BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa
melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat
dilakukan saat ini meliputi segala aspek kehidupan yang pada hakikatnya
bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan yang ada
dalam masyarakat, seperti tertuang di dalam UUD 1945 alinea IV. Upaya
peningkatan ini, tidak lepas dari fakta negara Indonesia yang masih memiliki
persoalan kemiskinan dan pengangguran, yang semakin lama semakin
bertambah. Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan
memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik,
terpadu dan menyeluruh, dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi
hak-hak dasar warga negara secara layak melalui pembangunan inklusif,
berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang
bermartabat.1 Permasalahan pengangguran dapat diatasi dengan langkah- langkah yang tepat salah satunya dengan menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri, baik yang dimulai dengan membuka usaha rumah tangga ataupun
usaha kecil.
Berkenaan dengan pemenuhan kebutuhannya, manusia kadang dapat
melakukannya sendiri, namun sebagai mahkluk sosial ada juga kebutuhan
1
ataupun kepentingan yang harus diusahakan bersama- sama. Hal ini yang
mendorong manusia hidup berkelompok atau bermasyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut masyarakat dalam
perkembangannya membentuk suatu lembaga yang sedikitnya diharapkan
dengan cara tersebut mampu mengatasi dengan meringankan kehidupan
perekonomian masyarakat.2 Lembaga- lembaga itu dapat dibedakan ke dalam lembaga profit dan non profit. Lembaga profit adalah lembaga yang bertujuan
untuk memperoleh laba atau keuntungan dari kegiatan yang dilakukannya.
Sedangkan Lembaga non profit adalah lembaga yang tidak bertujuan untuk
mencari laba dalam kegiatannya. Salah satu lembaga non profit yaitu program
pemerintah yang disebut Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat -
Mandiri Perkotaan (PNPM- MP).
Pelaksanaan PNPM Mandiri berdasarkan kepada Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 25/KEP/MENKO/KESRA/
VII/2007 Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor tentang Pedoman Umum
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Selaku Ketua Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan. Sedangkan yang menjadi dasar hukum PNPM
MP sebagaimana menjadi dasar hukum PNPM Mandiri adalah Peraturan
Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
2
Kemiskinan dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan.3
Dalam menciptakan lapangan pekerjaan, masyarakat Indonesia
seringkali dihadapkan dengan permasalahan keperluan modal awal untuk
mengembangkan usaha. Melihat permasalahan yang terjadi dalam masyarakat,
suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan
pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan
maka diadakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ( P2KP )
sejak tahun 1999.4
Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian
masyarakat berupa “Lembaga Kepemimpinan Masyarakat” yang representatif,
mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial masyarakat di masa
mendatang serta menyiapkan “Program Masyarakat Jangka Menengah dalam
Penanggulangan Kemiskinan” yang menjadi pengikat dalam kemitraan
masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.Seiring
dengan perkembangan ekonomi di Indonesia, baik pihak pemerintah maupun
swasta sangat besar perhatiannya dalam hal pengadaan dana. Hal ini terlihat
dengan adanya usaha pemerintah untuk menyediakan dana membantu
masyarakat ekonomi lemah dengan tujuan agar berperan aktif dalam
pembangunan ekonomi yang sedang digalakkan dewasa ini didukung dengan
3
Ibid.
4
terlaksananya program ini menjadi bagian dari Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan (PNPM- MP) pada tahun 2008.5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan
(PNPM- MP) berorientasi untuk membangun pondasi masyarakat berdaya
dengan sejumlah kegiatan intervensi pada perubahan sikap/ perilaku/ cara
pandang masyarakat yang bertumpu pada nilai- nilai universal. Pada tahap
berikutnya berorientasi untuk membangun transformasi menuju masyarakat
mandiri yang dilakukan melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan
dan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli setempat
dengan berbagai pihak untuk mengakses berbagai peluang dan sumber daya
yang dibutuhkan masyarakat.6
Namun dalam pelaksanaannya, lembaga non profit sering membentuk
organisasi profit di dalamnya yang merupakan satu bagian dari lembaga non
profit dengan tujuan untuk memperoleh laba yang akan digunakan untuk
pencapaian tujuan umum organisasi non profit tesebut demikian halnya dengan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP).
