua, memberikan wawasan yang luas dalam pengembangan karir peserta didik. Ketiga, memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari . Keempat, memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual dan yang kelima, mengoptimalkan pemamfaatan suberdaya di lingkungan sekolah , dengan memberi peluang pemamfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat dengan prinsif manajement berbasis sekolah.

Tujuan di atas, diharapkan akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu seperti yang diungkapkan oleh UNESCO ( 2008 ), diantaranya, yaitu :

1). Kebutuhan akan ketrampilan ,kemampuan dan wewenang sosial antar budaya yang mencakup tingkah laku, tanggung jawab, dan toleransi . 2). Kebutuhan untuk belajar bagaimana cara belajar, untuk menjelajahi dari satu pengetahuan ke pengetahuan lainnya dan dari satu satuan ketrampilan ke lainnya dengan perasaan senang. 3). Kebutuhan akan kemampuan komunikasi yang kritis, analitis, fleksibel dan kreatif

4). Kebutuhan untuk memperoleh tugas pengembangan yang mendukung, pada kemampuan menghadapi masalah dan tuntutan dalam perubahan ketrampilan dalam hubungan dengan perubahan ekonomi 5.) Kebutuhan untuk menyesuaikan kepada perubahan permintaan ekonomi yang berkembang dari industri dan jasa layanan ke arah, teknologi tinggi 6.) Kebutuhan untuk menguasai atau belajar ketrampilan baru, seperti kemampuan beradaptasi dan memecahkan masalah , daya saing. Disamping ketrampilan hidup memprakarsai dan memotivasi jiwa kewiraswastaan.

7.)Kebutuhan untuk mengimbangi permintaan pola pekerjaan baru yang memerlukan kemampuan; menyesuaikan ke perubahan, berpikir kreatif dan inovatif serta bisa menggunakan teknologi baru dan 8.) Kebutuhan individu untuk dapat menyesuaikan diri secara fleksibel dalam rangka keterlibatan dalam berbagai jabatan sepanjang hidup mereka.

(5)

melalui pendidikan keterampilan dengan jalan mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya dimasa yang akan datang

Pengimplementasian Pendidikan Kecakapan Hidup

Seperti halnya pengimplementasian pembelajaran berbasis lainnya, pembelajaran berbasis kecapakan hidup ini diimplementasikan melalui model ; Kesatu, dengan mengintegrasikan pada setiap mata pelajaran. Pengimplementasian secara integratif pendidikan kecakapan hidup melekat dan terpadu dalam program-program kurikuler, kurikulum yang ada, dan atau mata pelajaran yang ada. Berbagai program kurikuler dan mata pelajaran yang ada seharusnya bermuatan atau berisi kecakapan hidup sehingga secara struktur tidak berdiri sendiri.. Pendidikan kecapan hidup sudah menjadi kebijakan seiring dengan berlakunya standar isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi acuan daerah/sekolah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) pada masing-masing tingkat jenjang pendidikan. Oleh sebab itu pengintegrasian pendidikan kecakapan hidup ke dalam mata pelajaran harus mengacu kepada standar-standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah terutama yang menyangkut standar-standar isi dan standar kompetensi yang yang menjadi acuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Dibawah ini disajikan analisis pengintegrasian Kecakapan Hidup dalam Muatan wajib yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..

(6)

pengetahuan,

(7)

kepada tercapainya hidup sehat dan berkualitas, memperluas wawasan dan pengetahuan serta memliki akses untuk memenuhi standar hidup secara layak

Pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup pada tiap tingkatan satuan pendidikan terdapat perbedaan penekanan hal ini berhubungan dengan tingkat perkembangan psikologis dan fisiologis tiap jenjang pendidikan . Pada Jenjang TK/SD/SMP lebih menekankan kepada kecakapan hidup umum (generic skill ), yaitu mencakup aspek kecakapan personal ( personal skill) dan kecakapan sosial ( social skill ) dua kecakapan ini merupakan prasyarat yang harus diupayakan berlangsung pada jenjang ini. Kedua kecakapan ini penekanannya kepada pembentukan akhlak sebagai dasar pembentukan nilai-nilai dasar kebajikan ( basic goodness ), seperti ; kejujuran, kebajikan, kepatuhan, keadilan, etos kerja, kepahlawanan, menjaga kebersihan , serta kemampuan bersosialisasi. Untuk jenjang SMA lebih ditekankan pada kecapan akademik ( akademik skill ), yaitu kemampuan berpikir yang lebih diarahkan kepada kemampuan bersikap ilmiah, kritis, objekti dan transparan sehingga mempunyai kecakapan dalam hal ; menidentifikasi variabel, menjelaskan hubungan suatu fenomena tertentu merumuskan hipotesis dan melaksanakan penelitian . Kemampuan ini perlu dimiliki pada jenjang SMA karena mereka diproyeksikan untuk melanjutklan ke Perguruan Tinggi. Sedangkan untuk jenjang SMK penekan kecakapan hidup ditekankan kepada kecakapan kejuruan (vokasional skill ) karena mereka dipersiapkan untuk terjun langsung dilapangan yang sesuai dengan spesifikasi keahlian yang diajarkannya. Dari penekanan program ini terlihat bahwa untuk jenjang SD, SMP dan SMA lebih condong kepada penekanan kecapan yang sifatnya soft skill yang meningkat kadarnya sesuai dengan peningkatan jenjang pendidikan , tapi bukan berarti untuk tingkatan ini tidak layak untuk menekuni bidang kejuruan ( vocasional ) dan yang perlu diperhatikan mengintegrasikan aspek kecakapan hidup dalam topik materi tidak boleh dipaksakan. Artinya jika suatu topik pelajaran hanya dapat mengembangkan satu aspek kecakapan hidup maka hanya satu aspek tersebut yang dikembangkan dan tidak perlu dipaksakan mengkaitkan aspek yang lainnya, namun jika ada topik pelajaran yang dapat menumbuhkan beberapa aspek kecakapan hidup maka pengembangan aspek kecakapan hidup perlu dioptimalkan pada topik tersebut seperti yang tersaji dalam tabel pilihan kecakapan hidup di atas. Artinya peran guru dalam mengembangkan kecakapan hidup memiliki porsi yang sangat besar dalam menentukan keberhasilannya terutama kreativitas dalam melakukan reorientasi pembelajaran.

(8)

Kedua, melalui kegiatan ekstrakurikuler. Out put pendididkan akan lebih berhasil apabila selama proses pembelajaran siswa dilibatkan langsung secara nyata dengan permasalahan yang terjadi dilingkungannya, begitu juga dengan tujuan pencapaian pendidikan kecakapan hidup perlu ada action langsung siswa terhadapat lingkungan nyata di lapangan. Untuk memenuhi harapan tersebut kegiatan ekstrakurikuler merupakan wadah yang tepat. , selain dapat menutupi kekurangan dari pelaksanaan kurikuler yang banyak disorot lebih menitik beratkan kepada unsur kognetif juga siswa dapat langsung mengimplementasikan teori-teori dan prinsif tentang kecakapan hidup dalam kehidupan nyata. Dalam forum ini juga siswa dapat menanyakan apa saja tentang materi yang sedang dibahas , sementara guru, instruktur dapat memberikan materi secara utuh tanpa harus mengintegrasikan pada pelajaran tertentu. Kegiatan ektrakurikuler yang berpotensi bisa dimasukan dalam pendidikan kecakapn hidup antara lain : OSIS. Pramuka,kesenian, PMR, KIR dan pencinta alam.

Ketiga Sistem dikrit. Melalui model ini pelaksanaannya dapat berupa pengembangan program kecakapan hidup yang dikemas dan disajikan secara khusus kepada peserta didik. Penyajiannya dilakukan dengan menintegrasikan paket-paket diklat pravocasional dan program kecakapan vocasional bagi siswa SD,SMP, SMA baik dilaksanakan dilingkunan sekolah, BLK maupun di SMK yang telah dikembangkan menjadi comunity collage ( Parjono : 2002 ). Model ini membutuhkan persiapan yang matang, ongkos yang relatif besar, dan kesiapan sekolah yang baik. Selain itu, model ini memerlukan perencanaan yang baik agar tidak salah penerapan. Meskipun demikian, model ini dapat digunakan membentuk kecakapan hidup peserta didik secara komprehensif dan leluasa.

Kemampuan guru dalam Pendidikan Kecakapan Hidup

Untuk mencapai tujuan pendidikan kecakapan hidup ini tidak akan lepas dari peran guru sebagai pelaksana kurikulum, fasilitator dan motivator bagi siswa melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga siswa memiliki bekal kompetensi untuk bekerja dan bermasyarakat dalam mengarungi kehidupan. Kurikulum sebagai petunjuk jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mata pelajaran sebagai kendaraan yang membawa peserta didik mencapai kompetensi tertentu dimana guru berperan sebagai sopir untuk mengantarkan peserta didik sampai ke tujuan pembelajaran sesuai standar kompetensi yang ditetapkan. Untuk itu kreativitas guru dalam mengembangkan kecakapan hidup di dalam setting kelas sesuai dengan mata pelajaran yang di ampunya.sangat di perlukan.

(9)

ketercapaiannya masih sebatas sebagai efek pengiring (nurturant efect) yang secara otomatis terbentuk seiring terkuasainya subtansi mata pelajaran. Sementara itu berdasarkan konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup bahwa aspek-aspek kecakapan hidup harus sengaja dirancang untuk ditumbuhkan dalam kegiatan belajar. Perancangan dimulai dari penyusunan program pembelajaran, penyusunan satuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan sistem evaluasinya. Hal ini menuntut guru untuk melakukan reorientasi pembelajaran pada mata pelajaran yang diampunya guna mengembangkan kecakapan hidup.

Depdiknas ( 2006 ) Reorientasi pembelajaran dalam pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup dalam kativitas pembelajaran perlu dilakukan , karena pendidikan kecakapan hidup bukan mata pelajaran sehingga dalam pelaksanaannya tidak perlu merubah kurikulum dan menciptakan pelajaran baru . Yang diperlukan disini adalah mereorientasikan pendidikan dari mata pelajaran ke orientasi pendidikan kecakapan hidup melalui pengintegrasian kegiatan-kegiatan yang prinsipnya membekali peserta didik terhadap kemampuan-kemampuan tertentu agar dapat diterapkan dalam kehidupan seharian pesera didik, Pemahaman ini memberi arti bahwa mata pelajaran dipahami sebagi alat dan bukan tujuan untuk mengembangkan kecakapan hidup yang nantinya akan digunakan oleh peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata.

Kemampuan mengorientasikan pembelajaran kecakapan hidup seorang guru harus mampu : Kesatu melakukan identifikasi unsur kecakapan hidup yang dikembangkan dalam kehidupan nyata yang dituangkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran, kedua

melakukan identifikasi pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang mendukung kecakapan hidup, ketiga mengklasifikasikan dalam bentuk topik /tema dari mata pelajaran yang sesuai dengan kecakapan hidup , keempat menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk mendukung pendidikan kecakapan hidup dan yang

(10)

menjadi manusia unggul sehingga mampu bersaing baik dalam skala lokal maupun global. Meir (2005:41) Apalagi tugas pendidikan pada abad ke -21 ini adalah mempersiapkan orang untuk hidup yang pasang surut , yaitu dunia tempat setiap orang harus mengerahkan seluruh kekuatan pikiran dan hati mereka sepenuhnya dan bertindak berdasarkan kreatifitas yang penuh kesadaran , bukan sesuatu yang mudah diramalkan dan tidak membutuhkan pikiran . Bukan menghasilkan manusia fotocopy tapi tokoh orisinal yang mampu mengerahkan energi potensia dan menjanjikan. Untuk itulah bentuk inovasi pendidikan kecakapan hidup ini merupakan salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan solusi mencapai tujuan tersebut yang perlu diadopsi dan diimplementasikan di setiap jenjang pendidikan.

