STUDY TENTANG UPAYA KONSELING ISLAMI OLEH SEORANG TOKOH AGAMA DALAM MENANGANI ANAK KORBAN KEKERASAN
SEKSUAL DI DUSUN NGEBRET DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:
RISKA ATIKA SARI NIM. B03213023
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Riska Atika Sari (B03213023), Study tentang upaya konseling islami oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasan seksual di dusun Ngebret desa Morowudi kecamatan Cerme kabupaten Gresik.
Penelitian ini dilakukan karena keingintahuan peneliti mengenai study tentang upaya konseling islami oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasan seksual di dusun Ngebret desa Morowudi kecamatan Cerme kabupaten Gresik. Keingintahuan ini kemudian dikemas dengan fokus masalah ”bagaimana upaya konseling Islam oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasaan seksual dan hasil pelaksanaan konseling Islam oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasaan seksual?”. Permasalahan ini tentu membutuhkan jawaban agar lebih jelas dan mudah dipahami.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dengan kata-kata yang objektif dan mendalam tentang upaya seorang tokoh agama dalam memberikan konseling islami kepada anak korban kekerasan seksual yang nantinya data hasil penelitian tersebut dapat disajikan secara deskriptif. Sedangkan dalam mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara mendalam. Setelah data terkumpul, analisa dilakukan untuk mengetahui proses serta hasil dengan membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah melakukan konseling.
Dalam penelitian ini tokoh agama menggunakan metode directive counseling, karena dalam proses konseling ini tokoh agama lah yang banyak berperan.Dalam penelitian ini tokoh agama tersebut memberikan ceramah dan pembinaan serta motivasi kepada anak korban kekerasan seksual. Hasil akhir dari pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam yang dilakukan oleh tokoh agama dikategorikan berhasil, karena anak korban kekerasan seksual mengalami banyak perubahan ke arah yang lebih baik yakni dari 37 dampak negatif kekerasan seksual yang ditangani oleh kyai Bashir, terdapat 26 dampak negatif yang berhasil disembuhkan.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
PENGESAHAN... iii
MOTTO... iv
PERSEMBAHAN... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI... vi
ABSTRAK... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xii
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Definisi Konsep... 6
F. Metode Penelitian... 13
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 13
2. Subjek Penelitian... 14
3. Tahap-Tahap Penelitian... 14
4. Jenis dan Sumber Data... 15
5. Tehnik Pengumpulan Data... 18
6. Tehnik Analisis Data...19
7. Tehnik Keabsahan Data... 22
G. Sistematika Pembahasan... 23
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA... 26
A. Tokoh Agama... 26
1. Pengertian Pengertian Tokoh Agama... 26
2. Ciri-Ciri Tokoh Agama... 33
3. Peran Tokoh Agama... 34
4. Tugas Tokoh Agama... 37
B. Bimbingan dan Konseling Islam... 39
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam... 39
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam... 43
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam... 48
4. Peran Konselor... 51
5. Metode Bimbingan dan Konseling Islam...56
6. Tahap-Tahap Bimbingan dan Konseling Islam... 60
C. Kekerasan Seksual... 61
1. Pengertian Kekerasan Seksual... 61
2. Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual... 63
3. Faktor-Faktor Timbulnya Kekerasan Seksual... 64
4. Dampak Kekerasan Seksual... 67
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 81
BAB III: PENYAJIAN DATA... 88
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian... 88
1. Deskripsi Lokasi... 88
a. Letak Geografis... 88
b. Jumlah Penduduk... 90
c. Tata Pemerintahan... 90
d. Keadaan Sosial Masyarakat... 99
1) Potensi Sumber Daya Alam...99
2) Perekonomian atau home industry... 100
3) Kebudayaan... 101
B. Identitas Tokoh Agama dan identitas anak korban kekerasan seksual serta identitas orang tua korban kekerasan seksual... 101
C. Upaya Konseling Islami oleh Seorang Tokoh Agama dalam Menangani Anak Korban Kekerasan Seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik... 103
1. Tahap-Tahap Konseling... 103
D. Hasil Pelaksanaan Konseling Islami oleh Seorang Tokoh Agama dalam Menangani Anak Korban Kekerasan Seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik... 132
BAB IV: ANALISIS TENTANG UPAYA DAN HASIL PELAKSANAAN KONSELING ISLAM OLEH SEORANG TOKOH AGAMA DALAM MENANGANI ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI DUSUN NGEBRET DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK... 140
A. Analisis Upaya Konseling Islam oleh Seorang Tokoh Agama dalam Menangani Anak Korban Kekerasaan Seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik... 140
B. Analisa Hasil Pelaksanaan Konseling Islam oleh Seorang Tokoh Agama dalam Menangani Anak Korban Kekerasan Seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik... 153
BAB V: PENUTUP... 159
A. Kesimpulan... 159
B. Saran... 160 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling Islam sebagai suatu proses pemberian bantuan
terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk
Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.1
Menurut Yahya Jaya, bimbingan dan konseling Islam adalah pelayanan
bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada manusia yang
mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin mengembangakan
dimensi dan potensi keberagamaannya spiritual mungkin, baik secara
individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa
dalam beragama, dalam bidang bimbingan akidah, ibadah, akhlak, dan
muamalah, melalui berbagai jenis layanandan kegiatan pendukung
berdasarkan keimanan dan ketaqwaanyang terdapat dalam al-quran dan
hadits.2
Selain pengertian-pengertian di atas, Ainur Rohim Faqih juga berpendapat
bahwa bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di
akhirat.3 Dalam memberikan Bimbingan Konseling Islam harus mempunyai
kemampuan atau wawasan mengenai teori dalam konseling islami tersebut,
1
Thoha Musnamar, Dasar-Dasar Bonseptual Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta :UII Press, 1997), hal. 55
2
Yahya Jaya, Bimbingan dan Konseling Agama Islam (Padang : Angkasa Raya, 2004) hal. 108
3
2
selain itu bisa memberikan tauladan yang baik meskipun memiliki berbagai
keterbatasan dan kelemahan.
Seseorang yang bertugas memberikan Bimbingan Konseling Islam di
sebut Konselor islam. Konselor islam, dalam tugasnya membantu klien
menyelesaikan masalah kehidupan, dengan memperhatikan nilai-nilai dan
moralitas islami. Membantu mengatasi masalah kehidupan yang dialami oleh
klien atau konseli, maka sudah sewajarnya konselor harus menjadi tauladan
yang baik, agar klien merasa termotivasi dalam menyelesaikan masalah
kehidupannya.4
Konselor islami adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
melakukan konsultasi berdasarkan standart profesi. Konselor pada dasarnya
tidak dapat melepaskan diri dari kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
Konselor selalu terikat dengan keadaan dirinya. Dengan kata lain, faktor
kepribadian konselor menentukan corak pelayanan konseling yang
dilakukannya.
Kepribadian konselor dapat menentukan bentuk hubungan antara konselor
dan konseli, bentuk kualitas penanganan maslah, dan pemilihan alternatif
pemecahan masalah. Klien secara psikologis datang kepada konselor karena
beberapa alasan diantaranya, keyakinan bahwa diri konselor lebih arif, lebih
bijaksana, lebih mengetahui permasalahan, dan dapat juga dijadikan rujukan
bagi penyelesaian masalah. Dalam memberikan bimbingan konseling islam
4
3
tidak hanya diverikan kepada anak remaja atau orang dewasa, anak-anak pun
bisa diberikan bimbingan konseling islam.
Salah satu yang termasuk konselor islam adalah tokoh agama atau kyai.
Tokoh agama juga tidak jauh beda dengan konselor islami yang juga harus
memiliki suri teladan, Tokoh agama menjadi rujukan bagi klien dalam
menjalani kehidupan. Oleh karena itu, sebagai suri tauladan, maka sudah
tentu konselor islami atau tokoh agama adalah seorang yang menjadi rujukan
dalam perilaku kehidupan sehari-harinya. Kehidupan konselor menjadi
barometer bagi konseli.
Lebih-lebih pada zaman modern ini manusia lebih cenderung memenuhi
kebutuhannya secara bebas, yang pada akhirnya dapat terjadi kejahatan yang
melanda seperti terjadinya kekerasan seksual pada anak.
Menurut Rohan, kekerasan berkaitan dengan aturan normatif yang dianut
dan dimiliki si penilai pada suatu saat. Kemudian ahli studi sosiologi di
Amerika Serikat menghasilkan perumusan bahwa kekerasan seksual adalah
jenis perilaku atau tingkah laku yang menyimpang dari norma sosial.5
Sedangkan menurut Imam As’ari dalam bukunya “Patologi Sosial” bahwa
seks patologi sesungguhnya adalah perbuatan maladjustment (yang
dimaksudkan individu sebagai anggota masyarakat yang tidak bertingkah
laku sesuai dengan nilai sosial (social Value) yang terdapat dalam
masyarakat.6 Karena seseorang yang menjadi korban kekerasan seksual akan
5
rohar Collier, Pelecehan Seksual (Yogya: PT Tiara Wacana,1998), hal. 35.
6
4
mengalami trauma, apalagi korban kekerasan seksual tersebut adalah
anak-anak usia 7 tahun.
Seperti yang dilakukan oleh YL dan IL salah satu warga di Dusun Ngebret
Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik yang merupakan orang
tua SF, seorang gadis belia berusia 8 tahun yang menjadi korban kekerasan
seksual. Pelakunya tak lain adalah tetangganya sendiri, yaitu seorang kakek
berusia 63 tahun. Sejak mengetahui SF tidak lagi memiliki gairah dalam
menjalani kehidupan, kedua orangtuanya cemas dan memutuskan untuk
membawa dan meminta bantuan tokoh agama setempat untuk diberikan
bimbingan dan nasehat yang bersifat islami agar SF kembali menjadi seorang
anak yang ceria. orang tua SF beranggapan bahwa dengan dibawa ke tokoh
agama, selain SF, dirinya juga dapat merasakan kesejukan hati sehingga dapat
lebih sabar dan kuat dalam menghadapi masalah yang menimpa anaknya.
Dengan memperhatikan pembahasan tersebut diatas, penulis tertarik untuk
mengetahui upaya tokoh agama dalam memberikan konseling kepada anak
tersebut. oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Study
tentang upaya konseling islami oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasan seksual di dusun Ngebret desa Morowudi kecamatan Cerme kabupaten Gresik”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya konseling Islam oleh seorang tokoh agama dalam
menangani anak korban kekerasaan seksual di Dusun Ngebret Desa
5
2. Bagaimana hasil pelaksanaan konseling Islam oleh seorang tokoh agama
dalam menangani anak korban kekerasaan seksual di Dusun Ngebret
Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya konseling Islam oleh seorang tokoh agama
dalam menangani anak korban kekerasaan seksual di Dusun Ngebret
Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
2. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan konseling Islam oleh seorang tokoh
agama dalam menangani anak korban kekerasaan seksual di Dusun
Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini untuk
memperkaya referensi bagi penelitian lain yang akan melakukan penelitian
mengenai upaya tokoh agama dalam memberikan motivasi kepada anak
korban kekerasan seksual melalui konseling islami.
2. Secara praktis, manfaat penelitian ini adalah Penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya kepada para tokoh agama yang
akan melakukan konseling islami kepada anak-anak dan kepada orang tua
6
E. Definisi Konsep
1. Tokoh Agama
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tokoh diartikan sebagai
orang yang terkemuka/terkenal, panutan.7 Tokoh adalah orang yang
berhasil dibidangnya yang ditunjukkan dengan karya-karya monumental
dan mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya.
Untuk menentukan kualifikasi sang tokoh, kita dapat melihat karya
dan aktivitasnya, misalnya tokoh berskala regional dapat dilihat dari segi
apakah ia menjadi pengurus organisasi atau pemimpin lembaga ditingkat
regional, atau tokoh dalam bidang tertentu yang banyak memberikan
kontribusi pada masyarakat regional, dengan pikiran dan karya nyata yang
semuanya itu mempunyai pengaruh yang signifikan bagi peningkatan
kualitas masyarakat regional.
Disamping itu, ia harus mempunyai keistimewaan tertentu yang
berbeda dari orang lain yang sederajat pada tingkat regional, terutama
perbedaan keahlian dibidangnya. Dengan kualifikasi seperti itu, maka
ketokohan seseorang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.8
Sedangkan Tokoh Agama adalah orang yang memiliki atau
mempunyai kelebihan dan keunggulan dalam bidang keagamaan.
Dikatakan kelebihan dan keunggulan bidang keagamaan karena ia
memiliki pengetahuan dalam keagamaan diatas manusia pada umumnya.
7
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:Kartika, 1997), hal. 68.
8
7
Tokoh agama merupakan barisan terdepan dalam mengatasi
kebobrokan sumber daya manusia. Segala kehidupan manusia terutama
yang berkaitan dengan masalah moralitas dan religious tokoh agamalah
sebagai tiangnya. Maksud dari Tokoh agama disini adalah kyai, ustadz,
ulama, dan imam.
Sedangkan Tokoh agama dalam penelitian ini adalah kyai. Kyai
adalah orang yang memiliki ilmu agama (Islam) plus amal dan akhlak
yang sesuai dengan ilmunya. Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan
bahwa “Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju
mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang
kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang kyai di salah satu
pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren tersebut merosot
karena kyai yang menggantikannya tidak sepopuler kyai yang telah wafat
itu”.9
Istilah kyai memiliki makna yang tidak tunggal dalam beberapa
hal, nama kyai melekat terhadap berbagai status. Salah satunya adalah
sebagai tokoh agama. Dalam pengertian ini, kyai merupakan figur.
Pemahaman semacam ini menunjukkan bahwa, kyai tidak hanya
merujuk kepada ahli agama yang menjadi pemimpin pesantren dan
mengajarkan kitab kuning. Lebih dari itu, kyai juga berperan besar dalam
melakukan transformasi sosial terhadap masyarakat sekitarnya.10.
9
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta, eLSAQ Press, 2007), hal. 169.
10
8
Dari penjelasan di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
Tokoh Agama adalah orang yang dihormati dikalangan masyarakat, karena
takaran taqwa dan wawasan agamanya sangat luas dan mendalam.
Adapun Tokoh Agama dalam penelitian ini adalah orang yang
yang memiliki keunggulan dalam ilmu keagamaan yang menjadi
pemimpin dalam suatu masyarakat untuk memberikan pengarahan hidup
yang baik sesuai ketentuan Allah agar masyarakat tersebut dapat mencapai
kebahagiaan dunia akhirat. Tokoh agama yang dimaksud sesuai pengertian
ini ialah Kyai yang ahli dibidang ilmu-ilmu agama islam, tidak memimpin
atau memiliki pesantren akan tetapi berperan besar dalam melakukan
transformasi sosial terhadap masyarakat sekitar..
2. Upaya Bimbingan dan Konseling Islam
Upaya adalah usaha atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya.11 Menurut
Pius A Purtanto,upaya adalah usaha, ikhtiar untuk mencapai suatu apa
yang hendak dicapai untuk diinginkan.12
Sedangkan Bimbingan dan konseling Islam terdiri dari tiga kata yang
masing-masingmemiliki perbedaan arti. Kata Bimbingan dalam kamus
bahasa inggris disebut guidence yang dikaitkan dengan kata asal guide,
yang diartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan (showing the way),
memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan petunjuk
11
Diknas, Pusat bahasa,(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.html diakses sabtu 19 Nopember 2016)
12
9
(giving intruction), mengatur (regulating), memberikan nasehat (giving
advice).13
Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara
dua individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu (klien)
untuk mencapai pengertian tentang dirinya dengan masalah-masalah yang
dihadapinya.14
Islam secara etimologis berasal dari bahasa arab (salima) yang artinya
selamat. Sedangkan islam secara terminologis dapat dikatakan agama
wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan Allah SWT
kepada nabi yang berlaku bagi seluruh manusia.
Dari ketiga istilah di atas, maka menurut Thohari Musnamar
pengertian Bimbingan dan konseling Islam sebagai suatu proses
pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali
eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.15
Dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling islam merupakan
suatu usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi
dan memecahkan masalah yang dialami klien agar dapat mencapai
kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat berdasarkan ajaran islam.
Adapun definisi Bimbingan dan konseling islam dalam penelitian ini
adalah suatu usaha yang diberikan oleh konselor untuk memberikan
13
W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), hal. 65.
14
Rochman Natawidjaja, Penyuluhan di Sekolah (Bandung : Fa. Hasmar, 1969), hal. 32.
15
10
bantuan kepada individu untuk bersama-sama memecahkan masalah agar
memperoleh kebahagiaan didunia maupun di akhirat.
3. Kekerasan Seksual
Salah satu bentuk dari patologi sosial yaitu seks patologi. Seks
patologi sesungguhnya adalah suatu perbuatan yang maladjusment dengan
keadaan lingkungannya. Maladjusment disini dimaksudkan individu
sebagai anggota masyarakat tidak bertingkah laku sesuai dengan nilai
sosial (social value) yang terdapat didalam masyarakat.16
Kekerasan seksual merupakan salah satu patologi sosial yang
termasuk ke dalam jenis seks patologi. Rohan mengemukakan bahwa
kekerasan berkaitan dengan aturan normatif yang dianut dan dimiliki si
penilai pada suatu saat. kemudian ahli studi sosiologi di Amerika Serikat
menghasilkan perumusan bahwa kekerasan seksual adalah jenis perilaku
atau tingkah laku yang menyimpang dari norma sosial.17
Pada penganiayaan seksual bisa terjadi luka memar, rasa sakit,
gatal-gatal didaerah kemaluannya, pendarahan dari vagina atau anus,
infeksi saluran kencing yang berulang, keluarnya cairan dari vagina.
Sering didapati korban menunjukkan gejala sulit berjalan atau duduk dan
terkena infeksi penyakit kelamin bahkan bisa terjadi suatu kehamilan yang
tidak dikehendaki.18
Dari segi tingkah laku anak-anak yang mengalami penganiayaan
sering menunjukkan: penariakn diri, ketakutan atau mungkin tingkah laku
16
Imam Asyari, Patologi Sosial (Surabaya : Usaha nasional, 2001), hal. 70.
17
Rohar Collier, Pelecehan Seksual (Yogya: PT Tiara Wacana,1998), hal. 35.
18
11
agesif, emosi yang labil. Mereka juga yang sering menunjukkan gejala
depresi, jati diri rendah, kecemasan, gangguan tidur,phobia, kelak bisa
tumbuh menjadi penganiaya, menjadi bersifat keras, gangguan stress
pascatrauma dan terlibat dalam penggunaan zat adiktif.19
Gejala depresi sering dilaporkan terjadi pada anak-anak yang
mengalami sexual abuse dan biasanya disertai dengan rasa malu, bersalah
dan perasaan-perasaan sebagai korban yang mengalami kerusakan
permanen. Sexual abuse sering juga merupakan faktor predisposisi untuk
berkembangnya gangguan dissociative identity (gangguan kepribadian
ganda) . Gangguan kepribadian ambang juga dilaporkan pada beberapa
penderita yang mempunyai sejarah pernah mengalami sexual abuse.20
Demikian secara lebih terperinci bahwa anak yang mengalami
kekerasan seksual dapat digolongkan menjadi empat:
a. Kerusakan Fisik
1) Terjadi luka memar, rasa sakit, gatal-gatal di daerah kemaluan.
2) Pendarahan pada vagina atau anus.
3) Infeksi saluran kencing yang berulang.
4) Keluarnya cairan pada vagina.
5) Sering pula didapati korban menujukkan gejala sulit berjalan atau
duduk.
6) Terkena infeksi penyakit bahkan bisa terjadi suatu kehamilan.
b. Gangguan Psikis (Mental)
19
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 103.
20
12
1) Sering menunjukkan gejala depresif
2) Jati diri yang rendah
3) Kecemasan
4) Menjadi sifat keras
5) Gangguan stress pasca trauma
c. Gangguan Emosi
1) Ketakutan
2) Emosi yang labil
3) Rasa malu dan bersalah
d. Gangguan Perilaku
1) Penarikan diri
2) Gangguan kepribadian ganda)
3) Kepribadian ambang
4) Mungkin juga tingkah laku agresif
5) Gangguan susah tidur\phobia
6) Kelak bisa tumbuh penganiaya
7) Terlibat dalam penggunaan zat adiktif.
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kekerasan seksual adalah kekerasan yang berupa seks atau jenis kelamin,
dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.
Adapun pengertian kekerasan seksual dalam penelitian ini adalah
tindakan yang berupa kekerasan pada hubungan seksual yang dilakukan
13
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah,
dianalisis, dan diambil kesimpulan.21
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, mulai dari
gagasan dan ide penelitian, mengumpulkan data, menjawab permasalahan
dan tujuan penelitian melakukan bkategorisasi.
Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan ini menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan dengan kata-kata yang objektif dan mendalam yang
nantinya data hasil penelitian tersebut dapat disajikan secara deskriptif
sehingga temuan hasil penelitian tersaji secara urut, detail dan mendalam.
Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena
realitas sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan
berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter,
sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun
fenomena tertentu.22
Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan secara mendalam
hasil data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mengenai
upaya tokoh agama dalam memberikan konseling islami kepada anak
21
Wardi Bachtiar, Metodologi penelitian ilmu dakwah (Jakarta: Logos, 1999), hal. 1 .
22
14
korban kekerasan seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan
Cerme Kabupaten Gresik.
2. Subjek Penelitian
a. Subyek
Subyek dalam penelitian ini adalah tokoh agama dan anak korban
kekerasan seksual yang tinggal di Dusun Ngebret Desa Morowudi
Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
b. Obyek
Objek dalam penelitian ini sendiri adalah upaya tokoh agama dalam
memberikan konseling islami kepada anak korban kekerasan seksual di
Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
c. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Dusun ngebret RT 02 RW 03 Desa
Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
3. Tahap-Tahap Penelitian
Secara umum tahapan penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Tahap Pra-Lapangan
Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan penelitian yang berisi
penentuan lapangan penelitian, latar belakang, menjajaki atau menilai
lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan
15
data, rancangan prosedur analisa data, pengecekan kebenaran data,
studi pustaka.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti memahami latar penelitian dan persiapan
diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan
data. Menyesuaikan penampilan fisik serta cara berperilaku peneliti
dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan, dan adat istiadat tempat
penelitian.
Selanjutnya dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti
menerapkan teknik pengamatan, wawancara, dengan menggunakan
alat bantu seperti tape recorder, pulpen, buku tulis, dan sebagainya.
c. Tahap Analisis Data
Analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data.
Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan
dan komentar penelitian, gambar, foto, dokumen berupa laporan,
biografi, artikel, dan sebagainnya. Pekerjaan dalam analisis data dalam
hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi
kode dan mengkategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolahan
data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang
akhirnya menjadi teori substantif. Prinsip pokok penelitian kualitatif
adalah menemukan teori dari data.
4. Jenis dan sumber data
16
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber
utama atau sumber data primer. Sumber data primer adalah subjek
penelitian yang dijadikan sebagai sumber informasi penelitian dengan
menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data secara langsung23
atau yang dikenal dengan istilah interview (wawancara).
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
lain yang ada kaitannya dengan objek penelitian. Sumber data sekunder
merupakan sumber data yang tidak berhubungan secara langsung
dengan objek penelitian, akan tetapi memiliki informasi yang berkaitan
dengan objek penelitian.
Dalam penelitian ini, ada beberapa sumber data yang digunakan
oleh peneliti di antaranya:
1) Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau
sumber pertama dilapangan.24
Data Primer, yaitu data utama yang berupa hasil wawancara/
pembicaraan dan tindakan serta diperoleh melalui observasi dan
wawancara dengan informan penelitian dan pihak-pihak terkait
yang mampu memberikan keterangan dalam rangka untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan fokus masalah
penelitian.
23
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), hal. 91.
24
17
Sumber data primer dari penelitian ini diambil dari tokoh agama
yang tinggal di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kabupaten Gresik.
2) Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua
(bukan orang pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau
data tersebut. Sumber data sekunder merupakan pendekatan
penelitian yang menggunakan data-data yang telah ada, selanjutnya
dilakukan proses analisa dan interpretasi terhadap data-data
tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.25 Sumber data sekunder
diperoleh dari anak korban kekerasan seksual, ayah dan Ibu korban
kekerasan seksual yang tinggal di Dusun Ngebret Desa Morowudi
Kabupaten Gresik.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan
dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati
dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju. Inti observasi
25
18
adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin
dicapai.26
b. Wawancara Mendalam (In Depth Interview)
Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data
atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan,
dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang
diteliti.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih dalam.27
Pada umumnya, wawancara dalam penelitian kualitatif ataupun
wawancara lainnya terdiri atas tiga bentuk, yaitu wawancara
terstruktur, wawancara semi terstruktur, wawancara tidak terstruktur.
Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah
wawancara berstruktur. Wawancara bentuk ini sangat terkesan seperti
interogasi karena sangat kaku dan pertukaran informasi antara peneliti
dengan subjek yang diteliti sangat minim. Wawancara ini digunakan
peneliti dengan cara terlebhih dahulu mempersiapkan bahan
pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara.
26
Haris Herdiansyah, Metodologi Peelitian Kualitatif (jakarta : Salemba Humatika, 2011), hal . 131.
27
19
Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari data sebanyak
mungkin melalui wawancara terhadap para informan, terutama
informan kunci. Peneliti berupaya mengajukan pertanyaan sedetail
mungkin tentang upaya tokoh agama dalam memberikan konseling
islami kepada anak korban kekerasan seksual di Dusun Ngebret Desa
Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data menggunakan tehnik analisis
bingkai. Tehnik analisis bingkai adalah suatu teknik analisis data dengan
melihat dan menemukan frame atau media package yaitu suatu perspektif
untuk melihat sebuah perspektif yang digunakan untuk melakukan
pengamatan, analisis, dan interpretasi terhadap sebuah realitas sosial di
masyarakat. Seperti umpamanya frame, reformasi, terorisme,
pembangunan, kondisi rawan, pahlawan, perlawanan, arus bawah dan
semacamnya adalah bentuk frame yang sering ditemui dimasyarakat.
Analisis bingkai pada awalnya merupakan aliran lain dalam
pendekatan analisis wacana khususnya sebagai alat analisis teks media,
namun setelah berkembang. Menurut Sobur, analisis wacana pada
awalnya digunakan sebagai alat untuk memaknai struktur konsep atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan
dan wacana serta untuk mengategorikan realitas. Namun Goffan padatahun
1974 mengembangkan analisis bingkai sebagai strips of behavior yang
20
bingkai digunakan didalam ilmu komunikasi paradigma multidisipliner
untuk mendeskripsikan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek
khusus suatu realitas media.28
Analisis terdiri dari 3 alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.
Sebagaimana kita diketahui, reduksi data, berlangsung secara terus
menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung.
Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi
selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,
memberian gugus-gugus, membuat partisi, menulis memo). Reduksi
data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian
lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.29
Pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada data lapangan
yang telah terkumpul. Data lapangan tersebut selanjutnya dipilih,
dalam arti menentukan derajat relevansinya dengan maksud
penelitian. Selanjutnya, data yang terpilih disederhanakan, dalam arti
mengklasifikasikan data atas dasar tema-tema, memadukan data yang
tersebar, menelusuri tema untuk merekomendasikan data tambahan.
28
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hal. 159.
29
21
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.30 Dengan mencermati penyajian data ini,
peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa
yang harus dilakukan. Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya
atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan
memperdalam temuan tersebut.31
c. Kesimpulan
Tahap akhir proses pengumpulan data adalah penarikan
kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah
ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman
peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat
dilakukan proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk
pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan.
Dalam kegiatan penelitian kualitatif ini, penarikan kesimpulan
dapat saja berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung,
data kemudian dilakukan reduksi dan penyajian data. Hanya saja ini
perlu disadari bahwa kesimpulan yang dibuat itu bukan sebagai
sebuah kesimpulan final. Hal ini karena setelah proses penyimpulan
tersebut, peneliti dapat saja melakukan verifikasi hasil temuan ini
30
Ariesto, Terampil Mengolah Data Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 12.
31
22
kembali di lapangan. Dengan begitu, kesimpulan yang diambil dapat
sebagai pemicu peneliti untuk lebih memperdalam lagi proses
observasi dan wawancaranya.
Tahap ini peneliti akan menarik kesimpulan dari makna yang
muncul dari data mengenai upaya tokoh agama dalam memberikan
konseling islami kepada anak korban kekerasan seksual di Dusun
Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.
7. Teknik Keabsahan Data
Menurut Moleong untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan. Dalam hal ini digunakan teknik:
a. Perpanjang keikutsertaan dalam penelitian kualitatif adalah instrumen
itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan
dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjang keikutsertaan
pada latar penelitian. Perpanjang keikut sertaan berarti peneliti tinggal
dilapngan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.32
Keikutsertaan di lapangan dalam rentang waktu yang panjang, dalam
penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang telah
dikumpulkan dari informan utama, maka perlu mengadakan
keikutsertaan dalam rentang waktu yang panjang. Adapun maksud
utama adanya perpanjangan di lapangan ini untuk mengecek kebenaran
32
23
data yang diberikan baik dari informan utama maupun informan
penunjang.
b. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap da ta itu. Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam
trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan suatu penelitian diperlukan sistematika
pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah
pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub-bab antara lain: Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi
Konsep, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan, Jadwal Penelitian dan
pedoman wawancara.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Kajian Teoritik (menjelaskan
tentang teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian), dan
24
Dalam penelitian ini kajian teoritik terdiri dari kajian tentang pengertian
tokoh agama, cirri-ciri tokoh agama, peran tokoh agama, tugas tokoh agama,
pengertian bimbingan konseling Islam, tujuan bimbingan konseling Islam,
prinsip-prinsip bimbingan konseling Islam, peran konselor, metode
bimbingan dan konseling Islam, tahap-tahap bimbingan konseling Islam, dan
kajian tentang pengertian kekerasan seksual, bentuk-bentuk kekerasan
seksual, faktor-faktor timbulnya kekerasan seksual, dan dampak kekerasan
seksual.
Sedangkan penelitian terdahulu yang relevan menyajikan hasil penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian yang hendak dilakukan.
BAB III PENYAJIAN DATA
Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Deskripsi umum objek
Penelitian meliputi deskripsi lokasi, identitas tokoh agama dan anak korban
kekerasan seksual serta gambaran kasus kekerasan seksual pada anak
dibawah umur di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme
Kabupaten Gresik.
Pada bab ini juga menyajikan deskripsi hasil Penelitian meliputi upaya
konseling Islam tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasan
seksual serta deskripsi hasil pelaksanaan konseling islami oleh seorang tokoh
agama kepada anak korban kekerasan seksual.
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Temuan Penelitian, bagaimana
25
penelitian, dan Konfirmasi Temuan dengan Teori, dimana temuan penelitian
tadi dikaji dengan teori yang ada.
Pada bab ini membahas tentang analisa upaya dalam hasil pelaksanaan
konseling Islam oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban
kekerasan seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme
Kabupaten Gresik.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan Rekomendasi, yang menjelaskan
hasil simpulan dari data yang dipaparkan dan rekomendasi hasil penelitian itu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tokoh Agama
1. Pengertian Tokoh Agama
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tokoh diartikan sebagai
orang yang terkemuka/terkenal, panutan.1 Tokoh adalah orang yang
berhasil dibidangnya yang ditunjukkan dengan karya-karya monumental
dan mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya.
Untuk menentukan kualifikasi sang tokoh, kita dapat melihat karya
dan aktivitasnya, misalnya tokoh berskala regional dapat dilihat dari segi
apakah ia menjadi pengurus organisasi atau pemimpin lembaga ditingkat
regional, atau tokoh dalam bidang tertentu yang banyak memberikan
kontribusi pada masyarakat regional, dengan pikiran dan karya nyata yang
semuanya itu mempunyai pengaruh yang signifikan bagi peningkatan
kualitas masyarakat regional.
Disamping itu, ia harus mempunyai keistimewaan tertentu yang
berbeda dari orang lain yang sederajat pada tingkat regional, terutama
perbedaan keahlian dibidangnya. Dengan kualifikasi seperti itu, maka
ketokohan seseorang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.2
Secara bahasa pengertian agama (ad-din) adalah “pembalasan”
(al-jaza’). Ad-din (agama) juga berarti ketaatan, loyalitas, dan ketundukan
diri. sedangkan secara istilah Ad-din (agama) juga berarti kekuasaan atau
1
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:Kartika, 1997), hal. 68
2
27
aturan seperti raja yang mengikat banyak orang. Nabi Yusuf yang
menjebak saudaranya agar terkesan sebagai pencuri hak milik raja
“sebenarnya tidak ingin memberlakukan agama (aturan, hukum) Raja
Mesir (din- al-Malik) kepada saudaranya kecuali atas kehendak Allah”3
Agama berdasarkan pada iman melalui wahyu, menunjukkan
kebenaran “Nan-ilahi” atau kebenaran teologis mutlak atau absolute.
Kebenaran penafsiran ajaran agama yang berdasarkan kemampuan
manusia terutama mengenai permasalahan yang berhubungan dengan
kemasyarakatan masih dapat ditingkatkan derajat ketepatannya sesuai
dengan keadaan zaman.4
Tokoh agama merupakan sebutan dari Kyai. Pengertian Kyai
adalah orang yang memiliki ilmu agama (Islam) plus amal dan akhlak
yang sesuai dengan ilmunya. Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan
bahwa “Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju
mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang
kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang kyai di salah satu
pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren tersebut merosot
karena kyai yang menggantikannya tidak sepopuler kyai yang telah wafat
itu”.5
. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kyai berarti seorang yang
dipandang alim, pandai dalam bidag agama Islam. Menurut Abdullah ibnu
3
Rifyal Ka’bah, Partai Allah Partai Setan Agama Raja Agama Allah (Yogyakarta: Suluh Press, 2005), hal 17-19.
4
Jalaluddin, Psikologi Agama (Bandung: Raja Grafindo, 1995), hal. 1.
5
28
Abbas, kyai adalah orang-orang yang mengetahui bahwa Allah SWT
adalah Dzat yang berkuasa atas segala sesuatu.6
Menurut Mustafa al-Maraghi, kyai adalah orang-orang yang
mengetahui kekuasaan dan keagungan Allah SWT sehingga mereka takut
melakukan perbuatan maksiat. Menurut Sayyid Quthb mengartikan bahwa
kyai adalah orang-orang yang memikirkan dan menghayati ayat-ayat Allah
yang mengagumkan sehingga mereka dapat mencapai ma`rifatullah secara
hakiki.
Menurut Nurhayati Djamas mengatakan bahwa “kyai adalah
sebutan untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok
pesantren”.7
Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren.
Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa
pertumbuhan suatu pesantren semata-mata tergantung kemampuan
kepribadian kyainya. Menurut asal-usulnya perkataan kyai dalam bahasa
jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda:
a. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap kramat
umpamanya, “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan Kereta
Emas yang ada di Kraton Yogyakarta.
b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
6
Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat (Jakarta: Pustaka Beta, 2007), hal. 18.
7
29
c. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama
Islam yang memiliki atau yang menjadi pimpinan pesantren dan
mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santri. Selain gelar
kyai, ia juga disebut dengan orang alim (orang yang dalam
pengetahuan keislamanya). 8
Istilah kyai memiliki makna yang tidak tunggal dalam beberapa
hal, nama kyai melekat terhadap berbagai status. Salah satunya adalah
sebagai tokoh agama. Dalam pengertian ini, kyai merupakan figur.
Gelar kyai diberikan oleh masyarakat kepada seseorang ahli
dibidang ilmu-ilmu agama islam. Selain itu kyai harus memiliki pesantren,
serta mengajarkan kitab kuning pembagian atau kategorisasi. Kyai yang
dilakukan Dhofier ternyata tidak mampu sepenuhnya mewadai luasnya
penggunaan kyai. Dalam perkembangan sosial sekarang ini gelar kyai
ternyata tidak hanya diletakkan kepada pemimpin pesantren, tetapi juga
sering dianugerahkan kepada figur ahli agama, ataupun ilmuan islam yang
tidak memimpin atau memiliki pesantren. Dari figur kyai pun
berbeda-beda level atau tingkatan karismanya.
Pemahaman semacam ini menunjukkan bahwa, Kyai tidak hanya
merujuk kepada ahli agama yang menjadi pemimpin pesantren dan
mengajarkan kitab kuning. Lebih dari itu, Kyai juga berperan besar dalam
melakukan transformasi sosial terhadap masyarakat sekitarnya.9
8
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982), hal. 55.
9
30
Tokoh agama juga merupakan sebutan dari ulama, pengertian
Ulama, yaitu Ulama berasal dari bahasa Arab, jama’ (plural) dari kata
„alim yang berarti orang yang mengetahui, orang yang berilmu. Ulama
berarti para ahli ilmu atau para ahli pengetahuan atau para ilmuan.
Pemakaian perkataan ini di Indonesia agak bergesar sedikit dari pengertian
aslinya dalam bahasa arab. Di Indonesia, alem diartikan seorang yang jujur
dan tidak banyak bicara. Perkataan ulama’ dipakai dalam arti mufrad
(singular), sehingga kalau dimaksud jama’, ditambah perkataan para
sebelumnya, atau diulang, sesuai dengan kaedah bahasa Indonesia,
sehingga menjadi para ulama atau ulama-ulama10.
ulama-ulama yaitu orang-orang yang tinggi dan dalam
pengetahuannya tentang agama islam dan menjadi contoh ketauladanan
dalam mengamalkan agama itu dalam kehidupannya.11
Dalam masyarakat buat dewasa ini, pengaruh ulama masih besar
dan dalam beberapa hal menentukan. Partisipasi masyarakat didesa dalam
pembangunan dirasakan sangat tergantung kepada ikut sertanya ulama
masing-masing. Tanpa partisipasi para ulama’ jalannya pembangunan
tampak tertegun-tegun atau kurang lancar.
Gelar ulama’ diperoleh seseorang dengan dua syarat :
1. Mempunyai pengetahuan agama islam
2. Pengakuan masyarakat. 12
10
Taufik Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial ( Jakarta: CV Rajawali, 1983), hal: 3.
11
Taufik Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial ( Jakarta: CV Rajawali, 1983), hal: 308.
12
31
Syarat pertama dapat dipenuhi seseorang sesudah ia menempuh
masa belajar yang cukup lama. Syarat kedua, baru dapat dipenuhi sesudah
masyarakat melihat ketaatannya terhadap ajaran islam disamping
pengetahuannya tentang ajaran itu. Mengetahui saja tanpa mengamalkan
pengetahuan itu, tidak cukup untuk menarik pengakuan dari masyarakat.
Hal ini disebabkan, karena pengakuan sebagai ulama, diiringi dengan
penghormatan terhadap orang yang diakui itu. Sedang terhadap orang yang
mengetahui saja tanpa mengamalkan, tidak ada penghormatan itu, bahkan
sebaliknya akan mendapat celaan, lebih dari celaan terhadap orang yang
tidak mengamalkan, sedang ia pun tidak mengetahui.
Selanjutnya tokoh agama juga merupakan sebutan dari Pengajar agama
(Guru agama), golongan ini berasal dari rakyat biasa. Tetapi karena
ketekunannya belajar, mereka memperoleh berbagai ilmu pengetahuan.
Tentu ada perbedaan antara satu dengan lainnya tentang dalam dangkalnya
pengetahuan yang mereka miliki masing-masing, sebagai juga berbeda
tentang banyak sedikitnya bidang pengetahuan yang mereka kuasai.
Dahulu sebelum diperintah oleh Belanda, pegajar agama selain dari
menguasai ilmu pengetahuan bidang agama, juga banyak diantara mereka
yang menguasai pula bidang-bidang lain.13
Dari penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat di ambil
kesimpulan bahwa pengertian Tokoh Agama adalah orang yang memiliki
atau mempunyai kelebihan dan keunggulan dalam bidang keagamaan.
13
32
Dikatakan kelebihan dan keunggulan bidang keagamaan karena ia
memiliki pengetahuan dalam keagamaan diatas manusia pada umumnya.
Tokoh Agama merupakan orang yang dihormati dikalangan masyarakat,
karena takaran taqwa dan wawasan agamanya sangat luas dan mendalam.
Adapun Tokoh Agama dalam penelitian ini adalah orang yang
yang memiliki keunggulan dalam ilmu keagamaan yang menjadi
pemimpin dalam suatu masyarakat untuk memberikan pengarahan hidup
yang baik sesuai ketentuan Allah agar masyarakat tersebut dapat mencapai
kebahagiaan dunia akhirat. Tokoh agama yang dimaksud sesuai pengertian
ini ialah Kyai yang ahli dibidang ilmu-ilmu agama islam, tidak memimpin
atau memiliki pesantren akan tetapi berperan besar dalam melakukan
transformasi sosial terhadap masyarakat sekitar.
2. Ciri-Ciri Tokoh Agama
Menurut Munawar Fuad Noeh menyebutkan ciri-ciri kyai di
antaranya yaitu:
a. Tekun beribadah, yang wajib dan yang sunnah.
b. Zuhud, melepaskan diri dari ukuran dan kepentingan materi duniawi.
c. Memiliki ilmu akhirat, ilmu agama dalam kadar yang cukup.
d. Mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap kepentingan umum
e. Dan mengabdikan seluruh ilmunya untuk Allah SWT, niat yang benar
dalam berilmu dan beramal. 14
14
33
Menurut Imam Ghazali membagi ciri-ciri seorang Kyai diantaranya
yaitu:
a. Tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual ilmunya dan tidak
memperdagangkan ilmunya untuk kepentingan dunia. Perilakunya
sejalan dengan ucapannya dan tidak menyuruh orang berbuat kebaikan
sebelum ia mengamalkannya.
b. Mengajarkan ilmunya untuk kepentingan akhirat, senantiasa dalam
mendalami ilmu pengetahuan yang dapat mendekatkan dirinya kepada
Allah SWT, dan menjauhi segala perdebatan yang sia-sia.
c. Mengejar kehidupan akhirat dengan mengamalkan ilmunya dan
menunaikan berbagai ibadah.
d. Menjauhi godaan penguasa jahat.
e. Tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum ia menemukan dalilnya dari
Al-Qur`an dan As-Sunnah.
f. Senang kepada setiap ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Cinta kepada musyahadah (ilmu untuk menyingkap kebesaran
Allah SWT), muraqabah (ilmu untuk mencintai perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya), dan optimis terhadap rahmat-Nya, di
antaranya:
1) Berusaha sekuat-kuatnya mencapai tingkat haqqul-yaqin.
2) Senantiasa khasyyah kepada Allah, takzim atas segala
kebesaran-Nya, tawadhu`, hidup sederhana, dan berakhlak mulia terhadap Allah
34
3) Menjauhi ilmu yang dapat membatalkan amal dan kesucian hatinya.
4) Memiliki ilmu yang berpangkal di dalam hati, bukan di atas kitab. Ia
hanya taklid kepada hal-hal yang telah diajarkan Rasulullah saw. 15
Menurut Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya
An-Nashaihud Diniyah mengemukakan sejumlah kriteria atau ciri-ciri
kyai di antaranya ialah: Dia takut kepada Allah, bersikap zuhud pada
dunia, merasa cukup (qana`ah) dengan rezeki yang sedikit dan
menyedekahkan harta yang berlebih dari kebutuhan dirinya. Kepada
masyarakat dia suka memberi nasehat, ber amar ma`ruf nahi munkar dan
menyayangi mereka serta suka membimbing ke arah kebaikan dan
mengajak pada hidayah.
Kepada mereka ia juga bersikap tawadhu`, berlapang dada dan
tidak tamak pada apa yang ada pada mereka serta tidak mendahulukan
orang kaya daripada yang miskin. Dia sendiri selalu bergegas melakukan
ibadah, tidak kasar sikapnya, hatinya tidak keras dan akhlaknya baik.16
3. Peran Tokoh Agama
Kyai memiliki pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat.
Segala keputusan baik hukum, sosial, agama maupun politik harus sesuai
dengan anjuran para kyai. Berangkat dari fenomena itu, peran kyai untuk
15
Hsubky Badruddin, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal: 57.
16
A. Mustofa Bisri, Percik-percik Keteladanan Kyai Hamid Ahmad Pasuruan (Rembang:
35
menghidupkan kembali spirit nasionalisme Indonesia sangat penting. Dalam
konteks keIndonesiaan, dilihat dari segi kepemimpinan kyai sejajar dengan
pemerintah dalam ruang sosial politik, dan militer dalam hal ini keamanan
negara. Peran kyai sangat dibutuhkan untuk mengangkat jiwa nasionalisme
yang lemah. Sebagai tokoh sentral dalam masyarakat, tentunya peran kyai
dalam membangkitkan jiwa nasionalisme yang lemah. Sebagai tokoh sentral
dalam masyarakat, tentunya peran kyai dalam membangkitkan jiwa
nasionalisme kaum muda sangat urgent.17
Dominannya peran kyai dalam sistem sosial pada masyarakat
Indonesia membuat posisi para kyai sangat penting sehingga masyarakat
sering menjadikan kyai sebagai rujukan dalam masalah kehidupan sehari-
hari seperti urusan ibadah, pekerjaan, urusan rumah tangga bahkan urusan
politik.18
Secara umum peran dari seorang kyai adalah sebagai penuntun dan
pengarah dalam segi keilmuan agama kepada masyarakat atau umat, oleh
karena perannya dalam masyarakat yang sangat aktif, ini menjadi sangat
rawan dalam percaturan politik, eksistensi seorang kyai dalam
memobilisasi masyarakat dalam segi keilmuan sering kali dimanfaatkan
oleh partai poitik sebagai partner dalam pemenangan partainya, dengan
alasan kyai sebagai elit agama dapat menjadi tolak ukur masa yang ada di
sekitarnya. Beberapa dimensi keterlibatan kyai dalam politik dalam konteks
17
Ali Maskhan Moesa, Kiai NU dan Spirit Nasionalisme (Jogjakarta: LKJS, 2007), hal. 65.
18
36
sosial maupun ekonomi yang diperkirakan berpengaruh hingga
mengakibatkan lahirnya variasi respon kyai dalam politik itu sendiri, ada
yang dengan tegas menyatakan tidak mau terlibat dengan politik, ada pula
yang terang-terangan mendukung salah satu partai politik dengan berbagai
macam alasan. Karena partisipasi lebih memberikan nuansa aktif dan
dilakukan dengan kesengajaan.19
Kita membedakan antara status kyai dan peranan kekyaiannya
misalnya, kita dapat mengatakan bahwa status kyai terdiri atas sekumpulan
kewajiban tertentu , seperti kewajiban mendidik santri, melayani umat dan
sebagainya. Sebagai kyai juga ada sekumpulan hak, seperti mendapat
penghormatan dari santri dan umat, memperoleh legimitasi sosial, memiliki
pengikut dan menerima atas jasanya.20
Di Indonesia yang kebanyakan menganut agama Islam kyai
merupakan salah satu prioritas utama yang mempunyai kedudukan sangat
terhormat dan berpengaruh besar pada perkembangan masyarakat tersebut.
Kyai sebagai salah satu tokoh strategis dalam masyarakat karena
ketokohannya sebagai figur yang mempunyai pengetahuan luas dan
mendalam mengenai ajaran agama Islam.21
19
Imam Suprayogo, Kyai Dan Politik Membaca Citra Politik (Malang: UIN-Malang Press, 2007), hal. 44.
20
Achmad Patoni, Peran Kyai Pesantren dalam Parpol (Jogjakarta: PT Pustaka pelajar, 2007), hal:41
21
37
Peran kyai semakin kuat dalam masyarakat, ketika kehadirannya
diyakini membawa berkah misalnya tidak jarang kyai diminta mengobati
orang sakit, memberikan ceramah agama.22
4. Tugas Tokoh Agama
Di samping kita mengetahui beberapa kriteria atau ciri-ciri seorang
kyai diatas, adapun tugas dan kewajiban kyai menurut Hamdan Rasyid di
antaranya adalah:
a. Melaksanakan tablikh dan dakwah untuk membimbing umat.
Kyai mempunyai kewajiban mengajar, mendidik dan membimbing
umat manusia agar menjadi orang-orang yang beriman dan
melaksanakan ajaran Islam.
b. Melaksanakan amar ma`ruf nahi munkar.
Seorang kyai harus melaksanakan amar ma`ruf dan nahi munkar,
baik kepada rakyat kebanyakan (umat) maupun kepada para pejabat
dan penguasa Negara (umara), terutama kepada para pemimpin,
karena sikap dan perilaku mereka banyak berpengaruh terhadap
masyarakat.
c. Memberikan contoh dan teladan yang baik kepada masyarakat.
Para kyai harus konsekwen dalam melaksanakan ajaran Islam
untuk diri mereka sendiri maupun keluarga, saudara-saudara, dan
sanak familinya. Salah satu penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah
22
38
SAW, adalah karena beliau dapat dijadikan teladan bagi umatnya.
Sebagaimana difirmankan dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu”.(QS. Al-Ahzab: 21).11
d. Memberikan penjelasan kepada masyarakat terhadap berbagai macam
ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al- Sunnah.
Para kyai harus menjelaskan hal-hal tersebut agar dapat dijadikan
pedoman dan rujukan dalam menjalani kehidupan.
e. Memberikan Solusi bagi persoalan-persoalan umat.
Kyai harus bisa memberi keputusan terhadap berbagai
permasalahan yang dihadapi masyarakat secara adil berdasarkan
al-Qur`an dan al-Sunnah.
f. Membentuk orientasi kehidupan masyarakat yang bermoral dan
berbudi luhur.
Dengan demikian, nilai-nilai agama Islam dapat terinternalisasi ke
dalam jiwa mereka, yang pada akhirnya mereka memiliki watak
mandiri, karakter yang kuat dan terpuji, ketaatan dalam beragama,
kedisiplinan dalam beribadah, serta menghormati sesama manusia.
Jika masyarakat telah memiliki orientasi kehidupan yang bermoral,
maka mereka akan mampu memfilter infiltrasi budaya asing dengan
mengambil sisi positif dan membuang sisi negatif.
g. Menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Yaitu terutama pada masa-masa kritis seperti ketika terjadi ketidak
39
yang melanda manusia, perampokan, pencurian yang terjadi
dimana-mana, pembunuhan, sehingga umatpun merasa diayomi, tenang,
tenteram, bahagia, dan sejahtera di bawah bimbingannya. 23
B. Bimbingan dan Konseling Islam
1. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam
Bimbingan dan konseling Islam terdiri dari tiga kata yang
masing-masingmemiliki perbedaan arti. Kata Bimbingan dalam kamus bahasa
inggris disebut guidence yang dikaitkan dengan kata asal guide, yang
diartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan (showing the way),
memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan petunjuk
(giving intruction), mengatur (regulating), memberikan nasehat (giving
advice).24
Dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling karya Prayitno
dan Erman Amti, crow&crow mengatakan Bimbingan adalah bantuan
yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan yang memiliki
kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik dan terlatih dengan
baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur
kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri,
membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.25
23
Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat (Jakarta: Pustaka Beta,
2007), hal. 22. 24
W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997) hal. 65.
25
40
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang
(individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang
menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima
fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungannya
b. Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis
c. Mengambil keputusan
d. Mengarahkan diri
e. Mewujudkan diri26
Pendapat lain menyatakan bahwa bimbingan merupakan pencegahan
munculnya masalah yang dialami oleh individu dengan kata lain
bimbingan sifat atau fungsinya preventif (pencegahan), sedangkan
konseling sifatnya kuratif dan korektif. Namun bimbingan dan konseling
dihadapkan pada objek yang sama yaitu “problem” sedangkan
perbedaannya terletak pada perhatian dan perlakuan masalah.
Sedangkan arti counseling dalam kamus bahasa inggris dikaitkan
dengan kata counsel, yang diartikan sebagai berikut : nasehat ( to abtain
counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel), dengan
demikian counseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat,
pemberian anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.27
Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara
dua individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu (klien)
26
Prayitno, Profesionelisasi Konseling dan pendidik Konseling ( Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek PLTK, 1983) hal : 35.
27
41
untuk mencapai pengertian tentang dirinya dengan masalah-masalah yang
dihadapinya.28
Dulu istilah konseling di Indonesia menjadi penyuluh (nasehat), akan
tetapi istilah penyuluhan banyak digunakan pada bimbingan lain, misalnya
dalam penyuluhan pertanian dan penyuluhan keluarga berencana, yang
sama sekali berbeda isinya dengan yang dimaksud konseling. Maka agar
tidak menimbulkan salah paham istilah counseling tersebut langsung
diserap menjadi konseling.29
Islam secara etimologis berasal dari bahasa arab (salima) yang artinya
selamat. Sedangkan islam secara terminologis dapat dikatakan agama
wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan Allah SWT
kepada nabi yang berlaku bagi seluruh manusia.
Dari ketiga istilah di atas, maka menurut Thohari Musnamar
pengertian Bimbingan dan konseling Islam sebagai suatu proses
pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali
eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.30
Ada beberapa definisi tentang bimbingan dan konseling islam, yaitu
sebagai berikut:
Menurut Yahya Jaya, bimbingan dan konseling Islam adalah
pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada manusia
28
Rochman Natawidjaja, Penyuluhan di Sekolah (Bandung : Fa. Hasmar, 1969), hal. 32.
29
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam ( Yogyakarta UII, 2001), hal. 1.
30
42
yang mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin
mengembangakan dimensi dan potensi keberagamaannya spiritual
mungkin, baik secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia
yang mandiri dan dewasa dalam beragama, dalam bidang bimbingan
akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah, melalui berbagai jenis layanandan
kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang terdapat
dalam al-quran dan hadits.31
Menurut Ainur Rohim Faqih, bimbingan dan konseling Islam adalah
proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras
dengan ketetntuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup diudnia dan di akhirat.32
Farid Mashudi dalam bukunya menyebut Bimbingan dan Konseling
Islam dengan istilah konseling religius, yaitu proses bantuan yang
diberikan kepada individu agar memperoleh pencerahan diri dalam
memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama (aqidah, ibadah dan akhlak
mulia). Hal ini dilakukan melalui uswah hasanah, pembiasaan atau
pelatihan, dialog, dan pemberian informasi yangt berlangsung sejak usia
dini sampai dewasa.33
Menurut Zulkifli Akbar dikutip dari buku karangan Drs. Shahudi
Siradj, Msi mengemukakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami
merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh konselor (yang
31
Yahya Jaya, Bimbingan dan Konseling Agama Islam (Padang : Angkasa Raya, 2004) hal.108.
32
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam ( Yogyakarta UII, 2001), hal. 4.
33
43
kompeten) dengan individu yang bertujuan untuk membantu dalam
memecahkan masalahnya sendiri dengan menggunakan ajaran-ajaran
islam dan pemikiran logis yang dikaitkan dengan ajaran islam agar
memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.34
Bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian didunia dan
akhirat.35
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan <