• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata ( Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakatmandiri Perkotaan (Pnpm-Mp) Di Kota Medan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata ( Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakatmandiri Perkotaan (Pnpm-Mp) Di Kota Medan )"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa

melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan yang sedang giat

dilakukan saat ini meliputi segala aspek kehidupan yang pada hakikatnya

bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan yang ada

dalam masyarakat, seperti tertuang di dalam UUD 1945 alinea IV. Upaya

peningkatan ini, tidak lepas dari fakta negara Indonesia yang masih memiliki

persoalan kemiskinan dan pengangguran, yang semakin lama semakin

bertambah. Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan

memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik,

terpadu dan menyeluruh, dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi

hak-hak dasar warga negara secara layak melalui pembangunan inklusif,

berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang

bermartabat.1 Permasalahan pengangguran dapat diatasi dengan langkah- langkah yang tepat salah satunya dengan menciptakan lapangan pekerjaan

sendiri, baik yang dimulai dengan membuka usaha rumah tangga ataupun

usaha kecil.

Berkenaan dengan pemenuhan kebutuhannya, manusia kadang dapat

melakukannya sendiri, namun sebagai mahkluk sosial ada juga kebutuhan

       1

(2)

ataupun kepentingan yang harus diusahakan bersama- sama. Hal ini yang

mendorong manusia hidup berkelompok atau bermasyarakat untuk memenuhi

kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut masyarakat dalam

perkembangannya membentuk suatu lembaga yang sedikitnya diharapkan

dengan cara tersebut mampu mengatasi dengan meringankan kehidupan

perekonomian masyarakat.2 Lembaga- lembaga itu dapat dibedakan ke dalam lembaga profit dan non profit. Lembaga profit adalah lembaga yang bertujuan

untuk memperoleh laba atau keuntungan dari kegiatan yang dilakukannya.

Sedangkan Lembaga non profit adalah lembaga yang tidak bertujuan untuk

mencari laba dalam kegiatannya. Salah satu lembaga non profit yaitu program

pemerintah yang disebut Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat -

Mandiri Perkotaan (PNPM- MP).

Pelaksanaan PNPM Mandiri berdasarkan kepada Keputusan Menteri

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 25/KEP/MENKO/KESRA/

VII/2007 Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor tentang Pedoman Umum

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Menteri

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Selaku Ketua Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan. Sedangkan yang menjadi dasar hukum PNPM

MP sebagaimana menjadi dasar hukum PNPM Mandiri adalah Peraturan

Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

      

2

(3)

Kemiskinan dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program

Pembangunan yang Berkeadilan.3

Dalam menciptakan lapangan pekerjaan, masyarakat Indonesia

seringkali dihadapkan dengan permasalahan keperluan modal awal untuk

mengembangkan usaha. Melihat permasalahan yang terjadi dalam masyarakat,

suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan

pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan

maka diadakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ( P2KP )

sejak tahun 1999.4

Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian

masyarakat berupa “Lembaga Kepemimpinan Masyarakat” yang representatif,

mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial masyarakat di masa

mendatang serta menyiapkan “Program Masyarakat Jangka Menengah dalam

Penanggulangan Kemiskinan” yang menjadi pengikat dalam kemitraan

masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.Seiring

dengan perkembangan ekonomi di Indonesia, baik pihak pemerintah maupun

swasta sangat besar perhatiannya dalam hal pengadaan dana. Hal ini terlihat

dengan adanya usaha pemerintah untuk menyediakan dana membantu

masyarakat ekonomi lemah dengan tujuan agar berperan aktif dalam

pembangunan ekonomi yang sedang digalakkan dewasa ini didukung dengan

       3

Ibid.

