• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS PADA LANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS PADA LANSI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS PADA LANSIA

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS PADA LANSIA

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian gastritis

Gastritis pada lansia adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat kronis, difus atau lokal yang sering terjadi pada lansia: dua jenis gastritis yang paling sering terjadi : gastritis superfisial akut dan gastritis atropik kronik.

2. Etiologi

Gastritis seringkali akibat dari stres.

a. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi), kafein, alkohol,

dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering.

b. Penyebab lain adalah obat-obatan seperti : sulfonamida, steroid.

c. Beberapa makanan berbumbu termasuk lada, cuka dapat menyebabkan gejala yang

mengarah pada gastritis.

d. Gastritis kronik umumnya disebabkan akibat minum alkohol berlebihan, teh panas, merokok,

merupakan predisposisi timbulnya gastritis atropik.

e. Pada kasus anemia pernisiosa, patogenesis agaknya berkaitan dengan gangguan mekanisme

imunologik. Kebanyakan penderita mempunyai antibodi terhadap sel parietal dalam

darahnya, lebih spesifik lagi, penderita ini juga mempunyai antibodi terhadap faktor intrinsik.

3. Patogenesis

Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan – keadaan klinis

(2)

mukosa lambung melalui beberapa mekanisme. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu

faktor defensif mukosa lambung yang amat penting. Selain menghambat produksi

prostaglandin mukosa, aspiran dan obat aninflamasi topikal terjadi karena kandungan asam

dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian

aspirin dan obat antiflamasi non steroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus

oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.

4. Patofisiologi

Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim – enzim pankreas dapat merusak

mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan

memungkinkan difusi kembali, asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini

menimbulkan peradangan respons mukosa terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut

dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang

dengan sendirinya.

Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi

perdarahan.

Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan

peradangan dan nekrosis pada dnding lambung.

Gastritis kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar lambung

dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan warna abu-abu. Hilangnya mukosa

lambung akhirnya akan berakibat kurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia

pernisiosa.

5. Manifestasi klinik

Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak

jelas, seperti anoreksia atau mual, sampai gejala lebih berat seperti nyeri epigastrium,

(3)

kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan

tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin,

takikardia sampai gangguan kesadaran. Klien juga mengeluh kembung, rasa asam di mulut.

Sedangkan manifestasi klinis dari gastritis kronik ; gejala defisiensi B12, sakit ulu hati

setelah makan, bersendawa rasa pahit dalam mulut, mual dan muntah.

6. Pemeriksaan Diagnosis

Gastritis erosif harus selalu diwaspadai pada setiap pasien dengan keadaan klinis yang

berat atau pengguna aspirin dan anti inflamasi nonsteroid. Diagnosa ini ditegakkan dengan

pemeriksaan gastroduodenoskopi. Pada pemeriksaan akan tampak mukosa yang sembab,

merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi dari

yang menyembuh sampai tertutup oleh bekuan darah dan kadang ulserasi.

Pada gastritis kronis diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan

histopatologi. Untuk pemeriksaan histopatologi sebaiknya dilakukan biopsi pada semua

segmen lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi

helicobacter pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum,

mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%. Kriteria minimal

untuk menegakkan diagnosis H. Pylori jika hasil PA positif.

7. Penatalaksanaan

Gastritis akut :

a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.

b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai / ditemukan.

(4)

Gastritis kronis :

Pada umumnya gastritis kronik tidak memerlukan pengobatan, yang harus diperhatikan ialah

penyakit – penyakit lain yang keluhannya dapat dihubungkan dengan gastritis kronik.

Anemia yang disebabkan oleh gastritis kronik biasanya bereaksi baik terhadap pemberian

vitamin B12 atau preparat besi, tergantung dari defisiensinya.

8. Komplikasi

Komplikasi pada gastritis akut adalah :

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang – kadang

perdarahan cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.

b. Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.

c. Jarang terjadi perforasi.

Komplikasi pada gastritis kronik adalah :

a. Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama terhadap vitamin B12.

Gangguan penyerapan terhadap vitamin B12 selanjutnya dapat menyebabkan anemia yang

secara klinik hampir sama dengan anemia pernisiosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan

memeriksa antibodi terhadap faktor intrinsik. Selain vitamin B12 penyerapan besi juga dapat

terganggu.

b. Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan daerah antrum pilorum.

Gastritis kronik sering dihubungkan dengan keganasan lambung, terutama gastritis kronik

antrum pilorus.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Defenisi proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji

respon manusia terhadap masalah – masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan

(5)

Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

Adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan

sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,

mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan.

Data subyektif meliputi anoreksia, mual, tidak nyaman perut pada tingkat tertentu.

Data obyektif meliputi selaput mukosa kering, otot lemah, muntah (jumlah, frekuensi, adanya

darah), ada tanda – tanda ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, haus, penurunan turgor

kulit.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau

komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau potensial.

Adapun diagnosa keperawatan pada gastritis adalah :

a. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrien tidak

adekuat.

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan berlebihan karena

muntah.

d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.

e. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.

3. Perencanaan

(6)

Tujuan : Utama mencakup mengurangi ansietas

Intervensi keperawatan :

Bila pasien mencerna asam atau alkali, maka tindakan darurat diperlukan.

1) Terapi pendukung diberikan pada pasien dan keluarga selama pengobatan dan setelah

mencerna asam atau alkali yang telah dinetralisir atau diencerkan.

2) Pasien perlu disiapkan untuk pemeriksaan diagnostik (endoskopi) atau pembedahan.

3) Menggunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab semua pertanyaan

selengkap mungkin.

4) Semua prosedur dan pengobatan dijelaskan sesuai dengan minat dan tingkat pemahaman

pasien.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan nutrien tidak

adekuat.

Tujuan : Menghindari makanan pengiritasi dan menjamin masukan nutrien

adekuat.

Intervensi keperawatan :

1) Dukungan fisik dan emosi diberikan.

2) Pasien dibantu untuk menghadapi gejala yang dapat mencakup mual, muntah, sakit ulu hati

dan kelelahan.

3) Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari

sampai gejala akut berkurang.

4) Bila terapi intravena diperlukan, pemberiannya dipantau dengan teratur, sesuai dengan nilai

elektrolit serum.

5) Bila gejala berkurang, pasien diberikan es batu diikuti dengan cairan jernih.

6) Makanan padat diberikan sesegera mungkin untuk memberikan nutrisi oral, menurunkan

(7)

7) Meminimalkan iritasi pada mukosa lambung.

8) Bila makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukkan berulangnya episode gastritis

dievaluasi dan dilaporkan.

9) Masukan minuman mengandung kafein dihindari, demikian juga merokok.

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan berlebihan karena

muntah.

Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan.

Intervensi keperawatan :

1) Masukan dan haluaran cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda – tanda awal

dehidrasi.

2) Bila makanan dan minuman ditunda, cairan intravena biasanya diberikan.

3) Masukan cairan ditambah nilai kalori diukur.

4) Nilai elektrolit dapat dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi indikator awal

ketidakseimbangan.

5) Pantau adanya indikator gastritis

6) Pantau tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.

d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.

Tujuan : Meningkatkan kesadaran tentang penatalaksanaan diet.

Intervensi keperawatan :

1) Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi.

2) Diet diresepkan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian pasien, makanan

yang disukai, pola makan.

3) Pasien diberi daftar zat – zat untuk dihindari.

(8)

5) Pasien dengan anemia pernisiosa diberi instruksi tentang kebutuhan terhadap injeksi vitamin

B12 jangka panjang.

e. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.

Tujuan : Menghilangkan nyeri.

Intervensi keperawatan :

1) Pasien diinstruksikan untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi

mukosa lambung.

2) Perawat mengkaji tingkat nyeri.

3) Pantau kenyamanan pasien setelah penggunaan obat – obatan.

4) Hindari zat pengiritasi.

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.

beberapa petunjuk pada implementasi adalah :

a. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana.

b. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan efisien pada

situasi yang tepat.

c. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi

d. Dokumentasi intervensi dan respons klien

5. Evaluasi

Bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan harus dievaluasi.

Hasil yang diharapkan :

a. Menunjukkan berkurangnya ansietas

b. Menghindari makan makanan pengiritasan, atau minuman yang mengandung kafein atau

alkoholik.

(9)

1) Mentoleransi terapi intravena sedikitnya 1,5 liter setiap hari.

2) Minum 6 – 8 gelas air setiap hari.

3) Mempunyai haluaran urine  1 liter setiap hari.

