• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan praktikum feedlot TUGAS TEKNOLOG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan praktikum feedlot TUGAS TEKNOLOG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

laporan praktikum feedlot

TUGAS TEKNOLOGI FEEDLOT TENTANG

IMPOR DAGING DAN PERMASALAHANNYA

OLEH KELOMPOK IV:

Dede Candra 07161027

Robby Rahman 07161028

Aulia Delfi 07161029

Astrid Aulia Erwinda 07161030

Retca Novitasari 07161032

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

Impor Sapi Bakalan Menyusut

Kementerian Pertanian optimistis impor daging sapi bakalan menurun drastis dalam beberapa tahun mendatang setelah proyek swasembada daging terealisasi. “Rencana swasembada daging sapi membuat Australia khawatir. Dubes dan Menteri Pertanian mereka memprediksi ekspor daging sapinya ke Indonesia bakal turun. Mereka sudah dua kali melakukan lobi,” kata Menteri Pertanian Suswono di Jakarta,

Penurunan impor daging menjadi otomatis karena kebijakan pemerintah saat ini mendorong terjadinya peningkatan produksi daging sapi di dalam negeri. Terkait kekhawatiran eksportir dari Australia, Suswono menawarkan investasi di Indonesia. Namun sampai saat ini, pihak Australia belum memberikan respons dan komitmen untuk berinvestasi di sektor peternakan. “Apakah mereka mau merespons investasi atau nggak, terserah. Mereka justru tetap berharap Indonesia mengimpor daging dari Australia,” imbuh dia. Lebih lanjut, Suswono mengaku akan mencari titik temu atas persoalan ini, kemungkinan akan dirumuskan kerja sama baru dalam pertemuan dengan eksportir sapi Australia yang akan diselenggarakan pekan ini.

Di tempat yang sama, Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian Tjepi Darajatun menyatakan impor daging dan bakalan dari Australia diprediksi anjlok. “Mereka khawatir

karena 60 persen produk sapinya diserap Indonesia.

Kalau kita swasembada, maka ekspor mereka jatuh,” ungkap dia. Tekan Impor Dihubungi terpisah, anggota Komisi IV DPR Herman Khaeron meminta Kementerian Pertanian tetap fokus meningkatkan produksi sapi, dan tidak mengindahkan lobi yang dilakukan pihak Australia. “Kita saat ini masih impor 630 ekor sapi per tahun.

Dengan swasembada, seharusnya impor bisa ditekan.” Swasembada, kata Herman, sudah menjadi kesepakatan antara pemerintah dan Komisi IV DPR. Berdasarkan kesepakatan, impor daging sapi berkurang dari 28 persen menjadi 10 persen melalui pemberdayaan dan peningkatan ternak lokal.

Data menyebut, sampai 2008, kebutuhan impor daging dan jeroan beku mencapai 70.000 ton, dan impor dalam bentuk sapi bakalan mencapai 630.000 ekor dengan total anggaran impor.

Ancaman Ketergantungan Daging Sapi Impor

(3)

Berdasarkan Resolusi OIE No. XVIII Tahun 2008, seperti dikutip dari http://peternakan.litbang.deptan.go.id, impor daging dari Brasil mengundang kritikan karena adanya indikasi penyakit menular, yakni penyakit mulut dan kuku, pada hewan ternak. Daging impor dari Brasil yang terindikasi mengandung penyakit menular itu akan

membahayakan konsumen yang mengonsumsinya. Namun, permasalahan ini dicoba

dinetralisir oleh pemerintah dengan membangun asumsi bahwa dilakukannya impor dari Brasil akan meminimalkan impor yang selama ini didominasi oleh Australia dan beberapa negara lainnya.

Pemerintah kemudian menghasilkan kesepakatan dari diskusi para pakar peternakan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor, bahwa impor daging sapi dapat dilakukan, tetapi dengan pengawalan yang ketat dan penuh kehati-hatian.

Sejumlah karyawan di lingkungan kesehatan hewan akan dikerahkan untuk tidak terlena dan terus mengamati kemungkinan tertular virus PMK, Sebenarnya permasalahan penyakit mulut dan kuku dari daging sapi impor hanyalah bagian kecil dari permasalahan pangan Indonesia.