   4 

(4)

terlaksananya program ini menjadi bagian dari Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan (PNPM- MP) pada tahun 2008.5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan

(PNPM- MP) berorientasi untuk membangun pondasi masyarakat berdaya

dengan sejumlah kegiatan intervensi pada perubahan sikap/ perilaku/ cara

pandang masyarakat yang bertumpu pada nilai- nilai universal. Pada tahap

berikutnya berorientasi untuk membangun transformasi menuju masyarakat

mandiri yang dilakukan melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan

dan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli setempat

dengan berbagai pihak untuk mengakses berbagai peluang dan sumber daya

yang dibutuhkan masyarakat.6

Namun dalam pelaksanaannya, lembaga non profit sering membentuk

organisasi profit di dalamnya yang merupakan satu bagian dari lembaga non

profit dengan tujuan untuk memperoleh laba yang akan digunakan untuk

pencapaian tujuan umum organisasi non profit tesebut demikian halnya dengan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP).

Hal ini dapat dimungkinkan karena berbagai faktor yang mempengaruhi.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan

(PNPM MP) mempunyai struktur dalam melaksanakan kegiatannya. Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perkotaan memberikan

kepercayaan kepada Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) untuk

mengelola salah satu program dalam pencapaian tujuannya. Lembaga

       5

Ibid. 6

(5)

Keswadayaan Masyarakat (LKM) adalah organisasi non profit, namun LKM

memiliki Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang bertujuan memperoleh laba

untuk menunjang misi utama LKM yaitu menanggulangi kemiskinan dengan

cara memberikan “pinjaman bergulir” yang dapat digunakan untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Dalam pengelolaannya

pemerintah membuat suatu program yang menunjang misi LKM yaitu

menanggulangi kemiskinan yang dinamakan “pinjaman dana bergulir” yang

merupakan salah satu dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –

Mandiri Perkotaan (PNPM MP).7 Pinjaman Dana Bergulir ini adalah penanggulangan kemiskinan dengan memberdayakan masyarakat melalui

kegiatan ekonomi yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada

masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana LKM/UPK berada

dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pemberian pinjaman

bergulir kepada masyarakat miskin melalui Kelompok Swadaya Masyarakat

(KSM), masyarakat sendirilah yang memutuskan apakah akan menggunakan

kegiatan pemberian pinjaman bergulir dalam program penanggulangan

kemiskinan. Penetapan kegiatan pemberian pinjaman bergulir kepada

masyarakat miskin diputuskan sendiri oleh masyarakat melalui Lembaga

Keswadayaan Masyarakat (LKM). Pelaksanaan pemberian pinjaman bergulir

kepada masyarakat hanya dapat memenuhi kriteria pengelolaan yang baik dan

      

7

(6)

tepat sasaran apabila pelaksanaannya berjalan sesuai dengan ketentuan dan

harapan P2KP khususnya PNPM Mandiri Perkotaan.8

Prinsip dasar capaian kinerja pinjaman bergulir adalah sebagai hasil

upaya dan kinerja pengelola maupun kemanfaatan penerima dana bergulir,

khususnya masyarakat. Capaian kinerja dana pinjaman bergulir yang

disebabkan faktor-faktor penyimpangan nilai-nilai luhur yang melandasi

keberadaan PNPM MP adalah tidak dibenarkan sama sekali.9

Salah satu bentuk penyaluran pinjaman dana bergulir yang dapat

disepakati dan banyak dilaksanakan antara UPK dengan masyarakat adalah

pemberian pinjaman dana yang besarannya telah diatur dalam petunjuk

pelaksana penggunaan pinjaman dana bergulir. Dalam pelaksanaannya, UPK

sebagai kreditur memberikan pinjaman kepada masyarakat selaku debitur

dengan tenggat waktu dan bunga yang telah ditentukan dan disepakati bersama.

Pemberian pinjaman ini sewajarnya harus tetap mengikuti aturan-aturan

terkait antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

umumnya serta hukum perjanjian dan hukum jaminan khususnya. Dimana

dalam hal ini akan mempunyai akibat hukum yakni berupa pemenuhan

prestasi. Prestasi adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur dalam

setiap perikatan. Pemenuhan prestasi adalah hakikat dari suatu perikatan.

Menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata, setiap prestasi adalah untuk

memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu. Dengan

demikian wujud prestasi itu adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau

      

8

 Ibid.   9

(7)

tidak berbuat sesuatu.10 Dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, dalam semuanya itu pada hakekatnya yang terjadi adalah suatu

perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata Pasal 1754-1769. Pinjam-meminjam adalah suatu perjanjian

dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu

jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan

syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama

dari jenis dan mutu yang sama pula (Pasal 1754).11

Seperti halnya dengan persetujuan peminjaman barang, maka

peminjaman uang ini pada lazimnya dianggap sebagai suatu persetujuan yang

bersifat “riil” tidak “consensueel” belaka, oleh karena dalam Pasal 1754 tidak

melainkan, bahwa ia menyerahkan uang itu kepada pihak lain.12

Dengan memakai nama “verbruiklening” KUH Perdata dalam titel 13

Buku II (Pasal 1754-1769) mengatur hal persetujuan, dalam mana satu pihak

menyerahkan kepada pihak lain sejumlah uang atau barang-barang yang dapat

diganti (vervangbare zaken) dengan janji dari pihak lain itu untuk dikemudian

hari mengembalikan kepada pihak kesatu sejumlah uang yang sama atau

sejumlah barang-barang yang sama jenis dan nilainya (Pasal 1754).13

Pasal 1754 KUH Perdata yang menyebutkan jumlah yang sama, adalah

bukan peraturan mutlak (geen dwingend recht), dan Pasal 1765 malahan

       10

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung: Penerbit Alumni, 1982, hal.17.

11

Subekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 1989, hal..3.

12

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Bandung: Penerbit Sumur Bandung, 1985, hal.137.

(8)

memperkenankan secara tegas, untuk dalam peminjaman uang menjanjikan

pembayaran bunga.

Kewajiban memenuhi prestasi dari debitur selalu disertai dengan

tanggung jawab (liability), artinya debitur mempertaruhkan harta kekayaannya

sebagai jaminan pemenuhan hutangnya kepada kreditur. Menurut ketentuan

Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata, semua harta kekayaan debitur baik

bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada

menjadi jaminan pemenuhan hutangnya terhadap kreditur. Jaminan semacam

ini disebut jaminan umum.14

Hukum jaminan, pemberian kredit merupakan pemberian uang

berdasarkan kepercayaan, dalam arti bank atau lembaga keuangan nonbank

percaya bahwa debitur sanggup untuk mengembalikan pokok pinjaman dan

bunganya. Begitu juga debitur percaya bahwa bank atau lembaga keuangan

nonbank dapat memberikan kredit kepadanya. Untuk tetap menjaga

kepercayaan itu maka pihak debitur dan pihak kreditur dapat memperjanjikan

pembebanan jaminan. Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi

jaminan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga

keuangan nonbank.15

Selain istilah jaminan, dikenal juga dengan agunan. Istilah agunan dapat

dibaca di dalam Pasal 1 angka 23 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998

tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan. Agunan adalah:       

14 Op.Cit 15

(9)

“Jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam

rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan

prinsip Syariah.”

Agunan dalam konstruksi ini merupakan jaminan tambahan (accessoir).

Jaminan ini diserahkan oleh debitur kepada bank.16

Program pinjaman dana bergulir yang dilaksanakan berupa kegiatan

pemberian pinjaman kepada masyarakat oleh PNPM Mandiri Perkotaan yang

telah berlangsung sampai saat ini masih dilakukan berdasarkan prinsip saling

percaya antara kreditur dengan debitur. Hal ini memunculkan berbagai

permasalahan yang salah satunya adalah macetnya pengembalian dana

pinjaman yang diberikan kreditur kepada debitur.

