• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam Refleks Pada Anak Bayi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Macam Refleks Pada Anak Bayi "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

12 Macam Refeek Pada Bayi - Bayi yang baru lahir sebenarnya sudah memiliki reflek sebagai pertanda bahwa dia siap menjalani kehidupan selanjutnya diluar kandungan. Refleks yang terjadi pada bayi bisa sebagai ungkapan bayi untuk memberikan pertanda kepada sang ibu. Salah satu refleks yang penting pada bayi yaitu reflek menghisap, dimana jika bagian bibir bayi tersentuh maka dia akan membuka mulut untuk melakukan hisapan. Jadi untuk para ibu diharapkan peka terhadap gerakan gerakan yang dilakukan oleh sang buah hati karena itu cara komunikasi bayi dengan ibu. Berikut adalah 12 macam refleks pada bayi.

Macam - Macam Refleks Pada Bayi

1. Reflek moro

Apabila bayi tersentuh dan kaget ketika kita meletakkan benda didekat bayi atau kita menyeret alas tidurnya secara tiba tiba, maka bayi akan muncul respon membentangkan ke dua tangan dan kaki secara bersamaan dan kembali lagi. Bersamaan dengan itu bayi akan menggenggamkan kedua tangannya.

2. Reflek rooting

Reflek rooting biasanya digunakan oleh ibu ketika hendak menyusui bayi, karena pada reflek ini jika pipi atau sudut bibir bayi disentuh maka kepala bayi akan berputar kearah rangsangan.

3. Reflek swallowing

Ketika kita memasukkan puting susu atau dot dan bayi mulai menghisap kemudian menelan. Dan ketika bayi sedang menelan inilah yang disebut reflek swallowing.

4. Reflek berkedip

(2)

sinar matahari, atau cahaya lampu, maupun tersentuh tangan atau benda asing maka otomatis mata akan menutup.

5. Reflek pupil

Reflek pupil dapat kita lihat dengan menggunakan sinar terang didekatkan pada mata jika terjadi kontriksi maka normal. Reflek pupil juga terjadi pada semua usia.

6. Reflek glabela

Jika kita melakukan ketukan halus pada bagian antara kedua mata maka mata akan berkedip.

7. Reflek crawling

Jika kita memposisikan bayi tengkuarap maka si bayi akan memposisikan kakinya seolah-olah akan merangkat. Hal tersebut terjadi dikarenakn ketika didalam kandungan posisi kaki bayi tertekuk kearah kakinya.

8. Reflek stepping

Jika bayi dipegang pada bagian ketiaknya kemudian diposisikan seperti berdiri, maka bayi akan memposisikan kakinya tungkai diluruskan seakan akan mau jalan.

9. Reflek babinski

Apabila kita meletakkan tangan kita pda telapak tangan atau telapak kaki pada bayi maka tangan dan kaki bayi akan muncul respon mengkerutkan jari jarinya seolah olah ingin menggenggam.

10.Reflek plantar

(3)

11.Reflek menghisap

Jika kita sentuh daerah sekitar bibir bayi maka bayi akan memutar kepalanya kearah rangsangan dan membuka mulutnya sebagai pertanda bayi siap untuk disusui.

12.Reflek swimming

(4)

Keadaan Kesehatan Bayi dan Anak Balita di Indonesia

Saat ini keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia menjadi hal penting untuk diperhatikan dan dibahas. Pada beberapa masa sebelum dekade 1980an, masalah kesehatan ibu dan anak belum terlalu

mendapatkan perhatian serius. Bahkan kasus kematian ibu dan balita pun masih menjadi sebuah fenomena kesehatan yang cukup memprihatinkan. Menginjak pada dekade 1990an, kesehatan ibu menjadi sorotan penting di dalam program kesehatan, khususnya terkait dengan masalah reproduksi, kehamilan dan persalinan. Di jaman modern setelah melewati abad

keemasan, yaitu era 21 ini, kesehatan ibu masih terus dipantau,

namun kesehatan bayi dan anak balita menduduki ranking pertama di dalam program-program kesehatan. Anak, bayi dan balita merupakan generasi penerus bangsa. Di situlah awal kokoh atau rapuhnya suatu Negara, dapat disaksikan dari kualitas para generasi penerusnya. Jika terlahir anak-anak dengan tingkat kesehatan yang rendah, tentulah kondisi bangsa menjadi lemah dan tidak mampu membangun negaranya secara optimal.

