• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI CERITA ANAK MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS V MI NURUL ISLAM SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI CERITA ANAK MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS V MI NURUL ISLAM SIDOARJO."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

MATERI CERITA ANAK MELALUI MODEL

COOPERATIVE

INTEGRATED READING AND COMPOSITION

(CIRC)

PADA SISWA KELAS V MI NURUL ISLAM SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh

SITI JULAIKAH NIM : D07211027

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Siti Julaikah. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Cerita Anak melalui Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Pada Siswa Kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo.

Kata Kunci : Hasil Belajar. Bahasa Indonesia. Cerita Anak. Model Pembelajaran

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi cerita anak. Hal ini disebabkan guru sering menggunakan model pembelajaran langsung. Saat diterapkan model pembelajaran ini banyak siswa yang mengobrol dan kurang antusias terhadap pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah bosan dengan model yang digunakan. Akibatnya berdampak pada hasil belajar siswa yag rendah yang dibuktikan dari nilai ulangan harian yaitu dengan rata-rata nilai siswa 65,35. Jumlah total 20 siswa terdapat 15 siswa belum mencapai KKM dan hanya 5 siswa mencapai KKM. Model pembelajaran langsung kurang efektif apabila diterapkan pada materi cerita anak karena siswa cenderung hanya sebagai pendengar yang pasif. Padahal materi cerita anak KD menyimpulkan isi cerita anak bukan hanya pemahaman teori tetapi menekankan keaktifan siswa untuk membaca dan memahami isi cerita. Hal tersebut berdampak siswa mengalami kesulitan untuk menyimpulkan isi cerita anak yang dibaca.Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti mengambil tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran (CIRC).

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana penerapan Model CIRC dalam Meningkatkan Hasil Belajar bahasa Indonesia materi Cerita Anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo ? (2) Bagaimana Peningkatan hasil belajar materi Cerita Anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo setelah penerapan CIRC ?

Untuk memperoleh hasil penelitian tersebut, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan model PTK Kurt Lewin. Dimana dalam setiap siklusnya terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, tes tulis, penilaian performance. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

MOTTO ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tindakan yang Dipilih... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Lingkup Penelitian ... 8

F. Signifikasi Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional... 10

(7)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Hasil Belajar ... 13

1. Hasil Belajar ... 13

2. Tipe Hasil Belajar ... 16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi proses dan Hasil Belajar ... 19

4. Cara Menentukan Hasil Belajar ... 20

B. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia... 24

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 24

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 26

3. Cerita Anak ... 27

C. Model Pembelajaran CIRC ... 32

D. Pengertian Model CIRC ... 32

1. Langkah-langkah Model CIRC ... 34

2. Kelebihan dan Kekurangan Model CIRC ... 35

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 38

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 40

C. Variabel yang Diteliti ... 42

D. Rencana Tindakan ... 42

E. Data dan Cara Pengumpulan ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 60

G. Indikator Kinerja ... 63

H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Hasil Penelitian ... 66

1. Pra Siklus ... 66

(8)

3. Siklus II ... 93

B. Hasil Penelitian ... 116

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 129

RIWAYAT HIDUP.. ... 130

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib disetiap jenjang

pendidikan baik SD/MI, SMP maupun SMA/MA. Tujuan dari pengajaran

bahasa Indonesia di sekolah adalah menanamkam, memupuk, mengembangkan

(1) perasaan dan kesadaran nasional, (2) kecakapan bahasa Indonesia lisan dan

tulis, (3) kecakapan berfikir dinamis, rasional, dan praktis dalam bahasa

Indonesia, (4) kemampuan memahami, mengungkapkan dan menikmati

keindahan bahasa Indonesia yang sederhana baik lisan maupun tulisan. Tujuan

-tujuan itu terperinci dalam tujuan setiap segi pendidikan bahasa Indonesia

berupa percakapan, mengarang, membaca, dan pengetahuan bahasa.1

Pengajaran Bahasa Indonesia pada semua jenjang mencakup empat

aspek yaitu keterampilan mendengarkan (menyimak), keterampilan berbicara,

keterampilan membaca dan keterampilan menulis.Keterampilan mendengakan

dan keterampilan membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat

reseptif sedangkan keterampilan berbicara dan keterampilan menulis

1 Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan, ( Bandung : CV Diponegoro : 1984),

(10)

2

merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Keterampilan

mendengarkan dan keterampilan membaca bersifat reseptif karena kedua

keterampilan ini bersifat pasif atau menyerap informasi yang disampaikan

pembicara atau penulis dalam aktifitas berbahasasedangkan keterampilan

berbicara dan menulis dikatakan sebagai keterampilan yang bersifat

produktifkarena keterampilan ini termasuk ke dalam tindak bahasa yang aktif

di dalam aktivitas berbahasa. Informasi-informasi yang disampaikan, baik

kepada pendengar maupun kepada pembaca, yang merupakan hasil penalaran

yang matang dari pihak pembicaraan atau penulis.2

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran

bahasa Indonesia tingkat Madrasah Ibtidaiyah, membaca merupakan salah satu

keterampilan yang ditekankan pembinaannya. Hal tersebut terjabarkan dalam

Standar Kompetensi (SK)memahami teks dengan membaca sekilas, membaca

memindai, dan membaca cerita anak khususnya dalam keterampilan membaca

cerita anak yang terdapat dalam Standar Kompetensi (SK) yakni menyimpulkan

isi cerita anak dalam beberapa kalimat. Dalam kegiatan membaca ini siswa

diharapkan mampu menyimpulkan isi cerita anak. Akan tetapi dalam kegiatan

membaca untuk menyimpulkan isi cerita anak mengalami kesulitan.

2 Mohd Harun dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia, ( Universitas Syiah Kuala Lumpur Banda Aceh :

(11)

3

Pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo mengalami kesulitan dalam

meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi cerita anak. Hal tersebut

didasarkan atas hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V. Saat

pembelajaran Bahasa Indonesia materi cerita anaksiswa cenderung pasif,

keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan juga kurang.

Sehingga proses kegiatan belajar mengajar terkesan kurang menunjukkan

aktivitas yang berarti. Kodisi ini mengakibatkanbanyak siswa yang kurang

memahami materi cerita anak yang berkaitan dengan macam-macam cerita

anak serta unsur-unsur unsur cerita anak. Hal tersebut terlihat ketika guru

meminta siswa membaca dan memahami isi cerita anak untuk megidentifikasi

unsur-unsur cerita anak dan menyimpulkan isi cerita anak siswa mengalami

kesulitan.

Proses pembelajaran materi ini guru sering sekali digunakan model

pembelajaran langsung. Dalam model pembelajaran tersebut guru

menggunakan beberapa metode yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan.

Kendala saat diterapkannya model pembelajaran langsung adalah banyak siswa

yang mengobrol sendiri, mengantuk serta kurang antusiasnya siswa terhadap

pembelajaran. Hal tersebut dikarenakansiswasudah bosan dan tidak tertarik

dalam setiap psoses pembelajaran. Model ini juga kurang mengaktifkan siswa

dalam pembelajaran. Siswa cenderung hanya sebagai pendengar yang pasif,

padahal materi cerita anak KD menyimpulkan isi cerita anak ini bukan hanya

(12)

4

memahami isi cerita. Sehingga para siswa mampu membuat kesimpulan dari

membaca untuk menyimpulkan isi cerita anak yang dibaca mengalami kesulitan

sehingga menyebabkan sebagian besar siswa, memperolah nilai di bawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai KKM yang ditetapkan di sekolah

tersebut pada pembelajaran bahasa Indonesia pada setiap Kompetensi Dasar

(KD) yaitu70, akan tetapi pada materi cerita anak memperoleh nilai rata-rata

65,5 yang diperoleh dari 20 siswa, hanya 5 siswa mencapai KKM dengan

prosentase 25%. Sedangkan 15 siswa belum mencapai KKM dengan prosentase

75%. 3Hal tersebut menunjukkan kalau nilai siswa sangat jauh dari standart nilai

yang seharusnya diperoleh.

Sebagai alternatif solusi masalah, dalam penelitian tindakan kelas ini,

peneliti menggunakan model Kurt Lewin dan penelitian ingin menerapkan

model Cooperative Intregrated Reading and Composition (CIRC)yang

merupakan model pembelajajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis

terutama dalam pembelajaran membaca. Model ini mendorong siswa untuk

bekerja sama dalam tim dengan anggota-anggota yang heterogen. Dengan

model ini diharapkan siswa mampumegidentifikasi unsur-unsur cerita anak dan

menyimpulkan isi cerita anak yang mereka baca. Sehingga diharapkan dapat

meningkatkan pemahan siswa tentang cerita anak.

3Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V pada hari Senin tanggal 23 Februari 2015.

(13)

5

Model pembelajaran kooperatif mempunyai peran untuk meningkaatkan

hasil belajar siswa dalam kelompok dan individu. Saat belajar kelompok ada

tanggung jawab dari setiap anggota untuk menguasai materi yang diberikan

guru. Siswa dari kelompok tinggi membantu siswa dari kelompok rendah agar

memahami konsep, siswa dari kelompok rendah berani menanyakan

kekurangan mengertinya pada anggota kelompoknya agar tidak tertinggal.

Tanggung jawab setiap anggota kelompok ini dapat meningkatkan kepercayaan

diri pada setiap anggota kelompoknya, karena ada peningkatan penguasaan

materi pembelajaran.

Penelitian model cooperative intregrated reading and composition

(CIRC) yang pernah dilakukan antara lain penerapan model cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas

V SDN pancakarya 01 Ajung Jember yang ditulis oleh Eka Rista Pratiwi pada

tahun 2013 dimana dalam penerapannya model CIRC mampu meningkatan

hasilbelajarsiswasetiapsiklusmenunjukkan

bahwasiklusIsecarakeseluruhandidapatpersentaseketuntasansebesar64.3%naik

sebanyak23.8%dariprasiklus.kemudianpadasiklusIIketuntasanhasilbelajar

siswamencapai76.2%naiksebanyak11.9%dibandingkandengandengansiklusI.4

4

(14)

6

Penerapan model CIRC untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita materi himpunan kelas VII SMP Negeri 13 Malang

yang ditulis oleh Atik Yulina pada tahun 2013 menunjukkan bahwa model

CIRC dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan soal cerita

matematika dengan persentase keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita siklus I adalah 47, 37% dengan kategori kurang dan meningkat pada

siklus II menjadi 89, 47% dengan kategori sangat baik.5

“Penerapan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated

Reading And Composition) pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel di

Kelas VIII MTs Nurul Falah Sugiharjo-Tuban” yang ditulis oleh Jainatur

Rofiqoh pada tahun 2010. Siklus 1 dengan hasil presentase 67,44% dan pada

siklus 2 mengalami peningkatan yaitu 83,72%.6

Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Materi Cerita Anak melalui Model Cooperative Integrated Reading and

5http//jurnal-online.um.ac.iddataartikelartikelB4DE0263B53B5933C4FEACF38A22C3B9.pdf diakses tanggal 23 Desember 2014 pkl.08.13

6Jannatur Rofiqah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperative CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel di Kelas VII MTs Nurul Falah Sugiharjo-Tuban(First Developed: Maret 11, 2015).

(15)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan masalah seperti berikut :

1. Bagaimana penerapan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar cerita anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo setelah penerapan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ?

C. Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam

meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi cerita anak yaitu model

Cooperative Integrated Reading and Coposition (CIRC). Dengan model ini diharapkan bisa membantu peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia. Model ini

memberikan variasi baru pada proses pembelajaran siswa, melalui model ini

bersama kelompoknya siswa mengorganisasikan materi yang dipelajari dengan

cara siswa saling membacakan bacaan, menemukan ide pokok dari bacaan yag

(16)

8

D. Tujuan Penelitian

Berdasarakan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan dari penelitian

adalah:

1. Dapat mengetahui penerapan model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam meningkatan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo

2. Dapat mengetahui peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo setelah penerapan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

E. Lingkup Penelitian

Sehubungan dengan kegiatan penelitian ini, maka perlu diberikan

batasan penelitian dengan tujuan supaya penelitian ini tidak terlalu luas dan

sesuai dengan harapan peneliti.

Agar penelitian bisa tuntas dan fokus permasalahan dibatasi pada hal-hal

dibawah ini:

(17)

9

2. Subyek penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

F. Signifikansi Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Manfaat khusus :

1. Bagi Guru

a. Guru dapat mengetahui model pembelajaran yang dapat meningkatkan

sistem pembelajaran di kelas.

b. Dapat meningkatkan hasil belajar menyimpulkan isi cerita anak.

c. Dapat meningkatkan kemampuan dalam Mengaplikasikan

pembelajaran PAIKEM yang telah dipelajari selama berada di bangku

kuliah.

d. Menjadi bekal sebagai pendidik dalam menentukan model

pembelajaran.

2. Bagi Siswa

a. Menanamkan sikap kreatif, keaktifan siswa dalam bekerjasama dan

komitmen dalam belajar bekerja sama untuk menyelesaikan problem.

b. Melatih kemampuan membaca, menulis, dan mendengarkan siswa

(18)

10

d. Tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan

sehingga diharapkan situasi tersebut memberikan kontribusi terhadap

kemampuan siswa .

3. Bagi sekolah

a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada

peningkatan kemampuan siswa dalammengidentifikasi dan

menyimpulkan isi cerita anak yangt mereka baca.

b. Meningkatkan mutu sekolah melalui penggunaan model pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik siswa disekolah.

G. Definisi Operasional

Dalam peelitian tindakan kelas penulis mengangkat judul “Peningkatan

Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Cerita Anak melalui Model

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada Siswa Kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo.” Agar tidak terjadi salah arti dalam penulisan, maka

dijelaskan beberapa Istilah berikut :

1. Peningkatan merupakan kemajuan, perubahan, proses, cara

meningkatkan usaha.7

2. Hasil Belajar adalah hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan

Pembelajaran. Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yaitu ranah kognitif,

(19)

11

ranah afektif dan rana psikomotorik. Penelitian ini menfokuskan pada

ranah kognitif yakni pengetahuan, pemahaman dan penerapan.

3. Materi Pelajaran Bahasa Indonesia MI Kelas V semester 2 adalah materi

cerita anak. Cerita anak adalah cerita yang diperuntukkan bagi anak baik

cerita yang menyangkut kehidupan anak maupun cerita tentang

binatang, cerita para tokoh-tokoh yang berjasa bagi bangsanya, cerita

tentang alam, dan cerita kepercayaan. Kompetensi Dasar (KD)

menyimpulkan isi cerita anak dengan beberapa

kalimat.Menyimpulkanisi cerita anak adalah menarik kesimpulan dari

bacaan atau informasi yang diberikan dari cerita anak.

4. Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan

Menulis).merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran

Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok,

pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini penulis susun secara sistematis

dari bab ke bab yang terdiri dari lima bab dan anatara bab satu dengan bab yang

lainnya meruapakan intgritas atau kesatuan yang tak terpisahkan serta

memberikan atau menggambarkan secara lengkap dan jelas tentang penelitian

(20)

12

Adapun sistematika pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, meliputi: (a) Latar Belakang Masalah (b)

Rumusan Masalah (c) Tindakan yang dipilih (d) Tujuan Penelitian

(e) Lingkup Penelitian (f) Manfaat penelitian (g) Sistematika

Pembahasan.

BAB II : Kajian teori, meliputi: (a) Hakikat Hasil Belajar, (b) Hakikat

Pembelajaran BahasaIndonesia, (c) Model Pembelajaran

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

BAB III : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, meliputi:

Metode Penelitian, (b) Setting Penelitian,(c) Variabel yang

diteliti, (d) Rencana Tindakan, (e) Data dan Cara Pengumpulan,

(f) Indikator Kerja, (g) Tim Peneliti dan Tugas.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi: (a) Hasil penelitian

meliputi: (1) Pra siklus (2) Siklus I, (2) Siklus II, (b) Pembahasan.

(21)

13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Hasil Belajar

1. Hasil Belajar

Mc Geoch memberikan definisi mengenai belajar “Learning is a change

in performance as a result of practive.” Ini berarti bahwa belajar membawa

perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan

(practice).8

Morgan memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be

defined as any relatively permanent shange in behavior which occurs as result of practice experience.” Ini berarti bahwa perubahan perilaku atau performance

itu relatif permanen dan juga perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar

karena latihan (practice) atau karena pengalaman (experience).9

Moh.Surya, definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

8 Bimo Walgito,pengantar psikologi umum,(Yogyakarta: Andi 2003), hal 166-167 9 Ibid, hal 176

(22)

14

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya

dengan lingkungan.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar guru

menetapkan beberapa tujuan pembelajaran. Siswa yang berhasil dalam belajar

adalah berhasil mencapai tujuan – tujuan pembelajaran atau tujuan

intruksional.10

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik

tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi tiga ranah,

yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.11Ketiga domain

tersebut akan memberikan tolak ukur dalam keberhasilan belajar yang

ditempuh siswa dalam proses pembelajaran. menurut ranah tersebut

mempunyai beberapa domain kemampuan yang mendukung keberhasilan

belajar. Menurut Anderson dan Krathwohl masing-masing ranah itu dapat

dibagi dalam berbagai dimensi atau kategori dan.12

10Jihad Dan Haris, Evaluasi Pembelajaran,(Yogjakarta: Multi Presindo 2010), hal 14

(23)

15

a. Ranah Kognitif

Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berfikir”,

mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu

“mengingat”, sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu

masalah (problem solving) yang menuntut peserta didik untuk

memecahkan masalah tersebut. Sebagaimana disebutkan sebelumnya

tujuan kognitif ini paling sering digunakan dalam proses instruksional.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan kondisi ketika kita menhadapi

sesuatu menggunakan emosi, seperti perasaan, nilai, penghargaan,

antusiasme, motivasi dan sikap. Terdapat lima kategori ranah afektif

mulai dari prilaku yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

c. Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik berkaitan dengan gerakan fisik, koordinasi,

dan penggunaan keterampi lan motorik. Penilaian dilakukan dari segi

kecepatan, keteapatan, prosedur dan cara melakukakannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori hasil belajar yang

dijelaskan oleh Bloom, yaitu ranah kognitif Dalam ranah ini, peneliti akan

(24)

16

yaitu: siswa mengidentifkasi unsur-unsur cerita dari cerita anak yang dibaca dan

menyimpulkan isi cerita.

2. Tipe-tipe Hasil Belajar

Menurut Bloom, Kratwohl dan Anita Harrow, mengemukakan ada tiga

tipe, yakni (a) kognitif, (b) afektif, (c) psikomotorik. Ketiga tipe hasil belajar

ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan merupakan hubungan

hiraki. Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam tiga aspek

hasil belajar tersebut.13

a. Tipe Hasil Belajar bidang Kognitif

1) Tipe hasil belajar pegetahuan hafalan (Knowledge)

Tipe hasil belajar ini temasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika

dibandingkan dengan tipe hasil belajar lainnya. Namun tipe hasi

belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari

tipe hasil belajar lainnya.

2) Tipe Hasil Belajar Pemahaman (Comprehention)

Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil

belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan

menangkap makna dari suatu konsep. Untuk itu diperlukan adanya

(25)

17

hubungan atau tautan antara konsep dengan makna yang ada dalam

konsep tersebut.

3) Tipe Hasil Belajar Penerapan (aplikasi)

Tipe hasil belajar ini memerlukan kesanggupan menerapkan, dan

mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru.

4) Tipe Hasil Belajar Analisis

Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang

memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni

pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

5) Tipe Hasil Belajar Sintesis

Sintesis adalah lawan dari analisis. Analisis ditekankan pada

kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang

bermakna sedangkan sintesis merupakan kesanggupan meyatuhkan

unsur atau bagian menjadi satu integritas. Tipe hasil sintesis

memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis.

6) Tipe Hasil Belajar Evaluasi

Evaluasi merupakan kesanggupan memberikan keputusan tentang

nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang

dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, karena

diperlukan kemampuan yang mendahuluinya, yakni kemampuan

(26)

18

b. Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif

Ada beberapa tingkatan tipe hasil belajar afektif sebagai tujuan

dan hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai dari tingkatan yang

sederhana sampai tingkatan yang kompleks :

1)Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan dari luar yang datang pada siswa., baik dalam bentuk

masalah situasi, gejala.

2)Responding/jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk

ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari

luar yang datang kepada dirinya.

3)Valuing (penilainan), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus. Dalam hal termasuk kesediaan

menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima

nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4)Organisasi. Yakni pengembangan nilai dengan nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan

nilai lain dan kemantapan. Yang termasuk dalam organisasi adalah

(27)

19

c. Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk

keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Dalam tipe hasil belajar tersebut ada 6 tingkatan keterampilan yakni:

1) Gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

2) Keteampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual,

auditif motorik dll.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,

ketepatan.

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi

seperti gerakan ekspresif, interpretatif.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

a. Faktor Internal

Faktor Fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun

yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh,

(28)

20

1) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang

meliputi: (a) Faktor intelektualFaktor (b) non-intelektual (c) Faktor

kematangan baik fisik maupun psikis.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri atas : (a) Faktor lingkungan keluarga. (b)

Faktor lingkungan sekolah. (c) Faktor lingkungan masyarakat. (d)

Faktor kelompok.

2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,

kesenian dan sebagainya.

3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,iklim,

dan sebagainya.

4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak

langsung dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang. 14

4. Cara Menentukan Hasil Belajar

Menentukan hasil belajar dengan melaksanakan penilaian atau

evaluation dari hasil belajar. Penilaian merupakan kegiatan yang dillakukan

guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan

menyeluruh tentang proses dah hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya

(29)

21

digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakukan selanjutnya. Dalam

penilain membutuhkan instrumen atau alat yang digunakan menghimpun data

atau informasi yang dibutuhkan dengan melaksanakan pengukuran baik dengan

menggunakan tes (tes formatif, sumatif maupun sub sumatif) ataupun juga

dengan teknik non tes (seperti : wawancara, angket maupun pengamatan).

Apabila tehnik tes maka alat penilaiannya menggunakan tes, sedangkan tehnik

non tes bisa menggunakan alat penilaian non tes.

a. Prosedur Penilaian

Penilaian Tes.15

1) Penilaian tes tulis suatu tes yang menuntut siswa siswi memberikan

jawaban secara tulis.

Tes Tulis terdiri dari 2 Bentuk yaitu :

a) Tes objektif adalah testulis yang menuntut siswa siswi memilih

jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat

terbatas. Bentuk-bentuknya berupa:

 Tes benar salah (true false)

 Tes pilihan ganda (multiple choice)

 Tes menjodohkan (matching)

 Tes melengkapi (completion)

(30)

22

 Tes jawaban singkat.

b) Tes subjektif atau essai adalah tes tulis yang meminta siswa

memberikan jawaban berupa uraian. Bentuk-bentuknya berupa

 Esai bebas

 Esai terbatas.

2) Penilaian tes lisan (Oral Test), suatu tes yang menuntut siswa siswi memberikan jawaban secara lisan, melalui percakapan testee (orang

yang dites) dengan tester (orang yang memberikan tes) tentang

permasalahannya yang diujikan. Tes lisan digunakan untuk

mengetahui kemampuan siswa mengungkapkan pengetahuan dan

sikapnya secara langsung

Penilaian non tes.16

a) Pengamatan (Observation) adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku

peserta didik di dalam kelas maupun di luar kelas sebagai alat

evaluasi.

b) Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment) adalah

penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta

didik dalam melakukan sesuatu. Unjuk kerja yang dapat diamati

seperti: bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,

(31)

23

membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium,

dan lain-lain.

c) Penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas

yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas yang

diberikan kepada peserta didik merupakan tugas terstruktur di luar

kelas.

d) Penilaian produk (Product Assessment) adalah penilaian terhadap

keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualitas hasil

produk tersebut. Seperti makanan, pakaian, hasll karya seni

(patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu,

keramik, plastik, dan logam.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan penilaian performance

dan penilaian tes tulis. Penilaian performance dilakukan saat siswa melakukan diskusi kelompok pada siklus I dan II. Sedangkan tes tulis

diberikan kepada masing-masing siswa yang dilaksanakan pada siklus I

dan siklus II. Hal itu disesuaikan dengan kemampuan siswa.

b. Pengolahan hasil penilaian.17

Prosedur pelaksanaan pengolahan hasil penilaian adalah sebagai berikut:

(32)

24

1) Menskor, kegiatan pemberian skor pada hasil penilaian yang dapat dicapai oleh responden (siswa). Untuk menskor dibutuhkan 3 bantuan

yakni: kunci jawaban, kunci skoring, pedoman pengangkaan.

2) Mengubah skor mentah menjadi skor standart, yakni kegiatan

evaluator menghitung untuk mengubah skor yang diperoleh siswa

yang mengerjakan alat penilaian disesuaikan dengan norma yang

dipakai

3) Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, yakni kegiatan akhir dari pengolahan hasil penilaian yang berupa pengunahan skor ke nilai,

baik berupa huruf atau kata–kata.18

B. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

dan emosional peserta didik.Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan

dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan

membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

(33)

25

baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.19

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan

kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan

penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap

bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi

peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional,

dan global.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dirumuskan,

agar menjadikan (1) Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai

dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan

penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa

sendiri (2) Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan

kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan

berbahasa dan sumber belajar;guru lebih mandiri dan leluasa dalam

menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi

lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya (3) Orang tua dan

masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan

daan kesastraan di sekolah (4) Sekolah dapat menyusun program pendidikan

tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik

(34)

26

dansumber belajar yang tersedia (5) Daerah dapat menentukan bahan dan

sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan

daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.20

2. TujuanPembelajaran Bahasa Indonesia

agar peserta didik memiliki beberapa kemampuan yaitu :

a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara.

c) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan

d) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial

e) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan berbahasa

f) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

3. Materi Cerita Anak

(35)

27

Materi cerita anak merupakan salah satu materi dalam Standar

Kompetensi (SK) keterampilan membaca. Keterampilan membaca penting

bagi siswa dari kegiatan membaca siswa mampu memperoleh berbagai

macam pengetahun. Sedangkan yang diharapkan setelah melakukan kegiatan

membaca cerita anak siswa mampu memperoleh informasi tentang cerita anak

yang mereka baca.

Macam-macam cerita anak

Cerita untuk anak adalah cerita yang diperuntukkan bagi anak baik

cerita yang menyangkut kehidupan anak maupun cerita tentang binatang, cerita

para tokoh-tokoh yang berjasa bagi bangsanya, cerita tentang alam, dan cerita

kepercayaan. Cerita anak secara umum meliputi (1) buku bergambar, (2) cerita

rakyat, baik berupa cerita binatang, dongeng, legenda, maupun mite, (3) fiksi

sejarah, (4) fiksi realistik, (5) fiksi ilmiah, (6) cerita fantasi, dan (7)biografi.

1) Buku Bergambar

Buku bergambar juga banyak diartikan sebagai buku berisi cerita untuk

anak yang digarap melalui pemanfaatan tulisan dan gambar. Bagi

anak-anak, buku bergambar idealnya bersifat atraktif, memberikan gambaran

tentang sesuatu secara jelas, dan bisa membangkitkan pengalaman

keindahan secara kreatif. Nilai demikian tercapai apabila melalui buku

(36)

28

dunia skemata yang ada dalam dunia pengalaman dan pengetahuannya

dengan dunia yang digambarkan dalam bacaan secara berkelanjutan.

2) Pengertian cerita Rakyat

3) Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang

dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa

yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan

budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya,

cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal

muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat

umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa.

Cerita rakyat menurut Nurgiantoro bisa dibagi-bagi menjadi beberapa

jenis, meliputi (1) fabel, (2) dongeng, (3) legenda, dan (4) mite.

a) Fabelmerupakan cerita dengan pelaku binatang yang di dalamnya memuat

ajaran tertentu. Binantang yang diangkat sebagai pelaku cerita tersebut bisa

berbagai macam, sehingga antara wilayah yang satu dan yang lain yang

berbeda-beda.

b) Dongeng merupakan cerita rakyat yang penyampaiannya lazimnya diawali

penggunaan ungkapan, Pada zaman dahulu kala. Dongeng biasanya

memuat cerita yang singkat dengan menggunakan setting yang tidak jelas.

(37)

29

c) Legenda merupakan cerita kepahlawanan dari sosok tokoh yang dianggap

sakti, suci, atau memiliki kelebihan tertentu dibandingkan manusia pada

umumnya. Meskipun jelas merupakan cerita yang bersifat imajinatif,

karena biasa dihubungkan dengan peristiwa kesejarahan akhirnya legenda

sering dianggap sebagai cerita yang seakan sungguh-sungguh pernah

terjadi. Legenda yang dikenal mendunia

d) Mite merupakan cerita yang berkaitan dengan asal usul kehidupan

manusia, asal usul keberadaan suatu tempat yang berhubungan dengan

kehidupan dewa-dewi maupun tokoh yang memiliki hubungan dengan

kehidupan.

4) Fiksi sejarah merupakan cerita yang isinya memanfaatkan peristiwa

kesejarahan yang dibaurkan dengan cerita fiksi. Fiksi sejarah yang dikenal

luas masyarakat di dunia adalah cerita tentang perjalanan Columbus.

5) Fiksi realistik merupakan cerita yang menggambarkan peristiwa dan cerita

yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Cerita tersebut mungkin berkaitan

dengan kehidupan keluarga, perjalanan wisata, maupun peristiwa yang

menggambarkan upaya pelaku memecahkan permasalahan yang tidak lazim.

6) Cerita fantasi dan fiksi ilmiah merupakan cerita yang menggambarkan

pelaku, peristiwa, maupun latar secara fantastis, dalam arti di luar nalar tetapi

mampu menekan ketidakpercayaan pembaca sehingga sesuatu

sungguh-sungguh tidak akan bisa terjadi dalam kehidupan nyata tergambarkan

(38)

30

tentang Kursi Ajaib. Cerita fantasi tidak dapat dilepaskan dari fiksi ilmiah,

yaitu cerita yang berkaitan dengan fantasi tetapi di dalamnya memuat

penggambaran realitas yang bersifat futuristik maupun penggambaran yang

didasarkan pada konsep keilmuan.

Unsur-unsur Pembentuk Cerita anak anak adalah:

a. Tema adalah Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu

cerita disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi

dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi

pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian

cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita.

Tema ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula

yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).

b. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh

pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat

disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral

atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh

menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit

yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran,

atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.

c. Tokoh adalah orang yang mengalami peristiwa-peristiwa dalam berbagai

(39)

31

pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Ada dua macam

tokoh dalam sebuah cerita, yaitu :

Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan

positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.

Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang

bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai

negatif.

d. Watak adalah sifat, perangai, kelakuan tokoh.

e. Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat

disusun berdasarkan dua hal, yaitu:

Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan

urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.

Dimana cerita bergerak dari suatu titik dan kemudian berkembang

sampai klimaks dan akhir atau penyelesaian cerita tersebut

Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak

sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak

mundur. Cerita dimulai dari suatu situasi yang merupakan akibat dari

runtutan peristiwa sebelumnya. Penceritaan bergerak mundur

mengurai setiap peristiwa yang menjadi penyebab situasi akhir

(40)

32

f. Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan

dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam

cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:

Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah cerita.

Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita.

Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam

karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat,

tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta

status sosial.

Latar Suasana adalah penjelasan mengenai suasana pada saat

peristiwa terjadi. Latar suasana dapat berupa suasana menegangkan,

lucu, bahagia, sedih, haru ataupun duka

C. Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

1. Pengertian Model Cooperative Integrated Reading and Composition

Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC) dikembangkan pertama kali oleh Stevens, dkk.21 Model pembelajaran

(41)

33

Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran

Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok

pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping. Model pembelajaran CIRC dari segi

bahasa dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang mengintegrasikannya

suatu bacaan secara menyeluruh kemudian memngkomposisikannya menjadi

bagian-bagian yang penting.22

Dalam pembelajaran CIRC, setiap siswa bertanggung jawab terhadap

tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk

memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk

pemahaman dan pengamalan belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus

mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga

sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi

dengan lingkungan.Manfaat model Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC):

a. Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, siswa mendapat

pengalaman baru dalam proses pembelajaran, selain itu model

pembelajaran CIRC juga mengasah daya pikir siswa karena siswa akan

dituntut lebih aktif dan selain itu juga dapat menghemat waktu.

(42)

34

b. Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, guru dapat dengan

mudah menyampaikan materi pelajaran, selain itu guru juga lebih kreatif

dalam penyampaian materi serta dalam memotivasi peserta didik.

c. Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, sekolah akan lebih

bermutu karena peningkatan keberhasilan dari hasil belajar siswa.

2. Langkah-langkah Model Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC) :23

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

2) Guru memberikan wancana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.

3) Siswa bekerja sama, saling membacakan, menemukan ide pokok, memberi

tanggapan terhadap wacana/kliping, dan ditulis pada lembar kertas.

4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok

5) Guru membuat kesimpulan bersama

6) Penutup.

Berdasarkan langkah-langkah model CIRC, dapat terlihat

tahapan-tahapan sebagai berikut :

(43)

35

Tahap 1: Pengenalan konsep

Tahap ini, guru mulai mengenalkan konsep atau istilahbaru yang mengacu pada

hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan

guru,buku paket, atau media lainnya.

Tahap 2: Eksplorasi dan aplikasi

Tahap ini memberi peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awal,

mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka

alami dengan bimbingan guru. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik

sehingga mereka akan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk

menjelaskan hasil observasi.

Tahap 3: Publikasi

Tahapan ini, siswa mampu mengomuikaskan hasil temuan-temuan serta

membuktikan dan memperagakan materi yang dibahas.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model CooperativeIntegrated Reading and

Composition (CIRC)

a. Kelebihan Model CooperativeIntegrated Reading and Composition

(CIRC) adalah:24

(44)

36

1) pengalaman dan kegiatan siswa akan selalu relevan dengan tingkat

perkembangan siswa.

2) kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan

siswa.

3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil

belajar siswa akan dapat bertahan lebih lama.

4) Pembelajaran terpadu dapat menumbuh kembangkan keterampilan

berfikir siswa.

5) Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis

(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam

lingkungan siswa.

6) Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa ke

arah belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna.

7) Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan kembangkan interaksi

sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek

terhadap gagasan orang lain.

8) Membangkitkan motivasi belajar serta mempeluas wawasan dan

(45)

37

b. Kekurangan Model Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC)

Model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang

menggunakan bahasa sehingga tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran,

seperti: matematika, fisika, kimia, dan mata pelajaran lain yang

menggunakan prinsip menghitung.25

(46)

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang hasil dari penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Nurul Islam

Sidoarjo yang terkait dengan peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia materi cerita

anak melalui model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada

siswa Kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo.

Lokasi penelitian ini dilakukan di MI Nurul Islam Jumputrejo yang bertempat

di Jl. Madrasah No. 1 Desa Jumputrejo Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo

dengan kode pos (61258). MI Nurul Islam ini terakreditasi (A) dengan nomor NSS

(111235150122). MI Nurul Islam berdiri pada tahun 1979 sampai sekarang. Status

tanahnya merupakan waqaf dengan luas tanah 500 M dan luas bangunan 300 M. Jumlah

seluruh siswa yang ada di MI Nurul Islam adalah 156 dan memiliki guru sebanyak 11

orang termasuk kepala sekolah.

MI Nurul Islam memiliki visi yakni mewujudkan generasi yang berprestasi,

beriman, bertaqwa, dan berakhlakul karimah. Sedangkan misi MI Nurul Islam yakni

melaksanakan pembelajaran PAKEMI, menciptakan lingkungan Madrasah yang bersih

dan nyaman untuk belajar, menyelenggarakan pembinaan bidang teknologi,

(47)

66

menyelenggarakan pembinaan seni dan olahraga, menyelenggarakan pembinaan

kegiatan keagamaan, menumbuh-kembangkan sikap akhlakul karimah, membiasakan

prilaku hidup sehat dan disiplin.

A. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan

penilaian. Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa dalam

proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yag sedang berlangsung. Selain

observasi, data diperoleh dari wawancara kepada guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia untuk menemukan gambaran tentang hasil belajar materi cerita anak

yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita anak dan menyimpulkan isi cerita

anak sebelum penerapan model Coperative Integreated Reading and Composition.

Untuk penyajian data penilaian ini peneliti mengelompokkan tahap-tahap menjadi

tiga kelompok yaitu

1. Tahap Pra Siklus

2. Tahap Siklus I, dan

3. Tahap Siklus II.

Berikut penyajian data pada tiap-tiap tahapnya:

1. Tahap Pra siklus

Pelaksanaaan kegiatan Pra Siklus dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengumpulkan data dari hasil wawancara, yang telah dilakukan oleh peneliti

(48)

67

Pelaksanaan kegiatan wawancara tersebut dilakukan pada hari Senin pada

tanggal 23Februari 2015 pukul 09.30 WIB. Wawancara ini dilakukan untuk

mengetahui kondisi awal siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terkait

model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

serta hasil ulangan kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo pada materi Cerita anak.

Hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa model yang sering digunakan

adalah model pembelajaran langsung. Dalam model pembelajaran tersebut guru

menggunakan beberapa metode yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan.

Kendala saat diterapkannya model pembelajaran langsung adalah banyak siswa

yang mengobrol sendiri, mengantuk serta kurang antusiasnya siswa terhadap

pembelajaran. Sehingga mengakibatkan banyak siswa yang kurang memahami

materi cerita anak mengenai macam-macam cerita anak serta unsur-unsur unsur

cerita anak. Sehingga ketika guru meminta siswa membaca dan memahami isi

cerita anak untuk megidentifikasi unsur-unsur cerita anak dan memyimpulkan

isi cerita anak mereka mengalami kesulitan. Hal tersebut dapat dilihat dari

perolehan hasil ulangan harian siswa. Dimana banyak siswa yang memperoleh

nilai di bawah KKM sebesar 70.Sedangkan hasil belajar siswa kelas V MI

Nurul Islam Sidoarjo dikatakan tuntas, jika nilai siswa sesuai dengan KKM

yang ditentukan yaitu 70. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil ulangan

harian siswa kelas V. Diketahui bahwa hasil belajar siswa kurang memuaskan.

(49)

68

Hal ini dilihat dari jumlah siswa yang belum tuntas lebih banyak daripada

jumlah jumlah siswa yang tuntas. Sebagaimana dapat di lihat pada Tabel 4.1

berikut:

Tabel 4.1

Hasil Ulangan Harian Siswa Kelas V

No Nama Siswa Skor Hasil Belajar Keterangan

1 Andini Wahyu Oktavia 62 Tidak Tuntas

2 Arista Aprilia 64 Tidak Tuntas

3 Ayu Eka Cahyani 65 Tidak Tuntas

4 Azizah Arzy Khumaiyah 69 Tidak Tuntas

5 Dedik Siswanto 62 Tidak Tuntas

6 Didik Dwi Prasetyo 78 Tuntas

7 Fadhilatuz Salamah 70 Tuntas

8 Hilal Humam Al-Hamdani 60 Tidak Tuntas

9 M. Bagas Ariansyah 68 Tidak Tuntas

10 M. Irfandi 78 Tuntas

11 M. Agil Subakti 42 Tidak Tuntas

12 M. Faisul Anwar 69 Tidak Tuntas

13 M.Tegar Dwi .S. 72 Tuntas

14 1LKD\DWXV6D¶LGDK 69 Tidak tuntas

15 Nur Laili Lestari 75 Tuntas

16 Rifqiyah Hanif 64 Tidak Tuntas

(50)

69

18 Silvi Nadila Fardani 67 Tidak Tuntas

19 Siti Fatimawati Usman 60 Tidak Tuntas

20 M. Putra 45 Tidak Tuntas

Nilai (σܺ) 1307

Jumlah siswa secara keseluruhan (σܰ) : 20 Siswa

Jumlah siswa yang sudah tuntas : 5 Siswa

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 15 Siswa

Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas V( ݔഥ)

ݔ

ഥൌσܺ

σܰ

ݔ

ഥ=ͳ͵Ͳ͹

ʹͲ

ݔ

ഥ=͸ͷǡ͵ͷ

Prosentase ketuntasan = σݏ݅ݏݓܽݕܽ݊݃ݐݑ݊ݐܽݏܾ݈݆݁ܽܽݎσݏ݅ݏݓܽ × 100%

=ʹͲͷ ൈ ͳͲͲΨ=25 %

Prosentase siswa yang tidak tuntas = 100% - 25% = 75%

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan

harian siswa kelas V adalah 65,35. Dari 20 siswa, hanya 5 siswa mencapai

KKM dengan prosentase 25% sedangkan 15 siswa belum mencapai KKM

dengan prosentase 75%. Dari prosentase ketuntasan yang didapatkan oleh siswa

keberhasilan belajar siswa <55% yang menunjukkan kriteria TL (Tidak Lulus)

atau gagal. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang tuntas lebih sedikit

dibandingkan dengan siswa yang belum tuntas. Nilai tertinggi dari ulangan

harian siswa adalah nilai 78 dan nilai terendah adalah nilai 42. Dikarenakan

nilai ulangan harian siswa banyak yang belum tuntas maka perlu adanya

(51)

70

model pembelajaran CIRC yang diharapkan hasil belajar siswa meningkat atau

sesuai KKM yang telah ditentukan yaitu 70.

2. Siklus I

Pada penelitian tindakan kelas ini, siklus I dilaksanakan dalam 1 kali

pertemuan dalam waktu 2x 30 menit. Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana kegiatan yang

akan dilakukan sebelum melakukan tindakan pada siklus I, berikut ini

merupakan kegiatan yang dilakukan:

1) Menyiapkan RPP yang difokuskan pada perencanaan langkah-langkah

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

Dalam rencana pembelajaran ini peneliti menggunakan model CIRC.

Rencana tindakan juga dilengkapi dengan Lembar Kerja (LK) siswa

yang digunakan dalam penerapan model CIRC.

2) Menyiapkan instrumen pengumpulan data:

a) Lembar observasi aktifitas guru selama proses pembelajaran.

b) Lembar observasi aktifitas siswa selama proses pembelajaran.

(52)

71

3) Menyiapkan soal tes hasil belajar sebagai penilaian hasil belajar

secara individu untuk mengetahui tigkat keberhasilan hasil belajar

dalam penerapan model pembelajaran CIRC.

b. Tindakan (Acting)

Pelaksanaan PTK ini dilakukan di MI Nurul Islam Jumputrejo

Sidoarjo dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia materi cerita anak

semester Genap pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan tindakan Kelas pada

siklus I dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 10.30-11.30.

Subyek penelitian adalah siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo dengan 20

siswa yag terdiri dari 9 perempuan dan 11 laki-laki.

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana

pembelajaran yang telah dirancang untuk pembelajaran di kelas dan guru

sebagai observer atau pengamat dari proses pembelajaran yang berlangsung

di kelas. Proses belajar mengajar yang dilakukan mengacu pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Berikut ini adalah

deskripsi kegiatan guru dan kegiatan siswa ketika proses pembelajaran pada

siklus I.

Kegiatan awal pembelajaran, guru melakukan pengondisian kelas

dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar para siswa. Setelah itu

JXUXEHUWDQ\DWHQWDQJNHVLDSDQVLVZDPHQHULPDSHODMDUDQ³$SDVXGDKsiap

PHQHULPD SHODMDUDQ"´ WDQ\D JXUX VHOXUXK VLVZD GHQJDQ NRPSDN GDQ

(53)

72

mengajak para siswa membaca basmalah. Sebelum masuk dalam materi guru

menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini yaitu mengidentifikasi unsur-unsur

cerita anak dan menyimpulkan isi cerita anak. Kemudian guru memotivasi

seluruh siswa agar semangat belajar dengan menjelaskan manfaat dari

mempelajari cerita anak.

Kegiatan inti guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang

macam-macam cerita anak dan unsur-unsur cerita intrinsik cerita yang

mereka ketahui dari pembelajaran yang sudah dilakukan. Seluruh siswa

sangat antusias dengan pertayaan yang diajukan oleh guru setelah siswa

menjawab pertanyaan. Guru menjelaskan secara detail tentang

macam-macam cerita anak serta unsur-unsur cerita anak.

Setelah itu, guru membentuk 4 kelompok yang terdiri dari 5 siswa.

Guru membagi kelompok dengan cara siswa secara bergantian mengambil

kertas origami yag telah dilipat agar tidak kelihatan warnanya. Sesuai

dengan warna kertas origami yag diambil siswa berkelompok. Kemudian

guru membagikan teks cerita anak serta lembar soal dan lembar jawaban.

Sebelum mereka mengerjakan tugas kelompok. Guru menjelaskan cara

penyelesaian tugas mereka yaitu dengan menerapkan model CIRC yang

dilakukan dengan cara mereka saling bergantian membacakan cerita anak,

baru setelah itu mereka berdiskusi tentang jawaban dari soal yag diberikan,

(54)

73

mereka baca. Setelah mereka saling membacakan cerita anak, mereka

berdiskusi secara kelompok serta menyelesaikan tugas mereka.

Guru secara acak akan menunjuk 1 perwakilan masing-masing

kelompok untuk menjelaskan hasil diskusi mereka. Setelah semua kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya. Guru meluruskan hasil diskusi.

Kemudian guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah

dilakukan. Untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa, peneliti

memberikan soal tulis individu yang berupa uraian. Soal tersebut akan

menentukan seberapa jauh pemahaman siswa terhadap cerita anak dari

penerapan model CIRC yang telah dilakukan dalam diskusi kelompok.

Dalam mengerjakan soal tersebut masih banyak siswa yang bertanya.

Setelah mengerjakan soal tersebut siswa diminta untuk mengumpulkan

hasilnya kepada guru. Setelah itu guru merefleksikan hasil perkerjaan

mereka dengan melakukan tanya jawab mengenai soal yang mereka anggap

sulit atau yang kurang mereka pahami.

Pada kegiatan penutup, siswa dan guru menyimpulkan materi yang

telah dipelajari secara bersama-sama, kemudian guru meminta salah satu

VLVZD XQWXN PHPLPSLQ GR¶D SXODQJ GDQ JXUX PHQJDNhiri pembelajaran

(55)

74

c. Observasi

Observasi ini dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Dengan observasi ini peneliti dapat mengetahui aktifitas siswa dan guru saat

pembelajaran dengan menggunakan model CIRC.

1) Observasi Aktivitas Guru

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, observer mengamati aktifitas

guru dengan menerapkan model pembelajaran CIRC. Hasil observerasi

dapat di lihat pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2

Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus I

No Kegiatan Kreteria setiap Aspek Skor Hasil

1. Pendahuluan

- Menyampaikan

tujuan

pembelajaran

a. guru tidak menjelaskan tujuan

pembelajaran

1

b. Guru menyampaikan tujuan secara

umun umum sehingga sulit

menentukan apakah siswa tahu yang

akan dicapai dari suatu pembelajaran 2

c. Guru menyampaikan tujuan secara

spesifik tetapi kurang jelas

3 —

d. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran secara jelas sehingga

siswa mengetahui yang akan dicapai

dalam pembelajaran

4

- Guru memotovasi

siswa dengan

Guru tidak memotivasi saat awal

pembelajaran

(56)

75

Guru jarang memotivasi saat awal

pembelajaran

2 —

Guru sering memberikan motivasi saat

awal pembelajaran tetapi

3

Guru selalu memberikan motivasi saat

awal pembelajaran

4

3. Kegiatan Inti

- Guru melakukan

tanya jawab

Guru tidak melakukan tanya jawab 1

Guru jarang melakukan tanya jawab 2

Guru sering melakukan tanya jawab 3 —

Guru selalu melakukan yanya jawab 4

- Guru

menjelaskan

materi

Guru tidak menjelaskan materi cerita

anak

1

Guru menjelaskan sebagian materi yaitu

unsur-unsur cerita anak dan

macam-macam cerita anak

2

Guru menjelaskan seluruh unsur-unsur

cerita dan macam-macam cerita anak

tetapi kurang jelas.

3 —

Guru menjelaskan seluruh unsru-unsur

cerita anak dan cerita anak secara jelas

4

Guru tidak menjelaskan cara penerapan

model pemelajaran CIRC

1

Guru menjelaskan penerapan model

pembelajaran CIRC tetapi kurang jelas

dan terlalu singkat sehingga siswa tidak

paham

(57)

76

Guru menjelaskan penerapan model

pembelajaran CIRC sudah cukup jelas

tetapi terlalu singkat sehingga sebagian

siswa tidak paham

3 —

Guru menjelaskan penerapan model

pembelajaran CIRC sudah jelas dan

tidak terlalu singkat sehingga seluruh

siswa paham dengan penerapannya.

Guru tidak memberikan LK kepada

masing-masing kelompok

1

Guru memberikan LK tetapi tidak

diselesaikan dengan menerapkan model

CIRC

2

Guru memberikan LK tetapi sebagian

kelompok diselesaikan dengan

menerapkan model CIRC

3 —

Guru memberikan LK dan diselesaikan

dengan menerapkan model CIRC

Guru tidak mengintruksikan presentasi

kelompok setelah melakukan diskusi

1

Guru mengintruksikan presentasi

kelompok setelah melakukan diskusi

tetapi kurang jelas sehingga seluruh

kelompok tidak memahami

2

Guru mengintruksikan presentasi

kelompok setelah melakukan diskusi

secara jelas tetapi sebagian kelompok

kurang memahami

(58)

77

Guru mengintruksikan presentasi

kelompok setelah melakukan diskusi

dengan sangat jelas sehingga seluruh

kelompok memahaminya.

4

- Guru meluruskan

hasil diskusi

kelompok

Guru tidak meluruskan hasil diskusi

kelompok

1

Guru meluruskan hasil diskusi kelompok

terlalu singkat

2

Guru meluruskan hasil diskusi kelompok

secara detail tetapi siswa kurang

memahami penjelasan guru

3 —

Guru meluruskan hasil diskusi kelompok

secara detail dan siswa memahami

penjelasannya.

Guru tidak mengajak siswa

menyimpulkan pembelajaran yang

dilakukan

1

Guru mengajak siswa untuk

menyimpulkan pembelajaran yang telah

melakukan tetapi kurang jelas sehingga

seluruh tidak memahami.

2

Guru mengajak siswa untuk

menyimpulkan pembelajaran yang telah

melakukan dengan jelas tetapi sebagian

siswa tidak memahami

3 —

Guru mengajak siswa untuk

(59)

78

melakukan dengan jelas dan seluruh

siswa memahaminya.

Skor perolehan 26

Nilai hasil observasi guru = Skor yang diperoleh

Skor Maksimal

= 26

36

Nilai hasil observasi guru (NA)= 72,2

Data hasil observasi guru dalam mengola pembelajaran

menunjukkan bahwa skor yang diperolah yakniʹ͸ dengan nilai hasil

observasi guru adalah 72,2 dari jumlah skor idealnya adalah 36.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, menunjukkan bahwa kemampuan

guru dalam melakukan proses pembelajaran belum berhasil. Hal ini

dikarenakan hasil rata-rata hasil observasi guru yang didapat belum

mencapai indikator yang ditentukan yakni 80. Sehingga perlu adanya

perbaikan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam

pembelajaran selanjutnya.

2) Observasi Aktivitas Siswa

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, observer mengamati aktifitas

siswa selama pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model

X 100

Gambar

Tabel 4.1Hasil Ulangan Harian Siswa Kelas V
Tabel 4.2Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus I
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktifitas Siswa padaSiklus I
 tabel 4.4:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Para guru sering kali menyampaikan materi pengetahuan alam apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran ilmu pengetahuan alam cenderung membosankan dan kurang menarik minat

Hasil BER yang didapatkan dapat digunakan sebagai perbandingan nilai ketika sistem OFDM diimplementasikan pada WARP menggunakan teknik PTS dan tanpa teknik PTS

Guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian ( personal competencies ), di antaranya: kemampuan yang berhubungan dengan

terdiri dari 3 (tiga) konsep model dengan asumsi dan batasan sebagai berikut:  Model pondasi adalah model pondasi kelompok tiang pancang (pile group)  Tiang diperlakukan

bahan yang mudah diperolehi 4.2.2 Membuat kraf topeng muka.. 41 PEPERIKSAAN

Membentuk komunitas memang bukan merupakan hal yang mudah. Sedikit saja kesalahan yang dilakukan perusahaan, malah bisa membuat komunitas tersebut benci karena dianggap

UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) KELOMPOK KF,RJA XIV.

Setelah menganalisis permasalahan yang ada, penulis memberikan beberapa rancangan sistem baru yang dapat membantu perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang