• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pendekatan PMRI dalam menumbuhkan kemampuan literasi matematika berdasarkan aspek konten ruang dan bentuk siswa kelas VIIII-C SMP Bentara Wacana Muntilan tahun ajaran 2018/2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas pendekatan PMRI dalam menumbuhkan kemampuan literasi matematika berdasarkan aspek konten ruang dan bentuk siswa kelas VIIII-C SMP Bentara Wacana Muntilan tahun ajaran 2018/2019"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. EFEKTIVITAS PENDEKATAN PMRI DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA BERDASARKAN ASPEK KONTEN RUANG DAN BENTUK SISWA KELAS VIII-C SMP BENTARA WACANA MUNTILAN TAHUN AJARAN 2018/2019 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : Mustiani 141414102. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO. “ Widaehan geos-eul seongchwihalyeomyeon haengdonghal ppun anila kkum-eul kkwiya hamyeo gyehoeghal ppun anila mid-eoya handa “. ~ Manusia diciptakan sama derajatnya. Tidak ada yang lebih rendah derajatnya hanya soal perbedaan keyakinan ~. Tulisan ini kupersembahkan untuk : ~ Orang Tuaku : Bapak Suparman dan Ibu Suwarni ~ Kakakku : Unjung, Aris, dan Widya ~ Seluruh Keluarga Besar Pati dan Muntilan *My best support system, Baptista Yorangga Varani,S.Kom.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ~ Sahabat Ngegas ~ Teman/Sahabat satu prodi dan prodi lain ~ Almamaterku, Universitas Sanata Dharma. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Mustiani (141414102). Efektivitas Pendekatan PMRI Dalam Menumbuhkan Kemampuan Literasi Matematika Berdasarkan Aspek Konten Ruang dan Bentuk siswa Kelas VIII-C SMP Bentara Wacana Muntilan Tahun Ajaran 2018/2019. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pendekatana PMRI dalam menumbuhkan kemampuan literasi matematika siswa kelas VIII-C SMP Bentara Wacana Muntilan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-C SMP Bentara Wacana Muntilan berjumlah 20 siswa. Teknik pengambilan data dengan observasi keterlaksanaan pembelajaran, soal tes kemampuan literasi matematika dan wawancara. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data hasil tes kemampuan literasi matematika siswa dan hasil wawancara dari beberapa siswa yang dipilih sesuai kategori. Teknik analisis data observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI, dan data tes literasi matematika untuk mengetahui kemampuan literasi matematika siswa sekurang-kurangnya 75% sudah mampu mencapai kategori sedang (Level 3 atau Level 4). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan PMRI efektif dalam menumbuhkan kemampuan literasi matematika siswa kelas VIII-C SMP Bentara Wacana Muntilan. Hal tersebut terbukti dari hasil tes kemampuan literasi matematika yakni sebanyak 80% siswa mempunyai kemampuan literasi matematika dengan kategori sedang dan sudah memenuhi kategori keefektifan (≥ 75%).. Kata Kunci : Efektivitas, Pendekatan PMRI, Literasi Matematika. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT Mustiani (141414102). Effectiveness of the RME Approach in Fostering students Mathematical Literacy Skills Based on Aspects of Content and Form in Class VIII-C Bentara Wacana Muntilan Middle School in Academic Year 20018/2019. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program. Departmen of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University. This study aims to describe the effectiveness of the RME approach in fostering students’ mathematical literacy skills in class VIII-C Bentara Wacana Muntilan Middle School. The type of research is descriptive a quantitative approach. The subject of this study were 20 students in class VIII-C Bentara Wacana Muntilan.The technique of collecting data is observation of the implementation of learning, the question of testing mathematical literacy skills and interviews. The data obtained from this study are the results of test of students mathematical literacy skills and the results of interviews of several students selected according to the category. The analysis technique of learning implementation observation data was used to find out the implementation of learning using the RME approach, and mathematical literacy test data to determined students mathematical literacy skills at least 75% were able to reach the medium (Level 3 or level 4). Based on the analysis that has been done, the researcher concludes that the PMRI approach is effective in fostering the students' mathematical literacy skills in class VIII-C at the Bentara Wacana Muntilan Middle School. This is evident from the results of the test of mathematical literacy ability that is as much as 80% of students have mathematical literacy skills in the medium category and have met the category of effectiveness (≥75%). Keywords: Effectiveness, RME Approach, Mathematical Literacy Skill. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pendekatan PMRI dalam Menumbuhkan Kemampuan Literasi Matematika Berdasarkan Aspek Konten Ruang dan Bentuk Siswa Kelas VIII-C SMP Bentara Wacana Muntilan Tahun Ajaran 2017/2018” dengan baik. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari masalahmasalah yang menghambat penulis, namun masalah tersebut dapat teratasi dengan bantuan, dorongan, dukungan/motivasi, kerja sama, serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.. Tuhan Yang Maha Esa, sumber motivasi yang luar biasa.. 2.. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.. 3.. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.. 4.. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.. 5.. Ibu Margaretha Madha Melissa, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang selalu menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, saran, kritik, dan wejangan kepada penulis.. 6.. Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Matematika yang banyak memberikan bekal keterampilan dalam mengajar.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7.. Segenap dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas segala pelayanan dan bantuannya;. 8.. Ibu Elisabeth Juni, selaku Kepala SMP Bentara Wacana yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.. 9.. Ibu Nuning Dwi H, S.Pd., selaku guru bidang studi matematika kelas VIII SMP Bentara Wacana yang telah membimbing dan membantu penulis selama penelitian.. 10. Para siswa kelas VIII-C SMP Bentara Wacana yang telah membantu penulis dalam pengambilan data penelitian. 11. Orang tua penulis, Bapak Suparman dan Ibu Suwarni, serta kakak praktikan, Unjung, Aris, dan Widya, yang selalu memberikan dukungan, doa, dan perhatian kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. 12. Teman terbaik, Baptista Yorangga Varani, S.Kom., yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dengan penuh kasih sayang. 13. Keluarga besar Yogyakarta yang telah memberikan tempat tinggal kepada penulis selama menuntut ilmu, memberi dukungan dan cinta kasih. 14. Keluarga besar Muntilan yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada penulis. 15. Teman Sepermainan, Teman Ngegas dan teman boros. 16. Teman satu kepanitiaan Insadha 2017 yang selalu mendukung penulis dengan cara memberikan sindiran keras agar segera menyelesaikan tanggung jawab ini.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN...........................................Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. vii PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK .................... vii ABSTRAK ....................................................................................................................... viii ABSTRACT....................................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................................ x DAFTAR PUSTAKA………………...……………………………………………xii DAFTAR TABEL............................................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 18 A.. Latar Belakang Masalah........................................................................................ 18. B.. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 8. C.. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 8. D.. Rumusan Masalah ................................................................................................... 8. E.. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 9. F.. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 9. G.. Definisi Istilah ....................................................................................................... 10. BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 12 A.. Belajar Matematika ............................................................................................... 12. A.. PMRI ..................................................................................................................... 13 1.. Pengertian PMRI ............................................................................................... 13. 2.. Prinsip-prinsip PMRI ........................................................................................ 15. 3.. Karakteristik PMRI ........................................................................................... 15. 4.. Ciri-ciri PMRI ................................................................................................... 16. 5.. Langkah-langkah Pembelajaran PMRI ............................................................. 17. B.. Literasi Matematika .............................................................................................. 21 1.. Pengertian Literasi Matematika ........................................................................ 21. 2.. Soal Matematika PISA ...................................................................................... 23. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3.. Kemampuan Literasi Matematika dengan Soal Berbasi PISA.......................... 28. 4.. Materi Sistem Koordinat ................................................................................... 45. 5.. Penelitian Yang Relevan ................................................................................... 53. 6.. Kerangka Berfikir ............................................................................................. 55. BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 56 A.. Jenis Penelitian...................................................................................................... 56. B.. Subyek dan Obyek Penelitian ............................................................................... 57. C.. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 57. D.. Bentuk Data .......................................................................................................... 57. E.. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 58. F.. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................................... 59. G.. Teknik Analisis Data............................................................................................. 65. H.. Kriteria Keefektifan .............................................................................................. 69. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 70 A.. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran .................................................................... 70 1.. Persiapan Penelitian .......................................................................................... 70. 2.. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 71. B.. Data Hasil Penelitian............................................................................................. 76. C.. Pembahasan Hasil penelitian ................................................................................ 81. BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 99 A.. Kesimpulan ........................................................................................................... 99. B.. Saran ..................................................................................................................... 99. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Posisi Indonesia dibanding Negara-negara Lain berdasarkan Study PISA Pada Mata Pelajaran Matematika…………………………………...…….........…..2 Tabel 2.1 Level Kemampuan Literasi Matematika Menurut PISA (OECD, 2014)…………………………………………………………………..........……43 Tabel 2.2 Nilai Kuadran………………………………………………….............48 Tabel 2.3 Garis-garis yang Sejajar, Tegak Lurus, dan Memotong Sumbu x dan Sumbu y..……………...……………………………………………................….53 Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Partisipasi………………………………..........…..62 Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Tertulis…………………………………………..............63 Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara…………………………………………..........…64 Tabel 3.4 Kriteria Pembelajaran Menurut Kemendikbud 2013………….........…66 Tabel 3.5 Level Soal Tes Kemampuan Literasi………………………….............67 Tabel 3.6 Skala Level Kemampuan Literasi Matematika Menurut PISA.............68 Tabel 4.1 Pelaksanaan Kegiatan…………………………………………............71 Tabel 4.2 Hasil Penilaian Observasi………………………………………..........76 Tabel 4.3 Hasil Tes Kemampuan Literasi Matematika…………………..............79 Tabel 4.4 Hasil Analisis wawancara Kemampuan Literasi Matematika …..........80 Tabel 4.5 Pertumbuhan Kemampuan Literasi Matematika………………............82 Tabel 4.6 Kategori dari Literasi Matematika…………………………….........…86. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Tahapan Matematisasi PISA……………………….........…………...4 Gambar 2.1 Koordinat Titi-titik Pada Koordinat Kartesius………….........……..46 Gambar 2.2 Kuadran Koordinat Kartesius……………………………….............47 Gambar 2.3 Koordinat Kartesius………………………………………............…49 Gambar 2.4 Koordinat Kartesisus…………………………………………..........51 Gambar 2.5 Garis-garis Pada Bidang Koordinat Kartesius………………...........52 Gambar 2.6 Kerangka Berpikir……………………………………………..........55 Gambar. 4.1. (a). Jawaban. Tes. Siswa. Inisial. S1. soal. nomor. 1……………………………………………..……………………………............88 Gambar. 4.1. (b). Jawaban. Tes. Siswa. Inisial. S1. soal. nomor. 2………………………………………………………………………..........……89 Gambar. 4.1. (c). Jawaban. Tes. Siswa. Inisial. S1. soal. nomor. 3…..………………………………………..……………………………..........…90 Gambar. 4.1. (d). Jawaban. Tes. Siswa. Inisial. S1. soal. nomor. 4..…………………………………………..……………………………..........…91 Gambar. 4.2. (a). Jawaban. Tes. Siswa. Inisial. S19. soal. nomor. 1……………………………………………..…………………………............…92 Gambar. 4.2. (b). Jawaban. Tes. Siswa. Inisial. S19. soal. nomor. 2……………………………………………..……………………..………..........93 Gambar. 4.2. (c). Jawaban. Tes. Siswa. Inisial. S19. soal. nomor. 3……………………………………………..…………………………...........…94 Gambar. 4.3. (a). Jawaban. Tes. Siswa. Inisial. S9. soal. nomor. 1……………………………………………..………………………….…...........95 Gambar. 4.3. (c). Jawaban. Tes. Siswa. Inisial. S9. soal. nomor. 2…..………………………………………..…………………………............…..96 Akhir……………………………………………………………….……...........103. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A. 1a Validasi Soal Kemampuan Literasi Matematika Dosen............104 Lampiran A. 1b Validasi Soal Kemampuan Literasi Matematika Guru..........…107 Lampiran A. 2a Validasi Wawancara Kemampuan Literasi Matematika Dosen…………………………………………………………………............…110 Lampiran. A.. 3a. Validasi. Rencana. Pelaksanaan. Pembelajaran. (RPP). Dosen……………………………………………………………….……...........113 Lampiran. A.. 3b. Validasi. Rencana. Pelaksanaan. Pembelajaran. (RPP). Guru……………………………………………………………….….............…116 Lampiran B. 1 Instrumen Tes Kemampuan Literasi Matematika………............119 Lampiran B. 2 Instrumen Wawancara Kemampuan Literasi Matematika...........121 Lampiran B. 3 Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)….............123 Lampiran B. 4Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran……….............156 Lampiran C. 1 Hasil Tes kemampuan Literasi Matematika…………...….........165 Lampiran C. 2 Traskrip wawancara Kemampuan Literasi Matematika Siswa 1………..…………………………………………………………………..........178 Lampiran C. 3 Traskrip wawancara Kemampuan Literasi Matematika Siswa 19…………………………………………………………………………..........180 Lampiran C. 4 Traskrip wawancara Kemampuan Literasi Matematika Siswa 9………………………………………………………………………...........….182 Lampiran C. 5 Traskrip wawancara Kemampuan Literasi Matematika Siswa 15……………………………………………………………………..........……184 Lampiran D. Surat Ijin Penelitian……………………………………...….........186. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Sejalan dengan perubahan waktu, definisi literasipun bergeser dari pengertian yang sempit sebagai keterampilan berbahasa menuju pengertian yang lebih luas menjadi literasi dalam berbagai bidang ilmu. Literasi dalam berbagai bidang ilmu mencakup literasi sains, literasi matematika, literasi ilmu sosial, literasi media, literasi informasi, literasi finansial, literasi memasak, dan sebagainya. Berbicara tentang kemampuan literasi matematika siswa di Indonesia, kemampuan literasi matematika siswa di Indonesia sampai saat ini masih cukup memprihatinkan. Capaian literasi siswa Indonesia terlihat dari hasil keikutsertaan dalam Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) dan Programme for International Student Assessment (PISA) belum menunjukkan prestasi yang memuaskan. Pencapaian Indonesia dalam studi PISA kompetensi matematika meningkat dari 375 poin di tahun 2012 menjadi 386 poin di tahun 2015. Peningkatan tersebut mengangkat posisi Indonesia menjadi peringkat 64 dari 72 negara (OECD, 2016). Namun hasil PISA tersebut masih menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Siswa Indonesia belum terbiasa dan terlatih dengan soal-soal PISA. 1.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Sedangkan menurut Kemendikbud (2014a) penyebab rendahnya hasil PISA yaitu banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA yang tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. Untuk itu dalam buku-buku kurikulum 2013 terdapat soal-soal yang sudah dihubungkan dengan literasi matematika. Namun hasil PISA 2015 juga belum sesuai dengan yang diharapkan. Sejalan dengan kesulitan siswa dalam menafsirkan masalah yang terdapat pada soal, tidaklah heran jika kemampuan literasi matematika beberapa siswa Indonesia pada hasil penilaian PISA masih belum memuaskan. Capaian peringkat skor kemampuan literasi matematika peserta (siswa) Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2015, namun tetap saja skor ratarata Indonesia masih berada di bawah skor rata-rata internasional. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Tabel Posisi Indonesia dibandingkan negara-negara lain berdasarkan studi PISA pada mata pelajaran matematika: Tahun Studi 2000 2003 2006 2009 2012 2015. Skor Literasi Matematika Indonesia 367 360 391 371 375 386. Skor rata-rata Internasional. Peringkat Indonesia. Jumlah Negara peserta studi. 500 500 500 500 494 490. 39 38 50 61 64 64. 41 40 57 65 65 72. Kemampuan matematika siswa dalam PISA dibagi menjadi enam level(tingkatan) dengan level 6 sebagai tingkat pencapaian yang paling tinggi dan level satu yang paling rendah. Setiap level tersebut menunjukan.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. kompetensi matematika yang dicapai siswa. Pada tahun 2015 presentase siswa Indonesia yag memiliki kemampuan literasi matematika di bawah level dua mencapai 75.7% (OECD, 2016a). Hal ini menunjukkan bahwa literasi matematika siswa SMP/MTs di Indonesia masih rendah dan terlihat bahwa siswa masih kesulitan dalam menerapkan pengetahuan matematika yang telah mereka pelajari untuk menyelesaikan permasalahan konteks yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, yang menuntut kemampuan matematis.. Pengertian tentang literasi matematika yang dikemukakan oleh Richard Ken (Nugraha, 2016) menjelaskan bahwa: “Mathematical literacy is an individual’s capacity to formulate, employ, and interpret mathematics in a variety of contexts. It includes reasoning mathematically and using mathematical concepts, procedures, facts and tools to describe, explain and predict phenomena. It assists individuals to recognise the role that mathematics plays in the world and to make the well-founded judgments and decisions needed by constructive, engaged and reflective citizens”. Literasi matematika adalah kemampuan individu untuk merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika ke dalam berbagai konteks. Hal itu meliputi alasan dan penggunaan konsep matematika, prosedur, fakta dan alat untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi. Hal ini membantu individu untuk mengenali aturan matematika dalam kehidupan dan membuat keputusan yang dibutuhkan oleh masyarakat konstruktif dan reflektif..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Literasi matematika sangat dekat hubungannya dengan menyelesaikan permasalahan matematika pada masalah sehari – hari (Kontekstual). Menurut Sari (2015:715) proses penyelesaian masalah nyata dalam matematika menjadi penting dalam literasi matematika. Proses penyelesaian masalah tersebut dalam PISA (2012:26) disebut matematisasi. Tahapan – tahapan matematisasi PISA dijelaskan sebagai berikut:. Gambar 1.1 Tahapan Matematisasi PISA. (OECD, 2013). Berdasarkan (OECD, 2013) tiga proses matematisasi meliputi merumuskan, menggunakan, menafsirkan. Sedangkan mengevaluasi termasuk dalam proses menafsirkan. Siklus tersebut dimulai dari masalah nyata yang dirumuskan dalam masalah matematika yang digunakan untuk mencari solusi dari masalah matematika tersebut. Solusi yang telah didapatkan lalu di tafsirkan ke dalam solusi permasalahan nyata. Tahap terakhir, hasil tafsiran dari solusi permasalahan nyata dievaluasi kembali ke dalam masalah nyata..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan salah satu guru matematika di SMP Bentara Wacana, menyatakan bahwa pembelajaran literasi matematika belum pernah diterapkan pada proses belajar mengajar. Namun saat ulangan harian, guru pernah memberikan satu soal literasi matematika berbasis PISA. Soal yang diberikan adalah soal level 1 dan 2, yaitu “Seorang petugas memperbaiki lampu di tepi jalan mendaki. Petugas menyandarkan tangga ke tiang listrik sehingga membentuk segitiga antara tangga, tiang, dan jalan. Sudut dalam dan sudut luar antara ujung tangga dengan tiang listrik x0 dan 5x0. Sudut antara tangga dengan jalan 530. Berapa besar sudut antara jalan dengan tiang listrik? Jenis segitiga apa yang dibentuk tangga, jalan dan tiang listrik?” Hampir 65% siswa menjawab salah. Sehingga pengembangan pokok dari konsep literasi matematika siswa perlu dirancang sebaik mungkin dan disesuaikan dengan kurikulum yang diberlakukan oleh pemerintah serta bagaimana cara mengevaluasi atau cara mengukurnya, menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan menggunakan masalah kontekstual sebagai pondasi dalam membangun literasi matematika adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Menurut Suwarsono (2001) Pendekatan PMRI mempunyai 3 prinsip kunci, antara lain: 1) Guided Reinvention (menemukan kembali)/progressive Mathematizing (matematesasi progresif), yakni peserta didik diberikan kesempatan untuk mengalami proses yang sama sebagaimana konsep-konsep.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. matematika ditemukan. Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah kontekstual atau realistik yang selanjutnya melalui aktifitas siswa dikharapkan menemukan “kembali” sifat, defenisi, teorema atau prosedur-prosedur. 2) Didaktical Phenomenology (fenomena didaktik). Situasi-situasi yang diberikan dalam suatu topik matematika atas dua pertimbangan, yaitu melihat kemungkinan aplikasi dalam pengajaran dan sebagai titik tolak dalam proses matematika. 3) Self-developed Models (pengembangan model sendiri); kegiatan ini berperan sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Model dibuat siswa sendiri dalam memecahkan masalah. Model pada awalnya adalah suatu model dari situasi yang dikenal (akrab) dengan siswa. Dengan suatu proses generalisasi dan formalisasi, model tersebut akhinrya menjadi suatu model sesuai penalaran matematika Menurut Marpaung (2001: 1) hasil uji coba yang telah dilakukan diperoleh data bahwa beberapa siswa berhasil melepaskan diri dari cara berfikir lama yang telah mereka miliki sebagai hasil pembelajaran lama, yaitu mengikuti contoh yang diberikan guru dan mementingkan hasil daripada proses. Mereka sudah mulai berani memberikan cara penyelesaian masalah yang berbeda. Keunggulan dari pendekatan PMRI antara lain : 1) PMRI memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari hari (kehidupan dunia nyata) dan kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia. 2) PMRI memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut. 3) PMRI memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara orang yang satu dengan yang lain. Setiap orang bisa menemukan atau menggunakan cara sendiri, asalkan orang itu bersungguh sungguh dalam mengerjakan soal atau masalah tersebut. Selanjutnya dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu dengan cara penyelesaian yang lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian yang paling tepat, sesuai dengan proses penyelesaian soal atau masalah tersebut. 4) PMRI memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan untuk mempelajari matematika orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep konsep matematika, dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu (misalnya guru). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi. Berdasarkan latar belakang teori PMRI yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pendekatan. PMRI. Dalam. Menumbuhkan. Kemampuan. Literasi. Matematika Berdasarkan Aspek Konten Ruang dan Bentuk Siswa Kelas VIII-C SMP Benatar Wacana Muntilan Tahun Ajaran 2018/2019”.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : a. Kemampuan Literasi Matematika siswa SMP/MTs di Indonesia masih rendah dilihaat dari posisi Indonesia berdasarkan studi PISA pada mata pelajaran matematika. b. Pemahaman konsep literasi matematika siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan. c.. Belum diterapkannya pembelajaran literasi matematika di SMP. Bentara Wacana . C. Pembatasan Masalah Penelitian ini akan dibatasi pada pendekatan PMRI. Penelitian ini hanya dibatasi pada satu materi kelas VIII kurikulum 2013, yaitu sistem koordinat. D. Rumusan Masalah Dari uraian di atas, dapat dikemukakan sebuah permasalahan yang muncul,. yaitu. bagaimana. efektivitas. pendekatan. PMRI. dalam. menumbuhkan kemampuan Literasi Matematika berdasarkan konten ruang dan bentuk siswa kelas VIII-C SMP Bentara Wacana Muntilan Tahun ajaran 2018/2019?.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. E. Tujuan Penelitian Dari rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan efektivitas pendekatan PMRI dalam menumbuhkan kemampuan Literasi Matematika berdasarkan konten ruang dan bentuk siswa kelas VIII-C SMP Bentara Wacana Muntilan Tahun ajaran 2018/2019.. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Penelitian ini bermanfaat sebagai upaya untuk membantu menumbuhkan kemampuan literasi matematika siswa berdasarkan konten ruang dan bentuk serta dapat menambah wawasan mengenai mebelajaran dengan pendekatan PMRI. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternative pemilihan model dan pendekatan dalam pembelajaran matematika materi lainnya dan untuk mengatasi kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan literasi PISA. 3. Bagi Sekolah Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan bahan pertimbangan untuk. menerapkan. pendekatan. PMRI. dalam. menumbuhkan. kemampuan literasi matematika siswa berdasarakan konten ruang dan bentuk..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. 4.. Bagi Penelitian Lanjutan Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu rujukan dan referensi untuk peneliti berikutnya, khususnya yang akan melakukan penelitian yang serupa pada sekolah yang berbeda.. 5.. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengalaman dalam menumbuhkan kemampuan literasi matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI.. G. Definisi Istilah Untuk menghindari kesalahan penafsiran dan pembahasan yang bias pada kalimat yang tertera dalam judul, perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut : 1. Keefektifan Keefektifan dalam penelitian ini adalah efek yang ditimbulkan akibat dari penerapan pendekatan PMRI untuk meningkatkan kemampuan literasi matematika siswa berdasarakan konten ruang dan bentuk. 2. Pendekatan PMRI PMRI adalah pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari halhal yang “real” bagi siswa, real yang dimaksud dapat berupa masalah kontekstual atau dalam kehidupan nyata, menekankan “proses of doing mathematics”, berdiskusi, berkolaborasi, berargumentasi dengan teman.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. sekelas untuk menyesuaikan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. 3. Literasi Matematika Literasi matematika merupakan kemampuan individu untuk merumuskan, menggunakan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, fakta sebagai alat untuk mendeskripsiskan, menerangkan dan memprediksi suatu fenomena atau kejadian. 4. Sistem Koordinat Sistem koordinat adalah pokok bahasan pada matematika yang wajib dipelajari siswa pada jenjang SMP. Materi pokok yang akan dipelajari adalah Menentukan kedudukan titik terhadap sumbu x dan sumbu y, terhadap titik asal O(0,0), terhadap titik tertentu (a,b). Menentukan kedudukan garis sejajar, tegak lurus, dan berpotongan terhadap sumbu x dan sumbu y..