Hal ini dapat dimungkinkan karena berbagai faktor yang mempengaruhi.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan
(PNPM MP) mempunyai struktur dalam melaksanakan kegiatannya. Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perkotaan memberikan
kepercayaan kepada Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) untuk
mengelola salah satu program dalam pencapaian tujuannya. Lembaga
5
Ibid. 6
Keswadayaan Masyarakat (LKM) adalah organisasi non profit, namun LKM
memiliki Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang bertujuan memperoleh laba
untuk menunjang misi utama LKM yaitu menanggulangi kemiskinan dengan
cara memberikan “pinjaman bergulir” yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Dalam pengelolaannya
pemerintah membuat suatu program yang menunjang misi LKM yaitu
menanggulangi kemiskinan yang dinamakan “pinjaman dana bergulir” yang
merupakan salah satu dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –
Mandiri Perkotaan (PNPM MP).7 Pinjaman Dana Bergulir ini adalah penanggulangan kemiskinan dengan memberdayakan masyarakat melalui
kegiatan ekonomi yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada
masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana LKM/UPK berada
dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pemberian pinjaman
bergulir kepada masyarakat miskin melalui Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM), masyarakat sendirilah yang memutuskan apakah akan menggunakan
kegiatan pemberian pinjaman bergulir dalam program penanggulangan
kemiskinan. Penetapan kegiatan pemberian pinjaman bergulir kepada
masyarakat miskin diputuskan sendiri oleh masyarakat melalui Lembaga
Keswadayaan Masyarakat (LKM). Pelaksanaan pemberian pinjaman bergulir
kepada masyarakat hanya dapat memenuhi kriteria pengelolaan yang baik dan
7
tepat sasaran apabila pelaksanaannya berjalan sesuai dengan ketentuan dan
harapan P2KP khususnya PNPM Mandiri Perkotaan.8
Prinsip dasar capaian kinerja pinjaman bergulir adalah sebagai hasil
upaya dan kinerja pengelola maupun kemanfaatan penerima dana bergulir,
khususnya masyarakat. Capaian kinerja dana pinjaman bergulir yang
disebabkan faktor-faktor penyimpangan nilai-nilai luhur yang melandasi
keberadaan PNPM MP adalah tidak dibenarkan sama sekali.9
Salah satu bentuk penyaluran pinjaman dana bergulir yang dapat
disepakati dan banyak dilaksanakan antara UPK dengan masyarakat adalah
pemberian pinjaman dana yang besarannya telah diatur dalam petunjuk
pelaksana penggunaan pinjaman dana bergulir. Dalam pelaksanaannya, UPK
sebagai kreditur memberikan pinjaman kepada masyarakat selaku debitur
dengan tenggat waktu dan bunga yang telah ditentukan dan disepakati bersama.
Pemberian pinjaman ini sewajarnya harus tetap mengikuti aturan-aturan
terkait antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
umumnya serta hukum perjanjian dan hukum jaminan khususnya. Dimana
dalam hal ini akan mempunyai akibat hukum yakni berupa pemenuhan
prestasi. Prestasi adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur dalam
setiap perikatan. Pemenuhan prestasi adalah hakikat dari suatu perikatan.
Menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata, setiap prestasi adalah untuk
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu. Dengan
demikian wujud prestasi itu adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau
8
Ibid. 9
tidak berbuat sesuatu.10 Dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, dalam semuanya itu pada hakekatnya yang terjadi adalah suatu
perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Pasal 1754-1769. Pinjam-meminjam adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu
jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan
syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama
dari jenis dan mutu yang sama pula (Pasal 1754).11
Seperti halnya dengan persetujuan peminjaman barang, maka
peminjaman uang ini pada lazimnya dianggap sebagai suatu persetujuan yang
bersifat “riil” tidak “consensueel” belaka, oleh karena dalam Pasal 1754 tidak
melainkan, bahwa ia menyerahkan uang itu kepada pihak lain.12
Dengan memakai nama “verbruiklening” KUH Perdata dalam titel 13
Buku II (Pasal 1754-1769) mengatur hal persetujuan, dalam mana satu pihak
menyerahkan kepada pihak lain sejumlah uang atau barang-barang yang dapat
diganti (vervangbare zaken) dengan janji dari pihak lain itu untuk dikemudian
hari mengembalikan kepada pihak kesatu sejumlah uang yang sama atau
sejumlah barang-barang yang sama jenis dan nilainya (Pasal 1754).13
Pasal 1754 KUH Perdata yang menyebutkan jumlah yang sama, adalah
bukan peraturan mutlak (geen dwingend recht), dan Pasal 1765 malahan
10
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung: Penerbit Alumni, 1982, hal.17.
11
Subekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 1989, hal..3.
12
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Bandung: Penerbit Sumur Bandung, 1985, hal.137.
memperkenankan secara tegas, untuk dalam peminjaman uang menjanjikan
pembayaran bunga.
Kewajiban memenuhi prestasi dari debitur selalu disertai dengan
tanggung jawab (liability), artinya debitur mempertaruhkan harta kekayaannya
sebagai jaminan pemenuhan hutangnya kepada kreditur. Menurut ketentuan
Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata, semua harta kekayaan debitur baik
bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada
menjadi jaminan pemenuhan hutangnya terhadap kreditur. Jaminan semacam
ini disebut jaminan umum.14
Hukum jaminan, pemberian kredit merupakan pemberian uang
berdasarkan kepercayaan, dalam arti bank atau lembaga keuangan nonbank
percaya bahwa debitur sanggup untuk mengembalikan pokok pinjaman dan
bunganya. Begitu juga debitur percaya bahwa bank atau lembaga keuangan
nonbank dapat memberikan kredit kepadanya. Untuk tetap menjaga
kepercayaan itu maka pihak debitur dan pihak kreditur dapat memperjanjikan
pembebanan jaminan. Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi
jaminan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga
keuangan nonbank.15
Selain istilah jaminan, dikenal juga dengan agunan. Istilah agunan dapat
dibaca di dalam Pasal 1 angka 23 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan. Agunan adalah:
14 Op.Cit 15
“Jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam
rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip Syariah.”
Agunan dalam konstruksi ini merupakan jaminan tambahan (accessoir).
Jaminan ini diserahkan oleh debitur kepada bank.16
Program pinjaman dana bergulir yang dilaksanakan berupa kegiatan
pemberian pinjaman kepada masyarakat oleh PNPM Mandiri Perkotaan yang
telah berlangsung sampai saat ini masih dilakukan berdasarkan prinsip saling
percaya antara kreditur dengan debitur. Hal ini memunculkan berbagai
permasalahan yang salah satunya adalah macetnya pengembalian dana
pinjaman yang diberikan kreditur kepada debitur.
Kredit macet atau problem loan adalah kredit yang mengalami kesulitan
pelunasan akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena
kondisi di luar kemampuan debitur. 17
Suatu kredit digolongkan ke dalam kredit macet bilamana:18
a. Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan
kredit diragukan; atau
b. Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu
21 bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum terjadi
pelunasan pinjaman, atau usaha penyelamatan kredit; atau
16
Ibid, hal.21.
17
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2011, hal.67.
18
c. Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan, telah
diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang
Negara (BUPN), atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada
perusahaan asuransi kredit.
Kredit macet inilah yang sangat dikhawatirkan oleh setiap UPK, karena
akan mengganggu kondisi keuangan UPK, bahkan dapat mengakibatkan
berhentinya kegiatan usaha UPK.19
Ketidakmampuan debitur dalam menyelesaikan pinjamannya kepada
kreditur dapat digolongkan sebagai wanprestasi. Untuk menentukan apakah
seorang debitur itu bersalah melakukan wanprestasi, perlu ditentukan dalam
keadaan bagaimana seorang debitur itu dikatakan sengaja atau lalai tidak
memenuhi prestasi. Ada tiga keadaan yaitu:20
1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali, artinya debitur tidak
memenuhi kewajiban yang telah disanggupinya untuk dipenuhi
dalam suatu perjanjian, atau tidak memenuhi kewajiban yang
ditetapkan undang-undang.
2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru. Di sini
debitur melaksanakan atau memenuhi apa yang diperjanjikan atau
apa yang ditentukan oleh undang-undang, tetapi tidak sebagaimana
mestinya menurut kualitas yang ditentukan dalam perjanjian atau
menurut kualitas yang ditetapkan undang-undang.
19
http://masselamet.wordpress.com/2012/09/18/strategi-penyelesaian-penyelewengan-dana-bergulir-spp-dan-uep/ , Diakses Pada Tanggal 12 September 2014 20
3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya. Di
sini debitur memenuhi prestasi tetapi terlambat.Waktu yang
ditetap-kan dalam perjanjian tidak dipenuhi.
Pemberian pinjaman dana bergulir dengan kegiatan pemberian bantuan
pinjaman dana pada PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan yang
didasarkan pada nilai-nilai dan tujuan pemerintah untuk membantu
meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, namun demikian harus tetap
memperhatikan aturan-aturan dan ketentuan yang berlaku agar tujuan yang
hendak dicapai dalam pelaksanaan tersebut dapat terpenuhi dan semakin
berkembang kedepannya. Dalam penelitian ini secara lebih khusus, penulis
akan membahas mengenai pinjaman dana bergulir yang diberikan disalah satu
Kelurahan di Kota Medan yaitu Kelurahan Karang Berombak Kecamatan
Medan Barat. Pemberian pinjaman bergulir di kelurahan ini telah dimulai dari
tahun 2010 sampai dengan sekarang dan mendapat partisipasi yang cukup baik
dari masyarakat. Tetapi dalam prosesnya pinjaman dana bergulir ini tidak
selalu berjalan lancar. Berangkat dari berbagai hal serta alasan tersebut di atas,
maka dipilih judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit
Bermasalah Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau Dari Aspek Hukum
Perdata Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
B. Permasalahan
Sesuai dengan Judul Skripsi ini, yaitu : “Tinjauan Yuridis Terhadap
Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau
Dari Aspek Hukum Perdata Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) di Kota Medan”, maka
beberapa permasalahan yang berkaitan dengan judul skripsi tersebut, antara
lain :
1. Bagaimanakah proses pelaksanaan pemberian pinjaman dana
bergulir pada PNPM MP di Kota Medan?
2. Apa saja kendala yang dijumpai dalam proses pelaksanaan
pinjaman dana bergulir pada PNPM MP di Kota Medan?
3. Bagaimana penyelesaian kredit bermasalah pada pinjaman dana
bergulir di PNPM MP di Kota Medan ditinjau dari hukum
perjanjian kredit dan hukum jaminan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi
ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pemberian pinjaman dana
2. Untuk mengetahui kendala- kendala apa saja yang dijumpai dalam
proses pelaksanaan pinjaman dana bergulir pada PNPM MP di
Kota Medan.
3. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kredit bermasalah pada
pinjaman dana bergulir pada PNPM MP di Kota Medan ditinjau
dari hukum perjanjian kredit dan hukum jaminan..
D. Manfaat Penulisan
1. Secara Teoretis
Secara Teoretis, penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian
ataupun bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di
bidang hukum perdata khususnya dikaitkan dengan
penyelesaian kredit bermasalah dalam pinjaman dana bergulir
dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan.
2. Secara Praktis
Secara Praktis, dengan penulisan ini diharapkan dapat menjadi
rujukan mahasiswa, praktisi hukum, serta masyarakat yang
terlibat dalam pinjaman dana bergulir dalam Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan agar dapat
memahami bagaimana prosedur pelaksanaan dan penyelesaian
E. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian hukum yang digunakan penulis dalam
mengerjakan skripsi ini meliputi :
1. Jenis penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, digunakan metode penelitian yuridis
normatif dan didukung oleh metode penelitian yuridis empiris. Penelitian
yuridis normatif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan meneliti
bahan pustaka atau data sekunder belaka yaitu melakukan penelusuran
terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta untuk memperoleh data maupun keterangan
yang terdapat dalam berbagai literatur perpustakaan. Sedangkan metode
penelitian yuridis empiris21, yaitu penelitian terhadap peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang topik yang diangkat, kemudian melihat
kesesuaian antara hal yang ditentukan dalam peraturan hukum tersebut
dengan pelaksanaannya di lapangan berlakunya serta untuk memperoleh
data maupun keterangan. Metode yuridis empiris dalam penulisan skripsi
ini, yaitu dari hasil pengumpulan dan penemuan data maupun informasi
melalui studi pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan Kota Medan di salah satu kelurahan di Kota Medan yaitu di
Kelurahan Karang Berombak . Metode penelitian yuridis empiris dilakukan
dengan wawancara kepada narasumber yang berhubungan dengan
penulisan skripsi ini.
21
Penelitian ini bersifat deskriptif, yang mengungkapkan
peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan objek penelitian.
Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang
berkenaan objek penelitian.22 Penelitian tersebut harus dilakukan dengan melakukan survei ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat
mendukung teori yang sudah ada.
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu :
a. Data primer, yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mempunyai ketentuan hukum mengikat. Peraturan
perundang-undangan yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi
ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terkait dengan
aspek hukum perdata dari segi perjanjian dan aspek jaminan dari
pemberian pinjaman dana bergulir. Dasar hukum Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan adalah Peraturan
Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Program Pembangunan yang Berkeadilan.
b. Data sekunder, yaitu data ataupun bahan-bahan yang erat kaitannya
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan
memenuhi bahan hukum primer yang dapat berupa karya-karya
22
ilmiah berupa buku-buku, laporan penelitian, jurnal ilmiah dan
sebagainya.
c. Data Tertier, yaitu data ataupun bahan-bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder. Untuk memperoleh data primer akan
digunakan penelitian lapangan studi pada Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Kota Medan
melalui wawancara langsung dengan Ibu Nimmi D. selaku Asisten
Manajemen Keuangan Koordinator Kota Medan PNPM Mandiri dan
Ibu Nora M. selaku Unit Pengelola Keuangan BKM Rose Kel.
Karang Berombak serta dokumen yang terkait dengan judul skripsi.
F. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di perpustakaan di lingkungan
Universitas Sumatera Utara, belum ditemukan penulisan skripsi yang
membahas tentang “Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit
Bermasalah Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau Dari Aspek Hukum
Perdata Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan (PNPM MP) di Kota Medan” sampai dengan penulisan skripsi ini
dilakukan, sehingga dapat dikatakan bahwa isi penulisan ini adalah asli, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini maka dibuat sistematika
secara teratur dalam bagian- bagian yang semuanya saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Sistematika atau gambaran isi tersebut dibagi dalam
beberapa bab dan diantara bab- bab terdiri pula sub bab. Suatu penulisan ilmiah
perlu dibatasi ruang lingkupnya, agar hasil yang akan diuraikan terarah dan
data yang diperoleh relevan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya
dan menghindari data yang membias. Secara sistematis penulis menempatkan
materi pembahasan keseluruhannya kedalam 5 (lima) Bab yang terperinci
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit serta Aspek Hukum
Jaminan
Pada tinjauan umum tentang kredit serta aspek hukum jaminan
membahas tentang pengertian dan dasar hukum perjanjian dan
perjanjian kredit, tujuan dan fungsi kredit, jenis dan prinsip
pemberian kredit, langkah- langkah penyelesaian kredit
bermasalah dan aspek hukum jaminan pada perjanjian kredit.
BAB III : Tinjauan Umum Tentang PNPM Mandiri dan Pinjaman Dana
Bergulir
Pada tinjauan umum tentang PNPM Mandiri membahas tentang
tujuan dan fungsi PNPM Mandiri, jenis- jenis serta
perkembangan PNPM Mandiri.
Sedangkan pada tinjauan umum pinjaman dana bergulir
memberi gambaran umum mengenai pengertian dan dasar
hukum pinjaman dana bergulir, objek dan ruang lingkup
pinjaman dana bergulir, serta pelaksanaan pemberian bantuan
pinjaman dana bergulir.
BAB IV : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Bermasalah
Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau Dari Aspek Hukum
Perdata (Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) di Kota Medan).
Merupakan perumusan pokok penulisan yang terdiri dari Proses
pelaksanaan pemberian pinjaman dana bergulir pada PNPM
Mandiri Perkotaan di Kota Medan, kendala yang dijumpai
dalam proses pelaksanaan pinjaman dana bergulir PNPM
Mandiri Perkotaan di Kota Medan, penyelesaian kredit
bermasalah pada pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri
Perkotaan di Kota Medan ditinjau dari hukum perjanjian kredit
dan hukum jaminan.
BAB V : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran- saran yang ditarik berdasarkan
hasil analisa data, dimana berdasarkan kesimpulan ini kemudian
diberikan saran- saran yang dianggap dapat memberikan
masukan untuk semua pihak dan dapat memperluas wacana