0
LAPORAN KEMAJUAN I
FORMULASI PRODUK PESTISIDA NABATI
BERBAHAN AKTIF SAPONIN, AZADIRACHTIN,
EUGENOL, DAN SITRONELLAL UNTUK
MENGENDALIKAN HAMA UTAMA KAKAO
(Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp.,
dan Helopeltis sp.)
PROGRAM PPKIPP RISTEK 2012
Fokus Bidang Prioritas
: KETAHANAN PANGAN
Kode Produk Target
: 1.3
Kode Kegiatan
: 1.03.01
Peneliti Utama
: Prof. Dr. Ir. I Wayan Laba, MSc.
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor (16111) Telp. (0251) 321879, 327010
Http://www.balittro.go.id E-mail :[email protected]
i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
Judul Kegiatan/Riset : Formulasi Produk Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin, Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal untuk Mengendalikan Hama Utama Kakao (Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.)
Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan
Kode Produk Target : 1.3. Teknologi Pengurangan Hasil (Yield Losses) Kode Kegiatan : 1.03.01. Pengembangan Teknologi untuk Memperkecil
Kehilangan Hasil pada Tahap Budidaya Tanaman, Ternak, dan Ikan.
Lokasi Penelitian : Sulawesi Barat dan Jawa Barat
Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian
A. Lembaga Pelaksana Penelitian
Nama Koordinator/Peneliti Utama Prof. Dr. Ir. I Wayan Laba, MSc
Nama Lembaga/Institusi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Unit Organisasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Alamat Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111
Telepon/HP/Faksimile/E-mail 0251 8321879/0251 8327010/[email protected] B. Lembaga Lain yang Terlibat
Nama Koordinator Tidak ada
Nama Lembaga -
Alamat -
Telepon/HP/Faksimile/E-mail - Jangka Waktu Kegiatan : 1 tahun
Biaya : Rp. 250.000.000,- (Dua ratus lima puluh juta rupiah) Kegiatan (baru/lanjutan) : Baru
Rekapitulasi Biaya Tahun 2011:
No. Uraian Jumlah (Rp.)
1. Gaji dan Upah 108.180.000,-
2. Bahan Habis Pakai 49.000.000,-
3. Perjalanan 81.200.000,-
4. Lain-lain 11.620.000,-
Jumlah biaya tahun yang diusulkan 250.000.000,- Menyetujui
Kepala Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat Koordinator/Peneliti Utama
Dr. Ir. Agus Wahyudi, MS.
NIP. 19600121 198503 1 002
Prof. Dr. Ir. I Wayan Laba, MSc.
NIP. 19530224 198203 1 002 Menyetujui/Mengetahui
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Dr. Ir. M. Syakir, MS.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena berkat
rahmat-NYA kami dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Termin I dengan
judul “Formulasi Produk Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin,
Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal untuk Mengendalikan Hama Utama
Kakao (Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.)
”.
Laporan ini dibuat sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Program
Riset PPKIPP 2012.
Kami menyadari bahwa pada Laporan Kemajuan I ini masih banyak
kekurangannya karena penelitian ini belum selesai dilaksanakan. Untuk itu saran
dan kritik membangun serta masukan ke arah perbaikan sangat kami harapkan.
Pada kesempatan ini kami banyak mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan yang telah direncanakan.
iii DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI. ... iii
RINGKASAN EKSEKUTIF ... iv
EXECUTIVE SUMMARY ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN ... 13
III. RENCANA TINDAK LANJUT ... 21
IV. PENUTUP... 22
iv RINGKASAN EKSEKUTIF
Minyak atsiri dari tanaman obat dan aromatik diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku insektisida. Hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu membunuh, mengusir, menghambat makan hama, dan mengendalikan penyakit tanaman. Berkaitan dengan potensi beberapa tanaman obat dan aromatik dalam mengendalikan hama, perlu dilakukan penelitian skala lapang untuk digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati khususnya untuk mengendalikan hama utama pada tanaman kakao. Penelitian akan dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca di Balittro Bogor, semi lapang di Bogor – Ciamis, Jawa Barat, serta di Sulawesi Barat. Penelitian terdiri atas 4 sub judul yaitu (1). Pengujian formula pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. pada tanaman kakao di laboratorium (2). Efikasi formulasi pestisida nabati terhadap pengisap buah Helopeltis sp. dan pemakan pucuk Hyposidra sp. skala lapang din Kebun Kakao Jawa Barat; (3). Pengendalian penggerek buah kakao C. cramerella, sp., Helopeltis dan Hyposidra sp. pada tanaman kakao dengan formula pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal di Sulawesi Barat; (4). Analisis ekonomi pengendalian C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp dengan menggunakan pestisida nabati berbahan dasar saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronelal pada tanaman kakao. Data yang dikumpulkan adalah (1). tingkat toksisitas, daya kerja pestisida, dan efektivitas terhadap hama utama kakao; (2). tingkat serangan hama utama kakao Helopeltis sp dan PBK (3) persentase kehilangan hasil; (4) produksi buah (kg/plot), dan (5). biaya pengeluaran dan pemasukan penggunaan insektisida botani dalam pengendalian hama utama kakao. Hasil sementara dari penelitian ini adalah mortalitas Helopeltis sp. tertinggi diperoleh dari formulasi pestisida nabati neem plus metode semprot serangga dengan tingkat efikasi berkisar antara 80 - 100%, sedangkan dengan metode celup pakan, mortalitas tertinggi akibat pemberian pestisida nabati dicapai pada perlakuan minyak mimba konsentrasi 16 ml/l dan mimba + etanol konsentrasi 16 ml/l dengan nilai efikasi masing-masing 90%. Ploting tempat penelitian untuk skala lapang di wilayah Jawa Barat, ditetapkan lokasi penelitian adalah PTPN VIII Kebun Cikumpay, Rajamandala, Bandung Barat. Ploting lokasi penelitian di wilayah Sulawesi Barat adalah di Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman Sulawesi Barat. Hasil pengamatan pendahuluan menunjukkan bahwa di Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman Sulawesi Barat menunjukkan intensitas serangan Helopeltis dan PBK masing-masing sebesar 29,4% dan 7,10 %.