Saat ini distribusi dan frekuensi terjangkitnya penyakit bayi dan anak balita seperti diare, disentri, cacar, campak dan penyakit-penyakit berbahaya lain mengalami penurunan yang cukup drastis dibandingkan beberapa masa sebelumnya. Keberhasilan program imunisasi yang digelar oleh pemerintah nampaknya memberikan hasil yang tidak

mengecewakan. Meskipun di beberapa waktu terakhir ini sempat

diberitakan mengenai adanya vaksin DPT yang menimbulkan kematian pada bayi, namun saat ini kasusnya masih terus dipelajari. Akan tetapi secara keseluruhan, program imunisasi telah mampu menurunkan tingkat kesakitan pada bayi dan balita cukup signifkan.

Keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia juga menyangkut masalah gizi buruk. Peningkatan kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat ditunjang dengan system informasi dan tingginya tingkat pendidikan masyarakat, meningkatkan kesadaran rakyat untuk

memperhatikan kondisi kesehatan anak-anak. Orang tua berlomba memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Meskipun di beberapa lapisan masyarakat masih ada yang kurang sejahtera, namun tingkat kepedulian masyarakat lain pun juga relatif bagus sehingga keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia bias lebih terkontrol.

(5)

Bila dirinci. 157.000 bayi meninggal dunia per tahun, atau 430 bayi per hari. Angka Kematian Balita (Akaba), yaitu 46 dari 1.000 balita meninggal setiap tahunnya. Bila dirinci, kematian balita ini mencapai 206.580 balita per tahun, dan 569 balita per hari. Parahnya, dalam rentang waktu 2002-2007, angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan. Penyebab kemauan terbanyak pada periode ini disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pemapasan akut (Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007).

2.3 Angka Kesakitan Dan Kematian Bayi Dan Balita

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia (Kompas, 2006). Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat

kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak

diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Kompas, 2006).

Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan, antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup waktu lahir.

A. Angka Kesakitan Bayi Dan Balita

Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan

tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor social ekonomi, dan pendidikan ibu.

Angka kesakitan bayi dan balita didapat dari hasil pengumpulan data dari sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Adapun beberapa indikator dapat diuraikan sebagai berilkut:

1. Acute Flaccid Paralysis (AFP)

(6)

kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus AFP kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio, yaitu:

imunisasi (yang meliputi peningkatan imunisasi rutin polio, PIN, dan Mop – up), surveilans AFP, sertifkasi bebas polio, dan pengamanan virus polio di laboratorium

2. TB Paru

Merupakan penyakit infesi yang meular pada sistem parnafasan yang disebabkan oleh mikrobakteium tuberculosa yag dapat megenai bagian paru.proses peularan melalui udara atau langsung seperti saat batuk Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse

Chemotherapy) atau pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). (Depkes RI, 2007) Pada tahun 2007 terdapat kasus BTA (+) sebanyak 758 orang, diobati 758 orang, dan yang sembuh 693 orang (91,42%).

3. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

ISPA masih merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Dari beberapa hasil SKRT diketahui bahwa 80% - 90% dari seluruh kasus kematian akibat ISPA, disebabkan oleh pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab kematian pada balita dengan peringkat pertama hasil Surkesnas 2001. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita diduga karena pneumonia merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaan masih belum memadai.

4. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)

(7)

HIV positif atau AIDS pada anak rata – rata dimasa perinatal sekitar usia 9-17 bulan.keluhan utamanya adalah demam dan diere berkepanjangan, takipne,batuk,sesak nafas,dan hopoksia.kemudian diikuti adanya

perubahan berat badan yang turun secara drastis.

5. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh wilayah propinsi. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian relatif tinggi. Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan, namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode antara 2 – 5 tahunan, sedangkan angka kematian cenderung menurun. Pengkajian pada anak dengan DBD di temukan adanya peningkatan suhu yang mendadak di sertai

menggigil,adanya perdarahan kulit seperti

petekhie, ekimosis, hematom, epistaksis, hematemesis bahkan hematemesis melena.

6. Diare

Angka kesakitan diare hasil survey tahun 1996 yaitu 280 per 1000

penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per tahun. Menurut hasil SKRT dalam beberapa survei dan Surkesnas 2001, penyakit diare masih

merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita (Depkes RI, 2003). Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan Diare, Penumonia, Campak, Malaria, dan Malnutrisi. (Depkes RI, 2007). Pegkajian pada anak di tandai dengan frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali per hari, bentuk cair pada buang air besar nya kadang –kadang di sertai oleh lender dan darah, nafsu makan menurun warna nya lama-kelamaan hijau –kejauan karena tercampur empedu.

