• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan Hak Kesehatan Warga dari Ancam (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemenuhan Hak Kesehatan Warga dari Ancam (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pemenuhan Hak Kesehatan Warga

dari Ancaman Flu Burung

Oleh : Muslimin B. Putra

Pemerintah dapat dinilai melakukan kelalaian dalam mengantisipasi merebaknya kembali penyakit flu burung (avian influenza-AI). Pada awal 2007, virus H5N1 kembali menyerang warga, padahal sepanjang November-Desember 2006 tidak ada satupun kasus flu burung pada manusia ditemukan. Sementara bila dirata-ratakan selama Agustus-Desember 2006 kasus kematian 2,6 per bulan. Hal ini berbeda pada bulan-bulan sebelumnya, seperti antara Maret-Juli 2006 dengan kematian 4,7 per bulan.

Hingga 16 Januari 2007, berdasarkan data Ditjen Pengendalian Penyakit Departemen Kesehatan sudah tercatat 173 suspect (orang yang dicurigai terkena) flu burung, 61 diantaranya telah meninggal dunia dan 79 orang dinyatakan positif terjangkit. Artinya bila diprosentasi rata-rata korban meninggal dunia akibat flu burung sekitar 77,2 persen.

Data Departemen Pertanian, saat ini sekitar 300 juta unggas di seluruh Indonesia yang terancam virus mematikan. Vaksin yang disiapkan baru sebanyak 60 juta dosis, sementara jumlah yang dibutuhkan mencapai 1,2 miliar dosis. Agar efektif, setiap unggas seharusnya mendapat vaksinasi empat kali setahun. Karena keterbatasan vaksin, pemerintah menerapkan mekanisme targetted vaccination, artinya vaksinasi dilakukan pada unggas di rumah tangga saja secara gratis. Dari segi anggaran, tahun 2007 Departemen pertanian telah menganggarkan Rp 180 miliar untuk membasmi virus flu burung.

(2)

Bantu pernafasan) tidak ada serta tenaga kesehatan hanya satu orang. Kondisi yang sama di RS Ternate yang lebih parah karena tidak ada ruangan dan sarana untuk pasien flu burung. Kondisi yang lebih lebih baik di RS Jambi yang dilengkapi dengan ruang dan tim medis tetapi hanya sanggup menangani dua pasien flu burung. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerintah tidak menaruh perhatian penuh terhadap penanggulangan flu burung. Sementara dengan tingkat kematian yang signifikan mendudukkan Indonesia sebagai wilayah dengan korban terbesar didunia.

Penghentian Penyebaran Virus

Ada dua skenario mengurangi dan menghentikan penyebaran virus flu burung yakni depopulasi (pemusnahan unggas ) dan vaksinasi. Dari dua pilihan tersebut, Indonesia menggunakan kedua-duanya. Untuk langkah represi (penanggulangan) menggunakan pola depopulasi, sedang untuk langkah preventif menggunakan pola vaksinasi. Namun langkah preventif tidak berjalan maksimal karena ketersediaan vaksin yang terbatas yakni 60 juta dosis dari 300 juta unggas yang perlu diberi serum. Pada tahun 2006 saja terdapat sekitar 78 juta ekor unggas yang divaksin.

Daya rusak virus H5N1 masih misterius. Data para korban tewas manifestasinya beragam, seperti paru-paru hangus berlubang, atau jaringan parut pada paru. Pola susunan DNA (asam deoksiribonukleat) pada setiap pasien berbeda-beda. Hal ini menunjukkan tingkat keganasan virus H5N1. Hal ini berbeda dengan virus SARS yang pernah merebak pada 2003 lalu yang sudah diketahui modus penyebarannya antar manusia. Tingkat kematian akibat SARS juga relatif rendah yakni 4 persen, sementara flu burung mencapai 77 persen di Indonesia.

Ada prediksi bahwa sekitar 62 juta penduduk dunia akan tewas akibat flu burung dan 96 persen korban berada di wilayah negara sedang berkembang. Bila ancaman tersebut terjadi di Indonesia diperkirakan 1,3 juta warga akan meninggal dunia dari 63 juta orang yang terinfeksi. Selebihnya sekitar 31,5 juta orang berobat jalan, 65,9 juta orang menjadi pasien rawat inap. Dari total jumlah rawat inap sekitar 1,04 juta orang akan menjalani perawatan intensif dan 521.500 pasien ICU yang membutuhkan ventilator (mesin Pernafasan).

(3)

wilayah yang bersiko tinggi yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Suamtera Utara, Suamtera Selatan, Lampung dan Sulawesi Selatan.

Respon cepat dilakukan DKI Jakarta dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta, Sutoyoso tentang larangan memelihara unggas di pemukiman. Pemerintah DKI Jakarta memberi warning warga Jakarta mulai 1 Februari 2007 melarang memelihara unggas di pemukiman. Sebelum deadlein, semua unggas diperbolahkan dikonsumsi, dijual atau dimusnahkan. Setiap unggas yang dimusnahkan di siapkan dana penggantian senilai Rp 12.500. Bahkan mengancam akan melakukan inspeksi pada setiap wilayah dan jika masih ditemukan unggas tersebut akan dimusnahkan. Ketentuan lainnya adalah tidak dibolehkannya lagi unggas dipotong dalam wilayah Jakarta. Jadi yang masuk ke Jakarta adalah unggas yang sudah bersih setelah dipotong.

