• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Dan Analisa Instrumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Dan Analisa Instrumen"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Di Susun Oleh :

CARLOS JOHAN ARMANDO

1343050060

YUNIKA

1343050085

JEANETH PIETHAGINA

1343050117

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut. Keempat teknik kromatografi itu terdiri atas : kromatografi kertas (KKt), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas cair (KGC), dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Kromatografi cair-padat pada umumnya sangat cocok untuk cuplikan-cuplikan yang larut dalam pelaut nonpolar dan kurang larut yang mengandung air seperti yang digunakan dalam kromatografi partisi fasa terikat.

Kromatografi partisi, senyawa-senyawa dengan perbedaan jenis dan jumlah gugus fungsi biasanya dipisahkan. Kehebatan kromatografi partisi, yang tidak dimiliki oleh metode lain, metode lain adalah kemampuan untuk memisahkan isomer. Pemisahan dan pemurnian suatu bahan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari beberapa teknik kromatografi ataupun menggunakan gabungan teknik-teknik tersebut. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar tergantung pada sifat kelarutan dan keatsirian senyawa yang akan terpisah.

Kromatografi adsorpsi diperkenalkan oleh Kuch dan ledere pada tahun 1931. Metode

ini dibangun untuk analisis biokimia dan organik, teknik pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan kolom. Sebagai fasa diam dalam kolom dapat digunakan silika ataupun alumina. Kromatografi cair-padat pada umumnya sangat cocok untuk cuplikan-cuplikan yang larut dalam pelaut nonpolar dan kurang larut yang mengandung air seperti yang digunakan dalam kromatografi partisi fasa terikat. Kromatografi partisi, senyawa-senyawa dengan perbedaan jenis dan jumlah gugus fungsi biasanya dipisahkan.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi adalah metode suatu proses fisik yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dari suatu campuran senyawa kimia. Dalam kromatografi, campuran tersebut dibuat sebagi zona yang sempit (kecil) pada salah satu ujung media porus seperti adsorben, yang disebut alas atau landasan kromatografi. Zona campuran kemudian digerakan dengan larutan suatu cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa, melaui media porus tersebut, yang berupa partikel-partikel yang ”diam“ (tidak bergerak, statisiones). Sehingga akibatnya masing-masing komponen dari campuran tersebut akan terbagi (terdistribusi)

secara tidak merata antara alas yang “diam” dan cairan atau gas yang membawanya. Akibat

selanjutnya, masing-masing komponen akan bergerak (bermigrasi) pada kecepatan yang berbeda (differential migration) dan dengan demikian, akan sampai pada ujung lain dari alas tersebut pada waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara komponen-komponen yang ada. (Bahti, Husein H. 2011: 4).

Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen campuran yang berdasarkan distribusi diferensial dari komponen-komponen sampel diantara dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik kromatografi yang dimana fasa

gerak dan fasa diamnya menggunakan zat cair adalah HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau didalam bahasa Indonesia disebut KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Teknik pemisahan menggunakan metode kromatografi terdiri dari beberapa macam, berikut ini disajikan beberapa macam teknik kromatografi beserta penjelasannya:

A. Kromatografi kertas

(4)

kromatografi kertas cukup sederhana, di laboratorium kita sering melakukan percobaan menggunaan teknik kromatografi kertas tersebut.

B. Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis biasanya menggunakan sebuah lempengan tipis yang terbalut gel silika atau alumina. Silika tersebut berfungsi sebagai fase diam. Sementara untuk fase gerak yang digunakan adalah pelarut atau campuran pelarut yang digunakan. Aplikasi dari teknik pemisahan kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk mengetahui jenis pada campuran asam amino tertentu. Ada beberpa interaksi yang terjadi pada proses komatorgafi cair yaitu pembentukan ikatan hidrogen, ikatan vander walls dan gaya debye sehingga terjadi pergerakan sampel didalam pelarut.

Kromatografi lapis tipis mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kertas diganti dengan kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis absorben seperti alumina, silika gel, selulosa ataupu material lainnya. kromatografi lapis tipis boleh ulang (reproduksibel) dari pada kromatografi kertasCampuran sampel diteteskan pada kertas dan batas migrasi pelarut ditandai. Setelah kertas dikeringkan, posisi senyawa-senyawa yang ada dalam campuran sampel dapat dilihat dengan reaksi pewarnaan yang sesuai. Rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang ditempuh oleh pelarut disebut nilai Rf (retention factor) dan nilainya kurang lebih konstan untuk senyawa tertentu, sistem pelarut dan kertas dibawah kondisi konsentrasi zat terlarut, suhu dan pH yang terkontrol dengan baik. Nilai Rf berhubungan dengan koefisien partisi. Kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan dalam keserbagunaan, kecepatan, dan kepekaannya dibandingkan dengan kromatografi kertas