Permasalahan laten yang harus diantisipasi adalah soal ketergantungan. Sebelum menentukan penilaian mengenai permasalahan impor daging sapi lebih lanjut, alangkah bijaknya jika terlebih dahulu menilik kondisi peternakan sapi di Indonesia.

Tingkat Konsumsi Daging

Tingkat konsumsi daging sapi memang tidak sebanyak konsumsi daging yang berasal dari unggas. Namun, produksi daging sapi dalam negeri tampaknya tidak mampu mencukupi kebutuhan konsumsi daging sapi dalam negeri.

Dari tahun ke tahun, impor daging sapi mengalami kenaikan dan sebaliknya ekspor daging sapi mengalami fluktuasi.

Dengan kata lain, besarnya nilai impor akan berkecenderungan akan menyerap banyak dana ke luar jika tidak diimbangi dengan kemampuan ekspor.

Hukum Makanan Impor

Jenis Barang Impor

(4)

kategori barang makanan, termasuk di dalamnya buah-buahan, barang impor jenis makanan dapat dikategorikan lagi ke dalam kategori yang bukan sembelihan dan kategori yang butuh disembelih (daging).

 kategori barang non makanan, seperti barang elektronik dan yang lainnya, Barang dari

kategori non makanan dan minuman sudah jelas hukumnya diperbolehkan, selama tidak digunakan dalam perkara yang salah dan menyelisihi syariat Islam.

2. Demikian juga ditinjau dari negara asalnya dapat dikategorikan dengan :

impor dari negara muslim, dan

Impor dari negara kafir.

Semua yang diimpor dari negara muslim yang tidak melanggar syariat Islam sudah jelas hukumnya halal. Namun yang perlu mendapat penjelasan adalah impor dari negara kafir atau yang penduduknya mayoritas non muslim.

Makanan Impor Berupa Sembelihan (daging)

Daging impor dari negara kafir ini dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Daging impor dari negara kafir berupa daging hewan laut, seperti ikan dan sejenisnya, maka hukumnya halal, karena hewan laut halal dimakan tanpa sembelihan syar"i sekalipun, baik yang menangkapnya muslim ataupun kafir.

2. Daging impor tersebut berupa daging yang diharamkan untuk dimakan, seperti daging babi, anjing dan sejenisnya, maka ini jelas haram hukumnya.

3. Daging impor tersebut berupa daging hewan yang halal dimakan, seperti unta, sapi, kambing, unggas dan sejenisnya, maka ini perlu perincian lagi.

Daging sapi impor yang diimpor secara legal telah dijamin kehalalannya karena dalam aturan yang ditetapkan Deptan daging yang masuk ke Indonesia harus halal dan ini dilakukan pemeriksaan awal oleh tim yang terdiri dari personal dari Deptan dan MUI, setelah itu ada lembaga sertifikasi halal yang mengawasi di negara pengekspor sana, ketika masuk ke Indonesia juga akan dimintakan sertifikat halalnya.

(5)

perlu ekstra hati-hati, harus mempertanyakan asal daging tersebut, atau akan lebih baik jika kita tidak membelinya

Belum lama LPPOM MUI melakukan survey ke pasar - pasar yang ada di sekitar Bogor dan menemukan hati impor yang kelihatannya masuk secara ilegal karena berasal dari negara yang tidak melakukan penyembelihan secara halal dan tidak termasuk negara yang mendapat izin memasukkan daging ke Indonesia, negara ini misalnya Swiss.

Hati impor ini harganya lebih murah dari hati lokal, oleh karena itu konsumen harus waspada terhadap hati impor ilegal semacam ini.

Kadang-kadang terjadi pencampuran antara daging sapi dan daging babi dan dijual sebagai daging sapi, kasus seperti ini telah berulang beberapa kali terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Lagi-lagi hargalah yang bisa dijadikan acuan karena daging campuran ini harganya biasanya miring.

