• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Analisis Kelarutan Kalsium Oksalat dan Kalsium Karbonat Pada Infus Daun Tempuyung Segar (Sonchus arvensis L.) dan Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Tempuyung secara Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Analisis Kelarutan Kalsium Oksalat dan Kalsium Karbonat Pada Infus Daun Tempuyung Segar (Sonchus arvensis L.) dan Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Tempuyung secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi, sistematika tumbuhan, nama lain, morfologi tumbuhan, kandungan senyawa kimia, serta penggunaan tumbuhan.

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Menurut Sunanto (2009), sistematika tumbuhan tempuyung adalah: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Magnoliophyta Kelas : Asteridae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Sonchus

Spesies : Sonchus arvensis L. 2.1.2 Nama Umum

Nama umum/dagang : Daun tempuyung (Permadi, 2006) 2.1.3 Nama Lain

Menurut Permadi (2006), nama lain tempuyung adalah:

Nama Daerah : Jombang, jalakina, galibug, lempung, lampenas, rayana. Nama asing : Sow thistle (Inggris), niu she to(Cina).

2.1.4 Morfologi Tumbuhan

(2)

sawah, lading, tanah-tanah kosong, pinggiran comberan, dan selokan-selokan kering, menyukai tempat yang langsung terkena sinar matahari. Batangnya lunak, sedikit berbulu, tinggi bias mencapai 1 meter. Daunnya berbentuk tombak, lembek, berbulu, bagian tepi bergerigi. Bunganya berbentuk bundar berwarna kuning, tangkai bunganya panjang. Buahnya berwarna merah tua. Tumbuhan ini mudah berkembang biak melalui biji dihempas angin (Sunanto, 2009).

2.1.5 Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang dimiliki tempuyung antara lain alfa-lactuserol, beta-lactuserol, manitol, inositol, silika, kalium, flavonoid, taraksasterol, antrakinon, tannin, polifenol, kalsium, magnesium, natrium, dan asam fenolat (Permadi, 2006).

2.1.6 Penggunaan Tumbuhan

Tempuyung bersifat diuretik, menghilangkan panas dan racun, penghancur batu saluran kemih, serta batu empedu (Permadi, 2006). Selain itu tempuyung juga membantu mengempiskan bengkak, radang payudara, wasir, darah tinggi, dan asam urat (Handayani, 2013).

2.2 Obat Tradisional dari Daun Tempuyung 2.2.1 Infusa Daun Tempuyung Segar

Infusa adalah adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90° selama 15 menit (Ditjen POM, 1995).

(3)

diperoleh volume infus yang dikehendaki. Infusa yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat menggunakan 10% simplisia (Ditjen POM, 1995).

Tanaman tempuyung dikenal sebagai obat penyakit batu ginjal sejak dikemukakan oleh Prof. Sarjito dalam seminar Nasional Penggalian Sumber Alam Indonesia untuk Farmasi tahun 1964. Pada tahun 1963. Prof. Sarjito melakukan penelitian pertama terhadap daya melarutkan dari infusa tempuyung. Dalam penelitian itu. Sarjito merendam batu ginjal seseorang di dalam rebusan daun tempuyung pada suhu kamar dan suhu 37°C. Bahan percobaan tadi ada yang digoyangkan seperti gerakan tubuh manusia ada juga yang tidak. Setelah itu, batu ginjal ditimbang dan kalsium dalam larutan diukur secara kimia. Hasilnya, bobot semua batu ginjal menjadi berkurang (Winarto dan Karyasari, 2004).

Prof. Sarjito melakukan penelitian lain mengenai daya penghancuran batu ginjal manusia dengan pemeriksaan Kristal dalam air seni dansinar rontgen. Berdasarkan penelitian itu, diketahui tanaman tempuyung dapat menghancurkan batu ginjal. Ny. Sarjito istri Prof. Sarjito telah mencoba meminum infusa 250 mg daun tempuyung kering yang dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum tiga kali sehari. Gangguan batu ginjalnya sembuh tanpa efek samping walaupun diminum dalam waktu yang lama (Winarto dan Karyasari, 2004).

2.2.2 Sediaan Kapsul Ekstrak Daun Tempuyung

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen POM, 1995).

(4)

memberikan profil lepas lambat atau bersifat enterik. Mesin yang menggunakan berbagai prinsip dosis dapat mengisi serbuk ke dalam kapsul cangkang keras, tetapi kebanyakan mesin otomatis, membentuk sumbat serbuk dengan cara pengempaan yang kemudian dilepaskan dalam bagian induk kapsul kosong. Umumnya bagian pelengkap mesin ini tersedia untuk berbagai jenis pengisian yang lain. Formulasi serbuk sering membutuhkan penambahan zat pengisi, lubrikan, dan glidan pada bahan aktif untuk mempermudah proses pengisian kapsul. Formulasi dan metode pengisian terutama derajat kepadatan, dapat mempengaruhi laju pelepasan obat. Penambahan bahan pembasah pada massa serbuk, dapat dilakukan jika bahan aktif bersifat hidrofobik. Disintegran dapat ditambahkan ke dalam formulasi serbuk untuk mempermudah deagregasi dan disperse gumpalan kapsul dalam saluran cerna. Formulasi serbuk sering dapat dibuat melalui pencampuran kering, sedangkan formulasi ruah membutuhkan densifikasi dengan teknik rol atau teknik granulasi yang sesuai (Ditjen POM, 1995).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Ditjen POM, 1979).

(5)

Identitas Ekstrak

Pemerian Ekstrak kental; cokelat, bau tidak khas, rasa agak pahit (Dirjend BKAK, 2008).

Efek Farmakologis dan hasil Penelitian

Penelitian pengaruh ekstrak air dan ekstrak alkhohol daun tempuyung terhadap volume urine tikus in vivo dan pelarutan batu ginjal in vitro, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1). daun tempuyung tidak jelas mempunyai efek diuretik, namun memepunyai daya melarutkan batu ginjal. 2) daya melarutkan batu ginjal oleh ekstrak air lebih baik daripada ekstrak alkohol (Dirjend BKAK, 2008).

2.3 Komposisi Batu Ginjal 2.3.1 Kalsium Oksalat

Nama kimia : Kalsium Oksalat Berat molekul : 128,10

Rumus molekul : CaC2O4 (Vogel, 1979) Ksp : 2,6 x 10-9(Vogel, 1979)

Menurut Vogel (1979), untuk menghasilkan endapan kalsium oksalat dipakai larutan kalsium klorida CaCl2.6H2O dengan larutan ammonium oksalat dengan reaksi, segera dari larutan pekat dan lambat dari larutan encer:

(6)

Endapan praktis tak larut dalam air, tak larut dalam asam asetat, tetapi larut mudah dalam asam-asam mineral.

Kristal kalsium oksalat merupakan benda ergastik yang dapat berdampak negatif bagi tubuh bila di konsumsi berlebih, antara lain penyebab penyakit asam urat dan batu ginjal seperti pada Porang yang dapat merusak saluran sistem urinaria. Substansi oksalat terdapat pada makanan pada jumlah berlebih dapat berakibat tidak baik bagi kesehatan karena bersifat antinutrien yang mempengaruhi tidak tersedianya kalsium yang diperlukan bagi tubuh manusia dan pada beberapa kasus, hewan ternak dapat teracuni tumbuhan yang mengandung oksalat (Santoso, 2013).

Selain itu, pada jumlah cukup tinggi, asam oksalat dan kristal kalsium oksalat menyebabkan aberasi mekanik saluran pencernaan dan tubulus yang halus di dalam ginjal. Bahkan secara kimia, kristal ini dapat menyerap kalsium yang penting untuk fungsi saraf dan serat-serat otot. Mengurangi kadar kalsium dan mempertinggi kadar oksalat tidak dianjurkan akan tetapi sesekali mengkonsumsi makanan berkadar oksalat tinggi diperbolehkan untuk memenuhi nutrisi tubuh (Santoso, 2013).

2.3.2 Kalsium Karbonat

Nama kimia : Kalsium Karbonat

(7)

Rumus molekul : CaCO3 (Ditjen POM, 1995) Ksp : 4,8 x 10-9 (Vogel, 1979)

Pemerian berupa serbuk, hablur mikro, putih; tidak berbau tidak berasa stabil di udara. Kelarutan praktis tidak larut dalam air; kelarutan dalam air meningkat dengan adanya sedikit garam ammonium atau karbon diok sida; adanya alkali hidroksida menurunkan kelarutan; tidak larut dalam etanol; larut dalam asam asetan 1N, asam klorida 3N dan dalam asam nirat 2N dengan membentuk gelembung gas (Ditjen POM, 1995).

Kalsium karbonat merupakan salah satu komponen di batu ginjal yang sebenanya dibutuhkan oleh tubuh yang kekurangan kalsium. Pada berbagai macam suplemen kalsium yang tersedia dipasaran, komposisi yang paling umum tersedia dipasaran adalah kalsium karbonat. Dengan mengonsumsi suplemen kalsium ini dapat mencegah terjadinya osteoporosis. Namun, apabila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan maka akan disaring ke dalam urin dan meningkatkan kadar kalsium dalam urin. Efek samping yang berpotensi terjadi adalah meningkatnya risiko batu ginjal (Cosman, 2009).

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2008).

(8)

tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2008).

Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Khopkar, 1990).

Bagian instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut: a. Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan mineral tertentu (Gandjar dan Rohman, 2008).

b. Tempat Sampel

(9)

1. Dengan nyala (Flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 2200 0C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi (Gandjar dan Rohman, 2008).

2. Tanpa nyala (Flameless)

Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan aru s listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2008). c. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga (Gandjar dan Rohman, 2008). d. Detektor

(10)

e. Amplifier

Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil (Readout) (Gandjar dan Rohman, 2008).

f. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2008).

Gambar 2.1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Sumber: Harris, 2007). Gangguan-gangguan (interference) pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007). Secara luas dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni interferensi spektral dan interferensi kimia (Khopkar, 1990).

(11)

di dalam nyala. Gangguan kimia disebabkan karena adanya reaksi kimia selama atomisasi, sehingga mengubah sifat absorpsi (Khopkar, 1990).

2.5 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu metode simulasi dan metode penambahan baku. Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

(12)

menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

b. Keseksamaan (presisi)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility) (Harmita, 2004).

c. Selektivitas (Spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Linearitas dan rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel (Harmita, 2004).

Gambar

Gambar 2.1 . Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Sumber: Harris, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Makalah ini membahas tentang pembuatan sistem pemantauan pergerakan titik hasil penentuan posisi metode NTRIP menggunakan komunikasi data NMEA berbasis.. VPN ( Virtual

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik disengaja atau

Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, Medan, 2005. Saragih, Meriati dkk, Buku

Pemerintah Kabupaten Nagan Raya telah menetapkan ekosistem gambut dengan fungsi lindung dalam Pasal 27 ayat (2) Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor 11 Tahun 2015 tentang

Sumber : Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005 KEPALA MUSEUM. KELOMPOK

Puji syukur selalu terlimpah kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan rahmat, inayah, dan kekuatan kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan

Sambungan momen mengunakan momen plastis profil sebagai momen ultimate perencanaan sambungan dan di disain dengan metode plastis tanpa mengakibatkan efek prying, sedangkan

Sistem komunikasi yang akan di- buat yaitu komputer akan mengirimkan data sebagai perintah yang harus dilakukan ke mikrokontroler AT89C51 melalui media HT, namun sebelumnya