Kata kunci: Pengendalian hama,Conophomorpa cramerellai, Hyposidra sp, Helopeltis sp kakao, insektisida botani, analisa ekonomi
v EXECUTIVE SUMMARY
Essential oils from medicinal and aromatic plants are known to contain active compounds which can be used as raw material for insecticides. This relates to its ability to kill, repel, and inhibit eating, controll pests and plant diseases. With regard to the potential of some medicinal and aromatic plants in pest control, it need to do further research in a wider scale to screen for various medicinal and aromatic plants for use as raw materials, especially plant-based pesticides for controlling some pests and major diseases especially in cocoa plants. Research will carried out in Laboratory and Green house in Bogor Research of Spice and Medicinal Crops; garden farmer field in Bogor - Ciamis, West Java and in the West Sulawesi. The research devided four avtivities namely : (1).Testing of botanical pesticide formula with saponin, azadirachtin, eugenol, and sitronellal active ingredient in controlling Hyposidra sp., and Helopeltis sp. in cocoa plants at the laboratory,; (2). Efficacy of botanical pesticide formulation to pod sucking insect Helopeltis sp.and Hyposidra sp. in the field scale of cocoa field, in West Java; (3) Controlling cocoa pod borer, C. cramerella, Hyposidra sp., and Helopeltis sp. on cocoa plants with botanical pesticides formula based on saponin, azadirachtin, eugenol, and sitronellal active ingredients at West Sulawesi; (4). Economic analysis in controlling cocoa major pest (Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. With botanical pesticide formula based on saponin, azadirachtin, eugenol, and sitronellal active ingredient Data collections namely: (1). Level of toxicity, mode of action of botanical insecticides and efectivity of botanical insecticide to cocoa major pest; (2) Cocoa pod borer attacks level (3) the percentage yield loss; (4) Fruit production (kg/plot).3). Input and out put cost of botanical insecticide used in controlling of major insect pest on cocoa plant. Preliminary results of this study indicated that highest mortality of Helopeltis sp. derived from neem plant plus with insect spray method and the rate of efficacy between 80-100%, while the methods of food dyes,indicated that the highest mortality due to pesticide treatment plant achieved at a concentrations of neem oil 16 ml/l and neem + ethanol concentrations of 16 ml / l with a value of 90% efficacy. Plot-scale field study sites in West Java, the location of the study in PTPN VIII Cikumpay Gardens, Rajamandala, West London. Plot research sites in West Sulawesi area is in the Environment Taroe, Village Batupanga, Luyo District, Polewali Mandar, West Sulawesi. Preliminary observations indicated that in the Environment Taroe, Village Batupanga, Luyo District, West Sulawesi Polman intensity of Helopeltis and CPB showed 29.4 and 7.10% respectively.
Key words: Pest control, Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., Helopeltis sp., cacao, botanical insecticides, economic analysis
1 I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri. Mengingat bahwa pasaran minyak atsiri saat ini relatif stabil, maka prospek industri minyak atsiri di masa mendatang cukup cerah. Keadaan ini didukung oleh situasi bahwa, tidak semua minyak atsiri alamiah bisa diganti dengan produk sintetis. Selain dari pada itu, Indonesia juga kaya akan biodiversity tanaman rempah dan obat (TRO). Pemanfaatan tanaman sebagai bahan baku obat dan atsiri telah dilakukan sejak zaman dahulu, secara turun-temurun. Saat ini bahan baku TRO melimpah di masyarakat. Pemanfaatan TRO dalam industri lainnya, selain industri jamu diharapkan mampu meningkatkan kemauan petani untuk bercocok tanam TRO sehubungan dengan peningkatan permintaan pasar yang secara langsung mampu meningkatan pendapatan petani.
Minyak atsiri dari TRO diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida. Hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu membunuh, mengusir, dan menghambat hama untuk makan, serta mengendalikan penyakit tanaman. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikaji potensi beberapa TRO untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati.
Tanaman secara alamiah diketahui menghasilkan senyawa sekunder yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi dirinya dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Hasil ekstraksi senyawa kimia ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang lebih selektif dan kurang persisten di alam jika dibandingkan dengan bahan aktif pestisida sintetis sehingga penggunaannya aman bagi para petani, pengguna, dan lingkungan di sekitarnya (Regnault-Roger, 2005). Lebih dari 1500 tanaman berkhasiat sebagai bahan pestisida nabati untuk pengendalian hama (Grainge and Ahmed, 1988). Tanaman tersebut pada umumnya termasuk kedalam famili Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae, dan Rutaceae (Prakash and Rao, 1997; Prijono et al, 2006). Sampai saat ini ketersediaan pestisida yang berbahan baku tumbuhan (pestisida nabati) untuk pengendalian OPT yang telah diuji khasiat dan keamanannya secara ilmiah masih terbatas. Petani kerapkali membuat ramuan yang terdiri dari berbagai jenis tanaman yang secara empiris dikatakan efektif untuk suatu OPT namun belum ditunjang dengan data ilmiah agar produk tersebut dapat dipertanggungjawabkan mutu dan keamanannya. Beberapa contoh TRO potensial sebagai bahan baku untuk pestisida nabati, antara lain jeringau untuk pengendalian Dysdercus cingulatus, Pieres brassicae, dan Spodoptera litura; babadotan digunakan untuk mengendalikan hama Dysdercus, Tribolium, dan belalang; brotowali sebagai anti serangga; glirisidia untuk mengendalikan Spodoptera sp,
2 Aphid, dan Coccidae; sirih untuk mengendalikan Dysdercus sp.; lempuyang untuk mengendalikan Udaspes sp.; rerak sebagai anti hama (racun kontak); kenikir untuk mengendalikan Aphid, Dysdercus sp., dan ulat Plutella xylostella, kacang babi berpotensi untuk mengendalikan Aphid, Crocidolomia, Epilachna, dan Thrips, serta legundi untuk mengendalikan Achaea janata, Plutella sp., Spodoptera sp. dan Sitophilus sp. (Grainge and Ahmed, 1988; Heyne, 1987; Prijono dan Triwidodo, 1994).
Tanaman kakao adalah komoditas ekspor sebagai salah satu sumber devisa negara. Bebagai kendala dalam budidaya kakao antara lain serangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian karena secara langsung menurunkan produksi dan mutu hasil dengan merusak bunga, buah, dan biji kakao, atau secara tidak langsung menekan hasil dengan merusak bagian tanaman seperti daun dan ranting, cabang, batang, atau akar. Beberapa jenis hama dilaporkan menyerang pertanaman kakao diantaranya adalah penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella (Sulistyowati et al., 2002). Menurut Wardoyo (1988) perbedaan faktor lingkungan (biotik dan abiotik) spesies serangga tertentu dapat merupakan hama penting di suatu daerah, tetapi kurang penting di daerah lain. Perubahan lingkungan di suatu tempat atau perubahan di bidang kultur teknis, dan cara pengendalian yang kurang tepat dapat mengubah status hama dari tidak atau kurang penting menjadi penting. Ditinjau dari segi pengendalian, serangga hama yang hidup di dalam jaringan tanaman atau di dalam tanah umumnya lebih sulit diamati dan dikendalikan serta dianggap lebih penting dibandingkan dengan yang hidup di permukaan tanaman.
Di antara hama kakao, PBK C. cramerella merupakan hama yang sangat merugikan, diikuti oleh Helopeltis spp dan ulat kilan, Hyposidra sp. Luas serangan PBK di Indonesia mencapai 348.000 ha atau 57% dari luas areal kakao yang tersebar di seluruh wilayah pertanaman kakao dengan tingkat infestasi yang beragam antar lokasi (Ditjenbun, 2004). Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh serangan PBK antara 60–84%, sedangkan kehilangan hasil oleh serangan Helopeltis spp. sampai saat ini belum dijumpai data yang akurat (Wiryadiputra et al., 1994). Serangan berat Helopeltis spp. pada pertanaman kakao di Malaysia dapat menurunkan hasil lebih dari 50% (Wood dan Chung, 1989).
Berkaitan dengan potensi beberapa TRO dalam mengendalikan hama, perlu dilakukan penelitian dalam skala lapang untuk mengetahui efektivitas formulasi beberapa jenis TRO sebagai bahan baku pestisida nabati, khususnya terhadap hama utama pada tanaman kakao.
3 1.2. Pokok Permasalahan
Kehilangan hasil akibat oraganisme pengganggu tanaman (OPT) di perkebunan kakao dirasakan masih cukup tinggi. Salah satu permasalahan dalam budidaya kakao adalah adanya serangan C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. Hal ini dapat dilihat dari besarnya biaya pengendalian hama dan penyakit, yaitu sekitar 40% dari biaya produksi. Sebagian besar petani dan perkebunan besar masih menggunakan insektisida kimia untuk mengendalikan hama. Penggunaan insektisida secara terus menerus dikhawatirkan akan menimbulkan masalah lain yang lebih berat, antara lain terjadinya resistensi hama, pencemaran lingkungan, dan ditolaknya produk ekspor akibat residu pestisida. Oleh karena itu perlu dicari metode pengendalian hama kakao yang efektif dan efisien serta ramah lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut akan dilaksanakan 4 sub judul kegiatan, yaitu:
(1) Pengujian formula pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. pada tanaman kakao di Laboratorium
(2) Efikasi formulasi pestisida nabati terhadap pengisap buah Helopeltis sp dan pemakan pucuk Hyposidra sp skala lapang di Kebun Kakao di Jawa Barat
(3) Pengendalian penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp. pada tanaman kakao dengan formula pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal di Sulawesi Barat
(4) Analisa ekonomi pengendalian Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. dengan menggunakan pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal pada tanaman kakao.
1.3. Metodologi Pelaksanaan
1.3.1 Pengujian Formula Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin, Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal untuk Mengendalikan Hyposidra sp., dan
Helopeltis sp. pada Tanaman Kakao di Laboratorium
1.3.1.1 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Balitro, Bogor, Jawa Barat, pada tahun 2012.
1.3.1.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain stoples plastik, kotak plastik, cutter, kuas, kurungan plastik, stoples, cawan petri, counter dan lain-lain
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain Hyposidra sp., dan Helopeltis sp., buah mentimun dan daun muda kakao, label dan lain-lain.
4 1.3.1.3 Metode penelitian
Perbanyakan serangga
Serangga Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.dikoleksi dari komoditas tanaman kakao terserang di PTPN VIII Raja Mandala, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Serangga dibawa ke laboratorium untuk diperbanyak (rearing). Pakan serangga digunakan adalah buah mentimun (pakan alternatif) dan daun kakao. Serangga yang akan diuji adalah stadia nimfa dan larva instar 3-4.
Pengujian efikasi di laboratorium
Pengujian dilakukan terhadap stadia nimfa dan larva, karena potensinya paling besar menimbulkan kerusakan tanaman. Perlakuan yang akan dilaksanakan di laboratorium adalah:
(1) mimba (azadirachtin) yang diekstrak dengan ethanol tanpa rerak (saponin ); (2) mimba (azadirachtin) yang diekstrak dengan air+ethanol tanpa rerak; (3) minyak mimba tanpa rerak (saponin);
(4) mimba (azadirachtin) yang diekstrak dengan ethanol dengan rerak (saponin); (5) mimba (azadirachtin) yang diekstrak dengan air+ethanol dengan rerak; (6) minyak mimba dengan rerak (saponin);
(7) neem plus (azadirachtin + sitronellal + eugenol); (8) pestisida sintetik deltametrin (sebagai pembanding) (9) kontrol (tanpa perlakuan).
Konsentrasi yang diuji adalah 4; 8; dan 16 ml/l, sedangkan untuk insektisida sintetik deltametrin konsentrasi yang diuji adalah 0,1; 0,2 dan 0,4 ml/l. Perlakuan ditata dalam Rancangan Acak Kelompok dengan empat ulangan.
Pengujian dilakukan dengan dua cara yaitu pencelupan pakan dan penyemprotan langsung ke serangga. Pada metode pencelupan, pakan dicelup pada beberapa konsentrasi yang diujikan dan dikering anginkan. Masing 10 ekor nimfa dan larva Helopeltis sp. dan Hyposidra sp. instar 3-4 diinfestasikan. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas serangga dan dilakukan pada 3; 6; 24; 48; 72; dan 96 jam setelah aplikasi. Pada metode penyemprotan dilakukan penyemprotan secara langsung pada serangga dengan insektisida uji masing-masing 10 ekor nimfa dan larva. Serangga yang sudah diperlakukan diberi pakan dan diamati mortalitasnya.