4) Menunjukkan turgor kulit yang adekuat.

d. Mematuhi program pengobatan.

1) Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi.

2) Menggunakan obat-obatan sesuai resep.

e. Melaporkan nyeri berkurang

FORMAT PENGKAJIAN KEPANITERAAN KLINIK NERs BAGIAN KEPERAWATAN GERONTIK

I. Data biografis

Nama klien : Ny. P

TTL : Makassar 1930-an (± 72 tahun) Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : Tidak sekolah

Alamat/tlp : Panti social tresna werda Gau Mabaji Gowa Wisma XI Suku : Makassar

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Keluarga terdekat yg dapat dihubungi : Tidak ada

II. Riwayat hidup Pasangan

Hidup : Tidak ada Kematian

Tahun meninggal : Suami, Tahun 1977 Penyebab kematian : Sesak nafas.

Anak-anak

Hidup : Tidak ada Nama & alamat : -III. Riwayat pekerjaan

Status pekerjaan saat ini : Tidak ada Pekerjaan sebelumnya: Menjahit

(10)

IV. Riwayat tempat tinggal

Status kepemilikan rumah : Tinggal di Panti Sosial tresna Werda Gau Mabajigowa Jumlah kamar : 4 kamar

Jumlah yang tinggal dirumah : 5 orang Tetangga terdekat : Ny. L

V. Riwayat aktivitas waktu luang

Hobi/ minat : Menyanyi

Keanggotaan organisasi : Tidak ada

Liburan : Jarang

VI. Sistem pelayanan kesehatan yang digunakan : Pelayanan kesehatan yang ada di panti.

VII. Deskripsi aktivitas selama 24 jam (kalau bisa buatkan jadwal kegiatan harian klien) Klien bangun pagi, mandi, memakai bedak, kadang sarapan kadang tidak,

berinteraksi/bertukar pikliran dengan mahasiswa praktek sampai jam 14.30, istirahat siang, mandi sore, makan malam, bersantai, istirahat.

VIII. Riwayat kesehatan

Keluhan utama : nyeri abdomen kuadran atas kiri Sifat keluhan :

 P : Klien mengatakan nyeri dirasakan paling kuat jika klien lupa/malas makan.

 Q : Klien mengatakan nyerinya dirasakan seperti tertarik kuat (tajam)

 R : Klien mengatakan sakitnya dirasakan pada daerah uluh hati

 S : Klien mengatakan nyerinya pada skala 7 (Nyeri berat)

 T : Klien mengatakan nyerinya dirasakan tidak menentu waktunya, muncul sesekali selama 5 menit dengan durasinya 15 menit.

 Wajah klien nampak meringis

 Klien nempak menekan daerah lambung jika nyerinya timbul.

 Klien terdengar berteriak kesakitan jika nyerinya muncul.

Pengetahuan/ pemahaman ttg status kesehatan saat ini : tidak baik. Pemahaman mengenai proses menua; cukup

Status kesehatan umum setahun yang lalu : kurang baik (tidak bisa berjalan) Penyakit masa kanak-kanak : Cacar, demam, flu

Penyakit serius kronik : Lumpuh pada kedua kaki Trauma : Tidak ada.

Perawatan di RS : Tidak pernah Operasi : Tidak pernah

Riwayat obstetric : Obat-obatan

Klien biasanya mengggunakan obat tetra 1x1/ hari.

Nama obat Dosis Waktu pemakaian Tgl diresepkan

Tetra 1 x 1 Setelah makan siang

-Masalah yang berkaitan dengn konsumsi obat : persepsi klien terhadap keefektifan obat kurang bagus

Riwayat alergi

(11)

Alergen : Tidak ada Faktor lingkungan : Tidak ada

Nutrisi

Intake cairan : 1000-1500cc/24 jam Jenis cairan : Air putih + Air teh. Diet khusus : Tidak ada

Pembatasan makanan/ pilihan : Klien menghindari makan bubur dan klien sangat memilih dalam makan.

Istirsahat/ Tidur

 Klien mengatakan susah tidur malam

 Klien mengatakan tidurnya hanya ± 5 jam/ hari

 Klien mengatakan sering terbangun dari tidur malamnya.

 Klien nampak mengantuk

 Klien nempak tertidur pada pagi hari. Aktivitas fisik

 Klien mengatakan tidak bisa menggerakkan kedua kakinya

 Klien mengatakan tidak bisa berjalan sejak tahun 1950-an.

 Klien mengatakan selalu menggunakan kursi rodanya jika mau berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

 Klien nempak tidak bisa menggerakkan kedua kakinya.

 Klien nampak selalu duduk di kursi roda dan menggerakkannya jika mau ke tempat lain.

 Klien nempak tidak bisa berdiri ataupun berjalan. Pengetahuan

 Klien mengatakan ia tidak terlalu banyak tahu tentang penyakit yang dideritanya

 Klien mengatakan ia tidak pernah memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan

 Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab kelumpuhannya.

 Klien nampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.

 Klien nempak bingung ketika kaji tentang penyakitnya

(12)

G1

: Laki-laki meninggal : Perempuan meninggal ? : Tidak diketahui umur

: Garis Keturunan : Garis Persaudaraan

G1: Kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien sudah meninggal karena factor usia. Klien pun mengatakan telah lupa kejadian meninggalnya.

G2: Ayah dan ibu Klien telah meninggal dunia. Ibu klien meninggal karena pembengkakan pada perutnya, sedangkan ayah klien meninggal pada saat pergi mencari ikan di laut.

G3: Klien sekarang mengalami gastritis. Klien tinggal bersama dengan 4 orang nenek dip anti 11. X. Tinjauan Sistem

Status vitalis

TD (120/70mmHg), N(60x/i), Suhu (36,0°C), RR(20x/i) Status Generalis

Hemoptoe : tidak

Perdarahan/ memar : tidak Anemia : tidak

Riwayat transfuse darah : tidak Kepala :

Sakit kepala : tidak

Trauma berarti pada masa lalu : tidak Gatal pada kulit kepala : tidak

Leher :

Kekakuan : tidak

Nyeri/ nyeri tekan : tidak Benjolan/ massa : tidak Keterbatasan gerak : tidak Mata :

(13)

Nyeri : tidak

Air mata berlebih : tidak Bengkak sekitar mata : tidak Kabur : ya

Fotofobia : tidak Riwayat infeksi : tidak

Dampak pd aktivitas sehari-hari : tidak Mata klien nampak sayu

Telinga :

Perubahan pendengaran : tidak Tinitus : tidak

Vertigo : tidak

Sensitivitas pendengaran : tidak Alat bantu prostesa : tidak Riwayat infeksi : tidak

Kebiasaan perawatan telinga : ya Dampak pd aktivitas sehari-hari : tidak Mulut & tenggorokan :

Karies/ tanggal gigi : ya (klien hanya memiliki 5 gigi) Riwayat infeksi : tidak

Tgl pemeriksaan gigi terakhir : klien sudah lupa Menggosok gigi : tidak

Nyeri tekan pada area sinus : tidak Alergi : tidak

Riwayat infeksi : tidak Penialaian dari N.I : baik Payudara :

Benjolan/ massa : tidak Nyeri/ nyeri tekan : tidak Bengkak : tidak

Keluar cairan dari putting susu : tidak Perubahan pada putting susu : ya Pemeriksaan SADARI : tidak

Tgl pemeriksaan mammogram terakhir : Klien tidak pernah melakukan pemeriksaan. Kardiovaskular :

Nyeri/ ketidaknyamanan dada : tidak Palpitasi : tidak

Dispnea : tidak

Dispnea saat aktivitas : tidak

(14)

BJ tambahan : tidak Edema : tidak Varises : tidak Parestesia : tidak

Perubahan warna kaki : tidak

Pernapasan : Batuk : tidak Dispnea : tidak Sputum : tidak

Bunyi napas tambahan : tidak Asma/ alergi : tidak

Tgl pemeriksaan foto thorax terakhir : Tidak pernah melakukan pemeriksaan. Gastro intestinal :

Tidak dapat mencerna : tidak Disfagia : tidak

Nyeri ulu hati : ya

Mual/ muntah : sering mual Hematemesis : tidak

Perubahan nafsu makan : ya Intoleransi makanan : tidak Ulkus : tidak

Nyeri : ya Ikterik : tidak

Benjolan/ massa : tidak

Perubahan kebiasaan defekasi : tidak Diare : tidak

Konstipasi : tidak Melena : tidak Haemorhoid : tidak Perdarahan rectum : tidak Perkemihan : Nyeri saat berkemih : tidak Batu : tidak

Infeksi : tidak Genitoreproduksi:

Perdarahan pasca senggama (wanita) : tidak Nyeri pelvic (wanita) : tidak

Penyakit kelamin : tidak Riwayat menopause : ya

(15)

Nyeri persendian : ya

Masalah cara berjalan : ya (klien tidak bisa berjalan) Nyeri punggung : ya

Protesa : tidak

Latihan/ olahraga : tidak

Dampak pada aktivitas sehari-hari : ada Endokrin :

Intoleran terhadap panas : tidak Intoleran terhadap dingin : tidak Goiter : tidak

Pigmentasi kulit/ tekstur : tidak Perubahan rambut : ya

Sinkope/ heart attack : tidak Paralisis : tidak

Paresis : tidak

Masalah koordinasi : tidak Tic/ tremor/ spasme : tidak Parestesia : tidak

Masalah dalam pengambilan keputusan : tidak Suli konsentrasi : ya

Mekanisme koping yang digunakan jika ada masalah : kurang baik Stress saat ini : tidak

Persepsi ttg kematian : baik

(16)

Lampiran 2

INDEKS ADL KATZ

Indeks Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-hari

Indeks kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dibuat berdasarkan evaluasi kemandirian atau ketergantungan fungsional klien dalam hal mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah, kontinensia, dan makan. Definisi spesifik dari kemandirian atau ketergantungan fungsional diuraikan di bawah index

A : Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi

B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tsb

C : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan salah satu fungsi tambahan

D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan

F : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

G : Ketergantungan pada ke enam fungsi tsb

Lain-lain : Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F.

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif, kecuali seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini. Seorang klien yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.

Mandi (spon, pancuran atau bak)

Mandiri : Klien mandi sendiri sepenuhnya. Berpakaian

Mandiri : mengambil baju dari lemari/ laci, berpakaian, melepaskan pakaian, mengancing pakaian, mengikat dan melepas ikatan sepatu

Ke Kamar kecil

(17)

Berpindah

Mandiri : berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi secara mandiri ( menggunakan alat bantu kursi roda)

Kontinensia

Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri Makan

Mandiri : mengambil makanan dari piring dan memasukannya ke mulut (memotong-motong daging/ ikan, mengolesi roti dengan mentega tidak dimasukkan dalam evaluasi)

Lampiran 3

SKALA DEPRESI GERIATRIK YESAVAGE 1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda ? (tidak)

Tidak

2. Apakah anda mengurangi hobi dan aktivitas sehari-hari ? (ya) Ya

9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari daripada keluar dan melakukan sesuatu yang baru? (ya)

Ya

10. Apakah anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan dibanding dengan orang lain ? (ya)

Tidak

11. Apakah anda berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan ? (tidak) Tidak

12. Apakah anda merasa tak berguna ? (ya) Tidak

13. Apakah anda merasa berenergi ? (tidak) Tidak

14. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tidak ada harapan ? (ya) Tidak

15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda ? (ya) Ya

(18)

Dari hasil penilaian Ny“P” tidak menunjukkan adanya tanda-tanda depresi

Lampiran 4

ISAACS-WALKEY IMPAIRMENT MEASURMENT 1. Apa nama tempat ini ? Jawaban benar

2. Ini hari apa ? Jawaban benar 3. Ini bulan apa ? Jawaban salah

4. Tahun berapa sekarang ? Jawaban salah

5. Berapa umur klien ? (jika klien menjawab 1 tahun lebih muda atau lebih tua, maka dianggap benar) Jawaban benar

6. Tahun berapa klien lahir ? Jawaban salah 7. Bulan berapa klien lahir ? Jawaban salah 8. Tanggal berapa klien lahir ? Jawaban salah

9. Berapa lama klien tinggal dipanti jompo ? (kesalahan 25 % dianggap benar) Jawaban Benar.

Keterangan :

Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh Kesalahan 3-4 : kerusakan intelektual ringan Kesalahan 5-7 : kerusakan intelektual sedang Kesalahan 8-9 : kerusakan intelektual berat

(19)

Lampiran 5

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

Nama pasien : Ny.P Tgl wawancara :19 Februari 2013

Usia : 72 Thn Waktu : 08.30 WITA

Pendidikan : Tidak ada Tempat : Di Kamar Klien

SKOR MAX SKOR PASIEN PERTANYAAN KET

5 2 Sekarang (hari),

(tgl), (bulan),

(tahun), siang/ pagi/ malam?

Orientasi

5 3 Sekarang kita berada

di mana? (lorong), (dusun),

(kelurahan), (kabupaten), (provinsi)

Orientasi

3 3 Pewawancara

menyebutkan nama 3 buah benda; almari, sepatu, buku, satu detik untuk setiap benda. Lansia

mengulang ke-3 nama benda tsb. Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar

Registrasi

5 4 Hitunglah mundur

dari 10.000 ke bawah dengan pengurangan 1000 dari 10000 ke bawah (Nilai 1 untuk jawaban yang benar), berhenti setelah 5

(20)

hitungan (9.000, 8.000, 7.000, 6.000, 5.000)

3 3 Tanyakan kembali

nama 3 benda yang telah disebutkan di atas. Berilah nilai 1 untuk setiap jawaban

yang benar

Mengingat

9 7  Apakah nama

benda ini ?

perlihatkan pensil dan jam tangan (nilai 2) jika jawaban benar

 Ulangilah kalimat berikut : “Saya ingin Sehat” (nilai 1)

 Laksanakanlah 3

perintah

ini :”peganglah selembar kertas dengan tangan kanan, lipatlah kertas itu pada pertengahan dan letakkanlah di lantai ! (nilai 3)

 Bacalah dan

laksanakan perintah berikut : “pejamkan mata anda” (nilai 1)

 Tulislah sebuah

kalimat : “Allahu

(21)

Akbar” dalam bahasa arab. (nilai 1)

 Tirulah gambar ini : pohon (nilai 1)

Stadium ringan : MMSE 21-30 Stadium sedang : MMSE 10-20 Stadium berat: MMSE < 10

Didapatkan skor MMSE 22 dan dikategorikan stadium ringan.

Analisa Data No

.

Data Masalah keperawatan

1. Ds

Klien mengatakan nyeri dirasakan paling kuat

(22)

jika klien lupa/malas makan.

Klien mengatakan nyerinya dirasakan seperti tertarik kuat (tajam)

Klien mengatakan sakitnya dirasakan pada daerah uluh hati.

Klien mengatakan nyerinya pada skala 7 (Nyeri berat).

Klien mengatakan nyerinya dirasakan tidak menentu waktunya, muncul sesekali selama 5 menit dengan durasinya 15 menit.

Do

 Wajah klien nampak meringis

 Klien nempak menekan daerah lambung jika nyerinya timbul.

 Klien terdengar berteriak kesakitan jika nyerinya muncul.

2.

3. Ds

 Klien mengatakan susah tidur malam

 Klien mengatakan tidurnya hanya ± 5 jam/ hari

 Klien mengatakan sering terbangun dari tidur malamnya.

Do

 Mata klien nampak sayu

 Klien nampak mengantuk

 Klien nempak tertidur pada pagi hari.

Ds

 Klien mengatakan tidak bisa menggerakkan kedua kakinya

 Klien mengatakan tidak bisa berjalan sejak

Gangguan pola tidur

(23)

4.

tahun 1950-an.

 Klien mengatakan selalu menggunakan kursi rodanya jika mau berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Do

 Klien nempak tidak bisa menggerakkan kedua kakinya.

 Klien nampak selalu duduk di kursi roda dan menggerakkannya jika mau ke tempat lain.

 Klien nempak tidak bisa berdiri ataupun berjalan.

Ds

 Klien mengatakan ia tidak terlalu banyak tahu tentang penyakit yang dideritanya

 Klien mengatakan ia tidak pernah memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan

 Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab kelumpuhannya.

Do

 Klien nampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.

 Klien nempak bingung ketika dikaji tentang penyakitnya

Kurang pengetahuan tentang penyakit

Diagnosa keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada mukosa lambung

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kegelisahan yang selalu dialami klien. 3. Imobilisasi fisik berhubunga dengan kelumpuhan pada bagian ekstremitas bawah

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor, Irawati Setiawan, Edisi 9. Jakarta; EGC

Keliat, B.A. 1994. Proses Keperawatan. Jakarta; EGC

Long, B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah, Edisi I, Bandung

Mansjoer, A,. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta; Media Aeusculapius,

Price, S.A,. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit,; alih bahasa, Peter Anugrah; editor, Caroline Wijaya, Edisi 4. Jakarta; EGC

Smeltzer, S.C,. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, Vol.2. Jakarta; EGC

(25)

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS PADA LANSIA

A. Pengertian

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. (Priyanto, 2008.Hal 69). Dan Menurut Suratun (2010. Hal 59) gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah.Sedangkan menurut Broker (2009.Hal 571) gastritis adalah imflamasi mukosa yang melapisi lambung dan gastritis dapat terjadi secara akut ataupun kronis.

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Hirlan, 2009).Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.

Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus dan lokal.Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan kronik (Price dan Wilson, 2005).Inflamasi ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, 9 sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa (Wibowo, 2007).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut maupun kronis.

B. Etiologi 1. Gastritis akut

(26)

menyebabkan gastritis seperti OAINS (Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2- deoxyuridine), Salisilat dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung (Sagal, 2006).

Hal tersebut menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Hal tersebut terjadi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer (Jackson, 2006).Faktor-faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol, seperti whisky, vodka dan gin.Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal sehingga, dapat menyebabkan perdarahan (Wibowo, 2007).

Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri H. Pylori, namun dapat pula diakibatkan oleh bakteri lain seperti H. heilmanii, Streptococci, Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis dan Secondary syphilis (Anderson, 2007).Gastritis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Sitomegalovirus. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis juga termasuk penyebab dari gastritis (Feldman,2001).

Gatritis dapat terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa (Mukherjee, 2009).Terjadinya iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung (Wehbi, 2008).

Penyebab gastritis akut menurut Price (2006) adalah stres fisik dan makanan, minuman.Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat dan refluks usus-lambung.Hal ini disebabkan oleh penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel lambung (Price dan Wilson, 2005; Wibowo, 2007).

(27)

2. Gastritis kronik

Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non infeksi (Muttaqin, 2011).

a. Gastritis infeksi Beberapa peneliti menyebutkan bakteri Helicobacter pylori merupakan penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007). Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Saat ini Infeksi Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab tersering terjadinya gastritis (Wibowo, 2007; Price dan Wilson, 2005). Infeksi lain yang dapat menyebabkan gastritis kronis yaitu Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis, Syphilis,infeksi parasit dan infeksi virus (Wehbi, 2008).

b. Gastritis non-infeksi

1) Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12. Kekurangan vitamin B-12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmue atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua (Jackson, 2006).

2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin (Mukherjee, 2009).

3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis sekunder dari terapi obat-obatan (Wehbi, 2008). 4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan berbagai penyakit,

meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatus, penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis, penyakit granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic granuloma, Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell granulomas, Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas yang berhubungan dengan kanker lambung (Wibowo,2007).

5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan injuri radiasi pada lambung (Sepulveda, 2004).

C. Manifestasi klinik

(28)

1) Gastritis akut

Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.

2) Gastritis kronik Bagi sebagian orang gastritis kronis tidak menyebabkan gejala apapun (Jackson, 2006). Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan. Gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya menimbulkan gejala seperti sakit yang tumpul atau ringan (dull pain) pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera setelah makan beberapa gigitan.

D. Patofisiologi

Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan barrier (pelindung).Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen.Gangguan difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak.Asam lambung dan enzim-enzim pencernaan.Kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan.

Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi.Peradangan ini termanifestasi seperti perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah.Bila iritasi / erosi pada mukosa lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah.Sehingga kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan hematemesis maupun melena.

(29)

Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan menjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau menghilang sehingga cobalamin (Vitamin B12) tidak dapat diserap di usus halus. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia.Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan (Suratun, 2010. Hal: 61

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Faktor predisposisi dan presipitasi

a. Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid, obat analgetik, anti inflamasi, cuka atau lada.

b. Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok, penggunaan obat-obatan, pola makan dan diet yang tidak teratur, serta gaya hidup seperti kurang istirahat. 2. Test dignostik

a. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan letaknya tersebar.

b. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah

melewati mukosa muskularis.

c. Pemeriksaan radiology.

d. Pemeriksaan laboratorium.

e. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada klien

dengan gastritis kronik.

f. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah

merupakan anemia megalostatik.

g. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.

h. Gastroscopy.

Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.

F. Pemeriksaan penunjang

Menrurut Suratun (2010. Hal: 71) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan gastritis meliputi :

(30)

b) Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defesiensi B12. c) Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.

d) Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCI lambung.Acholohidria menunjukkan adanya gastritis atropi.

e) Test antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel pariental dan faktor instrinsik lambung terhadap helicobacter pylori.

f) Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.

g) Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.

G. Penatalaksanaan

a. Menurut Manjoer (2000. Hal 493) penatalaksanaan medis pada pasien Gastritis, baik gastritis akut maupun gastritis Kronis ialah sebagai berikut :

1. Gastritis akut

Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya.Diet lambung, dengan porsi kecil dan sering.Obat obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antacid.Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglanding.

2. Gastritis kronis

Penatlaksanaa diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apa lagi jika test serologi negatif. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2/ inhibitor pompa proton dan obat obatan prokinetik. Jika endoskopidapat dilakukan, dilakukan terapi eradikasi kecuali jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya negatif atau hasil serologi negative dan bukti bukti kelainan sistemik yang mungkin bertanggung jawab terhadap gejala-gejala.

b. Perawatan :

- meningkatklan istirahat pasien, mengurangi stress, farmakoterapi

(31)

H. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS:

klien mengeluh nyeri pada ulu hatinya. Ambang nyeri 2

DO :

Klien tampak memegangi bagian epigastrium. Klien tampak gelisah

TD : 110/80 mmHg N : 80xm

RR : 24x/m S: 370C

Nyeri akut Iritasi mukosa lambung

(32)

S : 37,5o C

I. Diagnosa keperawatan

Adapun Diagnosa Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 63) adalah sebagai berikut : 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iritasi akibat peningkatan asam lambung

2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan tubuh yang kurang akibat anoreksia dan tidak nafsu makan

3. Pengetahuan tentang penyakitnya (faktor penyebab dan terapi diet) b/d kurang terpaparnya informasi.

J. Nursing care planning No

.

Diagnosa keperawatan

Nursing Outcome (NOC)

Nursing intervensi Clasification (NIC) 1 Gangguan rasa

nyaman nyeri pada efigastrium b/d iritasi mukosa

NOC : 1. Pain Level, 2. pain control, 3. comfort level

Setelah dilakukan tindakan

1. Lakukan pengkajian

nyeri secara

(33)

lambung

keperawatan selama 1x24 jam klien tidak mengalami nyeri, dengan

Tanda Vital Normal 3 4

Gangguan tidur 3 4 10. Berikan informasi

(34)

prosedur

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi Kriteria Hasil :

Indikator IR ER

Intake makanan adekuat 3 4 Intake cairan adekuat 3 4

(35)

3 DS:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi : Kriteria Hasil :

Paham tentang penyakitnya 3 4 Mengetahui penyebab

penyakit

3 4

Mengetahui tanda dan gejala 3 4 Memahami obat yang

dikonsumsi

(36)

nadi, RR

O : klien tampak tenang TD : 120/80 mmHg N : 80x/menit RR: 20x/menit S : 37,3 C

A : masalah teratasi P : R dihentikan

menganjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam

O : keadaan cukup baik

(37)

menentukan persepsi tentang proses penyakit

diskusikan program pengobatan jadwal dan kemungkinan efek samping obat-obatan

anjurkan melakukan aktivitas biasa secara bertahan

berikan informasi tertulis untuk ps atau orang terdekat

S :

klien mengatakan sudah mengerti tentang proses penyakit, penyebab dan terapi diet yang harus dilakukan O :

Klien sudah tidak bingung kagi tidak bertanya lagi tentang

penyakit dan pengobatan penyakitnya

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung ditandai dengan adanya radang

Hal ini jelas bahwa bagi janin untuk menghindari pengakuan kekebalan tubuh dan menyerang oleh sistem kekebalan tubuh ibu, respon imun maternal harus tumpul,

dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan

Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi.. Dengan memasuki sel T4 , virus

Gastritis kronis tipe  merupakan suatu penyakit autoimun yang disebabkan ole&#34; adanya autoantibodi ter&#34;adap sel parietal kelen-ar lambung dan faktor

Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada

√ 18 Merokok dapat merusak lapisan pelindung lambung, orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis √ 19 Penderita gastritis tidak perlu mengkonsumsi antasida. √

2 Gastritis penyakit maag adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari