• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Intestinum Tenue, Appendix pada Kuadran Kanan Bawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Struktur Intestinum Tenue, Appendix pada Kuadran Kanan Bawah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Struktur Intestinum Tenue, Appendix pada Kuadran Kanan Bawah

Asriana Timang

102014081

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara nomor 6, Jakarta Barat

Email: asriana.timang31@gmail.com

Abstrak

Setiap manusia memerlukan energi untuk melakukan kegiatan sehari-hari baik secara aktif maupun pasif. Secara aktif misalnya belajar, berlari, kedinginan dan lain-lain. Sedangkan secara pasif misalnya ketika kita sedang tidur. Energi diperoleh pada saat manusia makan. Makanan masuk kedalam tubuh melalui suatu sistem tubuh yang disebut digestive. Sistem ini berawal dari mulut, dan berujung pada pembuangan hasil sisa metabolisme yang berupa feses melalui anus. Pada saat didalam tubuh makanan dicerna melalui beragam organ-organ yang vital maupun organ-organ tambahan dalam sistem digestive ini. Namun tidak semua makanan dapat dicerna didalam tubuh, yang juga berarti tidak semua makanan sehat untuk dikomsumsi oleh tubuh.

Kata kunci: Makanan,Sistem pencernaan,Organ-organ pencernaan.

Abstrac

Every human being needs energy to perform daily activities either actively or passively. Actively example of learning, running, freezing and others. While passively like when we're sleeping. Energy obtained when humans eat. Food into the body through a body called digestive system. This system originated from the mouth, and led to the disposal of metabolic waste results in the form of feces through the anus. By the time food is digested in the body through a variety of vital organs as well as organs of this additional digestive system. However, not all food can be digested in the body, which means not all healthy food for consumption by the body.

(2)

Pendahuluan

Manusia merupakan organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri atau disebut sebagai organisme heterotrof. Semua kebutuhan akan makanan berasal dari luar untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk sintesis berbagai zat yang dibutuhkan di dalam tubuh. Makhluk hidup seperti manusia selalu membutuhkan suplai makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Sebelum dapat digunakan tubuh, makanan dicerna dalam sistem pencernaan. Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Kita memerlukan energi untuk melakukan aktivitas seharian dan kita memenuhi kebutuhan energi dengan mengkomsumsi makanan. Dimana makanan yang dikonsumsi terdiri dari beberapa molekul besar yang berbeda, yaitu karbohidrat protein dan lemak. Makanan yang telah dimakan akan diuraikan dalam sistem pencernaan menjadi sumber energi, komponen penyusun sel dan jaringan, dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan yang dikonsumsi tadi akan masuk melewati saluran pencernaan hingga sampai gaster, lalu ke duodenum, jejunum, ileum, colon dan pada akhirnya dibuang melalui anus. Agar makanan yang diterima oleh tubuh dapat dipergunakan oleh tubuh, bahan makanan tersebut harus diolah terlebih dahulu. Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan.

Struktur Makroskopis

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh bentuknya panjang, atas dari diaphragma sampai pelvis di bawah. Abdomen dibagi kepada 4 quadrant dan 9 regio. Penentuan quadrant ini adalah dengan menarik garis horizontal dan vertikal menggunakan umbilicus sebagai titik tengah. Antara quadrant yang dibagi adalah quadrant kanan atas, kiri atas, kanan bawah dan kiri bawah. Quadrant kanan atas mengandungi duodenum, lobus dextra hepatis, vesical fellea dan pylorus. Selain itu, quadrant kiri atas mengandungi lobus sinistra hepatis, gaster, pancreas, lien dan ren sinistra. Seterusnya quadrant kanan bawah mengandungi caecum, appendix, ileum, colon ascendens, ovarium dexter, tuba uterina dexter, ureter dexter dan funiculus spermaticus dexter. Manakala quadrant kiri bawah mengandungi

(3)

colon sigmoideum, colon descendens, ovarium sinister, tuba uterina sinister dan funiculus spermaticus sinister.1