Bagi unggas untuk keperluan rekreasi (hobi), maka dikenakan peraturan sertifikasi unggas. Pemberian sertifikat dilakukan oleh pemerintah provinsi melalui suku dinas masing-masing wilayah. Namun masalah pengawasan dan pengaturan lalu lintas ternak, produk ternak dan kotoran ternak, masih menjadi masalah, utamanya kesenjangan peraturan. Padahal aspek ini harus tertangani secara simultan dengan langkah represi dan preventif penanganan virus AI.

Berdasarkan penelitian Laboratory Tropical Disease Unair Surabaya, proses penularan virus H5N1 yang menyebabkan flu burung dapat berpindah bukan hanya melalui unggas, tetapi juga lewat kucing dan babi. Seorang peneliti laboratorium tersebut pernah menemukan virus H5N1 pada sejumlah babi di daerah Tangerang, Banten. Peneliti tersebut juga pernah mengambil sampel 500 ekor kucing liar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Lampung. Hasilnya kucing-kucing tersebut 20 persen terinfeksi virus H5N1 dari hasil pemeriksaan usapan pada nasofaring dan anus kucing. Namun belum didapat kasus penularan virus H5N1 dari kucing dan babi ke manusia, sehingga kepercayaan penyebaran virus masih berfokus pada unggas sebagai faktor utama penyebarnya.

Mekanisme Antisipasi Pandemi

(4)

Dengan berkaca pada pengalaman 1918 ketika Dunia mengalami pandemi influenza dengan sebutan Spanish Influenza yang menewaskan sekitar 40-50 juta jiwa, pemerintah AS memperkirakan 90 juta warganya akan sakit, 45 juta berobat jalan ke rumah sakit, 9,9 juta dirawat, 1,5 juta masuk ICU, 745 ribu pasien ICU memerlukan mesin pernafasan (ventilator) dan 1,9 juta orang akan meninggal.

Berdasarkan angka perkiraan tersebut pemerintah AS melakukan langkah persiapan dengan cara mempersiapkan jumlah dokter dan perawat, kamar rumah sakit yang dibutuhkan, botol-botol infus yang harus siap sedia. Demikian pula digelar berbagai simulasi fasilitas kesehatan bila tiba-tiba serbuan pasien kalau terjadi pandemi. Pun dilakukan persiapan intervensi non farmakologi seperti pencegahan penularan penyakit di masyarakat dengan cara pembiasaan cuci tangan, budaya batuk dengan tutup mulut dan penggunaan masker. Sedangkan bila penularannya meluas, antisipasi juga telah dilakukan dengn merencakana karantina pasien, penutupan sekolah dan tempat kerja dan melarang pengumpulan massa.

Persiapan pemerintah AS semakin terprinci hingga ke aspek-aspek terkecil seperti jika sekolah ditutup akibat ancaman pendemi sudah dipikirkan dampaknya bagi pendidikan anak, pihak-pihak yang akan mengurus anak di rumah jika orang tunya bekerja, dan hal-hal lain yang harus dilakukan oleh guru dan sopir bus sekolah kalau sekolah tutup.

Paparan contoh di AS seharusnya dapat menjadi inspirasi pemerintah mengantisipasi pandemi flu burung. Sehingga hak kesehatan bagi warga betul-betul dapat dijamin pemerintah dengan kesungguhannya melakukan perencanaan dan membuat skenario persiapan intervensi farmakologi dan non farmakologi bila pandemi menyerbu. Sudahkah Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza yang diketuai Bayu Krisnamurthi melakukan perencanaan dan mekanisme antisipasi pandemi AI? Sejauh mana langkah-langkah persiapannya?

Bagi pemerintah mestinya mengingat bahwa warganya memiliki hak untuk menikmati standar kesehatan. Hak tersebut bagian dari Hak Azasi Manusia yang tertuang dalam Kovenan International Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (Ekosob) yang telah diratifikasi Indonesia pada 2005 lalu.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik permukiman kumuh di Kelurahan Lamokato, Kecamatan Kolaka: (1) sarana & prasarana air bersih belum terdistribusi merata, pembuangan air kotor dan pembuangan sampah

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komunikasi interpersonal dengan produktivitas kerja, di mana yang menjadi subjek penelitian ini adalah para customer service

Dengan begitu, teori penyerapan yang diatur dalam hukum positif cenderung memberikan kelonggaran bagi pelaku kejahatan, sebab pelaku yang melakukan tindak pidana yang

Meloxicam merupakan golongan Anti Inflamasi Non steroid (NSAID) derivat asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat biosintesis prostaglandin yang

No.. #enam%ahkan "m; auades kedalam ta%un$ reaksi yan$  %erisi sampel  jahe men$$unakan  pipet tetes -idapatkan sampel jahe  %er4arna  jin$$a keruh #enam%ahkan "m;

18 Emisi 2005 B Peningkatan Emisi 2030 C Penurunan emisi dalam BAU D Emisi sesuai Skenario BAU 2030 E A Peluang Pen- gurangan dari kurva biaya F Potensi emisi yang berkurang 1

Molekul tRNA ibarat kartu pengingat dengan kata asam nukleat (anti7kodon) di satu sisi dan kata protein (asam amino) di sisi lain. Jika satu macam tRNA tersedia

Benigna prostatic hyperplasia BPH!" a#alah s$at$ %on#isi yang sering ter&a#i. se'agai hasil #ari pert$('$han #an pengen#alian hor(one