• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDY TENTANG UPAYA KONSELING ISLAMI OLEH SEORANG TOKOH AGAMA DALAM MENANGANI ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI DUSUN NGEBRET DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDY TENTANG UPAYA KONSELING ISLAMI OLEH SEORANG TOKOH AGAMA DALAM MENANGANI ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI DUSUN NGEBRET DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK."

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

STUDY TENTANG UPAYA KONSELING ISLAMI OLEH SEORANG TOKOH AGAMA DALAM MENANGANI ANAK KORBAN KEKERASAN

SEKSUAL DI DUSUN NGEBRET DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh:

RISKA ATIKA SARI NIM. B03213023

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Riska Atika Sari (B03213023), Study tentang upaya konseling islami oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasan seksual di dusun Ngebret desa Morowudi kecamatan Cerme kabupaten Gresik.

Penelitian ini dilakukan karena keingintahuan peneliti mengenai study tentang upaya konseling islami oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasan seksual di dusun Ngebret desa Morowudi kecamatan Cerme kabupaten Gresik. Keingintahuan ini kemudian dikemas dengan fokus masalah ”bagaimana upaya konseling Islam oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasaan seksual dan hasil pelaksanaan konseling Islam oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasaan seksual?”. Permasalahan ini tentu membutuhkan jawaban agar lebih jelas dan mudah dipahami.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dengan kata-kata yang objektif dan mendalam tentang upaya seorang tokoh agama dalam memberikan konseling islami kepada anak korban kekerasan seksual yang nantinya data hasil penelitian tersebut dapat disajikan secara deskriptif. Sedangkan dalam mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara mendalam. Setelah data terkumpul, analisa dilakukan untuk mengetahui proses serta hasil dengan membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah melakukan konseling.

Dalam penelitian ini tokoh agama menggunakan metode directive counseling, karena dalam proses konseling ini tokoh agama lah yang banyak berperan.Dalam penelitian ini tokoh agama tersebut memberikan ceramah dan pembinaan serta motivasi kepada anak korban kekerasan seksual. Hasil akhir dari pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam yang dilakukan oleh tokoh agama dikategorikan berhasil, karena anak korban kekerasan seksual mengalami banyak perubahan ke arah yang lebih baik yakni dari 37 dampak negatif kekerasan seksual yang ditangani oleh kyai Bashir, terdapat 26 dampak negatif yang berhasil disembuhkan.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Definisi Konsep... 6

F. Metode Penelitian... 13

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 13

2. Subjek Penelitian... 14

3. Tahap-Tahap Penelitian... 14

4. Jenis dan Sumber Data... 15

5. Tehnik Pengumpulan Data... 18

6. Tehnik Analisis Data...19

7. Tehnik Keabsahan Data... 22

G. Sistematika Pembahasan... 23

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA... 26

A. Tokoh Agama... 26

1. Pengertian Pengertian Tokoh Agama... 26

2. Ciri-Ciri Tokoh Agama... 33

3. Peran Tokoh Agama... 34

4. Tugas Tokoh Agama... 37

B. Bimbingan dan Konseling Islam... 39

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam... 39

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam... 43

3. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam... 48

4. Peran Konselor... 51

5. Metode Bimbingan dan Konseling Islam...56

6. Tahap-Tahap Bimbingan dan Konseling Islam... 60

C. Kekerasan Seksual... 61

1. Pengertian Kekerasan Seksual... 61

2. Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual... 63

3. Faktor-Faktor Timbulnya Kekerasan Seksual... 64

4. Dampak Kekerasan Seksual... 67

(8)

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 81

BAB III: PENYAJIAN DATA... 88

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian... 88

1. Deskripsi Lokasi... 88

a. Letak Geografis... 88

b. Jumlah Penduduk... 90

c. Tata Pemerintahan... 90

d. Keadaan Sosial Masyarakat... 99

1) Potensi Sumber Daya Alam...99

2) Perekonomian atau home industry... 100

3) Kebudayaan... 101

B. Identitas Tokoh Agama dan identitas anak korban kekerasan seksual serta identitas orang tua korban kekerasan seksual... 101

C. Upaya Konseling Islami oleh Seorang Tokoh Agama dalam Menangani Anak Korban Kekerasan Seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik... 103

1. Tahap-Tahap Konseling... 103

D. Hasil Pelaksanaan Konseling Islami oleh Seorang Tokoh Agama dalam Menangani Anak Korban Kekerasan Seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik... 132

BAB IV: ANALISIS TENTANG UPAYA DAN HASIL PELAKSANAAN KONSELING ISLAM OLEH SEORANG TOKOH AGAMA DALAM MENANGANI ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI DUSUN NGEBRET DESA MOROWUDI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK... 140

A. Analisis Upaya Konseling Islam oleh Seorang Tokoh Agama dalam Menangani Anak Korban Kekerasaan Seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik... 140

B. Analisa Hasil Pelaksanaan Konseling Islam oleh Seorang Tokoh Agama dalam Menangani Anak Korban Kekerasan Seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik... 153

BAB V: PENUTUP... 159

A. Kesimpulan... 159

B. Saran... 160 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bimbingan dan konseling Islam sebagai suatu proses pemberian bantuan

terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk

Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.1

Menurut Yahya Jaya, bimbingan dan konseling Islam adalah pelayanan

bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada manusia yang

mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin mengembangakan

dimensi dan potensi keberagamaannya spiritual mungkin, baik secara

individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa

dalam beragama, dalam bidang bimbingan akidah, ibadah, akhlak, dan

muamalah, melalui berbagai jenis layanandan kegiatan pendukung

berdasarkan keimanan dan ketaqwaanyang terdapat dalam al-quran dan

hadits.2

Selain pengertian-pengertian di atas, Ainur Rohim Faqih juga berpendapat

bahwa bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan

terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk

Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di

akhirat.3 Dalam memberikan Bimbingan Konseling Islam harus mempunyai

kemampuan atau wawasan mengenai teori dalam konseling islami tersebut,

1

Thoha Musnamar, Dasar-Dasar Bonseptual Bimbingan dan Konseling Islam (Yogyakarta :UII Press, 1997), hal. 55

2

Yahya Jaya, Bimbingan dan Konseling Agama Islam (Padang : Angkasa Raya, 2004) hal. 108

3

(10)

2

selain itu bisa memberikan tauladan yang baik meskipun memiliki berbagai

keterbatasan dan kelemahan.

Seseorang yang bertugas memberikan Bimbingan Konseling Islam di

sebut Konselor islam. Konselor islam, dalam tugasnya membantu klien

menyelesaikan masalah kehidupan, dengan memperhatikan nilai-nilai dan

moralitas islami. Membantu mengatasi masalah kehidupan yang dialami oleh

klien atau konseli, maka sudah sewajarnya konselor harus menjadi tauladan

yang baik, agar klien merasa termotivasi dalam menyelesaikan masalah

kehidupannya.4

Konselor islami adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk

melakukan konsultasi berdasarkan standart profesi. Konselor pada dasarnya

tidak dapat melepaskan diri dari kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.

Konselor selalu terikat dengan keadaan dirinya. Dengan kata lain, faktor

kepribadian konselor menentukan corak pelayanan konseling yang

dilakukannya.