7. Malaria

Pada tahun 2007 perkembangan penyakit Malaria di Kabupaten

(8)

positif Malaria. sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat.

8. Kusta

Dalam kurun waktu 10 tahun (1991 – 2001), angka prevalensi penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991, lalu turun menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001, pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjkadi 0,95 per 10.000, dan pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk. (Depkes RI, 2003). Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi Kusta pada pertengahan tahun 2000.

9. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Pada Profl Kesehatan ini akan dibahas penyakit Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri, Pertusis, dan Hepatitis B.

a) Tetanus Neonatorum

Jumlah kasus Tetanus Neonatorum pada tahun 2003 sebanyak 175 kasus dengan angka kematian (CFR) 56% (Depkes RI, 2003). Angka ini sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diduga karena

meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun secara keseluruhan CFR masih tetap tinggi. Penanganan Tetanus Neonatorum memang tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah usaha

pencegahan, yaitu Pertolongan Persalinan yang higienis ditunjang dengan Imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil.

b) Campak

Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Sepanjang tahun 2003 frekuensi KLB Campak menempati urutan keempat, setelah DBD, Diare, dan Chikungunya dengan CFR 0,34% (Depkes RI, 2003).

c) Difteri, Pertusis, Hepatitis B

(9)

B. Angka Kematian Bayi Dan Balita

Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam

menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya adalah factor penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi, di antaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang saluran napas bagian bawah (Hapsari, 2004).

Penyebab kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi, seperti tetanus, campak, dan difteri. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk member imunisasi pada anak.

Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh adanya trauma persalinan dan kelainan bawaan yang kemungkinan besar dapat

disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu pada saat kehamilan serta kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (WHO, 2002).

Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup tinggi. Masalah tersebut terutama dalam periode neonatal dan dampak dari penyakit menular, terutama pneumonia, malaria, dan diare ditambah dengan masalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak (WHO, 2002).

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah

bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi

penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan

pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

(10)

persen dan masalah nutrisi sebesar 10 persen," ungkap dr Badriul Hegar SpA(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (TDAI), dalam acara talkshow "Di Balik Kematian Bayi dan Balita dalam Rangka Hari Kesehatan Nasional 2009" di Jakarta Convention Center Jumat (4/12). Hal itu dilakukan dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau,

termasuk memberi rujukan, di mana setiap janin dalam kandungan harus tumbuh dengan baik dan bayi yang lahir harus sehat dan selamat.

C. Status Gizi

Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses

pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh

sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.

D. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir

Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolok ukur selanjutnya dalam menentukan derajat kesehatan anak. Dengan mengetahui angka harapan hidup, maka dapat diketahui sejauh mana perkembangan status kesehatan anak. Hal ini sangat penting dalam menentukan program perbaikan kesehatan anak selanjutnya. Usia harapan hidup juga dapat menunjukkan baik atau buruknya status

(11)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan

(12)

neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian

pil besi dansuntikan anti tetanus.

Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan

program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Monitoring dan Evaluasi Pendidikan Keagamaan Hindu dilaksanakan selama satu tahun, dalam setiap perjalanan dilakukan selama 3 (tiga) hari dan satu hari pada kabupaten/

Pada tahun 2013 angka kematian ibu yang tercatat di Kabupaten Pekalongan berdasarkan laporan dari bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten Pekalongan

Kadar TSS dalam air limbah bekas pencucian jeans tergolong sangat tinggi, dengan menggunakan unit koagulasi flokulasi dibantu variasi koagulan, yakni tawas 50

47913 47919 Perdagangan Eceran Melalui Media Untuk Berbagai Macam Barang Lainnya 47920 Perdagangan Eceran Atas Dasar Balas Jasa (Fee) Atau Kontrak 47991 Perdagangan

Sesuai dengan permasalahan dan solusi yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya maka dalam penelitian ini penulis akan membangun perangkat lunak informasi sumber

Kondisi tersebut juga ada yang mengalaminya di antara para santri puteri Pondok Pesantren al-Masyitoh. Ada dua orang yang siklus haidnya tidak tera- tur terjadi setiap bulan.

2) Sebagai kriteria penilaian pada setiap unit pusat pertanggungjawaban. 3) Sebagai bahan eveluasi guna meningkatkan performa kinerja manajerial dalam sebuah

Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak dedak padi yang memiliki nilai viskositas yang tinggi bisa diturunkan dengan dicampurkan