• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTIK"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh:

Virgiawan Listanto

101116049

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI

UNIVERSITAS PERTAMINA

(2)
(3)
(4)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayahnya dan memberi kami kesempatan dalam menyelesaikan laporan KP (Kerja Praktek) yang kami buat. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan KP (Kerja Praktek) bagi Mahasiswa Teknik Geofisika dari Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi Universitas Pertamina.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbinga, bantuan dan do’a dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan Laporan Kerja Praktik ini, yaitu kepada :

1. Prof. Akhmaloka Ph.D. sebagai Rektor Universitas Pertamina

2. Prof. Dr. Ir. Ichsan Setya Putra sebagai Wakil Rektor 1 Universitas Pertamina

3. Prof. Dr. Rer. Nat. Awali Priyono sebagai Dekan Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi Universitas Pertamina

4. Muhammad Husni M. Lubis, M.S. sebagai Kepala Program Studi Universitas Pertamina 5. Dicky Ahmad Zaky, M.T. sebagai Dosen Pembimbing

6. Teguh Purwantoro, sebagai Pembimbing dari Instansi 7. Seluruh staff Pertamina UBD

8. Kedua Orang tua dan seluruh saudara tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan do’a.

(5)

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... iv BAB I PENDAHULUAN ...1 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Tujuan ...1

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...1

BAB II PROFIL INSTANSI...4

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK ...6

BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK ...8

2.1 Proses Bisnis di Upstream Business Development Pertamina ...8

2.1.1 Lelang ...8

2.1.2 Penugasan Kepada BUMN/BLU ... 10

2.2 Pemilihan Daerah dalam Pengembangan Lapangan Geothermal ... 11

2.2.1 Gunung yang tidak Ekonomis dan Beresiko dalam Pengembangan Geothermal ... 12

2.3 Pengambilan Sampel Manifestasi ... 12

2.3.1 Mata air panas (Cair) ... 12

2.3.2 Fumarol (Bentuk Gas) ... 13

2.4 Penentuan Temperature Reservoar Geothermal ... 13

2.5 Tahapan – Tahapan dalam Melakukan Pengembangan Lapangan Panas Bumi ... 14

2.5.1 Melihat Lokasi dan Keadaan Daerah di sekitar Wilayah Kerja ... 14

2.5.2 Penyelidikan Terdahulu ... 14

2.5.3 Geologi ... 14

2.5.4 Geokimia ... 16

2.5.5 Geofisika ... 17

2.5.6 Interpretasi Terpadu ... 18

2.6 Permasalahan – Permasalahan dalam Pengembangan Geothermal ... 20

2.6.1 Scaling ... 20

2.6.2 Sumur Asam ... 20

2.7 Kegiatan Monitoring Geothermal ... 20

2.7.1 Monitoring Geokimia ... 20

2.7.2 Monitoring Aktivitas Termal... 21

2.7.3 Monitoring Reservoar Geothermal ... 21

(6)

iii

2.8 Tektonik Lempeng ... 25

2.9 Kegiatan Usaha Panas Bumi ... 25

2.10 Gaya Berat ... 26

2.11 Magnetotellurik (MT) ... 26

BAB VI KESIMPULAN dan SARAN ... 29

2.12 Kesimpulan ... 29

2.12.1 Proses Bisnis di Upstream Business Development Pertamina ... 29

2.12.2 Tahapan-tahapan Survey Pendahuluan Prospek Panas Bumi ... 29

(7)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pertamina UBD... 4

Gambar 4.1 Alur Penawaran Wilayah Kerja... 8

Gambar 4.2 Proses Pelelangan Wilayah Kerja... 9

Gambar 4.3 Tahapan Pelelangan Wilayah Kerja... 10

Gambar 4.4 Cara Pengambilan Sampel pada Fumarol... 13

Gambar 4.5 Citra Satelit... 14

Gambar 4.6 Geomorfologi... 15

Gambar 4.7 Stratigrafi Batuan... 15

Gambar 4.8 Struktur Geologi... 16

Gambar 4.9 Anomaly Gravity... 18

Gambar 4.10 Model Magnetotelluric... 18

Gambar 4.11 Model Konseptual Panas Bumi... 19

Gambar 4.12 Kurva P dan T akibat injeksi return... 21

Gambar 4.13 Kurva P dan T akibat dari produksi... 22

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara geografis, letak Indonesia termasuk sangat strategis karena diapit oleh 2 benua dan 2 samudra. Letak geografis Indonesia juga memberi pengaruh banyak hal hingga terbentuk kondisi geografis Indonesia yang unik dan beragam. Karena letak Indonesia yang diapit oleh 2 benua ini, menyebabkan banyak terjadinya tumbukan antar lempeng. Akibat dari tumbukan antar lempeng, banyak terbentuk gunung-gunung di Indonesia. Dibawah gunung banyak sekali tersimpan sumber panas. Sumber panas tersebut bisa memanaskan fluida yang ada diatasnya sehingga fluida yang terpanaskan tadi akan bergerak ke atas atau ke permukaan karena mengalami perubahan densitas akibat pemanasan. Fluida yang bergerak ke permukaan bisa dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung. Siklus seperti ini disebut juga sebagai sistem geotermal.

Pemanfaatan fluida geotermal secara langsung biasanya digunakan untuk pemanas ruangan, pemanas rumah kaca, pemanasan tanah pertanian, pengeringan hasil pertanian, peternakan dan perikanan, dan lain-lain (Saptadji, 2018). Dan contoh pemanfaatan secara tidak langsung untuk saat ini yaitu untuk energi listrik. Fluida geothermal yang diproduksi digunakan untuk memutar turbin untuk menghasilkan energi listrik. Di Indonesia, geothermal juga dimanfaatkan sebagai penghasil energi listrik. Untuk memproduksi energi listrik dengan kapasitas pembangkitan dalam jumlah besar diperlukan biaya yang besar dan hanya dilakukan oleh beberapa perusahaan besar. Salah satu contoh perusahaan yang bergerak dibidang energi ini adalah Pertamina dan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara. Di dalam PT Pertamina (Persero) terdiri dari beberapa fungsi dan setiap fungsinya mempunyai tugas yang berbeda-beda. Salah satu fungsi yang ada di PT Pertamina (Persero) adalah Upstream Business Development (UBD). Fungsi Upstream Business Development bertugas untuk melakukan evaluasi terhadap peluang pengembangan wilayah kerja baru baik melalui Merger & Acqusition ataupun penugasan dari Pemerintah. Di dalam fungsi Upstream Business Development terbagi menjadi beberapa bagian seperti Unconventional Hydrocarbon (UH), Business Initiative (BIN), Business Analisis (BAN), Upstream Business Growth (UBIG) dan Geothermal. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam mengembangkan lapangan Geothermal di Indonesia tidaklah mudah. Perlu adanya izin yang jelas dari pemerintah, biaya yang besar dan belum lagi permasalahan-permasalahan teknis dalam proses pengembangannya. Dalam upaya pengembangan lapangan geotermal perlu adanya kajian-kajian khusus mulai dari pemilihan lapangan geotermal, akses, dan kondisi sosial yang ada disekitar lapangan geotermal. Laporan kerja praktik ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan oleh fungsi Geothermal di Pertamina UBD dalam melakukan evaluasi terhadap peluang pengembangan wilayah kerja baru baik melalui Merger & Acqusition ataupun penugasan dari Pemerintah.

Tujuan

1. Mengetahui proses bisnis di fungsi Upstream Business Development bagian Geothermal secara detail.

2. Mengetahui tahapan Survey Pendahuluan Prospek Panas Bumi 3. Mengetahui permasalahan-permasalahan di Geotermal

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Tempat Kerja Praktik

(9)

2 Alamat : Jl. Medan Merdeka Timur No.6, Jakarta Pusat, Jakarta 10110, Indonesia

Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kerja praktik dimulai pada tanggal 1 Juli sampai dengan 16 Agustus 2019. Dengan waktu masuk setiap hari senin – jumat dan dimulai dari jam 07.00 – 16.00 WIB.

(10)
(11)

4

BAB II PROFIL INSTANSI

Pertamina merupakan perusahaan multi nasional kelas dunia yang bergerak di industry minyak dan gas. Pertamina merupakan BUMN yang bertugas mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energy dan petrokimia terbagi dalam sector hulu dan hilir, serta di tunjang oleh kegiatan anak-anak perusahaan dan prusahaan patungan. Dalam mengembangkan usahanya, pertamina terbagi kedalam beberapa direktorat seperti Direktorat Hulu, Pengolahan, Pemasaran Korporat, Pemasaran Retail, Keuangan, SDM, Logistic, Supply Chain dan Infrastruktur, Megaproyek Pengelolaan dan Petokimia (MP2), Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko (PIMR) dan Manajemen Asset.

Kegiatan usaha Pertamina Direktorat Hulu meliputi Ekspolrasi dan produksi minyak, gas dan panas bumi. Salah satu fungsi yang memiliki peran sangat penting dalam mengembangkan usaha hulu yaitu Upstream Business Development (UBD) yang bertugas sebagai perancang strategi perusahaan Pertamina hulu baik pelelangan, pasar, relasi, maupun citra perusahaan.

Upstream Business Development (UBD) dibentuk sejak 2006 sedang Manager Geothermal dan Uncovential energi baru dibentuk tahun 2011 belakangan fungsi ini diadakan sebagai suatu penunjang kegaiatan dan pemenuhan kebutuhan sesuai pengusahaan bauran energy baru dan terbarukan yang semakin dibutuhkan. Sebagai wujud konstribusi Pertamina dalam melaksanakan Kebijakan Energi Nasional (KEN) dengan pemberdayaan potensi sumber daya alam yang bersifat terbarukan (renewable) dan ramah lingkungan serta sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengurangi beban subsidi listrik dalam APBN.

Dir Hulu

UBD

UBIG BIVA UH Geothermal

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pertamina UBD Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pertamina UBD

(12)
(13)

6

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK

Banyak sekali kegiatan yang dilakukan penulis di Pertamina UBD antara lain :

 Belajar mengenai permasalahan-permasalahan yang sering terjadi dalam melakukan pengembangan geotermal.

 Bagaimana cara mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam melakukan pengembangan geotermal.

 Mempelajari tahapan-tahapan dalam survey 3G (Geologi, Geokimia dan Geofisika).  Mempelajari cara pengambilan sampel manifestasi di geotermal.

 Mempelajari cara melakukan monitoring reservoar geotermal.  Mempelajari proses bisnis Geotermal di Pertamina UBD.

 Mempelajari bagaimana cara menganalisa resiko mengambil keputusan dalam pengembangan sumur geotermal dengan menggunakan decision tree analisis

(14)
(15)

8

BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK

Proses Bisnis di Upstream Business Development Pertamina

Untuk mendapatkan Wilayah Kerja baru Panas Bumi tidaklah mudah dan singkat. Banyak proses atau tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh Pertamina khususnya fungsi Geothermal UBD. Alur untuk mendapatkan Wilayah Kerja baru harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pemerintah. Untuk saat ini, peraturan yang mengatur dalam proses mendapatkan Wilayah Kerja baru geotermal yaitu Peraturan Menteri no 37 tahun 2018. Alur penawaran Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) secara garis besar bisa dilihat pada gambar 1.

Gambar 4.1 Alur Penawaran Wilayah Kerja. Sumber : Sosialisasi Penawaran Wilayah Kerja Panas Bumi

Penawaran WKP bisa dilakukan dengan dua cara yaitu : Lelang

Lelang merupakan proses mendapatkan WKP baru dengan cara menawarkan kepada penawar yang mana dalam hal ini Perusahaan Panas Bumi. Proses lelang saat ini tidak lagi sama dengan proses lelang pada aturan sebelumnya. Jika pada peraturan sebelumnya harga penawaran menjadi penentu lelang maka berbeda dengan peraturan sekarang. Peraturan

(16)

9 saat ini ditentukan oleh proposal pengembangan proyek dan penawaran komitmen eksplorasi.

Pada proses lelang ini terbagi menjadi 3 yaitu: a) Lelang Reguler

Kriteria : Pelelangan pada tahap 1 diikuti lebih dari 1 peserta lelang atau peserta lelang yang memenuhi kualifikasi lebih dari 1.

b) Penunjukan Langsung

Kriteria : Telah dilakukan pelelangan ulang dan hanya diikuti oleh 1 peserta lelang yang memenuhi kualifikasi.

c) Penawaran Terbatas

Kriteria : Pelelangan yang ditetapkan berdasarkan hasil PSPE. Alur proses pelelangan secara detail dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 4.2 Proses Pelelangan Wilayah Kerja. Sumber : Sosialisasi Penawaran Wilayah Kerja Panas Bumi

(17)

10 Gambar 4.3 Tahapan Pelelangan Wilayah Kerja. Sumber: Sosialisasi Penawaran Wilayah Kerja

Panas Bumi Pelelangan dilakukan dengan 2 tahap :

 Tahap kesatu untuk menentukan Peserta Lelang yang memenuhi kualifikasi. Pada tahap kesatu ini dilakukan penilaian terhadap administratif, keuangan, dan teknis. Jika dalam pelelangan tahap kesatu diikuti 1 Peserta Lelang atau hanya 1 Peserta Lelang yang memenuhi kualifikasi, maka dilakukan Pelelangan ulang. Ketika dilakukan Pelelangan ulang dan hanya diikuti oleh 1 Peserta Lelang yang memenuhi kualifikasi, maka Pelelangan dilanjutkan dengan Penunjukan Langsung.

 Tahap kedua untuk memilih Peserta Lelang yang akan diberikan Ijin Panas Bumi (IPB). Pada pelelangan tahap kedua dilakukan kualifikasi terhadap dokumen penawaran yang terdiri dari sampul 1 dan sampul 2. Sampul 1 berisi Proposal pengembangan proyek dan sampul 2 berisi Penawaran Komitmen Eksplorasi.

Penugasan Kepada BUMN/BLU

Menteri dalam melakukan eksplorasi, eksploitasi dan atau pemanfaatan panas bumi dapat menugasi BLU atau BUMN yang bergerak dibidang panas bumi. WKP yang bisa diberikan penugasan kepeda BUMN/BLU harus memiliki kriteria sebagai berikut :

a) Telah dilakukan eksplorasi oleh BUMN atau Pemerintah b) Telah dioperasikan oleh BUMN atau Pemerintah

c) Wilayah Kerja yang dikembalikan oleh Badan Usaha

d) Untuk percepatan penyediaan dan pemanfaatan energi panas bumi e) Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di sekitar Wilayah Kerja, dan atau f) Telah dilakukan Pelelangan namun tidak menghasilkan Pemenang Lelang.

(18)

11 Jika BUMN yang bergerak di bidang panas bumi tidak memenuhi kriteria di atas, maka BUMN yang terkait wajib menyetorkan Komitmen Eksplorasi. Nilai Komitmen Eksplorasi tersebut adalah US$ 10.000.000 untuk pengembangan kapasitas PLTP lebih besar dari atau sama dengan 10 MW atau US$ 5.000.000 untuk pengembangan kapasitas PLTP lebih kecil dari 10 MW.

Jika tahap-tahap pelelangan di atas sudah dilalui oleh Pertamina fungsi UBD khususnya di fungsi Geothermal dan berhasil memenangkan lelang Wilayah Kerja maka WKP yang didapatkan dari hasil pelelangan akan dialihkan ke anak perusahaan PT Pertamina (Persero) dalam hal ini Pertamina Geothermal Energi. Begitu juga Wilayah Kerja yang didapatkan dari penugasan langsung kepada BUMN/BLU.

Fungsi UBD juga bertugas untuk membuat feasibility study lapangan geothermal. Feasibility study dalam geothermal terbagi menjadi 2 yaitu feasibility study ketika melakukan lelang dan setalah melakukan eksplorasi. Feasibility study ketika melakukan lelang itu bertujuan untuk melakukan evaluasi secara kasar dan dengan banyak asumsi kondisi bawah permukaan. Sedangkan tujuan feasibility study setelah melakukan eksplorasi bertujuan untuk memperbarui informasi secara detail dengan sedikit asumsi untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya.

Pemerintah mengatur mengenai lingkup dari studi kelayakan melalui PP nomor 7 tahun 2017 yang menyatakan bahwa studi kelayakan paling sedikit meliputi :

a) Studi penentuan cadangan pada wilayah kerja yang layak dieksplorasi b) Izin lingkungan

c) Rencana pembangunan sumur pengembangan dan sumur reinjeksi d) Rancangan fasilitas lapangan uap

e) Rencana kapasitas pembangkitan tenaga listrik dan tahapan pembangkitannya f) Kelayakan keekonomian

g) Rencana sistem pembangkitan tenaga listrik dan transmisi tenaga listrik h) Rencana pemeliharaan sumber daya geotermal untuk kegiatan pengusahaan

i) Rencana izin pemanfaatan jasa lingkungan geotermal, jika terdapat rencana penggunaan kawasan hutan konservasi, rencana keselamatan dan kesehatan kerja, rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan

j)

Rencana pasca-pengusahaan geotermal.

Pemilihan Daerah dalam Pengembangan Lapangan Geothermal

Dalam membangun sebuah bisnis Geothermal, kita harus memperhatikan kondisi geologi yang ada disekitar kita. Tidak semua wilayah pegunungan yang memiliki manifestasi bisa dijadikan sebagai bisnis geothermal. Memang benar pernyataan tentang jika ada manifestasi maka terdapat sumber panas disekitar atau dibawahnya. Namun hal itu juga harus dipertimbangkan seberapa panas temperature dari manifestasi tersebut. Dalam melakukan pengembangan atau pendirian sebuah PLTP pada geothermal kita harus memperhatikan letak atau posisi geografisnya. Karena hal ini berkaitan dengan sumber panas yang dihasilkan oleh geothermal itu sendiri. Jika posisi geografis geothermal berada pada daerah disekitar tumbukan lempeng benua maka biasanya sumber panas yang dihasilkan tidak akan lama karena sumber panas yang dihasilkan berasal dari tumbukan lempeng benua dan juga sesar geser yang ada di daerah tersebut. Jenis tektonik yang bagus untuk geotermal yaitu Subduksi dan Konvergen.

(19)

12 Berdasarkan dari peta tumbukan lempeng di Indonesia, daerah yang cocok untuk dikembangkan sebagai geothermal yaitu pulau sumatra, jawa, bali, NTB, NTT Sulawesi Utara dan Maluku.

Gunung yang tidak Ekonomis dan Beresiko dalam Pengembangan Geothermal  Struktur gunung mengerucut dan tidak terdapat manifestasi disekitarnya

Kenapa gunung yang memiliki struktur mengerucut dan tidak ada manifestasi di sekitarnya sangat beresiko dan tidak ekonomis untuk dikembangkan sebagai Geothermal? Karena biasanya untuk struktur gunung seperti ini letak sumber panasnya masih terlalu dalam. Semakin dalam letak sumber panasnya maka semakin dalam juga pengeboran atau eksplorasi yang harus dilakukan. Oleh karena itu, struktur gunung seperti ini tidak ekonomis untuk dilakukan pengembangan Geothermal. Berbeda dengan struktur gunung api yang mengerucut tetapi terdapat manifestasi di sekitarnya. Hal ini masih bisa dilakukan pengembangan geothermal karena mungkin patahan disekitar gunung tersebut menyebabkan fluida reservoarnya mengalir ke atas. Namun fluida yang dihasilkan tidak memiliki temperatur yang sangat tinggi. Dan mungkin hanya bisa dikembangkan dengan teknologi biner.

 Gunung yang disekitarnya terdapat gundukan pasir atau lautan pasir

Gunung yang berjenis seperti ini sangat tidak ekonomis untuk dilakukan pengembangan. Karena ketika sedang dilakukan eksplorasi, pasir yang ada disekitarnya akan masuk kedalam lubang bor. Oleh karen itu, perlu dilakukan pemasangan kasing pada sumur bor eksplorasi secara terus menerus untuk menahan pasir agar tidak masuk kedalam sumur eksplorasi. Hal ini menyebabkan waktu eksplorasi yang lama dan mahal sehingga hal ini tidak bersifat ekonomis.

Pengambilan Sampel Manifestasi Mata air panas (Cair)

Pengambilan sample mata air panas pada geothermal terdiri dari 2 :  Sampel isotop 18O dan 2H

Untuk pengambilan sampel isotop optimalnya dilakukan dengan botol kaca untuk menghindari radiasi sinar matahari. Botol sampel kaca harus terisi penuh oleh sampel air tanpa ada gelembung udara untuk meminimalisir fraksinasi isotop. Tetapi dalam pengambilan sampel mata air dengan menggunakan botol kaca ini sangat sulit karena gelembung udara biasanya masih tersisa di dalam botol. Oleh karena itu, untuk memudahkan pengambilan sampel mata air maka digunakanlah botol plastik agar gelembung udara yang tersisa didalam botol bisa dikeluarkan.  Sampel kation anion

Pengambilan sampel kation anion pada air panas hampir sama dengan

pengambilan sampel isotop. Pengambilan sampel menggunakan tabung, kertas saring dan juga larutan asam pH 2-3. Sampel air diambil langsung tepat dari keluaran (sumber) mata air. Sebelum dimasukan ke dalam tabung sampel, perlu dilakukan penyaringan terlebih dahulu menggunakan kertas saring. Tujuan dari penyaringan ini yaitu untuk memisahkan endapan-endapan mineral di mata air. Setelah endapan-endapan terpisah dari air dan sampel air masuk kedalam tabung, setelah itu ditambahkan larutan asam dengan pH 2-3. Tujuan dari penambahan larutan asam ini supaya sampel air yang ada didalam tabung yaitu untuk mencegah

(20)

13 pengendapan oksida logam. Perlakuan ini dilakukan untuk sampel kation

sedangkan untuk sampel anion tidak ada perlakuan khusus. Fumarol (Bentuk Gas)

Pengambilan sampel gas dilakukan dengan menggunakan botol khusus yang berisi larutan NaOH 6 N dalam keadaan vakum. Fluida yang mengandung uap air (condensible gas) dan non condensible gases yang reaktif yaitu CO2 dan H2S akan larut dalam NaOH.

Sedangkan non condensible gases yang tidak reaktif yaitu H2, He, Ar, N2, O2 dan CH4

menempati ruang vakum di atas larutan NaOH. Prosedur pengambilan sampel sebagai berikut:

 Botol vakum berisi larutan NaOH 4 N dipersiapkan di laboratorium dengan cara mengalirkan 100 ml larutan NaOH bebas CO2 ke dalam botol kedap udara yang

terlebih dahulu dibuat vakum agar tidak terjadi kontaminasi udara lalu divakumkan kembali.

 Botol sampel melalui karet silikon dihubungkan dengan pipa stainless yang dimasukan ke dalam lubang keluaran gas atau corong stainless seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 4.4 Cara Pengambilan Sampel pada Fumarol. Sumber : Laporan Akhir Survey Pendahuluan Terpadu

 Untuk meminimalkan kontaminasi dari udara luar, di sekitar lubang fumarol ditimbun dengan lumpur atau lempung sehingga udara luar tidak ikut masuk. Sedangkan pengambilan sampel gas pada bubbling gas, air di dalam kolam bertindak sebagai penyekat dengan udara luar. Namun demikian pengambilan sampel gas dari bubbling gas harus berhati-hati agar air kolam tidak ikut terbawa.  Uap dan gas dialirkan dari fumarol atau bubbling gas ke botol sampel secara

perlahan-lahan dengan kecepatan aliran dijaga konstan dan secara periodik digoyang agar gas reaktif (CO2 dan H2S) cepat larut ke dalam larutan NaOH.

 Pengambilan sampel dilakukan selama 30 – 45 menit sampai diperkirakan larutan NaOH jenuh dengan gas reaktif dan ruangan hampa di atas larutan terisi cukup gas non reaktif untuk dapat dianalisis.

Penentuan Temperature Reservoar Geothermal

Dalam penentuan temperature reservoar geothermal ini, terdapat dua cara yaitu

mengambil langsung sample uap atau sample air yang ada pada manifestasi geothermal dan diukur dengan geothermometer. Dan juga mengambil sample dari sumur eksplorasi. Sample yang sudah diambil akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisa mengenai geothermometer yang sesuai dalam menentukan temperature resorvoar

(21)

14 perkiraan temperature yang diambil dari sample manifestasi tidak akan jauh berbeda dengan perkiraan temperature yang diambil dari sample sumur eksplorasi.

Tahapan – Tahapan dalam Melakukan Pengembangan Lapangan Panas Bumi Melihat Lokasi dan Keadaan Daerah di sekitar Wilayah Kerja

Tujuan melihat lokasi dan keadaan daerah di sekitar Wilayah Kerja ini untuk menentukan dan memastikan titik koordinat WKP juga melakukan survey administratif WKP, kondisi sosial penduduk, mata pencaharian, kondisi sarana jalan raya atau akses menuju WKP, jaringan listrik, dan tata guna lahan pada WKP.

Penyelidikan Terdahulu

Penyelidikan Terdahulu berisi pengamatan yang telah dilakukan oleh suatu institusi biasanya Badan Geologi terkait informasi mengenai Wilayah Kerja Panas Bumi seperti manifestasi permukaan, suhu manifestasi permukaan, geologi regional, dan stratigrafi pada daerah Wilayah Kerja.

Geologi

a) Citra Satelit

Citra satelit digunakan untuk melakukan identifikasi awal struktur geologi, stres vegetasi dan perkiraan zona alterasi. Citra satelit merupakan tahap awal dalam melakukan survey geologi. Dari data citra satelit bisa dilakukan pemetaan awal terhadap struktur geologi, zona vegetasi, dan geomorfologi WKP.

Gambar 4.5 Citra Satelit. Sumber : Pusat Survey Geologi, Bandung

b) Geomorfologi

Geomorfologi merupakan studi yang mendeskripsikan bentuk lahan dan proses dalam susunan keruangannya (Van Zuidam, 1979). Kegiatan geomorfologi meliputi inventarisasi data yang berhubungan dengan morfologi di daerah survey. Geomorfologi didapat dari, biasanya didapatkan informasi letak sumber panas pada daerah Wilayah Kerja.

(22)

15 Gambar 4.6 Geomorfologi. Sumber : Potensi Panas Bumi Indonesia Jilid 1

c) Stratigrafi

Stratigrafi digunakan untuk menentukan tipe gunung, jenis batuan dan umur gunung di daerah survey. Dari data stratigrafi akan diketahui susunan lapisan batuan pada daerah tersebut. Dari susunan lapisan batuan tersebut dapat diketahui umur gunung di Wilayah Kerja.

(23)

16

d) Struktur Geologi

Struktur Geologi bisa didapatkan dari data citra satelit. Tujuan dari struktur geologi adalah untuk menentukan struktur utama yang mempengaruhi munculnya manifestasi permukaan di daerah survey dan sebagai referensi untuk penentuan desain survei geofisika.

Gambar 4.8 Struktur Geologi. Sumber : Potensi Panas Bumi Indonesia Jilid 1

e) Alterasi Batuan

Survey alterasi batuan bertujuan untuk menentukan kemungkinan daerah cap rock dan juga menentukan jenis-jenis mineral ubahan di daerah survey.

f) Kebencanaan Geologi

Survey kebencanaan geologi ini bertujuan untuk memetakan kawasan rawan bencana untuk mengantisipasi risiko bencana yang kemungkinan terjadi.

Geokimia

a) Manifestasi Permukaan

Manifestasi merupakan Survey manifestasi permukaan bertujuan untuk melakukan pemetaan terhadap manifestasi dan jenis-jenis manifestasi dai daerah survey.

b) Pengambilan Sampel Air Panas, Gas, Tanah dan Udara Tanah

Pengambilan sampel air panas untuk melakukan analisa anion, kation dan isotop. Sampel gas dilakukan untuk analisa konsentrasi gas. Sample tanah dilakukan untuk analisa Hg dan udara tanah untuk analisa CO2.

c) Hasil Analisa Air

Analisa air dilakukan di laboratorium isotop dan kimia. Hasil analisa akan menunjukan ionic balance.

d) Karakteristik Air  Tipe Fluida

Biasanya menggunakan diagram trilinear tipe fluida Cl-SO4-HCO3 untuk

membedakan tiga unsur asal-usul fluida, yaitu volcanic water (steam heated) yang bersifat asam dengan kandungan sulfat tinggi, mature water (geothermal water) dengan klorida tinggi merupakan dan pheriperal water (air permukaan).

(24)

17  Asal-usul Fluida

Untuk membantu menjelaskan asal-usul batuan dan proses netralisasi fluida vulkanik pada host rock bisa menggunakan diagram trilinier Li-Cl-B. Untuk menganalisis apakah suatu fluida panas bumi memiliki asal yang sama dengan fluida lainnya juga dapat dilakukan dengan melihat hubungan antar elemen konservatif yang ada dengan menggunakan Grafik hubungan antara Na terhadap Cl.

Silica-enthalpy dan Silica Scaling

Untuk memperkirakan proses dinamika fluida yang terjadi dalam reservoar seperti mixing maupun boiling maka bisa digunakan diagram pencampuran silika-entalpi. Sedangkan untuk mengetahui potensi scaling dapat digunakan parameter SSI (silica saturation index) yang merupakan perbandingan konsentrasi silika aktual dalam fluida terhadap kelarutan ideal silika dalam temperatur yang sama. Jika nilai SSI < 1, maka silika dalam keadaan under saturated atau tidak berpotensi scaling. Sementara jika nilai SSI > 1, maka terjadi saturated atau berpotensi terjadinya silica scaling.

e) Analisis Gas

Hasil analisa gas dari laboratorium digunakan untuk mengetahui informasi asal-usul fluida terutama gas melalui diagram trilinear He-N2-Ar.

f) Analisis Isotop (Deuterium)

Analisa terhadap isotop 18O dan D dimaksudkan untuk mengevaluasi asal-usul fluida panas bumi.

g) Estimasi Suhu Bawah Permukaan

Dalam mengestimasi suhu bawah permukaan panas bumi dapat menggunakan dua metode yaitu solute geothermometer dan gas geothermometer.

h) Analisa Tanah dan Udara Tanah

Hasil analias Hg tanah dan CO2 udara tanah digunakan sebagai petunjuk nilai permeabilitas

di suatu daerah. Jika suatu daerah memiliki nilai Hg dan CO2 tinggi maka bisa disimpulkan

daerah tersebut memiliki nilai permeabilitas yang baik. Geofisika

a) Gaya Berat

Hasil dari pemodelan gaya berat digunakan untuk membantu merekonstruksi struktur-struktur geologi yang berkembang di daerah survei yang tidak tampak di permukaan. Perbedaan densitas tinggi dan rendah diduga merupakan struktur-struktur di dibawah permukaan.

(25)

18 Gambar 4.9 Anomaly Gravity. Sumber : Youngster Physics Journal

b) Magnetotelluric (MT) dan TDEM

Penggunaan Magnetotelluric (MT) betujuan untuk mencari persebaran nilai resistivity di bawah permukaan. Hal ini berguna untuk penentuan kedalaman reservoar dan cap rock. Sedangkan tujuan dari penggunaan TDEM sendiri yaitu untuk mengkoreksi static shift data MT yang diakibatkan oleh lapisan konduktif di daerah penelitian. TDEM juga berguna untuk pemetaan nilai resistivitas secara detail dibawah permukaan.

Gambar 4.10 Model Magnetotelluric. Sumber : Potensi Panas Bumi Indonesia Jilid 1 Interpretasi Terpadu

a) Manifestasi Permukaan

Bertujuan untuk mengelompokan manifestasi dari suatu Wilayah Kerja Panas Bumi. Hal ini disebabkan karena pada suatu Wilayah Kerja Panas Bumi bisa terdapat beberapa sumber panas. Dan hal itu bisa menyebabkan kesalahan dalam melakukan interpretasi jenis fluida reservoar maupun perkiraan suhu reservoar.

(26)

19

b) Perkiraan Letak Sumber Panas

Dari survey 3G, bisa dilakukan interpretasi untuk memperkirakan letak sumber panas dari suatu Wilayah Kerja Panas Bumi. Perkiraan letak sumber panas ini dilihat dari bentuk morfologi dan aktivitas vulkanik di sekitar Wilayah Kerja Panas Bumi.

c) Batuan Penudung

Dari Geologi bisa dilakukan interpretasi zona batuan penudung dari kandungan mineral-mineral ubahan yang ada pada suatu Wilayah Kerja Panas Bumi.

d) Zona Reservoar

Zona reservoar bisa didapatkan dari data Geologi dan Geofisika. Pada data Geologi, lapisan reservoar biasanya ditunjukan dengan keberadaan batuan yang cocok sebagai batuan reservoar. Dari data Geofisika juga bisa menunjukan zona reservoar dari data MT.

e) Zona Upflow dan Zona Outflow

Zona Upflow diindikasikan oleh keberadaan lapangan fumoarol dan solfatara. Sedangkan Zona Outflow diindikasikan dengan keberadaan manifestasi panasbumi dipermukaan.

f) Fluida Reservoar Panas Bumi

Karakteristik fluida panas bumi di suatu daera Wilayah Kerja Panas Bumi dapat diketahui berdasarkan karakteristik dan komposisi kimia manifestasi panas bumi yang muncul di permukaan.

g) Daerah Prospek Panas Bumi

Setelah semua sistem panas bumi diketahui, selanjutnya dilakukan pemetaan luasan daerah prospek panas bumi mulai dari luas prospek panas bumi maksimum sampai luas prospek panas bumi minimum.

h) Model Konseptual Panas Bumi

Model konseptual Panas Bumi digunakan untuk perencanaan kegiatan eksplorasi selanjutnya.

Gambar 4.11 Model Konseptual Panas Bumi. Sumber : Potensi Panas Bumi Indonesia Jilid 1

(27)

20 Permasalahan – Permasalahan dalam Pengembangan Geothermal

Scaling

Dalam pembangunan PLTP pada Geothermal, turbin yang akan dipasang pada PLTP harus tahan terhadap fluida Geothermal di daerah tersebut. Fluida Geothermal memiliki kandungan kimia yang berbeda-beda pada tiap-tiap daerah Geohermal. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan pemesanan turbin dan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan turbin harus tahan terhadap kondisi kimia fluida bawah permukaan pada daerah Geothermal tersebut sesuai dengan usulan dari orang Geokimia. Namun pada dasarnya sifat kimia di bawah permukaan bumi berubah – ubah dan memiliki tingkat ambiguitas yang tinggi. Jika dibawah permukaan bumi banyak terdapat unsur karbonat, maka scaling yang terjadi di dalam pipa dan turbin bisa disebabkan oleh travertin. Oleh karena itu perlu adanya perawatan atau pembersihan pada turbin dan pipa di Geothermal. Dalam melakukan pembersihan pada turbin dan pipa, sumur perlu dimatikan. Akibatnya produksi Fluida geothermal menjadi berkurang dan berpengaruh terhadap produksi listrik.

Sumur Asam

Fluida geothermal yang bersifat asam disebabkan oleh magma dibawah bumi yang bersifat asam. Sifat asam pada fluida reservoar akan berpengaruh terhadap pipa pada PLTP. Jika asam menyentuh pada sistem perpipaan pada PLTP maka akan membuat pipa menjadi korosif. Oleh karena itu perlu diinjeksikan larutan basa untuk menetralkan sifat asam tersebut. Hal ini akan membuat biaya produksi semakin membengkak dan akan membuat kerugian. Fenomena ini bisa dianalogikan dengan segalas air yang diisi sirup dan terendapkan dibagian bawah. Kemudian kita letakan sedotan diatas sirup tersebut. Jika siklus air didalam gelas tidak terjaga atau stabil maka sirup yang ada dibawahnya akan terganggu dan bisa naik ke atas. Tetapi jika sistem hidrologinya terjaga atau stabil maka sirup yang terendapkan dibawah tidak akan terganggu. Pada suatu lapangan geothermal, terdapat sebuah kasus seperti diatas. Mungkin awalnya fluida geothermalnya tidak bersifat asam pada sumur pertama. Namun ketika dilakukan penambahan sumur pada daerah tersebut maka terjadi peningkatan asam pada seluruh sumur. Hal ini disebabkan oleh keadaan hidrologi geothermal yang tidak stabil. Ketidakstabilan ini disebabkan oleh jumlah fluida yang diambil dan jumlah fluida yang diinjeksikan tidak sama. Maka zat asam yang ada dibawah permukaan menjadi terganggu dan masuk ke dalam sumur produksi.

Kegiatan Monitoring Geothermal Monitoring Geokimia

Monitoring geokimia dilakukan sejalan dengan diproduksinya fluida dari reservoar. Penurunan tekanan reservoar dapat menyebabkan perubahan pergerakan aliran fluida, perubahan karena terjadinya percampuran beberapa jenis fluida dan perubahan komposisi fluida karena terjadinya boiling. Monitoring geokimia dilakukan secara berkala untuk mengetahui perubahan kandungan kimia di dalam gas, perubahan kimia di dalam brine dan perubahan kandunga non-condensible gas. Dengan dilakukan monitor kandungan fluida sumur, banyak informasi yang bisa didapatkan antara lain terjadinya

reinjection return atau kembalinya air injeksi ke dalam reservoar (diindikasikan dengan adanya peningkatan kandungan klorida), terjadinya penurunan entalpi fluida (diindikasikan oleh adanya penurunan konsentrasi silika), masuknya air hasil pemanasan uap ke dalam reservoir sebagaimana diindikasikan oleh adanya peningkatan ratio

(28)

21

sulphate/chloride , perubahan zona produksi di dalam sumur, perubahan potensi scaling, dan perubahan pH air reservoir.

Monitoring Aktivitas Termal

Monitoring aktivitas termal, seperti geyser, mata air panas, kolam air panas dll perlu dilakukan karena manifestasi permukaan dan aktivitas termalnya mengindikasikan kondisi reservoir di bawahnya. Contoh monitoring mata air panas klorida dilakukan dengan mengukur temperatur, laju alir massa air, dan kandungan kimia. Mata air panas klorida sangat sensitif terhadap penurunan tekanan reservoir. Penurunan ditunjukan oleh penurunan temperatur, penurun konsentrasi klorida, dan penurunan laju alir massa.

Monitoring Reservoar Geothermal

Gambar 4.12 Kurva P dan T akibat injeksi return. Sumber : Saptadji, N. M. (2018). Dari gambar di atas bisa dilihat efek dari injeksi return di suatu sumur. Dapat dilihat dari kurva berwarna merah dan biru sebelah kiri yang menunjukkan nilai water level suatu reservoar sebelum dilakukan injeksi return. Dan kurva warna merah dan biru sebelah kanan menunjukkan nilai temperatur setelah dilakukan injeksi return di suatu reservoar. Awalnya water level reservoar berada di kedalaman sekitar 1000-1100 m dilihat dari kurva warna biru sebelah kiri. Dan suhu reservoar masih sekitar 260o C. Dan setelah dilakukan reinjeksi return water level reservoar semakin naik pada kedalaman sekirtar 800 m dapat dilihat dari kurva warna merah sebelah kiri. Nilai temperatur setelah dilakukan reinjeksi return juga menurun menjadi sekitar 220o C dilihat dari kurva warna merah disebelah kanan. Temperatur menurun disebabkan oleh suhu fliuda pada reinjeksi return lebih dingin

(29)

22 dari pada suhu reservoar. Tekanan pada reservoar juga bisa dilihat dari kurva merah dan biru sebelah kanan. Semakin tinggi nilai temperatur maka semakin besar juga tekanan reservoarnya.

Gambar 4.13 Kurva P dan T akibat dari produksi. Sumber : Saptadji, N. M. (2018).

Gambar diatas menunjukan penurunan tekanan di suatu sumur. Perubahan landaian tekanan juga mengindikasikan terjadinya perubahan fasa fluida sebagai akibat dari penurunan tekanan. Semula fluida hanya satu fasa air kemudian berubah menjadi dua fasa pada kedalaman dangkal. Kurva sebalah kiri menunjukkan tekanan di reservoar dan kurva sebelah kanan menunjukan temperatur.

(30)

23 Gambar 4.14 Kurva P dan T akibat masuknya cold water sebelum dilakukan eksploitasi.

Sumber : Saptadji, N. M. (2018).

Gambar diatas menunjukan landaian tekanan dan temperatur apabila terdapat aliran dingin masuk ke dalam sumur sebelum eksploitasi. Informasi tersebut bermanfaat karena memberikan peringatan dini kemungkinan adanya efek negatif pada saat terjadi penurunan tekanan terhadap sumur terdekat yang terdapat di sektor tersebut.

(31)
(32)

25

BAB V TINJAUAN TEORITIS

Tektonik Lempeng

Batas lempeng adalah daerah yang memiliki aktivitas geologi. aktivitas geologi antara lain seisme, gunung, gunung api, dan palung laut. Dua lempeng bergerak dan bertemu di sepanjang batas lempeng. ada 3 macam jenis batas lempeng. antara lain transform, divergen, dan konvergen.

1. Transform adalah bertemunya dua lempeng, yang menyebabkan terjadinya gesekan secara menyampng di sepanjang sesar fault. Pergeseran ini dapat berupa sinistral atau desktral. Pergerakan ini hampir sama denga pergerakan yang terjadi akibat adanya patahan horizontal.contoh jenis batas lempeng ini adalah sesar san andreas di california.

2. Divergen adalah dua lempeng yang saling bergerak menjauh. Hal ini diakibatkan oleh terjadi perpecahan pada lithosfer. akibat adanya pergerakan ini, lempeng samudra mengalami pemekaran dasar laut. Sedangkan pada lempeng benua, membentuk lembah.

3. Konvergen adalah dua lempeng yang saling berdekatan. Akibat perbedaan kepadatan salah satu lempeng akan tertancap kebawah, dan masuk ke bawah lempeng lainnya. Pada jenis batas konvergen, dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Jika terdapat dua lempeng, maka salah satu akan menghujam bumi, sedangkan salah satu lempeng akan membentuk busur kepulauan, akibat tertekan ke atas. 2. Jika terdapat dua lempeng, dan kedua lempeng memiliki kepadatan yang sama,

maka kedua lempeng akan bertubrukan dan membentuk pegunungan lipatan. 3. Jika lempeng samudra dan lempeng benua saling bertemu, maka lempeng

samudra akan menghujam kebawah, sedangkan lempeng benua akan membentuk pegungan uplift akibat permukaan yang tertekan ke atas.

Kegiatan Usaha Panas Bumi

Kegiatan Usaha Panas Bumi adalah suatu kegiatan untuk menemukan sumber daya Panas Bumi sampai dengan pemanfaatannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tahapan kegiatan usaha panas bumi meliputi: Survey Pendahuluan;

a) Eksplorasi; b) Studi Kelayakan; c) Eksploitasi; dan d) Pemanfaatan.

(33)

26 Survei Pendahuluan adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, analisis dan penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi geologi, geofisika, dn geokimia untuk

memperkirakan letak dan adanya sumber daya Panas Bumi serta Wilayah Kerja. Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyelidikan geologi, geofisika,

geokimia, pengeboran uji, dan pengeboran sumur eksplorasi yang bertujuan untuk memperoleh dan menambah informasi kondisi bawah permukaan guna menemukan dan mendapatkan perkiraan potensi Panas Bumi.

Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan Panas Bumi untuk

memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan usaha pertambangan Panas Bumi, termasuk penyelidikan atau studi jumlah cadangan yang dapat dieksploitasi.

Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan pada suatu wilayah kerja tertentu yang

meliputi pengeboran sumur pengembangan dan sumur reinjeksi, pembangunan fasilitas lapangan dan operasi produksi sumber daya Panas Bumi.

Pemanfaatan Tidak Langsung untuk tenaga listrik adalah kegiatan usaha pemanfaatan energi Panas Bumi untuk pembangkit tenaga listrik, baik untuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri.

Pemanfaatan Langsung adalah kegiatan usaha pemanfaatan energi dan atau fluida Panas Bumi untuk keperluan nonlistrik, baik untuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan sendiri. Gaya Berat

Metode gaya berat (gravitasi) adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Metode gravitasi umumnya digunakan dalam eksplorasi jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainnya.

Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi baik minyak maupun mineral lainnya. Untuk menggunakan metode ini dibutuhkan minimal dua alat gravitasi, alat gravitasi yang pertama berada di base sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pasang surut gravitasi, alat yang kedua dibawa pergi ke setiap titik pada stasiun mencatat perubahan gravitasi yang ada. Biasanya dalam pengerjaan pengukuran gravitasi ini, dilakukan secara looping.

Magnetotellurik (MT)

Magnetotellurik (MT) adalah metode pasif yang mengukur arus listrik alami dalam bumi, yang dihasilkan oleh induksi magnetik dari arus listrik di ionosfer. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan sifat listrik bahan pada kedalaman yang relatif besar (termasuk mantel) di dalam bumi. Dengan teknik ini, variasi waktu pada potensil listrik diukur pada stasiun pangkalan dan stasiun survei. Perbedaan pada sinyal tercatat digunakan untuk memperkirakan distribusi resistivitas listrik bawah permukaan. Teknik prospeksi tahanan listrik untuk menentuakan kedalaman formasi batuan sedimen yang berada jauh di dalam bumi dengann cara mengukur tahanan jenis formasi batuan tersebut berdasarkan pengukuran serempak medan listrik dan medan magnet yang berosilasi pada lokasi yang sama, yaitu dengan mencatat rentang frekuensi yang tergantung dari kedalaman sasaran.

(34)

27 Data MT dapat terdistorsi karena adanya heterogenitas lokal dekat permukaan dan faktor topografi yang dikenal sebagai efek statik (static shift). Akumulasi muatan listrik pada batas konduktivitas medium menimbulkan medan listrik sekunder yang tidak bergantung pada frekuensi (deGroot-Hedlin, 1991). Hal tersebut menyebabkan kurva sounding MT (log tahanan-jenis semu terhadap log periode) bergeser ke atas atau ke bawah sehingga paralel terhadap kurva sounding yang seharusnya. Dalam skala log, pergeseran vertikal kurva sounding tersebut dapat dinyatakan sebagai perkalian tahanan jenis semu dengan suatu konstanta (Grandis,2010). Interpretasi atau pemodelan terhadap data MT yang mengalami distorsi akan menghasilkan parameter model yang salah. Jika medium dianggap 1D maka pemodelan terhadap kurva sounding tahanan jenis semu yang dikalikan dengan konstanta k akan menghasilkan lapisan-lapisan dengan tahanan jenis dan ketebalan yang masing-masing dikalikan dengan k dan k1/2. Oleh karena itu, penentuan konstanta k tersebut sangat penting untuk mengoreksi kurva sounding MT sebelum dilakukan pemodelan (Grandis, 2010). Jika data geofisika lainnya tidak tersedia maka untuk mengoreksi efek statik pada data MT dapat dilakukan perata-rataan atau pemfilteran spasial terhadap sekelompok data, misalnya dari suatu lintasan tertentu. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa efek regional yang merepresentasikan kondisi bawah permukaan sebenarnya akan muncul setelah dilakukan perata-rataan (Beamish dan Travassos, 1992). Pemodelan yang dilakukan Sternberg dkk. (1988) serta Pellerin dan Hohmann (1990) menunjukkan bahwa heterogenitas lokal dekat permukaan pada medium 1 dimensi menyebabkan pergeseran vertikal kurva sounding MT. Pergeseran kurva sounding MT tersebut bergantung pada posisi titik pengamatan relatif terhadap heterogenitas, sedangkan kurva sounding TDEM tidak dipengaruhi oleh adanya heterogenitas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa data TDEM dapat digunakan untuk mengoreksi data MT yang terdistorsi oleh efek statik.

(35)
(36)

29

BAB VI KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan

Proses Bisnis di Upstream Business Development Pertamina

 Upstream Business Development Pertamina bertugas melakukan evaluasi terhadap peluang pengembangan wilayah kerja baru baik melalui Merger & Acqusition ataupun penugasan dari Pemerintah.

 Proses bisnis Upstream Business Development bergantung kepada jalur yang diambil dalam mendapatkan wilayah kerja baru. Jika jalur yang diambil dalam mendapatkan wilayah kerja baru adalah jalur lelang, maka proses yang akan dilalui seperti pada Gambar 4.2 dan dalam proses pelelangan akan menjalani beberapa tahapan mulai dari kualifikasi administrasi sampai menjadi pemenang lelang. Secara detailnya bisa dilihat pada Gambar 4.3.

Tahapan-tahapan Survey Pendahuluan Prospek Panas Bumi

Dalam Survey Pendahuluan Prospek Panas Bumi terdiri dari beberapa tahapan : a) Melihat lokasi dan keadaan daerah di sekitar Wilayah Kerja Panas Bumi b) Penyelidikan Terdahulu

c) Survey Geologi d) Survey Geokimia e) Survey Geofisika f) Interpretasi Terpadu

Permasalahan – permasalahan di Geotermal

Permasalahan – permasalahan yang sering terjadi di Geotermal yaitu sering terjadinya scaling dan sumur asam.

(37)

30 REFERENSI

Saptadji, N. M. (2018). TEKNIK GEOTHERMAL. Bandung:ITB Press\

Laporan Akhir Evaluasi Terpadu Survei Pendahuluan Prospek Panas Bumi Gunung Gede Pangrango Jawa Barat. Pertamina UBD

Cahyono B.E at al. (2019). Analisis Sebaran Potensi dan Manifestasi Panas Bumi Pegunungan Ijen Berdasarkan Suhu Permukaan dan Geomorfologi. Natural B, Vol. 5, No.1.

Chasanah A.F. at al. (2018). Identifikasi Struktur Sesar Daerah Manifestasi Panas Bumi “X” di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur Berdasarkan Analisis Horizontal Gradient. Youngster Physics Journal, Vol. 7, No. 1

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pertamina UBD Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pertamina UBD
Gambar 4.1 Alur Penawaran Wilayah Kerja. Sumber : Sosialisasi Penawaran Wilayah Kerja Panas  Bumi
Gambar 4.2 Proses Pelelangan Wilayah Kerja. Sumber : Sosialisasi Penawaran Wilayah Kerja  Panas Bumi
Gambar 4.4 Cara Pengambilan Sampel pada Fumarol. Sumber : Laporan Akhir Survey  Pendahuluan Terpadu
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Praktik mengajar di kampus dengan praktik belajar di SD adalah hal yang sangat jauh berbeda. Menghadapi teman sendiri ketika praktik di kampus jauh lebih

Praktik mengajar mandiri dilakukan setelah praktik mengajar terbimbing. Pada saat praktik mengajar mandiri ini mahasiswa benar- benar melakukan praktik mengajar

Pada saat memposting pembayaran tagihan proyek dan biaya operasional departemen terkadang dan kode perkiraan pada lembar bukti pengeluaran/penerimaan kas bank tidak

Untuk proses pembaruan materi isi pada halaman leaflet “Super Hemat” ini tidak berbeda jauh dengan proses pembaruan isi pada banner headline, yaitu dimulai dengan

Bila dilihat dari hasil analisa pada tabel 14, nilai kadar kotoran selama enam hari pengamatan dan nilai rerata selama pengamatan berada di atas standar yang ditetapkan

Di kota ke 2 yaitu Surabaya praktikan ditugaskan untuk membuat desain yang tidak jauh berbeda dengan kota sebelumnya dan prosesnya sama seperti pada tahap pembuatan

Dalam kasus yang saya temui saat kerja praktik di divisi human capital PT Pertamina Geothermal Energy yaitu terdapat penyesuaian format TKO Desain Organisasi kedalam format

Pembelajaran dilakukan oleh penulis dengan metode memperhatikan kegiatan teknisi dan tanya jawab perihal tempat yang efektif untuk memasang CCTV baru pada area PT Bukit Asam, Tbk... 14