• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pemahaman mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya melalui strategi guided note taking pada siswa kelas 4 di MI Islamiyah Geluran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan pemahaman mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya melalui strategi guided note taking pada siswa kelas 4 di MI Islamiyah Geluran."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI STRATEGI GUIDED NOTE TAKING

PADA SISWA KELAS 4 DI MI ISLAMIYAH GELURAN

SKRIPSI

Oleh:

RAHMAT AFIF MAULANA NIM. D07213029

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Rahmat Afif Maulana. 2017. Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya Melalui Strategi Guided Note Taking Pada Siswa Kelas 4 Di MI Islamiyah Geluran. Drs. Nadlir, M.Pd.I, Drs. H. Munawir, M.Ag

Kata Kunci: Kemampuan Pemahaman, Mata Pelajaran IPA, Strategi Guided Note Taking,

Latar belakang penulisan ini adalah rendahnya pemahaman mata pelajaran IPA yang dicapai oleh siswa. Sering kali dalam menerangkan guru menggunakan ceramah dalam pembelajaran. Sehingga siswa pasif dalam menerima pembelajaran. Untuk itu, Peneliti mengatasi permasalahan tersebut dengan menggunakan strategi Guided Note Taking dalam pelaksanaan pembelajaran IPA materi benda dan sifatnya.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan strategi Guided Note Taking untuk meningkatkan pemahaman mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya pada siswa kelas 4 di MI Islamiyah Geluran?. (2) Bagaimana peningkatan pemahaman mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya melalui strategi

Guided Note Taking pada siswa kelas 4 di MI Islamiyah Geluran?. Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui penerapan strategi Guided Note Taking

untuk meningkatkan pemahaman mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya pada siswa kelas 4 di MI Islamiyah Geluran. (2) Untuk mengetahui peningkatan pemahaman mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya melalui strategi Guided Note Taking pada siswa kelas 4 di MI Islamiyah Geluran.

Metode penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus dengan empat tahapan yaitu, (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Tes, lembar observasi aktifitas guru dan siswa, dan dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif yang diuraikan secara deskriptif dan analisis data kualitatif.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Penerapan strategi

(7)

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... vi

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tindakan Yang Dipilih ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Lingkup Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman IPA ... 13

1. Hakikat Pemahaman IPA ... 13

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman IPA ... 19

3. Tingkatan Pemahaman IPA ... 25

4. Indikator Pemahaman IPA ... 31

(8)

2. Pengertian Strategi Pembelajaran Guided Note Taking ... 36

3. Langkah Penerapan Strategi Guided Note Taking ... 38

4. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Guided Note Taking ... 40

C. Strategi Pembelajaran Guided Note Taking dan Hubungannya dengan Kemampuan Pemahaman IPA ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 45

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 49

1. Setting Penelitian... 49

2. Karakteristik Subyek Penelitian ... 49

C. Variabel Penelitian ... 50

D. Rencana Tindakan ... 50

1. Siklus I... 51

2. Siklus II ... 55

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 58

1. Data ... 58

2. Cara Pengumpulan Data ... 59

F. Indikator Kinerja……… ... 60

G. Tim Peneliti dan Tugasnya... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63

1. Siklus I... 64

2. Siklus II ... 72

B. Pembahasan ... 80

Bab V PENUTUP A. Simpulan ... 85

(9)
(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak semua anak. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar, pendidikan mendapat perhatian khusus dan tercantum secara eksplisit pada alenia ke empat. Bahkan, pendidikan sudah dianggap sebagai sebuah hak asasi yang harus secara bebas dapat dimiliki oleh semua anak. Seperti yang tercantum dalam Universal Declaration Of Human Right 1948 Pasal 26 (1) yang menyatakan bahwa:

“Setiap orang memiliki hak atas pendidikan. Pendidkkan haruslah bebas, paling tidak pada tingkat dasar. Pendidkan dasar haruslah bersifat wajib. Pendidikan teknik dan profesi harus tersedia dan pendidkan tinggi harus dapat diakses secara adil oleh semua.”1

Selain ayat yang tercantum dalam Universal Decaration Of Human Right

1948, pendapat serupa juga dikemukakan oleh Langeved bahwa pendidikan didefinisikan sebagai setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan pada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

Berlangsungnya pendidikan di indonesia tidak lepas dari dua unsur yakni belajar dan pembelajaran. Belajar dapat didefinisikan suatu kegiatan yang

(11)

dilaksanakan oleh individu agar terjadi perubahan pada dirinya baik dari segi internal maupun eksternal. Dengan dilaksanakannya belajar, maka individu yang mulanya tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukannya. Begitu pula dari yang mulanya tidak terampil menjadi terampil.2

Pendidikan berkaitan erat dengan akal dan pemikiran manusia. Akal dan pemikiran manusia didapatkan melalui pembelajaran yang bersifat nyata dan dapat ditangkap oleh indra manusia. Hal ini didorong oleh rasa keingintahuan manusia terhadap ilmu yang akan dipelajari. Setelah memunculkan rasa ingin tahu yang besar maka manusia akan berfikir secara ilmiah, sehingga akan selaras dengan pembelajaran IPA.

Sedangkan pembelajaran ialah suatu kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu dan membimbing siswa dalam memperoleh informasi, mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran akan menyebabkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, untuk memperoleh informasi. Siswa bertindak sebagai subjek belajar yang melakukan kegiatan belajar untuk memperoleh informasi, sedangkan guru hanya membantu proses pemerolehan informasi yang dilakukan oleh siswa.3

Kualitas pembelajaran yang bagus berasal dari hasil pembelajaran yang di capai oleh siswa. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan berpengaruh ke hasil pencapaian siswa. Hasil yang di peroleh siswa

2 Toto Ruhimat, dkk, Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung: Rajawali Pers, 2013) ,127. 3 Asep Herry Hernawan, dkk, Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran (Jakarta: Universitas

(12)

menggambarkan mutu kualitas siswa yang baik sekaligus menggambarkan ke-efektifan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Pada jenjang MI/SD mata pelajaran IPA hanya mengulas pembelajaran yang bersifat dangkal dan tidak terlalu mendalam. Mata pelajaran IPA memiliki beberapa cabang, di antaranya yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi yang sudah kita kenal di lingkungan Sekolah Menengah Atas.

Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala dalam alam semesta seluruhnya sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Sementara Abdullah Aly sebagaimana pendapat H.W. Fowler bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi.4

Di Indonesia, peserta didik yang mempelajari IPA relatif belum mampu menggunakan pengetahuan IPA yang mereka peroleh untuk menghadapi tantangan kehidupan nyata. PISA (Program for International Student Assesment) 2006 yang berfokus pada literasi IPA mengukuhkan siswa di Indonesia menempati posisi ke-50 dari 57. Hasil belajar IPA yang dicapai oleh siswa di Indonesia yang tergolong rendah dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu karakteristik siswa dan keluarga, kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi belajar, tingkat kehadiran dan rasa memiliki. Konsep IPA untuk sebagian besar peserta didik merupakan konsep yang sulit. Sehingga seorang guru dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran IPA jika dia mampu mengubah pembelajaran yang

(13)

semula sulit menjadi mudah, yang semula tidak menarik menjadi menarik, yang semula tidak bermakna menjadi bermakna sehingga siswa menjadikan belajar IPA adalah kebutuhan bukan karena keterpaksaan.5

Pelajaran IPA sering dianggap sulit oleh beberapa siswa. Seharusnya IPA merupakan pelajaran yang sangat menyenangkan dikarenakan langsung bersentuhan dengan alam dan lebih bersifat nyata dalam pembelajaran. Hal ini berkebalikan dengan realita, banyak siswa yang menganggap pelajaran IPA itu menyulitkan. Memang perlu inovasi-inovasi dalam memberikan pelajaran IPA, sehingga siswa dapat menganggap pelajaran IPA itu mudah.

Hal demikian sering terjadi diindikasikan dari pola dan cara guru dalam menerapkan pembelajaran di kelas. Mayoritas guru, masih mendominasi kelasnya dengan metode ceramah, menghafalkan materi, penugasan dan menyalin ulang materi dari sumber ajar yang ada. Akibatnya, pemahaman siswa terhadap materi tersebut belum sepenuhnya tertanam dalam ingatan mereka. Agar hal itu tidak akan terjadi berlarut-larut dan mengurangi pemahaman, minat hingga hasil belajar siswa, maka hendaknya guru meningkatkan keterampilan dalam mengajar.

Materi benda dan sifatnya adalah salah satu materi pelajaran IPA kelas 4 yang mengkaji tentang macam-macam benda, sifat benda, perubahan dan keguanaannya. Tidak hanya itu, di dalamnya dikupas tentang perubahan benda yang biasanya kita jumpai di sekitar kita. Di antaranya salah satu perubahan yang sering dijumpai adalah mencair. Mencair merupakan perubahan benda dari padat

(14)

ke cair. Selain itu masih ada beberapa macam perubahan benda yang akan dipelajari.6

Salah satu masalah yang dijumpai pada observasi di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Taman Sidoarjo kelas 4 pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah siswa hanya sekedar mendengar ceramah dari guru yang berada di depan kelas menyampaikan materi yang di pelajari. Siswa tidak jarang hanya di beri tugas oleh guru dengan mengerjakan lembar kerja setelah guru menerangkan materi yang di pelajari. Guru hanya berpedoman pada lembar latihan siswa yang kita tahu muatan di dalamnya sangatlah minim.7

Akibatnya aktivitas tersebut membawa dampak terhadap pemahaman siswa dalam menerima materi yang disampaikan. Bisa dilihat dalam hasil penugasan pada siswa kelas 4 materi benda dan sifatnya dari 39 siswa dalam kelas, hanya 75% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Untuk Kriteria Ketuntasan Minimal dalam mata pelajaran IPA adalah 75, nilai KKM ini turun 5 poin dari tahun sebelumnya yaitu 80.8 Setelah peneliti melakukan tes ulang dengan menggunakan instrumen yang di buat peneliti, peneliti mendapatkan hasil tergolong rendah dengan rata-rata nilai siswa satu kelas mendapat 47,56 dan dari 39 siswa hanya 4 siswa yang mencapai nilai KKM,9

6 Haryanto, Sains (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2002), 81.

7 Hasil Observasi pada saat pembelajaran IPA kelas IV MI Islamiyag Geluran Taman pada tanggal 01 November 2016

8 Hasil Wawancara dengan Guru Mapel IPA Kelas IV MI Islamiyah Geluran Taman pada tanggal 01 November 2016

(15)

Menindak lanjuti fenomena tersebut, peneliti berusaha memperbaiki dan mencari solusi dari proses belajar mengajar dengan menginovasi pembaharuan dalam strategi pembelajaran. Pada awalnya guru hanya memberikan strategi pembelajaran dengan ceramah, peneliti akan menggunakan strategi pembelajaran

Guided Note Taking. Strategi ini dapat menambah pemahaman mereka tentang materi yang dipelajari, karena dalam strategi ini dapat membimbing siswa untuk memahami konsep-konsep dalam materi dengan bantuan kalimat rumpang.

Dari uraian penjelasan di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih jauh bagaimana penerapan strategi pembelajaran Guided Note Taking dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat benda dan sifatnya siswa kelas 4 MI Islamiyah Geluran Taman Sidoarjo.

Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan tersebut, tidak cukup dengan sekedar jawaban yang tidak mempunyai alasan kuat, dalam upaya untuk mencari jawaban tersebut penulis perlu mengadakan penelitian lapangan yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran IPA Materi Benda dan Sifatnya

Melalui Strategi Guided Note Taking Pada Siswa Kelas 4 Di MI Islamiyah

Geluran.”

B.Rumusan Masalah

(16)

1. Bagaimana penerapan strategi Guided Note Taking untuk meningkatkan pemahaman mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya pada siswa kelas 4 di MI Islamiyah Geluran?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya melalui strategi Guided Note Taking pada siswa kelas 4 di MI Islamiyah Geluran?

C.Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi oleh peneliti pada siswa kelas 4 dalam materi benda dan sifatnya yaitu dengan meningkatkan kemampuan memahami materi menggunakan strategi pembelajaran Guided Note Taking.

(17)

Mata pelajaran IPA yang masih dianggap siswa merupakan mata pelajaran yang sulit difahami, tetapi akan dipermudah dengan penerapan strategi Guided Note Taking. Pada materi benda dan sifatnya berdasarkan pemaparan diatas, lebih rincinya alasan penggunaan strategi Guided Note Taking dalam penelitian ini adalah:

1. Materi benda dan sifatnya memiliki beberapa sub bab dengan macam-macam benda dan benda tersebut juga memiliki macam-macam sifat yang dimiliki. Diharapkan dapat mempermudah siswa dalam mengingat dan memahami tanpa menghafalkan.

2. Siswa-siswi MI Islamiyah Geluran Taman yang merasa mengantuk, suka berbicara dengan teman sebangku ketika guru menerangkan, malas menghafalkan dan bosan dengan metode pembelajaran non kreatif, inovatif dan kurang menyenangkan. Adanya strategi pembelajaran Guided Note Taking, sifat-sifat tersebut dapat terminimalisir.

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditentukan tujuan penelitian diantaranya, sebagai berikut:

(18)

2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya melalui strategi Guided Note Taking pada siswa kelas 4 di MI Islamiyah Geluran.

E.Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 4 Madrasah Ibtida’iyah Islamiyah Geluran Taman dengan :

1. Subjek yang diteliti difokuskan pada siswa kelas 4 MI Islamiyah Geluran Taman semester ganjil tahun ajaran 2016-2017.

2. Penelitian difokuskan pada peningkatan pemahaman mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 4 semester ganjil materi benda dan sifatnya dengan menggunakan strategi pembelajaran Guided Note Taking.

a. Peningkatan kemampuan memahami.

Kemampuan memahami memiliki beberapa indikator didalamnya, diantaranya adalah:

1) Mengartikan.

2) Memberikan contoh. 3) Mengklasifikasi. 4) Menyimpulkan. 5) Menduga.

(19)

7) Menjelaskan.

b. Strategi Guided Note Taking.

Dalam pelaksanaanya terdapat beberapa langkah, diantaranya adalah: 1) Menyiapkan hand out yang berisi ringkasan poin-poin utama dari

pembelajaran.

2) Mengkosongkan poin-poin/istilah yang penting yang terdapat dalam materi agar terdapat ruang kosong berupa titik-titik.

3) Penjelasan prosedur pembelajaran yang menggunakan strategi Guided Note Taking.

4) Pengisian titik kosong selama guru menyampaikan materi pembelajaran dengan ceramah.

5) Penilaian hasil hand out dengan cara siswa membacakan hasil kerja siswa.

3.Standar Kompetensi :

1. Memahami sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.

4. Kompetensi Dasar:

1.1Mengidentifikasi wujud benda padat,cair dan gas memiliki sifat tertentu. 5. Indikator

(20)

1.1.3 Mengidentifikasi wujud benda gas

F.Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Penelitian dilaksanakan agar menjadikan pembelajaran yang aktif, tidak hanya aktif pada guru, tetapi siswa juga berperan langsung dalam pembelajaran yang dilakukan, sehingga pembelajaran yang dilakukan akan mudah diingat oleh siswa.

b. Siswa bisa mendapatkan suasana belajar baru yang lebih menyenangkan sesuai dengan karakteristik mereka yang masih senang bermain-main dan melakukan hal-hal yang mereka suka.

2. Bagi guru

a. Penelitian dilaksanakan agar dapat mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan, setelah guru dapat mengetahui masalah-masalah yang terdapat di kelas, maka guru akan berusaha untuk memecahkan permasalahan, sehingga pembelajaran akan lebih efektif.

(21)

Dengan menggunakan metode baru ini diharapkan mengurangi tingkat kejenuhan siswa dalam proses belajar yang selalu sama.

3. Bagi sekolah

Sebagai bahan rujukan bagi sekolah untuk mengadakan bimbingan dan pelatihan bagi guru - guru agar menggunakan strategi Guided Note Taking

untuk diterapkan pada mata pelajaran lain 4. Bagi peneliti

a. Dengan adanya penelitian tindakan kelas, akan memberikan pengalaman yang sangat berharga buat peneliti, karena secara langsung peneliti akan melihat keadaan kelas, dan mengetahui problematika yang terdapat di kelas, sehingga dari penelitian itu, peneliti dapat belajar sebagai bekal mengajar pada masa yang akan datang.

b. Menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang bagaimana penggunaan strategi Guided Note Taking sebagai salah satu strategi dalam pembelajaran IPA

(22)
(23)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pemahaman IPA

1. Hakikat Pemahaman IPA

Memahami merupakan bentuk verbal (kata kerja) dari kata dasar paham. Paham memiliki arti banyak mengetahui, pengetahuan dan pikiran, serta menangkap suatu hal kemudian bisa menjelaskannya. Sedangkan bentuk nominal (kata benda) dari paham ialah pemahaman. Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman menurut Bloom ini apabila direlevansikan dengan pembelajaran memiliki makna bahwa pemahaman adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan menangkap suatu materi yang diberikan oleh guru, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau pengalaman.1 Pemahaman merupakan bagian dari taksonomi kognitif (C2) setelah recognition (mengenal).

(24)

Menurut Carin dan Sund pemahaman adalah suatu proses yang terdiri dari tujuh tahapan kemampuan, dan dikategorikan kepada beberapa aspek, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu; ini berarti seseorang yang telah memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima kepada orang lain.

b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan memadai.

c. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman melibatkan proses mental yang dinamis.

d. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing tahap mempunyai kemampuan tersendiri, seperti, menterjemahkan, menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

(25)

dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal yang diketahuinya dengan bahasa sendiri.2

Pemahaman merupakan keterampilan dan kemampuan intelektual yang menjadi tuntutan di sekolah dan perguruan tinggi, artinya ketika siswa atau mahasiswa dihadapkan pada komunikasi, diharapkan mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan ide yang terkandung di dalamnya.

Komunikasi tersebut mungkin dalam bentuk lisan atau tertulis, wujud lisan atau simbolis, atau jika digunakan pada konteks relatif luas “komunikasi” atau "peristiwa belajar”, yang merujuk pada materi dalam

bentuk di atas kertas. Sebagai contoh, kita mengharapkan pemahaman dari suatu demonstrasi konsep fisika, formasi goologi dari observasi lapangan, sebuah gambar bangunan. Begitu kita membicarakan pemahaman terhadap fenomena contoh tersebut, yang disajikan dalam bentuk lisan, gambar atau simbol di atas kertas, maka untuk menginterpretasikan memerlukan pemahaman.

Pemahaman sering dikaitkan dengan membaca (pemahaman bacaan), dalam kategori ini merukapakan pengertian yang lebih luas dan berhubungan dengan komunikasi yang mencakup materi tertulis bersifat verbal. Dalam pengertian lain penggunaan istilah agak terbatas dari biasanya karena

(26)

pemahaman yang tidak dibuat identik dengan pemahaman lengkap atau bahkan dengan memahami sepenuhnya.

Pemahaman termasuk dalam tujuan dan perilaku atau respons, yang merupakan pemahaman dari pesan literal yang terkandung dalam komunikasi untuk mencapainya. Siswa dapat mengubah komunikasi dalam pikirannya, atau tanggapan terbuka untuk bentuk paralel dan lebih bermakna (Bloom, 1956:89). Terdapat tiga jenis perilaku pemahaman mencakup:

Pertama, terjemahan suatu pengertian yang berarti bahwa seseorang dapat mengkomunikasikan ke dalam bahasa lain. Biasanya akan melibatkan pemberian makna terhadap komunikasi dari suatu isolasi, meskipun makna tersebut dapat sebagian ditentukan oleh ide-ide yang muncul sesuai konteksnya.

(27)

ini berbeda dengan aplikasi yang lebih peduli pada kepastian arti komunikasi sebagai generalisasi lain, situasi dan fenomena atau makna yang dimiliki oleh siswa untuk berkomunikasi. Demikian pula dengan evaluasi yang ditandai oleh rumusan putusan secara eksplisit berdasarkan kriteria.

Ketiga, perilaku ekstrapolasi mencakup pemikiran atau prediksi yang dilandasi oleh pemahaman kecenderungan atau kondisi yang dijelaskan dalam komunikasi. Situasi ini memungkinkan melibatkan pembuatan kesimpulan sehubungan dengan kondisi yang di jelasakan dalam komunikasi. Hal iti berbeda dengan aplikasi, akan tetapi dalam pemikiran didasarkan pada apa yang di berikan bukan pada abstraksi yang di bawa dari pengalaman lain untuk situasi seperti perinsip umum atau prosedur aturan. Ekstrapolasi, termasuk penilaiain terhadap ciri dari contoh menggambarkan alam semsera dalam komunikasi. Tujuan klasifikasi, interpolasi dapat dianggap sebagai jenis ekstrapolasi penilaian berkenaan dengan interval atai urutan data yaang disajikan dalam komunikasi.3

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui, dilihat, dirasakan, diingat maupun didapat dari pengalaman. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberikan

(28)

uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Dikaitkan dengan IPA, IPA sendiri merupakan ilmu pasti yang sesuai dengan kenyataan. Sementara menurut Abdullah Aly menukil pendapat H.W. Fowler yang mendefinisikannya sebagai ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi.4 Dari penjelasan di atas secara singkat H.W

Fowler mengarahkan untuk bersikap ilmiah dalam mempelajari IPA. Sikap ilmiah sanagat mempengaruhi kemampuan siswa dalam memahami konsep yang diperoleh selama tahapan pembelajaran. Dalam sikap ilmiah yang dapat dikembangkan untuk usia anak SD adalah sebagai berikut:

a. Mencintai kebenaran yang obyektif, bersikap adil. b. Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolut. c. Tidak percaya pada takhayul.

d. Ingin tahu lebih banyak.

e. Tidak berpikir secara prasangka.

f. Tidak mudah percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa bukti nyata. g. Optimis, teliti dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut ilmiahnya

benar.5

4 Abdullah Aly, Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, 2.

(29)

Dari uraian sikap ilmiah di atas yang dapat di terapkan di anak usia SD/MI mengarahkan siswa untuk berperan aktif dalam mendapatkan suatu pengetahuan yang baru baginya. Siswa dituntut untuk menemukan pengetahuan baru baginya. Hal ini dapat membuat siswa akan memahami tentang materi yang dipelajari karena siswa tersebut mencari atau menemukan konsep dari materi tersebut dengan sendiri nya dengan mendorong siswa bersikap ilmiah.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman IPA

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa sebagai berikut:

a. Faktor Internal Merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik (kesehatan).

(30)

dalam kehiduapan sehari-hari peserta didik hingga mempengaruhi hasil belajarnya.6

Menurut Dunkin dalam Wina Sanjaya menyatakan bahwa terdapat sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru diantaranya:

a. Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam aspek ini diantaranya tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya, dan adat istiadat.

b. Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan profesional, tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan.

c. Teacher properties, segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk di dalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi.

(31)

Menurut Muhibbin Syah, secara global faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dapat di bedakan menjadi tiga macam, yakni:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa. Dalam faktor internal sendiri memiliki dua aspek diantaranya adalah:

1) Aspek fisiologis, kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semngat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadawal secara tetap dan bekesinambungan. Hal ini penting sebab kesalahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.

(32)

pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

Pertama, Intelegensi siswa, pada umunya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

(33)

menimbulkan kesulitan beajar, namun prestasi yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.

Ketiga, Bakat siswa, secara umu adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keerhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talenta child, yakni anak berbakat.

(34)

Kelima, Motivasi siswa, pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Terkadang motivasi juga dapat mendorong kemauan siswa untuk belajar lebih giat lagi guna mencapai hasil yang lebih maksimal.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa). Yakni keadaan lingkungan di sekitar siswa. Seperti faktor internal siswa, eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

1) Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

(35)

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi.7

Faktor yang sebagian penyebabnya hampir sepenuhnya tergantung pada guru, yaitu: kemampuan, suasana belajar, dan kepribadian guru. Belajar merupakan suatu proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.8

Dalam mata pelajaran apapun penjelasan terkait faktor-faktor pemahaman akan sama penjelasannya, begitu pula dalam mata pelajaran IPA. Dalam mata pelajaran IPA, faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman yang sudah diuraikan diatas telah mencakup semua tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman IPA. Secara garis besar sudah teruraikan jelas dengan uraian diatas seacara umum.

3. Tingkatan Pemahaman IPA

Pemahaman atau comprehension adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hanya hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

(36)

Adapun tingkatan-tingkatan pemahaman dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Pemahaman (Comprehension) terjemahan, seperti dapat menjelaskan arti Bhinneka Tunggal Ika dan dapat menjelaskan fungsi hijau daun bagi suatu tanaman.9 Tingkah laku menerjemahkan, menduduki suatu posisi transisi anatar tingkah laku menggolongkan dibawah kategori pengerahan dan jenis-jenis gambaran tingkah laku di bawah penafsiran, perhitungan, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Biasanya, hal ini bergantung pada kemampuan menerjemah dan pada ketersediaan materi pengetahuan yang relevan. Jika seseorang dapat memaknai bagian dari suatu komunikasi dalam istilah atau konteks yang berbeda, ia akan mampu untuk terlibat dalam cara berpikir lebih kompleks.

Pemikiran terkait dengan suatu istilah yang digunakan dalam komunikasi, harus menandakan bahwa setiap individu memiliki suatu konsep atau salah satu kumpulan ide yang relevan. Satu ide yang abstrak dari sebuah ringkasan atau ikhtisar, mungkin perlu diubah untuk mewujudkan suatu istilah sehari-hari yang bermanfaat di dalam pemikiran lebih lanjut, tentang masalag dan diperkenalkan dalam komunikasi.

Kadang-kadang satu bagian dari suatu komunikasi harus diperluas, mungkin diperlukan adanya penerjemahan yang lebih ringkas, atau

(37)

bahkan lebih abstrak, ringkasan istilah atau lambang untuk memudahkan pemikiran. Terjemahan jenis ini, dipindahkan ke dalam tingkah laku yang lebih rumit, seperti aplikasi, analisis dan sintesis, ketika pembelajaran yang sebelumnya tidak dibuat secara ekspilisit, maka dalam komunikasi tidak memberikan manfaat. Sebaliknya, ketika pembelajaran telah menekankan pada peristilahan penting walaupun sederhana agar bisa mendorong daya ingatan yang serupa sebagai pengetahuan.10

b. Pemahaman (Comprehension) penafsiran, seperti dapat menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dapat menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, atau dapat membedakan yang pokok dari yang bukan pokok.11 Dasar untuk mengintrepetasikan adalah harus mampu menerjemahkan dari bagian isi komunikasi yang tidak hanya kata-kata atau frasa-frasa akan tetapi termasuk berbagai perangkat yang dapat dijelaskannya. Kemampuan tersebut, melampaui bagian ke bagian isi materi pada saat komunikasi, untuk suatu pesan dan disusun kembali dalam pikiran.

Hal tersebut, artinya seseorang dalam menyimak komunikasi terdapat beberapa pandangan yang bermakna, secara total yang disimpan dan dihubung-hubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebagai pengalaman dan dapat dijadikan ide-ide. Penafsiran merupakan

10 Wowo Sunaryo K, Taksonomi Kognitif, 45.

(38)

kemampuan, di dalam mengenali hal-hal penting dan membedakan dari aspek-aspek yang relatif tidak relevan dalam komunikasi.

Kemampuan ini merupakan fasilitas dalam meringkas generelasisasi dari suatu himpunan permasalahan, melalui pertimbangan taksiran dari unsur-unsur yang berbeda di dalam komunikasi secara semestinya. Di dalam suatu penaksiran merupakan sinonim dengan analisis dan mempunyai karakterisrtik secara umum dengan evaluasi. Tingkah laku yang penting di dalam penafsiran, dapat terjadi saat siswa melakukan pengidentifikasian ide-ide utama yang tercakup dalam pemahaman hubungan timbal-balik dalam komunikasi. Hal ini, memerlukan suatu kesadaran dan perhatian dari keputusan untuk menghindari penafsiran dari berdasarkan dokumen ide-ide yang dimiliki sendiri. Oleh karena itu, kemampuan untuk melakukan pengidentifikasian pernyataan dari dokumen berasal dari luar.12

c. Pemahaman (Comprehension) ekstrapolasi, dengan ekstrapolasi seseorang diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis, atau dapat membuat ramalan tentang konsekuensi sesuatu, atau dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus, atau masalahnya. Bagi siswa pendidikan dasar, dia dapat mengembangkan apa yang telah dia lihat dengan sudut pandang dia sendiri. Memperluas pengetahuan dari

(39)

materi yang kontekstual menjadi yang tekstual.13 Sebagai persiapan dalam suatu komunikasi, menulis tidak hanya untuk menyatakan apa yang ia percaya sebagai suatu perkara kebenaran semesetinya, tetapi juga sebagai dari akibatnya. Sekalipun adakalanya menulis, memerinci semua kesimpulan yang menyeluruh termasuk menandai semua akibat atau dampak-dampak dari ide-ide atau materi.

Biasanya penulis secara tak sadar, tidak ada usaha untuk menentukan atau menyarankan suatu penarikan kesimpuan. Hal itu, dibatasi dalam menentukan dampak-dampak atau akibat pada situasi baru yang sangat umum, dan sangat jarang untuk menjelaskan secara menyeluruh. Situasi tersebut, dimungkinkan karena ketiadaan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya atau hanya bagian yang dapat diterapkan saja, akhirnya dalam beberapa hal dibatasi pada masalah untuk yang dapat dilakukan untuk tujuan efektivitas.

Oleh karena itu, sebagai pembaca harus menggunakan pengetahuan secara penuh dalam memahami komunikasi, sehingga mampu membaca batas-batas yang diajukan penulis, untuk menerapkan sebagian dari gagasan pada situasi baru yang tidak tercakup secara jelas. Untuk memahami jalan pikiran dalam tulisan tersebut, diperlukan kesadaran tinggi, untuk memikirkan dari paparan penulis sebelumnya, dengan

(40)

menggunakan istilah atau contoh dan sisipan sebagai gambaran serupa untuk mengisi kesenjanganya.

Perhitungan yang tepat bagi pembaca, memerlukan kemampuan untuk menerjemahkan dan menginterpretasikan dokumen sebagai tambahan, dan mampu mengembangkan kecenderungan di luar penemuan atau data dari dokumen yang ada. Hal tersebut untuk menentukan dampak-dampak, akibat-akibat dari kondisi yang digambarkan dalam komunikasi.

Perhitungan yang diperlukan oleh pembaca, mengenai batas-batas dalam komunikasi yang diajukan dan dibatasi dapat diperluas. Pada kenyataan semua kasus, pembaca harus mengenali satu kesimpulan yang memiliki beberapa derajat tingkat kepastian yang berkenaan dengan kemungkinan kebenaran. Perhitungan seperti yang dikemukakan dapat dibedakan dari aplikasi dalam arti peluasan pemikiran yang digunakan dari informasi masa lalu, masa depan atau kondisi-kondisi atau situasi-situasi lain. Pemikiran itu adalah lebih dari abstrak atau ringkasan dalam kasus aplikasi sebagai generalisasi, prosedur dan semacamnya.14

Meskipun tingkatan pemahaman dapat dipilah menjadi tiga tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas antara ketiganya tidaklah mudah. Penyusunan teks dapat membedakan item yang susunannya termasuk sub-kategori, tetapi tidak perlu berlarut-larut mempermasalahkan ketiga

(41)

perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat dibedakan antara pemahaman terjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi, bedakanlah untuk kepentingan penyusunan soal tes hasil belajar.

Dalam taksonomi Bloom menyatakan bahwa dalam jenjang pemahaman pada taksonomi kawasan kognitif meliputi perilaku menerjemahkan, menafsirkan, menyimpulkan atau mengekstrapolasi (memperhitungkan) konsep dengan menggunakan kata-kata atau simbol-simbol lain yang dipilihnya sendiri. Dengan kata lain, pemahaman meliputi perilaku yang menunjukkan perilaku peserta didik dalam menangkap pengertian suatu konsep.

Di dalam pembelajaran IPA, ketiga tingkatan pemahaman tersebut sudah tertuang dalam pembelajaran IPA. Sikap ilmiah juga akan membawa siswa menjalani ketiga tingkatan pemahaman tersebut dari menerjemahkan hingga menyimpulkan. Dalam proses antara menerjemahkan sampai menyimpulkan akan tercermin sikap ilmiah yang akan dilakukan siswa sebelum menyimpulkan sebuah materi yang diajarakan.

4. Indikator Pemahaman IPA

(42)

merupakan hasil dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang mengarahkan pada upaya pemberian pemahaman pada siswa adalah pembelajaran yang mengarahkan agar siswa memahami apa yang mereka pelajari.

Indikator pemahaman menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan. Dengan pengetahuan, siswa belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari. Sedangkan dengan pemahaman, seseorang tidak hanya bisa menghafal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari juga mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut. Siswa dikategorikan paham serta mampu memahami suatu materi apabila dia memenuhi beberapa indikator. Adapun indikator dari pemahaman itu sendiri meliputi:

a. Mengartikan

b. Memberikan contoh c. Mengklasifikasi d. Menyimpulkan e. Menduga

f. Membandingkan g. Menjelaskan.15

(43)

Dikorelasikan dengan IPA, dalam memahami IPA indikator pemahaman diatas mencerminkan sikap ilmiah yang membawa siswa faham terhadap materi yang diajarkan. Indikator Pemahaman diatas mendorong siswa untuk ingin tahu lebih banyak terhadap materi yang diajarkan. Hal ini selaras dengan sikap ilmiah yang telah dikemukakan di atas.

B. Strategi Pembelajaran Guided Note Taking

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002) memiliki pengertian suatu garis besar untuk melakukan tindakan dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar-mengajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(44)

Empat hal mendasar tersebut, antara lain:

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian siswa peseta didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilihi sistem pendekatan belajar-mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar-mengajar yang paling tepat, efektif sehingga dapat dijadikan pegagan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dijadikan oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar-mengajar bagi penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari yang telah dijabarkan diatas, strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyapaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.16

Menurut J.R David strategi sendiri diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi, dengan demikian strategi pembelajaan dapat diartikan juga sebagai

(45)

perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian diatas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upata pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapar diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.

(46)

digunakan secara bersama-sama untuk menyimpulkan hasil belajar pada siswa.17

Maka dari itu sesuai penjelasan beberapa ahli di atas, bisa diambil pengertian secara singkat tentang strategi pembelajaran adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan tertentu yang sudah dicanangkan oleh guru tersebut sebelum proses belajar mengajar dilakukan kepada siswa.

2. Pengertian Strategi Pembelajaran Guided Note Taking

Strategi pembelajaran Guided Note Taking adalah Suatu tindakan yang di lakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Dalam strategi ini, siswa membutuhkan keaktifan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam strategi ini akan mensinkronkan kerja saraf sensorik yang berupa pendengaran yang akan diproses kedalam otak dan di keluarkan dengan kode-kode motorik dari otak untuk diteruskan ke organ-organ motorik.

Penggunaan saraf sensorik siswa yang dimaksudkan adalah penggunaan saraf otak untuk menangkap intruksi dari guru tentang pembelajaran yang akan dilakukan dan bimbingan dari guru dalam pembelajaran tersebut. Setalah

(47)

saraf sensorik bekerja maka akan menuju saraf motorik yang berupa penulisan yang di lakukan siswa pada saat proses pembelajaran tersebut.

Menurut Ajeng Novalia Wija Pratiwi dkk, di dalam jurnal yang di tulisnya, Guided Note Taking adalah catatan terbimbing yang diberikan oleh guru yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran berlangsung. Catatan terbimbing disini berupa ringkasan materi yang didalamnya masih belum sempurna dan siswa diminta untuk menyempurnakan ringkasan materi terebut sehingga siswa lebih fokus dalam pembelajaran yang berlangsung.18

Dalam skripsi yang di tulis oleh Lalu Muhammad, Guided Note Taking berisi dari 3 kata yakni guide, note dan taking. Secara etimologi guided

berasal dari kata guide sebagai kata benda berarti buku pedoman, pemandu, dan sebagai kata kerja berarti mengemudikan, menuntun, menjadi petunjuk jalan, membimbing, dan mempedomani. Sedangkan guided sebagai kata sifat berarti kendali. Note berarti catatan dan taking sebagai kata benda yang berasal dari kata take mempunyai arti pengambilan.

Guru dalam mengajar perlu menggunakan berbagai variasi dalam kegiatan belajar mengajar selain untuk menghindari kegiatan belajar yang membosankan dan dengan metode pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan antusias dari siswa. Tujuan pemberian catatan terbimbing untuk

(48)

mengurangi menulis selama siswa mendengaran dan melihat. Catatan terbimbing diharapkan membantu siswa untuk lebih berpikir di dalam kelass dan mempunyai pemahaman konsep serta prinsip yang lebih baik.19

3. Langkah Penerapan Strategi Guided Note Taking

Dalam menggunakan strategi Guided Note Taking, sebelumnya guru harus melakukan persiapan dalam membuat catatan atau skema yang akan di berikan kepada siswa. Sesuai dengan pengertian yang diuraikan di atas, catatn terbimbing sendiri merupakan catatan dari siswa, setidaknya guru membuat draf sebelum memberikan strategi ini kepada siswa pada saat pembelajaran.

Menurut Melvin L, Siberman dalam bukunya dituliskan bebrapa langkah-langkah dalam melakukan strategi Guided Note Taking berikut: a) Persiapkan sebuah Hand Out yang menyimpulkan poin-poin penting dari

sebuah pelajaran yang disampaikan dengan ceramah yang anda berikan. b) Sebagai ganti memberikan teks yang lengkap, tinggalkan bagian-bagian

teks itu kosong.

c) Beberapa cara melakukan hal ini meliputi:

1) Menyediakan sejumlah istilah dan definisi, biarkan istilah itu atau definisinya kosong.

(49)

Sifat-sifat segitiga yang sebangun:

Ketiga sisi yang bersesuaian sama panjang (sisi,_____, sisi) _____ sisi sama panjang dan sudut yang diapit sama besar (sisi, sudut, sisi). Satu sisi sama panjang dan dua sudut sama besar (sudut, ____, ____). 2) Tinggalkan satu atau lebih dari sejumlah poin itu kosong.

3) Tinggalkan kata-kata kunci dalam sebuah paragraf singkat kosong. d) Bagikan Hand Out kepada peserta didik, jelaskan bahwa anda telah

membuat blangko-blangko itu untuk membantu mereka mendengarkan secara aktif pelaaan yang disampaikan secara ceramah.

Variasi Strategi Guided Note Taking (Membuat Catatan Terbimbing): a) Berikan sebuah kertas kerja yang menyediakan sub-sub topik utama dari

materi anda yang sedang anda sampaikan. Tinggalkan sejumlah besar ruang untuk catatan. Hasilnya akan nampak seperti ini:

(Pilihan: Setelah presentasi, berilah peserta didik kopian kedua dari Hand Out yang kosong. Tantanglah mereka mengisi Hand Out kosong tanpa melihat catatan mereka).

b) Bagilah suatu pelajaran yang disampaikan dengan ceramah menjadi beberapa bagian, mintalah peserta didik mendengarkan penuh perhatian selagi anda berbicara rapi tidak boleh mencatat. Malahan, ajaklah menulis catatan selama break dalam pelajaran yang disampaikan dengan ceramah.20

(50)

Menurut Suprijono dalam jurnal penelitian yang ditulis oleh Pranita Nurvictasari dkk, beliau mengungkapkan bahwa hand out yang dibagikan memang sengaja dikosongi bagian-bagiannya agar siswa tetap berkonsentrasi mengikuti pelajaran. Selama ceramah berlangsung, siswa diminta mengisi bagian yang kosong tersebut. Setelah penyampaian materi dengan ceramah selesai, siswa diminta untuk membacakan hand outnya.21

4. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Guided Note Taking

Adapun kelebihan dalam penggunaan Strategi Guided Note Taking

dalam pembelajaran di sekolah adalah:

a) Strategi ini cocok untuk kelas besar dan kecil.

b) Strategi ini dapat digunakan sebelum, selama berlangsung, atau sesuai dengan kegiatan pembelajaran.

c) Strategi ini cukup berguna untuk materi pengantar.

d) Strategi ini sangat cocok untuk materi-materi yang mengandung fakta-fakta, sila-sila, rukun-rukun atau prinsip-prinsip dan definisi-definisi. e) Strategi ini mudah digunakan ketika peserta didik harus mempelajari

materi yang bersifat menguji pengetahuan kognitif.

f) Strategi ini cocok untuk memulai pembelajaran sehingga peserta didik akan terfokus perhatiannya pada istilah dan konsep yang akan

(51)

dikembangkan dan yang berhubungan dengan mata pelajaran untuk keudian dikembangkan menjadi konsep atau bagan pemikiran yang lebih ringkas,

g) Strategi ini dapat digunakan beberapa kali untuk merangkum bab-bab yang berbeda.

h) Strategi ini cocok untk menggantikan ringkasan yang bersifat naratif atau tulisan naratif yang panjang.

i) Strategi ini dapat dimanfaatkan untuk menilai kecenderungan seseorang terhadap suatu informasi tertentu.

j) Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan mengembangkan diri, fokus pada Hand Out dan materi ceramah serta diharapkan mampu memecahkan masalah sendiri dengan menemukan (discovery) dan bekerja sendiri.

Di samping memiliki kelebihan, strategi Guided Note Taking juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

a) Jika Guided Note Taking digunakan sebagai strategi pembelajaran pada setiap materi pelajaran, maka guru akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

(52)

c) Kadang-kadang sulit dalam pelaksanaan karena guru harus mepersiapkan

Hand Out atau perencanaan terlebih dahulu, dengan memilah bagian atau materi mana yang harus dikosongkan dan pertimbangan kesesuaian materi dengan kesiapan siswa untuk belajar dengan model strategi tersebut.

d) Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan strategi lama sulit beradaptasi pada strategi baru.

e) Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang telah ditetapkan.

f) Biaya untuk penggandaan Hand Out bagi sebagaian guru masih di rasakan mahal dan kurang ekonomis.22

C. Strategi Pembelajaran Guided Note Taking dan Hubungannya dengan

Kemampuan Pemahaman IPA

Strategi Guided Note Taking merupakan strategi yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran untuk mengaktifkan siswa agar siswa lebih tertarik dan antusias serta mudah dalam menerima materi pembelajaran. Di dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran IPA seringkali siswa merasa kesulitan memahami materi pembelajaran.

(53)

Dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembelajaran IPA perlu adanya inovasi baru dalam memberikan materi. Setidaknya guru harus memiliki beberapa inovasi baik dari media pembelajaran atau dari strategi pembelajaran atau bahkan dari pendekatan pembelajaran yang ada. Beberapa siswa cenderung malas memperhatikan guru jika dalam proses belajar mengajar itu tidak menarik dan begitu membosankan.

Dalam hal ini materi pembelajaran IPA bisa diajarkan melalui salah satu inovasi dalam strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran sangatlah penting diinovasi guna menarik minat atau perhatian dari siswa ke guru yang sedang memberikan materi di depan kelas. Banyak sekali strategi yang bisa di terapkan dalam pembelajaran IPA, salah satunya adalah strategi Guided Note Taking. Strategi ini mampu mendorong siswa dalam memahami konsep-konsep dalam materi IPA yang begitu banyak jika menurut siswa tersebut.

(54)

Salah satu materi di pembelajaran IPA SD/MI adalah materi Sifat benda dan perubahannya. Di sini diulas berbagai macam sifat-sifat benda yang terdiri dari tiga benda yaitu, benda padat, benda cair, dan benda gas. Di dalamnya diulas tentang masing-masing benda. Benda padat memiliki sifat memiliki berat, memuai jika di panaskan contohnya besi jika terkena panas akan memuai, menempati ruangan dan bentuknya tetap. Benda cair memiliki sifat memiliki berat, volumenya tetap, menempati ruangan dan memuai jika dipanaskan. Benda gas memiliki sifat memiliki berat, volumenya berubah-ubah sesuai dengan ruangannya dan memuai jika dipanaskan.23

Maka dari itu guna mempermudah siswa memahami materi sifat-sifat benda dan perubahannya yang memiliki banyak konsep-konsep penjelasan di dalamnya sebaiknya menggunakan strategi guided note taking. Dengan menggunakan strategi ini siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang akan di pelajari dalam bab tersebut. Siswa hanya menerima point-point penting dalam materi ini dengan berupa catatan-catatan terbimbing yang mengaktifkan siswa untuk mengisi kata atau definisi yang sudah di hilangkan oleh guru. Selain itu pula catatan-catatan ini bisa digunakan sebagai rangkuman materi untuk mempermudah siswa belajar kembali atau mereview kembali pelajaran yang telah diberikan.

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan dalam penyelidikan suatu masalah untuk mencari bukti dalam penelitian tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Sumadi Suyabrata, penelitian dilakukan karena ada hasrat ingin tahu manusia yang berawal dari kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya baik alam besar maupun kecil. 1

Dari pengertian tersebut, sudah jelas bahwa metode penelitian senantiasa dibutuhkan di dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan penelitian sendiri secara umum ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Sedangkan, kegunaannya adalah untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan

(56)

tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.2

Metode penelitian yang digunakan adalah classroom action research atau penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini memadukan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Sedangkan penelitian kuantitatif menggunakan data berupa angka-angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat tahapan tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

(57)
[image:57.612.126.504.154.530.2]

GAMBAR 3.1

SIKLUS PTK MODEL KURT LEWIN

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam bentuk PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil di siklus pertama. Siklus ketiga, dilaksanakan karena siklus kedua belum mengatasi masalah, begitu juga silkus-siklus berikutnya. Sebelum

Identifikasi Masalah

Perencanaan (Planning)

Tindakan (Acting)

Observasi (Observing)

Refleksi (Reflecting)

Perencanaan Ulang

SIKLUS 1

(58)

melakukan PTK, peneliti melakukan observasi awal untuk melakukan identifikasi masalah. Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK dirumuskan dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut yang sesuai dengan model Kurt Lewin.3

1. Menyusun perencanaan (planning). Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah [1] membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); [2] mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas; [3] mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenaI proses dan hasil tindakan.

2. Melaksanakan tindakan (acting). Pada tahap ini mahasiswa-mahasiswi melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang actual, yang meliputi kegiatan inti dan kegiatan penutup.

3. Melaksanakan pengamatan (observing). Pada tahap ini yang harus dilakukan mahamahasiswi adalah [1] mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti proses pembelajaran; [2] memantau kegiatan diskusi/kerjasama antar siswa-siswi dalam kelompok; [3] mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran, yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.

4. Melakukan refleksi (reflecting). Pada tahap ini yang harus dilakukan mahasiswa-mahasiswi adalah [1] mencatat hasli observasi; [2]

(59)

mengevaluasi hasil observasi; [3] menganilisi hasil pembelajaran; [4] mencatat kelemahan-kelemahan untuk di jadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat dicapai.

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

1. Setting Penelitian

a. Tempat

Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Desa Geluran, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo.

b. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, yaitu pada Bulan April-Mei.

2. Karakteristik Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Geluran Taman Sidoarjo Tahun Pelajaran 2016-2017. Dengan jumlah siswa 39 dalam satu kelas, siswa laki-laki berjumlah 17 siswa dan siswa perempuan berjumlah 22 siswa. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP dengan Standar Kompetensi (SK) memahami sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.

(60)

memahami yang mayoritas mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan maksimal (KKM). Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut serta melakukan peningkatan KKM, maka peneliti menggunakan strategi Guided Note Taking.

C. Variabel Yang Diteliti

Penelitian ini menggunakan variabel peningkatan kemampuan memahami melalui strategi Guided Note Taking mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya kelas IV MI Islamiyah Geluran Taman.

Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel diantaranya sebagai berikut:

1. Variabel input : Siswa kelas 4 MI Islamiyah Geluran Taman. 2. Variabel Proses : Penggunaan strategi Guided Note Taking.

3. Variabel Output : Kemampuan memahami siswa mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya di kelas 4 MI Islamiyah Geluran.

D. Rencana Tindakan

(61)

kekurangan, maka dilakukan pengulangan kembali dan diadakannya perbaikan-perbaikan pada siklus-siklus selanjutnya sampau tujuan yang diinginkan peneliti tercapai.

Siklus 1

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan memasukkan strategi Guided Note Taking dalam langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan peneliti. Tidak lupa pula menyiapkan instrumen penilaian serta menganilisis proses dan hasil tindakan seperti lembar observasi untuk guru dan siswa, mempersiapkan sarana prasarana yang dibutuhkan.

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi benda dan sifatnta dengan menajalankan starategi Guded Note Taking. Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan peneliti sebagai berikut: a) Guru memberi motivasi kepada siswa, agar siswa siap dalam memulai

materi yang akan disampaikan dan diajarkan.

b) Guru melakukan apersepsi mengenai pengaitan materi dengan lingkungan di sekitar siswa dengan melakukan tanya jawab.

(62)
[image:62.612.138.539.223.703.2]

d) Guru memberikan umpan balik dan selanjutnya memberikan penugasan kepada peserta didik dengan penerapan strategi Guided Note Taking yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dala rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus 1.

TABEL 3.1

RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS 1

Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Siswa menjawab salam pembuka dari guru.

2. Siswa berdoa sebelum pembelajaran dimulai.

3. Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang kondisi siswa.

4. Siswa memberitahukan tentang absensi siswa pada hari tersebut.

5. Siswa mulai bernyanyi lagu ‘Tik-tik bunyi

hujan”.

6. Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang

lagu “Tik-tik bunyi hujan”.

7. Siswa menerima penjelasan dari guru tentang materi yang akan dipelajari pada hari ini.

8. Siswa mengetahui tujuan pembelajaran setalah

diberikan penjelasan dari guru.

5 menit

Inti Eksplorasi

1. Siswa menerima hand out yang sudah ada titik-titik kosong dalam hand out tersebut.

2. Siswa menerima penjelasan tentang hand out tersebut dari guru.

3. Siswa mengisi lembar kerja tersebut dan mengumpulkan kembali hasil kerja siswa 4. Siswa menerima hand out baru dari guru.

Elaborasi (Penerapan Strategi Guided Note Taking)

5. Siswa menerima penjelasan dari guru tentang materi Benda dan Sifatnya.

6. Siswa memperhatikan guru menjelaskan tentang benda padat.

(63)

Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

7. Siswa memperhatikan guru menjelaskan benda cair.

8. Siswa memperhatikan guru menjelaskan benda gas.

9. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru dengan mengisi titik-titik yang ada hand out yang sudah diberikan dari guru sebelum pembelajaran dimulai.

Konfirmasi

10.Siswa membacakan hasil kerja nya didepan kelas dan sisa yang lainnya menyimak.

11.Siswa mengumpulkan hasil kerja kepada guru. 12.Siswa menerima hand out dari guru yang 3

untuk di kerjakan kembali setelah itu dikumpulkan.

13.Siswa menerima beberapa pertanyaan dari guru tentang materi yang sudah di ajarkan.

14.Siswa menerima pembahasan dari guru sebagai penguatan tentang materi yang sudah diajarkan.

Penutup 1. Siswa merefleksikan pembelajaran yang

dilakukan pada hari ini.

2. Siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini

dibantu oleh guru

3. Siswa menutup pembelajaran dengan membaca

hamdalah.

4. Siswa menjawab salam penutup dari guru.

5 menit

(64)

3. Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan strategi Guided Note Taking pada kelas IV MI Islamiyah Geluran Taman. Pengamatan yang dilakukan di antaranya, sebagai berikut:

a) Mengamati semua proses pembelajaran dan mencatat semua masalah atau kekurangan pada pembelajaran IPA dengan strategi Guided Note Taking.

b) Meneliti data yang diperlukan dalam penelitian seperti lembar observasi yang meliputi lembar pengamatan siswa, lembar pengamatan guru dan lembar kerja.

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus 1. Peneliti melakukan evaluasi, yang mana agar dapat diketahui kekurangan dalam siklus 1 seperti apakah kegiatan siklus 1 dapat meningkatkan atau tidaknya kemampuan memahami siswa kelas IV MI Islamiyah Geluran Taman.

(65)

yakni dengan melanjutkan ke siklus II. Pada umumnya kegiatan siklus ke II tidak memiliki banyak tambahan, karena siklus II adalah untuk memperbaiki siklus I yang belum berhasil.

Siklus II

1. Perencanaan

a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan refleksi pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah. b) Pengembangan program tindakan dari siklus I.

2. Pelaksanaan

(66)

lebih lagi pemahaman dengan memberikan beberapa kali hand out yang baru guna menambah daya ingat atau daya faham dari siswa tersebut.

TABEL 3.2

RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS II

Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Siswa menjawab salam pembuka dari guru.

2. Siswa berdoa sebelum pembelajaran dimulai.

3. Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang kondisi siswa.

4. Siswa memberitahukan tentang absensi siswa pada hari tersebut.

5. Siswa Menjawab pertanyaan terkait menu

sarapan di pagi hari.

6. Siswa menerima penjelasan dari guru tentang materi yang akan dipelajari pada hari ini.

7. Siswa mengetahui tujuan pembelajaran setalah

diberikan penjelasan dari guru.

5 menit

Inti Eksplorasi

1. Siswa menerima hand out yang sudah ada titik-titik kosong dalam hand out tersebut.

2. Siswa menerima penjelasan tentang hand out tersebut dari guru.

3. Siswa ikut bermain ice breaking yang diberikan guru sebelum menerima materi.

Elaborasi (Penerapan Strategi Guided Note Taking)

4. Siswa menerima penjelasan dari guru tentang materi Benda dan Sifatnya.

5. Siswa memperhatikan guru menjelaskan dan mempraktekkan bersama tentang salah satu sifat benda padat.

<

Gambar

GAMBAR 3.1 SIKLUS PTK MODEL KURT LEWIN
TABEL 3.1 RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS 1
     TABEL 3.2
TABEL 4.1 NILAI SISWA SIKLUS I
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

We have also briefly discussed the connection between this extended calculus and Continuation Semantics, that, in several papers by different authors, has been shown to be a

Tata urutan dalam jajar kehormatan untuk penerimaan yaitu orang yang paling utama adalah yang menjabat tangan / menyambut pertama kali dan seterusnya sesuai dengan urutannya?.

Film tipis CdTe yang ditumbuhkan pada daya plasma 30 W dan 35 W mampu mengabsorpsi seluruh spektrum cahaya tampak pada rentang panjang gelombang lebih rendah dari 800 nm,

[r]

Dengan demikian, tokoh merupakan unsur yang penting dalam karya sastra (novel), karena suatu peristiwa terjadi karena reaksi para tokoh, tanpa tokoh tidak mungkin

Tahghighate Mali

Segala Fuji Bagi Allah SWT yang Maha Perngasih lagi Maha Peyanyang Skripsi Ku Perscmbahkan kepada:^. Bak dan Umak yang tercinta *«* Ayuk dan Kakakku tersayang &lt;*