Apabila hal ini dapat dicapai , diharapkan perdebatan para akhli selama ini mengenai sejauh mana dunia pendidikan dapat diharapkan menjadi sarana persiapan siswa memasuki dunia kerja atau menghasilkan siswa yang siap bekerja menemui titik terang. Dengan demikian ketergantungan terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan , yang berakibat pada meningkatnya angka penggangguran , dapat diturunkan , yang berarti produktifitas nasional dapat meningkat secara bertahap. Hal tersebut sangat mungkin tercapai karena kebutuhan kecakapan individu ( peserta didik ) untuk hidup di dalam masyarakat sudah disiapkan selama siswa mengikuti pelajaran di ruang-ruang kelasnya.

Kesimpulan

1. Pendidikan kecakapan hidup ( life Skill education ) adalah upaya mempersiapkan generasi muda didalam menghadapi perubahan yang sangat cepat sehingga mereka mampu untuk menyesuaikan diri dari perubahan tersebut melalui pendidikan keterampilan dengan jalan mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya dimasa yang akan datang

2. Kecakapan hidup (life skill) tidak hanya menyangkut kecakapan vocasional saja tapi meliputi kecapan mental dan fisik

3. Pengimplementasian pendidikan kecakapan hidup dalam aktivitas pembelajaran yaitu dengan mengintegrasikan kedalam mata-pelajaran yang ada pada muatan wajib kurikulum melalui reorientasi program mulai dari perencanaan, pelaksanan dan evalusi yang berorientasi kepada pendidikan kecakapan hidup.

4. Pendidikan kecakapan hidup merupakan salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam solusi mencapai tujuan pendidikan di abad ke-21 yang perlu diadopsi dan diimplementasikan di setiap jenjang pendidikan.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Claver.J.Phillip ( 2005 ), Life Skill Develovment, Pennstate College of Agricultural Science. http://4hembryology.psu.edu

2. Delor ( 1996 ), UNESCO, Life Skill, Educational Scondary Education. http://portal.Unesco.org

3. Dionisaunus,Ir. ( 2008 ). Pengembangan Pembelajaran dengan Pendekatan Student Centered Learning (SCL). . http://www.jawapos.co.id/radar/index 4. Depdiknas ( 2006 ) , Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup

Puskur Balitbang Depdiknas . www.puskur.net

5. Depdiknas ( 2008 ), Konsep Dasar Kecakapan Hidup, Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. http://www.mbs-sd.org

6. Kamarga Hanyswara, 2008, Evaluasi Kurikulum . Materi Kuliah S.2 UPI Bandung.

7. Fitrihana Noor ( 2007 ) Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup.

8. Mc. Kenly . Steve, Positive Youth Develovment & Life skill Develovment, Iowa State University, http://www.extention.iastate

9. Meir Dave, (2005 ) The Accelererated Learning ( Hand Book), Kaifa. Bandung 10. UNESCO, Life skill http://portal.Unesco.org

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Peta Ancaman Tanah Longsor Metode SNI Dari hasil pemetaan ancaman SNI, diperoleh sebesar 70,495% dari wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki tingkat ancaman tinggi,

Selain itu, pelaksanaan pembelajaran melibatkan berbagai orang, baik guru maupun siswa, memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran yang satu dengan

Return atau tingkat pengembalian dari investasi surat berharga dapat diukur berdasarkan perkembangan harga saham dan besarnya deviden yang dapat diperoleh dari saham tersebut,

I. di ka\\asan scbelah selatan Jl. l'gaglik dan tcnnasuk kcdalam Kclurahan Tambal..sari dan bcrbatasan dengan Kelurahan Kapasari dan Kclurahan Tambal.rejo.

subtilis tidak terjadi peningkatan kemampuan degradasi, hal tersebut terjadi karena penambahan jumlah bakteri yang terlalu kecil menyebabkan produksi metabolit

Salah satu teknologi yang dapat memaksimalkan resource pada jaringan yaitu jaringan Metro Ethernet yang dimana merupakan jaringan yang di implemntasikan pada area Metropolitan

Hasil monitoring yang ditampilkan pada layar LCD pada KWH Meter mempunyai hasil yang sama dengan yang dipancarkan melalui modul WiFi ESP 8266, dan jarak modul WiFi ESP8266 dengan

Penelitian ini menyajikan analisis SWOT pada sebuah perusahaan agroindustri kopi yaitu Kadatuan Koffie yang melakukan proses bisnis agroindustri kopi dari hulu hingga