• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petani yang memiliki umur yang semakin tua (>50 tahun) biasanya semakin lamban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Petani yang memiliki umur yang semakin tua (>50 tahun) biasanya semakin lamban"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karateristik Individu Petani Indonesia

Karakteristik individu Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungannya (Mislini, 2006).

Ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh petani meliputi beberapa faktor atau unsur-unsur yang melekat pada diri seseorang dapat dikatakan sebagai karakteristik petani. Pengkategorian responden dari masing-masing indikator dilakukan dengan teknik analisis deskriptif (Arikanto, 1998).

Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu. Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan luas lahan.

1) Umur

Petani yang memiliki umur yang semakin tua (>50 tahun) biasanya semakin lamban mengadopsi ilmu baru atau inovasi baru yang dijelaskan oleh penyuluh dan cenderung hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakan setempat. Umur seseorang menentukan prestasi kerja orang tersebut. Semakin tua tenaga kerja maka daya serap dan daya pemahaman akan inovasi yang

(2)

Namun dalam segi tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman.

Umur responden merupakan lama responden hidup hingga penelitian dilakukan, umur produktif petani akan mempengaruhi proses adopsi suatu inovasibaru. Seperti yang di kutip dari Badan Pusat Stasistik yang di sajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1. Data Umur Produktif Petani Indonesia

No Umur Petani Variabel

1 0 - 14 tahun Belum produktif

2 15 – 64 tahun Produktif

3 65 tahun keatas Tidak produktif lagi

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pemahaman yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pemahaman akan berkurang.

2) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang ditempuh petani pada bangku sekolah. Pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih terbuka untuk menerima dan mencoba hal-hal yang baru.

Pendidikan merupakan sarana belajar, yang menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pembangunan praktek pertanian yang lebih modern.Mereka

(3)

yang berpendidikan tinggi lebih cepat melakukan adopsi.Begitu juga sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah lebih sulit melaksanakan adopsi dan inovasi. Pendidikan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal.

a. Pendidikan Non Formal

Berbagai macam target produksi pertanian akan berhasil baik apabila ketersediaan dan ketrampilan para petani untuk berproduksi bisa ditingkatkan. Untuk itu diperlukan pendidikan yang khusus bagi mereka, berupa pendidikan non formal yakni penyuluhan pertanian (Hadiwijaya, 1978).

Penyuluhan adalah pendidikan. Program penyuluhan membantu orang untuk meningkatkan pengetahuan dari aspek teknik pertanian dan pemahaman mereka tentang proses biologi, fisika dan ekonomi dalam pertanian. Sasaran dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan mereka sehingga dapat membantu petani untuk mengelola sumberdaya yang tersedia dengan baik.

Penyuluhan pertanian adalah suatu layanan atau yang sistemnya membantu petani untuk mengidentifikasi dan meneliti permasalahan produksi mereka. Melalui prosedur bidang pendidikan dapat meningktakan metode dan teknik bertani, meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan, tingkatan hidup mereka yang lebih baik, dan mengangkat sosial serta standart bidang pendidikan.

(4)

b. Pendidikan Formal

Dari segi pendidikan ciri-ciri bagi adopter yang lebih inovatif, yaitu lebih berpendidikan, termasuk lebih menguasai kemampuan baca tulis. Orang yang cepat berhenti dari penggunaan inovasi itu pendidikannya kurang, status sosialnya rendah, kurang berhubungan dengan agen pembaharu (Hanafi, 1987).

Mereka yang berpendidikan tinggi akan relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah akan sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat (Soekartawi, 2005).

Petani yang mencapai pendidikan lebih tinggi mempunyai tingkat adopsi yang lebih tinggi daripada mereka yang mencapai tingkat pendidikan yang rendah. Seorang agen pembaharu dapat mendapatkan hasil yang terbaik ketika berhadapan dengan orang yang tingkat pendidikannya lebih tinggi (Cruz, 1987).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pemahaman yang mereka peroleh dari orang lain ataupun dari sumber informasi yang lain, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pemahamannya.

(5)

3) Lama Berusahatani

Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan teknologi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. (Soekartawi 1988).

2.1.1. Perilaku Komunikasi

Perilaku komunikasi merupakan tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, seperti cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut oleh seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber dan pesan jika dilihat dari model komunikasi linier. Perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari informasi.

(Gould dan Kolb,1964).

Perilaku komunikasi petani dapat dilihat dari pencarian informasi. Dalam hal pencarian informasi, sebagian besar petani melakukan pencarian informasi yang tidak terlalu intensif atau dapat dikatakan petani hanya kadang-kadang (sedikit) mencari informasi mengenai program pupuk bersubsidi. Hal tersebut disebabkan karena kesibukan petani dalam aktivitasnya bercocok tanam setiap hari. Sehingga informasi tentang pupuk bersubsidi tidak sampai kepada petani dalam bentuk lisan maupun tulisan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh petani guna mensukseskan usahatani petani.

(6)

Ada dua jenis perilaku yaitu perilaku eksternal dan perilaku internal. 1) Perilaku Eksternal

Perilaku eksternal merupakan perilaku yang timbul dari luar individu baik dari keluarga, lingkungan maupun budaya.

2) Perilaku Internal

Perilaku internal merupakan perilaku yang timbul dari dalam diri individu seperti motivasi, persepsi, sikap yang mempengaruhi pengalaman individu akan inovasi. perilaku komunikasi terbagi dalam empat level (jenjang) kedalaman yaitu: 1) hanya sekedar berbicara (only talk)

2) saling ketergantungan (interdependent) 3) tenggang rasa (emphaty) dan

4) saling berinteraksi (interactive). (Berlo 1973).

2.1.2. Perkembangan Jenis Media Komunikasi

Perkembangan teknologi informasi di Indonesia sampai dengan saat ini berkembang dengan pesat seiring dengan penemuan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam bidang informasi dan komunikasi sehingga mampu menciptakan alat-alat yang mendukung perkembangan teknologi informasi mulai dari sistem komunikasi sampai dengan alat komunikasi yang searah maupun yang dau arah (interaktif). Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia selalu mengadopsi berbagai teknologi informasi hingga akhirnya tiba di suatu masa dimana penggunaan internet mulai menajdi “makanan” sehari-hari yang dikenal dengan teknologi berbasis internet

(7)

(Internet Based Technology). Zaman dahulu sebelum berkembangnya teknologi, orang-orang Indonesia harus menempuh jarak yang jauh untuk mengantarkan sebuah surat atau pesan kepada orang lain, tetapi lain dengan zaman sekarang dan perkembangan itu sendiri di Indonesia dimulai dengan Satelit Palapa (9 Juli 1976) yang memudahkan arus komuniksi dan teknologi, yakni telepon, fax, dll. Setelah era telepon, muncullah telepon seluler pertama kali pada tahun 1984 dengan berbasis Technology Nordic Mobilen Telephone. Pada saat ini bobot telepon masih sangat berat dan besar. Setelah itu masuk Technology Global System for Mobile (GSM) pertama di Indonesia tepatnya di Pulau Batam dan Pulau Bintan pada tahun 1993 yakni sebuah teknologi komunikasi bergerak yang tergolong dalam generasi kedua (2G). Teknologi ini menggunakan sim card yang jangkauannya luas. Penyedia jasa GSM pertama adalah Telkomsel. Setelah perkembangan telepon, mulailah perkembangan komputer. Sekaligus ditandai dengan maraknya perkembangan teknologi internet apda tahun 1994. Kala itu teknologi internet sudah termasuk murah biayanya. Pada saat itu Internet Service Provider (ISP) yang berkembang ialah IndoNet dan IptekNet (Suryani, 2012).

Melihat hasil penelitian human indeks dari 150 negara, Indoensia hanya ada di posis ke 110. Sedangkan di achievement technology, Indonesia menduduki nomor 61 dari 64 negara. Maka dari itu, Indonesia harus tersu-menerus berinovasi dan menghasilkan buah karya atau produk dari IPTEK, sehingga penanaman IPTEK terhadap anak-anak sebagai generasi penerus harus diupayakan sedini mungkin, sehingga pada masa yang

(8)

akan datang Indonesia pasti akan dapat menyaingi negara-negara lainnya dalam hal teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang pesat sehingga dapat berpengaruh terhadap pola komunikasi di masyarakat. Dibuatnya instrumen teknologi seperti satelit, televisi, radio, video tape dan komputer memberikan arti tersendiri dalam proses komunikasi antar manusia. Teknologi tersebut, dapat memudahkan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain dan mempermudah individu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkanya (Danim 2008).

Media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikasi kepada khalayak. Jenis-jenis media komuniksi yaitu media antar pribadi, media kelompok, media publik, dan media massa (Cangara, 1998).

Teknologi informasi semakin lama semakin berkembang dalams egi bentuk maupun kegunaannya dalam kehidupan kita sehingga Suryani (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa teknologi informasi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan periodenya yaitu masa kuno (lampau) dan masa modern.

1) Masa Kuno (Lampau)

Zaman yang masih identik dnegan prasasti dimana prasasti adalah batu bertuliskan informasi saat prasasti itu dibuat. Kemudian selain dari batu prasasti masa kuno juga memakai daun sebagai penyampaian informasi.

(9)

2) Masa Modern

Teknologi informasi pun berkembang sesuai kemajuan zaman. Media informasi yang dipakai pada masa modern, contohnya :

a. Komputer

Adalah alat untuk memanipulasi dan mengelola data berdasarkan perintah yang diberikan.

b. Faksimili

Adalah alat untuk mengirim atau menerima informasi melalui telephoto dengan sistem reproduksi fotografi.

c. Radio

Adalah alat penerima informasi berupa suara atau sinyal dengan menggunakan media gelombang elektromagnetik.

d. Televisi

Adalah alat penerima informasi berupa gambar dan suara yang dapat menerima transmisi gambar dan suara secara langsng.

e. Internet

Ini merupakan perkembangan yang dirasa paling bermanfaat. Internet adalah jaringan komputer yang saling mentrasnfer data menggunakan Internet Protocol.

Interaksi petani dengan petani lainnya dalam suatu eklompok dapat mewujudkan sarana petani dalam mengekspresikan pengalaman dalam meningkatkan kemampuan dalam bertani. Dalam rapat yang diadakan oleh gapoktan, sebagian besar petani anggotanay berinteraksi secara tatap muka yang berlangsung dua arah dengan

(10)

pembicaraan yang dimulai dengan sapaan sopan santun, sampai pada permasalahan, pertanian, seperti budaya, serangan hama, harga sarana produksi, dan sebagainya (Anantanyu, 2009).

2.1.3. Kebijakan Pupuk Bersubsidi di Indonesia

Program subsidi pupuk bagi petani adalah program nasional yang bertujuan untuk membantu petani memenuhi kebutuhan pupuk sesuai kebutuhannya dalam kegiatan usahatani dengan harga terjangkau agar dapat meningkatkan produksi pertanian dan menambah pendapatan serta memperbaiki kesejahteraannya. Kebijakan pemberian subsidi pupuk untuk sektor pertanian telah dilakukan sejak tahun 2003 dan dilanjutkan hingga saat ini. Pada tahun 2010, sesuai Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2010, telah ditetapkan anggaran subsidi harga pupuk sebesar Rp 11.291 triliun, untuk pemberian pupuk urea, Sp-36, ZA, NPK, dan pupuk organik. Selanjutnya kebijakan subsidi pupuk tersebut, pemerintah telah menerbitkan peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/permentan/SR.130/2009 tentang kebutuhan dan Harga Ecerean Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2010.

Tersedianya pupuk bersubsidi sampai di tingkat petani secara tepat yaitu tepat jumlah, jenis, waktu, dengan mutu terjamin dan harga sesuai dengan HET yang telah ditetapkan pemerintah. Tersalurnya pupuk bersubsidi kepada petani harus melalui syarat, antara lain :

1) Berprofesi Sebagai Petani.

(11)

3) Tergabung Dalam Kelompok Tani

Pupuk bersubsidi menurut SK Menteri Prindustrian dan Perdagangan No.356/MPP/Kep/5/2004 adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah. Pengadaan ini merupakan proses penyediaan pupuk oleh produsen sedangkan penyalurannya merupakan proses pendistribusian pupuk dari tingkat produsen sampai dengan tingkat konsumen. Artinya pupuk bersubsidi memang diberikan oleh pemerintah kepada produsen pupuk yang selanjutnya proses pengadaan pupuk kepada para petani dengan memberikan harga pupuk yang terjangkau. Selain itu, arti dari subsidi berlainan dengan yang dinyatakan dengan Hill, sebab subsidi yang berkaitan dengan masalah yang diamati.

Adapun tujuan dari penggunaan perantara adalah memanfaatkan tingkat kontak atau hubungan, pengalaman, spesialisasi, dan skala operasi mereka dalam menyebarluaskan produk sehingga mencapai pasar secara efektif dan efisien dalam penyaluran pupuk bersubsidi (Tjiptomo, 1997).

Pola distribusi pupuk di Indonesia ada 4 jenis, yaitu: 1) Produsen-Pemakai

Saluran distribusi secara langsung menyangkut volume penjualan dalam rupiah yang relatif cukup besar dari barang industri lain.

(12)

2) Produsen-Distributor-Pemakai

Produsen jenis barang-barang jenis opearting supplies dan accessouring equipment kecil dapat menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain yang dapat menggunakan distributor industri sebagai penyalurnya.

3) Produsen-Agen-Pemakai

Biasanya saluran pemasaran semacam ini dipakai produsen yang tidak memiliki departemen pemasaran. Juga suatu perusahaan yang ingin memperkenalkan produknya atau ingin memasuki daerah pemasaran baru atau lebih suka menggunakan agen.

4) Produsen-Agen-Distributor Industri-Pemakai

Saluran distribusi semacam ini dapat dipakai oleh unit penjualannya yang terlalu kecil untuk dijual seacra langsung atau mungkin memerlukan penyimpanan pada penyalur (Swastha, 1999)

(13)

2.2. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian terdahulu yang dapat mendukung tujuan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.2. sebagai berikut.

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu

No Nama Penelitian Judul Penelitian Rumusan Masalah Variabel Pengamatan Metode analisis Kesimpulan 1. Rini Analisis Pupuk Bersubsidi Terhadap Kinerja Industri Pupuk Di Indonesia. 1. Bagaima n hubungan pupuk bersubsid i terhadap kinerja industri pupuk di Indonesia . 1. Aspek sosial. Uji Korelasi Rang Spearman. Semakin besar rasio konsentrasi pasar menunjukkan adanya kekuatan pasar sehingga dengan mudah industri pupuk dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. 2. Sirait analisis pemesaran pupuk bersubsidi (Urea, ZA, SP-36,NPK,PHO NSKA). 1. Bagaiman a pengaruh penggunaa n pupuk bersubsidi terhadap produktivi tas padi sawah di daerah penelitian 1. Aspek sosial 2. Aspek ekonomi - Deskriptif analisis - Regresi Linear Berganda Masalah yang umumnya terjadi dalam pemasaran pupuk bersubsidi adalah adanya keterlambatan barang sampai ke daerah yang menyebabkan harga pupuk naik karena jumlah pupuk bersubsidi sedikit. 3. Inel Mawar Nababan Hubungan Karateristik Penyuluh 1. Bagaiman a hubungan 1. Aspek sosial 2. Aspek - Metode skoring. - Metode Karakteristik penyuluh pertanian

(14)

PNS Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ik penyuluh pertanian (umur, tingkat pendidika n, pengalam bekerja, frekuensi kunjungan kerja kepada petani, jarak rumah dengan wilayah kerja, jumlah tanggunga n keluarga, fasilitas yang dimiliki, serta tingkat pendapata n) terhadap keberhasil an program penyuluha n. Linear Berganda segi umur memiliki hubungan yang signifikan dengan keberhasilan peleksanaan program penyuluhan karena usia produktif mempengaruhi kinerja dan pelaksanaan program penyuluhan, sedangkan karakteristik tingkat pendidikan, lama bekerja, jumlah tanggungan, frekuensi kunjungan, jarak bertugas, serta tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan dengan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan. 4. Tri Novalia Karakteristik sosial ekonomi dan analisis pendapatan usaha ternak kambing. 1. Apakah ada hubungan jumlah pendapat an diluar usaha ternak kambing dengan jumlah pendapat an usaha 1. Aspek sosial 2. Aspek ekonomi - Metode deskriptif . - Analisis Korelasi Linear Sederhan a 1. Hasil analisis data dengan korelasi sederhana pada α= 0,05 pada karakteristi k peternak kambing diketahui bahwa: A) Tidak ada

(15)

ternak kambing. 2. Bagaima na hubungan karakteris tik sosial peternak kambing terhadap pendapat an bersih dari usaha ternak kambing di daerah penelitian . hubungan umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolit an dengan pendapatan bersih. B) Ada hubungan lama beternak kambing dengan pendapatan bersih. 2. Hasil analisis data dengan korelasi sederhan pada α= 0,05 diketahui bahwa tidak ada hubungan pendapatan diluar usaha ternak dengan jumlah ternak kambing. 5. Rosianna Strategi pengembanga n komoditas gaharu di kabupaten langkat 1. Bagaima na strategi pengemb angan komoditi gaharu di daerah penelitian 1. Aspek ekonomi - Matriks SWOT Ancaman yang harus diminimalis asi yaitu sistem pemasaran yang tertutup, sedangkan peluang yang dapat

(16)

an untuk mengemban gkan komoditas gaharu adalah adanya upaya yang mudah dalam memperole h bibittanama n gaharu, sering diadakan pelatihan dari PPLH, pemda setempat dan lembaha terkait, harga bibit gaharu yang rendah, keberadaan kelompok tani gaharu yang aktif, pengetahua n petani dalam memanen gubal gaharu dengan benar, dan pengetahua n petani teknologi peningkatan gubal gaharu yang baik.

(17)

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Teori Karakteristik Individu

Karakteristik individu merupakan suatu proses psikologi yang mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi, serta menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku individu.

Menurut Mislini (3006), karakteristik individu petani adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan terhadap lingkungannya. Ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh petani meliputi beberapa faktor atau unsur-unsur yang melekat pada diri seseorang dapat dikatakan sebagai karakteristik petani. Pengkategorian responden dari masing-masing indikator dilakukan dengan teknik analisis deskriptif (Arikanto, 1998).

Keterbatasan pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk ke dunia kerja. Seseorang yang mempunyai pengetahuam dan keterampilan mampu memanfaatkan potensi di dalam maupun di luar dirinya dengan lebih baik. Orang itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya (Soekartawi, 1989).

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian. Makin luas lahan pertanian maka lahan makin tidak efisien, karena pemikiran untuk mengupayakan lahan secara efisien semakin berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap

(18)

pemakaian faktor produski semakin baik lebih efisien. Meskipun demikian, luasan lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tdiak efisien pula (Soekartawi, 1989).

2.3.2. Teori Perilaku Komuniaksi Terhadap Pemahaman Petani

Perilaku komunikasi menurut Gould dan Kolb (1964) merupakan tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, seperti cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut oleh seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber dan pesan tidak dilihat dari model komunikasi linier.

Perilaku komunikasi seseorang akan menajadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari informasi. Menurut Rogers (1976), perilaku komuniaksi dapat dilihat dengan beberapa variabel, yaitu partisipasi dalam kegiatan sosial, jaringan komunikasi interpersonal, kosmopolitan, kontak dengan agen perubahan, keterdedahan pada media massa, dan keterdedahan pada saluran interpersonal.

Menurut Kincaid (1979), tujuan dasar komunikasi antar manusia adalah menentukan dan memahami realitas agar tujuan-tujuan lain dapat diseleksi dan dicapai. Manjar (2002) mengungkapkan bahwa perilaku komunikasi masyarakat berhubungan erat dengan partisipasinya dalam menerapkan suatu program. Perilaku komunikasi dapat ditunjukkan seseorang melalui partisipasinya dalam menerapkan suatu program seperti berpendapat, bertanya, mendengarkan, dan lainnya.

(19)

2.3.3 Hubungan Jenis Media Terhadap Pemahaman Petani

Menurut Danim (2008), ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang pesat sehingga dapat berpengaruh terhadap pemahaman di masyarakat. Dibuatnya instrumen teknologi seperti satelit, televisi, radio, video tape, dan komputer memberikan arti tersendiri dalam proses komunikasi antar manusia. Teknologi tersebut dapat memudahkan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain dan mempermudah individu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkannya.

2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Jenis Media

Setiabudi (2004) menyebutkan bahwa penggunaan media atau pemanfaatan inforamasi teknologi pertanian oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni karakteristik individu, kebutuhan terhadap media komunikasi, dan motivasi terhadap informasi. Jadi, salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi oleh individu adalah faktor karakteristik individu.

Hasil penelitian Azainil (2005) menyebutkan bahwa karakteristik individu petani yaitu umur berhubungan nyata dengan median komunikasi. Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi adalah jumlah penghasilan dan luas lahan serta kepemilikan lahan. Petani dengan jumlah pengahasilan tinggi, memiliki luas lahan yang luas serta memiliki status kepemilikan yang sah atas lahan cenderung untuk menggunakan media komunikasi terutama media komunikasi massa untuk mendapatkan informasi. Selain itu, mereka juga sering berkonsultasi kepada PPL

(20)

penggunaan media komunikasi yang terbatas oleh petani yang jumlah penghasilannya kecil, lahan garapan yang sempit bahkan tidak memiliki status kepemilikan lahan. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi penggunaan jenis media di desa adalah ketersediaan media tersebut di desa.

Menurut hasil penelitian Kifli (2002) yang menyatakan bahwa partisipasi komunikasi petani dalam mengakses informasi pertanian dan media massa masih rendah, karena petani memiliki keterbatasan biaya dan ketersediaan media massa yang masih terbatas. Hal tersebut menyebabkan, petani lebih banyak mencari informasi melalui interaksi dan berkomunikasi mengenai usahataninya dengan PPL dan petani lainnya. Wilayah pedesaan seringkali memiliki teknologoi yang minim dan penyesuaian biaya dalam mengaksesnya membuat petani cenderung lebih selektif dalam memilih media komunikasi. Petani cenderung memilih media komunikasi yang sesuai dengan kemampuan finansialnya untuk mengakses media komunikasi untuk memperoleh pengetahuan mengenai media komunikasi.

2.4. Kerangka Pemikiran

Pupuk bersubsidi merupakan salah satu program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Pemahaman petani mengenai pupuk bersubsidi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksudkan di sini, yaitu karakter individu, yang terdiri dari umur dan tingkat pendidikan, perilaku komunikasi yang terdiri dari perilaku internal dan perilaku eksternal. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pemahaman petani terhadap pupuk bersubsidi ini adalah jenis media, yang terdiri dari instrumen teknologi, dan interaksi petani.

(21)

Keseluruhan faktor-faktor ini mempengaruhi pemahaman petani mengenai pupuk bersubsidi dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Pada akhirnya karakteristik petani tersebut dapat diukur berdasarkan pemahaman petani terhadap pupuk bersubsidi, apakah tingkat pemahaman petani tersebut bersifat positif atau negatif. Dengan demikian kerangka pemikiran penelitian analisis karakteristik individu, perilaku komunikasi, dan jensi media terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi.

(22)

2.3.1. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dari penelitian ini, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Umur merupakan variabel murni karakteristik individu yang berpengaruh nyata pada pertambahan pemahaman petani akan inovasi akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pemahaman akan berkurang.

Tingkat pendidikan merupakan variabeel murni karakteristik individu yang akan berpengaruh terhadap perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi, berpendidikan yang tinggi cenderung lebih terbuka untuk menerima dan mencoba hal-hal yang baru, sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah akan sulit mengadopsi inovasi.

Lama bertani merupakan petani yang sudah lama berusaha tani. Lebih lama masa bertani akan lebih mudah menerapkan teknologi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

2. Perilaku komunikasi merupakan tindakan atau respon dalam lingkungan dan sitausi komunikasi yang ada, seperti cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut oleh seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber dan pesan jiak dilihat dari model komunikasi linier.

3. Jenis media merupakan jembatan untuk memberi pemahaman terhadap petani akan penerapan-penerapan baru tentang pupuk bersubsidi

Gambar

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Setiap kelompok boleh mengambil 1 paket gambar / alat peredaran darah yang akan diberi nama pada organ peredaran darah dan diberi tanda panah yang menunjukkan

(anda tidak perlu menjawab “Ya” jika perawatan dilakukan karena penyakit pencernaan akut, demam berdarah, tifus hepatitis A, dipteri, atau kolera, atau luka

Sehubungan dengan hal tersebut maka timbul permasalahan bagaimana prinsip dan alasan yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi, bagaimana

Bila kttmungkinan terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah basil pemikiran saya sendiri, berarti gelar

Yang menjadi fokus penelitian adalah mengenai Strategi Kampanye Komunikasi yang terdiri dari perencanaan , pelaksanaan kegiatan – kegiatan dalam Kampanye, Karakterisitik

Data frekuensi konsumsi fast food diperoleh dengan kuesioner food frequency 1 bulan tearkhir, data aktivitas fisik diperoleh dengan record aktivitas fisik selama

Konsep yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian menggunakan konsep model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dan konsep Habitus milik Bourdieu. Hasil

Maksim kearifan berisi dua submaksim, yaitu a) buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin, dan b) buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Berdasarkan