• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Bukan Lagi Pintu Kesuksesan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendidikan Bukan Lagi Pintu Kesuksesan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan Bukan Lagi Pintu Kesuksesan

Oleh :

Ni Nyoman Asa Lucky Lestari (NIS : 6823)

Disampaikan Kepada:

Panitia Pelaksana Lomba Esai Dalam Rangka Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2013 Universitas Udayana

SMA Negeri 4 Denpasar 2012

(2)

Nama : Ni Nyoman Asa Lucky Lestari Nomor Identitas Diri : 6823

Pendidikan Bukan Lagi Pintu Kesuksesan

Pendidikan merupakan aspek penting dalam sebuah negara. Setiap negara akan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah masing-masing, karena kemajuan dari berbagai bidang di negaranya berawal dari sebaik apa negara itu menjalankan sistem pendidikan untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Berbagai cara telah dikembangkan oleh para pakar di bidang pendidikan setiap negara, mengingat bidang yang satu ini juga menjadi acuan penting dalam menentukan kualitas dari suatu negara. Tidak jarang kita mendengar metode-metode unik dan menarik yang diterapkan dalam bidang pendidikan oleh negara-negara tetangga. Hal ini tentu saja memicu Indonesia untuk terus mengerahkan upaya dalam rangka memajukan kualitas pendidikan di negara ini.

Di Indonesia sendiri, pendidikan telah cukup banyak menyita perhatian dari semua kalangan. Bukan hanya pemerintah, bahkan seluruh lapisan masyarakat turut berkontribusi dalam memajukan pendidikan Indonesia. Hal ini terjadi karena bagi masyarakat Indonesia, pendidikan memiliki esensi yang cukup penting bagi masa depan mereka. Di mata mereka , pendidikan tidak lagi menjadi acuan untuk menentukan kualitas suatu negara melainkan sebuah kualifikasi untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Kita bisa melihat banyak perusahaan besar di tanah air yang mencantumkan ketentuan untuk melampirkan ijazah pendidikan serendah-rendahnya SMA/sederajat atau bahkan S1sebagai syarat dalam penerimaan karyawan baru. Dengan melihat fakta tersebut, maka bisa kita asumsikan bahwa yang pertama terlintas dalam benak masyarakat adalah dengan pendidikan mereka bisa mendapatkan pekerjaan, dan dengan pekerjaan mereka bisa meraih kesuksesan. Secara tidak langsung, jika semua masyarakat memiliki pemikiran seperti itu maka kualitas hidup mereka akan terangkat dan ini tentu saja akan membawa dampak yang baik bagi penilaian terhadap kualitas negara.

(3)

Namun jika kita melihat ke lapangan, kenyataan yang ada berbeda dengan apa yang diasumsikan. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara asumsi pertama dengan kenyataan yang ada, mari kita membahasnya secara lebih rinci.

Mendalami permasalahan lebih dalam

Kini sudah tidak jarang kita menemukan orang-orang yang menyandang gelar sarjana namun belum memiliki perkerjaan dan orang-orang tidak berpendidikan namun bisa mendapat pekerjaan dan mancapai kesuksesan. Bahkan terdengar desas-desus yang mengatakan bahwa angka pengangguran dari orang-orang berpendidikan hampir menyamai angka penganggurang orang-orang yang tidak mendapat pendidikan. Tentu saja hal ini menimbulkan pemikiran baru di kalangan masyarakat. Kebanyakan dari masyarakat Indonesia mulai berpikir bahwa pendidikan bukanlah kunci kesuksesan seperti dulu. Dengan pemikiran baru itu muncul pula masalah baru dalam bidang pendidikan di Indonesia. Masalah baru tersebut ialah berkurangnya kepercayaan kepada dunia pendidikan yang juga mengurangi keinginan masyarakat terutama generasi muda untuk menuntut ilmu atau bersekolah.

Bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar kemampuan ekonominya masih tergolong menengah ke bawah, bersekolah tidak hanya menghabiskan banyak biaya namun juga menyita waktu dan pikiran mereka untuk suatu hal yang belum pasti. Melihat kenyataan yang ada, banyak generasi muda yang membatalkan niat mereka untuk bersekolah dan memilih untuk menjadi pekerja kasar atau pedagang kaki lima sejak dini agar mampu mengatasi masalah perekonomian keluarga mereka. Dibandingkan menghabiskan waktu mereka untuk menuntut ilmu selama lebih dari 12 tahun, mereka lebih memilih untuk berkerja dan mengumpulkan uang untuk memenuhi kebetuhan hidup mereka. Dengan bekerja mereka akan menghasilkan uang yang berguna untuk membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari, namun jika mereka menggunakan waktu untuk bersekolah mereka bukan hanya tidak bisa menghasilkan uang bahkan uang yang mereka gunakan untuk membeli kebutuhan pokok itu harus disisihkan untuk membeli perlengkapan sekolah. Melihat keadaan yang seperti itu, sangat kecil kemungkinan untuk bersekolah bagi para generasi muda tersebut.

(4)

Dengan keadaan seperti paparan di atas, maka masalah terbesar dalam pembahasan kita kali ini ialah kurangnya jaminan meraih kesuksesan sekalipun seseorang memiliki pendidikan yang tinggi. Karena hal itulah maka mulai terpikir bahwa menuntut ilmu demi kesuksesan di masa depan bukanlah hal yang paling dibutuhkan generasi muda saat ini untuk menjawab kesulitan ekonomi keluarga mereka. Maka dari itu kita perlu mengetahui alasan yang bisa diterima dari masalah kali ini. Menurut Kepala Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Adjat Daradjat, telah terjadi kesenjangan di antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Beliau menuturkan bahwa lulusan dari dunia pendidikan bukanlah sumber daya manusia siap kerja, melainkan siap latih. Hal itulah yang menyebabkan dunia pendidikan tidak dapat memenuhi semua hal yang dibutuhkan dunia kerja.

Pernyataan tersebut cukup kuat untuk mengungkap alasan dari semua masalah. Faktanya dalam dunia pendidikan, kita lebih difokuskan untuk mempelajari teori-teori dari sebuah materi. Dengan sistem seperti itu mungkin akan banyak generasi muda berpengetahun luas yang tercetak, namun yang dibutuhkan dalam dunia kerja tidak hanya pengetahuan yang didasarkan pada teori. Yang lebih dibutuhkan dalam dunia kerja ialah kemampuan setiap orang untuk bersaing di tengah situasi dan kondisi lapangan yang tidak jarang berbeda dari teori yang diajarkan. Di tengah persaingan global saat ini, dunia kerja membutuhkan orang-orang yang mudah beradaptasi dengan keadaan dan mampu mengembangkan pemikirannya untuk terus menciptakan suatu hal yang lebih kreatif dan inovatif. Seseorang yang mengetahui banyak teori dalam suatu materi belum tentu bisa bekerja dengan baik, mereka juga dituntut untuk bisa memiliki pemikiran yang luas sesuai dengan perkembangan keadaan dunia saat ini. Jadi belum tentu seseorang bisa sukses di dunia kerja hanya dengan berbekal teori dan pemahaman materi yang baik.

Selain itu, dunia pendidikan sejauh ini lebih banyak menciptakan generasi pekerja bukan pencipta lapangan pekerjaan. Ini terbukti dari banyaknya pengangguran berpendidikan yang tidak bekerja karena kesulitan untuk beradaptasi di

(5)

dunia kerja dan tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Jika hal ini dibiarkan, kualitas hidup bangsa Indonesia akan semakin tertinggal dari negara lain.

Solusi mudah untuk semua masalah

Dalam hal ini, kita memiliki 2 masalah utama, yakni mulai memudarnya keinginan untuk menuntut ilmu dari generasi muda karena tidak adanya jaminan kesuksesan yang akan dicapai setelah selesai menempuh pendidikan dan masalah ketidakselarasan antara dunia pendidikan dan dunia kerja dimana generasi yang tercetak dewasa ini sebagian besar hanya bisa menjadi pekerja bukan pencipta lapangan kerja. Dengan masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas, tentu saja kita perlu mencari solusi untuk keluar dari masalah tersebut.

Solusi yang dirasa penulis paling tepat untuk menyelesaikan masalah ini ialah dengan memberikan jaminan kepada generasi muda. Yang dimaksud dengan pemberian jaminan ini dapat dibagi ke dalam beberapa tindakan. Seperti yang telah diungkapkan oleh Adjat Daradjat, telah terjadi kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja, jadi yang perlu kita lakukan adalah menghilangkan kesenjangan itu. Satu-satunya cara untuk itu adalah dengan membuat sebuah standar kompetensi yang dapat dipelajari di dunia pendidikan sekaligus dapat diterima di dunia kerja. Dimana nantinya untuk memenuhi kompetensi ini, akan diadakan sebuah kelas khusus di setiap sekolah setingkat SLTA ke atas. Dalam kelas khusus ini, nantinya para siswa akan diajak untuk mengenal dunia kerja sesuai dengan jurusan yang mereka inginkan. Mungkin hal ini sudah diterapkan di sekolah-sekolah kejuruan di Indonesia, namun hal tersebut belum bisa membantu mengatasi permasalahan kali ini mengingat popularitas serta persentase sekolah menengah kejuruan belum bisa mengalahkan sekolah menengah atas. Dengan solusi tersebut, nantinya semua sekolah setingkat SLTA ke atas akan diwajibkan untuk memiliki kelas khusus tersebut. Metode pengajaran dalam kelas khusus ini sendiri adalah dengan mewajibkan siswa kelas X untuk menerima pelajarannya, sementara untuk siswa kelas XI dan XII diberikan kebebasan untuk mengikuti kelas khusus ini atau tidak. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan terlebih dahulu kelas khusus tersebut baru kemudian mengkhususkan

(6)

pada mereka yang memang ingin mengikutinya saja. Bagi mereka yang mengikuti kelas khusus ini di tingkat SLTA, setelah lulus nanti mereka akan mendapatkan ijazah khusus yang akan menjadi nilai tambah ketika mencari pekerjaan nanti. Sedangkan untuk yang tidak mengikuti kelas khusus tersebut, mereka tetap akan mendapatkannya namun di perguruan tinggi tepatnya pada semester awal dan akhir. Dengan begitu, baik merekayang hanya ingin bersekolah sampai tingkat SLTA atau pun mereka yang ingin mendapat gelar sarjana bisa memiliki ijazah khusus yang menjamin mereka dalam mencari pekerjaan tersebut.

Tidakan kedua adalah jaminan untuk mengatasi masalah mengenai kurangnya lapangan pekerjaan karena generasi yang cenderung terdidik sebagai pekerja. Dengan adanya kelas khusus, masalah kemampuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan sudah bisa diatasi, namun masalah modal masih memiliki kendala yang cukup besar. Karena itu nantinya setiap sekolah juga akan diwajibkan untuk memiliki sebuah koperasi simpan pinjam dimana semua siswa di sekolah tersebut memiliki saham sebesar 1% di dalamnya. Saham tersebut merupakan hadiah dari pemerintah bagi para generasi mudah yang masih memiliki niat untuk menuntut ilmu dimana pemberiannya hanya kepada siswa sekolah dasar saja. Saham dari sekolah dasar tersebut nantinya akan digunakan untuk menanamkan saham di SMP dan begitu pula di tingkat berikutnya. Saham yang dimiliki siswa tersebut hanya boleh digunakan setelah menamatkan SMP ke atas. Dengan saham yang terus berkembang tersebut, para siswa akan memiliki uang simpanan yang bisa mereka jadikan modal untuk membuka lapangan kerja. Selain itu, bagi mereka yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi uang hasil pengembangan saham tersebut dapat pula mereka gunakan untuk membiayai sekolah mereka tersebut. Dengan kedua tindakan tersebut, maka masalah yang ada mampu dihentikan,

Bagaimana pun masalah yang dialami dalam bidang pendidikan kita,pasti ada solusi untuk menyelesaikannya. Namun pelaksanaan solusi tersebut harus selalu didasari pada hati nurani dan rasa pengabdian kepada negara sehingga hasil yang didapatkan memanglah hasil yang optimal.

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan judul atas dasar ketertarikan penulis terhadap keterkai- tan antara pendidikan kimia bahan makanan dengan kesadaran makan makanan sehat yang dapat mempengaruhi pola

Konsentrasi tertinggi terdapat pada Stasiun III yang letaknya di sekitar perairan Makassar Golden Hotel, hal ini disebabkan oleh adanya sumber buangan limbah yang dihasilkan

Penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka, bukan saja merupakan penegasan kembali pola pikir yang dinamis dari para pendiri negara kita pada tahun 1945, tetapi

Bununla birlikte, biraz ötede "bu köstekleri onun kendisi (ilkel insan) kendiliğinden bir şey gibi kabul etmiştir" ve "hiçbir zaman bunu kırmayı aramaz" derken,

dapat dikembalikan apabila ada ketentuan khusus yang dibuat oleh perusahaan atas nama dan disepakati para peserta, seperti kesediaan untuk mengembalikan sebagian

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran Matematika dan mata

• Peraturan Dirjen Kekayaan Negara Nomor PER-07/KN/2009 tentang Tatacara Pelaksanaan Rekonsiliasi Data Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan BMN dan Laporan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan program P-LDPM dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun