• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Kecil-September 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Usaha Kecil-September 2008"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME VI SEPTEMBER 2008

(2)

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situs-situs suratkabar, majalah, serta situs-situs berita lainnya.

Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.

(3)

D a f t a r I si

22 UKM raih entrepreneur award --- 1

Pedagang dilarang ikut pameran UKM --- 2

UMKM Belum Lepas dari Persoalan --- 3

UIN Kerja Sama dengan UKM --- 4

Batasan trading term vs kebebasan berkontrak --- 5

BRI bantah tak serius kucurkan KUR --- 7

Toko modern dilarang jual lebih murah --- 8

Kredit bermasalah UMKM Sumut Rp370 miliar --- 9

Produk tradisional tetap digandrungi --- 10

Daerah diminta perbesar dana UKM --- 11

Tak ada (lagi) waralaba yang luput dari sanksi denda --- 12

UKM Terancam Gulung Tikar --- 14

Pusat inovasi UKM didirikan --- 16

Sukuk Ritel Dipastikan Dahului ORI006 --- 18

50% Ritel modern ekspansi ke luar Jabodetabek --- 19

Dana P3KUM capai Rp426,45 miliar --- 21

UKM Pangkalpinang dapat modal --- 22

Depdag cermati mitra lokal MLM--- 23

'Toko modern pelanggar zonasi agar tak diperluas' --- 24

Semen Padang Bantu UKM --- 25

Produk UKM Abaikan Pengemasan --- 26

Galeri UKM akan diresmikan --- 27

'Perizinan hipermarket baru dekat pasar tradisional agar disetop' --- 28

400 UKM Jabar Dapat Sertifikasi Halal --- 29

Peritel tolak perbarui perizinan setiap lima tahun --- 30

Usaha kecil gelar pasar murah --- 31

UKM Sulit Mengakses Modal --- 32

Pemprov DIY Salurkan Kredit UMKM Tanpa Agunan--- 33

Listing fee pemasok menengah akan dihapus --- 34

Wajib agunan KUR dipertanyakan--- 36

Yogya salurkan kredit tanpa agunan --- 37

(4)

'Kami tidak cari konfrontasi dengan pemasok' --- 40

BNI Akui Bunga Kredit UMKM Tinggi --- 42

Pemprov Seriusi Garap UMKM --- 43

Jawa Tengah dirikan UMKM Center --- 45

Pemasok terapkan strategi high low --- 46

'Pasar modern resahkan pedagang' --- 48

Pusat Inovasi UMKM petakan pendamping --- 49

Bina UMKM Berbasis Klaster --- 50

Peritel & pemasok sepakat batasi biaya trading term --- 51

'UKM makin sulit akses kredit murah' --- 53

Extra Joss Bantu UKM Rp3 Miliar --- 54

Bantuan penguatan industri kecil terganjal birokrasi --- 55

Kalbar Perkuat tekhnologi Informasi Pelaku UKM --- 57

Banyak Kendala Hadang IKM --- 58

IKM diminta pacu adopsi teknologi multimedia --- 60

LPDB mulai salurkan dana bergulir --- 61

Jatim Penyerap KUR Terbesar --- 63

(5)

Berkhas 1 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Senin, 01 September 2008

2 2 UKM r a ih e n t r e p r e n e u r a w a r d

JAKARTA: Indonesia Small & Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA) memberi penghargaan kepada 22 pelaku usaha kecil menengah yang dinilai berhasil menggerakkan sektor riil dengan inovatif.

Penghargaan yang diberikan ISMBEA menitikberatkan pada kemampuan individu untuk berinovasi, bukan kepada kriteria aset dan omzet seperti layaknya diberlakukan ketika memberi penghargaan kepada UKM.

"Kami lebih mengedepankan inspirasi yang diusung pelaku dalam menggerakkan bisnis mereka, terutama pada sektor UKM," ujar pendiri ISMBEA Isdiyanto kepada Bisnis di sela-sela acara workshop dan penganugerahan di Hotel Sahid Jaya, pekan lalu.

Ini merupakan penghargaan ketiga kali diselenggarakan ISMBEA terhadap kesuksesan yang diraih pelaku UKM dalam menjalankan bisnis mereka. Penerima penghargaan yang ditetapkan dari berbagai kategori belum pernah menerima penghargaan.

Menurut Isiyanto, satu perusahaan yang ditetapkan menjadi penerima penghargaan dari ISMBEA adalah perusahaan baso kepala sapi. Seperti umumnya pedagang baso sapi, yang muncul dalam asumsi masyarakat adalah makanan itu sama saja dengan bakso lainnya.

"Memang benar jenis dan bentuknya sama. Namun, kami memilih usaha itu karena mampu mengangkat resep kaki lima menjadi konsep jaringan bisnis. Inovasi inilah yang dihargai karena akhir dari inspirasi sangat mahal," tukas Isdiyanto.

Satu perusahaan UKM lainnya, yakni Macsauto dari Yogyakarta juga ditetapkan menjadi penerima penghargaan. Usaha di bidang bengkel dan salon mobil tersebut kini telah berkembang dengan membuka 10 gerai di beberapa kota besar Indonesia.

Pilihan lembaga itu menetapkan Macsauto menjadi salah satu penerima dari 22 UKM karena bisnis itu biasanya identik dengan laki-laki. Tapi Macsauto justru dipimpin oleh seorang gadis berusia produktif Kornelia Laurensia, 27.

(6)

Bisnis I ndonesia Senin, 01 September 2008

Pe d a g a n g d ila r a n g ik u t p a m e r a n UKM

JAKARTA: Kementerian Negara Koperasi dan UKM tidak memberi peluang bagi pedagang menjadi peserta pameran produk usaha kecil menengah (UKM) yang diselenggarakan secara intensif di semua provinsi.

Ikhwan Asrin, Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Negara Koperasi dan UKM mengatakan langkah tersebut diambil pemerintah untuk menjaga kualitas produk para perajin nasional.

"Mengapa pameran itu harus menjaga kualitas? Tidak lain untuk menghilangkan tudingan. Selama ini ada indikasi setiap pameran produk UKM sama saja seperti pasar tradisional," ujar Ikhwan Asrin, pekan lalu.

Perajin produk UKM, kata Ikhwan, sudah berhasil mengembangkan produknya dengan mengusung kreativitas dan inovatif. Karena itu pameran sebagai ajang promosi produk pelaku UKM, harus dijaga kualitasnya.

Pegembangan produk itu juga sudah mengandalkan bahan baku lokal dan desainnya berbasis budaya lokal. Hasilnya, produk dengan bahan baku dan desain lokal tersebut telah terbukti sangat diminati masyarakat global.

Untuk membuka lebih luas peluang promosi dan pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM terus mendorong pemerintah kabupaten/kota bersama dinas koperasi setempat menyelenggarakan pameran secara berkesinambungan.

"Beberapa gubernur sudah sepakat untuk menyelenggarakan pameran secara rutin setiap tahun. Kami berharap kepala daerah lain bersedia mengikuti jejak tersebut sekaligus sebagai bukti keberpihakan mereka terhadap UKM."

Daerah yang sudah menyelenggarakan pameran a.l. Sumbar Smesco (Sumatra Barat), NTB Expo (Nusa Tenggara Barat), Co-operative Fair (Jawa Barat) serta pameran lain di Palembang (Sumatera Selatan) serta Palu (Sulawesi Tengah).

11 Provinsi

Sampai saat ini sudah 11 provinsi yang menyelenggarakan pameran bertema Smesco maupun Expo sebagai dukungan nyata atas produk UKM. Di 11 Provinsi tersebut UKM yang mengikuti pameran pada umumnya berstatus binaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Setelah daerah-daerah menyelenggarakan pameran Smesco, puncaknya akan melibatkan seluruh UKM tersebut pada Smesco Festival yang juga diselenggarakan rutin setiap tahun oleh Kementerian Koperasi dan UKM," papar Ikhwan Asrin.

Pada ajang Smesco Festival tersebut pemerintah akan mempertemukan usaha kecil dan menengah dengan pembeli asing ataupun lokal. Kementerian Koperasi dan UKM nengemban misi agar produk kerajinan UKM semakin mendunia dengan mempertegas kebijakannya bahwa pameran hanya bisa diikuti perajin atau produsen.

(7)

Berkhas 3 Volume VI September 2008

Kompas Senin, 01 September 2008

Usaha kecil

UM KM Be lu m Le p a s d a r i Pe r soa la n

Senin, 1 September 2008 | 00:38 WIB

Surabaya, Kompas - Sampai sekarang usaha mikro, kecil, dan menengah belum terlepas dari berbagai lilitan persoalan sehingga sulit berkembang.

Akibatnya, produk UMKM kerap kalah bersaing di pasar, terutama dengan China. Untuk itu, perlu adanya UKM Center.

Upaya tersebut digagas para pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang menggelar Rapat Pimpinan Nasional IV Kadin UMKM di Surabaya, Sabtu (30/8).

”Terus terang saja produk-produk UMKM sebagian besar kalah dari China karena kami belum kompetitif,” ungkap Ketua Kadin UMKM Elias L Tobing.

Sampai saat ini, UKM Center baru ada di empat provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Mengingat UKM Center akan menjadi media untuk meningkatkan peran UMKM dalam menyerap tenaga kerja, pembentukan UKM Center terus dilangsungkan.

”Kami targetkan sampai akhir tahun 2008 UKM Center sudah terdapat di 15 provinsi di Indonesia,” ujar Elias.

Sebagai gambaran, rata-rata pelaku UMKM terkendala permodalan. Jumlah kredit yang bisa diambil terbatas karena perbankan meminta jaminan sertifikat.

Menurut Elias, banyak UMKM kesulitan menekan ongkos produksi. Penyebabnya beragam, termasuk soal bahan baku yang tidak selalu bisa didapat oleh pelaku UMKM di daerah.

Sampai sekarang, sedikitnya terdapat 48,9 juta UMKM di Indonesia, 44,6 juta di antaranya merupakan usaha mikro.

UKM Center, ujar Elias, akan difokuskan melakukan pembinaan serta kemitraan bagi pelaku UKM. Pembinaannya tidak terbatas pada unit-unit usaha tertentu. ”Masing-masing UKM lokasinya berbeda, yang terpenting badan usaha akan mendapat pelatihan keterampilan,” ujar Elias.