Kredit macet atau problem loan adalah kredit yang mengalami kesulitan

pelunasan akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena

kondisi di luar kemampuan debitur. 17

Suatu kredit digolongkan ke dalam kredit macet bilamana:18

a. Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan

kredit diragukan; atau

b. Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu

21 bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum terjadi

pelunasan pinjaman, atau usaha penyelamatan kredit; atau

       16

Ibid, hal.21.

17

 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2011, hal.67.

18

(10)

c. Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan, telah

diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang

Negara (BUPN), atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada

perusahaan asuransi kredit.

Kredit macet inilah yang sangat dikhawatirkan oleh setiap UPK, karena

akan mengganggu kondisi keuangan UPK, bahkan dapat mengakibatkan

berhentinya kegiatan usaha UPK.19

Ketidakmampuan debitur dalam menyelesaikan pinjamannya kepada

kreditur dapat digolongkan sebagai wanprestasi. Untuk menentukan apakah

seorang debitur itu bersalah melakukan wanprestasi, perlu ditentukan dalam

keadaan bagaimana seorang debitur itu dikatakan sengaja atau lalai tidak

memenuhi prestasi. Ada tiga keadaan yaitu:20

1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali, artinya debitur tidak

memenuhi kewajiban yang telah disanggupinya untuk dipenuhi

dalam suatu perjanjian, atau tidak memenuhi kewajiban yang

ditetapkan undang-undang.

2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru. Di sini

debitur melaksanakan atau memenuhi apa yang diperjanjikan atau

apa yang ditentukan oleh undang-undang, tetapi tidak sebagaimana

mestinya menurut kualitas yang ditentukan dalam perjanjian atau

menurut kualitas yang ditetapkan undang-undang.

       19

http://masselamet.wordpress.com/2012/09/18/strategi-penyelesaian-penyelewengan-dana-bergulir-spp-dan-uep/ , Diakses Pada Tanggal 12 September 2014 20

(11)

3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya. Di

sini debitur memenuhi prestasi tetapi terlambat.Waktu yang

ditetap-kan dalam perjanjian tidak dipenuhi.

Pemberian pinjaman dana bergulir dengan kegiatan pemberian bantuan

pinjaman dana pada PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan yang

didasarkan pada nilai-nilai dan tujuan pemerintah untuk membantu

meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, namun demikian harus tetap

memperhatikan aturan-aturan dan ketentuan yang berlaku agar tujuan yang

hendak dicapai dalam pelaksanaan tersebut dapat terpenuhi dan semakin

berkembang kedepannya. Dalam penelitian ini secara lebih khusus, penulis

akan membahas mengenai pinjaman dana bergulir yang diberikan disalah satu

Kelurahan di Kota Medan yaitu Kelurahan Karang Berombak Kecamatan

Medan Barat. Pemberian pinjaman bergulir di kelurahan ini telah dimulai dari

tahun 2010 sampai dengan sekarang dan mendapat partisipasi yang cukup baik

dari masyarakat. Tetapi dalam prosesnya pinjaman dana bergulir ini tidak

selalu berjalan lancar. Berangkat dari berbagai hal serta alasan tersebut di atas,

maka dipilih judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit

Bermasalah Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau Dari Aspek Hukum

Perdata Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(12)

B. Permasalahan

Sesuai dengan Judul Skripsi ini, yaitu : “Tinjauan Yuridis Terhadap

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau

Dari Aspek Hukum Perdata Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) di Kota Medan”, maka

beberapa permasalahan yang berkaitan dengan judul skripsi tersebut, antara

lain :

1. Bagaimanakah proses pelaksanaan pemberian pinjaman dana

bergulir pada PNPM MP di Kota Medan?

2. Apa saja kendala yang dijumpai dalam proses pelaksanaan

pinjaman dana bergulir pada PNPM MP di Kota Medan?

3. Bagaimana penyelesaian kredit bermasalah pada pinjaman dana

bergulir di PNPM MP di Kota Medan ditinjau dari hukum

perjanjian kredit dan hukum jaminan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi

ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pemberian pinjaman dana

(13)

2. Untuk mengetahui kendala- kendala apa saja yang dijumpai dalam

proses pelaksanaan pinjaman dana bergulir pada PNPM MP di

Kota Medan.

3. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kredit bermasalah pada

pinjaman dana bergulir pada PNPM MP di Kota Medan ditinjau

dari hukum perjanjian kredit dan hukum jaminan..

D. Manfaat Penulisan

1. Secara Teoretis

Secara Teoretis, penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian

ataupun bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di

bidang hukum perdata khususnya dikaitkan dengan

penyelesaian kredit bermasalah dalam pinjaman dana bergulir

dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perkotaan.

2. Secara Praktis

Secara Praktis, dengan penulisan ini diharapkan dapat menjadi

rujukan mahasiswa, praktisi hukum, serta masyarakat yang

terlibat dalam pinjaman dana bergulir dalam Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan agar dapat

memahami bagaimana prosedur pelaksanaan dan penyelesaian

(14)

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian hukum yang digunakan penulis dalam

mengerjakan skripsi ini meliputi :

1. Jenis penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, digunakan metode penelitian yuridis

normatif dan didukung oleh metode penelitian yuridis empiris. Penelitian

yuridis normatif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan meneliti

bahan pustaka atau data sekunder belaka yaitu melakukan penelusuran

terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku, serta untuk memperoleh data maupun keterangan

yang terdapat dalam berbagai literatur perpustakaan. Sedangkan metode

penelitian yuridis empiris21, yaitu penelitian terhadap peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang topik yang diangkat, kemudian melihat

kesesuaian antara hal yang ditentukan dalam peraturan hukum tersebut

dengan pelaksanaannya di lapangan berlakunya serta untuk memperoleh

data maupun keterangan. Metode yuridis empiris dalam penulisan skripsi

ini, yaitu dari hasil pengumpulan dan penemuan data maupun informasi

melalui studi pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perkotaan Kota Medan di salah satu kelurahan di Kota Medan yaitu di

Kelurahan Karang Berombak . Metode penelitian yuridis empiris dilakukan

dengan wawancara kepada narasumber yang berhubungan dengan

penulisan skripsi ini.

      

21

(15)

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang mengungkapkan

peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan objek penelitian.

Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang

berkenaan objek penelitian.22 Penelitian tersebut harus dilakukan dengan melakukan survei ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat

mendukung teori yang sudah ada.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu :

a. Data primer, yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan yang mempunyai ketentuan hukum mengikat. Peraturan

perundang-undangan yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi

ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terkait dengan

aspek hukum perdata dari segi perjanjian dan aspek jaminan dari

pemberian pinjaman dana bergulir. Dasar hukum Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan adalah Peraturan

Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang

Program Pembangunan yang Berkeadilan.

b. Data sekunder, yaitu data ataupun bahan-bahan yang erat kaitannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan

memenuhi bahan hukum primer yang dapat berupa karya-karya

       22

(16)

ilmiah berupa buku-buku, laporan penelitian, jurnal ilmiah dan

sebagainya.

c. Data Tertier, yaitu data ataupun bahan-bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder. Untuk memperoleh data primer akan

digunakan penelitian lapangan studi pada Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Kota Medan

melalui wawancara langsung dengan Ibu Nimmi D. selaku Asisten

Manajemen Keuangan Koordinator Kota Medan PNPM Mandiri dan

Ibu Nora M. selaku Unit Pengelola Keuangan BKM Rose Kel.

Karang Berombak serta dokumen yang terkait dengan judul skripsi.

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di perpustakaan di lingkungan

Universitas Sumatera Utara, belum ditemukan penulisan skripsi yang

membahas tentang “Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit

Bermasalah Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau Dari Aspek Hukum

Perdata Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perkotaan (PNPM MP) di Kota Medan” sampai dengan penulisan skripsi ini

dilakukan, sehingga dapat dikatakan bahwa isi penulisan ini adalah asli, dan

dapat dipertanggungjawabkan.

(17)

Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini maka dibuat sistematika

secara teratur dalam bagian- bagian yang semuanya saling berhubungan satu

dengan yang lainnya. Sistematika atau gambaran isi tersebut dibagi dalam

beberapa bab dan diantara bab- bab terdiri pula sub bab. Suatu penulisan ilmiah

perlu dibatasi ruang lingkupnya, agar hasil yang akan diuraikan terarah dan

data yang diperoleh relevan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya

dan menghindari data yang membias. Secara sistematis penulis menempatkan

materi pembahasan keseluruhannya kedalam 5 (lima) Bab yang terperinci

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit serta Aspek Hukum

Jaminan

Pada tinjauan umum tentang kredit serta aspek hukum jaminan

membahas tentang pengertian dan dasar hukum perjanjian dan

perjanjian kredit, tujuan dan fungsi kredit, jenis dan prinsip

pemberian kredit, langkah- langkah penyelesaian kredit

bermasalah dan aspek hukum jaminan pada perjanjian kredit.

BAB III : Tinjauan Umum Tentang PNPM Mandiri dan Pinjaman Dana

Bergulir

Pada tinjauan umum tentang PNPM Mandiri membahas tentang

(18)

tujuan dan fungsi PNPM Mandiri, jenis- jenis serta

perkembangan PNPM Mandiri.

Sedangkan pada tinjauan umum pinjaman dana bergulir

memberi gambaran umum mengenai pengertian dan dasar

hukum pinjaman dana bergulir, objek dan ruang lingkup

pinjaman dana bergulir, serta pelaksanaan pemberian bantuan

pinjaman dana bergulir.

BAB IV : Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Bermasalah

Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau Dari Aspek Hukum

Perdata (Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) di Kota Medan).

Merupakan perumusan pokok penulisan yang terdiri dari Proses

pelaksanaan pemberian pinjaman dana bergulir pada PNPM

Mandiri Perkotaan di Kota Medan, kendala yang dijumpai

dalam proses pelaksanaan pinjaman dana bergulir PNPM

Mandiri Perkotaan di Kota Medan, penyelesaian kredit

bermasalah pada pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri

Perkotaan di Kota Medan ditinjau dari hukum perjanjian kredit

dan hukum jaminan.

BAB V : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran- saran yang ditarik berdasarkan

hasil analisa data, dimana berdasarkan kesimpulan ini kemudian

diberikan saran- saran yang dianggap dapat memberikan

masukan untuk semua pihak dan dapat memperluas wacana

Referensi

Dokumen terkait

Geologi daerah Bakauheni dan sekitarnya relatif lebih sederhana [1], hanya tersusun oleh empat jenis batuan, yaitu yang tertua andesit berumur Paleosen dengan karakteristik

Setelah mevalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando menyatakan

1) Konflik dalam diri individu yaitu setiap individu mempunyai keinginan, cita- cita dan harapan, namun tidak semua keinginan dan harapan dapat dipenuhi sehingga menimbulkan

Setelah proses penyaringan selesai, sistem ini memiliki input yang terkoneksi ke ponsel android melalui module bluetooth yang bertujuan untuk mengotrol keran dari jarak jauh

Selanjutnya, temuan negatif penelitian ini adalah bahwa keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tigo Nagari Kabupaten Pasaman tanpa menggunakan media

Pada tahap kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran menulis puisi menggunakan model Picture and Picture memperoleh peningkatan pada siklus I yaitu 2,28

Penelitian ini disusun berdasarkan studi literatur, serta mempelajari cara kerja dan sekaligus cara-cara merencanakan dan membuat peralatan tersebut. Perencanaan peralatan

Metode tutor sebaya adalah cara mengajar yang dilakukan dengan menjadikan teman dalam kelompok peserta didik yang dipandang memiliki kemampuan atau kompetensi