Gambar 1. Regio dan quadran abdomen

Regio abdomen terletak antara situs thoracis dan situs pelvicus. Regio ini terbagi oleh 2 pasang garis, yaitu sepasang garis vertikal dan sepasang garis horizontal yang membagi daerah abdominalis menjadi 9 bagian. Regio Hipokondrium Dextra meliputi: hepar, esophagus dan kantung empedu. Regio Epigastrium meliputi gaster pars pyloricum, corpus pancreas dan duodenum parscranialis. Regio Hipokondrium Sinistra meliputi lien, cauda pancreas, pars corpus dan fundus gaster. Regio Lumbaris Dextra meliputi colon ascendens. Regio umbilicalis meliputi jejenum, ileum, colon tranversum dan omentum. Regio Lumbalis Sinistra meliputi ren sinistra dan colon descendens. Regio Iliaca Dextra meliputi caecum, ovarium dextra, tuba uterina dextra dan appendix vermiformis. Regio Hipogastrium meliputi vesika urinaria dan uterus. Regio Iliaca Sinistra meliputi colon sigmoid dan ovarium sinistra.1

Gambar 2. Sistem Digestivus

Sistem digestivus terdiri dari saluran pencernaan dan organ eksokrin. Saluran pencernaan terdiri dari cavum oris, esophagus, gaster, duodenum, jejunum, ileum, caecum, colon

(4)

ascendens, colon transversum, colon descendens, rectum dan anus. Selain itu organ yang bekerja dalam sistem digestivus adalah glandula parotis, glandula sublingualis, glandula submandibularis, pancreas dan vesica fellea.

Interstinum tenue atau usus halus terdiri dari duodenum yang retroperitoealis serta jejunum dan ileum yang intraperitonealis. Interstinum tenue terdiri dari pylorus yaitu awal duodenum, yang dilanjutkan ke flexura duodenojejunalis menjadi jejunum dan seterusnya menjadi ileum sampai bermuara ke caecum. Interstinum tenue ini berfungsi untuk mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan di gaster yaitu penyerapan nutrient. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pancreas serta dibantu oleh empedu dalam hati, usus halus mengabsorbsi produk pencernaan secara selektif. Duodenum mulai dari pylorus sampai flexura duodenojejunalis dan beralih menjadi jejunum. Panjangnya kurang lebih 26 cm dan berbentuk seperti huruf C yang mengelilingi caput pancreas. Duodenum dapat dibagi ke empat bagian, yaitu pars superior, pars descendens, pars horizontalis atau inferior, dan pars ascendens. Sepanjang 2-3 cm pertama pars superior duodeni masih diliputi oleh peritoneum visceral yang ke atas merupakan tempat lekat dari ligamentum hepatoduodenalis, bagian dari omentum minus gaster bawah dari omentum majus serta merupakan batas bawah dari foramen omentalis (epiploicum).2

Pars superior duodeni panjangnya kurang lebih 5 cm, terletak setinggi vertebra L1 dan merupakan bagian yang bergerak paling bebas. Pars superior duodeni akan bermula pada pylorus berjalan ke arah kanan atas belakang sampai pada collum vesica fellea dan ren dexter. Pars descendens duodeni panjangnya urang lebih 8 cm, berjalan vertical ke bawah sepanjang pinggir kanan vertebra lumbalis L1-L3 di depan hilum renalis pada retroperitonealis. Pars descendens duodeni yang terletak 8-10 cm dari pylorus masuk dengan miring muara dari ampulla hepatopancreatica atau ampulla Vateri. Pada muara ini terdapat tonjolan yang disebut papilla duodeni major dan mempunyai musculus sphincter amppullae hepato pancreaticae yang berfungsi mengatur pengeluaran cairan empedu dan pancreas. Sedikit diaatasnya (2-3 cm) terdapat papilla duodeni minor (Santorini), tempat muara ductus pancreaticus accessorius. Bagian akhir (bawah dari pars descendens duodeni membuat suatu kelokan yaitu flexura duodeni inferior untuk beralih menjadi pars inferior duodeni. Pars inferior duodeni panjangnya kurang lebih 8 cm berjalan horizontalis ke kiri menyilang garis tengah setinggi vertebra L3 pada bidang subcostalis. Seterusnya pars ascendens duodeni panjangnya kurang lebih 5 cm berjalan kea rah kiri atas sampai setinggi vertebra L2 dan beralih menjadi jejunum dengan suatu kelokan yang disebut flexura duodenojejunalis. Bagian akhir dari pars

(5)

ascendens duodeni diliputi oleh peritoneum. Pankreas dan ductus biliaris membuka ke dalam bagian pars descendens duodeni sebagai lubang bersama pada papilla kecil dan dikontrol oleh sfingter yang disebut sfingter oddi.3

Jejenum adalah lanjutan dari duodenum yang bermulai dari flexura duodenojejunalis dan merupakan bagian pertama dan ileum adalah bagian kedua dari seluruh usus halus. Diameter jejenum agak besar dan memiliki dinding tebal, vasa recta panjang serta arcade setingkat. Jejunun juga mempunyai plica semicircularis yang padat dan tinggi pada lumennya serta noduli lymphaticii yang soliter. Jejenum dan ileum terdapat didalam peritoneum kecuali sepanjang garis perlekatannya. Manakala diameter ileum lebih kecil dan memiliki dinding yang lebih tipis, arcade bertingkat dan vasa recta pendek. Ileum juga mempunyai pliaca semicircularis tetapi tidak padat serta mempunyai noduli lymphaticii yang berkelompok disebut Plaque Peteri. Suplai darah usus halus oleh percabangan arteri mesenterica superior yang merupakan cabang dari aorta abdominalis, cabang kecil berhubungan di dalam mesenterium oleh sejumlah arcade arteri yang keluar dari cabang terminal. Jejunum diperdarahi oleh cabang kecil yang dinamakan arteri jejunales manakala ileum diperdarahi oleh cabang kecil yang dinamakan arteri ilei. Drainase darah dari vena usus halus ke dalam vena mesenterica superior dan kemudia ke dalam vena porta menuju ke hepar. Drainase limfe usus halus ke dalam nodus didalam mesenterium dan kemudian ke dalam kelenjar aorticus dan cistern chili. Inervasi usus halus oleh nervus simpatis dari corpus verterbralis thoracalis 5-9 dan parasimpatis (vagus).1,4

Bagian interstinum crassum yang terdapat dalam quadrant kanan bawah adalah appendix, caecum dan colon ascendens. Appendix adalah lanjutan dari caecum, caecum ini adalah katong lebar yang terletak di daerah iliaca kanan dan menempel pada musculus iliopsoas. Appendix juga terdiri atas empat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan submukosanya berisi sejumlah besar jaringan limfe. Ileum memasuki sisi kiri dari caecum pada lubang ileocaecal, celah oval yang dikontrol oleh sfingter otot. Intestinum crassum dimulai dari katup ileocaecalis yang merupakan batas intestinum tenue dan crassum. Refleks gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan gerakan peristaltic didalam usus besar, reflex ini menyebabkan defekasi. Dari sini colon naik melalui daerah sebelah kanan lumbal dan disebut colon ascendens. Di bawah hepar terdapat tempat yang disebut flexura hepatica, lalu berjalan melalui quadrant kanan dan kiri atas sebagai colon transversus. Dibawah limpa membelok sebagai flexura sinistra atau flexura sogmoid dan kemudian berjalan melalui quadrant kiri bawah sebagai kolon descendens. Di daerah

(6)

hypogastricum colon sigmoideus membelok angren pubis dan menjadi rectum. Pada colon ascendens terdapat otot longitudinal yang berjalan di atas colon yang disebut taenia coli. Pada sebelah taenia coli terdapat timbunan lemak pada peritoneum colon yang disebut appendices epiploicae. Selain itu, lumen intestinum angren lebih besar dari intestinum tenue, struktur colon juga seperti kantong kecil yang disebabkan oleh sacculation, yang memberikan usus penampilan tersegmentasinya. Teniae coli berjalan sepanjang intestinum crissum dan oleh karena taenia coli ini pendek, intestinum crassum menjadi kantong antara teniae coli lalu membentuk haustra coli.5

Struktur Mikroskopis

Sifat umum dinding saluran cerna adalah dindingnya mempunyai empat lapisan fungsional yang terdiri dari tunika mukosa, submukosa, muskularis externa dan adventitia. Tunika mukosa ini terdiri dari epitel mukosa dan mempunyai jaringan ikat yang disebut lamina propria. Di sini juga terdapat tunika muskularis mukosa yang berupa lapisan otot yang bermulai dari oesophagus, tunika muskularis mukosa ini membatasi lamina propria dengan tunika submukosa. Tunika submukosa merupakan jaringan ikat yang padat dan terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf. Terdapat juga plexus otonom yaitu plexus submukosa atau plexus Meissner. Seterusnya tunika muskularis externa terdiri dari dua bagian, yaitu tunika muskularis sirkular atau interna dan tunika muskularis longitudinal atau externa. Di antara kedua lapisan otot ini terdapat plexus otonom yaitu plexus myenterikus Aurbach. Selain itu, terdapat tunika adventitia yang merupakan jaringan ikat longgar dan apabibla terdapat mesotel (peritoneum) diluarnya maka lapisan ini disebut sebagai tunika serosa. Tunika adventitia juga boleh terdiri atas jaringan ikat padat irregular dan longgar dengan pembuluh darah dan limfe. Pada tunika adventitia juga terdapat banyak jaringan lemak serta lapisan epitel selapis gepeng dari mesothelium.1,6

(7)

Epitel yang terdapat pada intestinum tenue adalah epitel selapis torak bersel goblet. Sel torak pada bagian apikalnya terdapat brush border atau microvilli yang memperluaskan permukaan absorptive usus. Sel torak ini juga mengandung enzim-enzim pencernaan seperti alkaline fosfatase dan maltase. Sel goblet meningkat dalam jumlah semakin ke arah distal. Intestinum tenue mempunyai villi intestinal, villi di duodenum berbentuk lebar, di jejunum berbentuk bundar seperti lidah dan di ileum berbentuk seperti jari. Di sini juga terdapat plica sirkularis Kerckringi yang merupakan lipatan tunika mukosa dan submukosa, plica sirkularis Kerckringi pada jejunum tinggi-tinggi. Sepanjang membrane mukosa ini terdapat glandula intestinalis atau kryptus Leiberkuhn dan tubulosa simpleks yang bermuara di antara villi intestinalis. Pada dasar kryptus ini terdapat sel Paneth yang mengandung granula eosinophilia pada bagian apikalnya. Sel-sel kryptus ini akan menggantikan sel epitel permukaan yang rusak.6

Gambar 4. Duodenum dan kelenjar Brunner

Terdapat ciri khas pada duodenum yaitu, duodenum ini mempunyai kelenjar Brunner yang menghasilkan lendir dan kompleks tubulosanya bercabang.

Gambar 5. Jejunum

Jejunum ini seringkali disebut sebagai usus kosong, masih terjadi proses pencernaan kimiawi karena pada dinding jejunum mempunyai kelenjar yang menghasilkan getah pencernaan.

(8)

Jejunum tidak mempunyai kelenjar Brunner ataupun plaque Peyeri. Plica sirkularis Kerckringi pada jejunum tinggi-tinggi.

Gambar 6. Ileum

Ileum terdapat agregat limfonodus atau agmina Peyeri ataupun plaque Peyeri di lamina propria dan meluas ke tunika submukosa.

Gambar 7. Appendiks Vermiformis

Appendix vermiformis ini adalah evaginasi dari colon khususnya caecum. Panjangnya bervariasi antara 2-18 cm. Lumennya sempit dan sering berisi debris, struktur appendix tidak menyerupai struktur colon. Tidak ada taeniae coli dan mempunyai banyak folikel lymphoid di tunika submukosanya.

(9)

Tunika mukosa pada caecum tidak mengandungi villi intestinal tetapi mempunyai banyak sel goblet diantara sel epitel. Terdapat juga kryptus Lieberkuhn tetapi sedikit sekali sel Paneth dan sel Argentafin. Di sini terdapat lymphonodus solitaries dan tunika mukosa longitudinal membentuk 3 pita longitudinal yang lalu menjadi taenia coli.

Topografi Appendix

Appendix adalah suatu organ lymphoid yang terdapat pada caecum yang terletak pada proximal colon. Appendix dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix Vermiformis dan berfungsi sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi alpha immunoglobin (Ig-A) sebagai perlindungan terhadap infeksi yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) walaupun dalam jumlah kecil. Appendix juga menghasilkan lendir sebanyak 1 – 2 ml per hari yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks. Oleh karena lumennya kecil, appendix cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi. Appendix ini terbentuk dari caecum yang berasal dari midgut pada tahap embrio. Appendix merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kira-kira 10cm pada orang.1,4

Gambar 9. Letak Appendix

Walaupun lokasi appendix selalu tetap yaitu berpangkal di caecum, lokasi ujung appendix boleh terletak pada tempat berbeda. Pada kebanyakan orang appendix terletak di retrocaecal atau di pinggang atau pelvis yang pasti tetap terletak di peritoneum. Pada appendix terdapat 3 tanea coli yang menyatu kepada caecum dan dapat digunakan untuk

(10)

menandakan tempat appendix. Posisi appendix terbanyak adalah retrocaecalis (64%) diikuti oleh caudo positio (32%), latero positio (2%) dan medio positio anterior dan posterior (2%).2

Appendix memiliki mesenterium kecil yang menurun di belakang ileum terminalis yang disebut mesenteriolum yang berupa selapis jaringan ikat yang melekatkan appendix pada struktur lain pada abdomen dan juga memiliki lumen yang relative lebar pada bayi dan perlahan-lahan menyempit dengan bertambahnya usia, seringkali menghilang pada manula. Pada saat lahir, appendix pendek dan melebar dipersambungan dengan caecum dan pertumbuhannya berotasi ke dalam retrocaecal tapi masih dalam intraperitoneal. Teniae coli caecum juga mencapai pangkal appendix. Lipatan Treves tak berdarah atau lipatan ileocaecal adalah nama yang diberikan pada refleksi peritoneal kecil yang berjalan dari ileum terminal anterior ke appendix.4,5

Penentuan letak pangkal dan ujung appendix yang normal boleh ditetapkan dengan menggunakan garis-garis Monro dan Lanz. Menurut garis Monro, pangkal appendix terletak pada 1/3 lateral dari garis ini disebut titik McBurney. Garis Monro ini adalah garis yang menghubungkan SIAS dan umbilicus. Manakala menurut garis Lanz, ujung appendix adalah pada titik 1/6 lateral dextra. Garis Lanz adalah garis horizontal yang menghubungkan SIAS dextra dan SIAS sinistra.3

Vaskularisasi dan Inervasi Appendix

Appendix mendapat perdarahan dari arteri appendicularis yang merupakan cabang dari bagian bawah arteri ileocolica yang berasal dari arteri mesenterica superior. Arteri appendix termasuk arteri akhir atau ujung. Karena pasokan arteri adalah dari arteri akhir, perfusi tidak dapat ditingkatkan dalam pengaturan inflamasi akut, jadi potensi iskemia dan perforasi akan meningkat. Karakteristik arteri perfusi mungkin merupakan faktor penyebab penting dalam perdarahan keseluruhan appendicitis. Appendix memiliki lebih dari 6 saluran limfe melintangi mesoappendix menuju ke nodus limfe ileocaecal.1,2,4

Appendix dipersarafi oleh saraf parasimpatis dan simpatis. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus Vagus yang mengikuti arteri mesenterica superior dan arteri appendicularis. Sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus thoracalis X. Karena itu nyeri visceral pada appendicitis boleh terasa disekitar umbilicus.1,4

(11)

Appendicitis

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendix vermiformis,dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Pada masyarakat umum,sering juga disebut dengan istilah radang usus buntu. Appendicitis dipengaruhi oleh pelbagai faktor, yaitu faktor obstruksi, bakteri, infeksi saluran pernapasan dan sebagainya. Lebih dari 70% kasus disebabkan oleh fekalith, benda asing, tumor appendix atau sekum, atau benda berserat. Ketika obstruksi definitif tersebut hadir, appendix kemungkinan untuk maju pesat dan mengakibatkan gangrene dan perforasi, dikenal sebagai apendisitis akut obstruktif. Pada sekitar 30% dari pasien dengan apendisitis akut tidak mempunyai penyebab luminal obstruksi yang ditemukan. Sebaliknya, pada hiperplasia folikel limfoid submukosa akan mengkompromi lumen appendix. Hiperplasia limfoid terkait dengan insiden bersamaan saluran pernapasan atas atau infeksi virus lainnya terutama pada anak-anak. Apendisitis akut obstruktif dapat berkembang dalam waktu 12 sampai 24 jam menjadi gangrene dari dinding usus buntu dan perforasi.7,8

Mekanisme Pencernaan

Intestinum tenue mempunyai banyak lipatan yang disebut vili intestinalis. Villi ini berfungsi untuk memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan makanan. Motilitas intestinum tenue diinisiasi oleh sel pacemaker intrinsic atau sel Cajal untuk melakukan segmentasi. Segmentasi adalah proses mencampur dan mendorong kimus secara perlahan yang terjadi akibat kontraksi berbentuk cincin yang berosilasi otot polos sirkuler di sepanjang intestinum tenue. Fungsi dari pencampuran ini adalah untuk mencampurkan kimus dengan getah pencernaan dan memaparkan kimus ke permukaan absorptif usus halus. Kontraksi diawali oleh sel pacemaker yang menghasilkan basic electrical rhythm, kontraksi segmental akan terinduksi dengan frekuensi mengikuti frekuensi tadi. Intensitas kontraksi dipengaruhi oleh hormone gastrin dan aktivitas saraf ekstrinsik. Selain proses segmentasi terdapat juga proses peristaltic yang mendorong kimus di usus halus yang dicetuskan oleh reflex saraf ekstrinsik ke ganglia sistem saraf otonom dan batang otak yang kemudian kembali ke usus. Peningkatan reflex plexus myenterikus terjadi secara langsung.9

Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat kimiawi. Berbagai macam enzim diperlukan untuk membantu proses pencernaan kimiawi ini. Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam dinding usus halus mampu

(12)

menghasilkan getah pencernaan. Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus halus. Getah pencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan empedu, getah pankreas, dan getah usus. Proses penyerapan di usus halus ini dilakukan oleh villi. Di dalam villi ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, dan sel goblet. Di sini asam amino dan glukosa diserap dan diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta hepatikus, sedangkan asam lemak bereaksi terlebih dahulu dengan garam empedu membentuk emulsi lemak. Emulsi lemak bersama gliserol diserap ke dalam villi. Selanjutnya di dalam villi, asam lemak dilepaskan, kemudian asam lemak mengikat gliserin dan membentuk lemak kembali. Lemak yang terbentuk masuk ke tengah villi, yaitu ke dalam pembuluh limfe. Melalui pembuluh ini, emulsi lemak menuju vena sedangkan garam empedu masuk ke dalam darah menuju hati dan dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-bahan yang tidak dapat diserap di usus halus akan didorong menuju colon.9,10

Secara kesimpulan, intestinum tenue menyerapkan air melalui osmosis dan jika kimus bersifat hiperosmotik, akan terjadi osmosis berlawanan (air dari plasma ke kimus) untuk membuat kimus menjadi isoosmotik dengan plasma. Usus juga menyerapkan ion Na+, ion ini penting dalam penyerapan karbohidrat dan protein. penyerapan ion Na+ dengan transport aktif dan sebagian ini diserap secara bersamaan dengan ion Cl-. Ion Na+ dan Cl- masuk ke dalam sel dan ion K+ dan H+ yang ditingkatkan oleh aldosteron. Intestinum tenue juga menyerapkan karbohidrat, protein dan lemak melalui transport aktif dan difusi. Selain itu, ion bikarbonat, vitamin larut air, vitamin larut lemak, besi dan kalsium juga diserap oleh usus halus.

Seterusnya intestinum crissum akan menyerap air dan elektrolit yang sisa dalam makanan. Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke bagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus. Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna.9,10

(13)

Enzim Pencernaan Mulut

Liur (Saliva) yang disekresikan oleh kelenjar liur terdiri atas 99,5% air dengan pH sekitar 6,8. Liur mengandung glikoprotein, musin, yang bekerja sebagai pelumas pada waktu mengunyah dan menelan makanan.

Gerakan mengunyah berfungsi memecah makanan sehingga terjadi peningkatan kelarutan dan perluasan daerah permukaan bagi kerja enzim. Liur juga merupakan sarana untuk mensekresikan obat-obat tertentu (teanol dan morfin), ion-ion organik (K+, Ca2+, HCO3-, SCN- (tiosinat), iodium, dan ekskresi imunoglobulin (IgA).

Enzim ptialin dalam saliva adalah suatu -Amilase liur mampu membuat pati dam glikogen dihidrosis menjadi amltosa dan oligosakarida. Amilase liur akan segera terinaktivasi pada pH <4, sehingga kerja pencernaan dalam mulut akan terhenti ketika lingkunagn lambung yang asam menembus partikel makanan. Enzim lipase lingual disekresikan oleh permukaan dorsal lidah (kelenjar Ebner).11

Lambung

Getah lambung merupakan cairan jernih bewarna kuning pucat yang mengandung HCl 0,2-0,5% dengan pH 1. Getah lambung terdiri atas 97-99% air dan sisanya musin (lendir) serta garam anorganik, enzim pencernaan (pepsin dan renin), dan lipase.

HCL, Asam ini dihasilkan oleh sel – sel parietal, fungsinya adalah untuk membuat pH yang baik untuk proses pemecahan molekul protein oleh enzim pepsin dengan cara hidrolisis dan HCL juga berfungsi untuk kerja pendahuluan terhadap protein sebelum dipecah dengan cara denaturasi protein dan hidrolisis, mengaktifkan pepsinogen jadi oeosin, mempermudah penyerapan Fe, sedikit menghidrolisis suatu disakarida, merangsang pengeluaran sektretin dan mencegah terjadinya fermentasi dalam lambung oleh mikro organisme.

Pepsin adalah enzim yang Fungsi utamanya untuk hidrolisis molekul protein menjadi peptide dan proteosa, enzim ini disekresikan dalam bentuk inaktif jika diperlukan maka akan berubah bentuk dari pepsinogen menjadi pepsi, enzim pepsin ini juga dapat menggumpalkan susu, kasein yang ada dalam susu diubah menjadi prakasein oleh ion ca++ baru kemudian dipecah lagi.9

(14)

Renin, enzim ini berasal dari prorenin yaitu suatu zimogen yang dengan suasana asam berubah menjadi renin, renin sangat penting dalam pencernaan makanan pada bayi karena fungsi utamanya mengubah kaseinogen menjadi kasein karena hanya terdapat pada lambung bayi untuk mengolah susu, saat sudah dewasa enzim ini tidak digunakan lagi sudah tidak terdapat lagi pada lambung orang dewasa.

Lipase, enzim ini merupakan katalis pada reaksi pemecahan lipid yang fungsi utamanya hidrolisis tri-asilgliserol menjadi asam lemak dan gliserol.

Tabel 1. Enzim-enzim pencernaan

ENZIM FUNGSI

Enterokinase Mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin

Laktase Mengubah laktosa menjadi glukosa

Dipeptidase Mengubah pepton menjadi AA

Maltase Mengubah maltose menjadi glukosa

Disukarase Mengubah disakarida menjadi monosakarida Peptidase Mengubah polipeptida menjadi AA

Sukrase Mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa Lipase Mengubah tri-asilgliserol menjadi gliserol dan AA

Kesimpulan

Appendicitis yang terjadi pada anak tersebut mungkin diakibatkan oleh adanya sumbatan pada appendixnya ataupun terjadinya hyperplasia dari folikel limfoid sehingga menyebabkan appendix anak tersebut mengalami pembengkakkan dan menyebabkan rasa nyeri.

Daftar Pustaka

1. Netter FH. Altas Anatomi Manusia. Edisi ke-5. Indonesia, Sagung Seto; 2013: 277-307

2. Schlossberg L, D George. The Johns Hopkins atlas of human functional anatomy. 4th Ed. America, John Hopkins University Press: 1997; 160-4

(15)

3. Putz R, Pabst R. Sobatta atlas of human anatomy. 14th Ed. Germany, Elsevier GmbH; 2006: 352-78

4. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM, Tibbitts RM, Richardson PE. Gray’s atlas of human anatomy. 2nd Ed. America, Elsevier’s Heatlth Science; 2014: 79-87

5. Widjaja IH. Anatomi abdomen. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009: 52-84 6. Singh I. Textbook of human histology: with colour atlas & practical guide. 6th Ed.

New Delhi, Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2010: 243-62

7. Schwartz SI. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. 6th Ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2000: 437

8. Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu bedah .2th Ed.Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005: 639-45

9. Sherwood L. Introduction to human physiology. 8th Ed. United States, Brooks/Cole Cengage Learning; 2013: 611-63

10. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2008: 559,561-2

11. Pudjiadi, Anna. Dasar – dasar biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 1994.h.234-45.

Gambar

Gambar 1. Regio dan quadran abdomen
Gambar 3. Gambar umum intestinum tenue
Gambar 5. Jejunum
Gambar 7. Appendiks Vermiformis
+3

Referensi

Dokumen terkait

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya

Yakni sistem organ manusia yang fungsinya menerima makanan, mencerna makanan, proses pencernaan makanan, menyerap zat-zat gizi yang dibawa kedalam

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang.. berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,

sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,