Berdasarkan data Kantor Bank Indonesia Surabaya, kredit UKM untuk wilayah Jawa Timur selama Januari sampai Juni 2008 mencapai Rp 54,45 miliar.

(8)

Pikiran Rakyat Senin, 01 September 2008

UI N Ke r j a Sa m a d e n g a n UKM

Senin, 01 September 2008 , 11:19:00

BANDUNG, (PRLM).- Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung menggelar berbagai kegiatan sebagai realisasi dari Memorandum of Undrestanding (MoU) kerja sama antara UIN SGD dengan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Salah satu kegiatan itu adalah seminar bersama yang diadakan UIN SGD dan UKM.

”Delegasi UIN SGD Bandung yang dipimpin Pembantu Rektor IV UIN SGD, Dr. Moh. Najib, M.A baru saja tiba dari Malaysia, setelah mengikuti seminar yang diadakan UKM,” kata Rektor UIN SGD Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, M.S., dalam keterangannya bersama Dr. Moh. Najib, MA, di kampus UIN SGD Bandung, Senin (1/9).

Nanat menjelaskan, delegasi UIN SGD itu terdiri atas Prof. Dr. Dadang Kahmad, MS, Prof. Dr. Wardi Bachtiar, MS, Prof. Dr. Mudhor Efendi, MS, Prof. Dr. Afif Muhammad, MA, Dr. Ir. Terri Sriwana, Dr. Fisher Zulkarnaen, MA, dan Dr. Moh. Najib, MA. Dalam seminar tersebut, mereka menyampaikan sejumlah kertas kerja.

Adapun nara sumber dari UKM adalah Prof. Dr. Idris Zakaria, Prof. Madya Dr. Mohd. Nasran Mohamad, Prof. Madya Dr. Ibrahim Abu Bakar, Prof. Dr. Jawiyah Dakir, Dr. Mazlan Ibrahim, EN. Ahmad Yunus Moh. Noor, Ahmad Asmadi Sakat, Prof. Dr. Idris Abdullah, Dr, Wan Kamal Mujani, Dr. Saifullah Mohd. Sawi, Dr. Abdul Manan, En. Kamaludin Saleh, dan Nor Afian Yusof.

”Dalam forum seminar Internasional bertema `Serantau Islam dan Issu Global` itu, semula saya diamanahkan sebagai keynote speaker, namun karena sakit sehingga berhalangan hadir. Alhamdulillaah, makalah saya sempat disampaikan kepada peserta di sana,” tuturnya.

Menyinggung tentang late rbelakang digelarnya seminar, Nanat mengatakan, seminar tersebut merupakan lanjutan dari seminar bersama yang telah dilakukan antara UIN SGD Bandung dengan UKM di Bandung pada bulan Desember 2007. Selain makalah dari para pembicara resmi, dalam seminar ini juga disertakan sejumlah 26 kertas kerja lainnya.

”Ini merupakan salah satu wujud kerja sama yang dirintis antara UIN SGD Bandung dengan UKM yang meliputi bidang pendidikan, penelitian, manajemen perguruan tinggi, pengembangan kurikulum, pertukaran dosen, profesor dan mahasiswa, kerja sama penulisan jurnal, seminar dan kerja sama lain yang memberi manfaat bagi kedua belah pihak,” kata Nanat.

(9)

Berkhas 5 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Selasa, 02 September 2008

Ba t a sa n t r a d in g t e r m v s k e b e b a sa n b e r k on t r a k

Rencana Departemen Perdagangan untuk menetapkan batasan maksimal biaya syarat perdagangan menuai debat antara peritel modern dan pemasok. Rumitnya dua pihak berseteru menggunakan dasar yang sama, yaitu azas kebebasan berkontrak yang dimuat dalam KUH Perdata.

Empat kali rapat penyusun draf permendag tentang biaya syarat perdagangan, sebagai pedoman dari batasan tujuh jenis biaya syarat perdagangan yang diatur Perpres No. 112/ 2007 bagai diwarnai debat kusir yang tak berujung.

Terjadi perbedaan sudut pandang antara pemasok yang diwakili oleh delapan asosiasi industri dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo). Aprindo membeberkan enam pasal terkait yang menggiring kesimpulan, permendag yang mematok besaran nilai dan persentase bersifat memaksa kepada peritel modern.

Ketentuan itu bertentangan dengan syarat sahnya persetujuan sebagaimana diatur Pasal 1320 KUH Perdata, yang menjelaskan sahnya persetujuan jika didukung kesepakatan mengikatkan diri, kecakapan membuat perikatan, hal tertentu, dan sebab halal.

Sementara Pasal 1323 menegaskan tidak diperbolehkannya suatu persetujuan dibuat dengan paksaan, yang menyebabkan dibatalkannya persetujuan tersebut.

Untuk memperkuat adanya azas kebebasan berkontrak, Aprindo juga mengutip Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan semua yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya.

Persetujuan tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan yang oleh UU dinyatakan cukup. Persetujuan harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

Aprindo juga memboyong Pasal 1457 dan 1458 KUH Perdata, yang menyatakan jual beli adalah persetujuan suatu pihak mengikat diri untuk wajib menyerahkan barang dan pihak lain wajib membayar harga, yang dimufakati kedua pihak.

Selanjutnya dalam Pasal 1475 KUH Perdata menyatakan penyerahan barang oleh penjual ke arah kekuasan dan pemegangan pihak pembeli. Dengan begitu disimpulkan pembatasan syarat perdagangan juga menyimpang dari prinsip jual beli yang menganut asas timbal balik.

Versi industri

Lain Aprindo, beda pula pendapat delapan asosiasi pemasok dan industri yang diboyong oleh Gapmmi, AP3MI, APGAI, Nampa, Aprogakob, Indonesia EEIA, Perkosmi, dan Asrim.

Delapan asosiasi itu mengungkapkan asas kebebasan berkontrak di Indonesia yang tercermin pada ketentuan Pasal 1.338 KUH Perdata, tidak memberi kebebasan tanpa batas, tetapi ada rambu yang tidak boleh dilanggar.

Untuk memperkuat pendapatnya, delapan asosiasi menyoroti kalimat 'yang dibuat secara sah' dalam Pasal 1.338 Ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan semua persetujuan/perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya.

(10)

Bisnis I ndonesia Selasa, 02 September 2008

Kebebasan berkontrak menurut versi pemasok mengandung makna adanya kebebasan menutup atau tidak menutup kontrak, menentukan dengan siapa menutup kontrak, menentukan bentuk, isi, dan cara pembuatan kontrak.

Wewenang hakim

Asosiasi pemasok juga mengutip Asikin Kusuma Atmadja yang tertulis dalam Varia Peradilan hal 17 terbitan Februari 1987, yang menyatakan hakim berwenang untuk meneliti isi suatu kontrak apabila diperlukan, jika bertentangan dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

Penyalahgunaan kesempatan atau penyalahgunaan keadaan (misbruik van omstandigheden) dapat menciptakan kategori cacat dalam menentukan kehendak untuk memberi persetujuan. Hal ini dapat dijadikan alasan hakim untuk membatalkan suatu perjanjian.

Salah satu keadaan yang dapat disalahgunakan adanya kekuasaan ekonomi (economish overwicht) pada salah satu pihak, yang mengganggu keseimbangan antarkedua belah pihak.

Artinya kubu pemasok melihat adanya wewenang hakim menggunakan interpretasi sebagai sarana hukum melumpuhkan perjanjian yang tidak seimbang.

Di antaranya indikasi penyalahgunaan kekuasaan ekonomi, sehingga terdapat syarat yang diperjanjikan yang sebenarnya tidak masuk akal, memberatkan atau tidak patut

Sikap Depdag akan berlabuh ke pihak yang mana, tentu masih menjadi rahasia besar bagi pemasok dan peritel. Atau Depdag punya pandangan sendiri tentang arti asas kebebasan berkontrak dalam KUH Perdata yang berjudul asli Burgerlijk Wetboek itu? (linda.silitonga@bisnis.co.id)

(11)

Berkhas 7 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Selasa, 02 September 2008

BRI b a n t a h t a k se r iu s k u cu r k a n KUR

JAKARTA: Bank BRI menampik tudingan tidak serius menjalankan program kredit usaha rakyat (KUR) karena mewajibkan pelaku usaha mikro, kecil menengah (UMKM) menyerahkan jaminan saat hendak mengakses paket kredit itu.

Direktur UMKM Bank BRI Sulaiman Arief Arianto mengatakan jaminan yang mereka minta hanya sebagai metoda untuk mengetahui calon debitor itu serius mengakses dana atau hanya memanfaatkan KUR menjadi modus penyelewengan.

"Kalau seorang calon debitor dari UMKM serius, apa pun yang diminta perbankan pasti diberikan. Mengapa, karena niatnya memang menjadikan dana itu menjadi modal usaha," kata Sulaiman pekan lalu.

Karena itu, Bank BRI yang sudah berusia 102 tahun, belum pernah mengeksekusi jaminan debitor, apalagi dari UMKM. Kalaupun sita jaminan dilakukan terhadap UMKM, maka komoditas misalnya berupa cabai akan busuk dalam beberapa hari.

Menurut Sulaiman, pihaknya sangat serius menyalurkan KUR karena merupakan jawaban terbaik untuk memenuhi keperluan UMKM. Karena itu, besaran bunga pinjaman yang ditetapkan 24% per tahun bisa mereka atasi.

Ketika program KUR diluncurkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, memang dinyatakan tanpa agunan dan jaminan. Besaran bunganya ditetapkan antara 16% untuk pinjaman Rp5 juta hingga Rp500 juta serta 24% untuk angka Rp5 juta ke bawah.

Bagi sebagian perbankan, melayani kredit usaha mikro dan kecil menjadi beban karena operasional cost-nya menjadi sangat tinggi, sedangkan BRI bersedia melayani sektor itu dengan bunga 24% hanya untuk menutup overhead cost pelayanan.

Saat ini, Bank BRI sudah memiliki 5.095 jejaring kantor di seluruh wilayah Indonesia. Dengan jumlah kantor sebesar itu, BRI terpaksa merekrut 3.600 karyawan baru yang khusus melayani kredit usaha rakyat.

Dengan jumlah nasabah sebanyak 10 juta lebih, naik dari 5,6 juta sebelum melayani debitor KUR, beban pelayanan tidak bisa diberikan kepada karyawan lama. Dengan program KUR Bank BRI merencanakan pendirian 100 kantor cabang setiap tahun.

"Sesuai dengan UU Perbankan No.10, bank memang wajib meminta agunan. Jika tidak, perbankan tidak diperkenankan menyalurkan kredit. Sebenarnya, pengertian agunan itu untuk proyek yang dibiayai. Dalam KUR, kami hanya ingin mengetahui keseriusan calon debitor."

Kalau debitor yakin bisa mengembalikan pinjaman dari perputaran usahanya, jaminan yang kami minta bukan halangan.

(12)

Bisnis I ndonesia Selasa, 02 September 2008

Tok o m od e r n d ila r a n g j u a l le b ih m u r a h

JAKARTA:Departemen Perdagangan segera menerbitkan permendag yang melarang toko modern menjual barang lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar tradisional terdekat untuk empat komoditas.

Dalam draf permendag yang menjadi petunjuk pelaksanaan Perpres No. 112/2007 yang diterima Bisnis, disebutkan toko modern dilarang menjual harga lebih murah dari pasar tradisional, untuk produk telur ayam curah, gula pasir, minyak goreng curah, dan ayam utuh/ayam kilo.

"Itu baru sebatas usulan permendag, tapi memang merupakan filosofi Depdag untuk mengembangkan dan memberdayakan pedagang pasar tradisional, tapi juga tidak mengabaikan kemajuan peritel modern," kata Direktur Bina Pasar dan Distribusi Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Gunaryo kepada Bisnis, kemarin.

Selengkapnya, draf permendag menjelaskan toko modern tidak diperkenankan melakukan promosi penjualan dengan harga murah dibandingkan dengan harga di pasar tradisional terdekat, untuk empat bahan pokok tersebut yang diproduksi petani dan UKM dalam negeri, yang selanjutnya akan ditetapkan oleh pemerintah.

Sebelumnya pada 31 Juli 2008, Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Depdag juga mengeluarkan instruksi kepada pimpinan perusahaan ritel modern yang melarang menjual produk di bawah harga beli.

Instruksi tersebut melarang peritel modern menjual produk di bawah harga beli, kecuali produk spesifik yang mempunyai karakteristik tertentu seperti produk sisa sortiran pembeli, produk yang tidak tahan lama, atau produk yang out of date (ketinggalan mode).

Gunaryo mengatakan kebijakan dan instruksi Depdag tersebut juga terkait upaya untuk mengayomi petani dan usaha kecil dan menengah, agar mereka jangan sampai merugi akibat ulah promosi yang dilakukan toko modern untuk menggaet pembeli.

"UKM dan petani harus dilindungi, jangan sampai harga produksi mereka di bawah harga jual, akibat promosi toko modern. Kasihan mereka [petani dan UKM]," kata Gunaryo.

Persaingan tak sehat

Dalam kesempatan terpisah Ngadiran, Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menyambut rencana kebijakan Depdag, mengingat selama ini pedagang pasar tradisional merasakan persaingan tidak seimbang akibat beda harga jual dengan toko modern.

"Kami harap semua produk sembako termasuk susu diterapkan dalam aturan itu," jelas Ngadiran.

Dia menjelaskan sering terjadi perbedaan harga telur ayam curah lebih dari Rp1.000 per kg, daging malah selisihnya acapkali lebih dari Rp5.000 per kg antara toko modern dan pasar tradisional.

(13)

Berkhas 9 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Rabu, 03 September 2008

Kr e d it b e r m a sa la h UM KM Su m u t Rp 3 7 0 m ilia r

MEDAN: Kredit bermasalah usaha mikro kecil menengah (UMKM) sektor perdagangan, hotel dan restoran di Sumatra Utara mencapai Rp370,03 miliar dari total penyaluran pinjaman Rp9,43 triliun.

Kepala Bidang Ekonomi dan Moneter Kantor Bank Indonesia Medan Maurids H. Damanik mengungkapkan tingginya nonperforming loan UMKM sektor perdagangan, hotel dan restoran mengindikasikan belum optimalnya pembinaan perbankan terhadap pelaku usaha di sektor itu.

"Faktanya masih begitu banyak UMKM yang harus dibimbing agar memiliki manajemen bagus. Untuk hal ini, kami sudah mendidik konsultan keuangan mitra bank (KKMB) yang dapat dimanfaatkan para UMKM," katanya, pekan lalu.

Dia meminta perbankan di Sumut agar aktif membina pelaku usaha kecil yang menjadi debitor sehingga kredit yang diterimanya dapat dikembalikan sesuai kesepakatan.

Secara umum, pertumbuhan kredit UMKM di Sumut selama triwulan II/2008, meningkat 13,52% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan nilai kredit tersalur Rp27,70 triliun.

Dari total kredit itu, sebesar 34,06% diserap sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan subsektor penyerap terbesar dari pedagang eceran, disusul sektor industri pengolahan 9,70%, dan jasa 7,86%.

Penasihat Forum Daerah UKM Sumut Sofyan Tan meminta Bank Indonesia dapat lebih transparan melaporkan kondisi kredit macet.

Selama ini, perbankan begitu mudah menyalurkan pinjaman melalui kartu kredit untuk konsumsi tetapi dimasukkan dalam kredit UMKM.

Bank Indonesia harus jujur mengumumkan data tentang kredit macet itu terutama yang menimpa UMKM. "KKMB belum maksimal memberikan bantuan dan konsultasi kepada UMKM. Buktinya NPL UMKM masih tinggi,'' ujar Tan.

Mantan Ketua Umum Forum Nasional UKM ini menilai angka kredit bermasalah UMKM yang tinggi tidak semata disebabkan kurang profesionalnya manajemen UMKM, tetapi lebih karena faktor eksternal, seperti kenaikan harga BBM dan sembako. (k5)

(14)

Bisnis I ndonesia Rabu, 03 September 2008

W I RAUSAH A

Pr od u k t r a d ision a l t e t a p d ig a n d r u n g i

JAKARTA: Nielsen Indonesia memperkirakan produk mode yang merupakan paduan tradisional dan modern akan tetap digandrungi pada 2009, setelah marak busana batik di pasar.

Menurut Yongky Surya Susilo, Direktur Riteler dan Pengembangan Bisnis Nielsen Indonesia, nilai tradisional akan dijunjung pada tahun depan, asalkan produk yang disajikan digabungkan dengan sentuhan modern.

"Setelah batik, saya prediksi pada 2009 akan muncul produk lainnya. Hanya saja nilai tradisional itu harus dibungkus secara modern," kata Yongky seperti dikutip dari rilisnya yang diterima Bisnis, baru-baru ini.

(15)

Berkhas 11 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Kamis, 04 September 2008

D a e r a h d im in t a p e r b e sa r d a n a UKM

JAKARTA: Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali meminta para kepala dinas koperasi mendorong gubernur dan kepala daerah meningkatkan alokasi dana pemberdayaan koperasi dan usaha kecil menengah pada APBD-nya.

Besaran APBD seluruh daerah untuk pemberdayaan UMKM saat ini masih 0,51%.

Suryadharma menilai sudah saatnya daerah memperkuat pemberdayaan ekonomi masyarakatnya. Jika para gubernur dan kepala daerah melakukan hal itu, para pengusaha kecil bisa lebih produktif sebagai pendorong perekonomian nasional.

"Keberpihakan pimpinan daerah terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah bisa dilihat dari seberapa besar APBD-nya untuk pelaku usaha sektor riil," kata Suryadharma Ali beberapa hari lalu.

Melalui pola tersebut dia optimistis target untuk pengentasan rakyat dari kemiskinan dengan penciptaan lapangan kerja bisa terlaksana di setiap daerah yang pada akhirnya berdampak secara nasional.

Metodologi yang bisa dilakukan pimpinan daerah adalah mengadopsi program kredit usaha rakyat (KUR), yakni dengan pola penjaminan pemerintah dengan perbankan. Dalam KUR pemerintah menjamin 70% dan bank 30%.

Kewajiban debitor memberi agunan atau jaminan diserahkan kepada kebijakan pemerintah daerah bersama dengan bank pelaksana. Persoalan agunan sampai saat ini memang masih kontroversi meski program itu terus berjalan.

KUR saat ini disalurkan dengan bunga 16% mulai dari besaran Rp5 juta hingga Rp500 juta. Untuk kredit mikro dan kecil di bawah Rp5 juta, debitor dibebani dengan bunga 24% per tahun.

"Jika satu kepala daerah bersedia menyediakan dana Rp10 miliar untuk dijaminkan dengan gearing ratio 10 kali, maka dari 462 kabupaten akan terkumpul dana Rp4,6 triliun."

(16)

Bisnis I ndonesia Kamis, 04 September 2008

Ta k a d a ( la g i) w a r a la b a y a n g lu p u t d a r i sa n k si

d e n d a

Pemerintah melakukan lompatan besar dengan menerbitkan Permendag No. 31/ 2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba. Ini karena pewaralaba ataupun terwaralaba tidak luput dari intaian sanksi denda.

Perusahaan waralaba lokal belakangan ini booming.

Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) memperkirakan ada 700 waralaba lokal, adapun Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) menaksir sama banyak, yaitu lebih dari 500 merek waralaba.

Setelah menelusurinya, baik Wali maupun AFI sama-sama sepakat bahwa yang betul-betul memenuhi kriteria sebagai usaha waralaba tidak lebih dari 30 perusahaan.

Apa yang menyebabkan pertumbuhan waralaba belakangan meledak? Ini tampaknya tidak terlepas dari produk aturan tentang waralaba yang terbit sebelumnya, yakni PP No. 16/ 1997 tentang Waralaba, dan Permendag No. 12/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.

Menilik isinya, keduanya tidak mengotak-atik bisnis pemberi waralaba (pewaralaba), tetapi bisa dikatakan khusus membidik terwaralaba. Bagaimana dan kenapa hal itu bisa terjadi, memang pemerintah yang tahu jawabannya.

