• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 27 Bank yang terdapat di Jakarta dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 27 Bank yang terdapat di Jakarta dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari kuisioner yang telah disebarkan ke 27 Bank yang terdapat di Jakarta dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengumpulan data melalui kuisioner ini dimulai sejak 10 Mei 2013 sampai dengan 8 Juni 2013. Responden terpilih untuk penelitian ini adalah unsur pimpinan di kantor cabang masing-masing Bank.

Jumlah kuisioner yang sebarkan pada penelitian ini ada 27 kuisioner. Kuisioner tersebut terdiri dari 2 kelompok pertanyaan yaitu kelompok “A” dan kelompok “B”. Kelompok “A” memuat pertanyaan mengenai data pribadi masing-masing responden sedangkan kelompok “B” memuat pertanyaan mengenai data dan mekanisme perbankan. Dari 27 kuisioner tersebut, ternyata yang direspon oleh responden hanya sebanyak 19 kuisioner atau dengan tingkat pengembalian sebesar 70%. Kuisioner lainnya yang tidak kembali, disebabkan oleh 1 responden pada saat pengembalian baru diketahui ternyata responden tersebut telah berhenti bekerja dan kuisioner tersebut tidak direspon oleh rekan kerja responden.

Kuisioner lainnya yang tidak kembali diantaranya 3 responden sudah menerima kuisioner dengan baik pada saat kuisioner tersebut diberikan, namun pada saat pengembalian responden menolak untuk mengisi kuisioner dengan alasan harus melakukan kunjungan langsung ke kantor pusat. Terdapat 2 responden yang menolak untuk mengisi kuisioner yang disebarkan dengan alasan tidak menerima kuisioner dengan bentuk pertanyaan yang diajukan sesuai dengan data yang diperlukan dan

(2)

disarankan agar langsung ke kantor pusat dan alasan lain harus melakukan pelatihan terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu. Disamping itu, ada 1 responden yang kantor cabangnya tidak beroperasi dalam waktu dekat sehingga tidak dapat dilakukan pembagian kuisioner, serta 1 responden lain tidak mengembalikan kuisioner yang diberikan dan sudah melampaui batas waktu yang diberikan. Secara lebih jelas jumlah kuisioner yang disebar dan yang kembali dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1

Sampel dan Tingkat Pengembalian/ Respon Responden

Keterangan Responden

Jumlah Persentase Kuisioner yang disebarkan 27 100%

Kuisioner yang kembali 19 70%

Kuisioner yang tidak direspon 8 30% Kuisiner yang dapat diolah 19 70% Sumber: Data Primer Diolah 2013

4.1.2 Profil Responden

Pada penelitian kualitatif jumlah dari responden bukanlah suatu tolak ukur utama yang dijadikan sebagai patokan utama penelitian yang dilakukan, melainkan keberadaan respondenlah yang lebih penting. Oleh karena itu pemilihan orang-orang yang dijadikan sebagai narasumber sangatlah penting. Hal ini dikarenakan agar informasi yang diberikan dapat di andalkan kualitas dan ketepatan dari informasi tersebut. Berlatar belakang dari hal tersebut, sehingga penulis menjadikan pimpinan kantor cabang Bank sebagai responden dalam penelitian ini. Beberapa kuisioner di isi oleh staf Bank yang di disposisikan oleh Bank tersebut. Staf tersebut adalah mereka yang bertanggungjawab secara wewenang dan tanggung jawab untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.

Dari hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan 19 kuisioner yang diperoleh, maka dapat diperoleh informasi demografi responden sebagai acuan dalam melihat

(3)

karakteristik responden yang menjadi sampel penelitian. Demografi responden ini terdiri dari jenis kelamin, usia, jenjang pendidikan formal terakhir, jabatan yang sedang dijalani, masa kerja di posisi sekarang, serta rata-rata jumlah pelatihan/lokakarya yang diikuti oleh responden dalam setahun. Secara lebih rinci demografi responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2

Demografi Responden (Jenis Kelamin) n=19

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin:

Pria 10 52%

Wanita 9 48%

Total 19 100%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari tabel 4.2 diatas, dapat dilihat sebaran jenis kelamin masing-masing responden. Sebaran data tersebut menunjukan jumlah persentase responden pria lebih besar jika dibandingkan dengan responden wanita. Tingkat perbandingan persentase antara keduanya yaitu wanita sebesar 48% (9 orang) dan pria 52% (10 orang).

Tabel 4.3

Demografi Responden (Usia) n=19

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Usia:

20-30 Tahun 9 47%

30-40 Tahun 9 47%

>40 Tahun 1 6%

Total 19 100%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Jika dilihat sebaran usia responden pada tabel 4.3 diatas, masing-masing responden dengan sebarannya antara 20-30 tahun terdapat pada diri 9 orang (47%), kemudian usia 30-40 tahun ada sebanyak 9 orang (47%), sedangkan responden yang usianya diatas 40 tahun hanya terdapat pada 1 orang (6%).

(4)

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari tabel diatas (tabel 4.4) dapat dilihat sebaran pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden. Sebaran pendidikan responden tersebut terdiri dari pendidikan SMA/SMK yang hanya terdapat pada diri 1 responden atau dengan persentase sebesar 5%, selanjutnya pendidikan D1 dan D2 tidak terdapat pada diri masing-masing responden, kemudian pendidikan D3 terdapat pada 2 orang atau sekitar 11%, pendidikan terakhir S1 merupakan pendidikan formal terbanyak yang terdapat pada diri responden yaitu sebanyak 14 responden dengan tingkat persentase 73%, sedangkan untuk S2 hanya di miliki oleh 2 orang responden atau sekitar 11%. Untuk pendidikan S3, saat ini belum ada responden yang menempuhnya.

Tabel 4.5

Demografi Responden (Jabatan) n=19

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Jabatan yang Dijalankan:

Supervisor 1 5%

Relationship Manager 1 5%

Operation & Supply Chain

Management (OSM) 1 5%

Assistant Account Officer 1 5%

Pejabat Sementara Kepala Operasional 1 5%

Head Sundries 1 5%

Marketing Credit 1 5%

Account Officer 1 5%

Pimpinan Cabang Pembantu 4 23%

Lainnya 7 37%

Total 19 100%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Tabel 4.4

Demografi Responden (Pendidikan Formal) n=19

Keterangan Frekuensi Persentase

Jenjang Pendidikan Formal Terakhir:

SMA/SMK 1 5% D1 0 0% D2 0 0% D3 2 11% S1 14 73% S2 2 11% S3 0 0% Total 19 100%

(5)

Sebaran jabatan saat ini yang dijalani oleh responden terlihat dari tabel diatas menunjukan bahwa yang memegang jabatan sebagai supervisor, Relationship

Manager, OSM (Operation and Supply Chain Management), Assistant Account

Officer, PJS KAOPS (Pejabat Sementara Kepala Operasional), Head Sundries,

Marketing Credit, dan Account Officer masing-masing hanya terdapat pada 1

responden dengan tingkat persentase masing-masing 5%. Sedangkan jabatan terbanyak saat ini yang dijalani oleh responden adalah pimpinan kantor cabang masing-masing Bank yaitu sebanyak 4 responden atau sekitar 22,5%. Sedangkan jabatan lainnya yang sedang dijalani oleh responden dan tidak diungkapkan ada sebanyak 7 responden atau dengan tingkat persentase sebesar 37%.

Tabel 4.6

Demografi Responden (Masa Kerja) n=19

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Masa Kerja di Posisi Terakhir

< 1 tahun 4 21%

1 - 3 tahun 8 42%

3 - 7 tahun 6 32%

> 7 tahun 1 5%

Total 19 100%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Sebaran masa kerja yang sudah dijalani oleh responden dapat dilihat pada tabel diatas (tabel 4.6). Masa kerja kurang dari 1 tahun ada terdapat pada diri 4 responden atau sekitar 21%, kemudian masa kerja 1 sampai 3 tahun ada sebanyak 8 responden atau sekitar 42%, selanjutnya masa kerja 3 sampai 7 tahun ada sebanyak 6 responden atau sekitar 32%, sedangkan yang masa kerja lebih dari 7 tahun hanya terdapat pada 1 orang responden dengan tingkat persentase sebesar 5%.

(6)

Tabel 4.7

Demografi Responden (Pelatihan atau Lokakarya) n=19

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Pelatihan/Lokakarya Dalam Setahun:

0 kali 2 10%

1 sampai dengan 3 kali 8 42%

4 sampai dengan 7 kali 6 32%

Lebih dari 8 kali 3 16%

Total 19 100%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Pelatihan atau lokakarya yang diikuti oleh responden rata-rata dalam setahun yaitu 2 responden yang tidak ada mengikuti atau 0 kali (0%), kemudian yang mengikuti pelatihan atau lokakarya 1 sampai dengan 3 kali ada sebanyak 8 responden atau sekitar 42%, selanjutnya 4 sampai dengan 7 kali ada sebanyak 6 responden atau sekitar 32%, sedangkan yang lebih dari 8 kali terdapat pada 3 responden (16%).

4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pekerjaan Sebelumnya dan Masa Kerja

Dari informasi melalui tabel-tabel yang disajikan diatas mengenai demografi responden, maka pada informasi berikut yang juga disajikan dalam bentuk tabel mencoba meneliti persebaran data responden berdasarkan latar belakang pekerjaan sebelumnya baik pada perusahaan sejenis maupun tidak sejenis dan masa kerjanya sebelum menjabat pada posisi saat ini. Hal ini bertujuan untuk melihat latar belakang pekerjaan responden sebelum menjabat pada posisi saat ini dan masa kerjanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 dan 4.9 dibawah ini.

(7)

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari tabel diatas (tabel 4.8) dapat dilihat latar belakang pekerjaan yang dijalani oleh responden sebelum menjabat pada posisi saat ini baik pada perusahaan sejenis maupun tidak sejenis. Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada sebanyak 9 responden yang memiliki latar belakang pekerjaan pada perusahaan sejenis dengan tingkat persentase sebesar 47%. Selanjutnya, ada 7 responden yang memiliki latar belakang pekerjaan pada perusahaan yang tidak sejenis atau sekitar 37%. Disamping itu, juga terdapat responden yang memiliki latar belakang pekerjaan sebelumnya baik pada perusahaan sejenis dan tidak sejenis yang terdapat pada diri 2 responden dengan tingkat persentase 11%. Namun, ada responden yang tidak memberikan keterangan mengenai latar belakang pekerjaan sebelumnya sebanyak 1 responden atau sekitar 5%.

Tabel 4.9

Masa Kerja Sebelum Menjabat pada Posisi Saat Ini n=19

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Masa Kerja Sebelumnya:

< 1 tahun 3 16%

1 - 3 tahun 6 32%

3 - 6 tahun 3 16%

> 6 tahun 3 16%

Tidak memberikan keterangan 4 21%

Total 19 100%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pekerjaan n=19

Keterangan Frekuensi Persentase

Latar Belakang Pekerjaan Sebelumnya:

Perusahaan Sejenis 9 47%

Perusahaan Tidak Sejenis 7 37% Perusahaan Sejenis & Tidak Sejenis 2 11% Tidak memberikan keterangan 1 5%

(8)

Masa kerja sebelumnya yang dijalani oleh responden sebelum menjabat pada posisi saat ini dapat dilihat pada tabel diatas (tabel 4.9). Tabel tersebut menunjukkan 3 responden yang mempunyai masa kerja yang kurang dari 1 tahun atau sekitar 16%. Selanjutnya yang memiliki masa kerja 1 sampai 3 tahun ada sebanyak 6 responden atau sekitar 32%, kemudian yang memiliki masa kerja 3 sampai 6 tahun ada sebanyak 3 responden atau sekitar 16%, sedangkan yang memiliki masa kerja sebelumnya diatas 6 tahun terdapat pada diri 3 responden (16%). Namun, ada 4 responden yang tidak memberikan keterangan masa kerja pada perusahaan sebelumnya sebelum menjabat pada posisi saat ini dengan tingkat persentase (21%).

4.1.4 Kecenderungan Jawaban atas Kuisioner

Dari 19 kuisioner yang sudah ditabulasikan, maka diketahui kecenderungan jawaban atas pertanyaan yang diberikan ke masing-masing responden. Hal ini dilakukan untuk melihat kecenderungan jawaban atas pertanyaan yang diberikan apakah jawaban cenderung “Ya” atau “Tidak”. Jawaban dari responden tersebut telah ditabulasikan dan menghasilkan sebaran jawaban pada tabel 4.10 dibawah ini

Tabel 4.10

Kecenderungan Jawaban atas Pertanyaan Kuisioner n=19

No. Responden Jumlah Pertanyaan Jawaban Ya Tidak Tidak Memberikan Tanggapan 1 19 14 5 0 2 19 17 1 1 3 19 16 3 0 4 19 14 5 0 5 19 14 4 1 6 19 12 6 1 7 19 16 3 0 8 19 15 4 0 9 19 15 4 0 10 19 13 5 1 11 19 17 2 0 12 19 11 8 0

(9)

Tabel 4.10

Kecenderungan Jawaban atas Pertanyaan Kuisioner n=19

No. Responden Jumlah Pertanyaan Jawaban Ya Tidak Tidak Memberikan Tanggapan 13 19 7 11 1 14 19 15 4 0 15 19 14 5 0 16 19 11 8 0 17 19 13 6 0 18 19 15 4 0 19 19 16 3 0 Total 361 265 91 5 Persentase 100% 74% 25% 1%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari tabel diatas (tabel 4.10), maka dapat dilihat kecenderungan jawaban atas pertanyaan yang diberikan baik jawaban “Ya” maupun “Tidak”. Dari tabel tersebut terlihat kecenderungan jawaban atas 19 pertanyaan yang diberikan kepada 19 responden dengan total 361 pertanyaan, 265 pertanyaan cenderung “Ya” dengan persentase sebesar 74%, dan 91 pertanyaan yang cenderung “Tidak” dengan persentase sebesar 25%. Namun, dari 361 total pertanyaan yang diberikan kepada 19 responden, terdapat 5 pertanyaan yang tidak direspon oleh responden dengan tingkat persentase 1%.

Dari jawaban responden tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan jawaban atas pertanyaan lebih besar menjawab “Ya” dan dapat ditarik kesimpulan awal bahwa benar ada terdapat pengaruh tindak pidana Pencucian Uang terhadap mekanisme perbankan. Dengan demikian, penulis akan melakukan wawancara mendalam atau Indepth Interview untuk memperoleh penjelasan atas informasi yang dibutuhkan. Tabel 4.11 merupakan daftar responden mana yang akan diwawancara mendalam. Penjelasan bahwa daftar pertanyaan dalam kuisioner bila mengarah “Ya” maka terdapat pengaruh tindak pidana Pencucian Uang terhadap

(10)

mekanisme perbankan. Bila “Tidak” maka tidak terdapat pengaruh tindak pidana Pencucian Uang terhadap mekanisme perbankan.

Tabel 4.11

Responden yang akan di Wawancara Mendalam n=3

No. Responden Jumlah Pertanyaan Jawaban

Ya Persentase

14 19 15 79%

18 19 15 79%

19 19 16 84%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Berdasarkan kecenderungan jawaban tersebut, maka penulis memilih responden yang memiliki jawaban cenderung “Ya” lebih dari 50% yang akan dijadikan sebagai responden untuk dilakukannya wawancara mendalam pada penelitian berikutnya. Wawancara mendalam ini dirasa perlu untuk memperoleh penjelasan tambahan terkait informasi awal yang diperoleh melalui kuisioner.

4.2 Analisis Data dan Pembahasan 4.2.1 Analisis Data Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, analisis data yang akan dilakukan adalah dengan menganalisis setiap jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan kepada responden. Pertanyaan yang ditanyakan kepada responden terdiri dari 19 pertanyaan yang merupakan indikator penelitian dan menjadi instrumen penelitian kualitatif untuk keseluruhan indikator. 19 pertanyaan tersebut terdiri atas 5 kelompok pertanyaan secara garis besar. 5 kelompok tersebut terdiri atas pertanyaan yang berkaitan dengan prosedur penerimaan calon nasabah, audit service quality, nasabah reguler dan prioritas, tindak pidana Pencucian Uang, dan transaksi keuangan mencurigakan. Tujuan dari analisis data ini adalah untuk memperoleh data terkait

(11)

masing-masing permasalahan yang bertujuan terselesaikannya penelitian kualitatif ini dengan baik.

4.2.1.1 Indikator Prosedur Penerimaan Calon Nasabah

Prosedur penerimaan calon nasabah merupakan suatu komponen utama yang harus diperhatikan oleh staf Bank sebelum menerima calon nasabah. Salah satu yang harus diperhatikan adalah Bank harus dapat meyakinkan kebenaran kartu identitas diri nasabah, pekerjaaan, sumber dana, dan informasi lainnya. Hal ini bertujuan agar Bank benar-benar dapat meyakinkan bahwa nasabah tersebut merupakan nasabah yang memiliki latar belakang yang jelas sehingga jika dikemudian hari terdapat transaksi keuangan mencurigakan yang dilakukan nasabah tertentu hal ini dapat ditindaklanjuti dengan cepat. Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/28/PBI/2009 Pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa dalam melakukan penerimaan nasabah, Bank wajib menggunakan pendekatan berdasarkan resiko dengan mengelompokkan nasabah berdasarkan tingkat resiko terjadinya Pencucian Uang atau Pendanaan Terorisme. Tabel 4.12 merupakan hasil olahan jawaban atas pertanyaan kuisioner penelitian yang berkaitan dengan prosedur penerimaan calon nasabah.

Tabel 4.12

Prosedur Penerimaan Calon Nasabah (Kelompok 1) n=19

No. Pertanyaan Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase 1. Apakah terdapat prosedur penerimaan calon

nasabah pada Bank (perusahaan) ini? 19 100% 0 0%

2.

Apakah Bapak/Ibu yakin prosedur penerimaan calon nasabah yang dijalankan Bank (perusahaan) sudah efektif?

(12)

Tabel 4.12

Prosedur Penerimaan Calon Nasabah (Kelompok 1) n=19

No. Pertanyaan Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

3.

Apakah terdapat persyaratan mutlak tanpa pengecualian yang harus dipenuhi oleh calon nasabah untuk membuat akun rekening tertentu?

19 100% 0 0%

4.

Apakah ada program pembekalan berkelanjutan customer services dalam hal penerimaan calon nasabah?

16 84% 3 16%

TOTAL 72 95% 4 5%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Pertanyaan diatas berkaitan dengan prosedur penerimaan nasabah. Dari informasi awal yang diperoleh melalui kuisioner dapat disimpulkan bahwa setiap Bank memiliki prosedur penerimaan calon nasabah dengan tingkat keyakinan 100%. Sebanyak 18 responden atau sekitar 95% menyatakan yakin bahwa prosedur penerimaan calon nasabah ditempat mereka bekerja sudah efektif. Namun, ada 1 responden yang menyatakan tidak yakin jika prosedur penerimaan calon nasabah efektif diberlakukan. Untuk meningkatkan kewaspadaan akan adanya penyalahgunaan rekening oleh pihak-pihak tertentu, dalam hal ini semua responden mempunyai syarat mutlak yang harus dimiliki tanpa pengecualian seperti KTP (Kartu Tanda Penduduk), nomor telepon yang dapat dihubungi, dan informasi lain yang dibutuhkan. Hal ini diberlakukan jika dikemudian hari nasabah tertentu melakukan transaksi keuangan mencurigakan, maka Bank dapat dengan segera mengunjungi pihak terduga dan melakukan investigasi seperti wawancara.

Untuk meningkatkan pembekalan terhadap customer service, kebanyakan dari responden menyatakan ada program berkelanjutan yang dilakukan guna mendukung pengetahuan dan update informasi. Dari tabel 4.12 yang disajikan diatas, dapat dilihat 16 responden atau dengan persentase 84% menyatakan ada program

(13)

pembekalan berkelanjutan , sedangkan 3 responden atau dengan persentase 16% menyatakan tidak ada program berkelanjutan yang dilakukan bagi customer service.

Dalam hal ini, responden juga memberikan penjelasan dari beberapa pertanyaan yang dirasa memerlukan keterangan tambahan agar menambah informasi terkait pertanyaan yang diajukan agar tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda. Penjelasan dari narasumber akan disajikan dalam tabel 4.13 dibawah ini.

Tabel 4.13

Ringkasan Keterangan Prosedur Penerimaan Calon Nasabah (Kelompok 1) n=19

No. Responden

Pertanyaan

Apakah terdapat prosedur penerimaan calon nasabah pada Bank (perusahaan) ini?

1 Harus memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan sistem dan prosedur Bank.

2

1. WNI (Warga Negara Indonesia); 2. Penduduk/ Identitas Asli;

3. Bebas DHN (Daftar Hitam Nasional) ; dan

4. Untuk Giro: Rekening Koran 3 bulan terakhir dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

3 Know Your Customer harus berjalan 4

1. KTP harus 1 domisili dengan Bank tempat buka rekening; dan

2. Fix Line Telepon (021) harus ada kalau tidak ada harus menyertakan KK (Kartu Keluarga).

5 Tujuan penggunaan rekening, dokumen persyaratan, dan lain-lain. 6 Tes tertulis, wawancara, spikologi, dan kesehatan.

7 Dilakukan pengisian formulir data nasabah pada saat pembukaan rekening terlebih dahulu berdasarkan data akurat dari nasabah.

8 KTP jelas, domisili tempat tinggal berada di daerah cabang terdekat dan KTP tersebut masih berlaku.

9

1. WNI; dan

2. Kartu identitas seperti KTP/SIM/Paspor/Kartu Pelajar atau Akte Kelahiran (untuk nasabah junior).

10 Tidak tahu. 11

Mengisi aplikasi pembukaan rekening, melampirkan identitas calon pemegang rekening., dan identitas diri harus sesuai dengan lokasi cabang. Apabila tidak, harus melampirkan surat keterangan domisili/keterangan kerja.

12

Nasabah tersebut adalah nasabah perorangan atau perusahaan. Karena setiap nasabah mempunyai persyaratan berbeda yang harus dipenuhi pada suatu Bank untuk selanjutnya diproses lebih lanjut.

13 Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia berdasarkan azas KYC (Know Your Customer) yang saat ini dikenal sebagai PMPJ (Prinsip Mengenal Pengguna Jasa). 14

Kami mengutamakan domisili nasabah (KTP) Jakarta Barat dan mempunyai fix line telepon (Telkom) serta melakukan OTS (On The Spot) satu atau dua hari setelah nasabah tersebut buka rekening. Jika identitas nasabah diluar Jakarta Barat, nasabah harus mempunyai identitas lain yang satu alamat.

(14)

Tabel 4.13

Ringkasan Keterangan Prosedur Penerimaan Calon Nasabah (Kelompok 1) n=19

No. Responden

Pertanyaan

Apakah terdapat prosedur penerimaan calon nasabah pada Bank (perusahaan) ini?

16 Hanya membawa KTP serta mengisi data yang tersedia dan siapkan uang minimal Rp.25.000 untuk setoran awal.

17 Membawa tanda pengenal (KTP), KK, penerimaan nasabah baru berdasarkan domisili atau alamat KTP terdekat.

18

1. Mengisi formulir data-data pribadi . Untuk perorangan KTP, NPWP, KK, dan Akta Nikah; dan

2. Untuk perusahaan harus mempunyai SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), NPWP, KTP pegurus, Akta Pendirian perusahaan.

19

1. Perseorangan a. KTP;

b. NPWP untuk pinjaman lebih dari 50 juta; dan c. Surat keterangan usaha kredit.

2. Perusahaan

a. SIUP dan NPWP perusahaan Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari informasi yang diperoleh melalui tabel 4.13 diatas dapat disimpulkan bahwa semua Bank memiliki prosedur dalam hal penerimaan calon nasabah baru baik perorangan maupun perusahaan. Hampir semua Bank memiliki prosedur yang sama yaitu:

1) Bagi perorangan, yang harus dipenuhi: a) KTP (Kartu Tanda Penduduk); b) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak); c) KK (Kartu Keluarga);

d) Akta Nikah;

e) Nomor telepon /fix line yang dapat dihubungi; dan f) Mengisi formulir data-data pribadi.

2) Bagi perusahaan, yang harus dipenuhi: a) SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan); b) TDP (Tanda Daftar Perusahaan);

(15)

c) NPWP perusahaan; d) KTP pengurus; dan

e) Akta pendirian perusahaan. Tabel 4.14

Ringkasan Keterangan Prosedur Penerimaan Calon Nasabah (Kelompok 1) n=19

No. Responden

Pertanyaan

Apakah terdapat persyaratan mutlak tanpa pengecualian yang harus dipenuhi oleh calon nasabah untuk membuat akun rekening tertentu?

1 Tidak tahu.

2 Mutlak harus memiliki KTP.

3 Rekening Koran harus memiliki NPWP. 4 KTP.

5 KTP, NPWP, dan lain-lain.

6 Mempunyai nomor telepon Fix Line.

7 Harus memiliki KTP dan domisilinya harus jelas dan bisa diverifikasi. 8 Agar meminimalisasi tindakan kriminal/penyalahgunaan rekening tersebut.

9 Memiliki kartu identitas seperti KTP/SIM/Paspor/ Kartu Pelajar atau Akta Kelahiran (untuk nasabah junior).

10 Tidak tahu.

11 Identitas nasabah dan KTP.

12 Untuk menunjang hal-hal yang tidak diinginkan, persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah harus benar dan sesuai.

13 Alamat, sumber dana, dan data pribadi di cek keabsahannya.

14 Jika nasabah anak kost/kontrak maka surat tinggal harus kita mintakan dan ada nomor telepon yang dapat dihubungi.

15 Data pribadi harus benar dan sesuai. 16 Tidak tahu.

17 Untuk mendapatkan data nasabah yang akurat. 18 Harus ada KTP dan NPWP, Akta Nikah dan KK.

19

Apabila perorangan maka melampirkan tanda pengenal seperti KTP dan KK. Apabila tidak mempunyai KTP daerah Jakarta, maka yang bersangkutan wajib mengganti dengan surat keterangan kerja tempat yang bersangkutan bekerja apabila tidak ada maka Bank menolak. Begitu juga dengan perusahaan apabila tidak ada SIUP dan keterangan perusahaan, Bank wajib menolak.

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa semua responden yang dalam hal ini adalah pegawai Bank merasa yakin bahwa prosedur penerimaan nasabah sudah dijalankan dengan baik dan ada persyaratan mutlak yang harus dimiliki oleh calon nasabah seperti kartu identitas (KTP). Hal ini semakin diperkuat dengan tambahan keterangan yang diberikan oleh responden mengenai mekanisme penerimaan calon nasabah baru di masing-masing Bank tempat responden bekerja. Dari 19 jawaban

(16)

responden, ditarik kesimpulan bahwa persyaratan mutlak yang harus dipenuhi calon nasabah antara lain:

1) Memiliki kartu identitas berupa KTP, KK, dan kartu identitas lain; 2) Pengisian formulir data nasabah saat pembukaan rekening secara akurat; 3) Diterapkannya Prinsip Mengenal Nasabah yang saat ini dikenal dengan istilah

PMPJ (Prinsip Mengenal Pengguna Jasa);

4) Apabila kartu identitas tidak sama dengan daerah tempat pembukaan rekening, maka nasabah harus memiliki kartu pernyataan tempat bekerja nasabah itu sendiri;

5) Ada nomor telepon yang dapat untuk dihubungi; 6) Memiliki akta nikah; dan

7) Ada SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) untuk perusahaan, NPWP perusahaan, TDP (Tanda Daftar Perusahaan), dan akta pendirian perusahaan.

Tabel 4.15

Ringkasan Keterangan Prosedur Penerimaan Calon Nasabah (Kelompok 1) n=19

No. Responden

Pertanyaan

Apakah ada program pembekalan berkelanjutan customer services dalam hal penerimaan calon nasabah?

1 Ada training yang dilaksanakan bagi LDV (Learning and Development). 2 Terdapat OJT (On Job Trainin) di kantor pusat.

3 PMPJ (Prinsip Mengenal Pengguna Jasa) harus berjalan dan Bebas daftar Blacklist BI.

4 1. Training KYC (Know Your Customer) yang saat ini dikenal dengan PMPJ; dan 2. KTP Identification.

5 Promo produk-produk baru, perpanjangan deposito, dan perpanjangan kredit. 6 Tidak tahu program berkelanjutan seperti apa yang dimaksud.

7 Training secara berkesinambungan.

8 Diadakannya training 2 kali dalam sebulan dan Meeting Branch setiap seminggu sekali.

9 1. Pelatihan PMPJ, Pelatihan Prosedur Knowledge, dan Pelatihan Pola Prima. 10 Tidak tahu.

11

Jika nasabah tersebut termasuk beresiko, dalam hal ini adalah Menteri, Kepala Negara, anggota DPR/MPR/DPRD, Camat, Bupati, Polisi, Jendral, dan lain-lain maka harus dilakukan wawancara khusus untuk menghindari fraud. Wawancara khusus ini dilakukan oleh koordinator cabang. Hal ini juga berlaku untuk keluarga dari nasabah beresiko yang disebut PEP (Politicaly Expose Person) karena mereka dapat melakukan segala tindakan apa saja karena kekuasaannya. Untuk orang-orang yang tergolong beresiko tersebut, kami lakukan EDD (Enhanced Due Deligence).

(17)

Tabel 4.15

Ringkasan Keterangan Prosedur Penerimaan Calon Nasabah (Kelompok 1) n=19

No. Responden

Pertanyaan

Apakah ada program pembekalan berkelanjutan customer services dalam hal penerimaan calon nasabah?

12 1. Produk Knowledge; dan 2. Training Piscapro. 13 Tidak tahu.

14

Cutomer Service harus verifikasi ulang sore hari/sebelum kantor ditutup terhadap rekening-rekening baru yang dibuka. Penekanan terhadap nasabah apabila terdapat kekeliruan dalam penggunaan rekening, Bank berhak menutup rekening.

15 Service Excellent Program.

16 Tidak tahu program seperti apa yang dimaksud.

17 Menjelaskan produk-produk sesuai dengan kebutuhan nasabah.

18 Ada program yang dilakukan setiap tahun sekali seperti Service Excellent,

pendidikan marketing, serta pengawasan prosedur dan pendidikan Pencucian Uang. 19 Dengan cara dikeluarkannya memo-memo mengenai perubahan maupun

penambahan berkaitan dengan syarat penerimaan calon nasabah. Sumber: Data Primer Diolah 2013

Untuk meningkatkan pembekalan customer services dalam hal penerimaan nasabah untuk mencegah adanya transaksi keuangan mencurigakan yang mungkin dilakukan oleh calon nasabah, Bank menyelenggarakan adanya pembekalan

customer service yang berkelanjutan dalam hal penerimaan calon nasabah baru. Hal

ini dilakukan dengan upaya seperti:

1) Customer service harus memverifikasi kembali pada sore hari sebelum kantor

ditutup untuk akun yang baru dibuka;

2) Jika terdapat adanya transaksi keuangan mencurigakan dan terindikasi tindak pidana, maka Bank berhak untuk menutup akun rekening tersebut;

3) Calon nasabah harus bebas dari daftar Black List Bank Indonesia; 4) Ada training Service Excellent dan pendidikan Pencucian Uang;

5) Jika calon nasabah adalah nasabah beresiko seperti MPR/DPR, Menteri, dan calon nasabah beresiko lainnya, maka dalam hal ini akan dilakukan wawancara khusus sebelum pembukaan rekening baru untuk menghindari adanya kecurangan karena kekuasaan yang mereka miliki untuk melakukan kecurangan tertentu.

(18)

4.2.1.2 Indikator Prosedur Audit

Prosedur audit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Audit Service

Quality yaitu suatu audit yang biasanya dilakukan oleh pihak independen untuk

melihat apakah kualiatas jasa yang ditawarkan oleh penyedia jasa keuangan seperti Bank sudah sesuai atau tidak dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan masing-masing lembaga penyedia jasa keuangan. Dari hasil kuisioner yang dibagikan kepada 19 responden, menyebutkan ada 16 responden yang pernah mengadakan Audit Service Quality sedangkan 3 Bank lainnya tidak pernah mengadakannya. Jawaban kuisioner yang diperoleh dari responden akan disajikan di dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.16

Prosedur Audit (Kelompok 2) n=19

No. Pertanyaan Jawaban Responden

Ya Persentase Tidak Persentase

1.

Apakah Bank (perusahaan) tempat anda bekerja pernah melakukan audit service quality yang dilakukan oleh pihak eksternal yang independen?

16 84% 3 16%

TOTAL 19 84% 3 16%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Jawaban dari responden tersebut juga diperjelas dengan keterangan tambahan yang diberikan oleh responden. Keterangan tambahan tersebut menjelaskan Service

Audit Quality yang pernah dilakukan dimasing-masing Bank responden seperti yang

tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.17

Ringkasan Keterangan Prosedur Audit (Kelompok 2) n=19

Nomor Responden

Pertanyaan

Apakah Bank (perusahaan) tempat anda bekerja pernah melakukan audit service quality yang dilakukan oleh pihak eksternal yang independen?

1 Saat ini belum pernah bekerja dengan pihak eksternal. Yang ada saat ini adalah Misserioney Shopper pihak ke-3 yang digunakan untuk penilaian saja.

(19)

Tabel 4.17

Ringkasan Keterangan Prosedur Audit (Kelompok 2) n=19

Nomor Responden

Pertanyaan

Apakah Bank (perusahaan) tempat anda bekerja pernah melakukan audit service quality yang dilakukan oleh pihak eksternal yang independen?

2 Dilakukan Audit Service Quality setiap bulannya. 3 Tidak tahu.

4 Adanya MRI (Marketing Research Indonesian) pada setiap industri setiap bulannya. 5 1. Internal setiap 3 bulan; dan

2. Independen (MRI) baru mau ditahun 2013. 6 MRI.

7 Di handle kantor pusat, bukan dari cabang. 8 Diadakan oleh Bank Indonesia.

9 Dalam 1 tahun akan ada Audit Service Quality untuk menghadapi MRI dan meningkatkan kinerja.

10 Tidak tahu.

11

Setiap beberapa bulan sekali dilakukan survey internal dan eksternal. Untuk survey eksternal tersebut dilakukan secara diam-diam. Mereka memperhatikan cara kita bekerja dan melakukan penilaian. Kemudian file-file/arsip juga diperiksa apakah sudah memenuhi prosedur atau belum. Dan juga terdapat orang-orang yang disewa untuk menilai kualitas pelayanan Bank Bukopin, biasa disebut MRI/Misserisopper. 12 Untuk menunjang sesuai kualitas (kinerja) yang sesuai prosedur yang harus

dijalankan. 13 Tidak tahu. 14

Layanan BNI Emerald (Prioritas) harus steril terhadap orang lain selain petugas, yang ditunjuk dan ada ruang privacy nasabah. Layanan BNI Investment juga dilakukan oleh orang yang bersetifikat khusus (WAPERD).

15 Setiap sebulan sekali diadakannya audit.

16 Kami memiliki audit dari kantor pusat yang akan mengkoreksi pekerjaan kami. 17 Tidak tahu.

18 Ada satuan audit internal serta audit dari Bank Indonesia untuk melakukan pengawasan.

19 Ada. Namun hanya dilakukan didaerah sampling (acak) dan biasanya hanya dikantor pusat.

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari kecenderungan jawaban yang diberikan responden dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir semua Bank pernah melakukan Audit Service Quality walaupun terdapat 3 responden yang menyatakan tidak pernah melakukan audit tersebut. Ada beberapa responden yang menyatakan bahwa Audit Service Quality hanya dilakukan di kantor pusat sedangkan kantor cabang tidak. Salah satu jenis

Audit Service Quality yang dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari

responden adalah dengan diadakan survei internal dan eksternal setiap bulannya. Untuk survei eksternal dilakukan secara tersembunyi dan bertujuan untuk melakukan penilaian atas pekerjaan pegawai Bank serta arsip-arsip yang dimiliki oleh Bank

(20)

yang berkaitan dengan pelanggan selalu diperiksa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Dari informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa ada audit yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk melihat pengawasan secara langsung untuk menentukan apakah prosedur yang dilakukan sudah sesuai atau tidak.

4.2.1.3 Indikator Nasabah Reguler dan Prioritas

Pada umumnya, Bank memiliki 2 jenis nasabah yaitu nasabah prioritas dan reguler (umum). Nasabah reguler adalah nasabah yang pada umumnya harus mengantri dan mengikuti setiap peraturan yang ditetapkan oleh perbankan seperti mengantri jika ingin melakukan suatu transaksi di Bank. Jika dibandingkan dengan nasabah reguler, nasabah prioritas justru memperoleh perbedaan pelayanan. Hal ini disebabkan jumlah transaksi yang dimiliki oleh nasabah prioritas lebih besar dibandingkan dengan nasabah reguler dan faktor lainnya. Hal ini tentu membuat adanya kesenjangan antara nasabah prioritas dan nasabah reguler (umum). Sehingga dari masalah tersebut, penulis dalam hal ini ingin menekankan apakah benar terdapat perbedaan pelayanan dan pengendalian antara kedua nasabah tersebut serta melihat apakah perbedaan tersebut mengganggu independensi Bank atau tidak. Informasi yang diperoleh dari narasumber sesuai dengan pertanyaan yang ingin ditanyakan akan disajikan didalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.18

Nasabah Reguler dan Prioritas (Kelompok 3) n=19

No Pertanyaan Jawaban Responden

Ya % Tidak % Tidak Beri Tanggapan % 1.

Apakah terdapat nasabah reguler maupun prioritas dalam perusahaan bapak/ibu?

16 84% 3 16% 0 0%

2. Jika ada nasabah prioritas dan

(21)

Tabel 4.18

Nasabah Reguler dan Prioritas (Kelompok 3) n=19

No Pertanyaan Jawaban Responden

Ya % Tidak % Tidak Beri Tanggapan % perbedaaan pelayanan antara

kedua nasabah tersebut? 3.

Jika ada nasabah prioritas dan reguler, apakah terdapat perbedaaan pengendalian antara kedua nasabah tersebut?

13 68% 6 32% 0 0%

4.

Jika ada nasabah prioritas dan reguler, apakah perbedaan perlakuan kedua nasabah tersebut dapat mempengaruhi independensi dari pihak perusahaan?

1 5% 17 90% 1 5%

5.

Apakah bapak/ibu setuju dengan adanya perbedaan pelayanan nasabah reguler dan prioritas?

16 84% 2 11% 1 5%

TOTAL 61 64% 32 35% 2 1%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari informasi yang disajikan dari tabel 4.18 diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa 16 responden dengan persentase 84% menyatakan bahwa Bank tempat mereka bekerja terdapat nasabah prioritas dan reguler. Sedangkan 3 responden lainnya (16%) menyatakan tidak terdapat adanya nasabah prioritas dan reguler. 15 responden atau dengan persentase 79% menyatakan bahwa ada terdapat perbedaan pelayanan antara kedua nasabah tersebut. Sedangkan 4 responden lain (21%) menyatakan tidak ada perbedaan pelayanan antara kedua nasabah tersebut.

Untuk nasabah prioritas dan reguler dari informasi yang diperoleh, sebanyak 13 responden (68%) menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengendalian antara kedua nasabah tersebut. Sedangkan 6 responden lainnya (32%) menyatakan tidak ada perbedaan pengendalian antara kedua nasabah tersebut. Jika dikaitkan dengan independensi perusahaan/Bank atas perbedaan pelayanan tersebut, hanya 1 responden dengan persentase 5% yang menyatakan bahwa perbedaan perlakukan tersebut mempengaruhi independensi perusahaan/Bank. Sedangkan 17 responden

(22)

lainnya (90%) menyatakan bahwa perbedaan tersebut tidak mempengaruhi independensi perusahaan/Bank. Sedangkan 1 responden lainnya (5%) tidak menyatakan pendapat atas pertanyaan yang diajukan sehingga tidak dapat ditentukan apakah berpengaruh atau tidak.

Perbedaan kepentingan antara nasabah prioritas dan reguler yang diukur dari besarnya transaksi antara keduanya menyebabkan adanya perbedaan pelayanan antara kedua nasabah tersebut. Jika ditanyakan kepada responden apakah mereka setuju terhadap perbedaan pelayanan tersebut, sebanyak 16 responden atau setara dengan 84% menyatakan bahwa mereka setuju dengan perbedaan pelayanan tersebut karena terdapat perbedaan jumlah transaksi antar keduanya. Sedangkan 2 responden (11%) menyatakan tidak setuju dengan perbedaan pelayanan yang diberikan. Disamping itu, ada 1 responden (5%) yang tidak menyatakan pendapat apakah responden tersebut setuju dengan adanya perbedaan pelayanan antara kedua nasabah tersebut atau tidak. Keterangan mengenai nasabah reguler dan prioritas juga disajikan di dalam tabel dibawah ini sesuai dengan informasi yang diperoleh dari responden.

Tabel 4.19

Ringkasan Keterangan Nasabah Regular dan Prioritas (Kelompok 3) n=19

No. Responden

Pertanyaan

Jika ada nasabah prioritas dan reguler, apakah terdapat perbedaan pelayanan antara kedua nasabah tersebut?

1

Menurut saya pribadi, semua Bank menerapkan hal ini untuk menjaga agar nasabah prioritas tetap bertahan di Bank yang bersangkutan, karena nasabah prioritas mendatangkan keuntungan yang signifikan.

2 Pelayanan kunjungan kerumah oleh Team Marketing Bank.

3 Ada Lounge khusus untuk nasabah Priority di beberapa tempat yang tersedia. 4 Nasabah prioritas tidak perlu antri di Teller dan Customer Service langsung di

Handle oleh Special Purpose Vehicle (SPV).

5 Prioritas fleksibel datang diatas jam 3 bisa, jika mau ambil uang, cair deposito, masuk deposito secara fleksibel.

6 Nasabah prioritas dan nasabah reguler lebih dilayani dengan standar yang sama. 7 Tidak tahu.

8 Nasabah prioritas pada umumnya didahulukan karena di Bank sendiri terdapat Teller dan Customer Services khusus untuk nasabah prioritas.

9 1. Nasabah prioritas: - memiliki ruangan /fasilitas khusus; dan - Petugas Bank Priority Banking.

(23)

Tabel 4.19

Ringkasan Keterangan Nasabah Regular dan Prioritas (Kelompok 3) n=19

No. Responden

Pertanyaan

Jika ada nasabah prioritas dan reguler, apakah terdapat perbedaan pelayanan antara kedua nasabah tersebut?

2. Nasabah reguler: Ke loket biasa. 10 Tidak tahu.

11

Kalau yang regular tidak diberikan fasilitas yang lebih. Kalau yang prioritas lebih diutamakan. Fasilitas yang didapat antara lain bebas antri, parkir dimana saja, pick up service (apabila mau buka tabungan,deposito, dan giro bisa dibantu oleh marketingnya, dan nasabah hanya terima beres), langganan majalah tempo, gatra, dan info Bank setiap bulan. Disamping itu juga diberikan fasilitas exclusive lounge di beberapa bandara, ruang tunggu yang nyaman, pelayanan istimewa di hari ulang tahun, dan lain-lain.

12 Tidak tahu. 13 Tidak tahu.

14 Untuk nasabah reguler tetap mengantri dalam melakukan transaksi. Untuk nasabah Emerald (Prioritas) tidak perlu untuk mengantri.

15 Tidak tahu. 16 Tidak tahu.

17 Nasabah prioritas segera mendapatkan pelayanan tanpa harus antri/ diutamakan. 18

1. Bebas antri; 2. Ada Lounge sendiri; 3. Bebas parkir; dan

4. Jika dibandara ada ruang tunggu prioritas.

19 Nasabah prioritas dan reguler di Bank Pundi berlaku bagi nasabah Funding. Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari informasi yang disajikan diatas dapat dilihat adanya perbedaan pelayanan antara nasabah prioritas dan nasabah reguler. Perbedaan pelayanan tersebut berupa:

1) Untuk nasabah prioritas terdapat lounge atau tempat khusus yang sudah disediakan;

2) Jika melakukan transaksi, nasabah reguler harus mengantri sesuai dengan antrian yang ada. Namun, nasabah prioritas tidak perlu untuk mengantri untuk melakukan transaksi;

3) Bebas parkir dimana saja ditempat yang sudah disediakan; 4) Ada pelayanan jika nasabah berulang tahun;

(24)

6) Ada ruangan tersendiri di Bank jika ingin melakukan transaksi dan dilayani

customer service khusus yang disediakan; dan

7) Waktu transaksi lebih fleksibel. Jika nasabah reguler rata-rata maksimal pukul 15.00 wib, nasabah prioritas lebih fleksibel. Artinya dapat melakukan transaksi diatas jam 15.00 wib seperti pencairan deposito.

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Untuk nasabah prioritas dan reguler, dari informasi yang diperoleh dari responden terdapat pengendalian yang berbeda antara kedua nasabah tersebut. perbedaan pengendalian tersebut dapat berupa bahwa nasabah prioritas memiki

Relationship Manager masing-masing, Untuk melakukan transaksi nasabah prioritas

langsung ditangani oleh SPV atau kepala seksi, dan lebih banyak diajak Tabel 4.20

Ringkasan Keterangan Nasabah Reguler dan Prioritas (Kelompok 3) n=19

Nomor Responden

Pertanyaan

Jika ada nasabah prioritas dan reguler, apakah terdapat perbedaaan pengendalian antara kedua nasabah tersebut?

1 Tidak tahu. 2 Tidak tahu.

3 Setiap nasabah Priority memiliki Relationship Manager sendiri. 4 Langsung di Handle Oleh SPV.

5 Idem.

6 Untuk nasabah prioritas, ada petugas khusus yang melayani kebutuhan transaksinya. 7 Tidak tahu.

8 Ada. Karena nasabah prioritas punya bagian tersendiri untuk menangani. 9 1. Nasabah prioritas: dilayani kepala seksi langsung; dan

2. Nasabah reguler: dilayani oleh petugas Bank sesuai dengan kebutuhan mereka. 10 Tidak tahu.

11 Prioritas lebih diutamakan dan bebas antri dan biasanya nasabah hanya duduk di ruang tunggu dan semua diurus oleh marketing.

12 Tidak tahu. 13 Tidak tahu. 14

- Untuk nasabah reguler dalam rangka penarikan giro/tabungan kami selalu minta konfirmasi;

- Untuk nasabah prioritas (Emerald) biasanya nasabah yang bersangkutan harus datang dan tidak perlu di konfirmasi.

15 Lebih banyak diajak berkomunikasi agar lebih dekat. 16 Tidak tahu.

17 Tidak tahu.

18 - Hanya diberikan kemudahan dalam bertransaksi agar tidak repot; dan - Semua pengendalian nasabah sama.

(25)

berkomunikasi agar lebih dekat atau akrab. Sedangkan beberapa responden tidak memberikan pendapat atas perbedaan pengendalian antara kedua nasabah tersebut. Namun, ada juga responden yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan pengendalian antara kedua nasabah tersebut.

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Berdasarkan informasi yang disajikan diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun terdapat perbedaan pelayanan dan pengendalian antara nasabah prioritas dan reguler, hal tersebut tidak mengganggu independensi dari masing-masing Bank.

4.2.1.4 Indikator Tindak Pidana Pencucian Uang

Tindak pidana Pencucian Uang pada umumnya melibatkan sektor perbankan, sehingga penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh tindak pidana Pencucian Uang tersebut pada mekanisme perbankan. Informasi diperoleh dengan menanyakan kepada responden mengenai kebijakan yang terdapat

dimasing-Tabel 4.21

Ringkasan Keterangan Nasabah Reguler dan Prioritas (Kelompok 3) n=19

Nomor Responden

Pertanyaan

Jika ada nasabah prioritas dan reguler, apakah perbedaan perlakuan kedua nasabah tersebut dapat mempengaruhi independensi dari pihak perusahaan 1 Tidak. 2 Tidak. 3 Tidak. 4 Tidak. 5 Tidak. 6 Tidak. 7 Tidak. 8 Tidak. 9 Tidak. 10 Tidak. 11 Tidak. 12 Tidak. 13 Tidak. 14 Tidak. 15 Tidak. 16 Tidak. 17 Tidak.

18 Tidak, karena memiliki kontrol yang berbeda.

(26)

masing Bank yang berkaitan dengan pencegahan tindak pidana Pencucian Uang. Pertanyaan yang ditanyakan kepada responden disajikan didalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.22

Pencucian Uang (Kelompok 4) n=19

No. Pertanyaan

Jawaban Responden Ya % Tidak % Tidak Beri

Tanggapan %

1.

Apakah perusahaan ikut berperan dalam mendukung program anti tindak pidana Pencucian Uang?

19 100% 0 0% 0 0%

2.

Dalam mencegah praktek Pencucian Uang, banyak peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah guna mengatasi pencucian uang seperti Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum. Apakah perusahaan menerapkan peraturan tersebut?

19 100% 0 0% 0 0%

3.

Apakah terdapat kondisi pengecualian sehingga Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum tidak dapat di terapkan di dalam perusahaan?

0 0% 19 100% 0 0%

4.

Selain peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatasi tindak pidana Pencucian Uang, apakah perusahaan mempunyai mekanisme atau peraturan tersendiri untuk mengatasi tindak pidana Pencucian Uang?

14 74% 5 26% 0 0%

5.

Apa terdapat pengaruh tindak pidana Pencucian Uang terhadap mekanisme perbankan dalam hal pengendalian terhadap nasabah baik Pencucian Uang yang terjadi pada internal maupun eksternal?

11 58% 5 26% 3 16

%

TOTAL 63 66% 29 31% 3 3%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Untuk pertanyaan yang berkaitan dengan tindak pidana Pencucian Uang, maka beberapa pertanyaan diatas menggambarkan informasi yang diperoleh dari beberapa pertanyaan yang ditanyakan. Dari 19 responden yang menjadi responden

(27)

dalam penelitian ini, menyatakan bahwa 19 responden tersebut (100%) ikut mendukung program anti tindak pidana Pencucian Uang. Untuk mendukung program Pemerintah mengenai tindak pidana Pencucian Uang, maka Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum. Dalam hal ini, semua responden (100%) menyatakan menerapkan prinsip yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tersebut dan tidak terdapat pengecualian yang menyebabkan peraturan BI tersebut tidak dapat diterapkan dalam kegiatan operasional perbankan.

Untuk mengatasi tindak pidana Pencucian Uang yang semakin marak, biasanya perusahaan/Bank memiliki peraturan atau mekanisme tersendiri disamping peraturan Bank Indonesia untuk mencegah adanya tindak pidana Pencucian Uang yang melibatkan jasa perbankan. Dalam hal ini, sebanyak 14 responden atau dengan persentase 74% menyatakan memiliki suatu mekanisme atau peraturan tersendiri selain peraturan Bank Indonesia. Sedangkan 5 responden (26%) lainnya menyatakan tidak memiliki peraturan atau mekanisme tersendiri yang berkaitan dengan tindak pidana Pencucian Uang. Jika ditanyakan apakah terdapat pengaruh tindak pidana Pencucian Uang terhadap mekanisme perbankan, sebanyak 11 responden (58%) menyatakan bahwa memang terdapat pengaruh antara keduanya. Sedangkan 5 responden lainnya menyatakan tidak terdapat pengaruh tindak pidana Pencucian Uang terhadap mekanisme perbankan. Sedangkan 3 responden lainnya (16%) tidak menyatakan pendapat antara hubungan keduanya.

Beberapa pertanyaan tersebut memerlukan penjelasan tambahan dari responden agar tidak menimbulkan adanya perbedaan pemahaman. Keterangan

(28)

tambahan yang diberikan oleh responden akan disajikan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.23

Ringkasan Keterangan Pencucian Uang (Kelompok 4) n=19

No. Responden

Pertanyaan

Apakah perusahaan ikut berperan dalam mendukung program anti tindak pidana Pencucian Uang?

1

Kami sudah menerapkan CDD (Customer Due Dilligence) dan EDD (Enhanced Due Dilligence) dan kami sudah mempunyai sistem aplikasi yang mendukung hal ini.

2 Adanya sistem monitoring untuk AML (Anti Money Laundering). 3 Regulasi dan peraturan yang ditetapkan oleh BI harus tegas dijalankan. 4 Bank selalu memperhatikan transaksi keuangan mencurigakan, nominal besar

yang sering dilakukan.

5 Tinjau tujuan pembukaan rekening, PMPJ, dan lain-lain.

6 Setiap nasabah yang akan membuka rekening akan diminta data-data yang memenuhi persyaratan pembukaan rekening.

7 Tidak tahu. 8

- Ikut. Membuat CIR setiap penarikan tunai dengan nominal minimal Rp. 500.000.000,00; dan

- Menggolongkan nasabah antara High Risk & Low Risk. 9

Setiap transaksi diatas Rp.100.000.000,00 mengisi formulir PMPJ. Hal ini merupakan tindakan awal seorang Customer service dalam antisipasi Pencucian Uang.

10 Tidak tahu.

11

Memang kita perlakukan nasabah prioritas lebih spesial karena dilihat juga dari saldonya yang jauh lebih besar daripada nasabah regular. Namun untuk standar prosedur Bank tetap dijalankan sesuai PKO (Perjanjian Kerjasama Operasional). Jika tidak memenuhi prosedur maka kita tetap tidak bisa proses, kita tunggu sampai semuanya lengkap.

12 Tidak tahu.

13 Sesuai aturan Bank Indonesia. 14

Pegawai apapun dapat melakukan pelaporan melalui sarana WBS (Whistle Blower System) tanpa diketahui orang yang dicurigai untuk pegawai. Untuk nasabah melalui KTP selalu dicek keabsahannya.

15 Menerapkan aturan terbaru atau Update informasi dari Bank Indonesia. 16 Tidak tahu.

17 Mengamati alur keluar masuk rekening atau dana nasabah.

18 Penerapan prinsip PMPJ, lihat sumber dana, jika terlalu besar akan ditelusuri. 19 Dimana di Bank Pundi kami menolak jika ada transaksi yang teridentifikasi

Pencucian Uang. Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari keterangan responden tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua Bank ikut berperan dalam mendukung program anti tindak pidana Pencucian Uang. Bentuk peranan yang dilakukan oleh Bank dalam mendukung program tersebut

(29)

adalah dengan adanya Whistle Blower System tanpa diketahui dari pihak manapun. Peran lain yang dilakukan oleh Bank adalah meskipun terdapat perbedaan pelayanan terhadap nasabah prioritas, jika transaksi nasabah prioritas tersebut mencurigakan tetap saja harus diproses sesuai ketentuan yang berlaku. Peraturan atau mekanisme lain yang diterapkan oleh Bank dalam mendukung program anti tindak pidana Pencucian Uang adalah dengan menerapkan peraturan Bank Indonesia secara tegas dan tidak ada kondisi pengecualian sehingga peraturan tersebut tidak dapat dijalankan.

Tabel 4.24

Ringkasan Keterangan Pencucian Uang (Kelompok 4) n=19

Nomor Responden

Pertanyaan

Selain peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatasi tindak pidana pencucian uang, apakah perusahaan mempunyai mekanisme atau peraturan tersendiri untuk mengatasi tindak pidana pencucian uang? 1

1. Untuk nasabah kredit, kami selalu Cross Chek melalui Bank Indonesia dan Bank lain untuk melihat kualitas nasabah tersebut; dan

2. Untuk peraturan mengenai diatas kami selalu meminta data di isi lengkap. 2 Tidak tahu.

3

Setiap personal karyawan harus aware terhadap setiap transaksi nasabah dan tidak tunduk pada nasabah sehingga kecurigaan-kecurigaan terhadap hal-hal tersebut bisa ditelusuri dan ditindaklanjuti sesuai prosedur.

4

Terdapat tim atau divisi khusus yang mengamati transaksi keuangan nasabah serta menginvestigasi nasabah. Selain itu, terdapat formulir-formulir lengkap yang harus diisi oleh nasabah bila nominal transaksi yang cukup besar.

5 Rahasia.

6 Untuk nasabah lepas yang memiliki transaksi yang tidak wajar akan diminta data selengkap mungkin.

7 Kebijakan Internal (Confidential). 8 Tidak tahu.

9 Di BTN memiliki Web tersediri untuk nasabah berbasis resiko tinggi. 10 Tidak tahu.

11

Identifikasi terkait identitasnya untuk seluruh nasabah dan sumber dananya. PEP (Political Expose Person) dilakukan untuk istri, anak, dan cucu kemudian dilakukan EDD (interview yang dilakukan lebih mendalam dilakukan oleh koordinator cabang) yang lebih tinggi dari Customer Services. Bila terjadi tindak pidana Pencucian Uang maka kita akan melakukan pemblokiran dan dilaporkan ke pihak yang lebih lanjut (untuk nasabah umum). Jika yang melakukan itu adalah orang dalam sendiri maka akan diberikan skorsing/sanksi tergantung masing-masing tindakannya.

12

1. Training APU-APT. APT (Anti Pencucian Uang) dan APT (Anti Pendanaan Terorisme)

2. Memberi sanksi-sanksi yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak sesuai kontrak perjanjian awal bekerja (untuk karyawan).

13 Tidak tahu. 14 Tidak tahu.

(30)

Tabel 4.24

Ringkasan Keterangan Pencucian Uang (Kelompok 4) n=19

Nomor Responden

Pertanyaan

Selain peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatasi tindak pidana pencucian uang, apakah perusahaan mempunyai mekanisme atau peraturan tersendiri untuk mengatasi tindak pidana pencucian uang? 16 Tidak tahu.

17 Tidak tahu.

18 Tidak menyimpang dari peraturan Bank Indonesia dan bersifat operasional.

19 Dengan cara penetapan jumlah transaksi baik nasabah maupun bukan nasabah (Walk In Customer).

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Berdasarkan penelusuran atas Peraturan lain yang dimiliki oleh perusahaan/Bank selain Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum sesuai informasi yang disajikan diatas (tabel 4.24) adalah:

1) Untuk nasabah kredit selalu dilakukannnya cross check dari Bank Indonesia maupun Bank lainnya untuk melihat kualitas nasabah;

2) Terdapat tim atau divisi khusus yang mengamati transaksi keuangan mencurigakan oleh nasabah serta melakukan investigasi;

3) Ada web tersendiri untuk nasabah beresiko tinggi;

4) Ada training atau pelatihan mengenai Anti Pencucian Uang; dan

5) Penetapan jumlah transaksi baik kepada nasabah maupun WIC (Walk In

Customer).

Dari beberapa peraturan tersebut, ada juga beberapa responden yang menyatakan memiliki peraturan tersendiri yang berkaitan dengan tindak pidana Pencucian Uang. Namun, peraturan ini dirasa merupakan kebijakan internal yang bersifat rahasia sehingga tidak di publikasikan.

(31)

Tabel 4.25

Ringkasan Keterangan Pencucian Uang (Kelompok 4) n=19

Nomor Responden

Pertanyaan

Apa terdapat pengaruh tindak pidana Pencucian Uang terhadap mekanisme perbankan dalam hal pengendalian terhadap nasabah baik pencucian uang yang terjadi pada internal maupun eksternal?

1 Sangat besar pengaruhnya karena aliran dana tersebut melalui Bank yang bersangkutan.

2 Tidak tahu.

3 Ketelitian, dan PMPJ harus diterapkan. Transaksi cash/tarik tunai/setor tunai dalam jumlah besar tidak/jarang terjadi.

4 Tidak tahu. 5 Tidak tahu. 6 Tidak tahu.

7 Ya, pengalaman historis berpengaruh terhadap kebijakan mitigasi money laundry yang dikembangkan oleh internal Bank.

8 Lebih selektif dalam menerima nasabah baru, contoh melakukan wawancara terhadap nasabah..

9 Sangat mempengaruhi karena menyangkut citra dan Perfomance Bank. 10 Tidak tahu.

11 Semua yang terkait tindak Pencucian Uang yang akan merugikan Bank itu sendiri baik secara keuangan (profit) maupun citra dan kredibilitas Bank itu sendiri. 12 Pencucian Uang yang terjadi baik di internal maupun eksternal itu tergantung dari

masing-masing niat dan sifat seseorang.

13 Peraturan Bank Indonesia akan dikenakan terhadap pelanggan tersebut. Karena hal tersebut sudah masuk dalam peraturan internal yang harus dijelaskan.

14 Dalam hal mengelola nasabah Emerald (prioritas), pihak BNI melayani melalui satu pintu sehingga nasabah tidak bingung dan tidak dirugikan.

15 Tidak tahu. 16 Tidak tahu. 17 Tidak tahu.

18 Takut adanya terkait dengan intansi pemerintahan seperti hukum dan lebih waspada. 19 Tidak tahu.

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari informasi yang diperoleh dari responden, terdapat adanya pengaruh tindak pidana Pencucian Uang terhadap mekanisme perbankan. Salah satu pengaruh yang dirasakan langsung adalah kebijakan mitigasi money laundry yang dikembangkan oleh Bank. Pengaruh lain dengan adanya tindak pidana Pencucian Uang ini adalah meningkatnya ketelitian dan PMPJ (Prinsip Mengenal Pengguna Jasa) semakin ditegaskan, transaksi dalam jumlah besar baik transfer maupun tunai semakin jarang dilakukan, serta terdapat kerugian dengan adanya tindak pidana tersebut baik dari segi materi maupun citra Bank itu sendiri.

(32)

4.2.1.5 Indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan

Dalam hal ini, pertanyaan yang ingin diajukan kepada narasumber adalah untuk melihat apakah pernah terdapat adanya transaksi keuangan mencurigakan yang pernah terjadi pada Bank dimana responden bekerja. Setelah mengetahui apakah ada tidaknya transaksi mencurigakan, kemudian ditanyakan kembali apakah terdapat tindakan lanjutan yang dilakukan untuk mengatasi tindak transaksi keuangan mencurigakan, dan pertanyaan lainnya yang berkaitan dengan transaksi keuangan mencurigakan lainnya. Untuk lebih jelasnya mengenai informasi yang ditanyakan kepada responden maka akan disajikan didalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.26

Transaksi Keuangan Mencurigakan (Kelompok 5) n=19

No. Pertanyaan Jawaban Responden

Ya Persentae Tidak Persentase 1.

Sejak kantor cabang ini beroperasi, apakah pernah terdapat indikasi transaksi keuangan mencurigakan?

8 42% 11 58%

2.

Jika terdapat transaksi keuangan

mencurigakan oleh nasabah, apakah terdapat tindakan lanjutan diambil?

17 89% 2 11%

3.

Apakah perusahaan mempunyai kriteria tersendiri dalam menentukan transaksi nasabah mana yang masuk ke dalam kategori mencurigakan?

18 95% 1 5%

4.

Menurut Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) lembaga yang menangani tindak pidana pencucian uang menetapkan jumlah nominal yang termasuk ke dalam transaksi yang mencurigakan sedikitnya Rp.500.000.000,00. Menurut peraturan perusahaan Bapak/Ibu apakah ada batasan nominal yang termasuk ke dalam transaksi keuangan mencurigakan?

11 58% 8 42%

TOTAL 54 71% 22 29%

Sumber: Data Primer Diolah 2013

Sejak kantor cabang (pusat) beroperasi, sebanyak 8 responden (42%) menyatakan bahwa perusahaan/Bank dimana tempat mereka bekerja pernah terdapat

(33)

indikasi transaksi keuangan mencurigakan. Sedangkan 11 responden atau dengan persentase 58%, menyatakan bahwa Bank tempat mereka bekerja tidak pernah terdapat indikasi transaksi keuangan mencurigakan. Jika terdapat indikasi transaksi keuangan mencurigakan oleh nasabah, sebanyak 17 responden (89%) menyatakan ada tindakan lanjutan yang dilakukan oleh Bank untuk menangani transaksi tersebut. Sedangkan 2 responden lainnya dengan persentase 11% menyatakan tidak ada tindakan lanjutan yang dapat diambil jika terdapat indikasi transaksi keuangan mencurigakan oleh nasabah.

Untuk menentukan apakah transaksi tertentu termasuk kedalam transaksi keuangan mencurigakan atau tidak, sebanyak 18 responden atau dengan persentase 95% menyatakan bahwa perusahaan atau Bank memiliki kriteria tertentu untuk menentukan apakah transaksi tersebut digolongkan transaksi keuangan mencurigakan atau tidak. Sedangkan 1 responden (5%) menyatakan tidak memiliki kriteria tertentu untuk menentukannya. Menurut PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) lembaga yang menangani tindak pidana Pencucian Uang, menetapkan batasan nominal yang termasuk ke dalam transaksi yang mencurigakan sedikitnya Rp.500.000.000,00. Menurut 11 responden atau dengan persentase (58%) menyatakan bahwa perusahaan/Bank memiliki batasan nominal untuk menentukan bahwa transaksi tersebut mencurigakan atau tidak. Sedangkan 8 responden lainnya (42%) menyatakan tidak ada batasan untuk menentukan apakah transaksi tersebut mencurigakan atau tidak.

Keterangan tambahan mengenai informasi tersebut diberikan oleh narasumber untuk menambah pengetahuan penulis akan informasi yang dibutuhkan. keterangan tambahan tersebut disajikan didalam tabel dibawah ini.

(34)

Tabel 4.27

Ringkasan Keterangan Transaksi Keuangan Mencurigakan (Kelompok 5) n=19

No. Responden

Pertanyaan

Sejak kantor cabang ini beroperasi, apakah pernah terdapat indikasi transaksi keuangan mencurigakan?

1 Tidak tahu. 2 Tidak tahu.

3 Salah satunya rekening penipuan/penampungan penipuan. 4 Tidak tahu.

5 Rahasia.

6 Rekening nasabah yang pekerjaan dan gaji sedang bertransaksi dalam jumlah yang besar. 7 Confidential. 8 Tidak tahu. 9 Tidak tahu. 10 Tidak tahu. 11

Ada beberapa kasus yang sebenarnya kita tidak terlalu curiga karena semua persyaratan lengkap dan semua berjalan baik-baik saja selama 3 bulan, namun ternyata setelah 3 bulan itu kami mendapat kabar bahwa nasabah tersebut terindikasi kasus penipuan, dan nasabah tersebut menggunakan KTP palsu.

12 Tidak tahu. 13 Tidak tahu. 14 Tidak tahu.

15 Transaksi dalam nominal yang besar. 16 Tidak tahu.

17 Penipuan biasanya dalam modus jual-beli Online, modus mendapatkan hadiah (nasabah mentransfer sejumlah dana).

18 Tidak tahu. 19 Tidak tahu. Sumber: Data Primer Diolah 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Bank dimana responden bekerja ada terdapat transaksi keuangan mencurigakan dan ada yang tidak. Salah satu transaksi keuangan mencurigakan yang disebutkan oleh responden adalah bahwa ada seorang nasabah yang sudah melakukan transaksi selama 3 bulan namun pada bulan berikutnya diperoleh informasi bahwa nasabah tersebut melakukan penipuan dan menggunakan kartu identitas palsu. Transaksi keuangan mencurigakan lain yang pernah terjadi pada Bank tempat responden bekerja adalah nasabah tertentu menampung adanya tindak penipuan. Namun, ada responden yang tidak menyebutkan transaksi keuangan mencurigakan yang pernah terjadi karena hal tersebut dianggap rahasia sehingga tidak dipublikasikan.

(35)

Tabel 4.28

Ringkasan Keterangan Transaksi Keuangan Mencurigakan (Kelompok 5) n=19

No. Responden

Pertanyaan

Jika terdapat transaksi keuangan mencurigakan oleh nasabah, apakah terdapat tindakan lanjutan diambil?

1 Melaporkan ke UKPN (Unit Kerja Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah) untuk diteruskan ke PPATK.

2 Akan diproses lebih lanjut oleh departemen AML kantor pusat. 3 Report, penelusuran, dan lapor PPATK.

4 Tidak tahu.

5 Lapor ke bagian Compliance.

6 Mendatangi nasabah apakah data sesuai dengan yang ada di lapangan. 7 Confidential.

8 Wawancara nasabah lebih lanjut dan apabila terbukti akan dilaporkan ke pihak berwenang.

9 Langsung menelusuri ke alamat sesuai pada KTP dan pada formulir pembukaan rekening.

10 Tidak tahu. 11

Ketika kami mendapat info tersebut, maka kami lakukan pemblokiran rekening tersebut dan melaporkan orang tersebut ke pihak yang berwajib. Untuk identitas (KTP) palsu tersebut, kami juga cross check kebenarannya kepada RT, RW, Kelurahan dan Camat setempat. Dan ternyata rumah di KTP palsu itu milik orang lain.

12 1. Cek nomor rekening nasabah tersebut; dan 2. Memeriksa identitas nasabah.

13 Tidak tahu. 14

1. Melaporkan ke kelurahan untuk memeriksa keabsahan KTP yang dicurigai palsu; dan

2. Segera melakukan kunjungan langsung terhadap alamat sesuai KTP yang dicurigai palsu.

15 Konfirmasikan asal-usul dana tersebut. 16 Menghubungi nasabah.

17 Berdasarkan laporan nasabah. Jika tidak ada laporan tidak ada yang ditindaklanjuti. Atau tidak ada dokumen sumber informasi.

18

1. Laporkan ke pihak internal; 2. Menelusuri transaksi; dan

3. Laporkan kepihak berwenang yaitu PPATK.

19 Kita biasanya memberikan pertanyaan kepada nasabah yang bersangkutan tersebut. Sumber: Data Primer Diolah 2013

Jika ada transaksi yang dianggap mencurigakan maka ada tindakan yang diambil oleh Bank seperti:

1) Melaporkan kepada PPATK; 2) Dilakukan penelusuran laporan;

3) Melaporkan ke kelurahan untuk memeriksa keabsahan kartu identitas yang dimiliki;

Referensi

Dokumen terkait

Terminal Petikemas Surabaya harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat kerusakan, kekurangan, dan kehilangan petikemas serta barang muatan yang ada di dalamnya pada

Sejalan dengan rumusan masalah maka, tujuan dilakukannya pengembangan dan penelitian ini adalah mengembangakan RPP dengan kerangka kerja ELPSA untuk

Ekstensifikasi pertanian di lahan basah ini lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan lahan kering karena umumnya daerah lahan basah ini jauh dari pemukiman

1) Dua (2) orang dosen ahli materi, yang memiliki kompetensi di bidang genetika. Reviewer dalam penelitian ini berperan dalam proses pembimbingan sebelum modul diuji coba

• Bagi mengukuhkan rangka kerja Syariah bagi industri kewangan Islam, Bank Negara Malaysia telah meminda Akta Bank Negara Malaysia 1958 pada tahun 2003 bertujuan menaik taraf

Perancangan interior “Rumah Anjing” ini merupakan suatu wadah yang bukan hanya sekedar untuk menitipkan anjing kesayangan mereka saat mereka berpergian, atau bagi

Jika tidak mampu berhenti mimum kopi selama hamil, menurut Food Standars Agency (FSA), minum kopi dengan jumlah sedang tidak mengganggu kesehatan atau bayi dalam kehamilan dan

Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka perlu diketahui pengaruh dosis dolomit dan pupuk fosfor yang tepat sehingga dapat memperbaiki