PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
MATERI CERITA ANAK MELALUI MODEL
COOPERATIVE
INTEGRATED READING AND COMPOSITION
(CIRC)
PADA SISWA KELAS V MI NURUL ISLAM SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh
SITI JULAIKAH NIM : D07211027
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
ABSTRAK
Siti Julaikah. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Cerita Anak melalui Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Pada Siswa Kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo.
Kata Kunci : Hasil Belajar. Bahasa Indonesia. Cerita Anak. Model Pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi cerita anak. Hal ini disebabkan guru sering menggunakan model pembelajaran langsung. Saat diterapkan model pembelajaran ini banyak siswa yang mengobrol dan kurang antusias terhadap pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah bosan dengan model yang digunakan. Akibatnya berdampak pada hasil belajar siswa yag rendah yang dibuktikan dari nilai ulangan harian yaitu dengan rata-rata nilai siswa 65,35. Jumlah total 20 siswa terdapat 15 siswa belum mencapai KKM dan hanya 5 siswa mencapai KKM. Model pembelajaran langsung kurang efektif apabila diterapkan pada materi cerita anak karena siswa cenderung hanya sebagai pendengar yang pasif. Padahal materi cerita anak KD menyimpulkan isi cerita anak bukan hanya pemahaman teori tetapi menekankan keaktifan siswa untuk membaca dan memahami isi cerita. Hal tersebut berdampak siswa mengalami kesulitan untuk menyimpulkan isi cerita anak yang dibaca.Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti mengambil tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran (CIRC).
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana penerapan Model CIRC dalam Meningkatkan Hasil Belajar bahasa Indonesia materi Cerita Anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo ? (2) Bagaimana Peningkatan hasil belajar materi Cerita Anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo setelah penerapan CIRC ?
Untuk memperoleh hasil penelitian tersebut, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan model PTK Kurt Lewin. Dimana dalam setiap siklusnya terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, tes tulis, penilaian performance. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
MOTTO ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
PERSETUJUAN SKRIPSI ... v
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR DIAGRAM ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tindakan yang Dipilih... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Lingkup Penelitian ... 8
F. Signifikasi Penelitian ... 9
G. Definisi Operasional... 10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Hasil Belajar ... 13
1. Hasil Belajar ... 13
2. Tipe Hasil Belajar ... 16
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi proses dan Hasil Belajar ... 19
4. Cara Menentukan Hasil Belajar ... 20
B. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia... 24
1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 24
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 26
3. Cerita Anak ... 27
C. Model Pembelajaran CIRC ... 32
D. Pengertian Model CIRC ... 32
1. Langkah-langkah Model CIRC ... 34
2. Kelebihan dan Kekurangan Model CIRC ... 35
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 38
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 40
C. Variabel yang Diteliti ... 42
D. Rencana Tindakan ... 42
E. Data dan Cara Pengumpulan ... 45
F. Teknik Analisis Data ... 60
G. Indikator Kinerja ... 63
H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Hasil Penelitian ... 66
1. Pra Siklus ... 66
3. Siklus II ... 93
B. Hasil Penelitian ... 116
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 125
B. Saran ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 127
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 129
RIWAYAT HIDUP.. ... 130
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib disetiap jenjang
pendidikan baik SD/MI, SMP maupun SMA/MA. Tujuan dari pengajaran
bahasa Indonesia di sekolah adalah menanamkam, memupuk, mengembangkan
(1) perasaan dan kesadaran nasional, (2) kecakapan bahasa Indonesia lisan dan
tulis, (3) kecakapan berfikir dinamis, rasional, dan praktis dalam bahasa
Indonesia, (4) kemampuan memahami, mengungkapkan dan menikmati
keindahan bahasa Indonesia yang sederhana baik lisan maupun tulisan. Tujuan
-tujuan itu terperinci dalam tujuan setiap segi pendidikan bahasa Indonesia
berupa percakapan, mengarang, membaca, dan pengetahuan bahasa.1
Pengajaran Bahasa Indonesia pada semua jenjang mencakup empat
aspek yaitu keterampilan mendengarkan (menyimak), keterampilan berbicara,
keterampilan membaca dan keterampilan menulis.Keterampilan mendengakan
dan keterampilan membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat
reseptif sedangkan keterampilan berbicara dan keterampilan menulis
1 Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan, ( Bandung : CV Diponegoro : 1984),
2
merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Keterampilan
mendengarkan dan keterampilan membaca bersifat reseptif karena kedua
keterampilan ini bersifat pasif atau menyerap informasi yang disampaikan
pembicara atau penulis dalam aktifitas berbahasasedangkan keterampilan
berbicara dan menulis dikatakan sebagai keterampilan yang bersifat
produktifkarena keterampilan ini termasuk ke dalam tindak bahasa yang aktif
di dalam aktivitas berbahasa. Informasi-informasi yang disampaikan, baik
kepada pendengar maupun kepada pembaca, yang merupakan hasil penalaran
yang matang dari pihak pembicaraan atau penulis.2
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran
bahasa Indonesia tingkat Madrasah Ibtidaiyah, membaca merupakan salah satu
keterampilan yang ditekankan pembinaannya. Hal tersebut terjabarkan dalam
Standar Kompetensi (SK)memahami teks dengan membaca sekilas, membaca
memindai, dan membaca cerita anak khususnya dalam keterampilan membaca
cerita anak yang terdapat dalam Standar Kompetensi (SK) yakni menyimpulkan
isi cerita anak dalam beberapa kalimat. Dalam kegiatan membaca ini siswa
diharapkan mampu menyimpulkan isi cerita anak. Akan tetapi dalam kegiatan
membaca untuk menyimpulkan isi cerita anak mengalami kesulitan.
2 Mohd Harun dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia, ( Universitas Syiah Kuala Lumpur Banda Aceh :
3
Pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo mengalami kesulitan dalam
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi cerita anak. Hal tersebut
didasarkan atas hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V. Saat
pembelajaran Bahasa Indonesia materi cerita anaksiswa cenderung pasif,
keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan juga kurang.
Sehingga proses kegiatan belajar mengajar terkesan kurang menunjukkan
aktivitas yang berarti. Kodisi ini mengakibatkanbanyak siswa yang kurang
memahami materi cerita anak yang berkaitan dengan macam-macam cerita
anak serta unsur-unsur unsur cerita anak. Hal tersebut terlihat ketika guru
meminta siswa membaca dan memahami isi cerita anak untuk megidentifikasi
unsur-unsur cerita anak dan menyimpulkan isi cerita anak siswa mengalami
kesulitan.
Proses pembelajaran materi ini guru sering sekali digunakan model
pembelajaran langsung. Dalam model pembelajaran tersebut guru
menggunakan beberapa metode yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan.
Kendala saat diterapkannya model pembelajaran langsung adalah banyak siswa
yang mengobrol sendiri, mengantuk serta kurang antusiasnya siswa terhadap
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakansiswasudah bosan dan tidak tertarik
dalam setiap psoses pembelajaran. Model ini juga kurang mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran. Siswa cenderung hanya sebagai pendengar yang pasif,
padahal materi cerita anak KD menyimpulkan isi cerita anak ini bukan hanya
4
memahami isi cerita. Sehingga para siswa mampu membuat kesimpulan dari
membaca untuk menyimpulkan isi cerita anak yang dibaca mengalami kesulitan
sehingga menyebabkan sebagian besar siswa, memperolah nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai KKM yang ditetapkan di sekolah
tersebut pada pembelajaran bahasa Indonesia pada setiap Kompetensi Dasar
(KD) yaitu70, akan tetapi pada materi cerita anak memperoleh nilai rata-rata
65,5 yang diperoleh dari 20 siswa, hanya 5 siswa mencapai KKM dengan
prosentase 25%. Sedangkan 15 siswa belum mencapai KKM dengan prosentase
75%. 3Hal tersebut menunjukkan kalau nilai siswa sangat jauh dari standart nilai
yang seharusnya diperoleh.
Sebagai alternatif solusi masalah, dalam penelitian tindakan kelas ini,
peneliti menggunakan model Kurt Lewin dan penelitian ingin menerapkan
model Cooperative Intregrated Reading and Composition (CIRC)yang
merupakan model pembelajajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis
terutama dalam pembelajaran membaca. Model ini mendorong siswa untuk
bekerja sama dalam tim dengan anggota-anggota yang heterogen. Dengan
model ini diharapkan siswa mampumegidentifikasi unsur-unsur cerita anak dan
menyimpulkan isi cerita anak yang mereka baca. Sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pemahan siswa tentang cerita anak.
3Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V pada hari Senin tanggal 23 Februari 2015.
5
Model pembelajaran kooperatif mempunyai peran untuk meningkaatkan
hasil belajar siswa dalam kelompok dan individu. Saat belajar kelompok ada
tanggung jawab dari setiap anggota untuk menguasai materi yang diberikan
guru. Siswa dari kelompok tinggi membantu siswa dari kelompok rendah agar
memahami konsep, siswa dari kelompok rendah berani menanyakan
kekurangan mengertinya pada anggota kelompoknya agar tidak tertinggal.
Tanggung jawab setiap anggota kelompok ini dapat meningkatkan kepercayaan
diri pada setiap anggota kelompoknya, karena ada peningkatan penguasaan
materi pembelajaran.
Penelitian model cooperative intregrated reading and composition
(CIRC) yang pernah dilakukan antara lain penerapan model cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas
V SDN pancakarya 01 Ajung Jember yang ditulis oleh Eka Rista Pratiwi pada
tahun 2013 dimana dalam penerapannya model CIRC mampu meningkatan
hasilbelajarsiswasetiapsiklusmenunjukkan
bahwasiklusIsecarakeseluruhandidapatpersentaseketuntasansebesar64.3%naik
sebanyak23.8%dariprasiklus.kemudianpadasiklusIIketuntasanhasilbelajar
siswamencapai76.2%naiksebanyak11.9%dibandingkandengandengansiklusI.4
4
6
Penerapan model CIRC untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita materi himpunan kelas VII SMP Negeri 13 Malang
yang ditulis oleh Atik Yulina pada tahun 2013 menunjukkan bahwa model
CIRC dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan soal cerita
matematika dengan persentase keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita siklus I adalah 47, 37% dengan kategori kurang dan meningkat pada
siklus II menjadi 89, 47% dengan kategori sangat baik.5
“Penerapan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated
Reading And Composition) pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel di
Kelas VIII MTs Nurul Falah Sugiharjo-Tuban” yang ditulis oleh Jainatur
Rofiqoh pada tahun 2010. Siklus 1 dengan hasil presentase 67,44% dan pada
siklus 2 mengalami peningkatan yaitu 83,72%.6
Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Materi Cerita Anak melalui Model Cooperative Integrated Reading and
5http//jurnal-online.um.ac.iddataartikelartikelB4DE0263B53B5933C4FEACF38A22C3B9.pdf diakses tanggal 23 Desember 2014 pkl.08.13
6Jannatur Rofiqah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperative CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel di Kelas VII MTs Nurul Falah Sugiharjo-Tuban(First Developed: Maret 11, 2015).
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan masalah seperti berikut :
1. Bagaimana penerapan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar cerita anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo setelah penerapan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ?
C. Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi cerita anak yaitu model
Cooperative Integrated Reading and Coposition (CIRC). Dengan model ini diharapkan bisa membantu peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia. Model ini
memberikan variasi baru pada proses pembelajaran siswa, melalui model ini
bersama kelompoknya siswa mengorganisasikan materi yang dipelajari dengan
cara siswa saling membacakan bacaan, menemukan ide pokok dari bacaan yag
8
D. Tujuan Penelitian
Berdasarakan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan dari penelitian
adalah:
1. Dapat mengetahui penerapan model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam meningkatan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo
2. Dapat mengetahui peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo setelah penerapan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
E. Lingkup Penelitian
Sehubungan dengan kegiatan penelitian ini, maka perlu diberikan
batasan penelitian dengan tujuan supaya penelitian ini tidak terlalu luas dan
sesuai dengan harapan peneliti.
Agar penelitian bisa tuntas dan fokus permasalahan dibatasi pada hal-hal
dibawah ini:
9
2. Subyek penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
F. Signifikansi Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Manfaat khusus :
1. Bagi Guru
a. Guru dapat mengetahui model pembelajaran yang dapat meningkatkan
sistem pembelajaran di kelas.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar menyimpulkan isi cerita anak.
c. Dapat meningkatkan kemampuan dalam Mengaplikasikan
pembelajaran PAIKEM yang telah dipelajari selama berada di bangku
kuliah.
d. Menjadi bekal sebagai pendidik dalam menentukan model
pembelajaran.
2. Bagi Siswa
a. Menanamkan sikap kreatif, keaktifan siswa dalam bekerjasama dan
komitmen dalam belajar bekerja sama untuk menyelesaikan problem.
b. Melatih kemampuan membaca, menulis, dan mendengarkan siswa
10
d. Tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
sehingga diharapkan situasi tersebut memberikan kontribusi terhadap
kemampuan siswa .
3. Bagi sekolah
a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada
peningkatan kemampuan siswa dalammengidentifikasi dan
menyimpulkan isi cerita anak yangt mereka baca.
b. Meningkatkan mutu sekolah melalui penggunaan model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik siswa disekolah.
G. Definisi Operasional
Dalam peelitian tindakan kelas penulis mengangkat judul “Peningkatan
Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Cerita Anak melalui Model
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada Siswa Kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo.” Agar tidak terjadi salah arti dalam penulisan, maka
dijelaskan beberapa Istilah berikut :
1. Peningkatan merupakan kemajuan, perubahan, proses, cara
meningkatkan usaha.7
2. Hasil Belajar adalah hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan
Pembelajaran. Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yaitu ranah kognitif,
11
ranah afektif dan rana psikomotorik. Penelitian ini menfokuskan pada
ranah kognitif yakni pengetahuan, pemahaman dan penerapan.
3. Materi Pelajaran Bahasa Indonesia MI Kelas V semester 2 adalah materi
cerita anak. Cerita anak adalah cerita yang diperuntukkan bagi anak baik
cerita yang menyangkut kehidupan anak maupun cerita tentang
binatang, cerita para tokoh-tokoh yang berjasa bagi bangsanya, cerita
tentang alam, dan cerita kepercayaan. Kompetensi Dasar (KD)
menyimpulkan isi cerita anak dengan beberapa
kalimat.Menyimpulkanisi cerita anak adalah menarik kesimpulan dari
bacaan atau informasi yang diberikan dari cerita anak.
4. Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan
Menulis).merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran
Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok,
pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini penulis susun secara sistematis
dari bab ke bab yang terdiri dari lima bab dan anatara bab satu dengan bab yang
lainnya meruapakan intgritas atau kesatuan yang tak terpisahkan serta
memberikan atau menggambarkan secara lengkap dan jelas tentang penelitian
12
Adapun sistematika pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, meliputi: (a) Latar Belakang Masalah (b)
Rumusan Masalah (c) Tindakan yang dipilih (d) Tujuan Penelitian
(e) Lingkup Penelitian (f) Manfaat penelitian (g) Sistematika
Pembahasan.
BAB II : Kajian teori, meliputi: (a) Hakikat Hasil Belajar, (b) Hakikat
Pembelajaran BahasaIndonesia, (c) Model Pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
BAB III : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, meliputi:
Metode Penelitian, (b) Setting Penelitian,(c) Variabel yang
diteliti, (d) Rencana Tindakan, (e) Data dan Cara Pengumpulan,
(f) Indikator Kerja, (g) Tim Peneliti dan Tugas.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi: (a) Hasil penelitian
meliputi: (1) Pra siklus (2) Siklus I, (2) Siklus II, (b) Pembahasan.
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Hasil Belajar
1. Hasil Belajar
Mc Geoch memberikan definisi mengenai belajar “Learning is a change
in performance as a result of practive.” Ini berarti bahwa belajar membawa
perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan
(practice).8
Morgan memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be
defined as any relatively permanent shange in behavior which occurs as result of practice experience.” Ini berarti bahwa perubahan perilaku atau performance
itu relatif permanen dan juga perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar
karena latihan (practice) atau karena pengalaman (experience).9
Moh.Surya, definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
8 Bimo Walgito,pengantar psikologi umum,(Yogyakarta: Andi 2003), hal 166-167 9 Ibid, hal 176
14
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya
dengan lingkungan.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar guru
menetapkan beberapa tujuan pembelajaran. Siswa yang berhasil dalam belajar
adalah berhasil mencapai tujuan – tujuan pembelajaran atau tujuan
intruksional.10
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi tiga ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.11Ketiga domain
tersebut akan memberikan tolak ukur dalam keberhasilan belajar yang
ditempuh siswa dalam proses pembelajaran. menurut ranah tersebut
mempunyai beberapa domain kemampuan yang mendukung keberhasilan
belajar. Menurut Anderson dan Krathwohl masing-masing ranah itu dapat
dibagi dalam berbagai dimensi atau kategori dan.12
10Jihad Dan Haris, Evaluasi Pembelajaran,(Yogjakarta: Multi Presindo 2010), hal 14
15
a. Ranah Kognitif
Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berfikir”,
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
“mengingat”, sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu
masalah (problem solving) yang menuntut peserta didik untuk
memecahkan masalah tersebut. Sebagaimana disebutkan sebelumnya
tujuan kognitif ini paling sering digunakan dalam proses instruksional.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan kondisi ketika kita menhadapi
sesuatu menggunakan emosi, seperti perasaan, nilai, penghargaan,
antusiasme, motivasi dan sikap. Terdapat lima kategori ranah afektif
mulai dari prilaku yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
c. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik berkaitan dengan gerakan fisik, koordinasi,
dan penggunaan keterampi lan motorik. Penilaian dilakukan dari segi
kecepatan, keteapatan, prosedur dan cara melakukakannya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori hasil belajar yang
dijelaskan oleh Bloom, yaitu ranah kognitif Dalam ranah ini, peneliti akan
16
yaitu: siswa mengidentifkasi unsur-unsur cerita dari cerita anak yang dibaca dan
menyimpulkan isi cerita.
2. Tipe-tipe Hasil Belajar
Menurut Bloom, Kratwohl dan Anita Harrow, mengemukakan ada tiga
tipe, yakni (a) kognitif, (b) afektif, (c) psikomotorik. Ketiga tipe hasil belajar
ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan merupakan hubungan
hiraki. Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam tiga aspek
hasil belajar tersebut.13
a. Tipe Hasil Belajar bidang Kognitif
1) Tipe hasil belajar pegetahuan hafalan (Knowledge)
Tipe hasil belajar ini temasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika
dibandingkan dengan tipe hasil belajar lainnya. Namun tipe hasi
belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari
tipe hasil belajar lainnya.
2) Tipe Hasil Belajar Pemahaman (Comprehention)
Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil
belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan
menangkap makna dari suatu konsep. Untuk itu diperlukan adanya
17
hubungan atau tautan antara konsep dengan makna yang ada dalam
konsep tersebut.
3) Tipe Hasil Belajar Penerapan (aplikasi)
Tipe hasil belajar ini memerlukan kesanggupan menerapkan, dan
mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru.
4) Tipe Hasil Belajar Analisis
Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang
memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.
5) Tipe Hasil Belajar Sintesis
Sintesis adalah lawan dari analisis. Analisis ditekankan pada
kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang
bermakna sedangkan sintesis merupakan kesanggupan meyatuhkan
unsur atau bagian menjadi satu integritas. Tipe hasil sintesis
memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis.
6) Tipe Hasil Belajar Evaluasi
Evaluasi merupakan kesanggupan memberikan keputusan tentang
nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang
dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, karena
diperlukan kemampuan yang mendahuluinya, yakni kemampuan
18
b. Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif
Ada beberapa tingkatan tipe hasil belajar afektif sebagai tujuan
dan hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai dari tingkatan yang
sederhana sampai tingkatan yang kompleks :
1)Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan dari luar yang datang pada siswa., baik dalam bentuk
masalah situasi, gejala.
2)Responding/jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk
ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari
luar yang datang kepada dirinya.
3)Valuing (penilainan), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus. Dalam hal termasuk kesediaan
menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima
nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
4)Organisasi. Yakni pengembangan nilai dengan nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan
nilai lain dan kemantapan. Yang termasuk dalam organisasi adalah
19
c. Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Dalam tipe hasil belajar tersebut ada 6 tingkatan keterampilan yakni:
1) Gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
2) Keteampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual,
auditif motorik dll.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi
seperti gerakan ekspresif, interpretatif.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
a. Faktor Internal
Faktor Fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun
yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh,
20
1) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang
meliputi: (a) Faktor intelektualFaktor (b) non-intelektual (c) Faktor
kematangan baik fisik maupun psikis.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor sosial yang terdiri atas : (a) Faktor lingkungan keluarga. (b)
Faktor lingkungan sekolah. (c) Faktor lingkungan masyarakat. (d)
Faktor kelompok.
2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,
kesenian dan sebagainya.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,iklim,
dan sebagainya.
4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak
langsung dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang. 14
4. Cara Menentukan Hasil Belajar
Menentukan hasil belajar dengan melaksanakan penilaian atau
evaluation dari hasil belajar. Penilaian merupakan kegiatan yang dillakukan
guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan
menyeluruh tentang proses dah hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya
21
digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakukan selanjutnya. Dalam
penilain membutuhkan instrumen atau alat yang digunakan menghimpun data
atau informasi yang dibutuhkan dengan melaksanakan pengukuran baik dengan
menggunakan tes (tes formatif, sumatif maupun sub sumatif) ataupun juga
dengan teknik non tes (seperti : wawancara, angket maupun pengamatan).
Apabila tehnik tes maka alat penilaiannya menggunakan tes, sedangkan tehnik
non tes bisa menggunakan alat penilaian non tes.
a. Prosedur Penilaian
Penilaian Tes.15
1) Penilaian tes tulis suatu tes yang menuntut siswa siswi memberikan
jawaban secara tulis.
Tes Tulis terdiri dari 2 Bentuk yaitu :
a) Tes objektif adalah testulis yang menuntut siswa siswi memilih
jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat
terbatas. Bentuk-bentuknya berupa:
Tes benar salah (true false)
Tes pilihan ganda (multiple choice)
Tes menjodohkan (matching)
Tes melengkapi (completion)
22
Tes jawaban singkat.
b) Tes subjektif atau essai adalah tes tulis yang meminta siswa
memberikan jawaban berupa uraian. Bentuk-bentuknya berupa
Esai bebas
Esai terbatas.
2) Penilaian tes lisan (Oral Test), suatu tes yang menuntut siswa siswi memberikan jawaban secara lisan, melalui percakapan testee (orang
yang dites) dengan tester (orang yang memberikan tes) tentang
permasalahannya yang diujikan. Tes lisan digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa mengungkapkan pengetahuan dan
sikapnya secara langsung
Penilaian non tes.16
a) Pengamatan (Observation) adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku
peserta didik di dalam kelas maupun di luar kelas sebagai alat
evaluasi.
b) Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment) adalah
penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta
didik dalam melakukan sesuatu. Unjuk kerja yang dapat diamati
seperti: bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,
23
membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium,
dan lain-lain.
c) Penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas yang
diberikan kepada peserta didik merupakan tugas terstruktur di luar
kelas.
d) Penilaian produk (Product Assessment) adalah penilaian terhadap
keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualitas hasil
produk tersebut. Seperti makanan, pakaian, hasll karya seni
(patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu,
keramik, plastik, dan logam.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan penilaian performance
dan penilaian tes tulis. Penilaian performance dilakukan saat siswa melakukan diskusi kelompok pada siklus I dan II. Sedangkan tes tulis
diberikan kepada masing-masing siswa yang dilaksanakan pada siklus I
dan siklus II. Hal itu disesuaikan dengan kemampuan siswa.
b. Pengolahan hasil penilaian.17
Prosedur pelaksanaan pengolahan hasil penilaian adalah sebagai berikut:
24
1) Menskor, kegiatan pemberian skor pada hasil penilaian yang dapat dicapai oleh responden (siswa). Untuk menskor dibutuhkan 3 bantuan
yakni: kunci jawaban, kunci skoring, pedoman pengangkaan.
2) Mengubah skor mentah menjadi skor standart, yakni kegiatan
evaluator menghitung untuk mengubah skor yang diperoleh siswa
yang mengerjakan alat penilaian disesuaikan dengan norma yang
dipakai
3) Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, yakni kegiatan akhir dari pengolahan hasil penilaian yang berupa pengunahan skor ke nilai,
baik berupa huruf atau kata–kata.18
B. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik.Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan
dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
25
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.19
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi
peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional,
dan global.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dirumuskan,
agar menjadikan (1) Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai
dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa
sendiri (2) Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan
kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan
berbahasa dan sumber belajar;guru lebih mandiri dan leluasa dalam
menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi
lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya (3) Orang tua dan
masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan
daan kesastraan di sekolah (4) Sekolah dapat menyusun program pendidikan
tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik
26
dansumber belajar yang tersedia (5) Daerah dapat menentukan bahan dan
sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan
daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.20
2. TujuanPembelajaran Bahasa Indonesia
agar peserta didik memiliki beberapa kemampuan yaitu :
a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara.
c) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan
d) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
e) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa
f) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
3. Materi Cerita Anak
27
Materi cerita anak merupakan salah satu materi dalam Standar
Kompetensi (SK) keterampilan membaca. Keterampilan membaca penting
bagi siswa dari kegiatan membaca siswa mampu memperoleh berbagai
macam pengetahun. Sedangkan yang diharapkan setelah melakukan kegiatan
membaca cerita anak siswa mampu memperoleh informasi tentang cerita anak
yang mereka baca.
Macam-macam cerita anak
Cerita untuk anak adalah cerita yang diperuntukkan bagi anak baik
cerita yang menyangkut kehidupan anak maupun cerita tentang binatang, cerita
para tokoh-tokoh yang berjasa bagi bangsanya, cerita tentang alam, dan cerita
kepercayaan. Cerita anak secara umum meliputi (1) buku bergambar, (2) cerita
rakyat, baik berupa cerita binatang, dongeng, legenda, maupun mite, (3) fiksi
sejarah, (4) fiksi realistik, (5) fiksi ilmiah, (6) cerita fantasi, dan (7)biografi.
1) Buku Bergambar
Buku bergambar juga banyak diartikan sebagai buku berisi cerita untuk
anak yang digarap melalui pemanfaatan tulisan dan gambar. Bagi
anak-anak, buku bergambar idealnya bersifat atraktif, memberikan gambaran
tentang sesuatu secara jelas, dan bisa membangkitkan pengalaman
keindahan secara kreatif. Nilai demikian tercapai apabila melalui buku
28
dunia skemata yang ada dalam dunia pengalaman dan pengetahuannya
dengan dunia yang digambarkan dalam bacaan secara berkelanjutan.
2) Pengertian cerita Rakyat
3) Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang
dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa
yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan
budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya,
cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal
muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat
umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa.
Cerita rakyat menurut Nurgiantoro bisa dibagi-bagi menjadi beberapa
jenis, meliputi (1) fabel, (2) dongeng, (3) legenda, dan (4) mite.
a) Fabelmerupakan cerita dengan pelaku binatang yang di dalamnya memuat
ajaran tertentu. Binantang yang diangkat sebagai pelaku cerita tersebut bisa
berbagai macam, sehingga antara wilayah yang satu dan yang lain yang
berbeda-beda.
b) Dongeng merupakan cerita rakyat yang penyampaiannya lazimnya diawali
penggunaan ungkapan, Pada zaman dahulu kala. Dongeng biasanya
memuat cerita yang singkat dengan menggunakan setting yang tidak jelas.
29
c) Legenda merupakan cerita kepahlawanan dari sosok tokoh yang dianggap
sakti, suci, atau memiliki kelebihan tertentu dibandingkan manusia pada
umumnya. Meskipun jelas merupakan cerita yang bersifat imajinatif,
karena biasa dihubungkan dengan peristiwa kesejarahan akhirnya legenda
sering dianggap sebagai cerita yang seakan sungguh-sungguh pernah
terjadi. Legenda yang dikenal mendunia
d) Mite merupakan cerita yang berkaitan dengan asal usul kehidupan
manusia, asal usul keberadaan suatu tempat yang berhubungan dengan
kehidupan dewa-dewi maupun tokoh yang memiliki hubungan dengan
kehidupan.
4) Fiksi sejarah merupakan cerita yang isinya memanfaatkan peristiwa
kesejarahan yang dibaurkan dengan cerita fiksi. Fiksi sejarah yang dikenal
luas masyarakat di dunia adalah cerita tentang perjalanan Columbus.
5) Fiksi realistik merupakan cerita yang menggambarkan peristiwa dan cerita
yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Cerita tersebut mungkin berkaitan
dengan kehidupan keluarga, perjalanan wisata, maupun peristiwa yang
menggambarkan upaya pelaku memecahkan permasalahan yang tidak lazim.
6) Cerita fantasi dan fiksi ilmiah merupakan cerita yang menggambarkan
pelaku, peristiwa, maupun latar secara fantastis, dalam arti di luar nalar tetapi
mampu menekan ketidakpercayaan pembaca sehingga sesuatu
sungguh-sungguh tidak akan bisa terjadi dalam kehidupan nyata tergambarkan
30
tentang Kursi Ajaib. Cerita fantasi tidak dapat dilepaskan dari fiksi ilmiah,
yaitu cerita yang berkaitan dengan fantasi tetapi di dalamnya memuat
penggambaran realitas yang bersifat futuristik maupun penggambaran yang
didasarkan pada konsep keilmuan.
Unsur-unsur Pembentuk Cerita anak anak adalah:
a. Tema adalah Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu
cerita disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi
dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi
pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian
cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita.
Tema ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula
yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).
b. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat
disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral
atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh
menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit
yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran,
atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
c. Tokoh adalah orang yang mengalami peristiwa-peristiwa dalam berbagai
31
pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Ada dua macam
tokoh dalam sebuah cerita, yaitu :
Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan
positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang
bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai
negatif.
d. Watak adalah sifat, perangai, kelakuan tokoh.
e. Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat
disusun berdasarkan dua hal, yaitu:
Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan
urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.
Dimana cerita bergerak dari suatu titik dan kemudian berkembang
sampai klimaks dan akhir atau penyelesaian cerita tersebut
Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak
sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak
mundur. Cerita dimulai dari suatu situasi yang merupakan akibat dari
runtutan peristiwa sebelumnya. Penceritaan bergerak mundur
mengurai setiap peristiwa yang menjadi penyebab situasi akhir
32
f. Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan
dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam
cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:
Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah cerita.
Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita.
Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam
karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat,
tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta
status sosial.
Latar Suasana adalah penjelasan mengenai suasana pada saat
peristiwa terjadi. Latar suasana dapat berupa suasana menegangkan,
lucu, bahagia, sedih, haru ataupun duka
C. Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
1. Pengertian Model Cooperative Integrated Reading and Composition
Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC) dikembangkan pertama kali oleh Stevens, dkk.21 Model pembelajaran
33
Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran
Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok
pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping. Model pembelajaran CIRC dari segi
bahasa dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang mengintegrasikannya
suatu bacaan secara menyeluruh kemudian memngkomposisikannya menjadi
bagian-bagian yang penting.22
Dalam pembelajaran CIRC, setiap siswa bertanggung jawab terhadap
tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk
memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk
pemahaman dan pengamalan belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus
mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga
sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi
dengan lingkungan.Manfaat model Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC):
a. Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, siswa mendapat
pengalaman baru dalam proses pembelajaran, selain itu model
pembelajaran CIRC juga mengasah daya pikir siswa karena siswa akan
dituntut lebih aktif dan selain itu juga dapat menghemat waktu.
34
b. Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, guru dapat dengan
mudah menyampaikan materi pelajaran, selain itu guru juga lebih kreatif
dalam penyampaian materi serta dalam memotivasi peserta didik.
c. Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, sekolah akan lebih
bermutu karena peningkatan keberhasilan dari hasil belajar siswa.
2. Langkah-langkah Model Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC) :23
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
2) Guru memberikan wancana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3) Siswa bekerja sama, saling membacakan, menemukan ide pokok, memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping, dan ditulis pada lembar kertas.
4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5) Guru membuat kesimpulan bersama
6) Penutup.
Berdasarkan langkah-langkah model CIRC, dapat terlihat
tahapan-tahapan sebagai berikut :
35
Tahap 1: Pengenalan konsep
Tahap ini, guru mulai mengenalkan konsep atau istilahbaru yang mengacu pada
hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan
guru,buku paket, atau media lainnya.
Tahap 2: Eksplorasi dan aplikasi
Tahap ini memberi peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awal,
mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka
alami dengan bimbingan guru. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik
sehingga mereka akan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk
menjelaskan hasil observasi.
Tahap 3: Publikasi
Tahapan ini, siswa mampu mengomuikaskan hasil temuan-temuan serta
membuktikan dan memperagakan materi yang dibahas.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model CooperativeIntegrated Reading and
Composition (CIRC)
a. Kelebihan Model CooperativeIntegrated Reading and Composition
(CIRC) adalah:24
36
1) pengalaman dan kegiatan siswa akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan siswa.
2) kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan
siswa.
3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil
belajar siswa akan dapat bertahan lebih lama.
4) Pembelajaran terpadu dapat menumbuh kembangkan keterampilan
berfikir siswa.
5) Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam
lingkungan siswa.
6) Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa ke
arah belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna.
7) Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan kembangkan interaksi
sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek
terhadap gagasan orang lain.
8) Membangkitkan motivasi belajar serta mempeluas wawasan dan
37
b. Kekurangan Model Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC)
Model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang
menggunakan bahasa sehingga tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran,
seperti: matematika, fisika, kimia, dan mata pelajaran lain yang
menggunakan prinsip menghitung.25
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang hasil dari penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Nurul Islam
Sidoarjo yang terkait dengan peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia materi cerita
anak melalui model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada
siswa Kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo.
Lokasi penelitian ini dilakukan di MI Nurul Islam Jumputrejo yang bertempat
di Jl. Madrasah No. 1 Desa Jumputrejo Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo
dengan kode pos (61258). MI Nurul Islam ini terakreditasi (A) dengan nomor NSS
(111235150122). MI Nurul Islam berdiri pada tahun 1979 sampai sekarang. Status
tanahnya merupakan waqaf dengan luas tanah 500 M dan luas bangunan 300 M. Jumlah
seluruh siswa yang ada di MI Nurul Islam adalah 156 dan memiliki guru sebanyak 11
orang termasuk kepala sekolah.
MI Nurul Islam memiliki visi yakni mewujudkan generasi yang berprestasi,
beriman, bertaqwa, dan berakhlakul karimah. Sedangkan misi MI Nurul Islam yakni
melaksanakan pembelajaran PAKEMI, menciptakan lingkungan Madrasah yang bersih
dan nyaman untuk belajar, menyelenggarakan pembinaan bidang teknologi,
66
menyelenggarakan pembinaan seni dan olahraga, menyelenggarakan pembinaan
kegiatan keagamaan, menumbuh-kembangkan sikap akhlakul karimah, membiasakan
prilaku hidup sehat dan disiplin.
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan
penilaian. Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa dalam
proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yag sedang berlangsung. Selain
observasi, data diperoleh dari wawancara kepada guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk menemukan gambaran tentang hasil belajar materi cerita anak
yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita anak dan menyimpulkan isi cerita
anak sebelum penerapan model Coperative Integreated Reading and Composition.
Untuk penyajian data penilaian ini peneliti mengelompokkan tahap-tahap menjadi
tiga kelompok yaitu
1. Tahap Pra Siklus
2. Tahap Siklus I, dan
3. Tahap Siklus II.
Berikut penyajian data pada tiap-tiap tahapnya:
1. Tahap Pra siklus
Pelaksanaaan kegiatan Pra Siklus dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data dari hasil wawancara, yang telah dilakukan oleh peneliti
67
Pelaksanaan kegiatan wawancara tersebut dilakukan pada hari Senin pada
tanggal 23Februari 2015 pukul 09.30 WIB. Wawancara ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi awal siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terkait
model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
serta hasil ulangan kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo pada materi Cerita anak.
Hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa model yang sering digunakan
adalah model pembelajaran langsung. Dalam model pembelajaran tersebut guru
menggunakan beberapa metode yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan.
Kendala saat diterapkannya model pembelajaran langsung adalah banyak siswa
yang mengobrol sendiri, mengantuk serta kurang antusiasnya siswa terhadap
pembelajaran. Sehingga mengakibatkan banyak siswa yang kurang memahami
materi cerita anak mengenai macam-macam cerita anak serta unsur-unsur unsur
cerita anak. Sehingga ketika guru meminta siswa membaca dan memahami isi
cerita anak untuk megidentifikasi unsur-unsur cerita anak dan memyimpulkan
isi cerita anak mereka mengalami kesulitan. Hal tersebut dapat dilihat dari
perolehan hasil ulangan harian siswa. Dimana banyak siswa yang memperoleh
nilai di bawah KKM sebesar 70.Sedangkan hasil belajar siswa kelas V MI
Nurul Islam Sidoarjo dikatakan tuntas, jika nilai siswa sesuai dengan KKM
yang ditentukan yaitu 70. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil ulangan
harian siswa kelas V. Diketahui bahwa hasil belajar siswa kurang memuaskan.
68
Hal ini dilihat dari jumlah siswa yang belum tuntas lebih banyak daripada
jumlah jumlah siswa yang tuntas. Sebagaimana dapat di lihat pada Tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1
Hasil Ulangan Harian Siswa Kelas V
No Nama Siswa Skor Hasil Belajar Keterangan
1 Andini Wahyu Oktavia 62 Tidak Tuntas
2 Arista Aprilia 64 Tidak Tuntas
3 Ayu Eka Cahyani 65 Tidak Tuntas
4 Azizah Arzy Khumaiyah 69 Tidak Tuntas
5 Dedik Siswanto 62 Tidak Tuntas
6 Didik Dwi Prasetyo 78 Tuntas
7 Fadhilatuz Salamah 70 Tuntas
8 Hilal Humam Al-Hamdani 60 Tidak Tuntas
9 M. Bagas Ariansyah 68 Tidak Tuntas
10 M. Irfandi 78 Tuntas
11 M. Agil Subakti 42 Tidak Tuntas
12 M. Faisul Anwar 69 Tidak Tuntas
13 M.Tegar Dwi .S. 72 Tuntas
14 1LKD\DWXV6D¶LGDK 69 Tidak tuntas
15 Nur Laili Lestari 75 Tuntas
16 Rifqiyah Hanif 64 Tidak Tuntas
69
18 Silvi Nadila Fardani 67 Tidak Tuntas
19 Siti Fatimawati Usman 60 Tidak Tuntas
20 M. Putra 45 Tidak Tuntas
Nilai (σܺ) 1307
Jumlah siswa secara keseluruhan (σܰ) : 20 Siswa
Jumlah siswa yang sudah tuntas : 5 Siswa
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 15 Siswa
Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas V( ݔഥ)
ݔ
ഥൌσܺ
σܰ
ݔ
ഥ=ͳ͵Ͳ
ʹͲ
ݔ
ഥ=ͷǡ͵ͷ
Prosentase ketuntasan = σݏ݅ݏݓܽݕܽ݊݃ݐݑ݊ݐܽݏܾ݈݆݁ܽܽݎσݏ݅ݏݓܽ × 100%
=ʹͲͷ ൈ ͳͲͲΨ=25 %
Prosentase siswa yang tidak tuntas = 100% - 25% = 75%
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan
harian siswa kelas V adalah 65,35. Dari 20 siswa, hanya 5 siswa mencapai
KKM dengan prosentase 25% sedangkan 15 siswa belum mencapai KKM
dengan prosentase 75%. Dari prosentase ketuntasan yang didapatkan oleh siswa
keberhasilan belajar siswa <55% yang menunjukkan kriteria TL (Tidak Lulus)
atau gagal. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang tuntas lebih sedikit
dibandingkan dengan siswa yang belum tuntas. Nilai tertinggi dari ulangan
harian siswa adalah nilai 78 dan nilai terendah adalah nilai 42. Dikarenakan
nilai ulangan harian siswa banyak yang belum tuntas maka perlu adanya
70
model pembelajaran CIRC yang diharapkan hasil belajar siswa meningkat atau
sesuai KKM yang telah ditentukan yaitu 70.
2. Siklus I
Pada penelitian tindakan kelas ini, siklus I dilaksanakan dalam 1 kali
pertemuan dalam waktu 2x 30 menit. Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana kegiatan yang
akan dilakukan sebelum melakukan tindakan pada siklus I, berikut ini
merupakan kegiatan yang dilakukan:
1) Menyiapkan RPP yang difokuskan pada perencanaan langkah-langkah
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
Dalam rencana pembelajaran ini peneliti menggunakan model CIRC.
Rencana tindakan juga dilengkapi dengan Lembar Kerja (LK) siswa
yang digunakan dalam penerapan model CIRC.
2) Menyiapkan instrumen pengumpulan data:
a) Lembar observasi aktifitas guru selama proses pembelajaran.
b) Lembar observasi aktifitas siswa selama proses pembelajaran.
71
3) Menyiapkan soal tes hasil belajar sebagai penilaian hasil belajar
secara individu untuk mengetahui tigkat keberhasilan hasil belajar
dalam penerapan model pembelajaran CIRC.
b. Tindakan (Acting)
Pelaksanaan PTK ini dilakukan di MI Nurul Islam Jumputrejo
Sidoarjo dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia materi cerita anak
semester Genap pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan tindakan Kelas pada
siklus I dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 10.30-11.30.
Subyek penelitian adalah siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo dengan 20
siswa yag terdiri dari 9 perempuan dan 11 laki-laki.
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana
pembelajaran yang telah dirancang untuk pembelajaran di kelas dan guru
sebagai observer atau pengamat dari proses pembelajaran yang berlangsung
di kelas. Proses belajar mengajar yang dilakukan mengacu pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Berikut ini adalah
deskripsi kegiatan guru dan kegiatan siswa ketika proses pembelajaran pada
siklus I.
Kegiatan awal pembelajaran, guru melakukan pengondisian kelas
dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar para siswa. Setelah itu
JXUXEHUWDQ\DWHQWDQJNHVLDSDQVLVZDPHQHULPDSHODMDUDQ³$SDVXGDKsiap
PHQHULPD SHODMDUDQ"´ WDQ\D JXUX VHOXUXK VLVZD GHQJDQ NRPSDN GDQ
72
mengajak para siswa membaca basmalah. Sebelum masuk dalam materi guru
menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini yaitu mengidentifikasi unsur-unsur
cerita anak dan menyimpulkan isi cerita anak. Kemudian guru memotivasi
seluruh siswa agar semangat belajar dengan menjelaskan manfaat dari
mempelajari cerita anak.
Kegiatan inti guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
macam-macam cerita anak dan unsur-unsur cerita intrinsik cerita yang
mereka ketahui dari pembelajaran yang sudah dilakukan. Seluruh siswa
sangat antusias dengan pertayaan yang diajukan oleh guru setelah siswa
menjawab pertanyaan. Guru menjelaskan secara detail tentang
macam-macam cerita anak serta unsur-unsur cerita anak.
Setelah itu, guru membentuk 4 kelompok yang terdiri dari 5 siswa.
Guru membagi kelompok dengan cara siswa secara bergantian mengambil
kertas origami yag telah dilipat agar tidak kelihatan warnanya. Sesuai
dengan warna kertas origami yag diambil siswa berkelompok. Kemudian
guru membagikan teks cerita anak serta lembar soal dan lembar jawaban.
Sebelum mereka mengerjakan tugas kelompok. Guru menjelaskan cara
penyelesaian tugas mereka yaitu dengan menerapkan model CIRC yang
dilakukan dengan cara mereka saling bergantian membacakan cerita anak,
baru setelah itu mereka berdiskusi tentang jawaban dari soal yag diberikan,
73
mereka baca. Setelah mereka saling membacakan cerita anak, mereka
berdiskusi secara kelompok serta menyelesaikan tugas mereka.
Guru secara acak akan menunjuk 1 perwakilan masing-masing
kelompok untuk menjelaskan hasil diskusi mereka. Setelah semua kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru meluruskan hasil diskusi.
Kemudian guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah
dilakukan. Untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa, peneliti
memberikan soal tulis individu yang berupa uraian. Soal tersebut akan
menentukan seberapa jauh pemahaman siswa terhadap cerita anak dari
penerapan model CIRC yang telah dilakukan dalam diskusi kelompok.
Dalam mengerjakan soal tersebut masih banyak siswa yang bertanya.
Setelah mengerjakan soal tersebut siswa diminta untuk mengumpulkan
hasilnya kepada guru. Setelah itu guru merefleksikan hasil perkerjaan
mereka dengan melakukan tanya jawab mengenai soal yang mereka anggap
sulit atau yang kurang mereka pahami.
Pada kegiatan penutup, siswa dan guru menyimpulkan materi yang
telah dipelajari secara bersama-sama, kemudian guru meminta salah satu
VLVZD XQWXN PHPLPSLQ GR¶D SXODQJ GDQ JXUX PHQJDNhiri pembelajaran
74
c. Observasi
Observasi ini dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dengan observasi ini peneliti dapat mengetahui aktifitas siswa dan guru saat
pembelajaran dengan menggunakan model CIRC.
1) Observasi Aktivitas Guru
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, observer mengamati aktifitas
guru dengan menerapkan model pembelajaran CIRC. Hasil observerasi
dapat di lihat pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus I
No Kegiatan Kreteria setiap Aspek Skor Hasil
1. Pendahuluan
- Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
a. guru tidak menjelaskan tujuan
pembelajaran
1
b. Guru menyampaikan tujuan secara
umun umum sehingga sulit
menentukan apakah siswa tahu yang
akan dicapai dari suatu pembelajaran 2
c. Guru menyampaikan tujuan secara
spesifik tetapi kurang jelas
3
d. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran secara jelas sehingga
siswa mengetahui yang akan dicapai
dalam pembelajaran
4
- Guru memotovasi
siswa dengan
Guru tidak memotivasi saat awal
pembelajaran
75
Guru jarang memotivasi saat awal
pembelajaran
2
Guru sering memberikan motivasi saat
awal pembelajaran tetapi
3
Guru selalu memberikan motivasi saat
awal pembelajaran
4
3. Kegiatan Inti
- Guru melakukan
tanya jawab
Guru tidak melakukan tanya jawab 1
Guru jarang melakukan tanya jawab 2
Guru sering melakukan tanya jawab 3
Guru selalu melakukan yanya jawab 4
- Guru
menjelaskan
materi
Guru tidak menjelaskan materi cerita
anak
1
Guru menjelaskan sebagian materi yaitu
unsur-unsur cerita anak dan
macam-macam cerita anak
2
Guru menjelaskan seluruh unsur-unsur
cerita dan macam-macam cerita anak
tetapi kurang jelas.
3
Guru menjelaskan seluruh unsru-unsur
cerita anak dan cerita anak secara jelas
4
Guru tidak menjelaskan cara penerapan
model pemelajaran CIRC
1
Guru menjelaskan penerapan model
pembelajaran CIRC tetapi kurang jelas
dan terlalu singkat sehingga siswa tidak
paham
76
Guru menjelaskan penerapan model
pembelajaran CIRC sudah cukup jelas
tetapi terlalu singkat sehingga sebagian
siswa tidak paham
3
Guru menjelaskan penerapan model
pembelajaran CIRC sudah jelas dan
tidak terlalu singkat sehingga seluruh
siswa paham dengan penerapannya.
Guru tidak memberikan LK kepada
masing-masing kelompok
1
Guru memberikan LK tetapi tidak
diselesaikan dengan menerapkan model
CIRC
2
Guru memberikan LK tetapi sebagian
kelompok diselesaikan dengan
menerapkan model CIRC
3
Guru memberikan LK dan diselesaikan
dengan menerapkan model CIRC
Guru tidak mengintruksikan presentasi
kelompok setelah melakukan diskusi
1
Guru mengintruksikan presentasi
kelompok setelah melakukan diskusi
tetapi kurang jelas sehingga seluruh
kelompok tidak memahami
2
Guru mengintruksikan presentasi
kelompok setelah melakukan diskusi
secara jelas tetapi sebagian kelompok
kurang memahami
77
Guru mengintruksikan presentasi
kelompok setelah melakukan diskusi
dengan sangat jelas sehingga seluruh
kelompok memahaminya.
4
- Guru meluruskan
hasil diskusi
kelompok
Guru tidak meluruskan hasil diskusi
kelompok
1
Guru meluruskan hasil diskusi kelompok
terlalu singkat
2
Guru meluruskan hasil diskusi kelompok
secara detail tetapi siswa kurang
memahami penjelasan guru
3
Guru meluruskan hasil diskusi kelompok
secara detail dan siswa memahami
penjelasannya.
Guru tidak mengajak siswa
menyimpulkan pembelajaran yang
dilakukan
1
Guru mengajak siswa untuk
menyimpulkan pembelajaran yang telah
melakukan tetapi kurang jelas sehingga
seluruh tidak memahami.
2
Guru mengajak siswa untuk
menyimpulkan pembelajaran yang telah
melakukan dengan jelas tetapi sebagian
siswa tidak memahami
3
Guru mengajak siswa untuk
78
melakukan dengan jelas dan seluruh
siswa memahaminya.
Skor perolehan 26
Nilai hasil observasi guru = Skor yang diperoleh
Skor Maksimal
= 26
36
Nilai hasil observasi guru (NA)= 72,2
Data hasil observasi guru dalam mengola pembelajaran
menunjukkan bahwa skor yang diperolah yakniʹ dengan nilai hasil
observasi guru adalah 72,2 dari jumlah skor idealnya adalah 36.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, menunjukkan bahwa kemampuan
guru dalam melakukan proses pembelajaran belum berhasil. Hal ini
dikarenakan hasil rata-rata hasil observasi guru yang didapat belum
mencapai indikator yang ditentukan yakni 80. Sehingga perlu adanya
perbaikan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran selanjutnya.
2) Observasi Aktivitas Siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, observer mengamati aktifitas
siswa selama pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model
X 100