Bisa jadi, pemihakan PP No. 16/1997 dan Permendag No. 12/2006 yang sangat jelas untuk pewaralaba itu, karena pemerintah tidak mau keinginan masuknya waralaba merek asing terusik dengan aturan pembatasan dan sanksi.

Maklum saja banyak raja bisnis dunia yang sukses karena memboyong usaha dengan sistem waralaba. Anda tentu tahu McDonald's, Kentucky Fried Chicken, Starbucks, Wendy's, Pizza Hut, A&W, Marks & Spencer, Century 21, Kinokunia, dan sederet merek bergengsi lainnya.

Semua pebisnis

PP No. 16/1997 memang memberi kewajiban bagi pewaralaba untuk menyampaikan keterangan mengenai kegiatan usaha, hak atas kekayaan intelektual, bantuan, hak dan kewajiban, pengakhiran perjanjian waralaba.

Namun dalam perincian terkait ancaman sanksi, cuma dikenakan kepada terwaralaba, dengan menyebutkan penerima waralaba paling lambat 30 hari terhitung sejak berlakunya perjanjian waralaba harus didaftarkan ke Deperindag

Selanjutnya jika terwaralaba tidak memenuhi kewajiban itu, diancam untuk diberi peringatan melalui surat sebanyak tiga kali, dan jika tetap membandel diancam dicabut surat izin usaha perdagangannya (SIUP).

(17)

Berkhas 13 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Kamis, 04 September 2008

Perubahan terjadi setelah pemerintah mengeluarkan PP No. 42/2007 tentang Waralaba yang menggantikan PP No. 16/1997.

Dalam aturan ini pewaralaba wajib mendaftarkan prospektus penawaran waralaba, dan terwaralaba wajib mendaftarkan perjanjian waralaba. Jika membandel, baik pewaralaba ataupun terwaralaba akan dikenakan sanksi maksimal Rp 100 juta.

Setelah Permendag No. 31/2008 diterbitkan pada 21 Agustus 2008, semakin jelas terperinci tidak ada satu pihak pun yang berkecimpung di bisnis waralaba yang bisa luput dari sanksi denda.

Denda akan mengintai pewaralaba dari luar negeri, terwaralaba dari waralaba luar negeri, dan pewaralaba lanjutan berasal dari luar negeri.

Denda juga berlaku untuk pewaralaba dari dalam negeri, pewaralaba lanjutan dari dalam negeri, terwaralaba dari waralaba dalam negeri, terwaralaba lanjutan dari waralaba luar negeri, dan terwaralaba lanjutan dari waralaba dalam negeri.

Permendag No. 31/2008 juga melarang orang atau badan usaha untuk menggunakan istilah atau nama waralaba untuk nama dan kegiatan usaha, apabila tidak memenuhi kriteria.

Atas sikap tegas pemerintah, Wali dan AFI memprediksi kualitas pewaralaba di Indonesia bakal melesat.

Terkait dengan waralaba lokal, apakah ledakan jumlahnya akan terus berlanjut pascaaturan terbaru? Waktu yang bisa menjawabnya. (linda.silitonga@ bisnis.co.id)

(18)

Suara Pembaruan Jumat, 05 September 2008

BI Ra t e N a ik

UKM Te r a n ca m Gu lu n g Tik a r

[JAKARTA] Keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 25 bps, dari 9 persen menjadi 9,25 persen dinilai akan semakin menyulitkan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).

Sebab, tingginya suku bunga, bukan hanya akan menaikkan biaya produksi, tapi juga mengetatkan arus kredit pinjaman kepada pelaku usaha. Kondisi ini, dikhawatirkan akan mengancam keberlangsungan UKM.

"Di satu sisi, BI ketakutan terjadi pelarian modal. Namun, di sisi lain, menaikkan suku bunga acuan ini akan memberatkan pelaku usaha. Bisa-bisa pengusaha, khususnya UKM, gulung tikar," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi kepada SP di Jakarta, Kamis (4/9).

Kenaikan BI rate ini, sambungnya, hanya akan memperburuk iklim usaha, terutama sektor riil dan perbankan. Sebab, saat ini, baik sektor riil maupun perbankan sedang dihadapkan pada kenaikan biaya operasional, dan kenaikan biaya untuk meningkatkan likuiditas. Dampak lain, kenaikan suku bunga ini memacu terjadinya kredit macet pada sektor perbankan.

Menurut Sofjan, seharusnya upaya BI untuk meredam laju inflasi yang saat ini mencapai 11,85 persen (year on year Agustus 2008), tidak melulu dengan "gencatan senjata" menaikkan BI rate.

Hal senada disampaikan Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ikhsan Modjo. Dia menilai, keputusan BI menaikkan suku bunga acuannya masih tergolong konservatif. "Bahkan, saya skeptis, kenaikan BI rate ini akan efektif menekan laju inflasi," tuturnya.

Justru, dia lanjutkan, dengan kondisi ini, UKM akan semakin terjepit karena perbankan akan mengetatkan kebijakan keuangannya, sehingga arus permodalan akan mengalami hambatan.

Pengamat perbankan, Aviliani menilai keputusan BI tersebut, bakal menggerus laba bank yang tengah bersaing ekspansi kredit.

"Bank akan kesulitan, karena kenaikkan BI Rate bakal mengurangi keuntungan mereka," ujar pengamat perbankan Aviliani, ketika dihubungi SP, di Jakarta, Kamis (4/9).

Bank Indonesia, tutur dia, menaikan suku bunganya hingga 25 basis poin (bps) untuk meredam kenaikan inflasi. Keputusan BI itu juga meredam ekspansi kredit bank-bank yang melonjak cukup tajam tahun ini.

Laba Dikorbankan

(19)

Berkhas 15 Volume VI September 2008

Suara Pembaruan Jumat, 05 September 2008

Seharusnya BI tidak menaikkan suku bunganya karena penyaluran kredit belum overheating. Kredit disalurkan kepada korporasi yang bergerak di bidang infrastruktur dan perkebunan, yang sedang bagus prospeknya. Berdasarkan perhitungan bank, selama kredit yang tersalurkan berkesinambungan, dalam artian kredit lancar, BI tidak perlu merasa khawatir dengan ekspansi kredit saat ini.

Pada semester II, bank akan bertahan sebisa mungkin dengan suku bunga 9,25 persen. Tetapi, dia memprediksi, dengan tingkat inflasi yang tinggi jelang lebaran (Oktober) dan Desember, apalagi pada 2009 pelaksanaan pemilu, terdapat kemungkinan BI menaikan suku bunga kembali.

Senada hal itu. pengamat perbankan Ryan Kiryanto, kepada SP, mengatakan, kenaikan BI Rate sebagai usaha BI untuk mengerem inflasi secara keseluruhan dan itu sudah dilakukan sejak Mei 2008, pertama kali BI Rate naik dari 8 persen ke 8,25 persen, hingga kini 9,25 persen.

Tujuannya, ujar Ryan, BI ingin mengarahkan inflasi ke level 12 persen pada akhir 2008 dan sesuai dengan asumsi tingkat inflasi RAPBN 2009, yakni 6,5 persen.

Jadi, BI tidak hanya melihat perubahan tingkat inflasi tahunan, Juli 2007-Juli 2008, inflasi pada Agustus 2008, maupun inflasti tahun kalender, yakni Januari-Agustus 2008. Justru BI melihat ke depan.

Dari sudut pandang berbeda, jika inflasi Agustus hanya 0,51 persen saja bisa mendorong kenaikan BI Rate 25 bps, maka bila inflasi September melampaui 1 persen dan pasti terlampaui karena ekses lonjakan harga Elpiji , terdapat kemungkinan suku bunga bakal dinaikkan lagi pada RDG Oktober. Tidak hanya itu, kenaikan BI Rate bisa terjadi lagi pada Desember 2008, di mana inflasi meningkat.

Berdasarkan pernyataan resmi yang dilansir, keputusan BI menaikkan suku bunga dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian dan sistem keuangan Indonesia, khususnya mendukung pencapaian sasaran inflasi dalam jangka menengah.

(20)

Bisnis I ndonesia Senin, 08 September 2008

Pu sa t in ov a si UKM d id ir ik a n

JAKARTA: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mendirikan Pusat Inovasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PI UMKM) untuk mendukung peningkatan produktivitas dan daya saing tinggi melalui teknologi.

Wakil Ketua I Tim Pelaksana PI UMKM Choirul Djamhari mengatakan pendirian lembaga tersebut dianggap sangat vital karena selama ini UMKM Indonesia masih berkembang secara tradisional.

Choirul Djamhari yang juga menjabat Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM menambahkan sejumlah 20 instansi pemerintah dan badan dilibatkan dalam pendirian PI UMKM.

"Tugas inti lembaga ini meningkatkan nilai tambah dari komoditas UMKM," kata Choirul Djamhari didampingi Ketua Tim Pelaksana PI UMKM Utama H. Padmadinata, yang juga Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Agenda pendirian PI UMKM, kata Choirul, tidak bisa ditunda lagi karena produk UMKM Indonesia tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara. SK Menko Perekonomian atas pendirian PI UMKM dengan Nomor: KEP-47/M.EKON/ 07/2008.

Pendirian PI UMKM dirancang tahun lalu karena kebutuhan secara makro atas permintaan dan pasokan. Karena itu, target ke depan melalui PI UMKM, produk yang dihasilkan dengan mengandalkan daya saing produk ekspor, masuk ke pasar global.

"Pendirian ini juga tidak bisa ditunda lagi karena Kementerian Negara Koperasi dan UKM tidak bisa sendirian melakukan pembinaan terhadap kebutuhan sektor riil. Dengan mengusung riset, pengembangan UMKM akan dilakukan secara maskimal."

Padmadinata menambahkan pendirian PI UMKM didukung dengan anggaran sebesar Rp22 miliar. Jumlah itu, katanya, bisa dianggap kecil tapi bisa juga besar karena bergantung pada pemanfaatannya.

"Lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang) dengan pihak industri selama ini belum 'nyambung'. Berdirinya PI UMKM akan menjadi wadah dan menjadi koordinasi semua instansi yang terlibat dalam pembinaan UMKM," kata Padmadinata.

Saat ini memang banyak berdiri UKM Center di beberapa daerah dengan tujuan sama. Namun, PI UMKM jelas lebih terstruktur secara nasional. Adapun UKM Center di daerah tetap mendukung sebagai penggerak potensi.

Satu klaster

Salah satu konsep yang diusung PI UMKM adalah bagaimana mengelola dan menciptakan satu produk dalam satu klaster. Selanjutnya sistem itu akan dikembangkan lagi ke daerah-daerah secara bertahap.

(21)

Berkhas 17 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Senin, 08 September 2008

PI UMKM, kata Padmadinata, setidaknya bisa menghilangkan kendala bottle neck yang selama ini dihadapi para UMKM Indonesia, terutama di bidang teknologi guna mengembangkan produk maupun pemasarannya.

(22)

Kompas Senin, 08 September 2008

INVESTASI

Su k u k Rit e l D ip a st ik a n D a h u lu i ORI 0 0 6

Senin, 8 September 2008 | 03:00 WIB

Jakarta, Kompas - Penerbitan obligasi pemerintah berbasis syariah, atau sukuk ritel perdana, dipastikan mendahului obligasi negara konvensional atau ORI006. Penerbitan sukuk ritel perdana dijadwalkan akhir semester I-2009.

”Sukuk ritel kami terbitkan di semester I-2009, sedangkan ORI006 di semester II-2009. Bulan penerbitannya akan kami tentukan kemudian,” ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan (Depkeu) Rahmat Waluyanto, Sabtu (6/9) di Jakarta.

Sukuk ritel kemungkinan diterbitkan persis seperti ORI, yakni, antara lain, dilepas dengan harga per unit relatif rendah, yaitu Rp 1 juta dengan minimal pembelian lima unit atau Rp 5 juta per investor.

Menurut Rahmat, sebagai instrumen investasi baru, sukuk ritel membutuhkan waktu yang cukup untuk disosialisasikan kepada calon investor yang terdiri atas individu atau pemilik dana terbatas. Atas pertimbangan itu, sukuk ritel diterbitkan di semester I-2009 karena di semester I biasanya aktivitas di luar penerbitan obligasi relatif sedikit dibandingkan semester II.

”Dengan demikian, di tahun depan, untuk sementara hanya ada dua penerbitan obligasi ritel, yakni sukuk dan ORI,” tuturnya.

Menurut Direktur Bank Muamalat Indonesia U Saefudin Noer, agar penerbitan sukuk ritel sukses, pemerintah harus melakukan empat hal. Empat itu adalah sosialisasi, edukasi yang insentif kepada masyarakat, memastikan akad sukuk ritel negara itu sesuai syariah atau prinsip Islam, dan memastikan aset yang menjadi basis penerbitan sukuk sudah tersedia.

Selain itu, pemerintah harus mulai mengeksplorasi akad syariah lain yang lebih menguntungkan dan aman. ”Ada banyak akad yang berpotensi menambah kekayaan negara,” kata Saefudin.

Menurut Rahmat, di masa mendatang, tidak menutup kemungkinan pemerintah menerbitkan instrumen lain khusus untuk investor individu atau ritel. Salah satu yang dipertimbangkan adalah saving bond, sejenis obligasi ritel yang tidak diperdagangkan.

Hal lain yang juga sedang dipertimbangkan adalah mengurangi peran agen penjual dalam memasarkan dan mendistribusikan obligasi ritel.

Sebagai penggantinya, pemerintah menggunakan seluruh jaringan kantor wilayah di lingkungan Departemen Keuangan untuk menyosialisasikan, memasarkan, dan

mendistribusikan obligasi ritel ke calon investor dengan mengembangkan sistem pembelian obligasi ritel melalui anjungan tunai mandiri (ATM).

(23)

Berkhas 19 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Selasa, 09 September 2008

5 0 % Rit e l m od e r n e k sp a n si k e lu a r Ja b od e t a b e k

JAKARTA: Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengungkapkan separuh toko modern saat ini sudah melakukan ekspansi ke luar Jabodetabek, sehingga mendesak adanya aturan zonasi yang efektif hingga perdesaan.

Ketut Suardhana Linggih, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan dan Distribusi, mengatakan penyebaran toko modern ke luar Jabodetabek akan berpotensi mematikan pedagang kecil di wilayah lain, jika tidak ditegakkan aturan zonasinya.

"Zonasi harus jelas, jika tidak akan mematikan pedagang kecil dan pasar tradisional. Jangan sampai kondisi tersebut terjadi di daerah yang belum terjangkau atau belum ada toko modern sebelumnya," kata Ketut kepada Bisnis, kemarin

Dari kajian Kadin Indonesia, yang sekarang ini paling mendesak untuk segera ditegakkan aturan zonasinya adalah wilayah baru yang menjadi sasaran bidik toko modern, yaitu di Sumatra dan Sulawesi.

Ketut mengatakan untuk mengantisipasi jangan sampai tergilasnya usaha pedagang kecil dan pasar tradisional oleh toko modern bermodal besar, membutuhkan aturan zonasi yang efektif dan ditegakkan semua pihak .

Sementara itu, dalam Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern menyerahkan aturan zonasi kepada daerah.

Dalam perpres itu dijelaskan yang mengeluarkan izin adalah bupati, wali kota, dan gubernur untuk pemprov DKI Jakarta. Sementara itu, pedoman tata cara perizinan ditetapkan oleh menteri perdagangan.

Desakan adanya aturan yang efektif tentang zonasi, atas dasar pengalaman. Saat ini telah terjadi sejumlah pelanggaran jarak lokasi toko modern dengan pasar tradisional di DKI Jakarta yang sudah memiliki Perda Perpasaran Swasta. Padalah perda itu mengatur secara jelas berapa jarak minimal antara toko modern dari pasar tradisional.

Makin meluas

Dalam rumusan Strategi Pengembangan Pasar Modern dan Tradisional Kadin Indonesia, seperti tertulis pada www.mudradjad.com, sebanyak 50% toko modern saat ini sudah menyebar ke luar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek).

Padahal lima tahun lalu hampir seluruh toko modern masih berada di Jabodetabek.

Pembangunan toko modern dalam ka-jian itu disebutkan meluas ke pulau lain sampai ke tingkat kabupaten, kecamatan, dan sampai ke wilayah perdesaan besar di Jawa.

Hasil kajian Kadin Indonesia tersebut juga mengungkapkan toko modern saat ini semakin luas membidik calon konsumennya.

Jika awalnya hanya untuk kalangan atas (kelas A), sekarang ini juga su-dah merambah konsumen menengah B (kelas B dan C).

(24)

Bisnis I ndonesia Selasa, 09 September 2008

Pasar tradisional juga sampai sekarang masih berkutat dengan permasalahan yang biasa dihadapi, seperti tempat dagang yang kumuh dan barang dagangan yang kurang higienis. (linda.silitonga@ bisnis.co.id)

(25)

Berkhas 21 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesias Selasa, 09 September 2008

W ir a u sa h a

D a n a P3 KUM ca p a i Rp 4 2 6 ,4 5 m ilia r

JAKARTA: Penyaluran dana bergulir Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) sejak tiga tahun terakhir mencapai Rp426,45 miliar kepada 3.738 koperasi.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun pertama dana P3KUM berasal dari anggaran bantuan tunai program kompensasi pengurangan subsidi BBM 2005 senilai Rp100 miliar untuk 440 koperasi sasaran.

(26)

Bisnis I ndonesia Selasa, 09 September 2008

W ir a u sa h a

UKM Pa n g k a lp in a n g d a p a t m od a l

PANGKALPINANG: Sebanyak 120 pengusaha kecil dan menengah telah menerima bantuan modal sebesar Rp1,9 miliar dari PTTimah Tbk dan PT Telkom.

Dana itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan bantuan pada tahun lalu Rp3,9 miliar untuk 240 UKM di Pangkalpinang.

"UKM di Kota Pangkalpinang membutuhkan bantuan modal untuk mengembangkan usaha," kata Kepala Dinas Sosial, Koperasi dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota Pangkalpinang, Nafiri, pekan lalu.

(27)

Berkhas 23 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Rabu, 10 September 2008

W ir a u sa h a

D e p d a g ce r m a t i m it r a lok a l M LM

JAKARTA:Departemen Perdagangan akan mencermati mitra lokal perusahaan asing penjualan langsung untuk mengantisipasi praktik asing guna menyiasati kepemilikan modal 100% melalui partner rekayasa.

Direktur Bina Usaha Perdagangan dan Pendaftaran Perusahaan Departemen Perdagangan Zainal Arifin optimistis dibolehkannya modal asing maksimal 60% di perusahaan MLM, akan memicu transfer ilmu bisnis itu dari pemain skala besar yang masuk ke Indonesia.

"Pemodal asing harus menggandeng mitra lokal, dan tidak boleh 100%," kata Zainal, baru-baru ini.

(28)

Bisnis I ndonesia Rabu, 10 September 2008

'Tok o m od e r n p e la n g g a r z on a si a g a r t a k d ip e r lu a s'

JAKARTA: Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) akan memberikan saran kepada pemerintah untuk tidak memberikan izin perluasan lahan belanja bagi toko modern yang lokasinya melanggar ketentuan zonasi.

Menurut Ketut Suardhana Linggih, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan dan Distribusi, saran tersebut menyusul ketentuan pemerintah yang memberikan izin toko modern seumur hidup (grand father clause).

"Kami akan memberikan usulan kepada pemerintah agar jangan memberi perluasan gerai bagi toko yang lokasinya tidak sesuai aturan," kata Ketut, kemarin.

Kadin Indonesia tidak akan mempersoalkan kebijakan pemerintah yang tidak memperkenankan terusiknya izin toko modern yang beroperasi saat ini, meskipun jelas melanggar ketentuan jarak dari pasar tardisional, atau nantinya tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan detail tata ruang kabupaten/kota.

Fokus Kadin Indonesia saat ini mencari solusi untuk mempertahankan pedagang pasar tradisional maupun peritel modern, dan agar kedua peritel itu tidak saling mematikan.