C. GLC (Gas Liquid Chromatography)

GLC merupakan salah satu jenis kromatografi gas yang digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap. Pada kromatografi ini, fase gerak yang digunakan adalah gas dan fase diamnya adalah zat cair. Aplikasi dari kromatografi ini misalnya digunakan untuk menentukan komposisi kimia dari zat yang tidak diketahui, seperti misalnya senyawa berbeda dalam bensin. Waktu analisa

menggunakan GLC cenderung lebih lama. GLC menggunakan instrumen yang lebih kompleks, beberapa instrumen yang penting dalam GLC, yaitu:

- gas pembawa, merupakan gas yang harus inert dengan sampel dan harus murni. Diantara gas pembawa yang banyak digunakan adalah hidrogen, helium, nitrogen, argon

(5)

- injektor atau tempat untuk menyuntikkan sampel

- detektor, merupakan instrumen yang berfungsi sinyal listrik

- rekorder, merupakan instrumen yang akan merubah sinyal listrik menjadi sinyal mekanik agar bisa dibaca dalam bentuk data.

D. HPLC ( High Performance Liquid Chromatography)

Teknik pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan dibanding dengan kromatografi lainnya, diantaranya adalah cepat dalam proses analisa, resolusi yang lebih tinggi, sensitivitas detektor yang lebih tinggi, kolom yangdipakai dapat digunakan kembali, ideal dan cocok untuk zat yang bermolekul besar dan berionik dan mudah rekoveri sampel.

Didalam teknik ini digunakan tekanan dan kecepatan yang cukup tinggi sehingga mampu dihasilkan resolusi yang lebih baik. Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas area standar. Pada prakteknya, metode pembandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi. (Wiji, dkk. 2010 : 17).

HPLC berbeda dari kromatografi kolom cairan konvensional dalam hal digunakan bahan pengisi kolom berupa partikel yang sangat kecil berukuran sampai 3-5 μm

(1μm = 10-6 m). Sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi sampai 20.000

Kpa ( 200 atmosfir) untuk mengalirkan fasa gerak melalui kolom tersebut.Ternyata,

penggunaan bahan pengisi kolom yang lebih kecil ini bukan saja telah memperbaiki kecepatan analisis, tapi (dari ini yang lebih penting) ialah telah menghasilkan suatu teknik dengan daya pisah yang tinggi. HPLC mempunyai kelemahan- kelemahan yang diantaranya, peralatannya lebih rumit, tidak murah, dan perlu pengalaman. Untuk beberapa jenis zat, metode ini kurang sensitif. Selain itu sampel disyaratkan harus stabil dalam larutan.

Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu : a. Fase Normal HPLC

(6)

kolom sederhana memiliki diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang dari nilai ini) dengan panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika yang polar dibanding dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Apabila pasangan fasa diam lebih polar daripada fasa geraknya maka sistem ini disebut HPLC fase normal.

b. Fase Balik HPLC

Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengan rantai panjang pada

permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini, akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa diam) dan molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul polar akan lebih cepat bergerak melalui kolom. Sedangkan molekul-molekul non polar akan bergerak lambat karena interaksi dengan gugus hidrokarbon.

E. Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom merupakan metode terbaik untuk pemisahan campuran dalam jumlah besar (lebih dari 1g), dimana fase geraknya berupa zat cair dan fase diamnya berupa zat padat. Ada empat perubahan utama yang dilakukan pada cara kolom klasik. Pertama, dipakai penyerap yang lebih halus dengan kisaran ukuran mesh lebih sempit agar tercipta kesetimbangan yang lebih baik didalam sistem. Kedua, sistem tekanan, biasanya pompa mekanis, dipakai untuk mendorong pelarut melalui penyerap yang halus. Ini perlu karena ukuran partikel kecil, tetapi pompa itu juga menyebabkan kromatografi lebih cepat, jadi memperkecil difusi. Ketiga, detektor telah dikembangkan sehingga diperoleh analisis senyawa yang berkesinambungan

(7)

BAB III

PROSEDUR KERJA

1

Analisa Kromatografi Kertas & Kromatografi Lempeng Tipis (KLT)

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

- Erlenmeyer - Bahan Obat Asetosal, Papaverin, PCT - Beaker glass - Larutan Elusi/ Larutan Pengembang - Batang Pengaduk - Larutan Penampak Noda

- Gelas Ukur pensil 1 – 1,5 cm dari batas bawah kertas/lempeng KLT.