Secara fisik, tidak mudah bagi awam untuk mengenali daging campuran ini. Oleh karena itu, disamping jangan membeli daging yang harganya jauh dibawah harga pasaran, juga belilah daging di tempat yang sudah terpercaya, jangan membeli daging di sembarang tempat yang kita tidak yakin akan jaminan kehalalan dagingnya.

Rekomendasi Kebijakan

Terlepas dari permasalahan penyakit mulut dan kuku yang membahayakan, dengan asumsi pemerintah telah menjamin pengawasan ketat pada impor daging sapi dari Brasil, pemerintah harus tetap mengupayakan agar daging sapi lokal menjadi prioritas yang beredar di pasar nasional karena adanya indikasi daging sapi impor akan menggeser daging sapi lokal.

Itu terutama pada pasar-pasar modern yang sering kali memilih daging impor yang diperdagangkan. Pengaturan ini penting untuk keberlangsungan peternakan nasional dan mereduksi ketergantungan selama ini.

Pemerintah diharapkan membatasi impor daging, terutama daging sapi, karena jika tidak dibatasi, daging yang beredar di pasar hanya daging beku dan tidak segar. "Daging beku dari luar terus berdatangan. Jika tidak dibatasi, daging sapi lokal atau pemotongan sendiri akan kalah bersaing. Masyarakat akan susah mendapatkan daging segar," kata Munali, staf RPH Cakung, Jakarta Timur, Minggu (24/5).

(6)

dia, keberadaan RPH akan terancam. Akibatnya, tidak akan ada lagi daging sapi segar di pasar dan karyawan RPH akan kehilangan pekerjaannya.

"Sebaiknya pemerintah memperbanyak impor sapi hidup saja. Dengan ini semuanya bisa terpantau dengan baik. Orang yang mengandalkan kerja di RPH juga akan bertahan.

"Dengan banyaknya daging beku impor harga daging di pasar tidak menentu. Harga daging sapi hasil pemotongan RPH cenderung kalah dengan daging beku impor. Saat ini harga daging hasil pemotongan adalah Rp 60.000 per kilogram (sapi lokal) dan Rp 58.000 untuk sapi impor, sedangkan harga daging beku impor bervariatif bahkan lebih murah.

Dengan banyaknya daging impor, produksi daging hasil pemotongan lokal terus menurun. Saat ini dalam sehari hanya memotong sekitar 50 ekor, padahal sebelumnya bisa mencapai 350 ekor sapi. "Selain banyaknya daging impor, menurunnya produksi daging akibat banyaknya RPH baru yang memasok daging ke Jakarta,".

DAFTAR PUSTAKA

“Impor Sapi Bakalan Menyusut”, Sektor Peternakan, diakses rabu 17 februari 2010

http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=45366

“Ancaman Ketergantungan Daging Sapi Impor.” Tulisan ini dikutip dari majalah Warta Ekonomi No 19 tahun XXI.

http://vulcan3.sip.co.id/

(7)

PENDAHULUAN

Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit atau Organisme Pengganggu dari luar negeri dan dari suatu Area ke Area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Indonesia adalah negara yang bebas beberapa penyakit hewan menular baik penyakit hewan eksotik maupun penyakit zoonosis. Dalam melaksanakan pencegahan dan penolakan hama penyakit hewan karantina maka Karantina Hewan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan ketentuan nasional dan internasional. Kebijakan Karantina Hewan adalah mempertahankan status bebas Indonesia dari beberapa penyakit hewan menular utama (major epizootic disease), Memberlakukan tindakan pengamanan maksimum (maximum security), melakukan pengawasan pemeriksaan lalu lintas hewan dan produknya dengan maksud melindungi sumber daya alam hayati fauna dari ancaman penyakit hewan berbahaya lainnya serta penyakit eksotik. Selain itu menerapkan ”minimum disease program”.

Dalam operasionalisasi kebijakan Karantina Hewan, dilakukan tindakan karantina terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina disetiap entry/exit point yang terdiri dari Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penahanan, Penolakan: Pemusnahan, dan Pembebasan yang dikenal dengan Tindakan Karantina 8 (delapan) P. Peranan dan fungsi karantina sangat penting dan strategis dalam era globalisasi dan perdagangan bebas dimana arus barang dan jasa begitu lancar seiring meningkatnya aktivitas manusia. Hal ini dapat menimbulkan mudahnya penyebaran hama penyakit hewan menular dari suatu negara ke negara lain.

(8)
(9)

ISI

Pengertian Karantina

Lalu lintas ternak merupakan bagian yang amat penting dalam proses penyebaran suatu penyakit. Oleh karena itu pengawasan lalu lintas ternak dan/atau melalui tindakan karantina yang ketat akan dapat mencegah penjalaran suatu penyakit dari tempat yang satu ke tempat yang lain (Dharma dan Putra, 1997).

Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia (Anonim, 1992).

Tindakan karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah hama dan penyakit hewan karantina masuk ke, tersebar di, dan atau keluar dari wilayah negara Republik Indonesia (Anonim, 2006).

Upaya atau tindakan pencegahan dalam arti luas berarti penolakan suatu penyakit yang belum pernah dikenal sebelumnya (penyakit eksotik) masuk ke suatu wilayah bebas. Dalam arti sempit tindakan pencegahan dapat berarti mencegah terinfeksinya suatu individu terhadap suatu penyakit yang telah ada pada wilayah tercemar (Dharma dan Putra, 1997).

Landasan Hukum Operasional Karantina

Karantina mempunyai landasan hukum operasional (Anonim, 2006) yang terdiri dari: Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 110/Kpts/Tn.530/2/2008 tentang Perubahan Lampiran I Keputusan Menteri Pertanian Nomor 206/Kpts/Tn.530/3/2003 Tentang Pengelolaan Jenis-Jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa Keputusan Menteri Pertanian Nomor 422/Kpts/Lb.720/6/1988 tentang Peraturan Karantina Hewan

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1096/Kpts/Tn.120/10/1999 tentang Pemasukan Anjing, Kucing, Kera dan Hewan Sebangsanya ke Wilayah/Daerah Bebas Rabies di Indonesia

(10)

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 367/Kpts/Tn.530/12/2002 tentang Pernyataan Negara Indonesia Tetap Bebas dari Penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE)

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 566/Kpts/Pd.640/10/2004 tentang Pernyataan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Banten dan Jawa Barat Bebas dari Penyakit Anjing Gila (Rabies)

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 445/Kpts/Tn.540/7/2002 tentang Pelarangan Pemasukan Ternak Ruminansia dan Produknya dari Negara Tertular Penyakit Bovine Spongioform Encephalopathy (BSE)

Surat Keputusan Menteri Pertanian No.45 /Kpts /ct.210 / 2/ 1986. Tanggal 6 Februari 1986. Tentang Pelaksanaan dan Fungsi Pusat Karantina Pertanian.

Tugas Pokok Karantina Hewan

Tugas Pokok Karantina adalah melaksanakan perkarantinaan tumbuhan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan hewan budidaya (Anonim, 2006)

Operasionalisasi Karantina Hewan

Dalam menyelenggarakan kegiatan operasional pengawasan dan pemeriksaan lalu lintas hewan dan produknya di lapangan, Karantina Hewan sebagai enquiry point (batas pemeriksaan) yang didukung oleh kelembagaan unit pelaksana teknis yang terdiri dari 2 Balai Besar Karantina Hewan, 8 Balai Karantina Hewan Kelas I, 4 Balai Karantina Hewan Kelas II, 5 Stasiun Karantina Hewan Kelas I dan 20 Stasiun Karantina Hewan Kelas II yang tersebar diseluruh Nusantara. Sumberdaya manusia terdiri dari medik veteriner 111 orang, 335 paramedik veteriner dan sarana pendukung berupa kantor, instalasi karantina, peralatan laboratorium dan lainnya. Pemasukan dan pengeluaran komoditi strategis hasil pertanian telah ditetapkan sebagai kebijakan umum berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Setiap

pemasukan dan pengeluaran komoditas hasil pertanian termasuk hewan, bahan asal hewan, dan hasil bahan asal hewan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(11)

Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ditempat pemasukan dan pengeluaran untuk dilakukan tindakan karantina.