"Untuk sementara waktu, kami ingin aturan ditegakkan untuk tidak memberi izin diperluasnya toko yang melanggar zonasi. Kalau sekarang tokonya seluas 100 m2 atau 500 m2, tetap luasnya sebesar itu," kata Ketut.

Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran setuju dengan usulan Kadin Indonesia untuk tidak memberi izin memperluas gerai toko yang melanggar zonasi.

Apalagi dari pengamatan APPSI sekarang ini sejumlah toko modern dengan format supermarket yang telah direno-va-si, peritel modern sekaligus melakukan perluasan areal tokonya tersebut.

"Saat ini supermarket yang cenderung semakin memperluas tokonya, sejalan dengan dilakukannya renovasi toko," kata Ngadiran.

Semakin luasnya toko modern yang berdekatan dengan pasar tradisional, jelasnya, akan kian menekan omzet pedagang kecil. Karena dengan toko yang tambah lebar, akan makin banyak produk yang bisa dijual di dalam gerai.

Di samping itu dengan makin banyaknya produk yang dijual di satu toko, peritel bisa mendapatkan harga yang lebih kompetitif dari pemasok, sehingga memberi peluang bagi mereka untuk menekan harga jual. Akibatnya pedagang kecil kian tidak bisa berkompetisi dengan toko modern, apalagi yang lokasinya berdekatan.

Seperti diketahui UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang menginstruksikan adanya penyesuaian lokasi bagi yang menempatkan usahanya di zonasi yang tidak sesuai dengan aturan.

(29)

Berkhas 25 Volume VI September 2008

Jurnal Nasional Rabu, 10 September 2008

Ekonomi - Keuangan - Bisnis Jakarta | Rabu, 10 Sep 2008

Se m e n Pa d a n g Ba n t u UKM

by : Wahyu Utomo

PT Semen Padang (SP) lewat program corporate social responsibility (CSR) telah menyalurkan bantuan kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) yang membutuhkan dana dalam mengembangkan usahanya. Bagi SP program itu kemudian terkenal dengan sebutan Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

Menurut Kepala Biro Pembinaan Lingkungan SP, Dafris Janir, bantuan diberikan kepada UKM dengan jumlah yang berbeda-beda sesuai jenis usaha, kemungkinan perkembangan usahanya. Selain itu tergantung jumlah UKM yang mengajukan proposal di tahun bersangkutan. “Kecendrungannya setiap tahun bantuan yang diberikan dalam tiga tahapan terus meningkat peminatnya. Untuk tahap terakhir tahun ini yang mendapatkan bantuan ada 65 UKM dengan total bantuan sebesar Rp3 miliar,” katanya di Padang, Selasa (9/9)

Dafris sendiri tak menampik bahwa bantuan yang diharapkan mekanismenya bergulir terkadang juga mengalami kemacetan. Menurut dia, sejak adanya program ini hanya sekitar 25 persen terjadi kemacetan. Tapi, kebanyakan yang macet itu bukan karena kegagalan SP yang tak melakukan pembinaan melainkan karena faktor lain terutama bencana alam.

SP juga memberikan reward bagi yang berhasil. Dafris menyebutkan UKM yang berhasil bisa mendapatkan bantuan tambahan tahap kedua. “Indikator keberhasilan itu yakni kelancaran pengembalian bantuan, ini menjadi syarat diberikan bantuan tahap kedua kepada UKM yang bersangkutan,” katanya menerangkan.

Hingga saat ini UKM yang dibantu SP sejak 1987 lalu sudah mencapai 2.400 UKM. “Bantuan itu diserahkan setiap tahunnya kepada UKM yang membutuhkan. Untuk memberikan dana tersebut tentunya UKM yang mengajukan disurvei terlebih dulu,” katanya.

Mengenai prosedur yang harus dilalui UKM, di antaranya mengajukan permohonan pinjaman, membuat laporan keuangan sederhana, sudah berjalan selama dua tahun, mendapatkan izin usaha dari kelurahan atau desa, ada kemungkinan untuk berkembang; dan jumlah modal yang dimiliki tidak lebih dari Rp200 juta. “UKM yang mengajukan permohonan bantuan itu kita survei dulu. Kita ketahui berapa banyak karyawan yang dipekerjakan. Setelah survei lalu dinilai layak menerima bantuan, kita berikan pembinaan. Kita lakukan pembinaan selama dua hari tentang marketing, produksi dan manajemen termasuk menulis laporan yang sederhana. Setelah itu baru bantuan diserahkan,” katanya.

Selain bantuan ke UKM, juga ada bantuan ke masyarakat di sekitar lingkungan pabrik. Bentuk bantuannya beraneka ragam sesuai kebutuhan misalnya beasiswa, pelatihan keterampilan untuk anak putus sekolah, pembangunan sarana, jalan, dan masjid-masjid.

(30)

Kompas Rabu, 10 September 2008

Pr od u k UKM Ab a ik a n Pe n g e m a sa n

Kemasan yang Baik Memiliki Nilai Tambah 10 Persen

Rabu, 10 September 2008 | 11:05 WIB

Bandung, Kompas - Sebagian besar produk koperasi dan usaha mikro, kecil, menengah di Jawa Barat belum dikemas dengan baik, rapi, dan menarik. Kondisi itu menyebabkan pemasaran produk-produk industri kecil tersebut selalu terhambat dan kurang diminati konsumen.

"Kemasan menunjukkan citra suatu produk. Jika dikemas dengan baik dan menarik, produk tersebut sudah pasti memiliki nilai tambah di mata konsumen," kata Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Provinsi Jabar Mustopa Djamaludin, Selasa (9/9) di Bandung, seusai acara Penyerahan Sertifikasi Halal, Produk Pangan, Industri Rumah Tangga, dan Hak Merek bagi Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Balai Latihan Koperasi Jabar.

Menurut Mustopa, saat ini KUKM di Jabar memproduksi 1,1 jenis produk. Namun, hanya 30 persen atau 330.000 produk telah memerhatikan pengemasan. Pengemasan 70 persen atau 231.000 produk tidak sesuai keinginan pasar.

Pengemasan yang baik antara lain keterbacaan merek dagang dan bahan baku kemasan yang rapi. "Untuk produk makanan, harus kedap udara dan bahan baku plastiknya tidak cepat rusak," kata Mustopa.

Pelaku industri makanan ringan di Kota Bandung, Hanif Riana (30), mengatakan, pengemasan produk yang sesuai standar dari Dinas KUKM membutuhkan biaya cukup mahal. Untuk mengemas produk dengan baik dibutuhkan biaya mencapai 30 persen dari total biaya produksi.

"Artinya, jika biaya produksi per bulan Rp 5 juta, untuk pengemasan saja mencapai Rp 1,5 juta. Namun, dengan kemasan yang baik, harga jual produk dapat meningkat hingga 100 persen," kata pemilik produsen tas sulam Cindei Embroideries, Grace Mambu.

Industri kemasan

Menanggapi hal itu, Mustopa mengatakan, Dinas KUKM Jabar telah mengupayakan berdirinya "rumah kemasan" di sejumlah sentra KUKM. Pada 2009, ditargetkan dapat terbangun dua rumah kemasan.

"Kami juga mendorong ada KUKM yang tertarik menggeluti industri pengemasan. Kami akan membantu kemudahan perizinan. Apalagi, prospek keuntungan di sektor ini sangat besar karena peminatnya sangat banyak," kata Mustopa.

Pada 2009, Dinas KUKM juga akan mendorong joint operation dengan swasta yang berniat masuk ke industri pengemasan. Pemerintah daerah akan menjadi fasilitator antara KUKM dan pelaku industri pengemasan. Mustopa optimistis, konsep kerja sama tersebut akan menguntungkan kedua belah pihak.

(31)

Berkhas 27 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Kamis, 11 September 2008

W ir a u sa h a

Ga le r i UKM a k a n d ir e sm ik a n

JAKARTA: Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali direncanakan meresmikan Galeri Usaha Kecil Menengah di Smesco Promotion Center (SPC) Jl.Gatot Subroto, Jakarta Selatan, pada 12 September.

Galeri UKM tersebut dipusatkan pada tiga lantai. Untuk sementara, produk yang akan masuk galeri tersebut adalah furnitur.

Secara bertahap produk yang segera menyusul dipromosikan dan dipasarkan di lokasi tersebut adalah home furnishing (perlengkapan furniture), produk mode, produk kriya (kerajinan dan souvenir) serta produk makanan berkemasan.

(32)

Bisnis I ndonesia Kamis, 11 September 2008

'Pe r iz in a n h ip e r m a r k e t b a r u d e k a t p a sa r t r a d ision a l

a g a r d ise t op '

JAKARTA: Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menuntut penghentian proses perizinan hipermarket baru yang lokasinya berdekatan atau yang menyatu dengan pasar tradisional.

APPSI juga menuntut pemerintah provinsi agar mencabut izin hipermarket yang telah diterbitkan, bila lokasinya dari pasar tradisional kurang dari 2,5 kilometer, serta menolak ketetapan izin toko modern seumur hidup (grand father clause).

"Kami akan melakukan somasi secara bertahap kepada pejabat pemberi izin, dan dilanjutkan dengan gugatan kepada pengadilan tinggi tata usaha negara [PTUN] jika tidak memberikan respons atas tuntutan kami," kata Ngadiran, Sekjen APPSI, kepada Bisnis, kemarin.

Fokus pertama APPSI menggugat format toko berukuran di atas 5.000 m2, karena dinilai semakin berani untuk menempati lokasi dekat pasar tradisional. Hipermarket ditempatkan kurang dari 1 kilometer, ada yang berhadapan, bahkan ada yang menyatu dengan pasar tradisional.

Luasnya gerai membuat peritel leluasa menjual berbagai macam produk di dalam tokonya. Dengan modal besar, peritel mampu mendapatkan produk langsung dari industri atau mendapat potongan harga dari para pemasoknya.

Akibatnya peritel mampu menjual harga produk sejenis lebih murah daripada yang dijual pedagang kecil.

Dalam tahap awal, APPSI segera melayangkan somasi kepada Gubernur DKI Jakarta. Surat tersebut akan dipublikasikan di koran dan ditembuskan kepada Presiden, DPR/ MPR, DPRD DKI Jakarta, menteri perdagangan, kepolisian, dan kepala dinas.

Dalam somasinya, APPSI memang tidak memerinci toko modern yang dimaksud, tetapi asosiasi yang menaungi pedagang pasar itu pernah mempublikasikan 17 hipermarket di DKI Jakarta yang dinilai melanggar ketentuan zonasi, karena jaraknya kurang dari 2,5 kilometer dari pasar tradisional

Sesuai dengan Keputusan Bersama Menperindag dan Mendagri No. 145/1997 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan, pemerintah daerah menetapkan lokasi dan memberikan izin pembangunan pasar dan pertokoan.

Dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 29/2004 tentang Tata Cara Permohonan Izin Penyelenggaraan Usaha Perpasaran Swasta di Provinsi DKI Jakarta, izin toko modern dengan luas efektif lantai usaha di atas 2.000 m2 diterbitkan gubernur.

Untuk perpasaran swasta dengan luas efektif lantai usaha 201 m2 - 2.000 m2 diberikan izinnya oleh wakil gubernur, dan wali kota yang memberikan izin toko modern dengan luas sampai dengan 200 m2.

(33)

Berkhas 29 Volume VI September 2008

Jurnal Nasional Kamis, 11 September 2008

Nusantara Bandung | Kamis, 11 Sep 2008

4 0 0 UKM Ja b a r D a p a t Se r t ifik a si H a la l

by : Rusdy Setiawan Putra

SEBANYAK 400 usaha kecil menengah (UKM) di kota dan kabupaten di Jawa Barat mendapat sertifikasi halal dan lulus uji kesehatan sebagai produk industri rumah tangga (PIRT).

Selain itu 400 UKM lainnya mendapat sertifikasi untuk produk usaha dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Jabar, serta 100 UKM mendapatkan hak merek produk sendiri. Sertifikasi yang diperoleh UKM tersebut sebagian besar bergerak di sektor produksi makanan, sisanya produk jasa dan barang.

Kepala Dinas KUKM Jabar Mustopa Djamaludin mengatakan, aspek legal ini merupakan satu keharusan bagi UKM untuk memperpanjang masa usaha. Dengan adanya sertifikasi ini, lalu lintas produk makin panjang dan meluas.

"Sertifikat halal, juga untuk kualitas produk akan meningkatkan daya saing setiap produk UKM di pasar terbuka. Selain itu, fasilitas tersebut diperlukan untuk memberi wawasan dan hak bagi KUKM," katanya kepada Jurnal Nasional di Gedung Sate, Bandung, Rabu (10/9).

Pasalnya menurut Mustopa, masih ada KUKM yang tidak memedulikan adanya hak merek dan sertifikasi halal. Sehingga tak sedikit produk KUKM asal Jabar yang diklaim oleh provinsi lain bahkan oleh negara lain.

Dia menyebutkan, untuk memperoleh sertifikasi hak merek saja memang memerlukan proses cukup lama, yakni 1 tahun 8 bulan. Termasuk di dalamnya ada penelitian dan pengumuman tentang merek tersebut selama 6 bulan.

"Bahkan Jika sudah diumumkan, ketika ada klaim mempermasalahkan mereknya tentu proses menjadi lebih panjang lagi. Demikian pula dengan terbitnya sertifikat halal dari MUI, perlu proses tersendiri," katanya.

Mustopa menerangkan, semua proses ini meliputi penilaian dari bahan baku, proses pengadaan, proses pemasakan, pengemasan, dan lainnya.

"Adapun sertifikat PIRT meliputi masalah pengolahan yang baik dan benar sehingga menghasilkan produk yang higienis. Selain itu, biayanya pun mahal. Untuk sertifikasi halal butuh biaya Rp1 juta untuk satu produk," katanya.

(34)

Bisnis I ndonesia Jumat, 12 September 2008

Pe r it e l t ola k p e r b a r u i p e r iz in a n se t ia p lim a t a h u n

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menolak gagasan Departemen Perdagangan untuk mewajibkan peritel modern mendaftar ulang izin usahanya setiap lima tahun, karena telah mengantongi izin toko seumur hidup.

Sekretaris Jenderal Aprindo Rudy Sumampouw mengemukakan alasan menolak wajib mendaftar ulang perizinan toko modern, berdasarkan semangat peritel untuk menjalankan usaha mereka secara lancar.

"Semangatnya usaha ini agar terus lancar tanpa [ada ketentuan yang] terlalu birokrasi," kata Rudy kepada Bisnis ketika ditanya alasan Aprindo menolak wacana pendaftaran ulang izin toko modern setiap lima tahun, kemarin.

Sumampouw menilai pemerintah telah menentukan izin toko modern seumur hidup (grand father clause) sehingga tidak perlu lagi ada kewajiban melakukan pendaftaran ulang.

Sebenarnya, menurut Sumampouw, penolakan Aprindo terhadap pendaftaran ulang izin tidak terlalu prinsip, asalkan kalangan peritel mendapat jaminan kelangsungan usahanya secara baik.

"Untuk menyangkut masalah perizinan belum masuk ke tahap final, dan kami harapkan menjadi jernih persoalannya dalam pertemuan selanjutnya [untuk membahas isi draf]," kata Rudy.

Tidak adil

Dalam kesempatan terpisah Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengungkapkan jika usulan Aprindo dikabulkan oleh pemerintah, akan makin mengecewakan pedagang pasar tradisional.

Pedagang tradisional mendapat izin berdagang di kiosnya selama 20 tahun, tetapi harus memperpanjangnya setahun sekali, sedangkan toko modern diberikan izin seumur hidup, dan sekarang diwajibkan mendaftar setiap lima tahun tidak mau.

"Kesabaran kami ada batasnya," kata Ngadiran.

Seperti diketahui sejalan dengan Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pemerintah menetapkan izin toko modern berlaku seumur hidup (grand father clause).

Departemen Perdagangan membuat petunjuk pelaksanaan perpres itu dalam bentuk permendag.

Dalam draf Permendag tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern versi Agustus 2008, izin usaha toko modern dan mal berlaku selama masih melakukan kegiatan usaha, dan wajib didaftar ulang setiap lima tahun.

(35)

Berkhas 31 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Jumat, 12 September 2008

W ir a u sa h a

Usa h a k e cil g e la r p a sa r m u r a h

JAKARTA: Kementerian Negara Koperasi dan UKM fasilitasi pelaku usaha mikro dan kecil di lima provinsi untuk melakukan promosi serta memasarkan produk mereka melalui pasar murah selama Ramadan.

Ikhwan Asrin, Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan pemerintah juga menyediakan sembako murah di setiap pasar murah yang diselenggarakan pemerintah kabupaten.

"Paket sembako murah ditujukan khusus pada konsumen atau masyarakat kurang mampu. Pasar murah setidaknya akan dilakasanakan di 24 kabupaten kota," ujar Ikhwan Asrin kepada Bisnis kemarin.

Kegiatan pasar murah rencananya dimulai 13 September di Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta. Jumlah titik terbesar pasar murah ada di Provinsi Jawa Tengah, yakni delapan titik.

(36)

Pikiran Rakyat Jumat, 12 September 2008

UKM Su lit M e n g a k se s M od a l

Jum'at, 12 September 2008 , 09:01:00

TASIKMALAYA, (PRLM).- Kelemahan usaha kecil menengah (UKM) yaitu kesulitan dalam mengakses modal, tidak memiliki rencana usaha, volume usaha terbatas, kemampuan manajamen usaha rendah, data tahan usaha rawan, pengetahuan usahanya terbatas, dan pencatatan transaks.

”Karena kelemahan itu, akhirnya mereka kesulitan dalam mencari modal kerja. Makanya, perlu ada klinik konsultasi kredit dari Kadin, yang bertugas untuk membantu UKM dalam mengatasi kelemahan tersebut. Mulai dari membikin proposal hingga manajemennya,” kata Wakil Ketua Kadin Jabar H. Agung Sutisno, Jumat (12/9).

Menurut Agung, Kadin Jabar akan membuat klinik konsultasi kredit (K-3) di 25 kota/kabupaten yang ada di Jabar. Saat ini, baru tiga daerah yang telah memiliki klinik tersebut, yaitu di Kota Depok, Kab. Garut dan Kota Tasikmalaya.

(37)

Berkhas 33 Volume VI September 2008

Jurnal Nasional Minggu, 14 September 2008

Ekonomi | Yogyakarta | Minggu, 14 Sep 2008 07:45:00 WIB

Pe m p r ov D I Y Sa lu r k a n Kr e d it UM KM Ta n p a Ag u n a n

PELAKU Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dapat segera mengajukan kredit lunak untuk permodalan usaha tanpa agunan. Karena Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp10 miliar melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD) setempat.

"Hari ini telah ditandatangani kesepakatan kesanggupan Bank BPD DIY untuk bekerjasama dengan Disperindagkop berupa kesepakatan, yang salah satunya persetujuan bahwa dari Rp10 miliar dana yang disalurkan pemerintah provinsi DIY, Bank BPD akan menyalurkan dana Rp30 miliar kepada masyarakat secara luas," kata anggota Komisi II DPRD DIY, Arif Boediyono, Sabtu (13/9).

Menurut dia, dengan kesepakatan ini maka mulai bulan depan (Oktober) terbuka lebar peluang bagi masyarakat untuk menjalankan usahanya yang selama ini terkendala permodalan.

"Pinjaman lunak yang ditawarkan memang tetap menyertakan syarat tertentu, tetapi ada yang tanpa agunan. Namun, untuk hal tertentu memang ada yang harus menggunakan agunan, tetapi hanya senilai 30 persen," katanya.

Ia mengatakan karena kredit ini fungsinya untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat, maka penggunaannya akan dipantau BPD.

"Bagi masyarakat yang ingin mengajukan pinjaman disarankan untuk meminta rekomendasi secara langsung ke Disperindakop setempat, karena proposal yang diajukan belum tentu mendapatkan persetujuan, dan BPD akan melakukan verifikasi bagi pemohon terkait prospek usaha yang dilakukannya," katanya.

Kata dia, pinjaman modal pelaku usaha yang bergerak di bidang perdagangan, industri dan kerajinan, memang terbuka untuk umum, tetapi pinjaman yang diajukan oleh kelompok, lebih diperhatikan dari pada pengajuan perorangan.

"Pinjaman ini walaupun statusnya dari pemerintah provinsi, tetapi bisa juga diakses lewat BPD kabupaten dengan syarat yang sama. Tidak dibatasi sampai kapan, yang jelas asalkan sudah tersalurkan 75 persen, untuk sementara pihak BDP akan menghentikan penyaluran pinjamannya," ujarnya.

Ia mengatakan sampai saat ini baru 62 kelompok yang mengajukan pinjaman, yang salah satunya adalah Perkumpulan Pedagang Pemasok `Carefour`.

(38)

Bisnis I ndonesia Senin, 15 September 2008

List in g fe e p e m a sok m e n e n g a h a k a n d ih a p u s

JAKARTA: Departemen Perdagangan juga akan menghapus pungutan biaya administrasi pendaftaran barang (listing fee) bagi pemasok skala menengah di toko modern dan pusat belanja, seperti halnya ketentuan untuk usaha mikro dan kecil.

Dari draf Permendag tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern versi Agustus 2008 yang diterima Bisnis menjelaskan pemasok UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) dibebaskan dari biaya administrasi pendaftaran barang atau listing fee.

Padahal, Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern menetapkan yang bebas dari listing fee hanya pemasok usaha kecil.

Berdasarkan ketetapan UU No. 20/2008 tentang UMKM yang termasuk dalam usaha kelas menengah adalah bisnis dengan kekayaan lebih dari Rp500 juta hingga Rp10 miliar, sedangkan penjualan per tahunnya lebih dari Rp2,5 miliar hingga Rp50 miliar.

Adapun, menurut UU No. 9/1995 yang masuk dalam kategori usaha kecil adalah yang memiliki kekayaan hingga Rp200 juta dan omzet per tahun Rp1 miliar. Inpres No. 10/1999 menjelaskan yang masuk dalam usaha menengah adalah yang memiliki kekayaan lebih dari Rp200 juta hingga Rp10 miliar.

Aprindo menolak

Ketika dikonfirmasi, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Rudy Sumampouw membenarkan Depdag melalui permendag yang menjadi pedoman Perpres No. 112/2007, salah satu isinya menetapkan UMKM bebas dari listing fee.

"Aprindo menolak usaha menengah juga dibebaskan listing fee, karena mereka kami anggap mampu. Kalau usaha kecil oke, usaha mikro juga oke, tapi tidak usaha menengah," kata Rudy kepada Bisnis, pekan lalu.

Dalam penetapan akhir permendag, Aprindo akan gigih berupaya untuk memberikan masukan kepada Depdag agar usaha menengah tidak dikecualikan dalam penetapan biaya pendaftaran administrasi pendaftaran barang.

"Karena, meskipun dalam Perpres No. 112/2007 ditetapkan hanya usaha kecil yang dibebaskan dari listing fee, dalam pelaksanaannya akan tetap lebih berpedoman pada permendag," kata Rudy.

Di samping menilai usaha menengah mampu, tambahnya, seyogianya yang melakukan mitra dengan usaha mikro dan kecil tidak hanya pengusaha besar tetapi juga skala menengah.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Nampa (National Meat Processor Association) Haniwar Syarif mengatakan pemasok setuju dengan sikap Aprindo, jika memang ada pembatasan listing fee.

(39)

Berkhas 35 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Senin, 15 September 2008

Handito Hadi Joewono, Ketua Pokja Pemasaran Kadin Indonesia, sebelumnya mengatakan sikap peritel modern dalam mengenakan biaya administrasi pendaftaran barang dan promosi produk baru umumnya menyebabkan terkendalanya sejumlah produk baru dalam negeri untuk bisa memasarkan barangnya di ritel modern.

Dari dokumen kontrak syarat perdagangan yang diperoleh Bisnis, hipermarket Carrefour mengenakan listing fee produk baru sebesar Rp 500.000 per jenis barang untuk 70 toko (Carrefour dan supermarket Alfa yang berganti nama menjadi Carrefour serta Carrefour Express), tetapi ada tambahan biaya promotion support rate untuk produk baru senilai Rp 6 juta per jenis barang per gerai.

Adapun, supermarket Foodmart dan hipermarket Hypermart mengenakan listing fee untuk satu produk baru sebesar Rp 16,5 juta, dan ditambah promosi pendukung sebesar Rp100 juta untuk satu jenis barang yang akan dipajang di 68 gerai.

Dari informasi yang diterima Bisnis menunjukkan jaringan ritel modern yang memiliki jumlah toko kurang dari 10 juga berani menetapkan biaya promosi yang cukup tinggi.

Supermarket lokal dan nasional tersebut antara lain Ada Swalayan, Hari-Hari, Naga, dan Asia SM. (linda.silitonga@bisnis.co.id)

(40)

Bisnis I ndonesia Senin, 15 September 2008

W I RAU SAH A

W a j ib a g u n a n KUR d ip e r t a n y a k a n

MATARAM: Menteri Perdagangan Mari Elka Pengestu berjanji akan mempertanyakan keharusan agunan bagi penerima kredit usaha rakyat (KUR) sehingga berdampak pada tingkat penyerapan kredit tersebut.

"Saya akan pertanyakan hal itu kepada pihak-pihak terkait di Jakarta. Seharusnya KUR tidak diberlakukan agunan kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi kalau nilai kredit tidak lebih dari lima juta rupiah," katanya pekan lalu.

Dia mengemukakan hal itu ketika menanggapi laporan Ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima, Asongan dan Pedagang Keliling Indonesia (APKLI) NTB M. Irwan Prasetya dalam pertemuan dialog di Kantor Gubernur NTB.

(41)

Berkhas 37 Volume VI September 2008

Bisnis I ndonesia Senin, 15 September 2008

W I RAU SAH A

Yog y a sa lu r k a n k r e d it t a n p a a g u n a n

YOGYAKARTA: Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dapat segera mengajukan kredit lunak untuk permodalan usaha tanpa agunan, karena Pemprov DI Yogyakarta telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp10 miliar melalui bank pembangunan daerah (BPD) setempat.

"BPD DIY bekerja sama dengan Disperindagkop tercapai kesepakatan, yang salah satunya persetujuan bahwa dari Rp10 miliar dana yang disalurkan Pemerintah Provinsi DIY, Bank BPD akan menyalurkan dana Rp30 miliar kepada masyarakat secara luas," kata anggota Komisi II DPRD DIY, Arif Boediyono, pekan lalu.

Menurut dia, dengan kesepakatan ini maka mulai Oktober terbuka bagi masyarakat untuk mendapatkan modal.

(42)

Bisnis I ndonesia Selasa, 16 September 2008

D e p d a g b u a t a t u r a n b ia y a p e n ca t a t a n b a r a n g r it e l

JAKARTA:Departemen Perdagangan akan mengeluarkan peraturan untuk menegaskan listing fee semata-mata biaya pencatatan barang, dan bukan menjadi dasar diterima atau tidaknya produk baru di gerai modern.

Direktur Bina Operasi Pasar dan Distribusi Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Gunaryo juga menegaskan listing fee bukan seperti pembayaran sewa lahan di rak toko modern.

"Listing fee itu artinya biaya transfer data ke gerai, jadi bukan menjadi dasar diterima atau tidak barang di gerai. Seperti orang tua yang bersedia membayar sejumlah uang gedung, tapi belum tentu diterima di satu sekolah," kata Gunaryo kepada Bisnis, kemarin.

Dalam kesempatan terpisah Direktur Eksekutif Nampa (National Meat Processor Association) Haniwar Syarif menilai peritel modern selama ini melakukan tender untuk menentukan pemasok yang boleh menjual barang di gerainya.

"Peritel modern melakukan tender tertutup untuk ketetapan besaran listing fee. Buktinya anggota Nampa membayar listing fee dengan berbagai variasi mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 7,5 juta per jenis produk per toko," kata Haniwar.

Nampa juga menentang setiap peritel modern yang memaksa pemasok membayar mahal listing fee, dengan alasan tempat rak menjual barang di dalam toko terbatas luasnya.

Hal itu karena bertentangan dengan Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. "Listing fee adalah biaya administrasi pendaftaran barang bukan biaya untuk mendapatkan tempat menjual di toko, kalau pertimbangan besarannya karena tempat pajang terbatas di toko berarti peritel melanggar perpres."

Nampa setuju jika dalam pedoman Perpres No. 112/2007 yang tengah dibuat Depdag dalam bentuk permendag, akan memasukkan penjelasan ketentuan listing fee bukan sebagai dasar untuk diterima atau tidaknya produk baru di gerai modern.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Rudy Sumampouw ket

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya penelitian Andriani (2011), dari FK-UNHAS di Makasar menemukan kelainan laring yang paling banyak adalah eritema/hiperemis laring 100%, sedangkan Spyridoulias (2015),

Tuladhanipun saking tembung man wonten ing basa Inggris gadhah teges „tiyang‟ dene tembung man ing basa Korea gadhah teges „tiyang‟. Ananging, antawisipun

Tujuan utama dari pembinaan perpustakaan desa di Desa Dangiang dan Desa Dawungsari Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut ini antara lain peserta dapat mengetahui dan memiliki

Selanjutnya Husain al-Dhahabi menunjuk contoh bagi tafsir nazari (falsafi) dengan tafsir Ibnu ‘Arabi (560-638 H.) yang berjudul at- Tafsīr al - Kabīr yang terdiri

Dengan melihat luasnya permasalahan yang mencakup dalam penelitian ini, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada sifat fisik tanah (tekstur, struktur

Pada gambar 6 menjelaskan bagaimana user dalam mendapatkan layanan BaDola. User memilih layanan BaDola lalu sistem menampilkan tampilan tempat BaDola dan tempat

Diungkapkan pula oleh Winston (2004) bahwa nilai fungsi objektif optimal untuk suatu kandidat solusi merupakan batas bawah nilai fungsi objektif optimal untuk masalah program

Administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang sangat menunjang atas tercapainya suatu tujuan dari pendidikan, untuk meningkatkan daya kerja