• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh WAHYUNI R. NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh WAHYUNI R. NIM :"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA NYARING PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA

SISWA KELAS IV SDN 166 TURUCINNAE KABUPATEN BONE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh WAHYUNI R. NIM :10540 9339 14

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

(2)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Allah mengangkat derajat orang yang beriman di antara kalian serta orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat (Al-Mujadaah: 11)

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan do’a karena sesungguhnya nasib seorang manusia

tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.

Jangan biarkan siapapun mematikan mimpi anda…………

Persembahan Skripsi ini kupersembahkan kepada Agamaku, kedua orang tuaku, keluarga serta sahabat yang telah banyak membantu saya dengan tulus sehingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini,

(3)

ABSTRAK

Wahyuni R. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script Terhadap Kemampuan Membaca Nyaring Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Murid Kelas IV SDN 166 Turucinnae Kabupaten Bone.Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Muhammad Akhir. dan Sri Rahayu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Cooperative Script terhadap kemampuan membaca nyaring pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada murid kelas IV SDN 166 Turucinnae kabupaten Bone.desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah one-group pretest-posttest design.penelitian ini mengambil sampel sebanyak 16 orang murid. Instrument penelitian ini berupa tes hasil belajar pretest kemudian tes hasil belajara posttes.

Validitas tes dihitung dengan validitas konstruks (construct validity). Unruk mengukur validitas konstruk dapat menggunakan pendapat dari ahli (expert judgement). Dalam hal ini ahli yang diminati pendapatnya ialah dosen pembimbing. Setelah dilakukan pengujian hipotesis diperoleh thitung sebesar 6,91

pada taraf signifikasi α = 0,05 dan dk = N – 1 = 16 – 1 = 15 maka diperoleh ttabel =

2,13. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak karena 6,91 > 2,13, sehingga

dapat disimpilkan bahwa terdapay pengaruh model Cooperative Script terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia. Sedanglan factor yang mempengaruhi kurangnya hasil belajar burud terdiri dari factor internal dan factor eksternal.Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapan disimpulkan hasil belajar Bahasa Indonesia murid kelas IV SDN 166 Turucinnae kabupaten Bone melalui penerapan model Cooperative Script dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami peningkatan.

(4)

KATA PENGANTAR

“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Alhamdulillah segala Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan dan Rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script Terhadap Kemampuan Membaca Nyaring Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Murid Kelas IV SDN 166 Turucinnae Kabupaten Bone”. Penyusunan Skripsi Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Syarat menempuh ujian sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai Ayahanda Rusli Dg. Laja dan Ibunda Hasbiah Dg. Ngai sembah sujud teruntuk Beliau berkat cinta dan kasih sayangnya dengan penuh kesabaran dan keuletan mencurahkan baik materi maupun spriritual tiada hentinya hingga Ananda dapat tumbuh menjadi manusia yang berguna “ Kalian adalah Pahlawanku dan Inspirasiku”.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di sekolah. Dengan selesainya Skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati tanpa mengurangi rasa hormat penulis mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang diberikan kepada :

Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D, selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiayah Makassar. Sulfasyah MA., Ph.D dan Sitti Fitriani Shaleh , S.Pd., M.Pd, selaku ketua prodi dan Sekretaris Program Studi

(5)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Unismuh Makassar. Dr. Muhammad Akhir, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I dan Sri Rahayu, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta candaan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, pengalaman, serta bantuan yang tidak dapat terhitung kepada penulis selama berada di dalam maupun di luar bangku perkuliahan. Kepada Kepala Sekolah SDN 166 Turucinnae Kab. Bone. Beserta guru-gurunya yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SDN 166 Turucinnae Kab. Bone. Kepada tante dan om maupun sepupu-sepupuku yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu, terima kasih atas segala bantuan yang di berikan kepada penulis baik dalam proses perkuliahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Sangat Spesial juga buat sahabat-sahabatku.Erly Fitria, Syamsinar Ramdani, Novikasari, Reski Umi Rahayu, Dian Anggi Pratiwi, Hartina, Nining Eliska, Asti A. dan Jusman Arif. Sahabat seperjuangan saya yang sudah saya anggap seperti saudara sendiri. Walau persaudaraan dan persahabatan kita sering diterpa masalah tapi kalian adalah saudara-saudara yang selalu ada untuk saya di dalam suka maupun duka.

Dan buat senior-senior, Terima Kasih atas ilmu yang kalian ajarkan untuk membuat saya semakin dewasa, semoga kita semua bisa meraih impian kita.Dan

(6)

seluruh penghuni kelas PGSD 14 I yang telah mengajarkan saya tentang arti sebuah kebersamaan dan persaudaraan.

Dalam penulisan ini, Penulis telah melakukan yang terbaik.Tapi apabila ada kesalahan dan kekurangan, Penulis memohon Maaf dan untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan.Semoga tulisan ini dapat bernilai dan memberi manfaat nyata bagi kita semua.

Makassar, Juli 2018 Penulis

WAHYUNI R. NIM : 10540933914

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat berjalan dengan baik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Menurut Aninditya Sri Nugraheni, 2012. Bahasa merupakan alat kumunikasi yang paling efektif digunakan, sebab dengan menggunakan bahasa manusia dapat saling berhubungan, berinteraksi, berbagi pengalaman, belajar antara satu dengan yang lain, bekerjasama, menjalin hubungan persaudaraan antar komunitas, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Bahasa mempunyai kedudukan bahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab dengan menggunakan bahasa manusia dapat

(8)

menyampaikan pesan, pikiran, perasaan dan pengalaman kepada orang lain. Maka dari itu bahasa perlu diajarkan sejak dini, karena nantinya dapat dipergunakan sebagai landasanuntuk jengjang yang lebih lanjut.

Pada hakikatnya, siswa belajar bahasa Indonesia adalah belajar melalui bahasa dan belajar tentang bahasa. Pengembangan bahasa pada anak memerlukan kesempatan yang banyak bagi anak untuk menggunakan bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu lingkungan

pendidikan yang memberikan kesempatan yang banyak bagi siswa untuk menggunakan bahasa didalam cara-cara yang fungsional.

Menurut Cunningsworth, 1995 ada dua dimensi kompleks belajar bahasa, yaitu konteks bahasa dan konteks anak. Konteks bahasa anatara lain mensyaratkan bahwa bahasa yang dipelajari itu harus secara utuh dan tidak lepas-lepas serta jelas ragamnya. Pada konteks anak mensyaratkan bahasa yang dipelajri itu harus sesuai dengan lingkungan, kebutuhan bahasa, kematangan jiwa,dan minat anak.Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Cunningsworth, pemilihan bahan ajar sudah sepatutnya mempertimbangkan kedua konsep tersebut.

Pentingnya bahasa bagi kehidupan manusia, sama seperti halnya dengan pentingnya bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan dan alat komunikasi dengan berbagai suku di Indonesia. Bahasa Indonesia juga tidak terlepas dari kebudayaan bangsa Indonesia, sehigga bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai pengaruh besar dalam dunia pendidikan.

(9)

Pembelajaran bahasa Indonesia perlu dikembangakan agar kemampuan siswa dalam berkumunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dapat meningkat.Penguasaan bahasa yang baik dapat diketahui dengan standar komputensi yang meliputi, mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca dan menulis. Dalam pelaksanaannya, baik di SD, SMP atau SMA pada dasarnya mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu mengembangan ke 4 aspek keterampilan berbahasa tersebut secara tepat, terpadu dan seimbang.

Pada proses pembelajaran, bahasa menjadi penentu utama keberhasilan sehingga seorang pengajar harus mempunyai keterampilan berbahasa yang baik agar penyampaian ilmu dan nilai-nilai budaya dapat berlangsung dengan baik pula. Banyak siswa yang berhasil dan memiliki motivasi tinggi dalam belajar karena dipengaruhi cara berbahasa gurunya. Begitu pula sebaliknya, banyak siswa yang jauh dan tidak punya motivasi disebabkan cara berbahasa gurunya.

Sebagai seorang guru yang profesional hendaknya dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran yang efektif agar materi yang dipelajari oleh siswa dapat di pahami dengan baik serta dapat meningkatkan prestasi belajar. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi.

Pelajaran Bahasa Indonesia sudah diberikan kepada siswa mulai dari kelas I SD sampai pada kelas VI SD, akan tetapi berdasarkan hasil observasi awal peneliti disalah satu sekolah di daerah kota Makassar didapatkan data bahwa bahasa Indonesia merupakan bidang studi yang membuat siswa merasa kurang antusias dan menganggap Bahasa Indonesia ini gampang karena bahasa

(10)

sehari-hari. Hal ini yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang optimal. Mereka lebih senang berbicara, bercanda dengan siswa lain (sebangku) daripada memperhatikan penjelasan dari guru.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script sebagai upaya untuk peningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia.

Danserau (2007) menyatakan bahwa pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat mempelajari materi yang lebih banyak dari siswa yang belajar siswa.

Pembelajaran Cooperative Script berpijak pada paham konstruktivisme, pada pembelajaran ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling, mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, dan membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran Cooperative Script benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya. Jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivisme yang dikembangkan saat ini.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlu diadakan penelitian terhadap penggunaan model Cooperative Script dalam mencapai tujuan perkembangan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 166

(11)

Turucinnae. Untuk itu penulis melakukan penelitian tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script terhadap Kemampuan Membaca Nyaring Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SDN 166 Turucinnae Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran Cooperative Script terhadap Kemampuan Membaca Nyaring Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SDN 166 Turucinnae Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone.

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Cooperative Script terhadap Kemampuan Membaca Nyaring Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SDN 166 Turucinnae Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone.

D.Manfaat Peneliti

Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini sebagai berikut:

1. Teoritis

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan model Cooperative Script terhadap kemampuan membaca nyaring pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dapat

(12)

memberikan masukan kepada guru juga siswa, serta diharapkan dapat menjadi desain penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a) SDN 166 Turucinnae diharapkan lebih meningkatkan kemampuan belajar membaca peserta didik, sehingga dapat menunjang dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

b) Universitas Muhammadiyah Makassar diharapkan dapat memberikan sumbangsih untuk kemajuan keilmuan Universitas Muhammadiyah Makassar dan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.

c) Peneliti dapat dijadikan acuan sejauh mana peneliti mampu menerapkan hasil pendidikan yang telah dicapai selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.

(13)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Skripsi Titin Masturoh (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Evektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Cooperative Script terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia” menjelaskan dalam penelitiannya bahwa penggunaan metode cooperative script ini mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran bahasa indonesia pada kelas IV SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga.di bawah ini tabel hasil pretest dan postest pada kelas eksperimen dan kelas Kontrol. peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Cooperative Scrip dengan menggunakan metode ceramah. Di mana pada kelas Eksperimen mempunyai rata-rata pretest sebesar 65 dan postest sebesar 78 2. Pembelajaran Bahasa

a. Pengertian Bahasa

Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosa kata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai penjelasan artinya dan kemudian di bukukan

(14)

menjadi sebuah kamus. Bahasa Indonesia adalah sistem bunyi yang bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh kelompok manusia.

b. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Bahasa adalah satu alat komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Oleh karena itu belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis, ini sesuai pendapat (Resmini dkk, 2006: 49) yang mengemukakan bahwa, Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai sebuah pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam komunikasi dengan bahasa baik lisan maupun tulis.

Pembelajaran merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang membentuk sistem yang mencakup kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran ditandai adanya upaya disengaja, terencana, dan sistematik yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. Menurut Nisa dan Hakim (2011:2) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar

(15)

dapat belajar dengan baik. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Komponen pembelajaran meliputi tujuan, materi, pendekatan, strategi, metode, dan evaluasi. Belajar adalah mengalami, artinya dalam belajar murid menggunakan atau mengubah lingkungan tertentu dan ia belajar mengenai lingkungan tersebut melalui akibat tindakannyatidak hanya sekadar berhubungan dengan lingkungannya. Oleh karena itu, dapat ditegaskan lingkungan sangat mempengaruhi hasil belajar murid, selain belajar dari akibat tindakannya murid juga belajar dari berbagai hal di dalam lingkungan tersebut.

Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembalajaran adalah proses pemberian pesan berupa materi ajar yang disampaikan oleh guru kepada siswa dengan berbagai pendekatan, strategi, dan metode serta diadakannya evaluasi agar tercapai tujuan yang dikehendaki. c. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat pen-ting bagi kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai-mana dinyatakan oleh (Akhadiah dkk. 1991: 1) adalah agar siswa ”memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar”. Dari penjelasan

(16)

Akhadiah tersebut maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat dirumuskan menjadi empat bagian.

1. Lulusan SD diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

2. Lulusan SD diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia. 3. Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa. 4. Pengajaran disesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa SD.

(1) menunjukkan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia SD yang mencakup tujuan pada ranah kognitif dan afektif. (2) menyiratkan pen-dekatan komunikatif yang digunakan. Sedangkan (3) menyiratkan sampai di mana tingkat kesulitan materi pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan. lewat bahasa itu. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membentuk sikap berbahasa yang positif serta memberikan dasar untuk menikmati dan menghargai sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan rasa persatuan nasional.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dalam (BSNP 2006) dijabarkan menjadi beberapa tujuan. Tujuan bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Adapun tujuan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa siswa , serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya. Tujuan bagi orang tua siswa adalah agar mereka dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program pembelajaran. Tujuan bagi sekolah adalah agar sekolah dapat menyusun program pendidikan kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang

(17)

tersedia. Sedangkan tujuan bagi daerah adalah agar daerah dapat menentukan sendiri bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan sosial.

Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi pengajaran Bahasa Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangakan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa itu, terutama sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa yag diperlukan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah menengah maupun untuk menyerap ilmu yang dipelajari.

d. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendikan (Depdiknas, 2006:18) mengemukakan bahwa, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Mendengarkan, seperti mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, dan bunyi atau suara, bunyi bahasa lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan narasumber, dialog atau percakapan, pengumuman serta perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak.

2. Berbicara, seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan , menyampaikan sambutan , dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar

(18)

seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata petunjuk, dan laporan, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menuliskan hasil sastra berupa dongeng cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.

3. Membaca, seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kemus, ensiklopedi, serta mengapresiasi dan berekspresi, sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.

4. Menulis, seperti menulis karangan naratif dan normatif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memerhatikan tujuan dan ragam pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca , dan kosa kata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi.

Berdasarkan ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia diatas, maka pembelajaran Bahasa Indonesia mengarah kepada peningkatan kemapuan berkomunikasi, karena keempat kemampuan berbahasa tersebut saling berkaitan dan memiliki peranan penting dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Akan tetapi diantara empat aspek keterampilan berbahasa terkhusus untuk lingkup sekolah dasar keterampilan menulis dan membaca merupakan aspek yang perlu dikembangkan.

3. Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca merupakan kegiatan merespon lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Hal tersebut berarti bahwa membaca

(19)

memberikan respon terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and getting meaning from printed orwritten material”, memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis. Kegiatan membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Proses membaca diawali dari aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal, alat peraba bagi yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung, maka nalar dan institusi yang bekerja, berupa proses pemahaman dan penghayatan. Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan juga pola kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen kehidupan yang luas. Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat ditarik simpulan bahwa kegiatan membaca adalah memahami isi, ide atau gagasan baik yang tersurat maupun tersirat dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman menjadi produk yang dapat diukur dalam kegiatan membaca, bukan perilaku fisik pada saat membaca. Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman (St.Y. Slamet, 2008:68).

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis).

(20)

Dari beberapa pendapat yang dipaparkan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan.

b.Fungsi Membaca di Sekolah Dasar 1. Fungsi Intelektual

Dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan kadar intelektualitas, membina data nalar kita. Contohnya : membaca buku – buku pelajaran.

2. Fungsi Pemacu Kreatifitas

Membaca kita dapat mendorong, menggerakkan diri kita untuk berkarya, didukung oleh

keluasan wawasan dan pemilihan kosa kata. Contohnya : Buku ilmiah, bacaan sastra, dan lain-lain.

3. Fungsi Praktis

Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan, misalnya: teknik memotret, teknik memelihara ikan, resep membuat minuman dan makanan, cara merawat tanaman, dan lain-lain.

4. Fungsi Membaca Religious

Membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

(21)

5. Fungsi Informatif

Dengan banyak membaca bacaan informasi lebih cepat kita dapatkan. Contohnya: dengan membaca majalah dan koran kita dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat penting atau kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Fungsi Rekreatif

Membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati, mengadakan tamasya yang mengasyikkan. Contohnya: baca-bacaan ringan, novel-novel, cerita lucu, dan fariabel karya sastra.

7. Fungsi Sosial

Kegiatan membaca mempunyai fungsi sosial yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan atau nyaring. Dengan demikian kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan oleh orang lain mengarahkan sikap berucap, berbuat dan berpikir. Contohnya: membaca berita, karya sastra, dan pengumuman.

8. Fungsi Pembunuh Sepi

Kegiatan membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar merintang-rintang waktu, mengisi waktu luang. Contohnya: membaca majalah, surat kabar, dan lain-lain. (Amir, 1996: 5)

Dari beberapa fungsi membaca dapat disimpulkan bahwa, membaca dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik dalam berbahasa, mengarahkan sikap berucap, berbuat dan berpikir.

(22)

c. Manfaat Membaca di Sekolah Dasar

Banyak manfaat yang diperoleh dari membaca. Dengan membaca siswa dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, menambah informasi bagi diri sendiri, meningkatkan pengetahuan serta menambah ide. Jadi jelas pengaruh bacaan sangat besar terhadap peningkatan cara berfikir seorang siswa. Menurut Gray & Rogers (1995) dalam Supriyono menyebutkan beberapa manfaat membaca, antara lain:

1. Meningkatkan pengembangan diri siswa

Dengan membaca siswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga daya nalarnya berkembang dan berpandangan luas yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

2. Memenuhi tuntutan intelektual

Dengan membaca buku maupun sumber-sumber bacaan lain seperti surat kabar maupun berita dan artikel-artikel di internet, pengetahuan bertambah dan perbendaharaan kata-kata meningkat, melatih imajinasi dan daya pikir sehingga terpenuhi kepuasan intelektual.

3. Memenuhi kepentingan hidup, dengan membaca siswa akanmemperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari. 4. Meningkatkan minat siswa terhadap suatu bidang

5. Mengetahui hal-hal yang aktual, dengan membaca siswa dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar maupun di seluruh dunia yang mungkin berhubungan materi pelajaran, sehingga siswa dapat menerapkan dengan kehidupan nyata (Supriyono, 1998).

(23)

d. Jenis-jenis membaca di Sekolah Dasar 1. Membaca Teknik

Bertujuan untuk melatih siswa menyuarakan lambang-lambang tulisan dengan lafal yang baik dan intonasi yang wajar.

2. Membaca Dalam Hati

Membaca ini perlu segera dilatihkan setelah siswa menguasai semua huruf. Siswa dilatih membaca tanpa mengeluarkan suara dan bibir tidak bergerak.

3. Membaca Pemahaman

Membaca ini merupakan lanjutan dari membaca dalam hati, mulai diberikan di kelas rendah. Untuk mengetahui pemahamn siswa, dapat dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan isi bacaan atau dengan mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan.

4. Membaca Indah

Pada hakikatnya membaca indah sama dengan membaca teknik tetapi bahan bacaan yang digunakan adalah puisi, fiksi atau cerita anak-anak.

5. Membaca Cepat

Bertujuan agar siswa dapat menangkap isi bacaan dalam waktu yang cepat. Untuk itu siswa perlu dilatih gerakan mata, arah pandangan lurus, dari atas ke bawah, hindari membaca kata demi kata, dan menunjuk bacaan dengan satu jari. Kegiatan membaca ini mulai diajarkan di kelas IV.

(24)

6. Membaca Pustaka

Kegiatan membaca ini merupakan kegiatan membaca di luar jam pelajaran dalam bentuk penugasan kelompok atau individu. Jenis membaca ini bertujuan untuk mengembangkan minat baca siswa.

7. Membaca Bahasa

Membaca ini ditekankan untuk memahami kebahasaan, bukan memahami isinya. Melalui membaca ini siswa dapat berlatih mengenai makna dan penggunaan kata, pemakaian imbuhan, ungkapan, serta kalimat.

8. Membaca Nyaring

Membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan jenis kompetensi membaca yang menuntut persyaratan yang ketat. Membaca nyaring bukan sekedar menyuarakan huruf. Jika hal ini yang terjadi maka pemahaman akan materi yang dibaca akan gagal diperoleh.

Dari beberapa jenis-jenis membaca di sekolah dasar dapat disimpulkan bahwa, jenis-jenis membaca terbagi dari beberapa bagian yaitu, membaca teknik, membaca dalam hati, membaca pemahaman, membaca indah, membaca cepat, membaca pustaka, dan membaca bahasa.

4. Membaca nyaring

a. Pengertian membaca nyaring

Membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan jenis kompetensi membaca yang menuntut persyaratan yang ketat. Membaca nyaring bukan sekedar menyuarakan huruf. Jika hal ini yang terjadi maka pemahaman akan materi yang dibaca akan gagal diperoleh.

(25)

Membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan kelanjutan dari membaca permulaan tekanan ada pada kelancaran dan ketepatan penyuaraan huruf, pada membaca nyaring atau membaca bersuara difokuskan pada tekanan kata, lagu kalimat atau intonasi, jeda, dan menguasai tanda baca. Keempatnya harus tepat. Jika ketepatan ini diabaikan, maka murid akan mengalami kesulitan pada waktu membaca dalam hati atau membaca intensif. Mereka hanya bisa membaca tetapi sulit menemukan pemahaman yang dikandung dalam bacaan.

Beberapa keuntungan yang dapat dipetik dari kegiatan membaca nyaring yang dilakukan oleh siswa seperti diuraikan dibawah ini.

a. Membaca nyaring memberikan guru suatu cara yang tepat dan valid dalam mengevaluasi kemajuan, kemampuan keterampilan membaca dalam intonasi, tekanan kata, pemenggalan kata, pemenggalan frasa, dan untuk menemukan kebutuhan pengajaran yang spesifik.

b. Membaca nyaring memberikan latihan berkomunikasi lisan untuk pembaca dan meningkatkan kemampuan menyimak untuk pendengarnya.

c. Membaca nyaring dipakai untuk latihan berdialog, memerankan pelaku yang terdapat dalam ceritera.

d. Membaca nyaring adalah media guru dalam membimbing secara bijak, bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri pada anak yang pemalu.

b. Hakekat membaca nyaring

Membaca bersuara menyangkut tiga istilah yakni: reading aloud, oral reading, dan reading out loud. Membaca nyaring adalah kegiatan

(26)

membaca dengan bersuaru dengan memperhatikan struktur kata ( kata, kata majemuk, dan frasa) dan kalimat, lafal, intonasi dan jeda. Tekanan kata dalam bahasa Indonesia jatuh pada suku kedua dari belakang. Pembaca nyaring harus dapat pula mengelompokkan kata sesuai dengan kelompoknya agar jelas maknanya bagi pendengar.

Membaca nyaring merupakan aktifitas antara guru dan murid atau pembaca dengan pendengar untuk bersama-sama memahami makna dan perasaan yang terkandung dalam bacaan. Pembaca nyaring juga dituntut keterampilan penafsiran lambang tulis, penyusunan kata-kata, serta penekanan sehingga sesuai dengan ujaran nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca nyaring juga dituntut memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan yang jauh karena disamping membaca juga harus menjaga hubugan harmonis dengan pendengar. Lawan membaca nyaring adalah membaca dalam hati. Membaca dalam hati bibir tidak boleh bergerak-gerak, apalagi mengeluarkan suara meskipun perlahan. Jika ini dilakukan maka akan menghambat perkembangan jenis membaca dalam hati.

Menyimak uraian di atas kegiatan membaca nyaring sangat bermanfaat untuk anak-anak kalau benar-benar dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuannya. Di dalam kegiatan membaca nyaring terkandung kemampuan yang kompleks yang nantinya akan menjadi bekal dalam hati. Oleh karena itu, kegagalan pelaksanaan membaca nyaring akan merembet pada kegagalan membaca dalam hati.

(27)

c. Jenis membaca nyaring 1) Reading aloud

Kegiatan membaca ini dilakukan oleh guru untuk siswanya. Atau dengan kalimat lain guru membaca, siswa mendengarkan. Pembelajaran membaca nyaring jenis ini diterapkan dikelas rendah dan taman kanak-kanak. Guru dapat menggunakan bacaan yang yang terdapat dalam buku teks atau bahan bacaan lain. Guru membaca dengan suara yang cukup keras, dengan lafal dan intonasi yang baik sehingga seluruh siswa dapat mendengar.

2) Shared reading

Jenis kegiatan membaca nyaring yang dilakukan antara guru dan siswa. Dalam kegiatan ini antara guru dan siswa memegang buku yang sama. Kegiatan membaca ini dapat dilakukan di kelas rendah maupun di kelas tinggi. Guru disini bertindak sebagai model, sehingga diperlukan guru dengan kemampuan membaca nyaring yang baik. Cara yang biasanya yang dilakukan dalam membaca nyaring jenis ini adalah:

1) Guru membaca dan siswa mengikuti membaca (untuk kelas rendah) 2) Guru membaca dan siswa menyimak bacaan

3) Murid membaca secara bergiliran.

3) Guided reading

Jenis kegiatan membaca nyaring yang memfungsikan guru sebagai pembimbing, pengamat, dan fasilitator. Mesipun kegiatannya membaca nyaring namun penekanannya bukan pada teknik membaca, tetapi pada pemahaman materi.

(28)

d. Aspek – aspek Penilaian Membaca Nyaring

Aspek terpenting dalam penilaian membaca adalah pemahaman, karenanya, alat ukur yang paling tepat digunakan berbentuk tes. Ada dua jenis tes yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan membaca siswa SD, yaitu tes pemahaman kalimat dan tes pemahaman wacana.

1. Tes Pemahaman Kalimat

Jenis tes ini biasanya diberikan di kelas rendah. Bagi siswa SD kelas rendah. Tes seperti ini terasa cukup sukar karena kemampuan membaca mereka masih terbatas. Oleh karenanya, dalam menyusun tes pemahaman kalimat, guru harus memilih cara yang tepat agar tidak membuat siswa frustasi karena tidak mampu mengerjakan tes.

2. Tes Pemahaman Wacana

Tes pemahaman wacana bersifat integrative. Artinya, banyak aspek yang dapat di ukur dengan menggunakan tes ini, misalnya, penguasaan kosakata, penguasaan struktur, dan pemahaman isi wacana. Tes ini dapat diberikan dikelas tinggi dan kelas rendah. Dengan sendirinya bahan dan tingkat keterbacaan serta teknik penyajiannya harus disesuaikan tingkat kelas siswa yang akan dijadikan sasaran penilaian.

Tes pemahaman wacana terdiri dari tes pilihan ganda dan tes isian rumpang (cloze procedure).

a. Tes pilihan ganda

Penggunaan tes pilihan ganda harus memperhatikan panjang pendeknya wacana yang dibaca. Wacana pendek berupa teks bacaan yang terdiri dari 35-75 kata, sedangkan wacana panjang adalah teks bacaan yang

(29)

terdiri dari 100-300 kata. Panjang pendeknya wacana harus disesuaikan dengan kemampuan membaca siswa yang akan mengikuti tes.

b. Tes isian rumpang

Tes isian rumpang adalah tes pemahaman wacana yang disajikan dengan cara siswa diminta mengisi rumpang-rumpang dalam teks bacaan yang kata-katanya telah ditanggalkan. Siswa yang mampu mengisi rumpang dengan kata-kata yang telah ditanggalkan itu berarti ia benar-benar memahami seluruh isi wacana itu. Tes rumpang merupakan tes integrative karena untuk dapat mengerjakan tes ini dengan benar, siswa harus memahami makna wacana secara menyeluruh serta memahami kosakata dan tata bahasanya. Kalimat awal dan akhir dalam wacana tes isian rumpang dibiarkan utuh. Penanggalan kata, baru dapat dilakukan mulai kalimat kedua dan seterusnya.penanggalan kata dapat dilakukan dengan dua cara. Jika pemahaman isi wacana yang dijadikan sasaran pengukuran, penanggalan kata dapat dilakukan secara teratur, misalnya pada setiap kata yang ke-6.

Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Membaca

No No Aspek Yang Di Nilai Deskripsi Penilaian Skor

1 Kecepatan Pengucapan tulisan sangat cepat 20 Pengucapan tulisan cepat 15 Pengucapan tulisan cukup cepat 10 Pengucapan tulisan kurang cepat 5 Pengucapan tulisan tidak cepat/lambat 0 2 Kelancaran Membacakan tulisan dengan sangat

lancer

(30)

Membacakan tulisan dengan lancar 15 Membacakan tulisan dengan cukup

lancer

10

Membacakan tulisan dengan kurang lancer

5

Membacakan tulisan dengan tidak lancer

0

3 Ketepatan Pengucapan kata demi kata sangat tepat

50

Pengucapan kata demi kata tepat 30 Pengucapan kata demi kata cukup

tepat

15

Pengucapan kata demi kata kurang tepat

10

Pengucapan kata demi kata tidak tepat 5

5. Cooperative script

a. Pengertian Cooperative Script

PembelajaranCooperative Script merupakan salah satu bentuk atau model metode pembelajaran kooperatif. Dalam perkembangan pembelajaran Cooperative Script telah mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada intinya sama. Beberapa pengertian pembelajaran Cooperative Script diantaranya Cooperative Script adalah skenario pembelajaran kooperatif (Danserau dalam Hadi, 2007).

(31)

Pembelajaran Cooperative Script adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas (Schank dan Abelson dalam Hadi, 2007).

Ahli lain mengatakan bahwa model belajar Cooperative Script adalah model belajar dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Jadi model pembelajaran Cooperative Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam meteri yang ada secara bergantian sesama pasangan masing-masing (Alit, 2002:203).

Pembelajaran Cooperative Script adalah kontrak belajar yang eksplisit antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi. Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan diatas antara satu dan lainnya dengan maksud yang sama yaitu terjadi suatu kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk berkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara yang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial siswa (Brousseau dalam Hadi, 2007).

(32)

Metode cooperative script merupakan metode pembelajaran yangmengembangkan upaya kerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Pada metode pembelajaran cooperative script siswa akan dipasangkan dengan temannya dan akan berperan sebagai pembicara dan pendengar. Pembicara membuat kesimpulan dari materi yang akan disampaikan kepada pendengar dan pendengar akan menyimak, mengoreksi, menunjukkan ide-ide pokok.

Metode Cooperative Script menurut Departemen Nasional yaitu dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari. Jadi pengertian dari Metode Cooperative Script adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi Pendidikan Agama Islam yang dipelajari(Online, Media pembelajaran dikaitkan-dengan metode cooperative script : 2012).

Menurut A’la (2011: 97), model pembelajaran cooperative script disebut juga Skrip kooperatif adalah metode belajar di mana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas.

Cooperative script merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan daya ingat siswa (Slavin, 1994:175).

Hal tersebut sangat membantu siswa dalam mengembangkan serta mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang pernah didapatkan dalam

(33)

pemecahan masalah. Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran Cooperative Script berpijak pada faham konstruktivisme, pada pembelajran ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominant siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran Cooperative Script benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembangkan saat ini.

Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru (dalam pemecahan suatu permasalahan), daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar.Model pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide

(34)

temannya, sehingga dapat membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.

Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain. Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat (meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Model pembelajaran ini memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga mengembangkan keterampilan berdiskusi, dan siswa bisa lebih menghargai orang lain.

Cooperative Script merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari (Agus Suprijono, 2009:126).

b. Manfaat Pembelajaran Cooperative Script

Danserau dalam Hadi (2007) menyatakan bahwa pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat mempelajari materi yang lebih banyak dari siswa yang belajar sendiri. Sedangkan Noreen Web dalam Hadi (2007) bahwa siswa memperoleh sesuatu yang lebih dari aktivitas kooperatif lain yang diberikan penjelasan secara rinci. Begitupun Spurlin dalam Hadi (2007)mengatakan bahwa siswa juga

(35)

mendapatkan kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang tidak dipelajarinya.

Berdasarkan manfaat pembelajaran Cooperative Script yang diungkapkan para ahli tersebut dapat dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan manfaat pembelajaran Cooperative Script antara lain:

1. Bekerja sama dengan orang lain bisa membantu siswa mengerjakan tugas- tugas yang dirasakan sulit

2. Dapat membantu ingatan yang terlupakan pada teks

3. Dengan mengidentifikasi ide-ide pokok yang ada pada materi dapat membantu ingatan dan pemahaman

4. Memberikan kesempatan siswa membenarkan kesalah pahaman

5. Membantu siswa menghubungkan ide-ide pokok materi dengan kehidupan nyata

6. Membantu penjelasan bagian bacaan secara keseluruhan

7. Memberikan kesempatan untuk mengulangi untuk membantu mengingat kembali

c. Langkah Pelaksanaan Cooperative Script

Langkah-langkah aplikasi dari model pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut :

1. Guru memulai pelajaran dan menyampaikan topik pembelajaran yang akan dipelajari.

2. Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi pembelajaran sesuai Standar Kopetensi (SK) dan Kompetensi Dasar.

(36)

3. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dengan terlebih dahulu mengenal karakteristik dari masing-masing siswa, agar dalam pembagian kelompok dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga mereka bisa saling melengkapi dan membantu satu sama lain. Hal ini juga dapat mengakibatkan interaksi sosial antar siswa menjadi semakin baik, bukan hanya kepada orang itu-itu saja.

4. Masing-masing kelompok mempelajari kegiatan yang berbeda. Setiap kelompok mendiskusikan materi yang mereka dapatkan dan bersama-sama memecahkan materi yang belum mereka pahami. Guru disini bertindak sebagai fasilitator.

5. Setelah siswa tersebut sudah memahami materinya masing-masing, kemudian guru mengelompokkan kembali dengan memasangkan 1 peserta didik dari kelompok yang satu dengan peserta nomor 1 dari kelompok lain jadi mereka akan berpasang- pasangan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain dibuat menjadi satu kelompok. Kemudian guru membagiakan nomor kepada setiap siswa secara acak.

6. Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

7. Seorang peserta didik bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan dan menjelaskan tugas dan hasil tugasnya selengkap mungkin dan seorangnya lagi dari peserta didik sebagai pendengar yaitu bertugas menyimakataumengoreksiataumenunjukan ide-ide pokok pembahasan yang kurang lengkap.

(37)

8. Bertukar peran, yang semula sebagi pembicara berperan sebagai pendengar dan yang semula sebagai pendengar berperan sebagai pembicara

9. Guru meminta salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil kegiatannya/ diskusinya dengan memanggil dari salah satu nomor siswa secara acak.

10. Diskusi kelas, semua siswa menanggapi hal-hal yang masih kurang jelas dan materi yang belum dimengerti dan guru disini bertindak sebagai pemenengah untuk menjelaskan hal-hal yang masih salah atau kurang tepat dan belum jelas kepada siswa.

11. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi, yaitu penjelasan kembali materi yang masih dianggap meragukan dan kurang jelas.

12. Untuk lebih memahami materi lebih baik lagi dan mngetahui kemampuan masing-asing siswa dalam memahami materi, guru memberikan latihan soal untuk dijawab dan didiskusikan oleh masing-masing kelompok yang beranggotakan dua orang tersebut. Masing-masing orang siswa harus bisa mengerjakan soal tersebut bukan hannya salah satu dari anggota kelompoknya saja, anggota yang bisa menjelaskan kepada anggota yang belum paham. karena guru akan mengerjakan soal tersebut dan menerangkannya didepan kelas. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab atau jawaban salah, maka akan mendapatkan bintang merah yang memanggil nomor secara acak, bagi siswa yang disebut nomornya harus artinya kelompok tersebut terancam kekalahan, dan apabila jawaban yang disampaikan benar maka kelompok tersebut akan mendapatkan bintang

(38)

kuning. Kelompok yang mendapatkan bintang kuning yang paling banyak, maka kelompok tersebut menjadi juara dan mendapat bingkisan (penghargaan kelompok) yang telah disediakan oleh gurunya, dan sebaliknya apabila kelompok tersebut mendapatkan bintang merah terbanyak maka kelompok tersebut kalah dan mendapatkan suatu hukuman, yaitu membersihkan kelas selama 3 hari berurut-turut (menggantikan tugas piket). Jawaban yang salah langsung akan dijelaskan oleh guru tersebut. Sesuai dengan pengalaman penulis yang pernah menjadi seorang siswa, pemberian hadiah dan hukuman ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk aktif dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa cenderung tertarik pada hal-hal yang sifatnya kompetisi. Mungkin dalam satu kali pertemuan tidak akan cukup, ini bisa dilakukan dua kali kedua untuk latihan-latihan.

13. Guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari materi yang te lah disampaikan pertemuan, pertemuan pertama untuk pembahasan materi dan pertemuan

14. Dengan menggunakan model cooperative script.

15. Guru memberikan evaluasi, soal dikerjakan masing-masing oleh siswa dan tidak boleh saling membantu

16. Guru menutup pembelajaran.

d. Prinsip Model Pembelajaran Cooperative Script

Model pembelajaran cooperative script ini memiliki konsep dari the acleratedlearning, active learning, dan cooperative learning. Maka prinsip-prinsip dalam model pembelajaran ini sama dengan prinsip-prinsip

(39)

yang ada pada model pembelajaran cooperative learning, prinsip-prinsipnya yaitu :

1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam dan berenang bersama.

2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Siswa harus berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama besarnya diantara para anggota kelompok.

5. Siswa akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar.

7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompok kooperatif (Alit, 2002:210).

e. Kelebihan dan Kelemahan dari Model Pembelajaran Cooperative Script

Menurut Istarani (2011: 16), kelebihan model pembelajaran cooperative script adalah:

1. Model pembelajaran Cooperative Script mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain.

(40)

2. Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya.

3. Model pembelajaran Cooperative Script membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.

4. Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan social termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah.

5. Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban.

6. Cooperative Script suatu strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan orang lain seperti pemecahan masalah

7. Cooperative Script mendorong siswa lemah untuk tetap berbuat, dan membantu siswa pintar mengidentifikasi celah-celah dalam pemahamannya

8. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran Cooperative Script membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya

9. Dapat memberikan kesempatan pada para siswa belajar keterampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah

(41)

10. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan diskusi

11. Memudahkan siswa melakukan interaksi social 12. Menghargai ide orang lain yang dirasa lebih baik 13. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Selanjutnya yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran Cooperative Script, yaitu:

1. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya

2. Tidak semua siswa mampu menerapkan model pembelajaran Cooperative Script, sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini.

3. Penggunaan model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok.

4. Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.

5. Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok.

(42)

B. Kerangka Pikir

Kerangka Pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Bagan Kerangka Pikir

Hasil Belajar Pembelajaran Cooperative Script 1. PenyajianMateri Hasil Belajar Pembelajaran Konvensional Kegiatan Belajar Mengajar Kelas IV Pembelajaran Cooperative Script Pembelajaran Konvensional 2. kerja Kelompok 3. Tes Individu 4. Pemberian Skor Individu 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Evaluasi Analisis Temuan

(43)

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan yang sedang diteliti.Dan dalam penelitian ini dapat dirumuskan bahwa “ada pengaruh positif penerapan model cooperative script terhadap kemampuan membaca nyaring pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 166 Turucinnae Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone.

(44)

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN A.Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain. Jenis penelitian eksperimen yang digunakan yaitu Pre-Eksperimental Design yaitu suatu jenis penelitian yang hanya melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengaruh model pembelajaran Cooperative script terhadap kemampuan membaca nyaring pada siswa kelas IV SDN 166 Turucinnae, Kab. Bone.

B.Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini adalah one group Pre-Test- post Test Design. Desain ini digunakan karena penelitian ini hanya melibatkan satu kelas yaitu kelas eksperimen yang diawali dengan Pretest sebelum diberi perlakuan kemudian posttes setelah diberikan perlakuan. Adapun model desainnya adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2 Desain penelitian

(Arikunto, 2013:126)

𝑂1 x 𝑂2

(45)

Keterangan:

1 pengukuran pertama sebelum menggunakan model Cooperative Script (pretest)

perlakuan atau penerapan model Cooperative Script.

2 pengukuran kedua setelah penerapan model Cooperative Script.(posttest)

C.Prosedur penelitian.

Adapun tahap-tahap prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pretest, pretest ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh murid kelas IV SDN 166 Turucinnae. Dimana pretest ini diberikan kepada murid sebelum menerapkan media pembelajaran Cooperative script.

2. Perlakuan, perlakuan ini diberikan melalui kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Cooperative Script.

1) Guru memulai pelajaran dan menyampaikan topik pembelajaran yang akan dipelajari.

2) Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi pembelajaran sesuai Standar Kopetensi (SK) dan Kompetensi Dasar.

3) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.

4) Masing-masing kelompok mempelajari kegiatan yang berbeda. Guru disini bertindak sebagai fasilitator.

5) Setelah siswa tersebut sudah memahami materinya masing-masing, kemudian guru mengelompokkan kembali dengan memasangkan 1 peserta didik dari kelompok yang satu dengan peserta nomor 1 dari

(46)

kelompok lain jadi mereka akan berpasang- pasangan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain dibuat menjadi satu kelompok. Kemudian guru membagiakan nomor kepada setiap siswa secara acak.

6) Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

7) Seorang peserta didik bertugas sebagai pembicara.

8) Bertukar peran, yang semula sebagi pembicara berperan sebagai pendengar dan yang semula sebagai pendengar berperan sebagai pembicara

9) Guru meminta salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil kegiatannya/ diskusinya dengan memanggil dari salah satu nomor siswa secara acak.

10) Diskusi kelas, semua siswa menanggapi hal-hal yang masih kurang jelas dan materi yang belum dimengerti dan guru disini bertindak sebagai pemenengah untuk menjelaskan hal-hal yang masih salah atau kurang tepat dan belum jelas kepada siswa.

11) Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi, yaitu penjelasan kembali materi yang masih dianggap meragukan dan kurang jelas. 12) Guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari materi ya

ng telah disampaikan pertemuan, pertemuan pertama untuk pembahasan materi dan pertemuan

(47)

14) Guru memberikan evaluasi, soal dikerjakan masing-masing oleh siswa dan tidak boleh saling membantu

15) Guru menutup pembelajaran.

3. Posttest, adalah pengukuran pengetahuan murid setelah diberikan perlakuan model Cooperative Script dalam pembelajaran. Posttest bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dalam pelaksanaan perlakuan dan untuk mengetahui tingkat pemahaman murid setalah diberikan perlakuan.

D.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 166 Turucinnae Kab. Bone. Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena penulis ingin mengetahui secara pasti “apakah terdapat pengaruh yang positif pada model pembelajaran Cooperative Script terhadap kemampuan membaca nyaring pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SDN 166 Turucinnae Kab. Bone.

E.Populasi dan Sampel 1) Populasi

Menurut Sugiyono (2016:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Murid SDN 166 Turucinnae sebanyak 100 murid, untuk lebih jelas dapat dilihat pada table.

(48)

Tabel 3.3 Populasi Murid No

K Kelas

Jenis kelamin Jumlah

La Laki-laki Perempuan

1. IV 7 9 16

Sumber: Data primer tahun 2018 2) Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi. Sedangkan menurut Sugiyono (2016:118). Teknik Pengambil sampel yang digunakan adalah Teknik Sampling Jenuh dimana teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel Murid kelas IV SDN 166 Turucinnae yang berjumlah 16 orang.

F. Definisi Oprasional Variabel

Defenisi oprasional Variabel adalah pengertian Variabel segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut (Sugiyono,2016:60). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (Independen) dan variabel terikat (Dependen).

Ada dua variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel Pembelajaran Cooperative Script sebagai variabel bebas yang dilambangkan dengan (X) dan variabel hasil belajar Bahasa Indonesia sebagai variabel terikat yang dilambangkan dengan (Y). Berikut ini tabel variabel beserta lambangnya:

(49)

Tabel 3.4 Variabel

Variabel bebas Variabel terikat

Pembelajaran Cooperative Script (X) Hasil belajar Bahasa Indonesia (Y)

G.Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar Bahasa Indonesia. Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pemahaman materi peserta didik sebelum dan setelah melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif yang berupa pilihan ganda. Masing-masing item soal pilihan ganda terdiri dari empat alternatif pilihan jawaban dengan satu jawaban yang benar. Soal yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 soal. Tes hasil belajar Bahasa Indonesia diberikan sebelum dan sesudah Murid mempelajari materi pantun dengan menggunakan model Cooperative Script.

Instrument penelitian sebagai alat ukur yang digunakan pada proses peneletian berdasarkan, instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar pretest (sebelum perlakuan), kemudian posttest (sesudah perlakuan). H.Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitin ini, yaitu:

(50)

Tes yang diberikan pada kelas sampel, yaitu Pretest dan Posttest. Pretest digunakan untuk mengukur seberapa jauh murid telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan dipelajari sebelum menggunakan model pembelajaran Cooperative Script. Posttest digunakan untuk mengukur seberapa jauh Murid telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang dipelajari setelah menggunakan model pembelajaran Cooperative Script.

Bentuk soal dapat berupa pilihan ganda dan uraian yang memuat aspek-aspek kemampuan murid. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentukpilihan ganda.

Adapun langkah-langkah (prosedur) pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti memberikan test (pretest) pada awal pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran Cooperative Script.

2. Peneliti memberikan tindakan berupa penerapan model pembelajaran Cooperative Script dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

3. Pada akhirnya peneliti melakukan kegiatan analisis data. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 3.5 Teknik Pengumpulan Data

No Data Sumber data Teknik pengumpulan

1. Nilai Siswa Test

2. Proses Siswa Observasi

(51)

I. Teknik Analisis Data

setelah data dari seluruh responden terkumpul maka dilakukan analisis data. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik infrensial.

1) Analisis Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif adalah Statistik yang digunakan untuk menganlisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penentuan nilai statistik deskriptif dilihat dari nilai rata-rata murid (mean).

Keterangan : = Rata-rata = Nilai x ke i = Banyaknya murid

Dalam analisis ini peneliti menetapkan hasil belajar murid sesuai dengan prosedur oleh Depdikbud, dengan nilai KKM minimal 70 artinya nilai dibawah 70 dikatakan tidak tuntas, adapun kriteria ketuntasan hasil belajar murid disajikan dalam tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar

Nilai Kriteria

(52)

70-100 Tuntas Sumber: Data primer tahun 2018.

Presentase ketuntasan belajar dapat diperoleh dengan rumus berikut: 1. Untuk menghitung presentase ketuntasan, menggunakan

Rumus: ∑ 7

2. Untuk menghitung ketidaktuntasan, menggunakan

Rumus: ∑ 7

Tabel 3.7 Standar Ketuntasan Hasil Belajar Tingkat Penguasaan ( Kategori Hasil Belajar 0-30 31-50 51-69 70-89 90-100 Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik Sumber: Data primer tahun 2018.

2) Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan. Apabila sampel berpasangan dengan membandingkan sebelum dan sesudah perlakuan makan digunakan rumus uji-t dengan tahap sebagai berikut:

Gambar

Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Membaca
Tabel 3.3 Populasi Murid  No
Tabel 3.4  Variabel
Tabel 3.5 Teknik Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peran Kebijakan bisnis dalam meningkatkan kepuasan pelanggan pada Kopi Baba Coffe Shop Medan, Universitas Sumatera

Nick Forster, 2001, A Case Study of Women Academics on Equal Opportunities, Career Prospects and Work-Family Conflicts in UK. University , Career

Terkait laju pertumbuhan ikan semakin besar konsentrasi yang digunakan dan semakin lama paparan timbal, maka laju pertumbuhan (laju pertumbuhan spesifik dan laju

role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi dirancang setelah penyebaran pre-test sampel yang kategori self- efficacy

Pengumpulan data diperoleh dari lembar observasi guru dan lembar observasi siswa, untuk memeperoleh data motivasi belajar diperoleh dari angket motivasi belajar siswa sedangkan

Papa, Mama, Mbak Ruth, dan Mas Nathan di Bojonegoro, yang tidak pernah berhenti untuk terus mendukung penulis (baik dalam bentuk moril maupun materiil) di dalam

Untuk pembayaran : Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun 2016. Berdasarkan SK PPK tentang penerima Dana BOS

Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep dan logika kegiatan operasi bank, dimana semakin banyak dana pihak ketiga yang dapat dihimpun dari masyarakat, maka semakin