• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kepuasan Kerja Kepuasan Konsum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Kepuasan Kerja Kepuasan Konsum"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (SUATU STUDI KASUS)

A STUDY OF CIVIL SERVANT WORK SATISFACTION

IN KUTAI KARTANEGARA REGENCY (A CASE STUDY)

Ida Bagus Made Agung Dwijatenaya1)dan Rita Ariani2) 1)Dosen Faperta Unikarta dan Ketua STIE Tenggarong

2)Balitbangda Kutai Kartanegara Email : dwijatenaya@yahoo.coo.id

ABSTRACT

The aim of this study was to find out affecting of factors working condition and colleagues significant to the working satisfaction of partial and simultan in Kutai Kartanegara Regency. The data were collected through questionnaire and the samples were selected by simple random sampling. Analysis tool which was used to test a hypothesis was Program Statistical Product and Service Solution (SPSS) vertion 13.0 for windows. The results of this study showed that working condition and cooleagues have a significant effect on the employees’ satisfaction.

Key words: the working satisfaction, working condition and cooleagues.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor kondisi kerja dan rekan kerja yang signifikan secara parsial terhadap kepuasan kerja pagawai negeri sipil Kabupaten Kutai Kartanegara dan mengetahui besarnya pengaruh faktor kondisi kerja dan rekan kerja yang signifikan secara simultan terhadap kepuasan kerja pagawai negeri sipil Kabupaten Kutai Kartanegara. Instrumen yang digunakan untuk menilai kepuasan kerja adalah kuesioner. Teknik pengambilan sampel dengan metode simple random sampling.

Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Program Statistik Produk dan Service Solution (SPSS) versi 13.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan kondisi kerja dan rekan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai, baik secara parsial maupun secara bersam-sama (simultan).

Kata Kunci: Kepuasan Kerja, Kondisi Kerja, dan Rekan Kerja

PENDAHULUAN

Sejalan dengan laju dan perkembangan

pelaksanaan pembangunan nasional dalam

era globalisasi, era liberalism perdagangan

dan terutama menghadapi tantangan era

reformasi di segala bidang dalam

penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan

dan tugas-tugas pembangunan, merupakan

tantangan yang sangat berat bagi aparatur

sipil negara. Tugas berat dan kompleks ini,

semakin terasa dengan adanya pelimpahan

wewenang oleh pemerintah pusat melalui

otonomi daerah. Setelah berjalan lima belas

tahun otonomi daerah masih dijumpai

kendala dan hambatan oleh aparatur sipil

Negara dalam rangka memberikan

pelayanan optimal bagi masyarakat. Untuk

itu, pelayanan prima pada masyarakat yang

dimaksud tercermin dari kinerja pegawai

(2)

Untuk menjawab tantangan era

globalisasi dan era reformasi ini, pemerintah

sebagai suatu organisasi perlu mengelola

pegawainya yang sering disebut sebagai

sumber daya manusia (SDM) aparatur sipil

Negara berdasarkan falsafah yang tidak

hanya mengakui pentingnya efisiensi dan

efektifitas kerja saja, akan tetapi juga

mengakui pentingnya nilai pegawai sebagai

individu. Salah satu unsur pokok dalam

organisasi adalah keadaan dan kemauan

para pegawai untuk memberikan sebagian

daya upaya masing-masing secara nyata

pada sistem kerjasama organisasi. Konsep

ini memfokuskan perhatian pada bagaimana

memotivasi orang untuk bekerja secara

manusiawi. Selain itu, lingkungan yang

menyenangkan akan memicu seorang

pegawai untuk bekerja dengan lebih baik,

pada akhirnya akan mempengaruhi

kepuasan kerja pegawai yang bersangkutan.

Kepuasan kerja menjadi masalah yang

menarik dan cukup penting, baik bagi

kepentingan individu, industri dan

masyarakat. Hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh beberapa ahli serta

pengalaman banyak organisasi menunjukkan

terhadap korelasi yang kuat antara kepuasan

kerja dengan tingkat kepatuhan terhadap

aturan kerja. Artinya telah terbukti bahwa

pegawai yang tinggi tingkat kepuasan

kerjanya akan rendah tingkat

kemangkirannya, demikian pula sebaliknya.

Hal ini berarti bahwa seorang pegawai yang

puas akan hadir ditempat tugasnya tepat

waktunya kecuali ada alasan yang

benar-benar kuat sehingga ia mangkir. Sebaliknya

pegawai yang merasa tidak atau kurang puas

akan menggunakan berbagai alasan untuk

tidak masuk kerja.

Kepuasan Kerja merupakan penilaian

atau cerminan dari perasaan pekerja

terhadap pekerjanya. Masing-masing

karyawan/pegawai tidak selalu sama bentuk,

jenis dan bobot kepuasannya karena banyak

sekali variasi yang dilakukan setiap orang

untuk mencari kepuasan, termasuk dalam hal

ini adalah kepuasan kerja. Pada dasarnya

kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

individual. Setiap individu akan memiliki

tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai

dengan nilai-nilai yang berlaku pada dirinya.

Semakin banyak aspek-aspek dalam

pekerjaan yang sesuai dengan keinginan

individu tersebut, makin tinggi tingkat

kepuasan yang akan dirasakan dan begitu

pula sebaliknya.

Kepuasan kerja dikelompokkan menjadi

dua kategori yaitu satisfiers (intrinsik faktor)

atau mitivator dan dissatifiers (ekstrinsik

faktor) atau higiene faktor ( Herzberg dalam

Gibson, 1992). Satisfiers adalah faktor atau

situasi yang dibuktikan sebagai sumber

kepuasan kerja. Adanya faktor ini akan

menimbulkan kepuasan, tetapi tidak hadirnya

faktor ini tidaklah selalu mengakibatkan

ketidak puasan. Kepuasan kerja dipengaruhi

oleh berbagai faktor. Menurut Robbins

(2001) faktor-faktor yang mendorong

kepuasan kerja adalah kerja yang secara

mental menantang, ganjaran yang pantas,

(3)

sekerja yang mendukung. Selanjutnya

menurut Herzberg dalam Gibson (1992)

faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

kerja adalah (a) upah/gaji, (b) jaminan

pekerjaan, (c) kondisi kerja (suasana dan

lingkungan kerja), (d) status, (e) prosedur

perusahaan, (f) mutu supervise

(kepemimpinan, (g) rekan kerja, (h) prestasi,

(i) pengakuan, (j) tanggung jawab, (k)

kemajuan, (k) kemajuan, (l) pekerjaan itu

sendiri, dan (m) kesempatan berpresatasi

(promosi). Berbagai penelitian tentang

kepuasan kerja telah banyak dilakukan

antara lain yang dilakukan oleh Johan (2002);

Dwijatenaya (2003); Prabu (2005); Soeharto

(2010); Widodo (2010); Puspasari R (2011);

Upaya meningkatkan kepuasan kerja

para pegawai bukanlah suatu yang mudah,

karena disini pimpinan dituntut untuk mampu

terlibat secara langsung dengan

bawahannya, artinya dalam rangka mencapai

tujuan organisasi tersebut harus mengetahui

segala kemampuan, kemauan atau kehendak

dan kebutuhan pegawainya, dengan

mengetahui apa yang diinginkan tentu saja

akan lebih mempermudah untuk

mengarahkan dan membimbingnya. Dengan

demikian, faktor persepsi pegawai terhadap

kepemimpinan, akan mempengaruhi

kepuasan kerja pegawai yang bersangkutan.

Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor lainnya, yaitu pembayaran

(gaji dan upah), pekerjaan itu sendiri,

promosi pekerjaan, kepenyeliaan (supervisi)

dan rekan kerja (Luthan dalam Umar, 2001).

Berbagai cara dapat dilakukan di dalam

meningkatkan kepuasan kerja diantaranya

dengan cara menciptakan suasana dan

lingkungan kerja yang baik dan dukungan

teman kerja. Bagi banyak orang

kadang-kadang pekerjaan yang aman lebih penting

daripada upah atau kesempatan untuk maju.

Adanya keinginan jaminan di masa yang

akan datang, yang bukan semata-mata untuk

mendapatkan kepuasan hari ini, maka orang

lebih memilih pekerjaan yang menjamin

kontinuitas. Oleh sebab itu, dapat dilihat di

masyarakat minat untuk menjadi pegawai

negeri tetap besar hal ini dibuktikan dari

jumlah pendaftar menjadi calon pegawai

negeri sipil jauh lebih dari formasi yang

tersedia. Kelancaran pelaksanaan tugas

akan terwujud apabila suatu lembaga atau

organisasi dalam keadaab stabil dan posisi

kerja yang mantap. Tiap-tiap orang dalam

organisasi akan merasa aman dalam

pekerjaannya atau tidak takut diberhentikan

dalam pekerjaannya. Perasaan aman yang

demikian akan mengakibatkan kepuasan

kerja meningkat dan selanjutnya mendorong

orang untuk bekerja lebih semangat.

Perasaan senang dan aman ditentukan oleh

suasana dan lingkungan kerja yang baik.

Lingkungan kerja yang baik dan

menyenangkan akan menambah gairah

seseorang. Akan tetapi, sebaliknya

lingkungan yang tidak menyenagkan akan

mengurangi gairah kerja. Beberapa pendapat

tentang suasana dan lingkungan kerja yang

mempengaruhi hasil kerja dikemukakan oleh

(4)

mengatakan bahwa faktor lingkungan fisik

berpengaruh terhadap perilakku dan prestasi

kelompok, yang meliputi ruangan yang tertata

dengan baik, kenyamanan dari suhu, dan

udara dalam rungan. Nitisemito (1996)

mengemukakan lingkungan kerja adalah

segala sesuatu yang ada disekitar pekerja

dan dapat mempengaruhi mereka dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.

Faktor-faktor lingkungan kerja antara lain :

pewarnaan, kebersihan, pertukaran udara,

musik, keamanaan dan kebisingan. Robbins

(2001) menyatakan bahwa karyawan lebih

menyukai kaadaan fisik sekitar yang tidak

berbahaya atau merepotkan. Temperatur,

cahaya, keributan, dan faktor-faktor

lingkungan lain tidak esktrim. Selain itu,

fasilitas yang bersih dan relatif modern, serta

dengan alat-alat dan peralatan yang

memadai.

Sumber daya manusia merupakan unsur

yang terpenting, pemeliharaan hubungan

yang kontinu dan serasi dengan teman kerja

dalam suatu lembaga menjadi sangat

penting. Adanya hubungan yang serasi dan

berkelanjutan akan meningkatkan kepuasan

kerja pegawai. Oleh karena itu, bagian yang

mengelola sumber daya manusia mutlak

perlu memahami hal ini dalam usahanya

memelihara hubungan yang harmonis

dengan seluruh anggota organisasi.

Beberapa pandangan tentang perlunya

teman kerja dan memelihara hubungan agar

tercipta suasana yang harmonis disampaikan

berikut ini. Kebanyakan karyawan, bekerja

merupakan suatu cara untuk mengisi

kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena

itu, tidaklah mengejutkan apabila mempunyai

rekan kerja yang ramah dan mendukung

menhantarkan kepuasan yang meningkat.

Perilaku seorang atasan juga merupakan

determinan utama dari kepuasan kerja.

Bukan rahasia lagi bahwa umumnya

karyawan akan merasakan kepuasan kerja

apabila penyelia lansung bersifat ramah dan

dapat memahami, menawarkan pujian untuk

kinerja yang baik, mendengarkan pendapat

karyawan dan menunjukan suatu minat

pribadi kepada mereka (Robbins, 2001).

Membicarakan teman kerja maka berarti

membahas kelompok kerja. Kelompok

didefinisikan sebagai dua orang atau lebih

berkumpul dan berinteraksi serta saling

tergantung untuk mencapai tujuan tertentu.

Orang-orang bekerjasama dalam suatu

kelompok karena mereka membutuhkan

bantuan orang lain untuk mencapai

tujuan-tujuan yang penting. Secara fisik dan mental

intelektual dengan bekerja bersama dalam

wadah kelompok tujuan-tujuan tersebut akan

lebih mudah tercapai (Gitosudarmo, 1997).

Selanjutnya Nitisemito (1996) berpendapat

bahwa semangat dan kegairahan kerja pada

hakekatnya merupakan

pengejawatahan/perwujudan daripada moral

kerja yang tinggi.

Berdasarkan hasil pengamatan

langsung, kecenderungan kekurang puasan

pegawai tampak dari beberapa indikasi,

seperti kekurang puasan kerja karena ketidak

merataan dalam pemanfaatan fasilitas kantor

(5)

memiliki ruangan yang tidak sesuai dengan

kapasitas, karena seringnya pimpinan dinas

luar dan beberapa faktor lainnya. Keadaan ini

mempunyai dampak terhadap penyelesaian

tugas-tugas kantor diantaranya ada kalanya

pimpinan merasakan kesulitan

memanfaatkan tenaga bawahan, para

pegawai banyak yang menganggur pada saat

jam kerja, ada sebagian pegawai yang

terlihat sibuk sementara yang lain santai,

duduk-duduk dan mondar-mandir. Kondisi

seperti yang disebutkan di atas, pada

dasarnya cenderung bermuara kepada

ketidak puasan pegawai dikarenakan oleh

suatu sikap suka atau tidak suka terutama

terhadap sistem kondisi kerja, hubungan

kerja, sistem promosi, disiplin, pembinaan

kerja serta faktor-faktor lainnya (Simamora ,

1999 ).

Sebagai pegawai pemerintahan, yang

sekaligus sebagai abdi negara dan abdi

masyarakat serta mempunyai peranan

penting sebagai pemikir, sebagai perencana,

penggerak partisipasi masyarakat dalam

proses pembangunan dan sekaligus sebagai

pengendali dan pengawas pelaksanaan

pembangunan itu sendiri kondisi demikian

akan sangat mengganggu prestasi kerja

institusi maupun prestasi kerja individu

sebagai pegawai. Kajian teoritis dan

emperis menunjukkan bahwa kepuasan kerja

pegawai masih rendah. Pegawai mempunyai

peranan penting dalam kelancaran

melaksanakan tugas-tugas, sehingga

kepuasan kerja haruslah dipertahankan

bahkan perlu lebih ditingkatkan melalui

berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Untuk itu, kajian ini berpangkal tolak pada

teori kepuasan kerja yang dikemukakan oleh

Herzberg dan Robbins (2001) yaitu pada

konsep pengaruh kondisi kerja, dan rekan

kerja terhadap kepuasan kerja.

Berdasarkan kajian teoritis dan empiris

seperti diuraikan di atas, maka diperlukan

pembuktian kembali melalui studi terhadap

kepuasan kerja pegawai negeri sipil

Kabupaten Kutai Kartanegara yang

mengambil kasus pada Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah. Adapun masalah

yang dikaji dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut (1) apakah

faktor kondisi kerja dan rekan kerja

mempunyai pengaruh yang signifikan secara

parsial terhadap kepuasan kerja pagawai

negeri sipil Kabupaten Kutai Kartanegara dan

(2) apakah faktor kondisi kerja dan rekan

kerja mempunyai pengaruh yang signifikan

secara simultan terhadap kepuasan kerja

pagawai negeri sipil Kabupaten Kutai

Kartanegara

Tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui

pengaruh faktor kondisi kerja dan rekan kerja

yang signifikan secara parsial terhadap

kepuasan kerja pagawai negeri sipil

Kabupaten Kutai Kartanegara dan (2)

mengetahui besarnya pengaruh faktor

kondisi kerja dan rekan kerja yang signifikan

secara simultan terhadap kepuasan kerja

pagawai negeri sipil Kabupaten Kutai

(6)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian

adalah rencana dan struktur penyelidikan

yang disusun sedemikian rupa sehingga

akan dapat diperoleh jawaban untuk

pertanyaan-pertanyaan penelitian (Kerlinger,

2006). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode survei, yaitu penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kuisioner/daftar pertanyaan

sebagai alat pengumpul data.

Penelitian dilaksanakan di Badan

Penelitian dan Pengembangan Daerah

Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi

Kalimantan Timur. Populasi penelitian

adalah pegewai negeri, baik sebagai

pimpinan maupun staf. Jumlah populasi

penelitian adalah 81 pegawai negeri sipil

(aparatur sipil Negara). Jumlah sampel

responden yang diambil dengan

menggunakan rumus Slovin sehingga

diperoleh 67 responden. Pengambilan

sampel responden ditempuh dengan metode

simple random sampling.

Pengujian validitas dan reliabilitas

instrumen telah dilakukan melalui bantuan

komputer program SPSS 13.0, diperoleh

hasil bahwa semua butir instrumen adalah

valid dan reliabel. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan sekunder. Pengumpulan data

primer dilakukan oleh peneliti sendiri dan

dibantu oleh enumerator. Pengolahan data

dengan bantuan komputer berdasarkan

model analisis menggunakan SPSS 13.0.

Teknik analisis data berdasarkan

prinsip-prinsip statistik deskriptif dan pendekatan

statistik Inferensial. Model analisis yang

digunakan untuk menguji hipotesis yang

diajukan adalah Model Regresi Linear

Berganda (Multiple Regresion Linear) yaitu

untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

(independent variable) terhadap variabel

terikat (dependent variable) (Supranto, 2001).

Pengujian hipotesis digunakan uji F untuk

membuktikan apakah variabel bebas

mempunyai pengaruh yang simultan

terhadap variabel terikat. Selanjutnya untuk

menguji signifikansi masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikat digunakan uji

t.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini tediri atas independen dan

variabel dependen, yaitu kepuasan kerja

pegawai, konsisi kerja, dan rekan kerja.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil

jawaban responden, ditemukan bahwa

kepuasan pegewai adalah cenderung

negative (kurang puas). Perhitungan melalui

bantuan komputer program SPSS 13.0,

menunjukkan bahwa mayoritas pegawai

responden menyatakan kepuasan pegawai

dengan posisi saat ini tergolong pada

kategori kurang puas. Kecenderungan

pegawai pada pernyataan kurang puas,

dicerminkan oleh kondisi ruangan yang relatif

negatip (kurang baik). Walaupun kepuasan

(7)

tetapi jawaban responden untuk pindah

bekerja baik ke bagian lain maupun ke

instansi lain sebagian besar responden

menjawab tidak berkeinginan untuk pindah.

Untuk itu, upaya meningkatkan kondisi

ruangan kerja perlu diupayakan. Dukungan

rekan kerja, juga menunjukkan

kecenderungan yang positif (baik). Oleh

sebab itu suasana kerja dalam rangka

meningkatkan kepuasan kerja pegawai perlu

ditingkatkan. Kepuasan kerja yang

meningkat diharapkan akan meningkatkan

produktivitas pegawai, sehingga kinerja

instansi/badan akan meningkat secara

keseluruhan. Tabel 1. menyajikan tanggapan

atas pertanyaan atau pernyataan dimensi

kepuasan kerja pegawai.

Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Kepuasan Kerja Pegawai (Y), 2015

Pernyataan

Persen 9,0 23,9 17,9 23,9 14,9 100

Y2 Berkeinginan untuk

pindah ke lain bagian di Instansi ini

Frekuensi 17 15 16 7 12 0 67

Persen 25,4 22,4 23,9 10,4 17,9 0 100

Y3

Persen 26,9 17,9 22,4 17,9 11,9 3,0 100

Frekuensi 19 14 12 11 5 6 67

Persen 28,4 20,9 17,9 16,4 7,5 9,0 100

Frekuensi 5 15 10 10 13 14 67

Persen 7,5 22,4 14,9 14,9 19,4 20,9 100

Sumber: Hasil Olah Data Primer oleh Peneliti.

Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Kondisi Kerja Pegawai (X1), 2015

Pernyataan

Persen 14,9 16,4 29,9 9,0 25,4 4,5 100

Frekuensi 19 13 25 4 5 1 67

Persen 28,4 19,4 37,3 6,0 7,5 1,5 100

(8)

X1.4

Persen 9,0 20,9 19,4 11,9 31,3 7,5 100

Frekuensi 15 17 11 6 11 7 67

Persen 22,4 25,4 16,4 9,0 16,4 10,4 100

Frekuensi 3 16 11 16 16 5 67

Persen 4,5 23,9 16,4 23,9 23,9 7,5 100

Sumber: Hasil Olah Data Primer oleh Peneliti.

Berdasarkan data yang diperoleh dari

hasil jawaban mengenai kondisi kerja

pegawai sebagaimana ditunjukkan Tabel 2.

adalah respon jawaban cenderung negatif

(kurang baik). Jawaban responden terhadap

pernyataan kondisi ruangan yang seimbang

dengan jumlah pegawai kecenderungan

negatif sebesar 61,2 persen. Jawaban

responden terhadap kesesuaian fasilitas

kerja dengan volume kerja cenderung negatif

sebesar 85,1 persen. Hal ini berarti bahwa di

dalam upaya meningkatkan kepuasan kerja

pegawi, maka diperlukan peningkatan

pasilitas kerja seperti pengadaan komputer

untuk setiap pegawai. Pengaturan cahaya

dalam ruangan yang memenuhi syarat dan

sesuai dengan kesehatan mayoritas pegawai

menjawab baik. Hal ini bermakna bahwa

mayoritas pegawai telah memahami bahwa

kesehatan adalah faktor utama dari

kehidupan ini. Ruangan yang sehat, akan

berdampak pada kesehatan masing-masing

pegawai yang berada di tempat tersebut.

Demikian juga, jawaban responden terhadap

kondisi ruangan yang bebas dari kebisingan

menunjukkan jawaban yang cenderung

positif.

Jawaban responden terhadap rekan

kerja mengelompok pada kategori baik

sebagaimana ditunjukkan Tabel 3..

Kerjasama antar pegawai dalam melakukan

pekerjaan sehari-hari cenderung memberikan

jawaban positif sebesar 62,7 persen.

Jawaban responden terhadap terciptanya

suasana saling membutuhkan diantara

sesama pegawai memberikan respon

kecenderungan jawaban positif. Jawaban

responden terhadap indikator adanya saling

membantu di dalam menyelesaikan

pekerjaan respon jawaban kecenderungan

positif sebesar 67,6 persen. Jawaban

responden terhadap terciptanya suasana

komunikasi dan koordinasi yang harmonis

memberikan respon kecenderungan jawaban

positif. Berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan bahwa kepuasan kerja dalam

rangka meningkatkan kinerja pegawai negeri

sipil ditentukan oleh adanya dukungan rekan

kerja sesuai dengan pendapat Robbins

(2001). Adanya kerjasama yang baik antar

pegawai, adanya suasana saling

membutuhkan dan saling membantu antar

pegawai, dan terciptanya suasana

(9)

berpengaruh terhadap kepuasan kerja

pegawai yang pada akhirnya akan

meningkatkan kerja pegawai.

Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel Rekan Kerja Pegawai (X2), 2015

Pernyataan

Persen 4,5 19,4 13,4 25,4 26,9 10,4 100

Frekuensi 8 16 13 14 14 2 67

Persen 11,9 23,9 19,4 20,9 20,9 3,0 100

Frekuensi 3 16 8 15 21 4 67

Persen 4,5 23,9 11,9 22,4 31,3 6,0 100

Frekuensi 1 6 8 21 25 6 67

Persen 1,5 9,0 11,9 31,3 37,3 9,0 100

Frekuensi 4 11 5 17 24 6 67

Persen 6,0 16,4 7,5 25,4 35,8 9,0 100

Sumber: Hasil Olah Data Primer oleh Peneliti

Analisis selanjutnya adalah analisis

kuantitatif dengan pendekatan statistik

inferensial. Analisis statistik diawali dengan

pengujian persyaratan klasik ekonomitrika.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

persyaratan klasik ekonomitrika telah

terpenuhi. Selanjutnya dilakukan pengujian

hipotesis dan model analisis yang digunakan

untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah

Model Regresi Linear Berganda (Multiple

Regresion Linear) dengan taraf kepercayaan

95 persen (α = 0,05). Melalui bantuan

komputer program SPSS versi 13.0 diperoleh

hasil yang diringkas sebagaimana disajikan

pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Linier

Berganda Variabel-Variabel yang

Berpengaruh Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil, 2015

Variabel Koefisien Nilai t Sig

(10)

Konstanta Sumber: Hasil Olah Data Primer oleh Peneliti

Berdasarkan Tabel 4, maka diperoleh

persamaan regresi sebagai berikut ini.

Y = 4,07 + 0,53X1+ 0,25X2

Berdasarkan persamaan regresi tersebut

dapat dipahami beberapa hal, yakni (a) nilai

konstanta sebesar 4,07 menyatakan bahwa

jika tidak ada kondisi kerja dan rekan kerja,

maka kepuasan pegawai sebesar 4,07

satuan, (b) koefisien regresi untuk variabel

kondisi kerja sebesar 0,53 menyatakan

bahwa setiap penambahan per satu aktivitas

yang berkaitan dengan kondisi kerja akan

meningkatkan kepuasan kerja pegawai

sebesar 0,53 satuan, dan (c) koefisien

regresi untuk variabel rekan kerja sebesar

0,25 menyatakan bahwa setiap perubahan

per satu aktivitas yang berkaitan dengan

rekan kerja, maka akan meningkatkan

kepuasan kerja pegawai negeri pada Badan

Penelitian dan Pengembangan Daerah

Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 0,25

satuan.

Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh

hasil bahwa nilai R sebesar 0,679 yang

mengandung makna bahwa variabel kondisi

kerja dan rekan kerja memiliki hubungan

yang kuat terhadap kepuasan kerja pegawai.

Nilai R square (R2) sebesar 0,461 yang

mengandung makna bahwa kondisi kerja dan

rekan kerja mampu menjelaskan

pengaruhnya terhadap kepuasan kerja

pegawai negeri sipil/aparatur sipil negara

pada Badan Penelitian dan Pengembangan

Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara hanya

sebesar 46,1 persen termasuk kategori

sedang (Sugiyono, 2001), sedangkan

sisanya sebesar 53,9 persen dijelaskan oleh

faktor lain yang tidak termasuk ke dalam

model.

Hasil uji F besarnya tingkat signifikan

adalah 0,00 lebih kecil dari standar signifikan

0,05 (α = 0,05). Selanjutnya F hitung

diperoleh hasil 27,32 lebih besar dari F tabel.

Berdasarkan data tersebut dapat diberi

makna bahwa hipotesis yang diajukan, yakni

kondisi kerja dan rekan kerja secara

bersama-sama berpengaruh secara

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.

Selanjutnya untuk menguji signifikansi

masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat digunakan uji t, yaitu dengan

membandingkan nilai t hitung terhadap t tabel

pada taraf signifikan 0,05 atau pada

kepercayaan 95 persen dengan derajat

kepercayaan (dk) sebesar n-k (jumlah

sampel - jumlah variabel). Berdasarkan hasil

perhitungan statistik untuk variabel kondisi

kerja diperoleh t hitung sebesar 5,14 dan

tingkat signifikansi sebesar 0,00.uji. Jika t

hitung dikonsultasikan dengan t tabel

menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari

t tabel. Data tersebut mengandung makna

bahwa kondisi kerja berpengaruh secara

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai

dapat diterima. Hasil perhitungan statistik

untuk rekan kerja diperoleh t hitung sebesar

(11)

Hal ini mengandung makna bahwa terdapat

pengaruh dan hubungan yang signifikan

antara varibel rekan kerja dengan kepuasan

kerja pegawai.

Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Pegawai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi kerja berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai

negeri pada Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai

Kartanegara. Sebagaimana disajikan pada

Tabel 4. yang menjelaskan bahwa besarnya

nilai t hitung sebesar 5,14 lebih besar dari t

tabel. Hal mengandung makna bahwa

apabila kondisi kerja pegawai semakin baik,

maka kepuasan kerja pegawai negeri akan

semakin baik pula.

Kondisi kerja adalah suasana kerja

pegawai yang dibentuk oleh lima indikator.

Indikator tersebut adalah kondisi ruangan

yang seimbang dengan jumlah pegawai,

fasilitas kerja yang sudah sesuai dengan

volume kerja, pengaturan cahaya dalam

ruangan yang sehat dan memenuhi syarat,

kondisi ruangan mendapatkan suhu dan

kelembaban yang memdai, dan kondisi

ruangan bebas dari kebisingan. Kondisi kerja

yang baik akan mampu meningkatkan

kepuasan kerja pegawai yang pada akhirnya

meningkatkan kinerja pegawai. Peningkatan

kinerja pegawai secara individu, maka

selanjutnya akan berpengaruh pada

peningkatan kinerja organisasi secara

keseluruhan. Peningkatan kinerja yang

digalakkan melalui reformasi birokrasi akan

dapat tercapai, apabila kondisi kerja pegawai

yang baik mendukung.