5 Pengujian aktifitas antifeedant dan repellant insektisida nabati terhadap pengisap buah kakao Helopeltis sp.,
Pengujian aktifitas dilakukan untuk menguji aktifitas antifeedant dan repellant diuji dengan metode pilihan dan tanpa pilihan. Pada metoda pilihan, buah mentimun perlakuan dan kontrol yang sama banyak ditempatkan berselang-seling dalam wadah, kemudian 100 ekor serangga dibiarkan memilih pakan dalam wadah tersebut. Pada uji tanpa pilihan, buah mentimun perlakuan dan kontrol dalam cawan terpisah. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah serangga yang hinggap pada perlakuan (P) dan kontrol (K) pada 10 menit, 30 menit, 1 jam, 3 jam, 6 jam, dan 24 jam.
Indek Repelensi (IR) dihitung berdasarkan formula Pascual-villalobos dan Robledo dalam Wiratno et al, 2008:
x100%
P
K
P
-K
IR
K = serangga hinggap pada kontrol P = serangga hinggap pada perlakuan
Nilai positif menunjukkan penolakan (repelensi) dan nilai negatif menunjukkan ketertarikan (atraktansi)
6 1.3.2. Efikasi Formulasi Pestisida Nabati terhadap Pengisap Buah Helopeltis sp
dan pemakan pucuk Hyposidra sp., skala lapang 1.3.2.1 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Kebun Kakao PTPN VII, Rajamandala, Jawa Barat, pada tahun 2012.
1.3.2.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain stoples plastik, kuas, kurungan plastik mika, mini sprayer, label, dan lain-lain
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini larva Hyposidra sp., nimfa Helopeltis sp., buah mentimun, dan lain-lain.
1.3.2.3 Metode penelitian Perbanyakan serangga
Serangga Helopeltis sp.dan Hyposidra sp dikoleksi dari komoditas tanaman kakao terserang di PTPN VIII Raja Mandala, Kabupaten Bandung, Jawa barat. Serangga kemudian dibawa ke laboratorium untuk diperbanyak (rearing). Pakan serangga digunakan adalah buah mentimun (pakan alternatif) dan pucuk daun kakao. Serangga yang akan diuji adalah stadia nimfa dan larva instar 3-4.
Pengujian efikasi di lapangan
Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 5 ulangan. Perlakuan yang akan diuji adalah hasil dari pengujian laboratorium dan rumah kasa.
Untuk aplikasi dipilih buah kakao dengan diameter 3-6 cm dan panjang sekitar 10-15 cm. Buah terpilih diberi label dan disemprot sesuai perlakuan dengan insektisida nabati dan ditambahkan perekat sampai meliputi seluruh buah sekitar 2-4 ml larutan/buah. Buah yang sudah disemprot dikurung dengan kurungan dari plastik mika dan kasa berdiameter 10 cm dan panjang 20 cm. Pada kurungan masing-masing diisi sepuluh ekor nimfa Helopeltis sp. dan sepuluh ekor Hyposidra sp. dari hasil perbanyakan di laboratorium. Parameter yang diamati adalah mortalitas Helopeltis sp. dan Hyposidra sp. (3, 6, 24, 48, 72 dan 96 jam setelah aplikasi) serta intensitas serangan dengan melihat jumlah tusukan pada permukaan buah dan kerusakan pucuk daun.
7 1.3.3. Pengendalian PBK C. cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp. pada Tanaman Kakao dengan Formula Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin, Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal di Sulawesi Barat
1.3.3.1. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat pada tahun 2012.
1.3.3.2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain knapsack sprayer, plastik, hand counter, dan lain-lain. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain C. cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp., tanaman kakao, buah kakao, dan lain-lain.
1.3.3.3 Metode penelitian
Penelitian dirancang dalam Split Plot dalam rancangan acak kelompok, yang terdiri atas:
(a) Main Plot, terdiri atas (1) sanitasi; dan (2) tanpa sanitasi. (b) Sub plot terdiri atas:
(1) Neem Plus; (2) Mimba + rerak; (3) Asimbo; (4) Sitronellal; (5) Bioprotektor-2; (6) Azadirachtin;
(7) Pestisida sintetik yang biasa digunakan petani (8) Kontrol (air).
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Aplikasi insektisida dilakukan dengan menggunakan alat semprot knapsack sprayer yang bertekanan 4 atm. Setiap penyemprotan dilakukan dengan cara mengarahkan nozzle ke buah-buah kakao dan cabang-cabang horizontal tempat imago PBK bertelur dan beristirahat, karena sasaran penyemprotan adalah stadium imago PBK. Penyemprotan diulang sampai 6 kali dengan interval 2 minggu. Kontrol adalah petak yang tidak dilakukan pengendalian apapun.
Efikasi insektisida yang diuji didasarkan pada tingkat serangan PBK dan persentase kehilangan hasil yang diamati pada buah contoh yang dipilih yang pada awal masih bebas dari serangan PBK. Pengamatan serangan PBK dilakukan setiap 10 hari
8 sekali setelah aplikasi terhadap semua buah yang dipanen pada setiap petak perlakuan. Buah contoh (ukuran panjang ± 9 cm) dipanen pada akhir pengujian.
Tingkat kerusakan akibat serangan PBK dilihat dari persentase biji lengket yang dinyatakan dalam tiga kategori, yaitu tingkat serangan ringan, sedang, dan berat dengan kriteria sebagai berikut:
(1) Serangan ringan, apabila semua biji masih dapat dikeluarkan dari kulit buah dan antar biji tidak terlalu lengket (persentase biji lengket < 10%).
(2) Serangan sedang, apabila biji saling lengket tetapi masih dapat dikeluarkan dari kulit buah (persentase biji lengket antara 10-50%)
(3) Serangan berat, apabila biji saling lengket dan tidak dapat dikeluarkan dari kulit buah (persentase biji lengket > 50%).
Persentase kehilangan hasil dihitung berdasarkan persamaan regresi yang dikemukakan oleh Wardani et al. (1997), dengan menggunakan rumus :
Y = - 0,0210 + 0,1005 X
Y = persentase kehilangan hasil (%)
X = intensitas serangan. Intensitas serangan ini merupakan suatu nilai. Untuk menghitung intensitas serangan PBK digunakan rumus:
AT
9B
3S
1R
I
I = intensitas serangan B = jumlah buah terserang berat R = jumlah buah terserang ringan A = nilai skor tertinggi
S = jumlah buah terserang sedang T = jumlah buah diamati
Hasil pengamatan tingkat serangan PBK dan persentase kehilangan hasil pada perlakuan insektisida yang diuji dibandingkan dengan kontrol. Sebagai data penunjang juga dilakukan pengamatan terhadap tingkat keracunan (fitotoksisitas) tanaman kakao dan pengaruhnya terhadap populasi musuh alami akibat perlakuan insektisida uji.
Petak perlakuan berupa satuan petak yang terdiri atas 25 pohon (5 x 5) yang diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 16 pohon (4 x 4) sebagai tanaman sampel. Pada setiap petak pohon contoh dipilih 100 buah kakao berukuran panjang ± 9 cm dan diperkirakan masih bebas serangan PBK. Jarak antara petak adalah 5 larik pohon.
9 Efikasi insektisida yang diuji dihitung dengan rumus Abbott:
x100%
Ca
Ta
-Ca
EI
EI = efikasi insektisida yang diuji (%)Ca = intensitas serangan pada petak kontrol setelah aplikasi insektisida Ta = intensitas serangan pada petak perlakuan setelah aplikasi insektisida.
Pengamatan pengisap buah kakao Helopeltis sp. dilakukan dengan menghitung jumlah tusukan (gejala bekas tusukan)/buah/daun muda yang dikonversikan kedalam persen serangan, dengan kriteria:
(1) 1-10 tusukan = < 10 % = ringan,
(2) 11-50 tusukan/bercak = 11-25 % = sedang, (3) 51-100 tusukan/bercak = 26-50 % = berat (4) > 101 tusukan = >51 % = sangat berat
Pengamatan serangan ulat kilan Hyposidra sp. meliputi tingkat persentase serangan pucuk daun, dengan kriteria ringan, sedang, dan berat.
Data hasil pengamatan selanjutnya digunakan untuk menghitung efikasi insektisida yang diuji dengan rumus Abbott (Ciba-Geigy, 1981) yaitu:
%
100
Ca
EI
Ca
Ta
EI = efikasi insektisida yang diuji (%)
Ca = intensitas serangan pada petak kontrol setelah aplikasi insektisida Ta = intensitas serangan pada petak perlakuan setelah aplikas insektisida
Untuk menentukan keefektifan insektisida ditentukan berdasarkan kriteria nilai efikasi dengan rumus (1/2n + 1), n = jumlah pengamatan. Jika nilai efikasi insektisida > 50%, maka insektisida bersifat efektif terhadap hama sasaran, sebaliknya tidak efektif bila nilainya < 50%.
10 1.3.4. Analisis Ekonomi Formulasi Produk Pestisida Nabati Berbahan Dasar Saponin, Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronelal untuk Mengendalikan Hama Utama Kakao (Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.)
1.3.4.1. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di kebun rakyat milik petani di Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali, Sulawesi Barat; dan kebun rakyat di kabupaten Ciamis, Jawa Barat. 1.3.4.2. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat survey dan wawancara untuk pengambilan data.
1.3.4.3 Metode penelitian
Introduksi teknologi pengendalian hama utama kakao pada pertanaman kakao menggunakan formula pestida nabati usahatani ditingkat petani dan perkebunan diharapkan dapat diperoleh nilai tambah bagi petani maupun perkebunan, walaupun petani atau perkebunan harus mengeluarkan biaya tambahan, baik untuk pembelian produk pestisida nabati tersebut maupun biaya operasional lainnya. Untuk itu perlu dilakukan analisis usahatani dari introduksi teknologi itu.
Perkebunan/petani pada umumnya bersedia mengeluarkan biaya tambahan dalam mengadopsi teknologi introduksi apabila merasa yakin akan menerima keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dari teknologi tradisional yang biasa mereka lakukan. Untuk mengetahui kelayakan ekonomis introduksi teknologi baru, maka digunakan analisis anggaran masukan dan hasil (input – output budget analysis) (Malian, 1989).
Untuk menentukan tingkat efisiensi teknologi pengendalian hama kakao dengan pestisida nabati dibandingkan dengan pengendalian yang dilakukan oleh petani dalam penelitian ini digunakan 2 pendekatan yaitu dengan mengukur tingkat efiisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis diukur berdasarkan produksi kakao per satuan luas dan efisiensi ekonomi diukur berdasarkan (Kay dan Edward, 1999):
(1) Pendapatan per satuan luas (Crop Value per Acre) yang diukur dari nilai total produksi komoditas kakao dibagi per satuan luas areal penanaman,
(2) Operating Expense Ratio (OER) yaitu rasio antara biaya operasional (CV) dan pendapatan kotor (GR), makin kecil persentase OER makin efisien teknologi pengendalian penggunaan pestisida nabati yang diintroduksikan.
%
100
GR
C
OER
V11 (3) Net Farm Income from Operation Ratio (NFIO) yaitu rasio antara pendapatan kotor (GR) dikurangi biaya operasional teknologi yang diintroduksikan (CV) dan pendapatan kotor (GR), nilai ini menunjukkan persentase sisa pendapatan setelah dikurangi dengan biaya operasional. Makin besar persentase NFIO maka perlakuan mempunyai efsisiensi ekonomi semakin tinggi.
%
100
GR
C
-GR
NFIO
V12 1.4. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
URAIAN
2012
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep
Penyusunan proposal X
Perbaikan proposal X X
Persiapan alat dan bahan X X
Pengujian/perlakuan X X X X X Pemeliharaan X X X X X X Pengamatan X X X X X Analisa X X X Pelaporan X X X X X X Persiapan insektisida nabati Perbanyakan serangga uji Penyusunan quesioner Kegiatan I (pengujian di laboratorium
)
Kegiatan III (pengujian di lapang)
Kegiatan II (pengujian semi lapang/lapang)
Kegiatan IV (analisa ekonomi)
13 II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Pengelolaan Administrasi Manajerial 2.1.1. Perencanaan anggaran
Petunjuk Operasional
No. Uraian Satuan Jumlah (Rp.)
1. Belanja Gaji Upah OB 108.180.000
2. Belanja Bahan termasuk ATK Paket 49.000.000
3. Belanja Perjalanan OJ 81.200.000
4. Belanja Barang Operasional Lainnya Paket 11.620.000 JUMLAH TOTAL 250.000.000
Rincian Anggaran
A. Belanja Gaji Upah No. Pelaksana Kegiatan Jumlah Jumlah jam/minggu Honor/jam (Rp.) Jumlah minggu Biaya/bulan (Rp.) Total Biaya (Rp.) 1. Koordinator
/Peneliti Utama 1 orang 8 60.000 4 1.920.000 15.360.000 2. Pelaksana
Kegiatan:
Peneliti Utama 1 orang 7 60.000 4 1.680.000 13.440.000 Peneliti Madya (1) 1 orang 8 50.000 4 1.600.000 12.800.000 Peneliti Madya (2) 2 orang 7 50.000 4 1.400.000 22.400.000 Peneliti Non Fungs 1 orang 10 30.000 4 1.200.000 9.600.000 3. Teknisi 4 orang 8 20.000 4 2.560.000 20.480.000
4. Tenaga harian 320 HOK 9.600.000
5. Kesekretariatan 18 OB - - 4 300.000 4.800.000
Jumlah Biaya 108.180.000
B. Belanja Bahan
No. Bahan Volume Biaya satuan
(Rp.) Biaya (Rp.) 1. Utama 1 paket 24.000.000 24.000.000 2. Pembantu 1 paket 15.000.000 15.000.000 3. ATK 1 paket 8.600.000 8.600.000
4. ATK administrasi 1 paket 1.400.000 1.400.000
14 C. Belanja Perjalanan
No. Tujuan Volume Biaya satuan
(Rp.)
Biaya (Rp.) 1. Jawa Barat,
dalam rangka koleksi serangga 6 OH 350.000 2.100.000 2. Jawa Barat,
dalam rangka aplikasi perlakuan 38 OH 350.000 13.300.000 3. Jawa Barat,
dalam rangka penelitian 30 OH 350.000 10.500.000
4. Sulawesi Barat,
dalam rangka pelaksanaan penelitian 12 OJ 3.500.000 42.000.000 5. Sulawesi Barat,
dalam rangka koordinasi penelitian 2 OH 3.500.000 7.000.000
6. Monev 18 OH 350.000 6.300.000
Jumlah biaya 81.200.000
D. Belanja Barang Operasional Lainnya
No. Kegiatan Volume Biaya satuan
(Rp.)
Biaya (Rp.)
1 Fotocopy 1100 lembar 200 220.000
2 Dokumentasi 2 paket 250.000 500.000
3 Analisis data 4 paket 500.000 2.000.000
4 Belanja Sewa 10 x 1 mobil 500.000 5.000.000
5 Konsumsi rapat 3 kali 300.000 900.000
6 Kompensasi lahan 2 paket 1.500.000 3.000.000
Jumlah biaya 11.620.000
2.1.2. Pengelolaan anggaran
Laporan pengelolaan anggaran sampai dengan Termin I
Uraian Pagu 1 tahun
Target s/d Termin I Realisasi s/d Termin I Rp. % Rp. % Rp. % a. Belanja Bahan 49.000.000 19,60 14.700.000 5,88 14.550.000 5,82 b. Honor yang terkait
dengan output kegiatan 108.180.000 43,27 32.454.000 12,98 30.720.000 12,29 c. Belanja Barang Non
Operasional Lainnya 11.620.000 4,65 3.486.000 1,39 1.486.000 0,59 d. Belanja Perjalanan
Lainnya (DN) 81.200.000 32,48 24.360.000 9,74 24.484.200 9,79 Jumlah 250.000.000 100,00 75.000.000 30,00 71.240.200 28,50
15 2.2. Metode - Proses Pencapaian Target Kinerja
2.2.1 Kerangka Metode - Proses Pencapaian Target Kinerja
Pada kegiatan ini akan dilakukan pengujian pengendalian C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. pada tanaman kakao dengan menggunakan pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal. Penelitian akan dilaksanakan di Sulawesi Barat dan Jawa Barat. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas, persentase dan intensitas serangan C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. serta efektivitas pestisida uji.
Pengendalian C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. dengan menggunakan bahan baku pestisida dari TRO sangat membantu dalam pengembangan tanaman kakao dan pengurangan penggunaan pestisida sintetik. Teknologi pengendalian yang dihasilkan dapat meningkatkan produksi buah kakao yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani serta meningkatkan devisa negara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan hama utama kakao (C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.).
2.2.2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja
Indikator keberhasilan pencapaian target kinerja dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi satu sampai dua formulasi dan hasil analisa ekonomi formulasi pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronelal untuk mengendalikan hama utama kakao (C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.).
16 2.2.3. Perkembangan Pencapaian Target Kinerja
2.2.3.1. Pengujian Formula Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin, Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal untuk Mengendalikan Hyposidra sp., dan
Helopeltis sp. pada Tanaman Kakao di Laboratorium
Hasil sementara dari sub kegiatan pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa formulasi pestisida nabati uji efektif mengendalikan Helopeltis sp. Pengujian masih dilaksanakan dengan hasil sementara sebagai berikut:
Tabel 1. Mortalitas Helopeltis sp. akibat perlakuan beberapa pestisida dengan metode semprot serangga di laboratorium (2012).
No Perlakuan Konst.
(ml/l)
Mortalitas (%) (jam setelah aplikasi)
3 6 24 48 72 1 Neem Plus 4,0 0 0 0 10 10 8,0 0 10 50 50 50 16,0 0 10 30 60 70 2 Mimba + Etanol 4,0 0 0 20 40 40 8,0 0 20 20 40 60 16,0 0 40 80 90 90
3 Mimba + Etanol + rarak 4,0 0 0 0 0 0
8,0 0 0 0 0 20
16,0 0 60 80 90 90
4 Minyak mimba 4,0 0 0 40 40 40
8,0 0 40 60 60 80
16,0 0 60 90 90 90
5 Mimba + Air + Etanol 4,0 0 30 40 40 60
8,0 0 30 60 60 60
16,0 0 10 80 80 80
6 Minyak mimba + Rarak 4,0 0 10 20 20 20
8,0 0 10 30 30 50
16,0 0 0 50 50 50
7 Mimba + Air + Etanol + Rarak 4,0 0 0 40 40 50
8,0 0 0 50 50 50 16,0 0 10 60 60 60 8 Deltametrin 0,1 0 90 100 100 100 0,2 0 90 100 100 100 0,4 0 100 100 100 100 9 Kontrol 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0
17 Tabel 2. Mortalitas Helopeltis sp. akibat perlakuan beberapa pestisida dengan metode
celup pakan di laboratorium (2012).
No Perlakuan Konsentrasi
(ml/l)
Mortalitas (%) (jam setelah aplikasi)
3 6 24 48 72 1 Neem Plus 4,0 0 20 60 70 80 8,0 0 10 90 90 90 16,0 0 10 100 100 100 2 Mimba + Etanol 4,0 0 20 20 20 20 8,0 0 0 30 30 40 16,0 0 10 50 50 500
3 Mimba + Etanol + Rarak 4,0 0 10 20 30 30
8,0 0 0 30 40 40
16,0 0 20 40 40 60
4 Minyak Mimba 4,0 0 10 10 10 60
8,0 0 10 40 50 60
16,0 0 10 70 70 70
5 Mimba + Air + Etanol 4,0 0 0 10 10 10
8,0 0 30 30 30 50
16,0 0 20 50 50 70
6 Minyak mimba + Rarak 4,0 0 0 0 0 0
8,0 0 0 30 30 50
16,0 0 0 30 40 70
7 Mimba + Air + Etanol + Rarak 4,0 0 10 10 20 20
8,0 0 10 10 20 30 16,0 0 10 40 40 50 8 Deltametrin 0,1 0 30 100 100 100 0,2 0 30 100 100 100 0,4 40 100 100 100 9 Kontrol 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0
Keterangan : 0 = belum ada yang mati
Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa mortalitas Helopeltis sp. tertinggi diperoleh dari formulasi pestisida nabati neem plus metode semprot serangga dengan tingkat efikasi berkisar antara 80 - 100%. Sedangkan dengan metode celup pakan, mortalitas tertinggi akibat pemberian pestisida nabati dicapai pada perlakuan minyak mimba konsentrasi 16 ml/l dan mimba + etanol konsentrasi 16 ml/l dengan nilai efikasi 90%. Pengujian terhadap hama pemakan pucuk Hyposidra sp. belum dilaksanakan, karena belum diketemukan populasi hama tersebut di daerah Jawa Barat.
18 2.2.3.2 Efikasi Formulasi Pestisida Nabati terhadap Pengisap Buah Helopeltis sp
dan pemakan pucuk Hyposidra sp., skala lapang
Sampai dengan penelitian ini dilaksanakan, baru dilaksanakan ploting tempat penelitian yaitu di PTPN VIII Kebun Cikumpay, Rajamandala, Bandung Barat, perbanyakan serangga uji, pembuatan pestisida nabati, dan pembuatan kurungan kasa.
2.2.3.3. Pengendalian PBK C. cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp. pada Tanaman Kakao dengan Formula Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin, Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal di Sulawesi Barat
Hasil sementara dari penelitian adalah telah dilaksanakan ploting lokasi di Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman Sulawesi Barat. Luas kebun kakao tersebut adalah 4 ha. Tanaman kakao yang ditanam merupakan hasil sambung samping varietas Sulbar1 dan Sulbar 2, dengan umur tanaman sekitar 6 - 7 tahun (pelaksanaan sambung samping dilaksanakan pada tahun 2005).
Untuk melihat tingkat serangan awal hama kakao dilakukan pengambilan sampel buah dan diamati tingkat kerusakan akibat serangan pengisap (Helopeltis sp.) dan penggerek buah kakao (PBK). Hasil pengamatan dari 100 contoh buah yang diambil, didapatkan data kerusakan sebagai berikut:
Tabel. 3. Pengamatan pendahuluan serangan Helopeltis sp. dan PBK di Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman, Sulawesi Barat.
No. Jenis serangan S R Sd B PS (%) IS (%)
1. Helopeltis sp. 67 20 4 4 74,0 29,4
2. PBK 26 49 15 10 20,4 7,10
Ket. = S = Sehat (tidak ada serangan); R = Serangan ringan (< 10%); Sd = Serangan sedang (10 - 50%); B = Serangan Berat (>50%); PS = Persentase serangan; IS = Intensitas serangan
Aplikasi pestisida nabati direncakan menggunakan 6 jenis pestisida nabati, pembanding (sintetis - Stopper 25 EC, b.a = Lambda sihaloetrin), dan tanpa aplikasi (kontrol). Penelitian dirancang dengan petak utama sanitasi dan tanpa sanitasi dan anak petak adalah aplikasi insektisida. Pada tiap petak perlakuan akan diambil 25 pohon sampel. Sehingga seluruh penelitian menggunakan 1600 pohon.
Tanaman kakao yang akan diaplikasikan diambil buah untuk pengamatan, sebanyak 100 buah tiap perlakuan. Untuk itu dipilih buah kakao (pentil) dengan ukuran 9 - 10 cm yang belum terlihat gejala serangan dan akan dipanen pada akhir penelitian.
19 Aplikasi penelitian direncakan pada bulan Mei 2012. Pengamatan kerusakan pada saat panen rutin seperti yang dilakukan petani tiap 2 minggu pada buah yang matang pada plot-plot perlakuan.
2.2.3.4. Analisis Ekonomi Formulasi Produk Pestisida Nabati Berbahan Dasar Saponin, Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronelal untuk Mengendalikan Hama Utama Kakao (Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.)
Sampai dengan penelitian ini dilaksanakan sedang dilaksanakan penyusunan questioner untuk analisa ekonomi formulasi produk pestisida nabati berbahan dasar saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan hama utama kakao.
2.3. Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program
2.3.1. Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan – Program
Penelitian ini bersinergi dengan progran MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) untuk koridor IV Sulawesi. Un tuk bidang pertanian dengan komoditas utama kakao. Untuk pencapaian hasil yang optimum dan berkelanjutan diperlukan teknologi ramah lingkungan salah satunya adalah dengan penggunaan insektisida nabati.
2.3.2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan – Program Keberhasilan sinergi koordinasi kelembagaan – program dapat dilihat dengan pencapaian hasil yang akan didapat dan terkoordinasinya antar lembaga di bidang pertanian/Kementerian Pertanian.
2.3.3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program
Perkembangan sinergi koordinasi yang dihasilkan adalah terjalinnya kerja sama antara Balai Komoditas (Balit) dan Balai Pengkajian Teknologi pertanian (BPTP), dalam hal ini antara Balittro dan BPTP Sulawesi Barat/Selatan serta Dinas Perkebunan
setempat untuk membina petani kelompok tani Cahaya Talepo, di daerah kecamatan Luyo, kabupaten Polewali Mandar
2.4. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 2.4.1. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Pengendalian hama utama kakao pada pertanaman kakao menggunakan formula pestisida nabati pada usahatani ditingkat petani dan perkebunan diharapkan
20 dapat diperoleh nilai tambah bagi petani maupun perkebunan. Di samping itu penggunaan pestisida nabati relatif lebih aman terhadap lingkungan dan aman terhadap residu pestisida, diharapkan tidak mendapat klaim dari negara pengimport kakao, yang akhirnya akan meningkatkan devisa negara.
2.4.2. Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Strategi pemanfaatan hasil litbangyasa ditingkat petani dan perkebunan adalah dengan sosialisasi hasil litbangyasa, baik secara tulisan yang diterbitkan melalui jurnal maupun lisan, misalnya melalui seminar/presentasi oral, komunikasi langsung dengan petani dan pihak perkebunan/pengguna, serta dengan pembuatan damplot.
2.4.3. Indikator keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Indikator keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa adalah digunakannya formula pestisida nabati dan diperolehnya nilai tambah pada usahatani ditingkat petani dan perkebunan. Penggunaan pestisida nabati ini relatif lebih aman, sehingga tidak membahayakan lingkungan.
2.4.4. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Sampai tahap ini perkembangan pemanfaatan hasil dari Litbangyasa belum termonitor karena baru tahap pengamatan kerusakan akibat serangan hama utama kakao dan aplikasi awal insektisida nabati sesuai perlakuan.
21 III. RENCANA TINDAK LANJUT
3.1. Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja
Pelaksanaan direncanakan sesuai dengan perencanaan awal dari metodologi dan waktu pelaksanaan yang direncanakan. Untuk penelitian di laboratorium melakukan uji lanjutan untuk melihat aktivitas insektisida nabati dengan pengujian repelensi dan efektifitas insektisida di lapang di Jawa Barat dan Sulawesi Barat.
3.2. Rencana Koordinasi Kelembagaan - Program
Koordinasi kelembagaan - program akan lebih dicermati untuk kesesuaian dengan program yang telah disusun.
3.3. Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Pemanfaatan hasil litbangyasa yang direncanakan menghasilkan produk formula pestisida nabati yang dapat dipatenkan dan diperolehnya nilai tambah pada usahatani ditingkat petani dan perkebunan. Produk yang dihasilkan akan berdaya guna dan berhasil guna yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh pengguna yaitu petani dan pekebun kakao dan diharapkan dapat meningkatkan hasil dengan kualitas buah yang baik dan bebas residu pestisida.
3.4. Rencana Pengembangan ke Depan
Diperolehnya paten produk pestisida nabati yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan kualitas dan kuantitas hasil produksi kakao yang bebas residu pestisida. Informasi kefektifan dan kelayakan teknologi dengan menggunakan insektisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronelal untuk mengendalikan hama utama kakao (C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.) dalam tulisan untuk seminar, Buletin dan Jurnal.
22 IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mortalitas Helopeltis sp. tertinggi diperoleh dari formulasi pestisida nabati neem plus metode semprot serangga dengan tingkat efikasi berkisar antara 80 - 100%, sedangkan dengan metode celup pakan, mortalitas tertinggi akibat pemberian pestisida nabati dicapai pada perlakuan minyak mimba konsentrasi 16 ml/l dan mimba + etanol konsentrasi 16 ml/l dengan nilai efikasi masing-masing 90%.
2. Ploting tempat penelitian untuk skala lapang di wilayah Jawa Barat, ditetapkan lokasi penelitian adalah PTPN VIII Kebun Cikumpay, Rajamandala, Bandung Barat.
3. Ploting lokasi penelitian di wilayah Sulawesi Barat adalah di Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman Sulawesi Barat.
4. Hasil pengamatan pendahuluan menunjukkan bahwa di Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman Sulawesi Barat menunjukkan intensitas serangan Helopeltis dan PBK masing-masing sebesar 29,4% dan 7,10 %.
B. Saran
Penelitian perlu dilaksanakan sampai pengembangan produk, efektivitas daya simpan agar didapatkan formulasi produk pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan hama utama kakao (C. cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp.).
23 DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat. Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Grainge, M. dan Ahmed, S. 1988. Handbook of Plants with Pest Control Properties. New York.: John Wiley and Sons.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Diterjemahkan oleh Badan Litbang Pertanian: Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised by Van der Laan. PT. Ichtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta.
Prakash A. dan Rao. J. 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. New York.: Lewis Publisher.
Prijono D., J.I. Sudiar, dan Irmayetri. 2006. Insecticidal Activity of Indonesian Plant Extracts Against the Cabbage Head Caterpillar, Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera:Pyralidae). J. ISSAAS 12(1):25-34.
____________ dan H. Triwidodo. 1994. Pemanfaatan Insektisida di Tingkat Petani;; Bogor, 1-2 Desember 1993.
Regnault-Roger C. 2005. New Insecticides of Plant Origin for The Third Millenium In: Regnault_Roger BJR, Philogene C, Vincent. C, (Eds.). Biopesticides of Plant Origin: Lavoisier Publishing Inc. p 17-35.
Sulistyowati, E., Y.D. Junianto, S. Sukamto, S. Wiryadiputra, L. Winarto, dan N.
Primawati. 2002. Analisis status penelitian dan pengembangan PHT pada
pertanaman kakao. Risalah Simposium Nasional Penelitian PHT
Perkebunan Rakyat. Bogor 17-18 September 2002. Bag. Proyek PHT
Tanaman Perkebunan:161-176.
Wardoyo, S. 1988. A Major Hindrance to Cocoa Development. Indonesian Agricultural Research and Developmental Journal 2:1-4.
Wardoyo, S. 1983. Pembiakan Helopeltis antonii Signoret di laboratorium pada
buah kakao. Muara Perkebunan 51(2):33-38.
Wiryadiputra, S.D., E. Sulistyowati, dan A.A. Prawoto. 1994. Teknik Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao Conopomorpha cramerella (Snellen). Lokakarya Penanggulangan Hama PBK di Indonesia. Jember.