2. Buatlah garis batas tinggi eluen/ larutan pengembang dengan pensil maksimum 15 cm dari titik penotolan

3. Larutkan sampel dengan pelarut yang sesuai, kemudian sampel diambil dengan mikropipet lalu totolkan pada garis yang sudah ditentukan.

4. Diulangi lagi penotolan sambil ditiup hingga kering.

5. Masukkan ke dalam chamber yang telah diisi dengan larutan pengembang atau eluen.

6. Diamkan sampai larutan pengembang/eluen naik sampai batas yang di tentukan, lalu angkat dan keringkan

7. Setelah kering disinari dahulu dengan lampu UV dan dtandai dengan pensil, lalu disemprotkan dengan larutan penampak noda.

(8)

2. Analisa Secara Kromatografi Kolom

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

-Labu Takar - Bahan Obat Asetosal, PCT, Papaverin -Pipet Volume - Laruta Pengelusi/ Eluen

dengan aquadest dan diatur kelancaran tetesannya kemudian dibilas lagi

dengan larutan pengelusi/eluen.

2. Kolom diisi dengan larutan pengelusi/eluen sampai melebihi kira – kira 2 ml dari atas butiran silica gel dan lihat jangan sampai ada gelembung udara karena dapat menghambat keluarnya larutan.

3. Masukkan sampel 2 ml ke dalam kolom lalu tambahkan eluen 2ml, kemudian keluarkan dengan cara tetes demi tetes ke dalam tabung reaksi hingga 2 m, dimana tabung reaksi sebelumnya sudah ditara lalu ditutup dengan kapas. 4. Ulangi pekerjaan ini dengan menambahkan eluen 2 ml (sampai hanya satu

kali saja) lalu keluarkan lagi 2 ml ke dalam tabung reaksi begitu seterusnya hingga 40 tabung dan semuanya ditutup dengan kapas.

5. Setelah selesai semua maka sampel dalam taung reaksi diencerkan dengan eluen lalu dimasukkan ke dalam kuvet dan tentukan absorban pada panjang gelombang yang sesuai dengan sampel.

(9)

3 Analisa Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

a. Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

- Labu Ukur - Bahan Obat Paracetamol - Beaker glass - Aquabidestilata

- Pipet Volume - Pelarut yang sesuai

- Ultra Sonic Shaker - Metanol 70% (Sebagai Pencuci Kolom) - Penyaring Vakum

- Spuit 10 cc - Spuit 1 cc

- HPLC b. Cara Kerja

1. Timbang Sampel dan larutkan dengan pelarut yang sesuai (Larutan Induk) 2. Buatlah berbagai macam pengenceran hingga dapat diukur absorbansinya

dengan  max teoritis

3. Sampel dalam labu takar ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang kecil agar gas bisa keluar pada waktu dimasukkan dalam ultrasonic shaker selama 5 menit

4. Sampel disaring dengan penyaring vacum, lalu hasil saringan diambil dengan spuit yang diberi alat penyaring dan masukkan dalam wadah yang bersih dan tertutup

5. HPLC dalam keadaan ready : ambil sampel dengan spuit sebanyak 1 ul, suntikkan pada kolom tegak lurus lalu tutup penguci agar cairan tidak keluar.

(10)

BAB IV

Bahan Obat Jarak Tempuh

(11)

3. Rf Paracetamol

=

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛

=

2,10 𝑐𝑚

3,60 𝑐𝑚

= 0,583

HRf Paracetamol = Rf x 100%

= 0,583 x 100% = 58,3 %

4. Rf Tetrasiklin

=

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛

=

0,80 𝑐𝑚

3,60 𝑐𝑚

=

0,22

HRf Tetrasiklin = Rf x 100%

(12)
(13)
(14)

c. Grafik Kromatografi Kolom

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

(15)

D. Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi

Kurva Baku (Bahan Baku Obat)

a. Larutan Induk

Larutan Induk = 50 mg/50 ml

(Larutan Induk) = 1 mg/ml = 1000 g/ml

Absorbansi = 3,38 A

b.

Seri Pengenceran untuk Kurva Baku

(16)
(17)

Data Percobaan & Perhitungan Kadar Paracetamol tablet

1 Berat 1 Tablet = 0,5953

2 Berat serbuk yg ditimbang untuk larutan induk = 120 mg

Larutan Induk = 120 mg/ 100ml Absoransi = 3,50

3 Pengenceran III

0,9 ml Lar.Induk + ad 100 ml aquadest Absorbansi = 0,466 A

4 Perhitungan

Y = 0,0738x – 0,1844 0,466 = 0,0738x – 0,1844 X = 0,008813 mg/ml

Kadar = 0,008813 x (100/0,9 x 100) x 100%

120

(18)

BAB V

PEMBAHASAN

Kromatografi merupakan salah satu cara menganalisa suatu bahan denga instrumental alat berdasarkan serapan cahaya yang diserap atau diabsorbsi oleh bahan obat yang akan ditentuka kadar. Kromatografi yang banyak digunakan meliputi kromatografi kertas, kormatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Kromatografi kertas merupakan kromatografi cairan – cairan dimana sebagai fase diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fase cair lainnya dapat digunakan. Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur.

Adsorben dalam kromatografi kertas (Fasediam) adalah kertas saring, yakni selulosa yang bersifat polar. Eluen yang digunakan dalam kromatografi kertas dan KLT serta kolom yaitu Toluen : Etanol : Asam Asetat dengan perbandingan 60 : 39 : 1. Sedangkan eluen yang digunakan pada kromatografi kolom yaitu Butanol : Asam Asetat : Aquadest dengan perbandingan 5 : 3 : 2.

Asetosal atau yang dikenal dengan asam salisilat merupakan bahan obat yang bersifat polar yang dapat larut dalam pelarut polar juga. Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada

perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, kertas dikeluarkan dan dibiarkan kering. Kemudian noda dilihat di sinar UV. Jika senyawa tidak timbul di sinar UV maka harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia yaitu dengan menggunakan suatu pereaksi – pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua dari senyawa–senyawa, seperti reagen Bochardad. Kemudian dihitung nilaiRf dan HRf masing-masing sample.

(19)
(20)

BAB VI

KESIMPULAN

Pada praktikum menganalisa secara kromatografi melalui kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom dan HPLC dapat disimpulkan sebagai berikut :

 Pada kromatografi kertas nilai Rf asetosal sebesar 0,75 dengan nilai HRf sebesar

75%, nilai Rf papaverin hcl sebesar 0,91 dengan nilai HRf sebesar 91%, nilai Rf paracetamol sebesar 0,583 dengan nilai HRf sebesar 58,3% sedangkan nilai Rf tetrasiklin sebesar 0,22 dengan nilai HRf sebesar 22%

 Pada kromatografi lapis tipis nilai Rf asetosal sebesar 0,78 dengan nilai HRf

sebesar 78% sedangkan nilai Rf papaverin hcl sebesar 0,79 dengan nilai HRf sebesar 79%.

 Pada kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) di dapatkan persamaan reaksi dari

(21)

Lampiran

1.1 Kromatografi kertas (UV) 1.2 Kromatografi kertas dengan penampang noda dragondroff

(22)

3.1 Grafik HPLC Tablet Paracetamol dengan 3.2 Grafik HPLC Bahan Baku Konsentarsi pengenceran (0,9ml/100 ml) Paracetamol (0,7ml/100ml)

(23)

Daftar Pustaka

 Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:

Jakarta.

 Gandjar, IG dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

 Rachdiati, Henny dan Ricson P Hutagaol dan Erna Rosdiana. Penentuan Waktu Kelarutan Parasetamol Pada Uji Disolusi. Nusa Kimia Jurnal Vol.8 No.1 : 1-6,

Juni 2008. FMIPA UNB.

 Sastrohamidjojo. 1985. Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta

 Putra, Effendy De Lux. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi. Jurnal Kimia Farmasi FMIPA. Universitas Sumatra Utara.

 Mulya, M., dan Suherman. 1995. Analisis Instrumen. Airlangga University Press.

Surabaya.

 Rusmayanti.2011.Analisis Berbagai Merk tablet parasetamol 500mg Digunakandi

Maiduguri, Menggunakan Violet Ultra Spektrofotometri dan Kinerja Tinggi Liquid

Referensi

Dokumen terkait

Sebenarnya saat ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenpanRB) sebagai kementerian yang membantu Presiden dalam menyelenggarakan

berjalan .... *uller ompany menggunakan perhitungan biaya berdasarkan proses dengan asumsi aliran biaya rata%rata tertimbang untuk kedua departemen produksinya. Pada tanggal

Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada tingkat aktifitas, stres,  psikologi, ketidakmampuan untuk mempertahankan

Cialdini (2010) menyatakan bahwa compliance dipengaruhi oleh enam prinsip yaitu, kemauan individu untuk mengikuti suatu permintaan karena permintaan tersebut berasal

menggunakan Rank Spearman diperoleh nilai p = 0,019 di mana p < α (0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada siswa di

b) UPT Pajak Daerah dalam penyampaian SKPD pajak Non PBB sekalian melakukan pemungutan kepada WP, sehingga tanggal jatuh tempo dalam SKPD tidak tertulis karena dalam penyampaian

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh opini going concern, pergantian

Dalam control rights yang kepemilikannya langsung, suatu persentase kepemilikan yang ada harus diklarifikasi apakah ada penyimpangan dari one-share-one-vote