• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN AGAMA BAGI MUALLAF DI MARKAZ DAKWAH MA HAD AL-BIRR UNISMUH MAKASSAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIMBINGAN AGAMA BAGI MUALLAF DI MARKAZ DAKWAH MA HAD AL-BIRR UNISMUH MAKASSAR SKRIPSI"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN AGAMA BAGI MUALLAF DI MARKAZ DAKWAH MA’HAD AL-BIRR UNISMUH MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

TAUFIKURRAHMAN NIM : 105270007415

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/ 2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

TAUFIKURRAHMAN.105270007415.2020. Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah Ma‟had Al-Birr Unismuh Makassar ( dibimbing oleh Zakaria Al-Anshori Dan Muhammad Ali Bakri ).

Dengan Rumusan Masalah sebagai berikut :1.Bagaimana latar belakang pendirian Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar sebagai program pembinaan muallaf? 2.Bagaimana metode bimbingan agama bagi muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar? 3.Bagaimana pengaruh bimbingan agama bagi muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz Dakwah Mahad Al-birr Unismuh Makassar?

Tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Agar mengetahui latar belakang berdirinya markaz dakwah mahad al-birr unismuh makassar. 2. Agar mengetahui bagaimana metode bimbingan agama bagi muallaf di markaz dakwah al-birr unismuh makassar. 3. Agar mengetahui Pengaruh bimbingan agama bagi muallaf di markaz dakwah mahad al-birr unismuh makassar.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif, informan dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang pembimbing dan empat orang santri muallaf yang telah mengikuti kegiatan bimbingan agama selama empat bulan..

hasil penelitian menunjukkan bahwa, proses bimbingan agama terhadap muallaf berjalan dengan baik dan memberikan pengaruh positif terhadap keimanan muallaf. Hal ini terlihat dari pemahaman muallaf tentang ajaran agama Islam, pelaksanaan ibadah yang mereka lakukan meningkat, semangat dan antusias para muallaf dalam menuntut ilmu, serta perubahan sikap dan prilaku (akhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjukan oleh para muallaf. Metode yang digunakan pembimbing meliputi ceramah, diskusi, tanya jawab dan menghafal dalil-dalil. Sedangkan materi yang disampaikan meliputi aqidah, ibadah dan al-Qur‟an dengan fokus pada kajian rutin tentang dasar-dasar akidah Islamiyah untuk membentengi akidah para muallaf. Selain itu para muallaf juga dibekali dengan pelatihan khutbah dan ceramah supaya kelak dapat menjadi da‟i yang handal di tengah masyarakat.

(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Kepasrahan atas ketetapan Allah yang bersenyawa dengan ketundudukan pada kekuasaan-Nya yang tak tertandingi, telah meniscayakan kita untuk selalu bernaung di bawah lindungan-Nya dari konspirasi yang menjebak. Begitupun kebijaksanaan hati yang telah mampu memberi pertimbangan pada rasio disaat akan memutuskan suatu ketetapan, telah pula mengajarkan kita untuk pandai mensyukuri samudera nikmat yang di hamparkan-Nya yang tak terhingga.

Alhamdulillah dengan izin dan kekuasaan Allah dan kerja keras yang selama ini penulis lakukan mampu menyelesaikan penulisan karya ilmiah dengan judul: “Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah Ma’had Al-Birr Unismuh Makasar.”

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menghadapi berbagai hambatan namun berkat kesabaran, ketekunan, dan keinginan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, kesemuanya itu dapat dijalani dengan baik. Penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan mudah tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan syukur masing-masing kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat kesehatan dan kelancaran serta kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

2. Kedua orang tua saya yang telah membimbing dan memfasilitasi saya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Drs. H. Mawardi Pawangi, M.Pd.I. selaku dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Syaikh Toyyib Khury selaku pendiri yayasan AMCF.

6. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., M.A. selaku ketua prodi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Pembimbing satu dan dua saya Dr. Moh. Ali Bakri S.Sos., M.Pd. dan Dr. Abdul Fattah,S.Th.I,M.Th.I.

8. Semua dosen dan staf ma‟had Al-Birr Unismuh Makassar yang saya tidak bisa sebutkan satu per satu lagi.

9. Semua rekan-rekan saya yang telah memotivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat buat semuanya, dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya.

Makassar, 2 November 2020

TAUFIKURRAHMAN

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Dakwah ... 8

B. Konsep Bimbingan Agama ... 23

C. Muallaf... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Pendekatan dan desain penelitian ... 38

B. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ... 39

C. Subjek Dan Objek Penelitian ... 40

(9)

E. Teknik Pemeriksa Data ... 43

F. Teknik Penulisan…………..………..………44

G. Fokus Penelitian ... 44

H. Deskripsi Fokus Penelitian ... 44

I. Instrumen penelitian ... 46

J. Teknik Pengumpulan Data ... 47

K. Teknik Analisa Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 52

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52

B. Hasil Dan Analisa Data Penelitian ... 61

C. Metode Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah M‟ahad AL-Birr Unismuh Makassar ... 72

D. Pengaruh Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah Ma‟had Al-Birr Unismuh Makassar ... 74

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 88

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sifat hakikat manusia adalah makhluk beragama (homoreligius), yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama serta sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan bagi sikap dan perilaku. Dapat juga dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki motif beragama, rasa kemauan dan kemampuan untuk memahami serta mengamalkan nilai agama.1

Manusia merupakan makhluk yang menentukan diri, dalam arti bahwa ia memiliki kebebasan untuk memilih kebutuhan dalam hidupnya. Manusia pada dasarnya ingin bebas dan bertanggungjawab atas pandangan hidup dan menentukan takdirnya sendiri. Individu dipengaruhi keinginan pribadi yang dihubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.2

Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak memberi ruang pada warganya untuk tidak beragama dan tidak percaya pada Tuhan. Orang bebas memilih agama, tetapi tidak bebas untuk tidak beragama sehingga identitas agama dicantumkan dalam kartu tanda penduduk serta

1

Syamsu dan Juntika, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 2006), cet ke-2 h. 155

2

Gerald Corey dan Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja

(11)

dokumen resmi lain.3

Adanya kebebasan beragama yang dilindungi oleh negara ini membuat manusia Indonesia bebas memilih kepercayaan atau agama yang akan dianutnya. Tidak jarang kita temukan diberbagai tempat ibadah seperti Masjid, Gereja, Wihara atau tempat ibadah lainnya, ada orang yang menyatakan keimanan untuk meyakini salah satu agama. Hal ini termasuk beberapa orang yang berpindah keyakinan (konversi beragama) dari agama Kristen-Katholik menjadi agama Islam atau biasa disebut sebagai muallaf (orang-orang yang baru masuk Islam).

Menurut Sayyid Sabiq, muallaf adalah golongan yang diusahakan untuk merangkul dan menarik serta mengukuhkan hati mereka dalam keislaman yang disebabkan karena belum mantapnya keimanan mereka, atau untuk menolak bencana yang mungkin mereka lakukan terhadap kaum muslimin dan mengambil keuntungan yang mungkin dimanfaatkan untuk kepentingan mereka.4

Kedudukan muallaf sendiri dalam Islam diartikan sebagai orang yang hatinya dijinakan agar cenderung kepada Islam dan orang yang belum mengetahui dan memahami ajaran Islam. Oleh karena itu posisi muallaf sendiri masih membutuhkan pembinaan, bimbingan, dan pengetahuan seputar agama Islam. Sebagaimana tertera dalam al-Qur`an Surat at-Taubah ayat 60 :

3

Komaruddin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa (Jakarta: Noura Books,

2012), h. xviii.

4

(12)

يِف َو ۡمُهُبوُلُق ِةَفَّل َؤُم ۡلٱ َو اَه ۡيَلَع َنيِلِم ََٰع ۡلٱ َو ِنيِك ََٰسَمۡلٱ َو ِءٓاَرَقُفۡلِل ُت ََٰقَدَّصلٱ اَمَّنِإ

ٌميِلَع ُ َّللَّٱ َو َِِّۗللَّٱ َنِّم ةَضي ِرَف ِِۖليِبَّسلٱ ِن ۡبٱ َو ِ َّللَّٱ ِليِبَس يِف َو َنيِم ِر ََٰغۡلٱ َو ِباَقِّرلٱ

ميِك َح

٠٦

Terjemahnya :

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.5 (Q.S. at-Taubah : 60)‟‟

Setelah menyatakan keislamannya, banyak muallaf (orang-orang yang baru masuk Islam) hidup dalam keadaan serba kesulitan. Mereka kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan terusir dari keluarga yang tidak mau menerima keislaman mereka. Kondisi hidup yang jauh dari kelayakan, merasa terbuang dan kehilangan kesejahteraan yang dulu pernah dimiliki, mereka pilih demi memenuhi gemuruh batin akan kebenaran ajaran Islam.6 Keadaan ini ditambah dengan keimanan para muallaf yang masih lemah karena baru memeluk Islam. Untuk itu persoalan penguatan keimanan muallaf menjadi hal penting dalam melakukan bimbingan agama Islam karena mereka (para muallaf) membutuhkan keteguhan iman, kalau hal ini dibiarkan maka para muallaf ini akan kembali pada agama sebelumnya. Sebagai orang baru yang pindah agama, muallaf membutuhkan perhatian, kasih sayang, ajakan,

5

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma

Examedia Arkanleema, 2009), h. 196.

6

Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua (Ciputat: Yayasan An-Naba Center,

(13)

bimbingan dari orang-orang atau lembaga yang memperhatikan kondisi tersebut.

Keputusan untuk menjadi muallaf merupakan sebuah keputusan yang sangat sulit dalam hidup mereka, karena menyangkut nasib mereka di dunia dan juga di akhirat. Mereka memilih agama melalui ketekunan dan pengorbanan. Berbagai tekanan mereka rasakan baik dari keluarga, karib- kerabat, dan kawan-kawan non muslim yang menentang keputusan mereka, ditambah tuntutan untuk mempelajari agama baru dalam waktu yang singkat.7 Dua kaimat syahadat merupakan pintu gerbang untuk memasuki Islam.

Sebagai orang yang baru masuk Islam sangat penting untuk mengetahui agama yang dianutnya. Semakin banyak pengetahuan yang didapat, maka semakin banyak pula manfaat yang akan didapat. Hal ini tentu harus dilaksanakan melalui program bimbingan dan pembinaan yang intensif kepada muallaf melalui pesantren khusus.

Keberadaan Markaz Dakwah Pembinaan Muallaf Yayasan AMCF di daerah Gowa Kota makassar memberikan harapan baru bagi para muallaf supaya tidak ada lagi kekhawatiran dalam menjalankan keislamannya, tidak ada lagi rasa terbuang dan tentunya tidak lagi kembali murtad (kembali ke agama lamanya) karena mendapa mendapati Islam merupakan agama yang membawa kedamaian bagi para pemeluknya. Selain itu keimanan muallaf sebagai seorang muslim yang

7

Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua (Ciputat: Yayasan An-Naba Center,

(14)

baru diharapkan meningkat dan menjadi penerus perjuangan dakwah Islam kepada semua orang.

Oleh karena itu mengingat begitu pentingnya dan mulianya amanah yang agung ini, maka dalam melaksanakannya hendaklah memiliki pola pembinaan yang baik dan benar hingga terwujudnya para muallaf yang benar benar memiliki keimanan yang kokoh.

Berdasarkan fenomena dan kejadian yang telah dipaparkan diatas, penulis akan membahas lebih lanjut dan akan menuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul “ Bimbingan Agama Bagi Muallaf Di Markaz Dakwah Ma’had Al- Birr Unismuh Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, penulis dapat merumuskan permasalahan yang dapat dikaji sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang pendirian Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar sebagai program pembinaan muallaf?

2. Bagaimana metode bimbingan agama bagi muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar?

3. Bagaimana pengaruh bimbingan agama bagi muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar?

(15)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui Bagaimana latar belakang pendirian Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar sebagai program pembinaan keagamaan muallaf.

2. Untuk mengetahui bagaimana metode bimbingan agama bagi muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh bimbingan agama bagi muallaf dalam meningkatkan kemampuan dasar memahami Al-islam di Markaz Dakwah Ma‟had Al-birr Unismuh Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Dari tujuan yang telah dirumuskan dapat diambil manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Sebagai pengembangan ilmu dan nilai keagamaan kepada para Muallaf.

b. Untuk menambah semangat para muallaf dalam menuntut ilmu dan menanamkan nilai keagamaan yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan Al-Hadits Nabi.

(16)

c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang tertarik dalam bidang yang sama dengan penelitian ini.

2. Manfaat teoritis, yaitu diharapkan dapat menambah wawasan bagi ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pembinaan muallaf.

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Dakwah

1. Pengertian dakwah

Secara harfiyah, dakwah berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan yang artinya panggilan, seruan, atau ajakan. Maksudnya adalah mengajak dan menyeru manusia agar mengakui Allah swt. Sebagai Tuhan yang benar, lalu menjalani kehidupan sesuai dengan ketentuan-ketentuan-Nya yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan sunnah. Dengan demikian, target dakwah adalah mewujudkan sumber daya manusia yang bertakwa kepada Allah swt. Dalam arti yang seluas-luasnya. Dalam kehidupan masyrakat, khususnnya kehidupan umat islam, dakwah memiliki kedudukan yang sangat penting.8

Sedangkan pengertian dakwah secara istilah ada beberapa pendapat yang berbeda yang telah banyak didefinisikan oleh para ahli yang mendalami masalah dakwah. Namun antara definisi yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Beberapa definisi tentang dakwah yang kemukakan oleh para ahli berikut ini adalah :9

8

Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib & Mubalig, ( Jakarta : Al Qalam, Cetakan

pertama, 2005), h.1

9

Muh. Syahrul, Wawasan Pendidikan, Pengertian Dakwah Menurut Para Ahli, di

akses pada Rabu 8 Februari 2017, http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/ pengertian-dakwah-menurut-para-ahli.html

(18)

a. Shalahuddin Sanusi : ”Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif menjadi keadaan yang positif, memperjuangkan yang ma‟ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang batil”. b. Timur Djaelani : “Dakwah ialah menyeru kepada manusia untuk

berbuat baik dan menjauhi yang buruk sebagai pangkal tolak kekuatan mengubah masyarakat dan keadaan yang kurang baik kepada keadaan yang lebih baik sehingga merupakan suatu pembinaan”.

c. Thoha Yahya Omar : “Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.”

d. A. Hasymi : “Dakwah Islamiah yaitu mengajak orang untuk menyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiah yang terdahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri.”

e. Abdul Karim Zaidan : “Dakwah ialah panggilan ke jalan Allah.” Dakwah adalah kegiatan untuk mengajak dan menyeru manusia kepada Islam, agar manusia memperoleh jalan hidup yang baik, diridhoi oleh Allah sehingga hidup dan kehidupannya selama berada di dunia dan akhirat kelak, karena hakikat dari pada kehidupan dunia adalah penghantar untuk kehidupan akhirat yang abadi.

(19)

Secara etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa Arab da’a yang berarti mengajak, mengundang, menyeru, menarik, serta memanggil.10 Dakwah ialah menyeru manusia supaya taat dan beriman kepada Allah dan Rasul. Dakwah ialah mengajak manusia mengamalkan nilai-nilai yang dibawa oleh Islam bagi kehidupan dan keseimbangan manusia. Dakwah adalah usaha mengingatkan fitrah manusia dan menyeruh kepada manusia agar tidak menyembah tuhan selain Allah. Dakwah ialah usaha untuk memperbaiki dan membangun masyarakat yang taat kepada Allah.

Dalam kamus bahasa Indonesia, istilah dakwah berarti penyiaran agama dan pengembangan di kalangan umat (masyarakat), propaganda, penyiaran, seruan untuk meningkatkan amal ibadah bagi pemeluk beragama.11

Berdasarkan pengertian di atas tugas dakwah dapat dipahami sebagai bagian dari tanggung jawab setiap muslim dalam menyebarkan ajaran agamanya ke tengah-tengah masyarakat. Kewajiban ini merupakan tanggung jawab individu manapun dengan kedudukan yang bervariasi. Penyebaran ajaran Islam secara merata harus ditingkatkan dengan dengan jalan memanggil, mengajak ke jalan yang benar (amar ma’ruf) dan mencegah perbuatan merugikan (nahi mungkar). Umat Islam tanpa kecuali memiliki kesempatan melaksanakan tugas mulia ini dengan

10

Oemar Bakri dan Nuh, Kamus Bahasa Arab Indonesia Inggris, (Jakarta:

Mutiara, 1958), h. 104

11

Tim Media, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Mitra Pressindo : Media

(20)

menggunakan teknik dan metode yang sesuai dengan menggunakan kondisi dan kemampuan masing-masing orang.12

Penyampaian materi dakwah hendaknya tidak dilakukan dengan paksaan, melainkan dengan membangkitkan semangat dan kesadaran batin individu yang merupakan kebutuhan tiap-tiap untuk mencapai kebahagiaannya dunia dan akhirat. Materi dakwah diupayakan sesuai dengan kebutuhan manusia dan mudah dilaksanakan (tidak menyulitkan). Hal ini tidak sulit dilakukan mengingat tuntunan Qur‟an maupun Al-hadist lengkap dan menyeluruh serta meliputi seluruh pemasalahan dan kebutuhan umat manusia. Salah satu pengertian dakwah dapat dipahami dari dalam Al-Qur‟an Surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi :

ةَّمُأ ۡمُكنِّم نُكَت ۡل َو

ِنَع َن ۡوَه ۡنَي َو ِفوُر ۡعَمۡلٱِب َنوُرُمۡأَي َو ِر ۡيَخۡلٱ ىَلِإ َنوُع ۡدَي

َنوُحِل ۡفُم ۡلٱ ُمُه َكِئ

ََٰٓل ْوُأ َو ِِۚرَكنُمۡلٱ

Terjemahannya :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mnyeru kepada kebajikan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran : 104).13

Dakwah senantiasa menuntut keterlibatan umat Islam seluruhnya untuk dapat menyemarakkan dakwah melalui masjid atau majelis – majelis ta‟lim yang ada di masyarakat. Apabila seluruh umat Islam bersatu dan

12

Hasniah Hasan, Metode Dakwah Terapan, (Surabaya : PT Bina Ilmu, Cet I,

2005), h. 2

13

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: PT.

(21)

dakwah merupakan puncak kebaikan dan kebahagiaan sebagaimana Firman dalam Qur‟an surah Fusilat ayat 33 Allah yang berbunyi:

َنِم يِنَّنِإ َلاَق َو ا احِل ََٰص َلِمَع َو ِ َّللَّٱ ىَلِإ ٓاَعَد نَّمِّم الٗ ۡوَق الُٗزُن َنوُعَّدَت

َنيِمِل ۡسُم ۡلٱ

Terjemahannya :

“Siapakah yang lebih baik pertuturannya daripada mereka yang menggunakannya untuk menyeru manusia ke jalan Allah.14

2. Hukum dakwah

Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim, yang Islam ibarat darah dalam tubuh manusia. Ia menyebabkan ummat ummat hidup dan terus tumbuh dan berkembang. Dakwahlah yang mampu menggerakkan umat untuk tetap terikat dengan aturan Allah swt dan Rasul-Nya. Namun sebaliknya, disaat ummat meninggalkan dakwah, umat tidak akan lagi terwarnai oleh fikrah dan kepribadian Islam. Dan dakwah juga memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam kehidupan, maka secara hukum dakwah menjadi kewajiban yang harus di emban oleh setiap muslim. Ada banyak dalil yang bisa kita jadikan sebagai rujukan untuk mendudukung pernyataan wajibnya melaksanakan tugas dakwah, baik dari Al-Qur‟an maupun hadits Nabi. Di antaranya adalah dalil berikut ini Qur‟an Surah Ali Imran Ayat 110 :

14

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Surabaya: Mahkota

(22)

ِرَكنُمۡلٱ ِنَع َن ۡوَه ۡنَت َو ِفوُر ۡعَمۡلٱِب َنوُرُمۡأَت ِساَّنلِل ۡتَج ِر ۡخُأ ٍةَّمُأ َر ۡيَخ ۡمُتنُك

َنوُنِم ۡؤُم ۡلٱ ُمُه ۡنِّم ِۚمُهَّل ار ۡي َخ َناَكَل ِب ََٰتِكۡلٱ ُل ۡهَأ َنَماَء ۡوَل َو ِِۗ َّللَّٱِب َنوُنِم ۡؤُت َو

َنوُق ِس ََٰف ۡلٱ ُمُهُرَث ۡكَأ َو

Terjemahannya :

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mecegah dari ayng mungkar, dan beriman kepada Allah....”15

ةيآ ولو ينع اوغلب

16

“sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat.”17 3. Unsur-Unsur dakwah

Pemahaman masyarakat sampai sekarang masih terkesan bahwa dakwah hanya dipahami dan diidentikkan dengan tabligh, ceramah agama, pengajian di masjid-masjid dan segala bentuk derivatif konvensionalnya. Sudah saatnya bahwa dakwah juga harus didenifisikan sebagai ilmu, seni dan ketrampilan mentransformasikan informasi (nilai dan ajaran Islam) dan aset intelektual (misalnya pikiran keagamaan, hasil penelitian keagamaan, dan pengalaman ilmiah keagamaan) ke dalam nilai-nilai kesabaran dan ketahanan dalam diri mad‟u. Dakwah biasanya dimulai dari sekumpulan fakta mengenai sesuatu yang disebut data (pengalaman

15

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: PT.

Sygma Examedia Arkanleema, 2010), h. 64

16 Abu Fadhli Ahmad Bin „Ali Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Hajar Asqalany,

Ithraf Al-Musnad Al-Muta’aly Bi Athrafi Al-musnad Al-hambali, (Damaskus : Bairut), h. 852

17

Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib & Mubalig, ( Jakarta : Al Qalam, Cetakan

(23)

keagamaan dalam sejarah kehidupan umat manusia) kemudian membentuk informasi yaitu data yang dapat mengubah persepsi (sasaran dakwah) untuk kemudian memungkinkan terjadinya perubahan keputusan dan perilaku. Dalam kegiatan atau aktivitas dakwah, perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam dakwah atau dalam bahasa lain adalah komponen-komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan dakwah, yang meliputi: Da‟i, mad‟u, materi, media dan metode dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah adalah sebagai berikut :

a. Pengertian dan Kualifikasi Da‟i

Da‟i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, bentuk isim fail

(kata menunjukkan pelaku) dari asal kata dakwah artinya orang yang melakukan dakwah. Secara terminologi da‟i yaitu setiap orang muslim yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwah. Jadi, Da‟i merupakan orang yang melakukan dakwah, atau dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain (mad‟u).18

Dakwah yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau bentuk organisasi atau satu lembaga. Maka, yang dikenal sebagai da‟i atau komunikator dakwah itu dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:19

1) Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang dewasa di mana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan satu yang

18

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2011) , h. 261.

19

Wahyu Ilami, Komunikasi Dakwah, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA,

(24)

melekat, tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah :” Sampaikan walau satu ayat”.

2) Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhasis) dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.

Pada dasarnya tugas pokok seorang da‟i adalah meneruskan tugas Nabi Muhammad yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat dalam Al-Quran dan sunah Rasulullah. Lebih tegas lagi bahwa tugas da‟i adalah merealisasikan ajaran Alquran dan sunah di tengah masyarakat sehingga Alquran dan sunah dijadikan sebagai pedoman dan penuntun hidupnya. Menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada ajaran di luar Alquran dan sunah, menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada ajaran animisme dan dinamisme serta ajaran-ajaran lain yang tidak dibenarkan Alquran dan Sunnah.Keberadaan da‟i dalam masyarakat luas mempunyai fungsi yang cukup menentukan. Fungsi da‟i adalah sebagai berikut:20

1) Meluruskan akidah.

2) Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar. 3) Menegakkan amar ma‟ruf nah munkar

4) Menolak kebudayaan yang destruktif

20

(25)

„Abd al-Karim Zaydan juga menghendaki kesempurnaan sesseorang pendakwah. Ia menuntut pendakwah agar memiliki pemahaman Islam yang mendalam, iman yang kokoh, dan hubungan yang kuat dengan Allah SWT. Secara terperinci, al-Bayanuni memberikan persyaratan pendakwah sebagai berikut :21

1) Memiliki keyakinan yang mendalam terhadap apa yang akan didakwahkan.

2) Menjalin hubungan yang erat dengan mitra dakwah.

3) Memiliki pengetahuan dan wawasan tentang apa yang didakwahkan.

4) Ilmunya sesuai dengan perbuatannya dan konsisten (istiqamah) dalam pelaksanaanya.

5) Memiliki kepekaan yang tajam. 6) Bijak dalam mengambil metode. 7) Perilakunya terpuji.

8) Berbaik sangka dengan umat Islam 9) Menutupi cela orang lain

10) Berbaur dengan masyarakat jika dipandang baik untuk dakwah dan menjauh jika justru tidak menguntungkan.

11) Menempatkan orang lain sesuai dengan kedudukannya dan mengetahui kelebihan masing-masing individu .

21

(26)

12) Saling membantu, saling bermusyawarah, dan saling menasihati dengan sesama pendakwah.

b. Pengertian dan Karakteristik Mad‟u

Secara etimologi kata mad‟u dari bahasa Arab, diambil dari bentuk Sim maf‟ul (kata yang menunjukkan objek atau sasaran). Menurut terminologi mad‟u adalah orang atau kelompok yang lazim disebut dengan jamaah yang sedang menuntut ajaran agama dari seorang da‟i, baik mad‟u itu orang dekat atau jauh, muslim atau nun-muslim, laki-laki ataupun perempuan.Jadi, mad‟u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu, kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Muhammad Abduh membagi mad‟u menjadi tiga golongan yaitu:22

1) Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat berpikir secara kritis, cepat mengkal persoalan.

2) Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

3) Golongan yang berbeda dengan golongan di atas adalah merekayang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak sanggup mendalami benar.

22

Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),

(27)

Sasaran dakwah atau objek dakwah meliputi masyarakat yang dapat dilihat dari beberapa segi seperti: segi sosiologis berupa masyarakat pedesaan, kota besar. segi struktur kelembagaan, berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.Segi tingkat usia, berupa anak-anak, remaja dan orang tua. Segi tingkat hidup seperti orang menengah, kaya dan miskin.

c. Ruang Lingkup Materi Dakwah

1) Pengertian materi dakwah

Materi dakwah (maddah ad-da‟wah) adalah pesan –pesan dakwah Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran islam yang ada di dalam kitabullah maupun sunnah rasul-nya. Pesan –pesan dakwah yang disampaikan kepada objek dakwah adalah pesan –pesan yang berisi ajaran islam.23

2) Sumber materi dakwah

Keseluruhan materi dakwah, pada dasarnya bersumber pada dua sumber pokok ajaran islam. Kedua sumber ajaran islam itu adalah:

a) Al-qur‟an

Agama islam adalah agama yang menganut ajaran kitab allah, yakni al-qur‟an. Al-quran merupakan sumber petunjuk sebagai landasan islam. Karena itu, sebagai materi tama dalam berdakwah,

23

(28)

alquran menjadi sumber utama dan pertama yang menjadi landasan untuk materi dakwah.

b) Hadis

Hadis merupakan sumber kedua islam. Hadis merupakan penjelan- penjelasan dari nabi dalam merealisasikan kehidupan berdasarkan al-quran. Dengan menguasai materi hadis maka seseorang da‟i telah memiliki bekal dalam menyampaikan tugas dakwah.

3) Materi dakwah

Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklafikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:24

(a) Masalah keimanan (aqidah)

Keimanan dalam islam adalah bersifat I‟tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Yang meliputi:

1. Iman kepada Allah

2. Iman kepada malaikat-Nya 3. Iman kepada kitab-kitab-Nya

4. Iman kepada kepada rasul-rasul-Nya 5. Iman kepada hari akhir

6. Iman kepada qadha dan qodar

24

(29)

Di bidang aqidah ini bukan saja pembahasanya tertuju pada masalah-masalah yang wajib di imani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah yang dilarang sebagai lawanya, meliputi :

1. Syirik (menyekutukan adanya tuhan) 2. Inkar dengan adanya tuhan

(b) Masalah keislaman (syariah)

Syariah dalam islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhanya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Yang meliputi:

1. Ibadah (dalam arti khas): a. Thaharah

b. Shalat c. Zakat d. Shaum e. Haji

2. Muamalah dalam arti luas

a) Al-Qununul khas (hukum perdata) 1) Muamalah (hukum niaga)

2) Munakahat (hukum nikah) 3) Waratsah (hukum waris) b) Al-Qununul „am (hukum publik)

(30)

2) Khilafah (hukum negara)

3) Jihad (hukum perang dan damai)25 (c) Masalah budi pekerti (akhlakul karimah)

Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurna keimanan dan keislaman. Yang meliputi:

1. Akhlaq terhadap khaliq

2. Akhlaq terhadap makhluk, yang meliputi: a. Akhlaq terhadap manusia

1) Diri sendiri 2) Tetangga 3) Masyarakat

b. Akhlaq terhadap bukan manusia 1) Flora

2) Fauna.26

4) Jenis-jenis Media Dakwah

Media berasal bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti perantara, tengah atau pengantar. Dalam bahasa Arab media sama

25

RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah: Dari Dakwah Konvensional

Menuju Dakwah Profesional, (Jakarta: Amzah, 2007)

26

RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah: Dari Dakwah Konvensional

(31)

dengan wasilah atau dalam bentuk jamak, wasail yang berarti alat atau perantara.27 Banyak alat yang bisa di jadikan media dakwah. Secara lebih luas, dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apa pun yang halal bisa digunakan sebagai media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan sebagai media dakwah bila di tunjukan untuk berdakwah. Semua alat itu tergantung dari tujuanya. Jadi, yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang digunakan dalam menyampaikan materi dakwah. Pada zaman modern seperti sekarang ini, seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.

Hamzah Ya‟qub membagi media dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak: 28

1) Lisan, merupakan media yang sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

2) Tulisan, yaitu media berupa tulisan seperti: buku, majalah, surat menyurat (korespondensi), spanduk dan sebagainya.

3) Lukisan, dapat berupa gambar, karikatur dan sebagainya.

4) Audio Visual yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk televisi, slide, ohp, internet dan sebgainya.

5) Akhlak, yaitu suatu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad‟u

27

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Surabaya : Kencana, 2008), h. 403

28

Maula, sari,Unsur-Unsur Dakwah, Di akses pada Kamis 19 januari 2017,

(32)

B. Konsep Bimbingan Agama 1. Pengertian Bimbingan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bimbingan adalah suatu proses, cara, perbuatan membina atau pembaharuan, penyempurna atau usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara evesian dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 29 Jadi Bimbingan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai dengan usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan dan mengembangkan.

Menurut Zakiah Derajat bahwa: “ Bimbingan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang utuh dan selaras, pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan, meningkatkan dengan mengembangkan kearah terciptanya martabat, mutu dan kemampunan manusia optimal dan kepribadian yang mandiri.30

29

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

Keempat, (Jakarta: Gramedika Pustaka Utama, 2008), hlm. 193 30

Zakiah Derajat, Kesehatan Mental Dalam Keluarga, Cet 3, (Jakarta:

(33)

2. Pngertian Agama

Menurut Kamus Ilmiah Populer, “agama” adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antara manusia dan manusia, serta manusia dan lingkungannya.31 Sedangkan “keagamaan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang berhubungan dengan agama.32

Jadi bimbingan agama adalah suatu proses atau usaha untuk membimbing, mempertahankan, mengembangkan atau menyempurnakan ajaran-ajaran agama baik dari segi akidah, ibadah, dan akhlak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam hal ini, pembinaan keagamaan ditujukan bagi muallaf untuk menambah iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Menurut Glock dan Stark dalam Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, terdapat lima macam dimensi keberagamaan, yaitu keyakinan, peribadatan atau praktek agama, penghayatan, pengamalan, dan pengetahuan agama:

Pertama dimensi keyakinan. Dimensi ini berisi pengharapan- pengharapan dimana orang beragama berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran pandangan tersebut, yaitu pandangan agama Islam yang merujuk pada seberapa tingkat keimanan

31

Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer…, hal. 10.

32

(34)

seorang Muslim.33

Kedua, dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan oleh seseorang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek ritual mengacu pada tindakan keagamaan dan ketaatan atas komitmen pada ritual, seperti shalat.34

Ketiga, dimensi penghayatan. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan- pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir ( ia akan mencapai kontak dengan kekuatan supernatural).35

Keempat, dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan berkaitan satu sama lain karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimaannya.36

33

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas

Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 77. 34

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas

Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 77.

35

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas

Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal.78.

36

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas

(35)

Kelima, dimensi pengamalan. Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat dimensi di atas. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dimensi ini mengukur sejauh mana seseorang patuh terhadap aturan agama. Apakah kepatuhan itu merupakan bagian dari komitmen agama atau semata- mata hanya merupakan aturan agama.37

Keenam, Konsep religiusitas Glock dan Stark ini merupakan konsep yang valid karena konsep ini tidak melihat keberagamaan seseorang dari satu dimensi saja tetapi mencoba memperhatikan dari berbagai dimensi. Konsep ini sejalan dengan ajaran Islam yang menginginkan pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh. Menurut hemat penulis, rumusan Glock dan Stark ini memiliki kesesuaian dengan Islam. Meskipun tidak semuanya sesuai, dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktek agama disejajarkan dengan syariah, dan dimens ibadah.

3. Tujuan Bimbingan Agama

Peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dimaksudkan oleh GBHN, hanya dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif. Tujuan umum dari pembinaan

37Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal.

78.

(36)

keagamaan yaitu untuk membina manusia beragama agar mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam keseluruhan kehidupannya dalam rangka mencapai kebahagian dan kejayaan hidup di dunia dan akhirat.38

Menurut H.M. Arifin, tujuan bimbingan agama adalah untuk membantu si terbimbing supaya memiliki religious reference (pegangan rohani) dalam memecahkan problemnya. Bimbingan dan penyuluhan agama yang ditujukan untuk membantu si terbimbing agar dengan kesadaran serta kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran agamanya.39

Tujuan bimbingan keagamaan ini juga merupakan dakwah Islam karena dakwah yang terarah adalah memberikan bimbingan kepada umat Islam agar dapat mencapai keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat. Jadi bimbingan agama Islam merupakan bagian dari dakwah Islam.

Nabi kita Muhammad SAW mengatakan: “aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia.” (HR. Bukhari, Hakim, dan Baihaqi). Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW juga berfungsi sebagai pembimbing agama di tengah-tengah umatnya. Demikian juga, para sahabat Nabi dan para ulama merupakan pembimbing keagamaan dalam kehidupan masyarakat. Disamping itu, tujuan pembinaan

38

Dzakiyah Darajat, dkk., “Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam”, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2004), hal. 172.

39

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010),

(37)

keagamaan adalah untuk beribadah kepada Allah SWT karena Allah menciptakan manusia di bumi semata-mata untuk menyembah-Nya.

Firman Allah dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56:

ِنوُدُب ۡعَيِل َّلِٗإ َسنِ ۡلۡٱ َو َّنِجۡلٱ ُت ۡقَلَخ اَم َو

Terjemahnya :

“ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.‟‟40

Tujuan pembinaan keagamaan adalah untuk melindungi dan menjaga agama, akal, jiwa, harta, dan keturunan manusia, serta berbagai hal lain yang terkait sehingga tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Tujuan lain adalah untuk memelihara hak-hak asasi manusia sehingga tercipta keadaan hidup yang aman, tertib, dan aman.41

4. Materi pembinaan keagamaan

Menurut Kamus Ilmiah Populer, “materi” adalah segala sesuatu yang menjadi bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, atau diwacanakan. Materi adalah salah satu komponen yang harusada dalam proses pembinaan. Tanpa materi, tujuan dari pembinaan itu tidak akan tercapai. Pada dasarnya materi pokok yang disampaikan dalam

40

Departemen Agama Republik Indonesia, Alqur‟an dan…, hal. 521.

41

H. Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), hal.

(38)

pembinaan agama Islam adalah inti dari ajaran agama Islam itu sendiri, yaitu:

a. Akidah

Akidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada,

ya‟qidu,„aqdan-aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, dan perjanjian yang kokoh.

Secara teknis akidah berarti keimanan, kepercayaan, dan keyakinan. Tumbuhnya kepercayaan itu di dalam hati, jadi akidah adalah kepercayaan yang menyimpul di dalam hati.42 Inti ajaran ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman dan kemudian melahirkan ilmu tauhid. Materi akidah bertujuan mengembangkan dimensi keyakinan sehingga dengan akidah, Muslim dapat mengukur seberapa jauh ia mepercayai nilai-nilai keagamaannya. Materi akidah ini merupakan materi yang paling penting diberikan kepada muallaf karena dengan penanaman akidah, nilai tauhid akan tumbuh dalam hati muallaf tersebut, dan ia semakin yakin dengan keesaan Allah.43

b. Syariah

Syariah adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-Nya, agar manusia menaati hukum itu atas dasar iman, baik yang berkaitan dengan akidah, amaliyah, maupun akhlak.44 Hukum Islam lebih lanjut membutuhkan pelestarian melalui perwujudan dan pemeliharaan

42

Muhaimin, dkk., Studi Islam: dalam Ragam dimensi dan Pendekatan, (Jakarta:

Kencana, 2012), hal.259.

43

Zuhairini, dkk., Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah

Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983), hal. 60

44

(39)

dengan cara menunaikan ibadah oleh hamba. Ibadah tidak hanya sebatas menjalankan rukun Islam, tetapi ibadah juga berlaku pada semua aktivitas duniawi yang didasari rasa ikhlas. Materi syariah untuk mengembangkan dimensi religious practice atau praktek agama. Materi peribadatan merupakan manifestasi rasa syukur oleh makhluk terhadap Pencipta. Ibadah merupakan wujud keimanan yang perlu ditanamkan dalam diri seorang muallaf sebagai pengenalan tentang dasar-dasar peribadatan Islam, seperti shalat, puasa, zakat, atau haji.45

c. Akhlak

Akhlak secara etimologis berasal dari kata khalaqa- yakhluqu-khalqan dan jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral.46 Akhlak adalah amalan yang merupakan manifestasi dari kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.47 Tujuan pengajaran akhlak untuk mengembangkan dimensi etika. Akhlak dapat mengukur seberapa jauh seorang Muslim mampu mengamalkan ajaran-ajaran agamanya. Materi ini juga dapat mengembangkan dimensi pengamalan sosial sehingga kita dapat mengetahui seberapa jauh keterlibatan sosial keagamaan seseorang. Materi ini penting diberikan kepada muallaf dalam pembinaannya karena materi ini dapat menjadi pedoman muallaf dalam bertindak dan berperilaku yang sesuai dengan

45Muhaimin, dkk., Studi Islam: dalam Ragam…, hal . 279.

46

Ibid., hal. 262.

47

(40)

ajaran Islam, yaitu akhlaqul karimah.48 Selain itu, materi ini juga dapat menjadi pegangan dalam membina hubungan antar sesama manusia sehingga nantinya muallaf dapat bersosialisasi dengan baik dengan masyarakat sekitar.

d. Setelah ketiga inti ajaran di atas, kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadis, ditambah lagi dengan sejarah Islam untuk mengembangkan dimensi pengetahuan agama.49 Pendalaman materi sejarah Islam dapat mengukur seberapa banyak pengetahuan agama dan seberapa tinggi motivasi pengetahuan agama muallaf. Materi ini juga penting bagi pembinaan keagamaan muallaf karena dengan sejarah Islam para muallaf dapat mempelajari sosok-sosok tauladan, seperti Nabi Muhammad SAW, serta para nabi dan rasul lainnya.

Materi lain dalam pembinaan keagamaan adalah doa-doa yang merupakan materi untuk mengembangkan dimensi religious feelings atau pengalaman perasaan agama. Materi ini perlu diberikan kepada muallaf karena dengan doa-doa yang diajarkan akan mengajak muallaf untuk selalu ingat kepada Allah baik dalam keadaan sendiri maupun ramai, baik dalam susah maupun senang.

Dalam penyampaian materi pembinaan keagamaan kepada

48

Muhaimin, dkk., Studi Islam: dalam Ragam…, hal.264.

49

(41)

muallaf, kita perlu memperhatikan tujuan, metode, dan perkembangan keagamaan muallaf tersebut. Apabila penyampaian materi tepat, ini akan berpengaruh dalam perkembangan agama pada muallaf itu sendiri.

5. Metode Bimbingan Agama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.50 Firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125:

َيِه يِتَّلٱِب مُهۡلِد ََٰج َو ِِۖةَنَسَحۡلٱ ِةَظِع ۡوَمۡلٱ َو ِةَم ۡكِحۡلٱِب َكِّبَر ِليِبَس َٰىَلِإ ُع ۡدٱ

َنيِدَت ۡهُم ۡلٱِب ُمَل ۡعَأ َوُه َو ۦِهِليِبَس نَع َّلَض نَمِب ُمَل ۡعَأ َوُه َكَّبَر َّنِإ ُِۚنَس ۡحَأ

Terjemahnya :

“ serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.‟‟51

Dalam rangka memberikan pembinaan keagamaan kepada anak bimbing, para pembina memerlukan beberapa metode antara lain sebagai berikut:

a. Interview Method (Metode Wawancara)

Interview (wawancara merupakan suatu alat untuk memperoleh fakta ,data,informasi dari anak bimbing secara lisan dimana terjadi

50

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa…, hal.

740. 51

(42)

pertemuan empat mata dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan. Fakta-fakta psikologis yang menyangkut pribadi anak bimbing diperlukan untuk memberikan pelayanan bimbingan.52

b. Group Guidance (Bimbingan Kelompok)

Bimbingan kelompok dapat mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan anak bimbing dalam lingkungannya menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu karena ia ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain serta hubugannya dengan orang lain.53

c. Metode Dipusatkan pada Keadaan Klien

Metode ini disebut juga nondirective (tidak mengarahkan). Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa anak bimbing sebagai makhluk mandiri yang memiliki kemampuan berkembang sendiri dan sebagai pencari kemantapan diri sendiri (self- consistency).54

d. Directive Counseling (Konseling Mengarahkan)

Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa anak bimbing sebagai makhluk yang membutuhkan arahan hingga dapat memiliki kemampuan berkembang sendiri dan sebagai pencari kemantapan diri sendiri (self- consistency).55

52

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling…, hal. 69.

53

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling…, hal.70.

54

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling…, hal.71.

55

(43)

C. Muallaf

a. Pengertian muallaf

Menurut Kamus Ilmiah Populer, “muallaf” adalah orang yang baru atau belum lama masuk Islam.56 Muallaf adalah orang yang masih dalam situasi transisi karena baru memeluk agama Islam atau orang yang ada keinginan untuk masuk Islam tetapi masih ragu-ragu.57 Secara prinsip, pengertian “muallaf” adalah orang-orang yang baru memeluk agama Islam. Namun dari substansi tersebut, para ahli fiqih memberikan makna lain dari pengertian muallaf itu sendiri.

Dalam kajian fiqih klasik, muallaf diklasifikasikan menjadi empat macam yaitu: pertama, muallaf Muslim ialah orang yang sudah masuk Islam tetapi niat dan imannya perlu pemantapan. Kedua, orang yang telah masuk Islam, niat dan imannya sudah cukup kuat, dan juga terkemuka (tokoh) di kalangan umatnya. Ketiga, muallaf yang mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi kejahatan yang datang dari kaum kafir.

Keempat, muallaf yang mempunyai kemampuan mengantisipasi kejahatan yang datang dari kelompok pembangkang wajib zakat.58

Yusuf Qardlawi membagi muallaf menjadi tujuh golongan. Antara lain: golongan yang diharapkan ke-Islamannya atau ke-Islaman kelompoknya atau keluarganya, golongan yang dikhawatirkan perilaku

56

Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer…, hal. 423.

57

K.N. Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Surabaya: Al-Ikhlas,

1995),

58

M. Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan

Kesadaran dan Membangun Jaringan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 204.

(44)

kriminalitasnya, pemimpin serta tokoh masyarakat yang masuk Islam dan mempunyai sahabat-sahabat orang kafir (non-Muslim), pemimpin dan tokoh kaum Muslim yang berpengaruh di kalangan kaumnya tetapi imannya perlu pembinaan; kaum Muslim yang bertempat tinggal di benteng-benteng dan daerah perbatasan dengan musuh, kaum Muslim yang membutuhkan dana untuk mengurus dan memerangi kelompok pembangkang kewajiban zakat.59 Menurut Abu Ya‟la, muallaf terdiri dari dua golongan: orang Islam dan orang musyrik. Mereka terbentuk menjadi empat kategori:

1) hati mereka dijinakkan agar cenderung menolong kaum Muslim; 2) hati mereka yang dijinakkan agar cenderung untuk membela umat Islam; 3) mereka yang dijinakkan agar masuk Islam; 4) mereka yang diijinakkan dengan diberi zakat agar kaum dan suku mereka tertarik masuk Islam.60

Berdasarkan beberapa pengertian tentang muallaf di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “muallaf” dalam penelitian ini yaitu orang non-Islam yang baru masuk Islam dan perlu bimbingan untuk meningkatkan keimanannya kepada Allah. Untuk itu, diperlukan pembinaan keagamaan untuk mengukuhkan iman mereka sehingga mereka tidak kembali lagi ke agama sebelumnya.

59

Ibid., hal. 205.

60

Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka

(45)

b. Muallaf Dalam Islam

Menurut Buya Hamka muallaf adalah orang yang dijinakan hatinya dan diteguhkan hatinya agar mantap dalam keislamannya dan kedudukannya disamakan tingginya dengan orang Islam lainnya.61

Pada masa Nabi SAW, para muallaf tersebut diposisikan sebagai penerima zakat untuk menjamin kelestarian mereka kepada Islam dengan terus memberikan pembinaan dan pengajaran tentang agama Islam. Salah satu alasan Nabi SAW, memberikan zakat kepada mereka adalah menyatukan hati mereka pada Islam. Oleh karena itu mereka dinamakan “Al-Muallafah Qulubuhum”.62

Pada masa pemerintahan Abu Bakar, para muallaf tersebut masih menerima zakat seperti yang dicontohkan Nabi SAW. Namun tidak demikian pada masa khalifah Umar bin Khattab, beliau memperlakukan ketetapan penghapusan bagian untuk para muallaf karena ummat Islam telah kokoh dan kuat. Para muallaf tersebut juga telah menyalahgunakan pemberian zakat dengan enggan melakukan syari‟at dan menggantungkan kebutuhan hidup dengan zakat sehingga mereka enggan berusaha.63

61

Yunus Yahya, Muslim Tionghoa Kumpulan Karangan (Jakarta : Yayasan Abu

Karim Oei Tjeng Hien, 1985), h. 75. 62

Syarif Hade Masyah, Hikmah di balik Hukum Islam (Jakarta: Mustaqim, 2002),

h. 306-307. 63

Haidar Barong, Umar bin Khattab dalam Perbincangan (Jakarta: Yayasan

(46)

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, ada dua orang muallaf menemui Umar yaitu Uyainah bin Hisa dan Aqra‟ bin Haris meminta hak mereka dengan menunjukan surat yang telah direkomendasikan oleh Khalifah Abu Bakar pada masa pemerintahannya. Tetapi umar menolak surat itu dengan mengatakan : “Allah sudah memperkuat Islam dan tidak memerlukan kalian. Kalian tetap dalam Islam atau hanya pedang yang ada”. Ini adalah suatu Ijtihad Umar dalam menerapkan suatu Nash al- Qur‟an yaitu surat at-Taubah ayat 60 yang menunjukan pembagian zakat kepada muallaf. Umar melihat pada berlakunya tergantung pada keadaan, kepada siapa harus diberlakukan. Jika keperluan itu sudah tidak ada lagi, ketentuan itu pun tidak berlaku, inilah jiwa nash tadi.64

Dari penjelasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa muallaf adalah orang yang baru memeluk Islam yang dirangkul dan diteguhkan hati mereka kedalam keislaman. Karena mereka baru memeluk Islam dan baru mengetahui agama Islam, maka mereka berada pada posisi pihak yang membutuhkan pembinaan dan bimbingan agama.

64

Haidar Barong, Umar bin Khattab dalam Perbincangan (Jakarta: Yayasan

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu studi tentang penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah dan menganalisis secara deskriptif dengan menafsirkan secara kualitatif. Untuk itu data-data penelitian yang dikumpulkan adalah dalam bentuk konsep-konsep. Menurut Taylor yang dikutip oleh Lexy Moleong, penelitian kualitatif yaitu semua penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka- angka, semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.65

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.66

65

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Rosda Karya,

2002), cet. ke- 17, h. 3.

66

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung :

(48)

Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Markaz Dakwah mahad al birr Pembinaan Muallaf Yayasan AMCF Jl. nuri no. 9 A Kelurahan Sungguminasa Kecamatan Somba opu kabupaten gowa Provinsi Sulawesi selatan.

Adapun alasan penulis memilih tempat penelitian ini didasarkan pada fakta sebagai berikut :

a. Mayoritas santri muallaf di Markaz Dakwah Pembinaan Muallaf Yayasan AMCF adalah muallaf yang berasal dari daerah terpencil .

b. Keberadaan muallaf yang selama ini kurang begitu diperhatikan oleh lembaga, instansi maupun ormas-ormas Islam yang cukup besar maupun kecil dalam memberikan bimbingan dan pembinaan. Mengingat mereka sangat membutuhkan hal itu dari sesama saudaranya sebagai muslim.

(49)

c. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh bimbingan agama terhadap penguatan keimanan muallaf di Markaz Pembinaan Muallaf Yayasan AMCF .

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah semua orang yang menjadi sumber atau informan yang dapat memberikan keterangan mengenai masalah penelitian.67 Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek penelitian adalah sekelompok orang yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan obyek yang diteliti .

1. Adapun teknik pengambilan informan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik bola salju. Dalam teknik ini, pengumpulan data dimulai dari beberapa orang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel. Maka kemudian menjadi sumber informasi tentang orang lain yang juga dapat dijadikan anggota sampel. Orang-orang yang ditunjukan ini kemudian dijadikan anggota sampel dan selanjutnya diminta menunjukan orang lain lagi yang memenuhi kriteria menjadi anggota sampel. Demikian prosedur ini dilanjutkan sampai jumlah

67

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar (Jakarta: Bina

(50)

anggota sampel yang diinginkan terpenuhi.68 2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.69 Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah kegiatan penguatan keimanan muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan AMCF.

3. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam data seperti data tertulis, pengambilan foto, data statistik dan data-data di perpustakaan atau instansi terkait lainnya yang dapat dijadikan analisa untuk hasil dalam penelitian ini.70

Peneliti mengumpulkan data dari berbagai macam informasi seperti buku-buku, majalah, artikel melalui website, dan data lainnya mengenai bimbingan agama dan keimanan. Selanjutnya peneliti melakukan observasi dan wawancara secara langsung pada subjek penelitian. Dalam mendokumentasikan data, peneliti menggunakan seperangkat alat untuk menyimpan dan merekam hasil wawancara dan hasil dari observasi, seperti kamera, recorder, buku cacatan, pena, serta seperangkat alat pendukung lainnya.

68

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004),cet. Ke-6, h. 63.

69

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar (Jakarta: Bina

Aksara,1989), h.59.

70

(51)

4. Catatan Lapangan

Catatan yang berisi tentang hal-hal yang diamati oleh peneliti dianggap penting. Catatan lapangan harus dibuat secara lengkap dan deskriptif dengan keterangan tanggal, waktu dan menyertakan informasi- informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa saja yang hadir, bagaimana fisik lingkungan, interaksi sosial, aktifitas apa saja yang berlangsung dan lain sebagainya.

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber asli atau sumber pertama melalui observasi atau pengamatan langsung, artinya peneliti berperan sebagai pengamat dan wawancara langsung lagi mendalam kepada informan. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini melalui pengamatan dan wawancara dengan pembimbing/pembina agama dan para muallaf di Yayasan AMCF.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari atau melalui sumber-sumber informasi tidak langsung, seperti catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian. data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer agar mendapatkan data yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian. data sekunder yang digunakan dalam

(52)

penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan. E. Teknik Pemeriksa Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas).71 Untuk dapat menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksa data, dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi disini adalah teknik pemeriksa keabsahan data melalui sumber lainnya diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Jadi triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun teknik triangulasi yang banyak digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.72

Triangulasi menurut sumber lainnya berarti membandingan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. (Patton 1987:331), hal itu dapat dicapai dengan jalan :73

1. Membandingkan dua hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang di katakan orang di depan umum dengan apa yang di katakan secara pribadi.

71

Ibid, h. 321.

72

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Pernada Media

Group, 2009), cet. ke-4, h. 330

73

(53)

3. Membandingkan apa yang di katakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang di katakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.

F. Teknik Penulisan

Dalam teknik penulisan skripsi, penulis menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi, ” dalam buku pedoman akademik yang ada dikampus.

G. Fokus penelitian

Fokus penelitian seluruhnya merujuk kepada rumusan masalah, dan fokus peneltian ada dua poin yaitu:

1. Bimbingan Agama 2. Muallaf

H. Deskripsi Fokus Penelitian 1. Muallaf

a. Menurut Kamus Ilmiah Populer, “muallaf” adalah orang yang baru atau belum lama masuk Islam.74 Muallaf adalah orang yang masih dalam situasi transisi karena baru memeluk agama Islam atau orang yang ada keinginan untuk masuk Islam tetapi masih

74

(54)

ragu-ragu.75 Secara prinsip, pengertian “muallaf” adalah orang-orang yang baru memeluk agama Islam. Namun dari substansi tersebut, para ahli fiqih memberikan makna lain dari pengertian muallaf itu sendiri.

2. Bimbingan agama

a.Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bimbingan adalah suatu proses, cara, perbuatan membina atau pembaharuan, penyempurna atau usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara evesian dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.76 Jadi Bimbingan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai dengan usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan dan mengembangkan. Menurut Zakiah Derajat bahwa: “ Bimbingan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang utuh dan selaras, pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan, meningkatkan dengan mengembangkan kearah terciptanya martabat, mutu dan

75

K.N. Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Surabaya: Al-Ikhlas,

1995),

76

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

Referensi

Dokumen terkait

likova. Bez obzira na njegove također promjene tijekom povijesti, on je i dalje nositelj specifičnih obilježja nekog temperamenta. Karakter ima svoju psihologiju i

Terima kasih pula atas bantuan dari teman-teman (Endra, Bejo, Koko, Dodi, Anita, Novi, Kholil, dan Kanita) yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan dan membantu

jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungan, c) mampu memenuhi kebutuhan dirinya dan mampu menyelesaikan masalahnya

Tingkat Mean Aspek Hasil Jadi Tas Dari diagram batang diatas dapat dijelaskan bahwa mean kerapian pada hasil jadi tas dengan jarak 1cm sebesar 3,5667 termasuk kategori terbaik

DALAM KAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS MAKA PERLU DILAKUKAN STUDI SECARA DETAIL DAN MENDALAM UNTUK MENGEMBANGAN POTENSI, PENINGKATAN NILAI TAMBAH DAN

Model predictive control memiliki tiga parameter yaitu Np, Nc, yang dapat mempengaruhi output dari sebuah sistem.. Dalam tulisan ini akan dibahas ketiga

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, variasi yang dimunculkan guru Bahasa

Berdasarkan uji beda pengaruh pemberian latihan keseimbangan antara kelompok perlakuan diperoleh nilai p = 0,000 sehingga disimpulkan terdapat pengaruh latihan keseimbangan