• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ambang Cahyo Wibowo. Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ambang Cahyo Wibowo. Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TOTAL LAG

PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI

INDIKASI KEPATUHAN TERHADAP PIHAK REGULATOR

(Studi Empiris Keberadaan Komite Audit dan

Proporsi Komisaris Independen)

Ambang Cahyo Wibowo Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret ABSTRACT

The characteristic of financial information is to have primary and secondary qualities. The primary quality explain that financial statement should be relevant and reliable, while the secondary one contains consistence and comparibility. Relevance should have three elements: feedback value, predictive value and timeliness. Information can be useful maximally when it is presented accurately and timely, but if that information is out of date, the value of information will be reduced or even dissapear. This research tries to analyze the factors affecting the duration of the company needs in giving the audited financial statement to regulating party, in this case, Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), that chronologically follows the independent auditor report date on the company’s financial statement. Such factors include company’s measure, profitability, independent board of commissioners, the presence of audit committee, auditor succession, and type of auditor. This research emphasize on the affect of audit committee and independent board of commissioners proportion as a part of Good Corporate Governance on the duration the company needs to give the audited financial statement to public.

The result of first step shows that the audit report lag is affected by the company’s size, independent board of commissioners proportion, the presence of audit committee, and auditor succession. The result of second step shows that the total lag is affected by the time interval of audit report lag and company’s size.

It is only company’s size as internal factor that affects the interval period of financial statement publication. The presence of audit committee and independent board of commissioners as the implementation of good corporate governance (GCG) principle emphasized in this research only affect the audit report lag that will chronologically affect the interval time of financial statement publication.

Keywords: Timeliness, Good Corporate Governance, Audit Report Lag, Total Lag, Company’s Size, Profitability, Independent Board of Commissioners, The Presence of Audit Committee, Auditor Succession, and Type of Auditor.

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan laporan yang ditujukan untuk memberikan informasi kinerja keuangan perusahaan kepada pemakai untuk pengambilan keputusan ekonomi. Untuk

perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen profesional, laporan keuangan yang disusun perlu diaudit oleh pihak eksternal yang menurut hukum dan aturan berhak melakukan audit. Hastuti,

(2)

dkk (2003) menyatakan pentingnya dilakukan audit atas laporan keuangan oleh pihak eksternal yang independen karena (1) laporan keuangan ada kemungkinan mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja, (2) laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini unqualified, dapat memberikan keyakinan kepada para pemakai laporan keuangan bahwa laporan keuangan tersebut bebas salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Selaras dengan hal tersebut, Bapepam melalui Kep-36/PM/2003 dan BEI dengan Kep-306/BEJ/07-2004 menyatakan bahwa perusahaan yang go-public diwajibkan menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan SAK dan telah diaudit oleh akuntan publik.

Menurut Dyer dan McHugh (1975), ketepatwaktuan (timeliness) merupakan salah satu karakteristik penting dalam laporan keuangan selain laporan pokok dan catatan atas laporan keuangan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikutip Oktorina dan Suharli (2005) dari FASB (1980) yang menyatakan bahwa karakteristik laporan keuangan memiliki kualitas primer yaitu relevance, reliable dan kualitas sekunder berupa consistence dan

comparability. Relevance harus memiliki tiga unsur, yaitu feedback value, predictive value, dan timeliness. Suatu informasi dapat bermanfaat secara maksimal apabila disajikan secara akurat dan tepat waktu, namun jika informasi tersebut usang, maka nilai manfaat dari informasi tersebut dapat berkurang atau bahkan hilang. Semakin lama waktu tertunda dalam penyajian laporan keuangan suatu perusahaan ke publik maka semakin banyak kemungkinan berkembangnya rumor-rumor ataupun kemungkinan terdapatnya insider information mengenai perusahaan tersebut, dan hal ini membawa konsekuensi tidak bekerjanya pasar sebagaimana mestinya atau pasar tidak efisien (Wirakusuma, 2004).

Keterlambatan publikasi laporan keuangan dapat disebabkan oleh terlambatnya perusahaan dalam menerbitkan laporan keuangan dan lamanya auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya (Ahmad dkk, 2005). Lamanya penyelesaian audit

oleh auditor dapat disebabkan oleh adanya pemenuhan standar audit oleh auditor, yang mana hal ini berdampak pada peningkatan kualitas hasil auditnya (Subekti dan Widiyanti, 2004).

Investor menghendaki penyajian laporan keuangan yang berkualitas serta tepat waktu, namun di sisi lain proses auditing merupakan aktivitas yang membutuhkan waktu sehingga pengumuman laporan keuangan auditan dapat tertunda hingga beberapa waktu. Lebih lanjut, terdapat dilema yang dihadapi oleh seorang auditor eksternal, yaitu pelaksanaan audit yang semakin sesuai dengan standar membawa konskuensi semakin lamanya waktu audit. Di sisi lain semakin tidak sesuai dengan standar pekerjaan audit, maka semakin pendek waktu yang diperlukan dalam proses audit. Hal tersebut terkait dengan pertimbangan penentuan tingkat materialitas dan risiko yang merupakan proses yang menyita waktu. Semakin rendah tingkat materialitas yang ditetapkan auditor, maka jumlah bukti yang dibutuhkan semakin banyak, hal ini berarti memperluas pekerjaan audit yang membawa konsekuensi bertambahnya waktu yang diperlukan dalam suatu penugasan audit.

Penentuan jumlah waktu yang dibutuhkan auditor eksternal dalam melakukan proses pengauditan juga didasarkan atas keyakinannya terhadap pengendalian internal perusahaan yang diaudit (Septiyanti, 2004). Standar pekerjaan lapangan kedua mengharuskan auditor eksternal memahami pengendalian internal yang berlaku dalam perusahaan. Oleh karena tidak semua tujuan pengendalian internal relevan dengan audit atas laporan keuangan, maka tanggung jawab auditor dalam memenuhi standar pekerjaan lapangan kedua hanya dibatasi pada golongan tujuan keandalan informasi keuangan, yaitu memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum di Indonesia (Mulyadi, 2002: 180-181).

Salah satu faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu perusahaan adalah dewan komisaris dan komite audit. Kedua bagian perusahaan ini berwenang mengajukan calon auditor

(3)

eksternal yang hendak melakukan audit atas laporan keuangan perusahaan kepada RUPS. Mekanisme tersebut ditujukan untuk meningkatkan integritas auditor eksternal dalam menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan oleh manajemen. Hal tersebut sesuai dengan pedoman good corporate governance sebagai salah satu aspek dalam mewujudkan transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan.

Sebagai otoritas yang berwenang dalam dunia pasar modal di Indonesia, BAPEPAM mengeluarkan peraturan mengenai batas waktu terakhir penyampaian laporan keuangan berkala yang disertai laporan Akuntan, yaitu yang tertuang dalam Keputusan Ketua BAPEPAM bahwa penyampaian laporan keuangan tersebut selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Hal ini berarti merubah peraturan sebelumnya, Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor 80/PM/1996, yang menyatakan selambat-lambatnya seratus dua puluh hari, menjadi selambat-lambatnya sembilan puluh hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan atau tanggal neraca.

Ada beberapa penelitian yang merupakan suatu kajian literatur mengenai ketepatan waktu pelaporan dan hasilnya dikategorikan menjadi dua tipe (Saleh, 2004). Tipe pertama berkaitan dengan dampak ketepatan waktu pada keragaman laba (Chambers dan Penman, 1984; Bandi dan Hananto, 2000; Syafrudin, 2004). Tipe kedua, berkaitan dengan pola keterlambatan laporan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pelaporan tepat waktu atau rentang waktu publikasi laporan keuangan (Oktorina dan Suharli, 2005; Naim, 1999; Wirakusuma, 2004; Septiyanti, 2004; Aryati dan Theresia, 2005). Penyerahan laporan keuangan ke bursa saham merupakan titik resmi publikasi informasi akuntansi untuk dapat digunakan secara umum oleh para investor dalam pengambilan keputusan (Septiyanti, 2004). Penelitian ini ingin menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi panjang pendeknya waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan audit atas laporan keuangan tahunan dan waktu yang dibutuhkan hingga laporan

keuangan auditan tersebut dipublikasikan atau diterbitkan (total lag).

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1. Total Lag

Salah satu tugas auditor, yang diwakili oleh akuntan publik, adalah menilai serta menyatakan pendapat terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan. Artinya, sebelum adanya penilaian dari para auditor tersebut, laporan keuangan belum sah, dalam arti masih diragukan, dan laporan keuangan yang telah diaudit disebut laporan keuangan auditan. Penyerahan laporan keuangan ke bursa saham merupakan titik resmi publikasi informasi akuntansi untuk dapat digunakan secara umum oleh para investor dalam pengambilan keputusan (Septiyanti, 2004). Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan auditan merupakan hal penting khususnya untuk perusahaan publik yang mengandalkan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Bandi dan Hananto (2000) membagi rentang waktu yang meliputi rentang waktu audit, rentang waktu pelaporan, dan rentang waktu total. Dyer dan McHugh (1975) mendefinisikan lag atau rentang waktu menjadi (a) preliminary lag, yang merupakan rentang waktu antara tanggal berakhirnya tahun buku hingga tanggal diterimanya laporan keuangan pendahuluan oleh pasar modal (b)

auditors’ signature lag, yaitu rentang waktu antara tanggal berakhirnya tahun buku hingga tanggal tanda tangan auditor yang tertera dalam laporan auditor (c) total lag, adalah rentang waktu antara tanggal berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan publikasi oleh pasar modal. Dalam penelitian ini, audit report lag adalah lamanya waktu dalam penyelesaian audit oleh auditor eksternal yang ditandai dengan tanggal tanda tangan auditor atas laporan audit. Total lag adalah istilah yang digunakan penulis guna mengistilahkan variabel dependen yang mencerminkan jeda waktu antara tanggal penutupan tahun buku dengan tanggal diterbitkannya laporan keuangan.

(4)

2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan sebagai salah satu variabel telah banyak diujikan dalam berbagai penelitian. Aryati dan Theresia (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset yang dimiliki berpengaruh signifikan. Perusahaan besar cenderung memiliki total aset yang relatif besar, sehingga dalam penyelesaian laporan auditnya membutuhkan banyak sampel untuk diambil dan bertambah luasnya prosedur audit yang harus dilakukan. Oktorina dan Suharli (2005) juga memperoleh temuan yang sama, bahwa semakin besar perusahaan semakin rendah tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan keuangannya. Namun, penelitian yang dilakukan Wirakusuma (2004); Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang semakin besar, maka waktu penyelesaian audit laporan keuangan semakin pendek. Hal ini dikarenakan adanya dorongan dari manajemen perusahaan besar untuk mengurangi penundaan audit karena perusahaan besar cenderung diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan regulator. Disamping itu, perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor dalam menyelesaikan pekerjaannya (Subekti dan Widiyanti, 2004). Penelitian Owusu-Ansah (2000); Ismail dan Chandler (2006); Dyer dan Mchugh (1975); Carslaw dan Kaplan (1991); Ashton, Willingham, dan Elliott (1987) menemukan bahwa semakin besar perusahaan yang diukur melalui total aset, semakin cepat perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan. Sedangkan menurut Na’im (1999) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap lamanya penyampaian laporan keuangan ke publik.

H1a = Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Audit Report Lag.

H1b = Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Total Lag.

3. Profitabilitas

Menurut Ang (1997) dalam Suharli dan Rachpriliani (2006) rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan di

dalam menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva (Bringham, 1998). Profitabilitas yang tinggi menandakan kinerja yang baik, yang berarti kabar baik bagi pemegang saham sekaligus informasi baik mengenai kinerja manajemen (Oktorina dan Suharli, 2000). Oleh sebab itu, perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Perusahaan yang melaporkan rugi membutuhkan waktu yang lama dibandingkan perusahaan yang melaporkan laba karena adanya waktu yang dibutuhkan perusahaan dan auditor untuk mendiskusikan masalah pelaporan kerugian perusahaan (Ahmad, Alim, dan Subekti, 2005).

H2a = Profitabilitas berpengaruh terhadap

Audit Report Lag.

H2b = Profitabilitas berpengaruh terhadap

Total Lag.

4. Proporsi Komisaris Independen

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata demi kepentingan perusahaan (KNKG, 2006). Mekanisme Komisaris Independen telah diatur oleh Bursa Efek Indonesia melalui peraturan BEJ Nomor :Kep-339/BEJ/07-2001. Peraturan tersebut menyatakan bahwa perusahaan yang

listed di Bursa harus mempunyai Komisaris Independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas (bukan controlling shareholders) atau jumlah minimal Komisaris Independen adalah 30% dari seluruh anggota Dewan Komisaris. Keberadaan Komisaris Independen menjadi penting karena di dalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta

stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat di dalam pembiayaan usahanya. Perusahaan yang memiliki komisaris

(5)

independen yang relatif lebih banyak dinilai memiliki pengendalian internal yang relatif lebih baik, sehingga menambah keyakinan auditor atas pengendalian internal yang lebih baik dan proses pengauditan yang dilakukan oleh auditor eksternal menjadi relatif lebih cepat (Septiyanti, 2004).

H3a = Proporsi Komisaris Independen dalam Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Audit Report Lag.

H3b = Proporsi Komisaris Independen dalam Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Total Lag.

5. Keberadaan Komite Audit yang Dibentuk Sesuai dengan Peraturan Bapepam

Peraturan Bapepam Nomor IX.I.5 mengenai pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit mendefinisikan komite audit sebagai komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu tugas dan fungsi dewan komisaris. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Anggota komite audit yang merupakan komisaris independen bertindak sebagai ketua komite audit. Song dan Windram (2000) menemukan bahwa komite audit berperan penting dalam pemonitoran pelaporan keuangan dan pengendalian internal dari sisi para pemegang saham. Komite audit yang hanya terdiri dari komisaris independen dan setidaknya memiliki salah satu anggota dengan latar belakang akuntansi atau keuangan cenderung untuk (a) mengadakan pertemuan yang relatif lebih lama dengan kepala auditor internal, (b) menyediakan akses privat bagi kepala auditor internal, dan (c) mereview proposal audit internal dan hasil dari pengauditan internal (Raghunandan dkk., 2001). Sejumlah bukti empiris tersebut mengindikasikan bahwa keberadaan komite audit meningkatkan kualitas pengendalian internal melalui interaksinya dengan auditor internal. Pengendalian internal perusahaan yang semakin baik dengan adanya komite audit

diharapkan dapat meningkatkan keyakinan auditor eksternal terhadap pengendalian internal perusahaan sehingga proses audit dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat (Septiyanti, 2007).

H4a = Keberadaan komite audit yang dibentuk sesuai dengan peraturan Bapepam berpengaruh terhadap

Audit Report Lag.

H4b = Keberadaan komite audit yang dibentuk sesuai dengan peraturan Bapepam berpengaruh terhadap

Total Lag. 6. Perubahan Auditor

Proses audit yang dilakukan oleh auditor yang sama dalam beberapa periode membawa implikasi bahwa proses pengauditan menjadi lebih cepat (Septiyanti, 2004). Auditor menjadi lebih mudah untuk mendapatkan bukti dalam penugasan ulang karena penugasan audit terdahulu telah mengumpulkan informasi yang berhubungan. Disamping itu, penugasan ulang memudahkan auditor untuk mengenal klien dalam hal mengenal usaha klien, transaksi yang rumit dari klien, serta karakteristik klien sehingga lebih efisien untuk merencanakan dan melaksanakan penugasan. Lebih lanjut, hasil audit terdahulu dapat digunakan untuk menilai resiko pengendalian (Guy dkk, 2002).

H5a = Perubahan auditor berpengaruh terhadap Audit Report Lag.

H5b = Perubahan auditor berpengaruh terhadap Total Lag.

7. Auditor Eksternal

Ahmad (2005) menemukan bahwa KAP “The Big Four” membutuhkan waktu yang lebih pendek dibandingkan KAP “Non The Big Four” dimana dalam hal ini disebabkan adanya efisiensi waktu, insentif yang lebih tinggi, menjaga reputasi, serta kualitas SDM yang lebih baik yang dimiliki oleh kantor akuntan tersebut. Imam (2001) dalam penelitiannya di Bangladesh membagi auditor menjadi KAP lokal-besar dan KAP lokal-kecil berdasarkan: (a) jumlah partner, (b) kualifikasi dari partner, (c) adanya ikatan atau hubungan dengan KAP

(6)

yang memiliki reputasi internasional. Oktorina dan Suharli (2005) menemukan bahwa kantor akuntan besar secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. DeAngelo (1981) dalam Oktorina dan Suharli (2005) menemukan bahwa kantor akuntan besar memiliki hasil kualitas audit yang lebih baik. Dengan demikian, pihak manajemen akan segera menyampaikan laporan akuntan yang telah diaudit oleh kantor akuntan besar secara tepat waktu (Suharli dan Rachpriliani, 2006). Hal tersebut tentu saja dapat berarti rentang waktu publikasi laporan keuangan menjadi relatif lebih cepat.

H6a = Tipe auditor berpengaruh terhadap ARL.

H6b = Tipe auditor berpengaruh terhadap Total Lag.

8. Audit Report Lag

Pengembangan hipotesis yang telah diajukan menunjukkan pengujian lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit atas laporan keuangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Rentang waktu penyelesaian audit berperan penting dalam mempengaruhi kecepatan pengumuman atau penyampaian laporan keuangan auditan ke publik yang berarti semakin cepat proses audit laporan keuangan tahunan maka semakin cepat pula publikasinya ke publik (Wirakusuma, 2004).

H7 = Audit Report Lag berpengaruh terhadap Total Lag.

METODE PENELITIAN

1. Populasi dan Pengambilan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan perusahaan yang terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangan selama periode 2004 sampai akhir tahun 2006. Sampel penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling dan sampel yang diambil sebanyak 53 observasi sampel.

2. Variabel Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah total lag (TPLK) yaitu rentang waktu antara tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal penyerahan ke Bapepam yang dianggap sebagai tanggal pengumuman ke publik, dan audit report lag (ARL) yaitu rentang waktu antara tanggal penutupan tahun buku sampai dengan ditandatanganinya laporan auditor independen. Secara kronologis tanggal publikasi laporan keuangan didahului oleh tanggal tanda tangan auditor, sehingga variabel ARL juga akan berfungsi sebagai variabel independen ketika menjelaskan pengaruhnya terhadap rentang waktu publikasi laporan keuangan auditan. Kedua variabel ini diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari.

a. Ukuran Perusahaan (SIZE)

Ukuran perusahaan dinyatakan dalam aktiva total yang dimiliki perusahaan sampel (Wirakusuma, 2004). Ukuran ini telah digunakan oleh Dyer dan Mchugh (1975); Ashton, Willingham dan Elliott (1987); Carslaw dan Kaplan (1991), Hossain dan Taylor (1998), Owusu-Ansah (2000); Ahmad dan Kamarudin (2003); serta Subekti dan Widiyanti (2004).

b. Profitabilitas (PROFIT)

Profitabilitas diukur dengan ROA yang dihitung dari laba bersih setelah pajak dibagi total aktiva akhir tahun buku setiap perusahaan sampel. Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva (Bringham, 1998). c. Proporsi Komisaris Independen

(PROPKOMIN)

Proporsi komisaris independen meru-pakan variabel independen yang diukur dengan membagi jumlah komisaris independen (tidak terafiliasi) dengan jumlah anggota dewan komisaris yang terdiri dari komisaris yang berafiliasi dan tidak berafiliasi (independen).

d. Keberadaan Komite Audit (KKA) Keberadaan komite audit yang

sesuai dengan peraturan Bapepam merupakan variabel dummy.

(7)

e. Perubahan Auditor (AUDITCHANGE) Pergantian atau perubahan auditor

merupakan variabel independen yang bersifat dummy.

f. Auditor Eksternal (TIPE_KAP) Ukuran KAP merupakan variabel

independen yang bersifat dummy dengan mengelompokkan para auditor yang berasal dari KAP yang bermitra kerja dengan KAP Internasional dan termasuk dalam ”The Big Four”. Perusahaan yang diaudit oleh KAP ”Big Four” diberi kode dummy 1 dan yang diaudit oleh KAP lain diberi kode dummy 0.

3. Analisis Data

Analisis dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier. Adapun persamaan regresi didasarkan pada pembahasan mengenai variabel dependen dan variabel independen adalah:

Persamaan 1

ARL = α + β1SIZE + β2PROFIT + β3PROPKOMIN + β4KKA +β5AUDITCHANGE + β6TIPE_ KAP + e

Persamaan 2

TLFR = α + β1ARL + β2SIZE + β3PROFIT + β4PROPKOMIN + β5KKA + β6AUDITCHANGE + β7TIPE_ KAP + e Keterangan: Α = konstanta β1β2... βxP = koefisien regresi

e

= koefisien eror

TLFR = total lag financial reporting

ARL = audit report lag SIZE = ukuran perusahaan PROFIT = profitabilitas

PROPKOMIN = proporsi komisaris indepen-den

KKA = keberadaan komite audit yang sesuai dengan pera-turan Bapepam

AUDITCHANGE = penggantian auditor TIPE_KAP = Tipe KAP

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk menguji data penelitian berdistribusi normal, digunakan pengujian Kologorov Smirnov of Fit Test. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,262 dan 0,788 lebih besar dari 0,05 (α = 5%) sehingga dapat dikatakan bahwa residual model berdistribusi normal dan dapat dilakukan regresi dengan model linear berganda.

Untuk mendeteksi adanya multi-kolinearitas digunakan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai nilai VIF kurang dari 10 dan nilai TOLERANCE lebih besar dari 0,1. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi tersebut bebas multikolinearitas.

Asumsi autokorelasi diuji dengan menggunakan uji statistik Durbin-Watson (DW). Hasil pengujian menunjukkan nilai persamaan (DW) 2,065 dalam persamaan pertama lebih besar dari batas atas (du) 1,639 dan kurang dari 2,361 (4 – du) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Nilai DW persamaan kedua adalah 1,831. Nilai ini berada diantara 1,685 (du) dan lebih kecil dari 2,315 (4 – du) sehingga dapat disimpulkan autokorelasi tidak terjadi.

Uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat Grafik Plot. Dari analisis kedua grafik dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung masalah heterokedastisitas.

Hasil uji ANOVA atau uji F diperoleh nilai F sebesar 13,325 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000, lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka variabel ukuran perusahaan (SIZE), tingkat profitabilitas (PROFIT), proporsi komisaris independen (PROPKOMIN), keberadaan komite audit (KKA), penggantian auditor (AUDITCHANGE), dan tipe KAP yang melakukan audit (TIPE_KAP), secara bersama–sama atau stimultan berpengaruh signifikan terhadap audit report lag (ARL)

Hasil pengujian sampel dengan uji t menunjukkan bahwa diantara 6 (enam)

(8)

variabel yang diujikan hanya dua variabel yang tidak berhasil mencapai tingkat signifikansi, yaitu variabel PROFIT dan TIPE_KAP. Hal ini berarti bahwa audit report lag cenderung dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (SIZE), proporsi komisaris independen (PROPKOMIN), keberadaan komite audit (KKA), dan penggantian auditor (AUDIT_ CHANGE).

Hasil uji ANOVA atau uji F dalam persamaan II diperoleh nilai F sebesar 13,497 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000, lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka variabel rentang waktu penyelesaian audit (audit report lag) (ARL), ukuran perusahaan (SIZE), tingkat profitabilitas (PROFIT), proporsi komisaris independen (PROPKOMIN), keberadaan komite audit (KKA), penggantian auditor (AUDITCHANGE), dan tipe KAP yang melakukan audit (TIPE_KAP), secara bersama-sama atau stimultan berpengaruh secara signifikan terhadap rentang waktu publikasi laporan keuangan atau total lag financial reporting (TLFR).

Hasil pengujian sampel dengan uji t pada persamaan II membuktikan hanya 2 (dua) variabel yang mencapai taraf signifikansi yaitu variabel ARL dan SIZE, sedangkan variabel tingkat profitabilitas (PROFIT), proporsi komisaris independen (PROPKOMIN), keberadaan komite audit (KKA), penggantian auditor (AUDITCHANGE) dan tipe kantor akuntan publik yang melakukan audit (TIPE_ KAP) tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap total rentang waktu publikasi laporan keuangan (TLFR).

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

1. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rentang waktu publikasi laporan keuangan (total lag financial reporting). Faktor – faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal perusahaan yang berupa ukuran aset, tingkat profitabilitas, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit yang sesuai dengan peraturan Bapepam, penggantian

auditor, serta tipe auditor (KAP) yang melakukan audit. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Rata- rata rentang waktu penyelesaian audit (audit report lag) atas laporan keuangan sampel adalah 75 (tujuh puluh lima) hari, sedangkan untuk rata-rata rentang waktu publikasi laporan keuangan adalah (total lag financial reporting) adalah 91 (sembilan puluh satu) hari. Hal ini melebihi 1 (satu) hari dari batas waktu yang ditetapkan oleh Bapepam dalam Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-36/PM/2003, No. Peraturan X.K.2, selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal neraca (31 Desember).

b. Hasil analisis regresi tahap pertama menunjukkan bahwa rentang waktu penyelesaian audit atas laporan keuangan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit yang sesuai dengan peraturan Bapepam, serta penggantian auditor. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar cenderung memerlukan waktu yang lebih pendek dalam penyelesaian audit laporan keuangan tahunannya karena diperkirakan perusahaan berskala besar memiliki sumber daya yang lebih banyak untuk “purchase less delay”. Perusahaan berskala besar mampu membayar fee audit yang relatif tinggi sehingga dapat menekan auditor untuk memulai pekerjaan audit lebih awal dan menyelesaikan audit tepat waktu bila dibanding dengan perusahaan kecil. Hal lain adalah adanya tekanan eksternal yang lebih tinggi yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan besar dari pihak investor, pengawas pasar modal dan pemerintah untuk segera menerbitkan laporan keuangan yang telah ditandatangani oleh auditor. Selain itu, perusahaan besar biasanya memiliki struktur pengendalian internal yang lebih baik

(9)

daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi kesalahan dalam penyajian laporan keuangan sehingga auditor dapat mengurangi jumlah bukti yang dikumpulkan dalam audit yang bersangkutan. Proporsi komisaris independen dalam dewan komisaris memberi implikasi bahwa perusahaan yang memiliki komisaris independen yang relatif lebih banyak dinilai memiliki pengendalian internal yang relatif lebih baik, sehingga menambah keyakinan auditor atas pengendalian internal yang lebih baik dan proses pengauditan yang dilakukan oleh auditor eksternal menjadi relatif lebih cepat. Hasil yang diperoleh mengenai keberadaan komite audit yang sesuai dengan peraturan Bapepam menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit yang sesuai dengan peraturan Bapepam dinilai memiliki pengendalian internal yang relatif lebih baik, sehingga proses audit dapat dilakukan relatif lebih cepat. c. Hasil analisis regresi tahap II

menunjukkan bahwa rentang waktu publikasi laporan keuangan (total lag financial reporting) dipengaruhi oleh rentang waktu penyelesaian audit atas laporan keuangan (audit report lag) dan ukuran perusahaan. Rentang waktu penyelesaian audit atas laporan keuangan merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap rentang waktu publikasi laporan keuangan karena secara kronologis penerbitan laporan keuangan kepada publik didahului oleh adanya opini atau laporan auditor atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan seperti yang tertulis dalam Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-36/PM/2003, No. Peraturan X.K.2. Hasil ini juga mendukung penelitian Givolly dan Palmon (1982) dan Wirakusuma (2004) yang menyatakan bahwa lamanya waktu untuk menyelesaikan audit atas laporan keuangan tahunan

adalah merupakan faktor penentu dalam ketepatwaktuan pengumuman laporan keuangan ke publik. Ukuran perusahaan juga berpengaruh ter-hadap rentang waktu publikasi laporan keuangan tahunan. Hal ini dikarenakan adanya tekanan eksternal yang lebih tinggi yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan besar dari pihak investor, pengawas pasar modal dan pemerintah untuk segera menerbitkan laporan keuangan yang telah ditandatangani oleh auditor (Wirakusuma, 2004).

d. Hanya faktor internal yang berupa ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap rentang waktu publikasi laporan keuangan. Keberadaan komite audit dan porporsi komisaris independen sebagai implementasi penerapan prinsip good corporate governance (GCG) yang menjadi penekanan dalam penelitian ini hanya berpengaruh terhadap rentang waktu penyelesaian audit (audit report lag) yang secara kronologis akan mempengaruhi rentang waktu publikasi laporan keuangan.

2. Keterbatasan

Faktor internal perusahaan dalam penelitian ini hanya difokuskan pada ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, keberadaan komite audit, serta proporsi komisaris independen. Hal ini tidak mencerminkan secara menyeluruh atas variabel-variabel internal perusahaan karena banyaknya atribut internal perusahaan yang diduga juga berpengaruh terhadap rentang waktu publikasi laporan keuangan seperti proporsi kepemilikan saham perusahaan, ada tidaknya permasahalan kontijensi serta tingkat solvabilitas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini relatif kecil dan berfokus pada data laporan keuangan serta tidak memperhatikan nama perusahaan sehingga kurang merepresentasikan kondisi yang sebenarnya. Disamping itu, periode pengamatan yang dilakukan relatif singkat sehingga belum bisa dianggap mewakili kondisi yang sebenarnya.

(10)

Penekanan implementasi good corporate governace hanya berfokus pada kuantitas yang diproksikan dengan proporsi komisaris independen serta keberadaan komite audit. Hal ini kurang berimbang karena tidak memasukkan unsur kualitas efektifitas yang dapat dilihat dari kapabilitas anggota komite audit maupun komisaris inidependen.

3. Saran

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan variabel internal maupun eksternal perusahaan serta memperbanyak sampel penelitian sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih mereprensentasikan populasi, serta memasukkan sisi kualitas dari implementasi

good corporate governance sehingga dapat diamati dari pengaruh sisi kuantitas maupun kualitasnya terhadap rentang waktu publikasi laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hamzah; Alim, M.N; I. Subekti. 2005. “Pengujian Empiris Audit Report Lag Menggunakan Client Cyle Time dan Firm Cycle Time”,

Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Ahmad, R.A.R., dan K.A. Kamarudin. 2003. ”Audit Delay and The Timeliness of Corporate Reporting: Malaysian Evidence”. www.hicbusiness.ogr,

di download tanggal 5 Mei 2007. Aryati, Titik dan T. Maria. 2005.

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness”, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 5 No. 3.

Ashton, R.H.; Willingham, P.R.; dan Elliot, R.K. 1987. “An Empirical Analysis of Audit Delay”. Journal of Accounting Research, (autumn),Vol. 25,No. 2

Bandi, dan Hananto, S.T. 2000. “Ketepatan Waktu Atas Laporan Keuangan

Perusahaan Indonesia”.

Simposium Nasional Akuntansi III.

Bringham, Hoston. 1998. Fundamental of Financial Management. Eight Edition. The Dryden Press.

Carslaw, C.A.P.N., dan Kaplan, S.E. 1991. ”An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand”. Accounting and Business Research (winter), Vol. 22, No. 85

Chambers, A.E., dan Penman, S.H. 1984. “Timeliness of Reporting and the Stock Price Reaction to Earnings Announcements”. Journal Of Accounting Research (spring), Vol. 22, No. 1.

Davies, B dan G.P. Whittred, 1980. “The Association Between Selected Corporate Attributes and Timeliness in Corporate Reporting Further Analysis”.

Dyer, J. D., dan A. J. McHugh, 1975. “The Timeliness of Australian Reports”,

Journal of Accounting Research, (autumn), p. 204-219.

Guy, Dan M; Alderman, C.W; Winters, Alan, J. 1999. Auditing. Edisi Kelima. Jilid 1, Erlangga.

Hastuti, T.D,; Indarto, S.L; Susilawati, C. 2003. “Hubungan Antara Profesionalisme Auditor Dengan Pertimbangan Tingkat

Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan”.

SNA Surabaya.

Hossain, Monirul Alam; Taylor, Peter J. 1998. “An Examination of Audit Delay: Evidence from Pakistan”.

Imam, Shahed, 2001. “Association of Audit Delay and Audit Firm’s International Links: Evidence from Bangladesh”. Managerial Auditing Journal 16/3, hal. 129-133.

(11)

Ismail, Ku Nor Izah Ku dan Chandler, Roy. 2006. “The Timeliness of Quarterly Financial Reports of Companies in Malaysia”. SSRN. www.ssrn.com di download

tanggal 09 Mei 2007.

Karim, A.K.M. Waresul, dan Ahmed, Jamal Uddin. 2005. “Does Regulatory Change Improve Financial Reporting Timeliness? Evidence from Bangladesh Listed Company”. Working Papers. Victoria University of Wellington. http://www.accounting-research. org.nz .

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Salemba Empat.

Na’im, Ainun. 1999. “Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan: Analisis Empirik Regulasi Informasi di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 2, hal. 85-100.

Oktorina, Megawati, dan Suharli, Michell, 2005. ”Studi Empiris Terhadap Faktor Penentu Kepatuhan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan”. Jurnal Ekonomi & Bisnis, 2 (Agustus), hal. 119-132. Owusu-Ansah, S. 2000. ”Timeliness Of

Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market : Empirical Evidence From The Zimbabwe Stock Exchange”.

Accounting and Business Research (summer). Vol. 30, No. 3.

Raghunandan, K.; Read, William J; dan Rama, D.V. 2001. “Audit Committee Composition, ‘Gray Directors,’ and Interacting with Internal Auditing”. Accounting Horizons. Vol. 15 No. 2, hal.105-118.

Saleh, Rachmaf. 2004. “Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur

di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VII.

Septiyanti, Ratna. 2004. ”Analisis Pengaruh Komite Audit dan Komisaris Independen Terhadap Perubahan Waktu Penyerahan Laporan Keuangan Perusahaan Ke Bursa Efek Jakarta”. Disertasi Program Doktoral UGM.

Song, J. dan B. Windram. 2000. “Benchmarking Audit Committe Effectiveness in the UK”. Working Paper Napier University.

Subekti, Imam. dan Widiyanti, N.W., 2004. “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi VII.

Suharli, Michell. dan Rachpriliani, Awaliawati. 2006. “Studi Empiris Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan”.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 8, No. 1, hal 34-35.

Syafrudin, M. 2004. “Pengaruh K e t i d a k t e p a t w a k t u a n Penyampaian Laporan Keuangan Pada Earnings Response Coefficient : Studi di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VII.

Wirakusuma, M.G, 2004. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik : Studi Empiris Mengenai Peranan Divisi Internal Audit Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi VII.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perjalanan paroki ini melayani selain wilayah kota Indramayu juga melayani beberapa stasi yakni: bagian barat (Losarang), Wilayah Dagan dan Totoran, dan Wilayah

Sebagai lembaga pendidikan tradisional, pesantren pada umumnya tidak memiliki rumusan tujuan pendidikan secara rinci, dijabarkan dalam sebuah sistem pendidikan yang

Setelah diketahui adanya bioaktifitas bakteri penghasil antibiotika dari mikroba endofitik pada surian, tumbuhan ini dapat dikembangkan sebagai bahan dasar obat

NEPAL/Photo oleh   Brent  S rton  VIETNAM/Photo oleh   Michael  Bisceglie   Bercerit a un tuk berbagi  peng etahuan  dan  kebuda yaan

Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 lenlang Pengelolaan Dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan D (penambahan vitamin mix 3 % dari jumlah pakan) memberikan hasil terbaik untuk

Perspektif agensi penghindaran pajak menunjukkan bahwa penghindaran pajak tidak selalu diinginkan oleh pemegang saham karena terdapat biaya yang harus dikeluarkan meliputi biaya

Pengaruh media televisi Si Bolang terhadap kemampuan menulis teks deskripsi siswa adalah terlihatnya pengaruh yang signifikan terhadap hasil menulis teks