• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

Manajemen berasal dari kata

to manage yang berarti mengatur

(mengelola). Manajemen termasuk kelompok ilmu sosial. Secara umum,

pengertian manajemen merupakan suatu seni dalam ilmu dan pengorganisasian

seperti menyusun perencanaan, membangun organisasi dan pengorganisasiannya,

pergerakan, serta pengendalian atau pengawasan. Bisa juga diartikan bahwa

manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan yang sistematis agar dapat

memahami mengapa dan bagaimana manusia saling bekerja sama agar dapat

menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain maupun golongan tertentu

dan masyarakat luas.

Manajemen diperlukan untuk dapat mengatur aktivitas dalam suatu

organisasi agar efektif dan efisien. Manajemen sangat penting untuk dipelajari dan

dikembangkan karena tidak ada perusahaan atau organisasi yang berhasil baik

tanpa menerapkan manajemen secara baik.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2012:1) menyatakan bahwa manajemen

adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia

dan

sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.

Sedangkan menurut Terry dalam Amirullah (2015:2) menyatakan

manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan

(2)

9

perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengendalian yang dilakukan

untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Dari definisi diatas dapat disimplkan bahwa manajemen merupakan suatu

proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengendalian dengan melalui pemanfaatan sumber daya yang ada dalam suatu

organisasi untuk mrncapai tujuan secara efektif dan efisien.

2.2. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen bukan saja menglolah sumber daya manusia, tetapi juga

material, modal, dan faktor produksi lainnya. Manajemen sumber daya manusia

merupakan suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan

sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh seseorang secara efisien dan efektif

sehingga dapat mencapai tujan bersama suatu organisasi atau perusahaan.

Termasuk didalamnya desai sistem perencanaan, penyusunan atas karyawan,

pengembangan para karyawan, pengelolaan karir karyawan, evaluasi kinerja para

karyawan, kompensasi terhadap karyawan serta hubungan ketenagakerjaan yang

baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan keputusan dan praktik

manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya manusianya.

Menurut

Hasibuan (2013:10) menjelaskan mnajemen sumber daya

manusia aadalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar

efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan

masyarakat.

(3)

10

Menurut Sedarmayanti (2015:13) menyatakan bahwa manajemen sumber

daya manusia adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek ‘manusia’ atau

sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring,

melatih, memberi penghargaan dan penilaian.

Sedangkan menurut Simamora dalam Sutrisno (2015:5), menyatakan

manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan,

penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan individu anggota organisasi atau

kelompok pekerja.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya

manusia merupakan pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas

jasa dan pengelolaan individu yang harus dikembangkan dalam dunia kerja untuk

bersama-sama mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2.2.1 Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Hasibuan (2016:21), fungsi-fungsi manajemen dibedakan atas fungsi

manajerial dan fungsi operasional.

1.

Fungsi manajerial meliputi:

a.

Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta

efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu

terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program

kepegawaian.

Program

kepegawaian

meliputi

pengorganisasian,

pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi,

(4)

11

pengintegrasian,

pemeliharaan,

kedisiplinan

dan

pemberhentan

karyawan.

b.

Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan

dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi,

wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi. Organisasi

hanya merpakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang

baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.

c.

Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau

bekerjasama dan bekerja secara efektif dan efisien dalam membantu

tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan

dilakukan pemimpin dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan

semua tugasnya dengan baik.

d.

Pengendalian (controling)

Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar

karyawan menaati semua peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja

sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan,

diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian

karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama,

pelaksana pekerja, dan menjaga situasi lingkungan kerja.

(5)

12

2.

Fungsi operasional meliputi:

a.

Pengadaan (procurement)

Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan

induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan

perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.

b.

Pengembangan (Development)

Pengadaan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis,

konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhsn

pekerjaan masa kini dan masa depan.

c.

Kompensasi (Compenstation)

kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung

(direct)

dan tidak

langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan

jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil

dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak dapat

diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada

batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal

konsistensi.

d.

Pengintegrasian (Integration)

Pengintegrasian

adalah

kegiatan

mempersatukan

kepentingan

perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang

serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba,

karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya.

(6)

13

Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam MSDM,

karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.

e.

Pemeliharaan (Maintenance)

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan

kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau

bekerja sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan

program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar

karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.

f.

Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan fingsi MSDM yang terpenting dan kunci

terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik, sulit terwujud

tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran

untuk menaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.

g.

Pemberhentian (Seperation)

Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu

perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,

keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab

lainnya.

2.2.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Kasmir (2016) menjelaskan manajemen sumber daya manusia memiliki

beberapa tujuan di antaranya:

(7)

14

Pimpinan harus mampu mempengaruhi seluruh karyawan untuk melakukan

kegiatan sesuai dengan keinginan perusahaan, melalui pemberian tugas,

wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2

Memotivasi

Pimpinan harus mampu mendorong, menyemangati karyawan agar terus

bergairah dan bersemangat dalam bekerja. Memotivasi dapat terjadi dari

dalam diri karyawan apabila karyawan merasa nyaman atau dari luar dirinya

seperti apa yang akan diberikan perusahaan.

3

Loyal

Pimpinan harus mampu membuat karyawan setia kepada perusahaan.

Karyawan akan senang dan betah bekerja di perusahaan dan tidak

membongkar rahasia perusahaan kepada pihak luar. Pimpinan juga harus

mampu menekan tingkat keluar masuk

(turnover) karyawan dengan

mengakomodasi seluruh kepentingan karyawan secara professional dan

proposional.

4

Komitmen

Pemimpin harus mampu untuk meningkatkan komitmenn karyawan terhadap

perusahaan. Komitmen karyawan dapat dilihat dari kepatuhan kepada segala

turan yang telah ditetapkan perusahaan. Komitmen karyawan sangat penting

sehingga semua saling mematuhi dan menjaga kepentingan perusahaan.

Pimpinan dianggap gagal jika karyawan tidak komitmen terhadap janji dan

peraturan yang telah ditetapkan perusahaan.

(8)

15

5

Kepuasan kerja

Pimpinan harus mampu untuk memberikan kepuasan kerja kepada seluruh

karyawannya, sehingga terus mau bekerja. Kepuasan kerja karyawan sangat

penting karena akan berdampak kepada hal-hal lainnya, seperti motivasi kerja

dan kinerja. Karyawan yang tidak puas dapat berdampak pada penurunan

motivasi dan semangat kerja yang pada akhirnya kinerja juga akan ikut

menurun.

6

Kinerja

Pimpinan harus mampu meningkatkan kinerja karyawan, karena dengan

karyawan yang berkinerja tinggilah perusahaan mampu menghasilkan laba

yang optimal. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

kemampuan keahlian motivasi kerja, kepuasan kerja, serta kepemimpinan.

Artinya untuk meningkatkan kinerja maka faktor tersebut harus dikelola

dengan baik.

7

Kesejahteraan

Pimpinan harus mampu memberikan kesejahteraan yang lebih baik

dibandingkan dengan yang diberikan perusahaan lain, sehingga motivasi,

komitmen, loyalitas, kepuasan kerja dan kinerja karyawan juga akan terus

meningkat.

2.2.3 Peran Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Hasibuan (2016:14) peranan manajemen sumber daya manusia

adalah sebagai berikut:

(9)

16

1.

Menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai

dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan

job description, job specification,

job reqruitment, dan job evaluation.

2.

Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan asas

the right man in the right place and the right man in the right job.

3.

Menetapkan

program

kesejahteraan,

pengembangan,

promosi,

dan

pemberhetian.

4.

Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa

yang akan datang.

5.

Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan

perusahaan pada khususnya.

6.

Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan kebijakan

pemberian balas jasa perusahaan dan kebijakan pemberia balas jasa

perusahaan sejenis.

7.

Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat pekerja.

8.

Melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penilaian kinerja karyawan.

9.

Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.

10.

Mengatur pensiun, pemberhentian, dan pesangonnya.

2.3

Pengertian Disiplin

Menurut Handoko (2014:208), disiplin adalah kegiatan manajemen untuk

menjalankan standar-standar organisasional.

Selanjutnya Hasibuan (2013:193)

memberikan definisi kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang

(10)

17

menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan

dan

sadar

akan

tugas

dan

tanggung

jawabnya,

jadi

dia

akan

mematuhi/mengerjakan semua tugasnya denga baik, bukan atas paksaan.

Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai

dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak.

Menurut Davis dalam

Mangkunegara (2013:129)

diclipline is management

action to enforce organisation standards.

Berdasarkan pendapat Davis, disiplin

kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh

pedoman-pedoman organisasi.

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya

termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.

Pendisiplinan adalah usaha-usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan

agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan.

Pendapat lain disampaikan oleh Tohardi (2002:393) bahwa disiplin kerja adalah

perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan prosedur kerja yang ada.

Kemudian Sondang (2002:284) menyatakan bahwa disiplin adalah suatu bentuk

peraturan pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengatahuan,

sikap dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara sukarela

berusaha bekerja secara teratur dengan para karyawan yang lain serta

meningkatkan prestasi kerjanya.

Menurut Prijodarminto (1994:25), disiplin yang mantap pada hakekatnya

akan turnbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak

(11)

18

bersumber dari hati nurani manusia akan menghasilkan disiplin yang lemah dan

tidak tahan lama. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan,

pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu,

yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa

kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang

semakin kuat.

Menurut pendapat penulis, disiplin merupakan perilaku pegawai dalam

menjalankan semua peraturan yang berlaku dilingkungan kerjanya dengan penuh

kesadaran dan tanggung jawab.

2.3.1

Tujuan Pembinaan Disiplin

Tujuan utama disiplin kerja adalah demi kelangsungan organisasi atau

perusahaan sesuai dengan motif organisasi atau perusahaan yang bersangkutan

baik hari ini maupun hari esok. Menurut Sastrohadiwiryo (2003:292), secara

khusus tujuan disiplin kerja adalah :

1.

Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan

ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku,

baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen.

2.

Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu

memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang

berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang

diberikan kepadanya.

(12)

19

perusahaan dengan sebaik-baiknya.

4.

Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma - norma yang berlaku

pada perusahaan.

5.

Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan

harapan perusahaan, baik jangka pendek dan jangka panjang.

Sedangkan menurut Gomes (2000:242) tujuan tindakan disiplin adalah untuk

melindungi organisasi dari para pegawai yang tidak produktif. Prosedur-prosedur

pengaduan di satu pihak dikembangkan untuk melindungi para pegawai terhadap

alokasi yang tidak adil dari sanksi-sanksi dan imbalan-imbalan dari organisasi.

Pendapat lain disampaikan oleh Tohardi (2002:395), bahwa manfaat

penerapan disiplin kerja yang baik pada pegawai dalam upaya mencapai disiplin

kerja sebagai berikut:

1.

Pegawai akan mendapatkan kepuasan dalam bekerja diorganisasi atau

perusahaan.

2.

Produktivitas organisasi akan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan

perencanaan.

3.

Dengan adanya disiplin yang baik seorang pegawai dapat menghindari dari

kecelakaan di tempat dia bekerja.

4.

Sebagai panutan bagi pegawai yang bekerja.

5.

Tercapainya tujuan dalam organisasi atau perusahaan.

6.

Terpelihara citra bagi sebuah organisasi atau perusahaan.

Menurut Saydam (2006:54), manfaat dari penerapan disiplin kerja akan

terlihat pada:

(13)

20

1.

Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan

perusahaan.

2.

Tingginya semangat dan gairah kerja para karyawan melakukan

pekerjaanya.

3.

Berkembangnya rasa memliki dan kesetiakawanan yang tinggi di kalangan

karyawan.

4.

Besarnya tanggung jawab para karyawan melaksanakan tugas dengan

sebaik-baiknya.

5.

Meningkatkan efisiensi dan produktivitas para karyawan.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembinaan disiplin agar supaya pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya

dengan baik dengan berdasar pada ketentuan yang berlaku.

2.3.2

Jenis- Jenis Disiplin

Menurut Handoko (2014:208) ada dua tipe kegiatan pendisiplinan yaitu:

1.

Disiplin preventif

Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti

berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat

dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri diantara para

karyawan. Dengan cara ini para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan

semata-mata karena dipaksa manajemen.

(14)

21

2.

Disiplin korektif

Kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan

dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.

Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut

tindakan pendisiplinan (disciplinary action). Pendapat yang hampir sama

disampaikan oleh Hariandja (2002:300), bahwa ada beberapa tipe dalam

meningkatkan kedisiplinan, yaitu:

1)

Disiplin Preventif Merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendorong

pegawai menaati standar dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran,

atau bersifat mencegah tanpa ada yang memaksakan yang pada akhirya akan

menciptakan disiplin diri. Ini tentu saja mudah dipahami sebagai

tanggung jawab yang melekat pada pimpinan.

2)

Disiplin Korektif

Merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah supaya tidak

terulang kembali sehingga tidak terjadi pelanggaran pada hari - hari

selanjutnya, yang tujuannya adalah :

a)

Mememperbaiki perilaku yang melanggar aturan

b)

Mencegah orang lain melakukan tindakan serupa

(15)

22 3)

Disiplin Progresif

Merupakan pengulangan kesalahan yang sama akan mengakibatkan

hukum

an yang lebih berat.

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung

jawabnya. Pendisiplinan adalah usaha-usaha untuk menanamkan nilai

ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati

sebuah peraturan.

Menurut

Prijodarminto

(1994:25)

Disiplin

dapat

dibedakan

berdasarkan tingkatnya yaitu:

1)

Disiplin Pribadi

Disiplin pribadi sebagai perwujudan yang lahir dari kepatuhan atas

aturan-aturan yang mengatur perilaku individu,

2)

Disiplin Kelompok

Disiplin kelompok sebagai perwujudan yang lahir dari sikap taat, patuh

terhadap aturan-aturan (hokum) dan norma-norma yang berlaku pada

kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia.

3)

Disiplin Nasionai

Disiplin nasionai yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh yang

ditunjukkan oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan

nilai yang belaku secara nasionai.

(16)

23

Sedangkan menurut Moenir (2006:96), disiplin kerja dapat dilihat dari

dua yaitu:

1)

Disiplin Waktu

Jenis disiplin yang sangat mudah dilihat dan dikontrol baik oleh

manajernen yang bersangkutan dengan masyarakat, contohnya melalui

sistem daftar absensi atau sistem apel pendisiplinan pegawai atau pekerja

yang dapat ditempuh, misalnya mengadakan absensi 2-3 kali sehari, dan

apel pagi dan apel waktu terkhir jam kerja atau lain-lain.

2)

Disiplin kerja isi pekerja

Pada dasamya terdiri dari metode pengerjaan, prosedur kerja, waktu dan

jumlah unit yang diterapkan dengan mutu yang telah dibakukan.

Pendapat lain disampaiakan oleh Veithzal Rivai (2004: 444) sebagai berikut:

1)

Disiplin Retributif. Yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat

salah.

2)

Disiplin Korektif. Yaitu berusaha membantu karyawan mengkoreksi

perilakunya yang tidak tepat.

3)

Perspektif Hak-hak Individu. Yaitu berusaha melindungi hak-hak dasar

individu selama tindakan-tindakan disipliner.

4)

Perspektif Utilitarian. Memiliki fokus kepada penggunaan disiplin hanya

pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi

dampak-dampak negatifnya.

(17)

24

2.3.3

Pendekatan Disiplin

Menurut Mangkunegara (2013:130) ada tiga pendekatan disiplin kerja

yaitu:

1)

Pendekatan disiplin Modern, yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau

kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan ini berasumsi bahwa disiplin

modern merupakan suatu cara menghindari bentuk hukuman fisik,

melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang

berlaku, keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan dengan

mengadakan proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya dan

melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah terhadap kasus

disiplin.

2)

Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara

memberikan hukuman. pendekatan in berasumsi bahwa disiplin dilakukan

oleh atasan kepada bawahan dan tidak pernah dilakukan peninjauan kembali

apabila sudah diputuskan, disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran dan

pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya,

pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar

maupun kepada pegawai lainnya, peningkatan perbuatan pelanggaran,

diperlukan hukuman yang lebih

keras dan pemberian hukuman terhadap

pegawai yang melanggar kedua kalinya harus diberi hukuman yang lebih berat.

3)

Pendekatan disiplin bertujuan, yang berasumsi bahwa disiplin harus diterima

(18)

25

merupakan pembentukan perilaku, disiplin ditujukan untuk perilaku yang lebih

baik dan disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap

perbuatannya.

Sedangkan pendekatan dalam disiplin kerja karyawan menurut Mathis dkk

(2002: 314) adalah:

1)

Pendekatan Disiplin Positif

Pendekatan disiplin positif dibangun berdasarkan folosofi bahwa pelanggaran

merupakan tidakan yang biasanya dapat dikoreksi secara konstruktif tanpa

prlu hukuman. Dalam pendekatan ini fokusnya adalah pada penemuan fakta

dan bimbingan untuk mendorong perilaku yang diharapkan, dan bukannya

menggunakan hukuman (penalti) untuk mencegah perilaku ang tidak

diharapkan,

2)

Pendekatan Disilin Progresif

Disiplin progresif melambangkan sejumJah langkah dalam membentuk

perilaku karyawan. Kebanyakan prosedur disiplin progresif menggunakan

peringatan lisan dan tulisan sebelum berlanjut ke PHK. Dengan demikian,

disiplin progresif menekankan bahwa tindakan-tindakan dalam memodifikasi

perilaku akan bertambah berat secara progresif (bertahap) jika karyawan tetap

menunjukkan perilaku yang tidak layak

2.3.4

Faktor- faktor yang mempengaruhi disiplin

Hasibuan (2013:194) mengemukakan bahwa indikator yang mempengaruhi

tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya:

(19)

26

1)

Tujuan dan kemampuan

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan

(pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan

kemampuan karyawan bersangkutan, agar dta bekerja sungguh-sungguh dan

disiplin dalam mengerjakannya. Akan tetapi jika pekerjaan itu di luar

kemampuannya atau jauh di bawah kemampuannya maka kesungguhandan

kedisiplinan karyawan rendah,

2) Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan

karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawhannya.

Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil,

serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,

kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik,

para bawahan pun akan kurang disiplin.

3)

Balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempenganihi kedisiplinan karyawan

karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan

terhadap perusahaaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik

terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Balas jasa

berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan. Semakin besar

balas jasa semakin baik kedisiplinan karyawan, sebaliknya apabila balas jasa

kecil maka kedisiplinan karyawan menjadi rendah, Karyawan sulit untuk

(20)

27

berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primemya tidak terpenuhi

dengan baik.

4)

Keadilan

Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa

(pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan

karyawan yang baik. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan

kedisiplinan yang baik-baik pula. Jadi keadilan harus diterapkan dengan baik

pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan baik pula.

5)

Waskat

Waskat (Pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam

mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan Waskat berarti

atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah

kerja dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/

hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika

ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

pekerjaannya. Waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan

dengan bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan

masyarakat.

6)

Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin

takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan prilaku

indisipliner karyawan akan berkurang. Sanksi hukuman harus ditetapkan

(21)

28

berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal dan diinformasikan secara

jelas kepada karyawan. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan

atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk

mengubah perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk

setiap tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik dan mendidik, dan

menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.

7)

Ketegasan

Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap

karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah

ditetapkan- Pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman

bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya

oleh bawahan. Dengan demikian, pimpinan akan dapat memelihara

kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebaliknya apabila seorang pimpinan

kurang tegas atau tidak menghukum karyawan yang indisipliner, maka

akan sulit memelihara kedisiplinan bawahannya.

8)

Hubungan kemanusiaan.

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.

Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal hendaknya harmonis.

Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang

serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal diantara semua

(22)

29

karyawannya. Kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan

kemanusiaan dalam organisasi baik. Menurut

Nitisemito (1996:214) faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

pegawai ada lima yaitu:

1)

Tujuan dan Kemampuan.

Faktor ini ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai. Tujuan yang

ingin dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan pegawai. Hal ini berarti bahwa tujuan yang

dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan agar

bersungguh-sungguh mengerjakannya.

2)

Teladan pimpinan.

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan

pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para

bawahan. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin

baik, jujur, adil, dan sesuai kata perbuatan.

3)

Kesejahteraan.

Kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai karena balas jasa

akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap perusahaan

ataupun terhadap pekerjaannya. Jika kecintaan itu semakin

baik maka

kedisiplinan mereka akan baik,

4)

Ancaman.

Ancaman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai

karena dengan sanksi hukuman yang sernakin berat maka pegawai

(23)

30

semakin takut untuk melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap

dan perilaku yang indisipliner.

5)

Ketegasan.

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan pegawai perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas

bertindak untuk menghukum setiap pegawai yang tidak disiplin sesuai

dengan sanksi hukuman yang ditetapkan.

Menurut Prijodarminto (1994 : 89) faktor yang dapat mempengaruhi disiplin

adalah sebagai berikut:

1.

Motivasi Kerja

Pentingnya kerja karena motivasi kerja adalah hal yang menyebakan

menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat

dan antusias mencapai hasil yang optimal.

2.

Kepemimpinan

Kepemimpinan sangatlah berperan menentukan kedisiplinan karena

pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

3.

Komunikasi

Komunikasi merupakan kegiatan untuk saling memberi keterangan dan

ide secara timbal balik, yang diperlukan dalam setiap usaha kerjasama

manusia untuk menapai tujuan tertentu.

4.

Lingkungan Kerja

Dengan lingkungan kerja yang baik dan aman maka dapal

meningkatkan produktifitas kerja para pegawai.

(24)

31

2.3.5

Tindakan Pendisiplinan

Karyawan yang bermasalah perlu mendapatkan tindakan pendisiplinan.

Menurut Ivancevich (2001: 582), ada 4 kategori tindakan pendisiplinan yaitu:

1)

Mereka yang kualitas atau kuantitas kerjanya tidak memuaskan karena

kurangnya kemampuan, pelatihan dan motivasi.

2)

Mereka yang bermasalah dengan masalah pribadi di luar kerja sehingga mulai

mempengaruhi produktivitas kerja. Masalah ini termasuk mabuk-mabukan

penggunaan obat terlarang atau masalah yang berhubungan dengan rumah

tangga mereka.

3)

Mereka yang melanggar hukum ketika dalam pekerjaan seperti melakukan

pencurian terhadap perusahaan atau rekan kerja, melakukan penganiayaan

terhadap rekan kerja serta pengrusakan terhadap property perusahaan.

4)

Mereka yang sering kali melanggar peraturan dan tidak menghiraukan

peringatan supervisor.

Tindakan pendisiplinan tidak selalu dapat merubah perilaku pegawai untuk

bertindak lebih baik, bahkan apabila tindakan pendisiplinan tersebut tidak tepat

penerapannya, dapat mengakibatkan semakin buruknya kinerja pegawai tersebut.

Seorang pimpinan sebelum mengambil tindakan pendisiplinan harus meneliti

terlebih dahulu

penyebab dan tindakan yang tidak disiplin tersebut sehingga

dapat diperoleh suatu tindakan pendisiplinan yang tepat sekaligus dapat

pemecahannya dari masalah tersebut.

Menurut Nasution (2001:125), tindakan-tindakan pendisiplinan yang dapat

diambil oleh perusahaan adalah :

(25)

32 1)

Peringatan lisan

Dipergunakan jika pegawai telah melakukan kesalahan atau pelanggaran kecil

seperti melanggar peraturan perusahaan yang berlaku.

2)

Peringatan tertulis

Dipergunakan jika prestasi kerja pegawai berada di bawah standar yang

diharapkan, melakukan pelanggaran dan kesalahan kecil yang dilakukan

berulang-ulang.

3)

Pencabutan fasilitas

4)

Penundaan kenaikan gaji berkala

5)

Penundaan kenaikan gaji

6)

Penurunan pangkat atau penurunan gaji

7)

Pemutusan hubungan kerja

Menurut Gomes (2000:232) Tindakan disiplin ini dapat berupa

teguran-teguran

(reprimands),

skorsing

(suspension),

penurunan pangkat

(reduction in

rank) dan pemecatan (firing). Tindakan disiplin ini tidak termasuk pemberhentian

sementara atau penurunan jumlah tenaga kerja yang desebabkan oleh pengurangan

anggaran atau kurangnya kerja. Tindakan-tindakan disipliner ini disebabkan

oleh kejadian-kejadian

perilaku khusus dari pegawai yang menyebabkan

rendahnya produktivitas atau pelanggaran-pelanggaran aturan-aturan instansi.

tindakan disiplin adalah langkah terakhir dalam mengawasi pegawai karena

tindakan disiplin itu menandakan adananya kegagalan untuk saling menyesuaikan

dengan kontrak.

(26)

33

Menurut Sastrohadiwiryo (2003:293), ada beberapa jenis sanksi disiplin

kerja yaitu :

1)

Sanksi disiplin berat

a)

Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan/pekerjaan

yang diberikan sebelumnya

b)

Pembebasan dari jabatan/pekerjaan untuk dijadikan sebagai tenaga

kerja biasa bagi yang memegang jabatan

c)

Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri

tenaga kerja yang bersangkutan

d)

Pemutusan hubungan kerja yang tidak hormat (pemecatan)

2)

Sanksi disiplin sedang

a)

Penundaan pemberian kompensasi

b)

Penurunan upah sebesar satu kali lipat dari upah yang biasa diberikan.

c)

Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang pada

jabatannya yang lebih tinggi

3)

Sanksi disiplin ringan

a)

Teguran lisan kepada tenaga kerja

b)

Teguran tertulis

c)

Pernyataan tidak puas secara tertulis

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan

pendisiplinan merupakan bentuk pembinaan disiplin yang dilakukan manajemen/

organisasi kepada pegawai dalam bentuk hukuman yang disesuaikan dengan

pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai yang bertujuan agar pegawai lebih

(27)

34

disiplin dalam bekerja.

2.3.6

Prinsip pendisiplinan

Menurut Heidjrachman (1990:239) bahwa untuk mengkondisikan pegawai,

instansi pemerintah agar bisa melaksanakan tindakan disiplin maka terdapat

beberapa prinsip pendisiplinan, yaitu;

1)

Pendisiplinan dilakukan secara pribadi

Pendisiplinan ini dilakukan dengan menghindari menegur kesalahan didepan

orang banyak agar karyawan yang bersangkutan tidak merasa malu dan sakit

hati. Hal ini akan memalukan bawahan yang ditegur (meskipun mungkin

memang benar bersalah) sehingga bisa menimbulkan rasa dendam.

2)

Pendisiplinan harus bersifat membangun

Dalam pendisiplinan ini selain menunjukkan kesalahan yang telah dilakukan

oleh karyawan haruslah diikuti dengan petunjuk cara pemeahannya yang

bersifat membangun sehingga karyawan tidak merasa bingung dalam

menghadapi kesalahan yang telah dilakukan dan dapat memperbaiki

kesalahan tersebut.

3)

Pendisiplinan dilakukan secara langsung dengan segera. Suatu tindakan

dilakukan dengan segera setelah terbukti bahwa karyawan telah melakukan

kesalahan sehingga karyawan dapat mengubah sikapnya secepat mungkin.

4)

Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan

Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih, siapa

pun yag telah melakukan kesalahan harus mendapatkan tindakan disiplin

secara adil tanpa membeda-bedakan.

(28)

35

5)

Pemimpin

hendaknya

tidak

melakukan

pendisiplinan

sewaktu

karyawan absen

Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan karyawan yang bersangkutan

seara pribadi agar dia tahu telah melakukan kesalahan.

6)

Setelah pendisiplinan hendaknya wajar kembali

Sikap wajar hendaknya dilakukan pemimpin terhadap karyawan yang telah

melakukan kesalahan tersebut, sehingga proses kerja dapat berjatan lancar

kembali dan tidak kaku dalam bersikap.

Pendapat berbeda disampaikan oleh Donnelly (2000) bahwa pada

kondisi

tertentu, penggunaan hukuman dapat efektif untuk merubah perilaku pegawai

yaitu dengan mempertimbangkan :

1.

Waktu

Waktu untuk menyampaikan hukuman sangat penting. Penelitian

menyampaikan bahwa efektivitas hukuman meningkat jika kondisi menekan

diberikan segera setelah respons orang yang harus dihukum.

2.

Intensitas

Hukuman mencapai efektivitas terbesar jika stimulus yang menentukan

dilakukan terus-menerus, Implikasi kondisi ini akan mencapai efektif jika

hukuman mendapat perhatian segera dari orang yang dihukum.

3.

Jadwal

Akibat hukuman tergantung dari jadwal penghukuman. Hukuman dapat

disampaikan setelah setiap respons yang tidak baik atau sesudah sejumlah

respons tidak baik terjadi. Beberapa riset menunjukkan bahwa hukuman

(29)

36

menjadi lebih efektif jika dilakukan secara terus-menerus. Konsistensi juga

penting, manajer sebaiknya menghukum perilaku masing-masing dengan cara

yang sama untuk semua mdividu yang menunjukkan perilaku tidak

diinginkan,

4.

Klarifikasi

Kesadaran memainkan peran yang penting dalam penyampaian hukuman.

Memberikan alasan jelas, tidak mendua, dan memperhatikan konsekuensi

masa datang jika respon berulang merupakan cara yang efektif. Pendekatan

pada orang dengan respons spesifik merupakan tanggung jawab bagi tindakan

manajer terutama menginformasikan pada orang bersangkutan apa yang

secara tepat tidak perlu dilakukan.

5.

Impersonalitas

Hukuman sebaiknya berfokus pada respons spesifik, tidak pada orang dari

pola perilaku umum. Semakin kurang sesorang yang dihukum mengalami

akibat emosional yang tidak diinginkan.

Pendapat berbeda disampaikan oleh Tohardi (2002:397) bahwa ada

beberapa hal yang dapat kita takukan dalam metode pembinaan disiplin tersebut,

diantara lain adaJah :

1.

Punishment and

Reward ialah

Funishment (hukuman) dan

Reward (Hadiah) dapat

digunakan sebagai upaya penerapan disiplin seorang pekerja, pegawai maupun buruh

organisasi dalam perusahaan.

2.

Adil dan tegas ialah Penegakan hukum, peraturan, prosedur kerja harus Adil dan tegas

ialah Penegakan hukum, peraturan, prosedur kerja harus untuk semua orang yang

(30)

37

ada di organisasi atau perusahaan.

3.

Motivasi ialah Pihak-pihak yang berkopetensi di organisasi atau perusahaan harus

memberikan penjelasan apa manfaat yang akan diperoleh organisasi oleh karyawan

yang bersangkutan apa yang akan diperoleh organisasi atau perusahaan bila

seseorang disiplin dalam bekerja.

4.

Keteladanan ialah bimbingan-bimbingan yang dapat memberikan keteladanan

yang baik, akan menambah bahwa sehingga segala sikap dan perilaku

pimpinan selalu menjadi rujukan atau panutan bawahan.

5.

Lingkungan yang kondusif ialah lingkungan sosial yang tepat kerja yang

kondusif, bila mengharapkan orang-orang yang bekerja di sana berdisiplin

tinggi.

Sedangkan menurut Anonymous (1998) bahwa terdapat 13 Prinsip yang

merupakan dasar penggunaan hukuman dapat lebih efektif untuk merubah

perilaku pegawai, yaitu :

1)

Waktu

Hukuman harus diberikan kepada perilaku yang tidak menyenangkan dengan

sedikit mungkin keterlambatan.

2)

Konsistensi

Semua tingkat manajemen mengerti dan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan.

3)

Peraturan-peraturan yang masuk akal

Hukuman akan menjadi system yang diabaikan jika peraturan yang ada tidak

masuk akal.

(31)

38

4)

Deteksi

Ancaman hukuman tidak akan berhasil kecuali jika dilakukan pengawasan

terhadap para pegawai.

5)

Intensitas hukuman

Intensitas stimulus hukuman harus cukup kuat unutuk dikatakan sebagai

tekanan. Jika hukuman dilakukan sebagai suatu teknik uutuk merubah

perilaku, maka supervisor haruslah sudi/tega untuk "menyakiti" pegawai yang

bersangkutan, baik berupa financial maupun psikologi.

6)

Menghiudari display of sympathy.

Hukuman seharusnya tidak dihubungkan dengan penguatan positif. perilaku

yang tidak baik para pegawai tidak mungkin dikurangi jika manajemen

menunjukkan rasa simpati,

7)

Durasi hukuman

Lamanya masa hukuman sebaiknya tidak terlalu lama agar tidak

menimbulkan kebencian pada pegawai yang bersangkutan.

8)

Kekhususan respons dan situasional

Perlu kejelasan mengenai tindakan apa yang akan memperoleh

hukuman, mengapa dikenakan hukuman, dan perilaku aternatif apa yang

dapat diterima.

9)

Generalisasi

Hukuman tidak berarti menyamaratakan pegawai yang dikenai hukuman

memiliki sifat negative secara umum, seperti mencap mereka sebagai

pemalas, tidak dapat bekerja sama, tidak bertanggung jawab, atau bodoh.

(32)

39

10)

Motivasi

Motivasi untuk bekerja secara tidak benar harus dihindari. Misalnya, pegawai

tidak menggunakan perlengkapan pengaman personal disebabkan karena

perlengkapan tersebut tidak nyaman dipakai.

11)

Respons alternatif

Perusahaan harus menyediakan segala macam alternatif tindakan untuk

mendukung pegawai melakukan pekerjaan secara benar. Misalnya,

dengan menyediakan perlengkapan kerja, pelatihan, bimbingan, dan

waktu yang dibutuhkan untuk bekerja secara benar.

12)

Hukuman pribadi

Telah lama diketahui bahwa pemberian hukuman di depan umum biasanya

akan memalukan dan menekan pegawai yang dikenai hukuman tersebut.

Oleh karena itu, hukuman sebaiknya diberikan tidak di depan umum.

13)

Supervisor sebagai suatu

Conditional Stimulus .

Satah satu bahaya menggunakan hukuman secara tidak benar adalah bahwa

seorang supervisor dapat menjadi suatu conditional stimulus,

yaitu suatu

stimulus yang sebelumnya tidak menciptakan suatu respons.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, penulis menyimpulkan bahwa dalam

menjatuhkan hukuman disiplin kepada pegawai, harus melalui pemeriksaan yang

teliti dan didasarkan pada bukti yang ada serta hukuman yang dijatuhkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

(33)

40

2.4

Kajian Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1

Penelitian Sebelumnya

No Judul/Peneliti/Tahun Variabel

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

1 Analisis Disiplin Kerja

Karyawan Politeknik LP3I

MEDAN

M. Fadli Lubis1 & Akhwanul Akmal

Jurnal Bisnis Administrasi

Volume 02, Nomor 02, 2013, 40-47

Disiplin Kerja deskriptif dengan

analisis kuantitatif memperlihatkan bahwa karyawan Politeknik LP3I Medan Kampus SM Raja telah melakukan disiplin kerja dengan baik. Untuk mencapai tujuan perusahaan maka harus dilakukan pendekatan disiplin kerja sehingga menciptakan konsistensi disiplin dengan sebaik mungkin.

2 Analisis Disiplin Kerja Dan

Semangat Kerja Karyawan Di Bagian Produksi Pada PT. Sei Belayan Rimba Jaya Timber Industries Di Gresik

Anis Eliyana - Fakultas

Ekonomi Universitas Airlangga

Disiplin kerja

dan semangat

kerja

uji regresi linier berganda pengawasan manajerial (X2) memiliki nilai koefisien determinasi parsial tertinggi dibandingkan dengan variabel bebas lainnya, sehingga pengawasan manajerial (X2) merupakan variabel bebas yang dominan mempengaruhi variabel terikat yaitu semangat kerja (Y).

3 Analisis Disiplin Kerja Pegawai

Negeri Sipil di Badan

Pendidikan dan Pelatihan

Provinsi Jawa Tengah

Aprilina Kartika Sari, Ida Hayu D, Herbasuki Nurcahyanto Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Disiplin kerja pegawai kualitatif deskriptif Faktor pendorong disiplin kerja

juga berasal dari pemberian motivasi kepada pegawai. Hal ini ditunjukkan oleh

(34)

41 Politik Universitas Diponegoro pemberian kesejahteraan kepada pegawai yaitu fasilitas kantor dan pemberian gaji serta tunjangan yang memadai.

Selain itu Badan

Diklat juga

memberikan peluang kepada

pegawai untuk

maju

Sumber: Olahan Peneliti 2018

2.5

Kerangka Pemikiran

Sekaran

dalam

Sugiyono (2009:65) mengemukakan bahwa kerangka

berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan

dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara

disiplin pegawai yang akan diteliti.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang adalah

disiplin. Seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno (2013:88) bahwa disiplin kerja

sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran segala aktifitas organisasi agar

tujuan organisasi dapat dicapai secara maksimal. Disiplin kerja dapat dilihat

sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi kepentingan organisasi maupun

kepentingan pegawai.

Penelitian ini mengenai analisis Disiplin kerja aparatur desa pada Kantor

Desa Tegalandong yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

(35)

42

disiplin Pada Kantor Desa Tegalandong dan Hambatan serta solusi dalam

pelaksanaan disiplin pegawai Pada kantor desa Tegalandong.

Peneliti menggunakan teori disiplin menurut Nitisemito dalam menganalisis

disiplin pegawai pada Kantor Desa Tegalandong bahwa faktor yang

mempengaruhi disiplin pegawai yaitu faktor tujuan dan kemampuan, teladan

pimpinan, kesejahteraan, ancaman dan ketegasan sebagaimana kerangka berpikir

dalam gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka berpikir Analisis Disiplin Aparatur Desa

Pada Kantor Pemerintahan Desa Tegalandong

Disiplin Pegawai

-Tujuan dan Kemampuan -Teladan Pimpinan -Kesejahteraan -Ancaman -Ketegasan Faktor Penghambat Faktor Pendorong Kinerja Pegawai meningkat

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka berpikir Analisis Disiplin Aparatur Desa  Pada Kantor Pemerintahan Desa Tegalandong

Referensi

Dokumen terkait

Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membantu dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Tujuan hidup memiliki pengertian individu memiliki pemahaman yang jelas akan tujuan dan arah hidupnya, memegang keyakinan bahwa individu mampu mencapai tujuan dalam

Oleh karena kriteria untuk efektivitas dan efisiensi tidak secara jelas ditetapkan sebagaimana hukum dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, audit

Telur menetas menjadi larva atau sering disebut dengan jentik. Larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas, untuk

Berdasarkan pendekatan teori penetapan tujuan maka keberhasilan dalam pengelolaan anggaran merupakan tujuan yang ingin dicapai, tujuan tersebut dapat dipengaruhi oleh

Evaluasi bebas tujuan (goal free evaluation) berorientasi pada fihak eksternal, fihak konsumen, stake holder, dewan pendidikan, masyarakat. Scriven mengatakan bahwa

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan, pemimpin harus berani dan tegas bertindak untuk memberikan sanksi sesuai dengan

Berkenaan dengana masalah kepuasan kerja pegawai tersebut, sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan pegawai dalam pekerjaan diantaranya adalah sistem