• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN DI RUMAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN DI RUMAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN DI

RUMAH SAKIT UMUM MEDIKA LESTARI

Venny Margareta S

Jln. Kh Syahdan no 13 08174940484

venny.margareta90@yahoo.com

Dosen Pembimbing Herlin Tundjung Setijaningsih, SE., M.Si., AK.

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak pelayanan jasa dalam bidang kesehatan. Dalam kegiatan pelayanan kesehatan ini, rumah sakit dianggap sebagai organisasi yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat. Selain memberikan keuntungan rumah sakit juga dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat, karena hasil usaha dari rumah sakit yang sebagian besar mengandung zat-zat bahaya dan beracun. Untuk itu rumah sakit harusnya bisa melakukan kontrol lingkungan, agar rumah sakit tahu apakah limbah-limbah tersebut tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar dan apa kekurangannya. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan pada RSU Medika Lestari yang merupakan organisasi kesehatan yang melayani masyarakat. Bertujuan untuk mengetahui pengelolaan limbahnya, penempatan biaya, dan juga memberikan rekomendasi berupa sustainability report yang berguna bagi rumah sakit. Metodologi penelitian yang digunakan adalah wawancara dengan pihak terkait, observasi, penelusuran dokumen yang terkait dengan penempatan biaya lingkungannya, dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil evaluasi atas penerapan akuntansi lingkungan di RSU Medika Lestari, bisa disimpulkan bahwa RSU Medika Lestari telah melaksanakan pengendalian lingkungan atas limbah-limbah hasil usaha sudah cukup baik, namun masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya : rumah sakit belum memiliki mesin pengolah limbah padat sendiri atau incinerator, kurang jelasnya struktur organisasi dan uraian tugas serta tanggung jawabnya, dan pencatatan biaya lingkungan yang tidak secara khusus, dalam arti pencatatan biaya masih digabungkan dengan pos-pos lain yang serupa. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang didapat, maka penulis memberikan saran diantaranya : perusahaan bisa membeli atau menempatkan alat incinerator pada rumah sakit tanpa menggunakan pihak ketiga lagi, karena dengan adanya incinerator maka rumah sakit telah mengikuti peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah, pembagian tugas secara jelas, agar tiap-tiap karyawan tahu tugasnya masing-masing, yang ketiga dengan mencatat biaya-biaya lingkungan secara khusus pada laporan keuangan dan dapat memberikan sedikit keterangan atas biaya-biaya lingkungan tersebut.

(2)

PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai salah satu sarana atau bantuan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di dalam lingkungan masyarakat memiliki sebuah legitimasi untuk bisa melaksanakan kegiatannya, namun lama kelamaan karena posisi rumah sakit menjadi amat vital dalam kehidupan masyarakat maka dampak yang ditimbulkan juga akan menjadi sangat besar. Dampak yang muncul dalam setiap kegiatan operasional rumah sakit ini dipastikan akan membawa akibat kepada lingkungan di sekitar organisasi tersebut. Dalam pengorganisasian suatu sistem, seperti rumah sakit tidak akan terlepas dari keinginan melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan rumah sakit secara sistematis sehingga tidak menimbulkan dampak negatif misalnya polusi udara, limbah produksi, kesenjangan sosial, dan lain sebagainya dan dampak semacam inilah yang dinamakan Externality. Adanya tuntutan yang sudah pernah terjadi tentang masalah Corporate Social Responsibility atau yang lebih dikenal dengan CSR, maka akuntansi bukan hanya merangkum informasi data keuangan antara pihak perusahaan dengan pihak ketiga namun juga mengatasi hubungan dengan lingkungan. Akuntansi lingkungan dibuat agar para perusahaan dan organisasi tahu dan dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya terhadap sosial khususnya lingkungan. Berkembangnya perusahaan atau organisasi baik itu milik pemerintah ataupun swasta yang dalam pelaksanaan operasinya menimbulkan kerusakan ekosistem karena adanya limbah produksi perusahaan yang tentu memerlukan alokasi biaya penanganan khusus. Atas dasar semua itu Rumah Sakit Umum Medika Lestari dipilih untuk menjadi objek penelitian ini dan mencoba mengangkat masalah akuntansi lingkungan tersebut dalam penelitian yang akan mengungkapkan penerapan akuntansi lingkungan pada sebuah rumah sakit yang sangat berpotensi menghasilkan limbah produksi, yaitu limbah medis, dan bagaimana rumah sakit selaku organisasi kesehatan bisa bertanggungjawab untuk mencegah ataupun menanggulangi dampak yang buruk yang bisa menyebabkan kerusakan lingkungan dan juga merugikan masyarakat sekitar rumah sakit.

METODE PENELITIAN

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumah Sakit Umum Medika Lestari sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan kepada masyarakat, dalam melaporkan biaya lingkungannya diakui sebagai biaya administrasi dan umum.

Berdasarkan dengan keadaan lingkungan di Indonesia yang masih buruk, tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan jasa untuk mengungkapkan aktivitas lingkungan yang terkait erat dengan limbah medik dan non medik sebagai laporan tambahan melengkapi laporan keuangan yang telah diwajibkan, namun kecenderungan yang terjadi di Indonesia adalah perusahaan sangat jarang memasukkan aktivitas lingkungannya ke dalam laporan tambahan yang disajikan bersama dalam laporan keuangan perusahaan.

RSU Medika Lestari dalam mengelola lingkungannya terutama masalah penanganan limbahnya dilakukan sepenuhnya oleh Unit Sanitasi Lingkungan yang merupakan bagian dari Sarana Panunjang Medis. Unit ini memiliki instalasi pengolahan limbah (IPAL) mulai beroperasi pada bulan Maret 1999 dan menjadi bagian yang penting dalam menjaga keadaan lingkungan agar tetap sesuai dengan peruntukannya.

Pelaporan keuangan di neraca bertujuan untuk memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi (aktiva), kewajiban (utang), dan modal sendiri (modal atau donasi) dari suatu entitas atau perusahaan. Neraca dengan demikian meringkaskan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu dengan menampilkan aktiva, utang, dan modal serta hubungan antar akun tersebut.

Seiring perkembangan jaman, perusahaan dituntut untuk melakukan operasi usaha yang ramah lingkungan maka tidak menutup kemungkinan bagi RSU Medika Lestari untuk mengungkapkan modal lingkungan sebagai pelayanan yang ramah dan bersahabat dengan lingkungan. Atas dasar itulah, RSU Medika Lestari dapat menerapkan akuntansi lingkungan dengan memperluas akuntansi konvensional dengan cara mengungkapkan modal lingkungan disamping modal saham di neraca.

Laporan laba rugi merupakan laporan ringkasan dari hasil kegiatan perusahaan selama satu periode akuntansi sehingga laporan ini dipandang sebagai laporan yang paling penting dalam laporan tahunan. Laporan laba rugi RSU Medika Lestari meliputi: Pendapatan, Biaya Usaha, dan Biaya Lain lain. Pos-pos tersebut di dalam laporan laba rugi secara eksplisit tidak menunjukkan adanya elemen yang berkaitan dengan pembiayaan lingkungan.Pembiayaan yang dilakukan Unit Sanitasi Lingkungan di dalam rencana strategis perusahaan, Rencana Anggaran Unit Sanitasi dimasukkan sebagai program kerja yang diposting sebagai biaya pemeliharaan.

Laporan laba rugi yang dibuat oleh RSU Medika Lestari tidak selengkap laporan laba rugi di atas, karena RSU Medika Lestari memang tidak melaporkan dan menempatkan biaya-biaya lingkungan secara khusus. Seharusnya pihak rumah sakit juga menambahkan akun-akun baru dalam laporan laba ruginya tersebut agar bisa terbaca dengan jelas. Posisi keuangan dari Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan untuk kinerja keuangan dari SAK ETAP adalah pendapatan dan beban. Aset diakui jika manfaat ekonomi di kemudian hari besar kemungkinan akan mengalir kepada entitas dan nilainya dapat diukur secara andal.

(4)

laporan dari Rumah Sakit sudah dengan benar melaporkan keuangannya dengan standar ini karena Rumah Sakit Medika Lestari berbentuk Perseroan Terbatas dan tidak go public. Hanya saja Rumah Sakit masih kurang terperinci dalam mencantumkan akun-akun yang ada yang berhubungan dengan lingkungan.

Analisis yang akan dilakukan berikut ini akan memperbandingkan kembali tahap-tahap yang telah dilakukan oleh RSU Medika Lestari dengan prinsip yang berlaku secara umum :

1. Pengidentifikasian

Identifikasi yang dilakukan oleh RSU Medika Lestari dalam melakukan tahapan-tahapan perlakuan biaya lingkungan khususnya pengelolaan limbah diperlakukan sebagai biaya pemeliharaan. Biaya pemeliharaan artinya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam menangani pengelolaan lingkungan yang tidak diperlakukan secara khusus dalam rekening laporan keuangan. RSU Medika Lestari mengidentifikasikan semua kegiatan medis dan non medis memiliki potensi menimbulkan pengaruh lingkungan.

2. Pengakuan

RSU Medika Lestari mengakui elemen biaya tersebut sebagai biaya pada saat biaya tersebut digunakan untuk operasional pengelolaan lingkungan. Meskipun pada awal periode akuntansi, unit sanitasi telah menerima dana anggaran untuk satu tahun, namun pada dasarnya kas tersebut adalah sebagai penyisihan alokasi anggaran dan belum dapat disebut sebagai biaya sebab pembiayaan pengelolaan lingkungan tersebut dilakukan setiap bulan dan akan dijumlah total pada akhir periode akuntansi untuk dilaporkan dalam laporan keuangan.

3. Pengukuran

RSU Medika Lestari dalam mengukur nilai dan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan ini dengan acuan realisasi anggaran periode sebelumnya. RSU Medika Lestari mengasumsikan bahwa realisasi anggaran periode yang lalu merupakan pelajaran pengalaman yang valid untuk dijadikan sebagai acuan dalam menentukan nilai dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan lingkungan dalam satu periode tersebut.

4. Penyajian

RSU Medika Lestari melakukan penyajian alokasi biaya lingkungan tersebut secara bersama-sama dengan biaya unit-unit lain yang serumpun. Penyajian tersebut dilakukan bersama sebagai sub-sub biaya dalam rekening biaya pemeliharaan. Hal ini dilakukan oleh RSU Medika Lestari sebab biaya pengelolaan lingkungan tersebut dianggap sebagai bagian dari sarana penunjang medis sehingga tidak perlu melakukan penyajian secara khusus.

5. Pengungkapan

(5)

Dampak yang ditimbulkan oleh tidak adanya laporan lingkungan yang berupa pencantuman biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menunjang lingkungan agar tidak berbahaya dan merugikan semua pihak atau disebut juga biaya lingkungan adalah

shareholder yang tidak bisa melihat dengan jelas berapa biaya lingkungan yang

dikeluarkan dan apakah berpengaruh terhadap laba yang ada atau tidak.

Dampak lain yang ditimbulkan adalah sulitnya pihak rumah sakit untuk mengajukan perluasan pangsa pasar dan perluasan wilayah kepada pemerintah, karena seperti yang diketahui RSU Medika Lestari masih belum memenuhi syarat yang dikeluarkan pemerintah tentang keberadaan incinerator, karena menurut syarat PP RI No. 18 tahun 1999, semua rumah sakit yang telah berkembang seperti RSU Medika Lestari ini harus sudah memiliki alat incenerator sendiri. Oleh karena itu pemerintah masih belum boleh mengeluarkan surat ijin untuk RSU Medika Lestari dalam perluasan wilayahnya, karena takut meresahkan masyarakat sekitar dan juga merugikan pihak-pihak lain.

RSU Medika Lestari masih belum menerapkan tanggung jawab sosial dengan baik, karena dapat dilihat rumah sakit tidak memiliki visi dan misi tanggung jawab sosial yang seharusnya dimiliki setiap perusahaan ataupun organisasi. Rumah sakit ini hanya memiliki visi dan misi umum yang sudah tertera di bab III. Visi dan misi tanggung jawab sosial ini dibuat agar perusahaan bisa mengetahui strategi apa yang seharusnya digunakan untuk bisa menanggulangi dampak negatif dari kegiatan operasi usaha yang sesuai dengan peraturan pemerintah, selain untuk menanggulangi dampak negatif dari kegiatan usaha, apalagi seperti yang diketahui bahwa kegiatan rumah sakit merupakan kegiatan yang menghasilkan limbah berbahaya.

Rumah sakit juga kurang memberikan perhatian kepada masyarakat dan karyawannya, karena sampai sekarang rumah sakit hanya memberikan tenggang waktu pembayaran pada masyarakat yang kurang mampu, dan membuat pamphlet atau poster yang berisikan tentang perilaku hidup sehat, HIV/AIDS, dan Gizi yang dilakukan secara berkala, agar pasien ataupun masyarakat yang melihatnya bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi rumah sakit tidak mengadakan kegiatan-kegiatan sosial lainnya yang lebih berguna bagi masyarakat yang tidak mampu, misalnya saja seperti pengobatan gratis, imunisasi gratis, seminar tentang HIV/AIDS, dan sebagainya.

Upaya pengelolaan limbah yang dilakukan RSU Medika Lestari dalam rangka mengurangi dampak negatif dari kegiatan hasil usaha rumah sakit terhadap lingkungan dan masyarakat telah dilakukan cukup baik namun masih ada kekurangan dari pihak rumah sakit dalam melakukan pengelolaan limbah yang ada. Dalam masalah pengelolaan limbah, RSU Medika Lestari masih sedikit belum lengkap dalam pembagian dan pemusnahan limbah secara benar dan tepat.

Sejalan dengan rencana induk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam bidang kesehatan, RSU Medika Lestari berusaha untuk mengendalikan dampak lingkungan akibat kegiatan usaha yang dijalankannya. Mengingat rumah sakit bergerak di bidang kesehatan dan hampir seluruh kegiatan usahanya menggunakan bahan-bahan kimia ataupun benda-benda yang mudah terinfeksi maka rumah sakit dituntut untuk memiliki lingkungan yang bersih baik lingkungan internal maupun lingkungan

eksternalnya dan bertanggung jawab atas pengelolaan limbahnya sendiri.

(6)

biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungannya. Akan tetapi pihak rumah sakit masih menganggap biaya tersebut sebagai biaya umum, yang tidak memerlukan pencatatan secara khusus.

Tanggung jawab RSU Medika Lestari sebagai badan usaha yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan telah mencoba membuktikan tanggung jawabnya walaupun masih kurang sempurna. Pada pertengahan tahun 2009, saat pembangunan perluasan RSU Medika Lestari ini, menimbulkan keresahan bagi warga sekitar karena takut akan limbah dari rumah sakit akan membahayakan mereka dalam aktivitas sehari-hari. Maka terjadilah demo untuk menutup Rumah Sakit tersebut, tetapi setelah pihak RSU Medika Lestari berjanji dan meyakinkan para masyarakat bahwa RSU Medika Lestari telah menjalankan proses pengelolaan limbah sesuai prosedur yang berlaku di Indonesia, maka masyarakat pun pada akhirnya bisa menerima perluasan RSU Medika Lestari ini.

Program kemitraan bertujuan untuk membangun dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga program yang berjalan di rumah sakit didukung oleh warga sekitar. Program kemitraan bertujuan juga untuk meningkatkan kerja sama yang sudah terjalin dengan pihak ketiga agar hubungan kerja sama yang ada dapat dijaga dengan baik, dan membangun hubungan kerja sama yang baru dengan pihak ketiga dalam hal pemberian kesehatan, seminar gratis, dan lain sebagainya.

SIMPULAN DAN SARAN

(7)

REFERENSI

Ardianto, Elvinaro., Machfudz. Dindin., M. (2011). Efek Kedermawanan Pebisnis dan

CSR. Jakarta : PT. Elex Media Kimputindo.

Carter, William K., Milton F Usry. Alih Bahasa oleh Krisna. (2006). Akuntansi Biaya. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Ellyana, Rosita., Permana, Yollan., Agusman., Irawan, Michael Erwin., Jusup, Al Haryono., Krismasanto, Cahyo., et al. (2011). Pedoman Akuntansi Rumah Sakit

Anggota Perdhaki. Jakarta : Penerbit Nera Pustaka.

Harsanti, Ponny. (2011). Corporate Social Responbility dan Teori Legitimasi (h.9). Jurnal Akuntansi Universitas Muria Kudus. diakses tanggal 15 Maret 2012.

Horngren, Charles T. Srikant M Datar. George Foster. Alih Bahasa oleh Lestari, P. A. (2008). Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Ikatan Akuntansi Indonesia (2009). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Ikhsan, Arfan. (2008). Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.

Islahuzzaman. (2012). Istilah-istilah Akuntansi & Auditing. Jakarta : Penerbit PT. Bumi Aksara.

Kotler, Philip and Nancy Lee. 2005. Corporate Social Responsibility. New Jersey : John Wiley and Sons, Inc.

Suaryana, Agung. Implementasi Akuntansi Sosial Dan Lingkungan Di Indonesia (h.10). Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Diakses tanggal 20 June 2012.

Sukma, Devani (2011). Akuntansi Lingkungan.

http://www.keuanganlsm.com/article/apa-itu-akuntansi-lingkungan/. Diakses tanggal 05 Februari 2012.

Susadhana, Lilis. (2009). Akuntansi Lingkungan Sebagai Informasi Sosial Pada

Rumah Sakit. http://lilisusadhana.wordpress.com/2009/01/10/akuntansi-lingkungan-sebagai-informasi-sosial-pada-rumah-sakit/. Diakses tanggal 5 februari 2012.

Warren, Carl S. James M Reeve. Philip E Fess. Alih Bahasa oleh Farahmita, Aria., Amanungrahani., Taufik, Hendrawan., Wuriarti, Palupi. (2006). Pengantar Akuntansi. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Widilestariningtyas, Ony. et al. (2012). Akuntansi Biaya. Jakarta : Penerbit Graha Ilmu.

(8)

http://www.antam.com/images/stories/joget/file/annual/2011/SR_PKBL/Sustainability_R eport_Antam_2011.pdf. Diakses pada tanggal 19 Juli 2012

http://ilubis.files.wordpress.com/2008/09/laporan-keuangan.pdf. Diakses tanggal 13 Juni 2012.

http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/info_pm/pedoman_penyajian_lk/L ampiran%2003-Rumah%20Sakit.pdf. Diakses tanggal 13 Juni 2012.

http://www.menlh.go.id/. Diakses tanggal 31 Mei 2012.

RIWAYAT PENULIS

Referensi

Dokumen terkait

Mendiskripsikan angka kuman pada racikan mie ayam (saos tomat, sambal cabe, racikan ayam) yang digunakan oleh pedagang mie ayam di kota Purwodadi. Mendiskripsikan cara-cara

Dari pendapat dan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, maka dapat disusun suatu hipotesis yang menjelaskan pengaruh Intellectual Capital terhadap

Berdasarkan metode aktivasi keping, pengukuran fluks neutron ditentukan dari hasil pengukuran aktivitas keping yang telah diiradiasi selama waktu tertentu. Besarnya aktivitas keping

4 Pernyataan bahwa perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 13 Tahun 2018 tentang Badan Akreditasi Nasional.. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11/P/2018 tentang

Pada tahap karakterisasi ini, kedua sampel senyawa kompleks diukur dengan tiga perlakuan pemanasan yang berbeda untuk mengamati perubahan momen magnet yang terjadi. Kondisi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola spasial Kota Pekalongan berdasarkan parameter pendekatan spatial metric terhadap adanya dinamika perubahan

Pada bagian monitoring, masalah yang timbul adalah apabila telepon seluler tidak dapat mengirim SMS karena sinyal yang diterima dari. Base Station Transceiver