Kondisi kerja akan mentukan kepuasan

kerja pegawai sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Robbins (2001). Robbins

(2001) menyatakan bahwa karyawan lebih

menyukai kaadaan fisik sekitar yang tidak

berbahaya atau merepotkan. Temperatur,

cahaya, keributan, dan faktor-faktor

lingkungan lain tidak esktrim. Selain itu,

fasilitas yang bersih dan relatif modern, serta

dengan alat-alat dan peralatan yang

memadai. Temuan penelitian ini adalah

kondisi kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai,

juga sesuai dengan pendapat Herzberg.

Herzberg menyatakan lingkungan yang baik

dan nyaman akan memudahkan karyawan

untuk mengerjakan tugas dengan baik.

Lingkungan kerja yang nyaman dapat dinilai

dari fasilitas yang bersih, modern, peralatan

atau perlengkapan kantor yang memadai,

serta lingkungan kerja yang tenang dan

aman. Temuan penelitian ini sejalan dengan

temuan penelitian Puspasari R (2011) yang

meneliti tentang ‘Gambaran Kepuasan Kerja

Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum

DKI Jakarta (PAM JAYA) Jakarta Pusat.

Demikian juga, temuan penelitian ini sejalan

dengan penelitian Prabu (2005) yang

menyatakan variabel lingkungan kerja

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

(12)

Pengaruh Rekan Kerja terhadap Kepuasan Kerja Pegawai

Hasil penelitian sebagaimana

ditunjukkan Tabel 4. menemukan bahwa

rekan kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja pegawai. Pengaruh

signifikan ini ditunjukkan oleh hasil uji t hitung

sebesar 2,37 lebih besar dari t tabel. Hal ini

mengandung makna bahwa apabila rekan

kerja pegawai semakin baik, maka kepuasan

kerja pegawai negeri akan semakin baik pula.

Rekan kerja dibentuk oleh lima indikator.

Indikator tersebut meliputi adanya kerjasama

yang baik antar pegawai di dalam melakukan

pekerjaannya sehari-hari, adanya

keterbukaan dan kerjasama antar bidang

atau antar pegawai, terciptanya suasana

saling membutuhkan dan saling membantu

antar pegawai, adanya rasa saling membantu

dalam menyelesaikan pekerjaan, serta

terciptanya suasana komunikasi dan

koordinasi yang baik. Rekan kerja yang baik

berpengaruh terhadap kepuasan kerja

pegawai yang pada akhirnya akan

meningkatkan kinerja pegawai. Pada

dasarnya bahwa seseorang dalam bekerja

akan merasa nyaman dan tinggi

kesetiaannya apabila didalam pekerjaannya

memperoleh kepuasan kerja sesuai dengan

apa yang diinginkan.

Temuan penelitian sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Herzberg

dalam Gibson (1992) dan Robbins (2001)

bahwa kepuasan kerja pegawai dipengaruhi

oleh berbagai faktor salah satunya adalah

rekan kerja. Membicarakan rekan kerja

maka berarti membahas kelompok kerja.

Sebagaimana pendapat Gitosudarmo (1997)

orang-orang bekerjasama dalam suatu

kelompok karena mereka membutuhkan

bantuan orang lain untuk mencapai

tujuan-tujuan yang penting. Secara fisik dan mental

intelektual dengan bekerja bersama dalam

wadah kelompok tujuan-tujuan tersebut akan

lebih mudah tercapai. Membentuk kelompok

kerja yang baik sangat diperlukan oleh

sebuah organisasi. Terciptanya suasana

komunikasi dan koordinasi yang harmonis

antar pegawai akan memudahkan organisasi

tersebut di dalam mencapai tujuannya. Fakta

di lapangan menunjukkan tujuan-tujuan yang

gagal dicapai oleh sebuah organisasi tidak

terlepas oleh gagalnya membangun

koordinasi yang baik. Setiap pekerjaan

dalam suatu organisasi termasuk di Badan

Penelitian dan Pengembangan Daerah

Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai

kaitan pekerjaan antara satu bidang dengan

bidang lainnya. Kepuasan kerja dapat timbul

karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi

meliputi kebutuhan harga diri dan kebutuhan

aktualisasi diri yang dapat dipenuhi ketika

pegawai harus bekerja sebagai satu tim, dan

mempunyai dampak pada motivasi kerjanya.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian,

pembahasan dan interpretasi yang diuraikan

pada bab sebelumnya serta mengacu pada

beberapa teori dan hasil penelitian

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

(13)

adalah respon jawaban cenderung negatif

(kurang baik). Rekan kerja yang juga

tercermin dari kelompok kerja pegawai

menunjukkan kategori baik.

Kondisi kerja dan rekan kerja memiliki

keeratan hubungan pada kategori kuat yang

ditunjukkan oleh nilai koefisen korelasi ( R )

sebesar 0,679. Kondisi kerja dan rekan kerja

berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja pegawai, baik

secara parsial maupun secara bersam-sama

(simultan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kondisi kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan pegawai, akan

tetapi kondisi kerja saat ini masih dinyatakan

kurang baik. Secara teoritis dan bukti-bukti

empiris menunjukkan bahwa kondisi kerja

yang baik berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan kerja pegawai. Kepuasan kerja

yang meningkat akan berpengaruh pada

kinerja pegawai. Sebagaimana dicanangkan

oleh pemerintah bahwa pegawai negeri harus

meningkatkan kinerja, dan tegasnya

penilaian kinerja pegawai tertuang didalam

penilaian sasaran kerja pegawai (SKP). Oleh

karena itu, pengelola organisasi harus

meningkatkan kondisi kerja pegawai melalui

penyediaan fasilitas ruang kerja pegawai.

Selain itu, seluruh pegawai baik atasan

maupun bawahan hendaknya senantiasa

membangun koordinasi dan komunikasi yang

baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dwijatenaya, Ida Bagus Made Agung. 2003. Analisis Faktor Internal Organisasi Yang mempengarugi Kepuasan Kerja Pegawai Kantor Sekretariat Daerah

Kabupaten Kutai Kartanegara.

(Tesis). Makassar: Universitas Hasanuddin Makasar.

Gibson, James L., John M. Ivancevich and James H. Donnelly, Jr. 1992. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. (Nunuk Adiarni dan Lyndon Saputra Pentj.). Jakarta: Erlangga.

Gitosudarmo, Indriyo dan Inyoman Sudita.

1997. Perilaku Keorganisasia. Edisi

Pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Johan, Rita. 2002. Kepuasan Kerja Karyawan Dalam Lingkungan Institusi

Pendidikan. Jurnal Pendidikan

Penabur. No.01/Th I/Maret 2002.

Kerlinger, Fred N. 2006. Asas-asas

Penelitian Behavioral. (Landung R. Simatupang, Pentj). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nitisemito, Alex S. 1996. Manajemen

Personalia (Manajamen Sumber Daya Manusia). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prabu, Anwar. 2005. Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai

Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional Kabupaten

Muara Enim. Jurnal Manajemen &

Bisnis Sriwijaya. Vol.3. No. 6 Desember 2005.

Puspasari R., Septya. 2011. Gambaran

Kepuasan Kerja Karyawan

Perusahaan Daerah Air Minum DKI Jakarta (PAM Jaya) Jakarta Pusat. Jurnal Psikologi. Vol 9 No. 2. Desember 2011.

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku

(14)

Simamora, Henry. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Soeharto, Triana N. E. D. 2010. Konflik

Pekerjaan-Keluarga dengan

Kepuasan Kerja: Mataanalisis. Jurnal

Psikologi. Vol 37. No.1 Juni 2010: 189-194.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis.

Bandung: Alfabeta.

Supranto, J. 2001. Statistik Teori dan

Aplikasi. Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.

Umar, Husein. 2001. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Widodo. 2010. Model Pengembangan Kepuasan Kerja Dengan Kepuasan

Keluarga. Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Gambar

Tabel 2. Statistik Deskriptif  Variabel Kondisi Kerja Pegawai (X1), 2015
Tabel 3..
Tabel 3. Statistik Deskriptif  Variabel Rekan Kerja Pegawai (X2), 2015

Referensi

Dokumen terkait

Although some Muslims believe that the themes which become main ideas of liberal Islam can be traced back to Islamic teachings through a critical understanding of Islam, some argue

Peningkatan PDRB diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang merupakan kondisi yang diperlukan ( necessary condition ) bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

2 Factory workers (e.g. drivers) work more overtime than 12 hours per week.. 3 Factory workers are not paid

[r]

Terimakasih at as perhat ian Saudara calon penyedia Pekerjaan Pengadaan Local Area Net w ork (LAN) pada Balai Pendidikan dan Pelat ihan Perikanan (BPPP) Banyuw angi

Mahasiswa diharapkan dapat mengerti, memahami dan menguasai teori - teori dasar dari bermain, urgensi kegiatan bermain bagi siswa, tahapan perkembangan bermain, jenis

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan kegiatan ekspor – impor sebagai salah satu sumber pendapatan negara yang menghasilkan devisa (

PA/KPA Keme.isiarrLambaga/Pemorintah Daomruhsriius Lainnya (KUD/I) r Dinas Kolautan Dan