Disamping ketiga persyaratan tersebut diatas, lalu-lintas komoditi hasil pertanian (hewan, bahan asal hewan, maupun hasil bahan asal hewan) dapat pula diwajibkan memenuhi persyaratan teknis lainnya yang ditetapkan pemerintah, sepanjang tidak bertentangan dengan perjanjian SPS – WTO. Sebagaimana diketahui pelaksanaan tindakan karantina didasarkan atas UU No.16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan dan sejalan dengan pelaksanaan perjanjian Sanitary and Pythosanitary Agreement (SPS – WTO) dengan tujuan untuk mencegah masuk, tersebar dan keluarnya hama penyakit berbahaya yang dapat mengancam keamanan dan kesehatan manusia, hewan, ikan, dan tumbuhan, serta kelestarian lingkungan hidup. Secara umum pelaksanaan tindakan karantina khususnya terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pemeriksaan

Dilakukan untuk mengetahui kelengkapan isi dokumen dan mendeteksi hama dan penyakit hewan karantina, status kesehatan dan sanitasi media pembawa, atau kelayakan sarana prasarana karantina, alat angkut. Pemeriksaan kesehatan atau sanitasi media pembawa dilakukan secara fisik dengan cara pemeriksaan klinis pada hewan atau pemeriksaan kemurnian atau keutuhan secara organoleptik pada bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan dan benda lain.

b. Pengasingan

Dilakukan terhadap sebagian atau seluruhnya media pembawa untuk diadakan pengamatan, pemeriksaan dan perlakukan dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan penularan hama penyakit hewan karantina.

c. Pengamatan

Mendeteksi lebih lanjut hama penyakit hewan karantina dengan cara mengamati timbulnya gejala hama penyakit hewan karantina pada media pembawa selama diasingkan dengan mempergunakan system semua masuk – semua keluar.

d. Perlakuan

Merupakan tindakan untuk membebaskan dan mensucihamakan media pembawa dari hama penyakit hewan karantina, atau tindakan lain yang bersifat preventif, kuratif dan promotif. e. Penahanan

(12)

f. Penolakan

Dilakukan penolakan apabila media pembawa tersebut berasal dari daerah/Negara terlarang karena masih terdapat/tertular atau sedang wabah penyakit hewan karantina golongan I, atau pada waktu pemeriksaan ditemukan gejala adanya penyakit hewan karantina golongan I, atau pada waktu pemeriksaan tidak dilengkapi dengan dokumen karantina (sertifikat kesehatan). g. Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan apabila media pembawa yang ditahan tersebut melewati batas waktu yang ditentukan dan pemilik/kuasanya tidak dapat memenuhi persyaratan yang diperlukan, atau terhadap media pembawa tersebut ditemukan adanya hama dan penyakit hewan karantina golongan I atau golongan II tetapi telah diobati ternyata tidak dapat disembuhkan, atau hewan yang ditolak tidak segera di berangkatkan/tidak mungkin dilakukan penolakan dan media pembawa tersebut berasal dari daerah terlarang atau daerah yang tidak bebas dari penyakit hewan karantina golongan I.

h. Pembebasan

(13)

1. Sejarah kandang karantina cilacap

Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Pertanian berdasar Permentan nomor : 22/Permentan/OT.140/4/2008. SKP Kls I Cilacap merupakan penggabungan eks Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Cilacap dengan Balai Karantina Hewan Kelas I Semarang Wilayah Kerja (Wilker) Cilacap. Untuk Karantina Tumbuhan di Pelabuhan Tanjung Intan untuk pertama kali diselenggarakan pada tahun 1971 oleh Kantor Karantina Tumbuhan Cabang Cilacap. Karantina Tumbuhan Cilacap selama kurun waktu lebih dari 35 tahun telah mengalami beberapa kali perubahan nama, termasuk status dan eseloneringnya, menjadi Eselon V dan terakhir berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 499/Kpts/OT.210/8/2002 kantor ini mempunyai Eselon IV.b dengan nama Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas II Cilacap.

Lokasi Karantina yang sangat strategis yaitu di Pelabuhan Laut Tanjung Intan yang merupakan satu-satunya pelabuhan di Pantai Selatan Pulau Jawa yang juga merupakan pintu gerbang perekonomian bagi daerah Jawa Tengah bagian Selatan, seperti Kabupaten Cilacap dan sekitarnya , Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Barat bagian Timur baik untuk perdagangan ekspor impor maupun antar pulau.

Nilai lebih yang dimiliki pelabuhan Laut Tanjung Intan Cilacap adalah pelabuhan dengan posisinya di Samudera Indonesia yang terlindung oleh Pulau Nusakambangan, sehingga kapal-kapal besar dengan draft sampai dengan -11 LWS dapat melakukan kegiatan bongkar muat serta keluar masuk kapal dari dan ke Pelabuhan Tanjung Intan dengan aman.

Keberadaan Karantina Pertanian di Pelabuhan Laut Tanjung Intan sangat vital mengingat pelabuhan ini merupakan pelabuhan antar benua dan antar negara dimana posisinya yang langsung berhadapan dengan Samudera Indonesia. Dengan demikian Karantina Pertanian Cilacap bisa dikatakan merupakan karantina perbatasan yang menangani kegiatan lalu lintas antar negara/benua. Sehingga resiko sebagai pintu masuknya OPTK maupun HPHK juga sangat besar.

(14)

Menteri Keuangan RI dan Menteri Perhubungan RI nomor 114/KPB/VI69, menjadikan semakin penting peranan Karantina Pertanian (Tumbuhan dan Hewan) karena berdasarkan Undang Undang No. 16 Tahun 1992 mempunyai fungsi melakukan pengawasan dan pencegahan masuknya OPTK dan HPHK melalui Media Pembawa yang dilalulintaskan antar negara yang merupakan ancaman dengan potensi masuknya OPTK dan HPHK menjadi semakin besar.

2. Proses karantina impor sapi

BBKP melakukan Tindakan Karantina Hewan. Tindakan Karantina dimulai dari pemeriksaan alat angkut beserta dokumen kelengkapannya, Pemeriksaan Klinik terhadap Fisik Kesehatan Sapi, Pemeriksaan Dokumen Alat Angkut Kapal laut & Sapi dari nahkoda, Kegiatan Pembongkaran dengan cara menghalau ternak dari pedok kapal melalui tangga kapal menu ketempat khusus menuju pintu kapal sdh siapkan truk pengangkut ternak, lalu dibawa ke Instalasi Karantina Hewan Sementara (IKHS) di gudang Ternak Pemilik di Desa Hessa Air Genting Dusun IV Kec. Air Batu, Kab. Asahan Sumatera Utara.

Tindakan Karantina Hewan ini dilaksanakan para Petugas BBKP terdiri dari dua orang Medik Veteriner dan tiga orang Paramedik Veteriner pada hari kelima nya diambil pengambilan sampel darah sapi tersebut secara langsung. Metode Pengujian dengan cara Uji Serologi Brucellla. Jika hasil lab menunjukkan negatif maka sapi tersebut dapat dibebaskan dengan syarat kondisi sapi baik, sehat dan tidak dijumpai gejala penyakit menular.

Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Menteri dalam hal ini Direktur Jenderal, dengan melampirkan:

 fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Surat Ijin Usaha di bidang peternakan dan

kesehatan hewan;

 fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

(15)

 fotokopi Angka Pengenal Importir (API); dan

 bukti kepemilikan instalasi tempat pemeliharaan dan bukti kepemilikan Rumah Potong

Hewan atau kontrak kerja dengan Rumah Potong Hewan yang telah memenuhi standar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk Bakalan; atau

 bukti kepemilikan tempat penyimpanan berpendingin (cold storage) dan bukti kepemilikan

alat transportasi berpendingin, untuk Produk Hewan.

 Direktur Jenderal atas nama Menteri menerbitkan penetapan sebagai IT Hewan dan Produk

Hewan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah dilakukan verifikasi lapangan oleh Tim untuk mengetahui kebenaran dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat .

 Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling lama 3 (tiga) hari kerja

sejak permohonan diterima secara lengkap.

 Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari pejabat yang ditetapkan oleh Direktur

Jenderal.

 Dalam hal hasil atas verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditemukan data yang

tidak benar, Direktur Jenderal menolak menerbitkan penetapan sebagai IT-Hewan dan Produk Hewan.

 Penetapan sebagai IT-Hewan dan Produk Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal diterbitkan dan dapat diperpanjang.

Persyaratan Karantina

Media pembawa yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia, wajib (Anomin, 2006) :

Dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan oleh dokter hewan karantina dari tempat pengeluaran dan tempat transit

Dilengkapi dengan surat keterangan asal dari tempat asalnya bagi media pembawa yang tergolong benda lain

Melalui tempat-tempat pemasukkan dan pengeluaran yang telah ditetapkan dan dilaporkan Diserahkan kepada petugas karantina ditempat pemasukkan dan pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina

Tempat pemasukan dan pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau, pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan dengan negara lain dan tempat-tempat lain yang ditetapkan sebagai tempat untuk memasukkan dan atau mengeluarkan media pembawa (Anomin, 1992).

(16)

Tindakan karantina berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap media pembawa yang membahayakan kesehatan manusia, dikoordinasikan dengan instansi yang bertanggungjawab dibidang kesehatan masyarakat veteriner dan zoonosis. Dalam pelaksanaan tindakan karantina terhadap alat angkut, penanggung jawab alat angkut wajib memberitahukan kedatangan alat angkut kepada petugas karantina di tempat pemasukan, dengan ketentuan :

Untuk alat angkut perairan, paling singkat 12 (dua belas) jam sebelum alat angkut tiba di tempat pemasukan

Untuk alat angkut udara paling singkat 2 (dua) jam sebelum alat angkut tiba di tempat pemasukan

Untuk alat angkut darat dan kereta api yang secara khusus digunakan mengangkut media pembawa, pada saat alat angkut tiba di tempat pemasukan (Anonim, 2006).

3. Manajemen pemeliharaan

a. Perkandangan.

Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

b. Pakan.

Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.

(17)

Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.

Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.

c. Pengendalian Penyakit

Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :

- Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu

kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.

- Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif

(18)

- Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di

kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.

Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

Peranan Karantina Hewan Dalam Pencegahan Dan Penolakan Penyakit

Peraturan karantina hewan

Dalam melaksanakan pencegahan dan penolakan hama penyakit hewan karantina, diimplementasikan peraturan perundang-undangan sesuai dengan ketentuan-ketentuan nasional dan internasional (Handayani dan Sumarno, 2009).

Ketentuan nasional yang erat kaitannya dengan karantina hewan

Undang-undang No. 6 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Undang-undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan

Undang-undang No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Oragnization

Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1978 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan.

Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan;

(19)

PENUTUP Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk model yang disusun adalah bentuk linier dengan mengasumsikan besarnya konstanta adalah 0, yang berarti besarnya pertumbuhan ekonomi daerah diasumsikan dipengaruhi sepenuhnya

Sekolah Pascasarjana USAHID adalah satu-satunya unversitas swasta di Indonesia yang menyelenggarakan program Doktor Ilmu Komunikasi (DIK), dengan memberikan

Jadi, dengan mengucapkan “nawim” orang Balim sekaligus (1) menyambut perang itu sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya, miliknya, dan (2) menyambut

yang dapat mengenali adanya bahaya yang berkaitan dengan type scaffold yang digunakan dan dapat memahami prosedur untuk mengontrol atau meminimalkan bahaya tersebut.... For

Hasil dari pengamatan uji organoleptis meliputi pemeriksaan terhadap warna, bau dan kemungkinan timbulnya endapan sediaan hair tonic kombinasi ekstrak daun seledri

Sedangkan pada tahun 2009 masih didominasi oleh Dana Perimbangan sebesar 97,5 % mengalami kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan dengan tahun 2008 hal ini

Harga tersebut sudah matang, atau yang biasa kami sebut denga istilah paket aqiqah kambing masak.. Anda bisa menyesuaikan dengan budget ataupun jumlah yang akan

Pengambilan Pengetahuan, dimana tahapan ini menjelaskan bagaimana memproses suatu dokumen mulai dari usulan sampai dapat tersimpan dengan rapi di Knowledge Management