Kepribadian konselor dapat menentukan bentuk hubungan antara konselor

dan konseli, bentuk kualitas penanganan maslah, dan pemilihan alternatif

pemecahan masalah. Klien secara psikologis datang kepada konselor karena

beberapa alasan diantaranya, keyakinan bahwa diri konselor lebih arif, lebih

bijaksana, lebih mengetahui permasalahan, dan dapat juga dijadikan rujukan

bagi penyelesaian masalah. Dalam memberikan bimbingan konseling islam

4

(11)

3

tidak hanya diverikan kepada anak remaja atau orang dewasa, anak-anak pun

bisa diberikan bimbingan konseling islam.

Salah satu yang termasuk konselor islam adalah tokoh agama atau kyai.

Tokoh agama juga tidak jauh beda dengan konselor islami yang juga harus

memiliki suri teladan, Tokoh agama menjadi rujukan bagi klien dalam

menjalani kehidupan. Oleh karena itu, sebagai suri tauladan, maka sudah

tentu konselor islami atau tokoh agama adalah seorang yang menjadi rujukan

dalam perilaku kehidupan sehari-harinya. Kehidupan konselor menjadi

barometer bagi konseli.

Lebih-lebih pada zaman modern ini manusia lebih cenderung memenuhi

kebutuhannya secara bebas, yang pada akhirnya dapat terjadi kejahatan yang

melanda seperti terjadinya kekerasan seksual pada anak.

Menurut Rohan, kekerasan berkaitan dengan aturan normatif yang dianut

dan dimiliki si penilai pada suatu saat. Kemudian ahli studi sosiologi di

Amerika Serikat menghasilkan perumusan bahwa kekerasan seksual adalah

jenis perilaku atau tingkah laku yang menyimpang dari norma sosial.5

Sedangkan menurut Imam As’ari dalam bukunya “Patologi Sosial” bahwa

seks patologi sesungguhnya adalah perbuatan maladjustment (yang

dimaksudkan individu sebagai anggota masyarakat yang tidak bertingkah

laku sesuai dengan nilai sosial (social Value) yang terdapat dalam

masyarakat.6 Karena seseorang yang menjadi korban kekerasan seksual akan

5

rohar Collier, Pelecehan Seksual (Yogya: PT Tiara Wacana,1998), hal. 35.

6

(12)

4

mengalami trauma, apalagi korban kekerasan seksual tersebut adalah

anak-anak usia 7 tahun.

Seperti yang dilakukan oleh YL dan IL salah satu warga di Dusun Ngebret

Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik yang merupakan orang

tua SF, seorang gadis belia berusia 8 tahun yang menjadi korban kekerasan

seksual. Pelakunya tak lain adalah tetangganya sendiri, yaitu seorang kakek

berusia 63 tahun. Sejak mengetahui SF tidak lagi memiliki gairah dalam

menjalani kehidupan, kedua orangtuanya cemas dan memutuskan untuk

membawa dan meminta bantuan tokoh agama setempat untuk diberikan

bimbingan dan nasehat yang bersifat islami agar SF kembali menjadi seorang

anak yang ceria. orang tua SF beranggapan bahwa dengan dibawa ke tokoh

agama, selain SF, dirinya juga dapat merasakan kesejukan hati sehingga dapat

lebih sabar dan kuat dalam menghadapi masalah yang menimpa anaknya.

Dengan memperhatikan pembahasan tersebut diatas, penulis tertarik untuk

mengetahui upaya tokoh agama dalam memberikan konseling kepada anak

tersebut. oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Study

tentang upaya konseling islami oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasan seksual di dusun Ngebret desa Morowudi kecamatan Cerme kabupaten Gresik”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya konseling Islam oleh seorang tokoh agama dalam

menangani anak korban kekerasaan seksual di Dusun Ngebret Desa

(13)

5

2. Bagaimana hasil pelaksanaan konseling Islam oleh seorang tokoh agama

dalam menangani anak korban kekerasaan seksual di Dusun Ngebret

Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui upaya konseling Islam oleh seorang tokoh agama

dalam menangani anak korban kekerasaan seksual di Dusun Ngebret

Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

2. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan konseling Islam oleh seorang tokoh

agama dalam menangani anak korban kekerasaan seksual di Dusun

Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini untuk

memperkaya referensi bagi penelitian lain yang akan melakukan penelitian

mengenai upaya tokoh agama dalam memberikan motivasi kepada anak

korban kekerasan seksual melalui konseling islami.

2. Secara praktis, manfaat penelitian ini adalah Penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya kepada para tokoh agama yang

akan melakukan konseling islami kepada anak-anak dan kepada orang tua

(14)

6

E. Definisi Konsep

1. Tokoh Agama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tokoh diartikan sebagai

orang yang terkemuka/terkenal, panutan.7 Tokoh adalah orang yang

berhasil dibidangnya yang ditunjukkan dengan karya-karya monumental

dan mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya.

Untuk menentukan kualifikasi sang tokoh, kita dapat melihat karya

dan aktivitasnya, misalnya tokoh berskala regional dapat dilihat dari segi

apakah ia menjadi pengurus organisasi atau pemimpin lembaga ditingkat

regional, atau tokoh dalam bidang tertentu yang banyak memberikan

kontribusi pada masyarakat regional, dengan pikiran dan karya nyata yang

semuanya itu mempunyai pengaruh yang signifikan bagi peningkatan

kualitas masyarakat regional.

Disamping itu, ia harus mempunyai keistimewaan tertentu yang

berbeda dari orang lain yang sederajat pada tingkat regional, terutama

perbedaan keahlian dibidangnya. Dengan kualifikasi seperti itu, maka

ketokohan seseorang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.8

Sedangkan Tokoh Agama adalah orang yang memiliki atau

mempunyai kelebihan dan keunggulan dalam bidang keagamaan.

Dikatakan kelebihan dan keunggulan bidang keagamaan karena ia

memiliki pengetahuan dalam keagamaan diatas manusia pada umumnya.

7

Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:Kartika, 1997), hal. 68.

8

(15)

7

Tokoh agama merupakan barisan terdepan dalam mengatasi

kebobrokan sumber daya manusia. Segala kehidupan manusia terutama

yang berkaitan dengan masalah moralitas dan religious tokoh agamalah

sebagai tiangnya. Maksud dari Tokoh agama disini adalah kyai, ustadz,

ulama, dan imam.

Sedangkan Tokoh agama dalam penelitian ini adalah kyai. Kyai

adalah orang yang memiliki ilmu agama (Islam) plus amal dan akhlak

yang sesuai dengan ilmunya. Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan

bahwa “Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju

mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang

kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang kyai di salah satu

pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren tersebut merosot

karena kyai yang menggantikannya tidak sepopuler kyai yang telah wafat

itu”.9

Istilah kyai memiliki makna yang tidak tunggal dalam beberapa

hal, nama kyai melekat terhadap berbagai status. Salah satunya adalah

sebagai tokoh agama. Dalam pengertian ini, kyai merupakan figur.

Pemahaman semacam ini menunjukkan bahwa, kyai tidak hanya

merujuk kepada ahli agama yang menjadi pemimpin pesantren dan

mengajarkan kitab kuning. Lebih dari itu, kyai juga berperan besar dalam

melakukan transformasi sosial terhadap masyarakat sekitarnya.10.

9

Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta, eLSAQ Press, 2007), hal. 169.

10

(16)

8

Dari penjelasan di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa

Tokoh Agama adalah orang yang dihormati dikalangan masyarakat, karena

takaran taqwa dan wawasan agamanya sangat luas dan mendalam.

Adapun Tokoh Agama dalam penelitian ini adalah orang yang

yang memiliki keunggulan dalam ilmu keagamaan yang menjadi

pemimpin dalam suatu masyarakat untuk memberikan pengarahan hidup

yang baik sesuai ketentuan Allah agar masyarakat tersebut dapat mencapai

kebahagiaan dunia akhirat. Tokoh agama yang dimaksud sesuai pengertian

ini ialah Kyai yang ahli dibidang ilmu-ilmu agama islam, tidak memimpin

atau memiliki pesantren akan tetapi berperan besar dalam melakukan

transformasi sosial terhadap masyarakat sekitar..

2. Upaya Bimbingan dan Konseling Islam

Upaya adalah usaha atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,

memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya.11 Menurut

Pius A Purtanto,upaya adalah usaha, ikhtiar untuk mencapai suatu apa

yang hendak dicapai untuk diinginkan.12

Sedangkan Bimbingan dan konseling Islam terdiri dari tiga kata yang

masing-masingmemiliki perbedaan arti. Kata Bimbingan dalam kamus

bahasa inggris disebut guidence yang dikaitkan dengan kata asal guide,

yang diartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan (showing the way),

memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan petunjuk

11

Diknas, Pusat bahasa,(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.html diakses sabtu 19 Nopember 2016)

12

(17)

9

(giving intruction), mengatur (regulating), memberikan nasehat (giving

advice).13

Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara

dua individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu (klien)

untuk mencapai pengertian tentang dirinya dengan masalah-masalah yang

dihadapinya.14

Islam secara etimologis berasal dari bahasa arab (salima) yang artinya

selamat. Sedangkan islam secara terminologis dapat dikatakan agama

wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan Allah SWT

kepada nabi yang berlaku bagi seluruh manusia.

Dari ketiga istilah di atas, maka menurut Thohari Musnamar

pengertian Bimbingan dan konseling Islam sebagai suatu proses

pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali

eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT, sehingga dapat mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat.15

Dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling islam merupakan

suatu usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi

dan memecahkan masalah yang dialami klien agar dapat mencapai

kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat berdasarkan ajaran islam.

Adapun definisi Bimbingan dan konseling islam dalam penelitian ini

adalah suatu usaha yang diberikan oleh konselor untuk memberikan

13

W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), hal. 65.

14

Rochman Natawidjaja, Penyuluhan di Sekolah (Bandung : Fa. Hasmar, 1969), hal. 32.

15

(18)

10

bantuan kepada individu untuk bersama-sama memecahkan masalah agar

memperoleh kebahagiaan didunia maupun di akhirat.

3. Kekerasan Seksual

Salah satu bentuk dari patologi sosial yaitu seks patologi. Seks

patologi sesungguhnya adalah suatu perbuatan yang maladjusment dengan

keadaan lingkungannya. Maladjusment disini dimaksudkan individu

sebagai anggota masyarakat tidak bertingkah laku sesuai dengan nilai

sosial (social value) yang terdapat didalam masyarakat.16

Kekerasan seksual merupakan salah satu patologi sosial yang

termasuk ke dalam jenis seks patologi. Rohan mengemukakan bahwa

kekerasan berkaitan dengan aturan normatif yang dianut dan dimiliki si

penilai pada suatu saat. kemudian ahli studi sosiologi di Amerika Serikat

menghasilkan perumusan bahwa kekerasan seksual adalah jenis perilaku

atau tingkah laku yang menyimpang dari norma sosial.17

Pada penganiayaan seksual bisa terjadi luka memar, rasa sakit,

gatal-gatal didaerah kemaluannya, pendarahan dari vagina atau anus,

infeksi saluran kencing yang berulang, keluarnya cairan dari vagina.

Sering didapati korban menunjukkan gejala sulit berjalan atau duduk dan

terkena infeksi penyakit kelamin bahkan bisa terjadi suatu kehamilan yang

tidak dikehendaki.18

Dari segi tingkah laku anak-anak yang mengalami penganiayaan

sering menunjukkan: penariakn diri, ketakutan atau mungkin tingkah laku

16

Imam Asyari, Patologi Sosial (Surabaya : Usaha nasional, 2001), hal. 70.

17

Rohar Collier, Pelecehan Seksual (Yogya: PT Tiara Wacana,1998), hal. 35.

18

(19)

11

agesif, emosi yang labil. Mereka juga yang sering menunjukkan gejala

depresi, jati diri rendah, kecemasan, gangguan tidur,phobia, kelak bisa

tumbuh menjadi penganiaya, menjadi bersifat keras, gangguan stress

pascatrauma dan terlibat dalam penggunaan zat adiktif.19

Gejala depresi sering dilaporkan terjadi pada anak-anak yang

mengalami sexual abuse dan biasanya disertai dengan rasa malu, bersalah

dan perasaan-perasaan sebagai korban yang mengalami kerusakan

permanen. Sexual abuse sering juga merupakan faktor predisposisi untuk

berkembangnya gangguan dissociative identity (gangguan kepribadian

ganda) . Gangguan kepribadian ambang juga dilaporkan pada beberapa

penderita yang mempunyai sejarah pernah mengalami sexual abuse.20

Demikian secara lebih terperinci bahwa anak yang mengalami

kekerasan seksual dapat digolongkan menjadi empat:

a. Kerusakan Fisik

1) Terjadi luka memar, rasa sakit, gatal-gatal di daerah kemaluan.

2) Pendarahan pada vagina atau anus.

3) Infeksi saluran kencing yang berulang.

4) Keluarnya cairan pada vagina.

5) Sering pula didapati korban menujukkan gejala sulit berjalan atau

duduk.

6) Terkena infeksi penyakit bahkan bisa terjadi suatu kehamilan.

b. Gangguan Psikis (Mental)

19

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 103.

20

(20)

12

1) Sering menunjukkan gejala depresif

2) Jati diri yang rendah

3) Kecemasan

4) Menjadi sifat keras

5) Gangguan stress pasca trauma

c. Gangguan Emosi

1) Ketakutan

2) Emosi yang labil

3) Rasa malu dan bersalah

d. Gangguan Perilaku

1) Penarikan diri

2) Gangguan kepribadian ganda)

3) Kepribadian ambang

4) Mungkin juga tingkah laku agresif

5) Gangguan susah tidur\phobia

6) Kelak bisa tumbuh penganiaya

7) Terlibat dalam penggunaan zat adiktif.

Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

kekerasan seksual adalah kekerasan yang berupa seks atau jenis kelamin,

dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.

Adapun pengertian kekerasan seksual dalam penelitian ini adalah

tindakan yang berupa kekerasan pada hubungan seksual yang dilakukan

(21)

13

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang

langkah-langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah,

dianalisis, dan diambil kesimpulan.21

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, mulai dari

gagasan dan ide penelitian, mengumpulkan data, menjawab permasalahan

dan tujuan penelitian melakukan bkategorisasi.

Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan ini menggunakan

penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan dengan kata-kata yang objektif dan mendalam yang

nantinya data hasil penelitian tersebut dapat disajikan secara deskriptif

sehingga temuan hasil penelitian tersaji secara urut, detail dan mendalam.

Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan,

meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena

realitas sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan

berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter,

sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun

fenomena tertentu.22

Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan secara mendalam

hasil data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mengenai

upaya tokoh agama dalam memberikan konseling islami kepada anak

21

Wardi Bachtiar, Metodologi penelitian ilmu dakwah (Jakarta: Logos, 1999), hal. 1 .

22

(22)

14

korban kekerasan seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan

Cerme Kabupaten Gresik.

2. Subjek Penelitian

a. Subyek

Subyek dalam penelitian ini adalah tokoh agama dan anak korban

kekerasan seksual yang tinggal di Dusun Ngebret Desa Morowudi

Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

b. Obyek

Objek dalam penelitian ini sendiri adalah upaya tokoh agama dalam

memberikan konseling islami kepada anak korban kekerasan seksual di

Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

c. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Dusun ngebret RT 02 RW 03 Desa

Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

3. Tahap-Tahap Penelitian

Secara umum tahapan penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Tahap Pra-Lapangan

Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan penelitian yang berisi

penentuan lapangan penelitian, latar belakang, menjajaki atau menilai

lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan

(23)

15

data, rancangan prosedur analisa data, pengecekan kebenaran data,

studi pustaka.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti memahami latar penelitian dan persiapan

diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan

data. Menyesuaikan penampilan fisik serta cara berperilaku peneliti

dengan norma-norma, nilai-nilai, kebiasaan, dan adat istiadat tempat

penelitian.

Selanjutnya dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti

menerapkan teknik pengamatan, wawancara, dengan menggunakan

alat bantu seperti tape recorder, pulpen, buku tulis, dan sebagainya.

c. Tahap Analisis Data

Analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data.

Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan

dan komentar penelitian, gambar, foto, dokumen berupa laporan,

biografi, artikel, dan sebagainnya. Pekerjaan dalam analisis data dalam

hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi

kode dan mengkategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolahan

data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang

akhirnya menjadi teori substantif. Prinsip pokok penelitian kualitatif

adalah menemukan teori dari data.

4. Jenis dan sumber data

(24)

16

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber

utama atau sumber data primer. Sumber data primer adalah subjek

penelitian yang dijadikan sebagai sumber informasi penelitian dengan

menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data secara langsung23

atau yang dikenal dengan istilah interview (wawancara).

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

lain yang ada kaitannya dengan objek penelitian. Sumber data sekunder

merupakan sumber data yang tidak berhubungan secara langsung

dengan objek penelitian, akan tetapi memiliki informasi yang berkaitan

dengan objek penelitian.

Dalam penelitian ini, ada beberapa sumber data yang digunakan

oleh peneliti di antaranya:

1) Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau

sumber pertama dilapangan.24

Data Primer, yaitu data utama yang berupa hasil wawancara/

pembicaraan dan tindakan serta diperoleh melalui observasi dan

wawancara dengan informan penelitian dan pihak-pihak terkait

yang mampu memberikan keterangan dalam rangka untuk

mendapatkan informasi yang berkaitan dengan fokus masalah

penelitian.

23

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), hal. 91.

24

(25)

17

Sumber data primer dari penelitian ini diambil dari tokoh agama

yang tinggal di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kabupaten Gresik.

2) Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua

(bukan orang pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau

data tersebut. Sumber data sekunder merupakan pendekatan

penelitian yang menggunakan data-data yang telah ada, selanjutnya

dilakukan proses analisa dan interpretasi terhadap data-data

tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.25 Sumber data sekunder

diperoleh dari anak korban kekerasan seksual, ayah dan Ibu korban

kekerasan seksual yang tinggal di Dusun Ngebret Desa Morowudi

Kabupaten Gresik.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan

dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati

dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju. Inti observasi

25

(26)

18

adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin

dicapai.26

b. Wawancara Mendalam (In Depth Interview)

Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data

atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan,

dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang

diteliti.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga peneliti ingin mengetahui

hal-hal dari responden yang lebih dalam.27

Pada umumnya, wawancara dalam penelitian kualitatif ataupun

wawancara lainnya terdiri atas tiga bentuk, yaitu wawancara

terstruktur, wawancara semi terstruktur, wawancara tidak terstruktur.

Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah

wawancara berstruktur. Wawancara bentuk ini sangat terkesan seperti

interogasi karena sangat kaku dan pertukaran informasi antara peneliti

dengan subjek yang diteliti sangat minim. Wawancara ini digunakan

peneliti dengan cara terlebhih dahulu mempersiapkan bahan

pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara.

26

Haris Herdiansyah, Metodologi Peelitian Kualitatif (jakarta : Salemba Humatika, 2011), hal . 131.

27

(27)

19

Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari data sebanyak

mungkin melalui wawancara terhadap para informan, terutama

informan kunci. Peneliti berupaya mengajukan pertanyaan sedetail

mungkin tentang upaya tokoh agama dalam memberikan konseling

islami kepada anak korban kekerasan seksual di Dusun Ngebret Desa

Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data menggunakan tehnik analisis

bingkai. Tehnik analisis bingkai adalah suatu teknik analisis data dengan

melihat dan menemukan frame atau media package yaitu suatu perspektif

untuk melihat sebuah perspektif yang digunakan untuk melakukan

pengamatan, analisis, dan interpretasi terhadap sebuah realitas sosial di

masyarakat. Seperti umpamanya frame, reformasi, terorisme,

pembangunan, kondisi rawan, pahlawan, perlawanan, arus bawah dan

semacamnya adalah bentuk frame yang sering ditemui dimasyarakat.

Analisis bingkai pada awalnya merupakan aliran lain dalam

pendekatan analisis wacana khususnya sebagai alat analisis teks media,

namun setelah berkembang. Menurut Sobur, analisis wacana pada

awalnya digunakan sebagai alat untuk memaknai struktur konsep atau

perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan

dan wacana serta untuk mengategorikan realitas. Namun Goffan padatahun

1974 mengembangkan analisis bingkai sebagai strips of behavior yang

(28)

20

bingkai digunakan didalam ilmu komunikasi paradigma multidisipliner

untuk mendeskripsikan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek

khusus suatu realitas media.28

Analisis terdiri dari 3 alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,

yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.

Sebagaimana kita diketahui, reduksi data, berlangsung secara terus

menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung.

Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi

selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,

memberian gugus-gugus, membuat partisi, menulis memo). Reduksi

data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian

lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.29

Pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada data lapangan

yang telah terkumpul. Data lapangan tersebut selanjutnya dipilih,

dalam arti menentukan derajat relevansinya dengan maksud

penelitian. Selanjutnya, data yang terpilih disederhanakan, dalam arti

mengklasifikasikan data atas dasar tema-tema, memadukan data yang

tersebar, menelusuri tema untuk merekomendasikan data tambahan.

28

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hal. 159.

29

(29)

21

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.30 Dengan mencermati penyajian data ini,

peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa

yang harus dilakukan. Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya

atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan

memperdalam temuan tersebut.31

c. Kesimpulan

Tahap akhir proses pengumpulan data adalah penarikan

kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah

ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman

peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat

dilakukan proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk

pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan.

Dalam kegiatan penelitian kualitatif ini, penarikan kesimpulan

dapat saja berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung,

data kemudian dilakukan reduksi dan penyajian data. Hanya saja ini

perlu disadari bahwa kesimpulan yang dibuat itu bukan sebagai

sebuah kesimpulan final. Hal ini karena setelah proses penyimpulan

tersebut, peneliti dapat saja melakukan verifikasi hasil temuan ini

30

Ariesto, Terampil Mengolah Data Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 12.

31

(30)

22

kembali di lapangan. Dengan begitu, kesimpulan yang diambil dapat

sebagai pemicu peneliti untuk lebih memperdalam lagi proses

observasi dan wawancaranya.

Tahap ini peneliti akan menarik kesimpulan dari makna yang

muncul dari data mengenai upaya tokoh agama dalam memberikan

konseling islami kepada anak korban kekerasan seksual di Dusun

Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik.

7. Teknik Keabsahan Data

Menurut Moleong untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik

pemeriksaan. Dalam hal ini digunakan teknik:

a. Perpanjang keikutsertaan dalam penelitian kualitatif adalah instrumen

itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam

pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan

dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjang keikutsertaan

pada latar penelitian. Perpanjang keikut sertaan berarti peneliti tinggal

dilapngan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.32

Keikutsertaan di lapangan dalam rentang waktu yang panjang, dalam

penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang telah

dikumpulkan dari informan utama, maka perlu mengadakan

keikutsertaan dalam rentang waktu yang panjang. Adapun maksud

utama adanya perpanjangan di lapangan ini untuk mengecek kebenaran

32

(31)

23

data yang diberikan baik dari informan utama maupun informan

penunjang.

b. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap da ta itu. Teknik

trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam

trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan suatu penelitian diperlukan sistematika

pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah

pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub-bab antara lain: Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi

Konsep, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan, Jadwal Penelitian dan

pedoman wawancara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Kajian Teoritik (menjelaskan

tentang teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian), dan

(32)

24

Dalam penelitian ini kajian teoritik terdiri dari kajian tentang pengertian

tokoh agama, cirri-ciri tokoh agama, peran tokoh agama, tugas tokoh agama,

pengertian bimbingan konseling Islam, tujuan bimbingan konseling Islam,

prinsip-prinsip bimbingan konseling Islam, peran konselor, metode

bimbingan dan konseling Islam, tahap-tahap bimbingan konseling Islam, dan

kajian tentang pengertian kekerasan seksual, bentuk-bentuk kekerasan

seksual, faktor-faktor timbulnya kekerasan seksual, dan dampak kekerasan

seksual.

Sedangkan penelitian terdahulu yang relevan menyajikan hasil penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian yang hendak dilakukan.

BAB III PENYAJIAN DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Deskripsi umum objek

Penelitian meliputi deskripsi lokasi, identitas tokoh agama dan anak korban

kekerasan seksual serta gambaran kasus kekerasan seksual pada anak

dibawah umur di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme

Kabupaten Gresik.

Pada bab ini juga menyajikan deskripsi hasil Penelitian meliputi upaya

konseling Islam tokoh agama dalam menangani anak korban kekerasan

seksual serta deskripsi hasil pelaksanaan konseling islami oleh seorang tokoh

agama kepada anak korban kekerasan seksual.

BAB IV ANALISIS DATA

Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Temuan Penelitian, bagaimana

(33)

25

penelitian, dan Konfirmasi Temuan dengan Teori, dimana temuan penelitian

tadi dikaji dengan teori yang ada.

Pada bab ini membahas tentang analisa upaya dalam hasil pelaksanaan

konseling Islam oleh seorang tokoh agama dalam menangani anak korban

kekerasan seksual di Dusun Ngebret Desa Morowudi Kecamatan Cerme

Kabupaten Gresik.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan Rekomendasi, yang menjelaskan

hasil simpulan dari data yang dipaparkan dan rekomendasi hasil penelitian itu

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tokoh Agama

1. Pengertian Tokoh Agama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tokoh diartikan sebagai

orang yang terkemuka/terkenal, panutan.1 Tokoh adalah orang yang

berhasil dibidangnya yang ditunjukkan dengan karya-karya monumental

dan mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya.

Untuk menentukan kualifikasi sang tokoh, kita dapat melihat karya

dan aktivitasnya, misalnya tokoh berskala regional dapat dilihat dari segi

apakah ia menjadi pengurus organisasi atau pemimpin lembaga ditingkat

regional, atau tokoh dalam bidang tertentu yang banyak memberikan

kontribusi pada masyarakat regional, dengan pikiran dan karya nyata yang

semuanya itu mempunyai pengaruh yang signifikan bagi peningkatan

kualitas masyarakat regional.

Disamping itu, ia harus mempunyai keistimewaan tertentu yang

berbeda dari orang lain yang sederajat pada tingkat regional, terutama

perbedaan keahlian dibidangnya. Dengan kualifikasi seperti itu, maka

ketokohan seseorang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.2

Secara bahasa pengertian agama (ad-din) adalah “pembalasan”

(al-jaza’). Ad-din (agama) juga berarti ketaatan, loyalitas, dan ketundukan

diri. sedangkan secara istilah Ad-din (agama) juga berarti kekuasaan atau

1

Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:Kartika, 1997), hal. 68

2

(35)

27

aturan seperti raja yang mengikat banyak orang. Nabi Yusuf yang

menjebak saudaranya agar terkesan sebagai pencuri hak milik raja

“sebenarnya tidak ingin memberlakukan agama (aturan, hukum) Raja

Mesir (din- al-Malik) kepada saudaranya kecuali atas kehendak Allah”3

Agama berdasarkan pada iman melalui wahyu, menunjukkan

kebenaran “Nan-ilahi” atau kebenaran teologis mutlak atau absolute.

Kebenaran penafsiran ajaran agama yang berdasarkan kemampuan

manusia terutama mengenai permasalahan yang berhubungan dengan

kemasyarakatan masih dapat ditingkatkan derajat ketepatannya sesuai

dengan keadaan zaman.4

Tokoh agama merupakan sebutan dari Kyai. Pengertian Kyai

adalah orang yang memiliki ilmu agama (Islam) plus amal dan akhlak

yang sesuai dengan ilmunya. Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan

bahwa “Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju

mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang

kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang kyai di salah satu

pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren tersebut merosot

karena kyai yang menggantikannya tidak sepopuler kyai yang telah wafat

itu”.5

. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kyai berarti seorang yang

dipandang alim, pandai dalam bidag agama Islam. Menurut Abdullah ibnu

3

Rifyal Ka’bah, Partai Allah Partai Setan Agama Raja Agama Allah (Yogyakarta: Suluh Press, 2005), hal 17-19.

4

Jalaluddin, Psikologi Agama (Bandung: Raja Grafindo, 1995), hal. 1.

5

(36)

28

Abbas, kyai adalah orang-orang yang mengetahui bahwa Allah SWT

adalah Dzat yang berkuasa atas segala sesuatu.6

Menurut Mustafa al-Maraghi, kyai adalah orang-orang yang

mengetahui kekuasaan dan keagungan Allah SWT sehingga mereka takut

melakukan perbuatan maksiat. Menurut Sayyid Quthb mengartikan bahwa

kyai adalah orang-orang yang memikirkan dan menghayati ayat-ayat Allah

yang mengagumkan sehingga mereka dapat mencapai ma`rifatullah secara

hakiki.

Menurut Nurhayati Djamas mengatakan bahwa “kyai adalah

sebutan untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok

pesantren”.7

Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren.

Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa

pertumbuhan suatu pesantren semata-mata tergantung kemampuan

kepribadian kyainya. Menurut asal-usulnya perkataan kyai dalam bahasa

jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda:

a. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap kramat

umpamanya, “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan Kereta

Emas yang ada di Kraton Yogyakarta.

b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

6

Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat (Jakarta: Pustaka Beta, 2007), hal. 18.

7

(37)

29

c. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama

Islam yang memiliki atau yang menjadi pimpinan pesantren dan

mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santri. Selain gelar

kyai, ia juga disebut dengan orang alim (orang yang dalam

pengetahuan keislamanya). 8

Istilah kyai memiliki makna yang tidak tunggal dalam beberapa

hal, nama kyai melekat terhadap berbagai status. Salah satunya adalah

sebagai tokoh agama. Dalam pengertian ini, kyai merupakan figur.

Gelar kyai diberikan oleh masyarakat kepada seseorang ahli

dibidang ilmu-ilmu agama islam. Selain itu kyai harus memiliki pesantren,

serta mengajarkan kitab kuning pembagian atau kategorisasi. Kyai yang

dilakukan Dhofier ternyata tidak mampu sepenuhnya mewadai luasnya

penggunaan kyai. Dalam perkembangan sosial sekarang ini gelar kyai

ternyata tidak hanya diletakkan kepada pemimpin pesantren, tetapi juga

sering dianugerahkan kepada figur ahli agama, ataupun ilmuan islam yang

tidak memimpin atau memiliki pesantren. Dari figur kyai pun

berbeda-beda level atau tingkatan karismanya.

Pemahaman semacam ini menunjukkan bahwa, Kyai tidak hanya

merujuk kepada ahli agama yang menjadi pemimpin pesantren dan

mengajarkan kitab kuning. Lebih dari itu, Kyai juga berperan besar dalam

melakukan transformasi sosial terhadap masyarakat sekitarnya.9

8

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982), hal. 55.

9

(38)

30

Tokoh agama juga merupakan sebutan dari ulama, pengertian

Ulama, yaitu Ulama berasal dari bahasa Arab, jama’ (plural) dari kata

„alim yang berarti orang yang mengetahui, orang yang berilmu. Ulama

berarti para ahli ilmu atau para ahli pengetahuan atau para ilmuan.

Pemakaian perkataan ini di Indonesia agak bergesar sedikit dari pengertian

aslinya dalam bahasa arab. Di Indonesia, alem diartikan seorang yang jujur

dan tidak banyak bicara. Perkataan ulama’ dipakai dalam arti mufrad

(singular), sehingga kalau dimaksud jama’, ditambah perkataan para

sebelumnya, atau diulang, sesuai dengan kaedah bahasa Indonesia,

sehingga menjadi para ulama atau ulama-ulama10.

ulama-ulama yaitu orang-orang yang tinggi dan dalam

pengetahuannya tentang agama islam dan menjadi contoh ketauladanan

dalam mengamalkan agama itu dalam kehidupannya.11

Dalam masyarakat buat dewasa ini, pengaruh ulama masih besar

dan dalam beberapa hal menentukan. Partisipasi masyarakat didesa dalam

pembangunan dirasakan sangat tergantung kepada ikut sertanya ulama

masing-masing. Tanpa partisipasi para ulama’ jalannya pembangunan

tampak tertegun-tegun atau kurang lancar.

Gelar ulama’ diperoleh seseorang dengan dua syarat :

1. Mempunyai pengetahuan agama islam

2. Pengakuan masyarakat. 12

10

Taufik Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial ( Jakarta: CV Rajawali, 1983), hal: 3.

11

Taufik Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial ( Jakarta: CV Rajawali, 1983), hal: 308.

12

(39)

31

Syarat pertama dapat dipenuhi seseorang sesudah ia menempuh

masa belajar yang cukup lama. Syarat kedua, baru dapat dipenuhi sesudah

masyarakat melihat ketaatannya terhadap ajaran islam disamping

pengetahuannya tentang ajaran itu. Mengetahui saja tanpa mengamalkan

pengetahuan itu, tidak cukup untuk menarik pengakuan dari masyarakat.

Hal ini disebabkan, karena pengakuan sebagai ulama, diiringi dengan

penghormatan terhadap orang yang diakui itu. Sedang terhadap orang yang

mengetahui saja tanpa mengamalkan, tidak ada penghormatan itu, bahkan

sebaliknya akan mendapat celaan, lebih dari celaan terhadap orang yang

tidak mengamalkan, sedang ia pun tidak mengetahui.

Selanjutnya tokoh agama juga merupakan sebutan dari Pengajar agama

(Guru agama), golongan ini berasal dari rakyat biasa. Tetapi karena

ketekunannya belajar, mereka memperoleh berbagai ilmu pengetahuan.

Tentu ada perbedaan antara satu dengan lainnya tentang dalam dangkalnya

pengetahuan yang mereka miliki masing-masing, sebagai juga berbeda

tentang banyak sedikitnya bidang pengetahuan yang mereka kuasai.

Dahulu sebelum diperintah oleh Belanda, pegajar agama selain dari

menguasai ilmu pengetahuan bidang agama, juga banyak diantara mereka

yang menguasai pula bidang-bidang lain.13

Dari penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat di ambil

kesimpulan bahwa pengertian Tokoh Agama adalah orang yang memiliki

atau mempunyai kelebihan dan keunggulan dalam bidang keagamaan.

13

(40)

32

Dikatakan kelebihan dan keunggulan bidang keagamaan karena ia

memiliki pengetahuan dalam keagamaan diatas manusia pada umumnya.

Tokoh Agama merupakan orang yang dihormati dikalangan masyarakat,

karena takaran taqwa dan wawasan agamanya sangat luas dan mendalam.

Adapun Tokoh Agama dalam penelitian ini adalah orang yang

yang memiliki keunggulan dalam ilmu keagamaan yang menjadi

pemimpin dalam suatu masyarakat untuk memberikan pengarahan hidup

yang baik sesuai ketentuan Allah agar masyarakat tersebut dapat mencapai

kebahagiaan dunia akhirat. Tokoh agama yang dimaksud sesuai pengertian

ini ialah Kyai yang ahli dibidang ilmu-ilmu agama islam, tidak memimpin

atau memiliki pesantren akan tetapi berperan besar dalam melakukan

transformasi sosial terhadap masyarakat sekitar.

2. Ciri-Ciri Tokoh Agama

Menurut Munawar Fuad Noeh menyebutkan ciri-ciri kyai di

antaranya yaitu:

a. Tekun beribadah, yang wajib dan yang sunnah.

b. Zuhud, melepaskan diri dari ukuran dan kepentingan materi duniawi.

c. Memiliki ilmu akhirat, ilmu agama dalam kadar yang cukup.

d. Mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap kepentingan umum

e. Dan mengabdikan seluruh ilmunya untuk Allah SWT, niat yang benar

dalam berilmu dan beramal. 14

14

(41)

33

Menurut Imam Ghazali membagi ciri-ciri seorang Kyai diantaranya

yaitu:

a. Tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual ilmunya dan tidak

memperdagangkan ilmunya untuk kepentingan dunia. Perilakunya

sejalan dengan ucapannya dan tidak menyuruh orang berbuat kebaikan

sebelum ia mengamalkannya.

b. Mengajarkan ilmunya untuk kepentingan akhirat, senantiasa dalam

mendalami ilmu pengetahuan yang dapat mendekatkan dirinya kepada

Allah SWT, dan menjauhi segala perdebatan yang sia-sia.

c. Mengejar kehidupan akhirat dengan mengamalkan ilmunya dan

menunaikan berbagai ibadah.

d. Menjauhi godaan penguasa jahat.

e. Tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum ia menemukan dalilnya dari

Al-Qur`an dan As-Sunnah.

f. Senang kepada setiap ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah

SWT. Cinta kepada musyahadah (ilmu untuk menyingkap kebesaran

Allah SWT), muraqabah (ilmu untuk mencintai perintah Allah dan

menjauhi larangan-Nya), dan optimis terhadap rahmat-Nya, di

antaranya:

1) Berusaha sekuat-kuatnya mencapai tingkat haqqul-yaqin.

2) Senantiasa khasyyah kepada Allah, takzim atas segala

kebesaran-Nya, tawadhu`, hidup sederhana, dan berakhlak mulia terhadap Allah

(42)

34

3) Menjauhi ilmu yang dapat membatalkan amal dan kesucian hatinya.

4) Memiliki ilmu yang berpangkal di dalam hati, bukan di atas kitab. Ia

hanya taklid kepada hal-hal yang telah diajarkan Rasulullah saw. 15

Menurut Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya

An-Nashaihud Diniyah mengemukakan sejumlah kriteria atau ciri-ciri

kyai di antaranya ialah: Dia takut kepada Allah, bersikap zuhud pada

dunia, merasa cukup (qana`ah) dengan rezeki yang sedikit dan

menyedekahkan harta yang berlebih dari kebutuhan dirinya. Kepada

masyarakat dia suka memberi nasehat, ber amar ma`ruf nahi munkar dan

menyayangi mereka serta suka membimbing ke arah kebaikan dan

mengajak pada hidayah.

Kepada mereka ia juga bersikap tawadhu`, berlapang dada dan

tidak tamak pada apa yang ada pada mereka serta tidak mendahulukan

orang kaya daripada yang miskin. Dia sendiri selalu bergegas melakukan

ibadah, tidak kasar sikapnya, hatinya tidak keras dan akhlaknya baik.16

3. Peran Tokoh Agama

Kyai memiliki pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat.

Segala keputusan baik hukum, sosial, agama maupun politik harus sesuai

dengan anjuran para kyai. Berangkat dari fenomena itu, peran kyai untuk

15

Hsubky Badruddin, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal: 57.

16

A. Mustofa Bisri, Percik-percik Keteladanan Kyai Hamid Ahmad Pasuruan (Rembang:

(43)

35

menghidupkan kembali spirit nasionalisme Indonesia sangat penting. Dalam

konteks keIndonesiaan, dilihat dari segi kepemimpinan kyai sejajar dengan

pemerintah dalam ruang sosial politik, dan militer dalam hal ini keamanan

negara. Peran kyai sangat dibutuhkan untuk mengangkat jiwa nasionalisme

yang lemah. Sebagai tokoh sentral dalam masyarakat, tentunya peran kyai

dalam membangkitkan jiwa nasionalisme yang lemah. Sebagai tokoh sentral

dalam masyarakat, tentunya peran kyai dalam membangkitkan jiwa

nasionalisme kaum muda sangat urgent.17

Dominannya peran kyai dalam sistem sosial pada masyarakat

Indonesia membuat posisi para kyai sangat penting sehingga masyarakat

sering menjadikan kyai sebagai rujukan dalam masalah kehidupan sehari-

hari seperti urusan ibadah, pekerjaan, urusan rumah tangga bahkan urusan

politik.18

Secara umum peran dari seorang kyai adalah sebagai penuntun dan

pengarah dalam segi keilmuan agama kepada masyarakat atau umat, oleh

karena perannya dalam masyarakat yang sangat aktif, ini menjadi sangat

rawan dalam percaturan politik, eksistensi seorang kyai dalam

memobilisasi masyarakat dalam segi keilmuan sering kali dimanfaatkan

oleh partai poitik sebagai partner dalam pemenangan partainya, dengan

alasan kyai sebagai elit agama dapat menjadi tolak ukur masa yang ada di

sekitarnya. Beberapa dimensi keterlibatan kyai dalam politik dalam konteks

17

Ali Maskhan Moesa, Kiai NU dan Spirit Nasionalisme (Jogjakarta: LKJS, 2007), hal. 65.

18

(44)

36

sosial maupun ekonomi yang diperkirakan berpengaruh hingga

mengakibatkan lahirnya variasi respon kyai dalam politik itu sendiri, ada

yang dengan tegas menyatakan tidak mau terlibat dengan politik, ada pula

yang terang-terangan mendukung salah satu partai politik dengan berbagai

macam alasan. Karena partisipasi lebih memberikan nuansa aktif dan

dilakukan dengan kesengajaan.19

Kita membedakan antara status kyai dan peranan kekyaiannya

misalnya, kita dapat mengatakan bahwa status kyai terdiri atas sekumpulan

kewajiban tertentu , seperti kewajiban mendidik santri, melayani umat dan

sebagainya. Sebagai kyai juga ada sekumpulan hak, seperti mendapat

penghormatan dari santri dan umat, memperoleh legimitasi sosial, memiliki

pengikut dan menerima atas jasanya.20

Di Indonesia yang kebanyakan menganut agama Islam kyai

merupakan salah satu prioritas utama yang mempunyai kedudukan sangat

terhormat dan berpengaruh besar pada perkembangan masyarakat tersebut.

Kyai sebagai salah satu tokoh strategis dalam masyarakat karena

ketokohannya sebagai figur yang mempunyai pengetahuan luas dan

mendalam mengenai ajaran agama Islam.21

19

Imam Suprayogo, Kyai Dan Politik Membaca Citra Politik (Malang: UIN-Malang Press, 2007), hal. 44.

20

Achmad Patoni, Peran Kyai Pesantren dalam Parpol (Jogjakarta: PT Pustaka pelajar, 2007), hal:41

21

(45)

37

Peran kyai semakin kuat dalam masyarakat, ketika kehadirannya

diyakini membawa berkah misalnya tidak jarang kyai diminta mengobati

orang sakit, memberikan ceramah agama.22

4. Tugas Tokoh Agama

Di samping kita mengetahui beberapa kriteria atau ciri-ciri seorang

kyai diatas, adapun tugas dan kewajiban kyai menurut Hamdan Rasyid di

antaranya adalah:

a. Melaksanakan tablikh dan dakwah untuk membimbing umat.

Kyai mempunyai kewajiban mengajar, mendidik dan membimbing

umat manusia agar menjadi orang-orang yang beriman dan

melaksanakan ajaran Islam.

b. Melaksanakan amar ma`ruf nahi munkar.

Seorang kyai harus melaksanakan amar ma`ruf dan nahi munkar,

baik kepada rakyat kebanyakan (umat) maupun kepada para pejabat

dan penguasa Negara (umara), terutama kepada para pemimpin,

karena sikap dan perilaku mereka banyak berpengaruh terhadap

masyarakat.

c. Memberikan contoh dan teladan yang baik kepada masyarakat.

Para kyai harus konsekwen dalam melaksanakan ajaran Islam

untuk diri mereka sendiri maupun keluarga, saudara-saudara, dan

sanak familinya. Salah satu penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah

22

(46)

38

SAW, adalah karena beliau dapat dijadikan teladan bagi umatnya.

Sebagaimana difirmankan dalam surat Al-Ahzab ayat 21:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu”.(QS. Al-Ahzab: 21).11

d. Memberikan penjelasan kepada masyarakat terhadap berbagai macam

ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al- Sunnah.

Para kyai harus menjelaskan hal-hal tersebut agar dapat dijadikan

pedoman dan rujukan dalam menjalani kehidupan.

e. Memberikan Solusi bagi persoalan-persoalan umat.

Kyai harus bisa memberi keputusan terhadap berbagai

permasalahan yang dihadapi masyarakat secara adil berdasarkan

al-Qur`an dan al-Sunnah.

f. Membentuk orientasi kehidupan masyarakat yang bermoral dan

berbudi luhur.

Dengan demikian, nilai-nilai agama Islam dapat terinternalisasi ke

dalam jiwa mereka, yang pada akhirnya mereka memiliki watak

mandiri, karakter yang kuat dan terpuji, ketaatan dalam beragama,

kedisiplinan dalam beribadah, serta menghormati sesama manusia.

Jika masyarakat telah memiliki orientasi kehidupan yang bermoral,

maka mereka akan mampu memfilter infiltrasi budaya asing dengan

mengambil sisi positif dan membuang sisi negatif.

g. Menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Yaitu terutama pada masa-masa kritis seperti ketika terjadi ketidak

(47)

39

yang melanda manusia, perampokan, pencurian yang terjadi

dimana-mana, pembunuhan, sehingga umatpun merasa diayomi, tenang,

tenteram, bahagia, dan sejahtera di bawah bimbingannya. 23

B. Bimbingan dan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling Islam terdiri dari tiga kata yang

masing-masingmemiliki perbedaan arti. Kata Bimbingan dalam kamus bahasa

inggris disebut guidence yang dikaitkan dengan kata asal guide, yang

diartikan sebagai berikut: menunjukkan jalan (showing the way),

memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan petunjuk

(giving intruction), mengatur (regulating), memberikan nasehat (giving

advice).24

Dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling karya Prayitno

dan Erman Amti, crow&crow mengatakan Bimbingan adalah bantuan

yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan yang memiliki

kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik dan terlatih dengan

baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur

kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri,

membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.25

23

Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat (Jakarta: Pustaka Beta,

2007), hal. 22. 24

W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997) hal. 65.

25

(48)

40

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang

(individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang

menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima

fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu:

a. Mengenal diri sendiri dan lingkungannya

b. Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis

c. Mengambil keputusan

d. Mengarahkan diri

e. Mewujudkan diri26

Pendapat lain menyatakan bahwa bimbingan merupakan pencegahan

munculnya masalah yang dialami oleh individu dengan kata lain

bimbingan sifat atau fungsinya preventif (pencegahan), sedangkan

konseling sifatnya kuratif dan korektif. Namun bimbingan dan konseling

dihadapkan pada objek yang sama yaitu “problem” sedangkan

perbedaannya terletak pada perhatian dan perlakuan masalah.

Sedangkan arti counseling dalam kamus bahasa inggris dikaitkan

dengan kata counsel, yang diartikan sebagai berikut : nasehat ( to abtain

counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel), dengan

demikian counseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat,

pemberian anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.27

Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara

dua individu, di mana yang seorang (konselor) berusaha membantu (klien)

26

Prayitno, Profesionelisasi Konseling dan pendidik Konseling ( Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek PLTK, 1983) hal : 35.

27

(49)

41

untuk mencapai pengertian tentang dirinya dengan masalah-masalah yang

dihadapinya.28

Dulu istilah konseling di Indonesia menjadi penyuluh (nasehat), akan

tetapi istilah penyuluhan banyak digunakan pada bimbingan lain, misalnya

dalam penyuluhan pertanian dan penyuluhan keluarga berencana, yang

sama sekali berbeda isinya dengan yang dimaksud konseling. Maka agar

tidak menimbulkan salah paham istilah counseling tersebut langsung

diserap menjadi konseling.29

Islam secara etimologis berasal dari bahasa arab (salima) yang artinya

selamat. Sedangkan islam secara terminologis dapat dikatakan agama

wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan Allah SWT

kepada nabi yang berlaku bagi seluruh manusia.

Dari ketiga istilah di atas, maka menurut Thohari Musnamar

pengertian Bimbingan dan konseling Islam sebagai suatu proses

pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali

eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT, sehingga dapat mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat.30

Ada beberapa definisi tentang bimbingan dan konseling islam, yaitu

sebagai berikut:

Menurut Yahya Jaya, bimbingan dan konseling Islam adalah

pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada manusia

28

Rochman Natawidjaja, Penyuluhan di Sekolah (Bandung : Fa. Hasmar, 1969), hal. 32.

29

Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam ( Yogyakarta UII, 2001), hal. 1.

30

(50)

42

yang mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin

mengembangakan dimensi dan potensi keberagamaannya spiritual

mungkin, baik secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia

yang mandiri dan dewasa dalam beragama, dalam bidang bimbingan

akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah, melalui berbagai jenis layanandan

kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang terdapat

dalam al-quran dan hadits.31

Menurut Ainur Rohim Faqih, bimbingan dan konseling Islam adalah

proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras

dengan ketetntuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai

kebahagiaan hidup diudnia dan di akhirat.32

Farid Mashudi dalam bukunya menyebut Bimbingan dan Konseling

Islam dengan istilah konseling religius, yaitu proses bantuan yang

diberikan kepada individu agar memperoleh pencerahan diri dalam

memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama (aqidah, ibadah dan akhlak

mulia). Hal ini dilakukan melalui uswah hasanah, pembiasaan atau

pelatihan, dialog, dan pemberian informasi yangt berlangsung sejak usia

dini sampai dewasa.33

Menurut Zulkifli Akbar dikutip dari buku karangan Drs. Shahudi

Siradj, Msi mengemukakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami

merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh konselor (yang

31

Yahya Jaya, Bimbingan dan Konseling Agama Islam (Padang : Angkasa Raya, 2004) hal.108.

32

Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam ( Yogyakarta UII, 2001), hal. 4.

33

(51)

43

kompeten) dengan individu yang bertujuan untuk membantu dalam

memecahkan masalahnya sendiri dengan menggunakan ajaran-ajaran

islam dan pemikiran logis yang dikaitkan dengan ajaran islam agar

memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.34

Bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan

terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan

petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian didunia dan

akhirat.35

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan <

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Pemerintahan Desa Morowudi
Tabel 4.1 Analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam pada Indah.

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan Deskriptif, berdasarkan hal tersebut di atas maka konteks penelitian ini

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, metode ini dipilih agar diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan

Metode yang digunakan adalah: (1) jenis penelitian, penelitian ini melalui pendekatan deskriptif kualitatif yaitu mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh

Dalam menjawab permasalahan, penulis menggunakan pendekatan sosial ekonomi. Penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, kemudian untuk memperoleh

Untuk menjawab pertanyaan tersebut secara menyeluruh dan detail, peneliti menggunakan pendekatan penelitian dengan metode kualitatif deskriptif dan teori Funsionalisme

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif.Metode yang

Kemudian untuk menjawab permasalahan proses dan hasil tersebut, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Instrumen pengumpul data dilakukan