• Tidak ada hasil yang ditemukan

Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

HANDOUT

LINGUISTIK UMUM

PROGRAM KKT

(2)

PENGERTIAN FONOLOGI

1. Fonologi merupakan cabang Linguistik

yang membicarakan tentang bunyi bahasa.

2. Fonetik cabang linguistik membicarakan

bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia tanpa memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna.

3. Fonemik cabang linguistik membicarakan

bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap

(3)

FONEM VOKAL DAN KONSONAN

BAHASA JAWA

Fonem vokal / a / seperti pada kata

aku, alu, ora, awu, mau, salak, kocak,

bapak.

Fonem vokal / á / seperti pada kata

amba, sapa, rana, basa, rata, bata,

gila, kuna, gela, rata

(4)

FONEM VOKAL DAN

KONSONAN BAHASA

JAWA(lanjutan)

Fonem vokal /i/ seperti pada kata impen, idu,

iso, ijab, ilang, iwak, miri, siji, pari, lali, wani

Fonem Vokal / u / seperti pada urip, udan, ulem,

ula, urang, udun, wulu, tuku, saru, dudu kuku

Fonem vokal / e /. Fonem vokal ini mempunyai

(5)

FONEM VOKAL DAN

KONSONAN BAHASA

JAWA(lanjutan)

Fonem vokal / ĕ / seperti pada kata

entub, empuk, kekep, pucet, sirep,

emut, celup, ganep

Fonem vokal konsonan bahasa jawa /

p, b, m, w, d, t, n, l, r, dh, th, s, c, j,

(6)

MORFOLOGI BAHASA JAWA

Morfologi merupakan cabang Linguistik yang

membicarakan seluk beluk pembentukan kata

Kata bahasa Jawa dibentuk melalui tiga proses,

yaitu melalui wuwuhan (afiksasi), tembung

rangkep (perulangan), tembung camboran (kata majemuk).

Pembentukan melalui wuwuhan (afiksasi),

seperti pada ater-ater N- , di-, yang melekat pada kata dasar balang menjadi mbalang, dibalang.

(7)

MORFOLOGI BAHASA JAWA

(lanjutan)

(reduplikasi), seperti kata

omah,

anyar, akeh,

menjadi

omah-omah,

anyar-anyar, akeh-akeh.

Pembentukan kata melalui

tembung

(8)

WUWUHAN

BAHASA JAWA

Wuwuhan

(afiksasi) bahasa Jawa

berdasarkan distribusinya ada 4 macam, yaitu

ater-ater

(awalan),

seselan

(sisipan),

panambang

(akhiran), dan konfiks

Ater-ater

(awalan) bahasa Jawa a-, N-, ka-, ke, di-, sa-, pa-, pi-, pra-, tar-, kuma-,

kami-,

(9)

TEMBUNG RANGKEP

BAHASA JAWA

Tembung rangkep atau kata ulang, yaitu perulangan kata baik sebagian maupun seluruhnya

Kata ulang bahasa Jawa berdasarkan bentuknya ada lima macam,

dwilingga,dwilingga salin swara, dwipurwa, dwiwasana, kata ulang

berafiks. Kata ulang itu, seperti luwe-luwe, luwa-luwe, tetuku, cengenges,

(10)

TEMBUNG CAMBORAN

BAHASA JAWA

Tembung camboran (kata majemuk) adalah gabungan dua kata atau lebih mempunyai makna baru.

• Kata majemuk berdasarkan bentuknya ada tiga macam, yaitu satu kata seperti kata

dubang, dhewur, dhegus, kakakong, kongel.

Kata majemuk yang terdiri dua kata, seperti

kata sida mukti, parang rusak, parang

(11)

LANJUTAN KATA MAJEMUK

dhadha menthok, gantung siwur, gropak

senthe, wedhak pupur,tela gantung, tela rambat, kembang lambe, nyolong pethek, lareangon, gedhe endhase, dawa tangane, nagasari, kalamenjing.

(12)

JENIS KATA BAHASA JAWA

Tembung aran (kata benda), seperti pada

kata manggis, pelem, banyu, jaran, kebo, omah, gubug, angin.

Tembung kriya (kata Kerja), seperti kata

turu, mlayu, adus, sinau, lunga, nedha, kesah, mangan, ngguyu, nangis, lunga.

Tembung kaanan (kata sifat), seperti pada

(13)

Lanjutan jenis kata

Tembung wilangan (kata bilangan). Seperti

kata, siji, loro, telu, papat rolas, limalas, setengah, telung prapat, sapro telon, karo tengah.

Tembung Sesulih (kata ganti), seperti pada

kata aku, panjenengan, sampeyan, slirane, dheweke, iki, iku.

Tembung katrangan (kata keterangan),

(14)

LANJUTAN JENIS KATA

Tembung ancer-ancer (kata depan),

seperti pada kata ing, menyang, saka , karo, kanthi, dening, marang, tumrap, kanggo.

Tembung panyilah (kata sandang), seperti kata si, sang, sang hyang.

Tembung lok (kata seru), seperti kata o, lho, adhuh, wo.

(15)

LANJUTAN JENIS KATA

seperti kata,

yen, amarga, lan, saha,

sebab, jalaran, sawise, nalika, nuli,

(16)

MORFOFONEMIK

Morfofonemik adalah studi perubahan bunyi akibat proses morfologi. Hal itu dapat dilihat pada nyapu, nyakot,

nukokake, nukoni. Kata nyapu dari bentuk dasar sapu mendapat awalan N- dan

konsonan awal / s / menjadi luluh atau hilang.

Kata nyakot di atas dari bentuk dasar

(17)

LANJUTAN MORFOFONEMIK

Kata nukokake dari bentuk dasar tuku Mendapat atau dilekati afiks gabung N – ake. Bentuk dasar itu kosonan awal / t / luluh dan vokal akhir / u / berubah

menjadi / o / yang kemudin mendapat bunyi tambahan / k /.

Kata nukoni dari bentuk dasar tuku yang dilekati afiks gabung N – i. Konsonan

(18)

SINTAKSIS

Sintaksis merupakan cabang linguistik yang

membicarakan tentang kalimat. Yang dikaji dalam sintaksis, yaitu frase, klausa, kalimat.

Frase adalah konstruksi sintaksis yang terdiri dari dua

kata atau lebih, misalnya frase omah anyar iku, rada ayu, ayu banget, lagi sinau, arep lunga, pancen

dakakoni ayu rupaku nanging eged atiku.

Frase berdasarkan sifat hubungan antarunsur

(19)

LANJUTAN SINTAKSIS

Tipe eksosentrik predikatif, konjungtif,

preposisional, dan konektif.

Klausa adalah rangkaian kata yang

memiliki suatu gagasan atau suatu bab. Misalnya, Ali sinau, Ibu nyapu. Dalam

konteks itu, jejer atau subjek melakukan tindakan seperti dalam tindakan, yaitu dalam wasesa (predikat). Dalam klausa

(20)

LANJUTAN SINTASIS

Kalimat atau ukara adalah rangkaian kata

yang di dalam strukturnya memuat suatu pikiran yang lengkap. Dalam bahasa lisan ditandai dengan intonasi selesai. Dalam

bahasa tulis dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca, misalnya Dewi

maca koran. Dewi maca koran? Dewi lunga!

Berdasarkan arah kata kerja kalimat

(21)

LANJUTAN SINTAKSIS

atau ukara tangap, misalnya kalimat Bapak

macul sawah. Sawah dipacul Bapak.

Kalimat berdasarkan jenis kata dalam predikatnya

dibedakan kalimat verbal dan nominal. Contoh kalimat verbal, seperti Ali ngluku sawah. Contoh kalimat nominal Bapakku guru matematika.

Kalimat berdasarkan jumlah klausanya dibedakan

kalimat tunggal atau ukara lamba dan kalimat majemuk atau ukara camboran . Contoh kalimat tunggal, Ibu lang nyapu latar, Bapak maos koran.

(22)

SEMANTIK

Semantik cabang linguistik yang

membicarakan makna. Makna sesuatu

yang ada dalam ujaran. Makna berbeda

dengan maksud. Maksud adalah segi

subjektif dari segi pembicara.

Macam makna di antaranya makna

denotatif, konotatif, gramatikal,

referensial, ekstensi, kolokasi.

(23)

LANJUTAN SEMANTIK

Perkembangan pemakaian bahasa.

Perubahan makna itu ialah perubahan

makna meluas, menyempit, amelioratif,

peyoratif, asosiasi, metafora.

Sinonim atau

dasanama

adalah dua

bentuk bahasa atau lebih yang artinya

sama atau hampir sama. Misalnya kata

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis cerpen adalah kapasitas individu untuk dapat menuangkan ide atau gagasan, pengalaman,

Jadi dalam penelitian ini, sesuai dengan beberapa pendapat tokoh antara lain Herzog dan Haris (dalam Shofia, 2000), yang dimaksud brand image adalah kesan konsumen yang terbentuk

Hasil analisis dengan menggunakan chi square (x²) dalam taraf nyata α = 0,05 dan derajat bebas = 2 diperoleh hasil x² tabel pada derajat bebas = 2 diperoleh hasil x² hitung

(1) Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati Tanah Laut ini adalah adanya kepastian/ketetapan mengenai Program Kerja Pengawasan Tahunan, Pembagian Wilayah Kerja

Hasil dari penelitian ini menyoroti tentang hasil yang positif dari intervensi yang diberikan kepada pasangan yang menderita kanker, misalnya diketahui dari 40%

terdapat kurang dari 3 (tiga) penawar yang menawar harga kurang dari nilai total HPS maka proses lelang tetap dilanjutkan dengan melakukan evaluasi

Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsur-unsurnya atau frasa yang berdistribusi komplementer dengan pusatnya (Ramlan, 1980:15;

Graf tak sederhana merupakan kebalikan dari graf sederhana. Graf tak sederhana mengandung sisi ganda atau gelang. Graf tak sederhana dibagi lagi menjadi dua macam,