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar Matematika Pentingnya pelajaran matematika tidak lepas dari peran matematika dalam segala aspek kehidupan oleh karena itu matematika tidak terlepas dari pembelajaran. Menurut Enceng Mulyana (2008:17), pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematis dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan. Menurut (Uno, 2006: 2) Pembelajaran merupakan perencanaan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Di dalam pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2005:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, matrial, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Arief, dkk (2003:9) proses pembelajaran harus dirancang secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan tercapai. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebagai upaya sistematis yang terdapat interaksi didalamnya baik itu antara guru. 12.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, sehingga mengarah kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pembelajaran matematika, menurut Bruner (Herman Hudoyo, 2000 : 56) adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya. Menurut Cobb (Erman Suherman, 2003: 71) pembelajaran matematika sebagai proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan proses aktif dan konstruktif sehingga siswa mencoba menyelesaikan masalah yang ada sekaligus menjadi penerima atau sumber dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya.. A. PMRI 1. Pengertian PMRI Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan suatu pendidikan matematika yng dihasilkan dari adaptasi Realistic Mathematic Education (RME) yang disesuaikan engan kondisi budaya, geografi dan kehidupan masyarakat indonesia sehari-hari (Suryanto, 2010:37). Menurut Supinah (2018:14) RME adalah landasan filosofi PMRI. RME merupakan teori pembelajaran matematika yang.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. dikembangkan di Belanda. Teori ini berangkat dari pendapat Fruedenthal bahwa matematika merupakan aktivitas insani dan dikaitkan dengan realitas. Menurut Supinah (2008:14) pembelajaran matematika tidak dapat dipisahkan dari sifat matematika seseorang memecahkan masalah, mencari masalah, dan mengorganisasikan atau matematisasi materi pelajaran. Menurut Wijaya (2012:20) Pendidikan Matematika realistik Indonesia adalah suatu pendekatan mata pelajaran Matematika yang selalu menggunakan permasalahn sehari-hari. Menurut Soedjadi (2001:2) pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik pada dasarnya adalah penggunaan lingkungan alam nyata yang ada disekitar untuk dipahami siswa guna memperlancar dan mempermudah proses pembelajaran matematika, sehingga dapat tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik. Soedjadi juga menjelaskan bahwa realita atau kenyataan adalah hal-halnyata yang bersifat konkret yang dapat diamati dan dapat dipahami oleh siswa dengan cara membayangkannya Dari pengertian keempat tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa PMRI adalah pendekatan pada pembelajaran matematika yang mendorong siswa untuk menerapkan hubungan antara materi dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. PMRI mengutamakan keaktifan siswa untuk menemukan materi yang berhubungan dengan permasalahan kehidupan nyata..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. 2. Prinsip-prinsip PMRI Menurut Suryanto (2010:41-43) prinsip PMRI adalah sebagai berikut : 1. Menemukan kembali (Guided Reinvention) Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah kontekstual, yang kemudian melalui aktifitas siswa diharapkan menemukan kembali sifat, definisi, teorema, atau prosedur-prosedur. 2. Fenomena didaktik (Didactical Phenomenology) Tujuan. penyelidikan. fenomena-fenomena. adalah. untuk. menemukan situasi-situasi masalah khusus yang digeneralisasikan. 3. Pengembangan model sendiri (Self-developed Models) Kegiatan ini berperan sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Model dibuat sendiri oleh siswa dalam memecahkan permasalahan yang ada. 3. Karakteristik PMRI Menurut Marpaung (2009), ada 10 karakteristik PMRI, yaitu: a.. Siswa dan guru aktif dalam pembelajaran.. b.. Pembelajaran. dimulai. dengan. menyajikan. masalah. kontekstual/realistik. c.. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru dengan caranya sendiri.. d.. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. e.. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan (menggunakan. pendekatan. SANI:. santun,. terbuka,. dan. komunikatif). f.. Ada. keterkaitan. antar. materi. yang. diajarkan. (prinsip. intertwintment). g.. Pembelajaran berpusat pada siswa.. h.. Guru. bertindak. sebagai. fasilitator. (proses. pembelajaran. bervariasi). i.. Jika siswa melakukan kesalahan di dalam menyelesaikan masalah, siswa jangan dimarahi, tetapi disadari melalui pertanyaanpertanyaan terbimbing.. j.. Guru perlu menghargai keberanian siswa ketika mengutarakan idenya.. 4. Ciri-ciri PMRI Menurut Ahmad Fauzan (2003), pendekatan PMRI dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut: a.. Matematika dipandang sebagai kegiatan maniusia sehari-hari sehingga memecahkan masalah-masalah kontekstual merupakan hal yang esensial dalam pembelajaran.. b.. Belajar matematika berarti bekerja dengan matematika (doing mathematics). c.. Siswa diberikan kesempatan untuk menemukan konsep-konse matematika di bawah bimbingan orang dewasa (guru)..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. d.. Proses pembelajaran berlangsung secara interaktif dimana siswa menjadi fokus dari semua aktivitas di kelas. Kondisi ini mengubah otoritas guru yang semula sebagai validator, menjadi seorang pembimbing dan motivator.. 5. Langkah-langkah Pembelajaran PMRI Langkah-langkah. dalam. proses. belajar. matematika. dengan. menggunakan pendekatan PMR menurut Amin (dalam ZumrotunF, 2003) adalah: Langkah 1: Mengkondisikan Siswa Untuk Belajar Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, dan mempersiapkan kelengkapan belajar atau alat peraga yang diperlukan dalam pembelajaran. Guru juga memberi petunjuk seperlunya mengenai proses pembelajaran yang akan dilakukan siswa dan memeriksa materi prasyarat yang dimiliki siswa. Langkah 2: Mengajukan Masalah Kontekstual Guru memberikan soal kontekstual dan meminta siswa untuk memahami soal kontekstual tersebut. Guru hanya memberi Petunjuk seperlunya terhadap bagian situasi dan kondisi soal yang belum dipahami siswa. Karakteristik PMRI yang muncul pada langkah ini yaitu menggunakan masalah kontekstual dan juga sudah mulai terlihat adanya interaksi antar guru dan siswa serta siswa dan siswa. Langkah 3: Membimbing Siswa Untuk Menyelesaikan Masalah Kontekstual.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. Siswa bekerja secara berkelompok atau individu menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan dengan mereka sendiri, sehingga sangat mungkin terjadi perbedaan dalam penyelesaian masalah antar siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Pada langkah ini siswa diharapkan menggunakan model, gambar, simbol, atau skema yang dikembangkan oleh siswa sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Guru sebagai fasilitator, hanya memberikan pertanyaan penuntun ( jika diperlukan) untuk mengarahkan siswa memperoleh penyelesaian masalah tersebut. Karakteristik PMRI yang muncul pada langkah ini adalah menggunakan model dan menggunakan kontribusi siswa, jugaterlihat adanya interaksi antar guru dan siswa. Langkah 4: Meminta Siswa Menyajikan Penyelesaian Pada langkah ini siswa dibimbing untuk menemukan kembali tentang ide/konsep/definisi dari soal matematika. Selain itu siswa dibimbing untuk dapat menyajikan hasil kerjanya atas pertanyaan kontekstual yang dihadapi baik secara individu atau kelompok. Simbol,gambar, skema,yang digunakan siswa untuk mempermudah dalam menyajikan masalah dapat sisajikan atau ditunjukkan. Pada langkah ini konstruksi siswa ( produksi dan konstruksi siswa ) dan optimalisasi interaksi antar siswa dengan siswa, guru dengan siswa, dan antar siswa dengan sarana pembelajaran. Langkah 5: Mengajak Siswa Membandingkan dan Mendiskusikan Jawaban.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. Guru. menyediakan. waktu. dan. kesempatan. siswa. untuk. membandingkan dan mendiskusikan jawaban soal secara kelompok ( 45 orang siswa dengan kemampuan yang heterogen ) tentang penyelesaian masalah yang telah diselesaikan secara individu . Setelah diskusi, guru memberikan kesempatan kepada beberapa siwa untuk mempresentasikan hasil diskusi ( ide penyelesaian, jawaban masalah, dan alas an-alasannya ) didepan kelas. Karakteristik PMRI yang muncul pada langkah ini adalah menggunakan kontribusi siswa dan interaksi. Langkah 6: Menyimpulkan Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan akhir satu konsep/prinsip/definisi/ theorema/ prosedur yang terkait dengan masalah kontekstual yang diselesaikan daritopik yang telah dipelajari. Langkah-langkah pembelajaran PMRI Menurut Hobri (2005: 102) terdapat lima langkah dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PMRI, yaitu: 1. Langkah 1: Memahami konteks Pada awal pembelajaran, guru mengajukan masalah realistik kemudian siswa diminta menyelesaikan masalah tersebut. Guru hendaknya memilih masalah yang mempunyai cara penyelesaian yang divergen, mempunyai lebih dari satu jawaban yang mungkin, dan juga memberi peluang untuk memunculkan berbagai strategi pemecahan. masalah.. Diharapkan. dalam. menyelesaikan.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. permasahan realistik, siswa mengerjakan dengan caranya sendiri sehingga konsep yang diterima siswa akan lebih bermakna. 2. Langkah 2: Memikirkan atau memilih model yang tepat untuk menyelesaikan masalah Pada langkah ini, guru meminta siswa menjelaskan atau mendeskripsikan. permasalahan. yang. diberikan. dengan. pemahaman mereka sendiri. Siswa dilatih untuk bernalar dan memilih model yang tepat. 3. Langkah 3: Menyelesaikan masalah realistik Pada langkah ini, siswa secara individu atau kelompok menyelesaikan masalah realistik yang diajukan guru. Siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan penyelesaian masalah atau berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Pada tahap ini dimungkinkan seperlunya. bagi. guru. untuk. (scaffolding)kepada. memberikan. siswa. yang. bantuan. benar-benar. memerlukan bantuan. 4. Langkah 4: Membandingkan dan mendiskusikan penyelesaian masalah Pada langkah ini, diharapkan siswa mempunyai keberanian untuk menyampaikan pendapat tentang hasil diskusi yang telah dilakukan ke depan kelas. Pada saat presentasi, diharapkan setiap kelompok aktif dalam pembelajaran, baik yang mempresentasikan maupun yang menanggapi hasil diskusi..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. 5. Langkah 5: Menegosiasikan penyelesaian masalah Setelah terjadi diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran PMRI diatas, penelitian ini menggunakan langkah-langkah pembelajaran PMRI Menurut Hobri(2005:102) yaitu : 1. Memahami Konteks 2. Memikirkan atau memilih model yang tepat untuk menyelesaikan masalah. 3. Menyelesaikan masalah realistik 4. Membandingkan. dan. mendiskusikan. penyelesaian. masalah. 5. Menegosiasikan penyelesaian masalah. B. Literasi Matematika 1. Pengertian Literasi Matematika Literasi matematika diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan menerapkan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur dan fakta untuk. menggambarkan,. fenomena/kejadian.. menjelaskan. atau. memperkirakan.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. Menurut OECD (2014) menyatakan bahwa kemampuan literasi matematika diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, prosedur dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan fenomena/kejadian. Kemampuan literasi matematika membantu seseorang untuk memahami peran atau kegunaan matematika di dalam kehidupan sehari-hari dan sekaligus menggunakannya untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat atas berbagai permasalahan/fenomena yang terjadi. Steen & Turner (2007) dan OECD (2013) menyatakan bahwa literasi. matematika. merumuskan,. dimaknai. menggunakan. sebagai. kemampuan. pengetahuan. dan. untuk. pemahaman. matematis secara efektif dalam kehidupan sehari-hari atau bisa juga diartikan bahwa literasi matematika adalah kemampuan seseorang individu untuk merumuskan, menggunakan dan menfsirkan matematika dalam berbagai konteks. Termasuk di dalamnya kemampuan untuk menganalisis dan mengkomunikasikan ide-ide untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (US Departement of Education, 2014). Menurut Ojose, B (2011) yang menyatakan bahwa literasi matematika merupakan pengetahuan untuk mengetahui dan menggunakan dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian. disini. menunjukkan. seseorang. yang. memiliki.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. kemampuan literasi matematika yang baik memiliki kepekaan terhadap konsep-konsep matematika mana yang relevan dengan masalah. yang. dihadapinya.. Kepekaan. tersebut. kemudian. dilanjutkan dengan pemecahan masalah menggunakan konsep matematika. Pendapat lain menyebutkan bahwa literasi dalam konteks matematika adalah kekuatan untuk menggunakan pemikiran matematika dalam memecahkan masalah sehari-hari agar lebih siap menghadapi tantangan kehidupan (Steecey & Turner, 2015). Pemikiran matematika yang dimaksudkan meliputi pola pikir pemecahan masalah, menalar secara logis, mengkomunikasikan dan menjelaskan. Pola pikir ini dkembangkan berdasarkan konsep, prosedur, serta fakta matematika yang relevan dengan masalah yang dihadapi (Rosalia, 2015).. 2. Soal Matematika PISA Soal-soal PISA meguji 3 aspek yakni konten, konteks, dan kompetensi. Berikut penjelasan dari masing-masing aspek soal matematika PISA (OECD, 2010).. a. Konten (Content) Pada konten PISA membagi menjadi 4 bagian yaitu:.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. 1. Perubahan dan hubungan (Change and relationship): Kategori ini berkaitan dengan aspek konten matematika pada kurikulum yaitu fungsi dan aljabar. Bentuk aljabar, persamaan, pertidaksamaan, representasi dalam bentuk tabel. dan. grafik. merupakan. sentral. dalam. menggambarkan, memodelkan, dan menginterpretasi perubahan dari suatu fenomena. Interpretasi data juga merupakan bagian yang esensial dari masalah pada kategori Change and relationship. 2. Ruang dan bentuk (Space and Shape), meliputi fenomena yang berkaitan dengan dunia visual (visual world) yang melibatkan pola, sifat dari objek, posisi dan orientasi, representasi dari objek, pengkodean informasi visual, navigasi, dan interaksi dinamik yang berkaitan dengan bentuk yang riil. Kategori ini melebihi aspek konten geometri pada matematika yang ada pada kurikulum. 3. Kuantitas (Quantity), merupakan aspek matematis yang paling menantang dan paling esensial dalam kehidupan. Kategori ini berkaitan dengan hubungan bilangan dan pola bilangan, antara lain kemampuan untuk memahami ukuran, pola bilangan, dan segala sesuatu yang.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. berhubungan dengan bilangan dalam kehidupan seharihari. 4. Ketidakpastian dan data (Uncertainty and data): Teori statistik dan peluang digunakan untuk penyelesaian fenomena ini. Kategori Uncertainty and data meliputi pengenalan tempat dari variasi suatu proses, makna kuantifikasi dari variasi tersebut, pengetahuan tentang ketidakpastian dan kesalahan dalam pengukuran, dan pengetahuan tentang kesempatan/peluang (chance).. b. Konteks (Context) Soal untuk PISA melibatkan empat konteks, yaitu berkaitan dengan. situasi/konteks. pribadi. (personal),. pekerjaan. (occupational), bermasyarakat/umum (societal), dan ilmiah (scientific) dengan kategori konten meliputi. Berikut uraian masing-masing. 1. Konteks pribadi yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan pribadi siswa sehari-hari. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tentu para siswa menghadapi berbagai persoalan pribadi yang memerlukan pemecahan secepatnya. Matematika diharapkan dapat berperan dalam menginterpretasikan memecahkannya.. permasalahan. dan. kemudian.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. 2. Konteks pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan siswa di sekolah dan atau di lingkungan tempat bekerja. Pengetahuan siswa tentang konsep matematika diharapkan dapat membantu untuk merumuskan, melakukan klasifikasi masalah, dan memecahkan masalah pendidikan dan pekerjaan pada umumnya. 3. Konteks umum yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan matematika dalam kehidupan bermasyarakat dan lingkungan yang lebih luas dalam kehidupan seharihari. Siswa dapat menyumbangkan pemahaman mereka tentang pengetahuan dan konsep matematikanya itu untuk mengevaluasi berbagai keadaan yang relevan dalam kehidupan di masyarakat. 4. Konteks ilmiah yang secara khusus berhubungan dengan kegiatan ilmiah yang lebih bersifat abstrak dan menuntut pemahaman dan penguasaan teori dalam melakukan pemecahan masalah matematika.. c. Kelompok Kompetensi (Competencies Cluster) Kompetensi pada PISA diklasifikasikan atas tiga kelompok (cluster), yaitu reproduksi, koneksi, dan refleksi (OECD, 2010). 1. Kelompok reproduksi.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok reproduksi meminta siswa untuk menunjukkan bahwa mereka mengenal fakta, objek-objek dan sifatsifatnya,. ekivalensi,. menggunakan. prosedur. rutin,. algoritma standar, dan menggunakan skill yang bersifat teknis. Item soal untuk kelompok ini berupa pilihan ganda, isian singkat, atau soal terbuka (yang terbatas). 2.. Kelompok koneksi Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok koneksi meminta siswa untuk menunjukkan bahwa mereka dapat membuat hubungan antara beberapa gagasan dalam matematika dan beberapa informasi yang terintegrasi untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam koneksi ini siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang non-rutin tapi hanya membutuhkan sedikit translasi dari konteks ke model (dunia) matematika.. 3.. Kelompok Refleksi Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok refleksi ini menyajikan masalah yang tidak terstruktur (unstructured situation) dan meminta siswa untuk mengenal dan menemukan ide matematika dibalik.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. masalah. tersebut.. Kompetensi. refleksi. ini. adalah. kompetensi yang paling tinggi dalam PISA, yaitu kemampuan. bernalar. dengan. menggunakan. konsep. matematika. Mereka dapat menggunakan pemikiran matematikanya secara mendalam dan menggunakannya untuk memecahkan masalah. Dalam melakukan refleksi ini, siswa. melakukan. dihadapinya,. analisis. terhadap. menginterpretasi,. dan. situasi. yang. mengembangkan. strategi penyelesaian. 3. Kemampuan Literasi Matematika dengan Soal Berbasi PISA Menurut. Ojose. (2011). literasi. matematika. merupakan. pengetahuan untuk mengetahui dan menggunakan dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian ini, siswa yang memiliki kemampuan literasi matematika yang baik memiliki kepekaan konsep-konsep. matematika mana yang relevan dengan. fenomena atau masalah yang dihadapi. Dari kepekaan ini kemudian dilanjutkan dengan pemecahan masalah dengan menggunakan konsep matematika. Menurut OECD (2013) Literasi matematika adalah kapasitas siswa. untuk. matematika. merumuskan, dalam. berbagai. menerapkan, konteks.. dan. menafsirkan. Mencakup. penalaran. matematis dan menggunakan Mencakup penalaran matematis dan.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. menggunakan konsep-konsep matematika, prosedur, fakta, dan alatalat. untuk. menggambarkan,. menjelaskan,dan. memprediksi. fenomena. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa literasi matematika tidak hanya pada penguasaan materi saja, akan tetapi hingga kepada penggunaan penalaran, konsep, fakta dan alat matematika dalam pemecahan masalah sehari-hari. Selain itu, literasi matematika juga menuntut siswa untuk mengkomunikasikan dan menjelaskan fenomena yang dihadapinya dengan konsep matematika (Sari, 2015). Sebelum dikenalkan melalui PISA, istilah literasi matematika telah dicetuskan oleh NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) sebagai salah satu visi pendidikan matematika yaitu menjadi melek/literate matematika, sebagaimana tertulis dalam kajian Sari (2015) literasi matematika dalam visi tersebut dimaknai dengan “an individual’s ability to explore, to conjecture, and to reason logically as well as to use variety of mathematical methods effectively to solve problems. By becoming literate, their mathematical power should develop”. Pengertian ini mencakup 4 komponen utama literasi matematika dalam pemecahan masalah yaitu mengeksplorasi, menghubungkan dan menalar secara logis serta menggunakan metode matematis yang beragam. Komponen utama ini digunakan untuk memudahkan pemecahan masalah sehari-.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. hari. yang. sekaligus. dapat. mengembangkan. kemampuan. matematikanya. Senada dengan pendapat tersebut, Stecey & Tuner (2015) mengartikan literasi dalam konteks matematika adalah kekuatan untuk menggunakan pemikiran matematika dalam pemecahan masalah sehari-hari agar lebih siap menghadapi tantangan kehidupan. Pemikiran matematika yang dimaksudkan meliputi pola pikir. pemecahan. masalah,. menalar. secara. logis,. mengkomunikasikan dan menjelaskan. Pola pikir ini dikembangkan berdasarkan konsep, prosedur, serta fakta matematika yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Melengkapi pendapat sebelumnya, Steen, Turner & Burkhard dalam kajian Sari (2015) menjelaskan bahwa literasi matematika dimaknai sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman matematis secara efektif dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Siswa yang memiliki kemampuan literasi matematika tidak cukup hanya mampu menggunakan pengetahuan dan pemahamannya saja, akan tetapi juga harus mampu untuk menggunakannya secara efektif. Menurut Sari (2015) kemampuan literasi matematika dapat didefinisikan sebagai kemampuan siswa untuk. merumuskan,. menggunakan, dan menginterpretasikan. matematika dalam berbagai konteks pemecahan masalah kehidupan sehari-hari secara efektif..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. Secara umum pendapat-pendapat di atas menekankan pada hal yang sama yaitu bagaimana kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan matematika yang dimilikinya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara maksimal. Dalam proses memecahkan masalah atau konteks, siswa yang memiliki kemampuan literasi matematika akan memahami bahwa konsep matematika yang telah dipelajari dapat menjadi sarana menemukan solusi dari masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Fokus dari bahasa dalam definisi literasi matematika adalah keterlibatan aktif dalam matematika, hal ini mencakup penggunaan penalaran matematis, penggunaan konsep, prosedur, fakta dan alatalat matematika dalam. menggambarkan,. menjelaskan, dan. memprediksi fenomena. Secara khusus, kata kerja merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan merupakan tiga titik proses dimana siswa akan terlibat aktif dalam pemecahan masalah (OECD,2013). a. Merumuskan situasi matematis Meliputi identifikasi peluang untuk menerapkan dan menggunakan. matematika. matematika. dapat. yang. diterapkan. memperlihatkan untuk. memahami. bahwa atau. memecahkan suatu masalah tertentu, atau tantangan yang disajikan. Termasuk di dalamnya mampu mengambil situasi seperti yang disajikan dan mengubahnya ke dalam bentuk solusi matematika, menyediakan struktur dan representasi matematika,.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. mengidentifikasi variabel dan membuat asumsi sederhana yang dapat membantu memecahkan masalah atau memenuhi tantangan (OECD, 2013). b. Menerapkan Matematika Melibatkan. penerapan. penalaran. matematika. dan. penggunaan konsep, prosedur, fakta dan alat-alat matematika untuk mendapatkan solusi. Hal ini meliputi pembuatan manipulasi ekspresi aljabar dan persamaan atau model matematika lainnya, menganalisis informasi secara matematis dari diagram dan grafik matematika, mengembangkan deskripsi dan penjelasan matematika, serta menggunakan alat-alat matematika untuk memecahkan masalah (OECD, 2013). c. Menafsirkan matematika Menafsirkan matematika adalah merenungkan solusi matematika atau hasil matematis dan menafsirkan solusi tersebut ke dalam konteks masalah atau tantangan. Termasuk di dalamnya meliputi evaluasi solusi atau penalaran matematika dalam kaitannya dengan konteks masalah, dan menentukan apakah solusi yang dihasilkan wajar dan masuk akal (OECD, 2013). Selain ketiga hal tersebut, dalam PISA juga terdapat tujuh kemampuan dasar matematika yang menjadi pokok dalam proses literasi matematis (OECD, 2013), yaitu meliputi :.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. a. Communicating (Komunikasi) Literasi matematis melibatkan proses komunikasi, sebab dalam proses pemecahan masalah siswa perlu mengutarakan atau mengemukakan gagasan, ketika melakukan penalaran terhadap soal maupun langkah-langkah penyelesaian, selain itu siswa juga perlu menjelaskan hasil pemikiran atau gagasannya kepada orang lain agar orang lain juga dapat memahami hasil pemikirannya. b. Mathematising (Matematisasi) Kemampuan literasi matematis juga melibatkan kemampuan matematisasi, yakni kemampuan dalam menerjemahkan bahasa sehari-hari ke dalam bentuk matematika, baik berupa konsep, struktur, membuat asumsiatau pemodelan. c. Representation (Representasi) Kemampuan representasi disini adalah kemampuan dalam merepresentasikan objek-objek matematika seperti grafik, table, diagram, gambar, persamaan, rumus, dan bentuk-bentuk konkret lainnya d. Reasoning and Argument (Penalaran dan Argumen) Kemampuan penalaran dan argument adalah akar dari proses berpikir logis yang dikembangkan untuk menentukan suatu kesimpulan yang dapat memberikan pembenaran terhadap solusi suatu permasalahan. e. Devising Strategies for Solving Problem (Merancang Strategi untuk memecahkan masalah) Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. menggunakan matematika untuk memecahkan masalah yang dihadapi. f. Using Symbolic, Formal and Technical Language and Operations (Penggunaan symbol, bahasa formal, teknis, dan operasi) Kemampuan ini melibatkan pemahaman, penafsiran, kemampuan memanipulasi suatu konteks matematika yang digunakan. dalam. menyelesaikan. permasalahn. terkait. matematika. g. Using Mathematic Tools (Penggunaan alat matematika) Kemampuan. yang. dimaksud. adalah. kemampuan. menggunakan berbagai macam alat yang dapat membantu proses matematisasi, dan mengetahui keterbatasan dari alat-alat tersebut. Turner (2015) menjelaskan deskripsi kompetensi kemampuan literasi matematika sebagai berikut : I.. Komunikasi Definisi. komunikasi. adalah. membaca. dan. menginterpretasikan pernyataan, pertanyaan, perintah, tugas, gambar-gambar. dan. objek-objek,. membayangkan. dan. memahami situasi yang diperkenalkan, dan membuat pemikiran dari informasi yang disediakan mencakup syaratsyarat. matematika. menunjuk. mempresentasikan. dan. menjelaskan satu pekerjaan matematika ata penalaran. Kemampuan komunikasi meliputi komponen sifat.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. reseptif dan konstruktif. Komponen reseptif terdiri dari memahami apa yang sedang ditanyakan dan ditunjukkan terkait dengan tujuan tugas matematis, meliputi bahasa matematika yang digunakan, informasi yang relevan, dan apa sifat dari respon yang diminta. Komponen konstruktif terdiri dari menyajikan respon yang mungkin meliputi langkahlangkah. penyelesaian,. deskripsi. dari. penalaran. yang. digunakan, dan justifikasi jawaban yang diberikan. Komunikasi tidak termasuk mengetahui cara mendekati atau memecahkan masalah, bagaimana cara menggunakan informasi yang diberikan, atau bagaimana alasan untuk menguatkan bahwa jawaban yang diperoleh benar, melainkan pemahaman. atau. penyajian. informasi. yang. relevan.. Komunikasi juga tidak berlaku mengekstrak atau memproses informasi matematika dari representasi. Permintaan. untuk. aspek. reseptif. kompetensi. ini. meningkat sesuai dengan kompleksitas materi yang harus ditafsirkan dalam memahami tugas, kebutuhan untuk menghubungkan beberapa sumber informasi atau untuk bergerak mundur dan maju (ke siklus) antar elemen informasi. Sedangkan asperk konstruktif meningkat dengan kebutuhan untuk memberikan solusi tertulis berupa penjelasan secara rinci..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. II.. Matematisasi Definisi dari matematisasi adalah menerjemahkan suatu situasi di luar matematika ke dalam model matematika, menginterpretasikan hasil dari penggunaan suatu model yang dihubungan dengan situasi masalah, atau memvalidasi ketercukupan dari model yang dihubungkan dengan situasi masalah. Fokus dari kompetensi ini adalah pada aspek siklus pemodelan dalam hubungan konteks ekstra-matematika dengan beberapa domain matematika. Dengan demikian, kompetensi matematisasi memiliki dua komponen, yakni situasi di luar matematika yang mungkin membutuhkan terjemahan ke dalam bentuk yang dapat disesuaikan dengan perlakuan. matematis,. meliputi. pemodelan. yang. mempermudah penyederhanaan asumsi, mengidentifikasi variabel yang hadir dalam konteks dan hubungan diantara keduanya, dan mengekspresikan variable tersebut dalam bentuk matematis. Sebaliknya, hasil yang mungkin perlu ditafsirkan sehubungan dengan situasi atau konteks ekstra-matematis, meliputi menerjemahkan matematis yang menghasilkan elemen spesifik dari konteks dan memvalidasi kecukupan solusi yang ditemukan yang berhubungan dengan konteks. Perlakuan intra-matematis dari isu dan masalah berikutnya.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. dalam domain matematika ditangani dengan kompetensi lain. Oleh. karenanya,. sementara. itu. kompetensi. matematisasiberurusan dengan mewakili konteks ekstramathematis. dengan. menggunakan. entitas. matematis,. representasi entitas matematika ditangani dengan kompetensi representasi. Permintaan untuk aktivasi kompetensi ini meningkat dengan tingkat kreativitas, wawasan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menerjemahkan antara elemen konteks dan struktur masalah matematika. III.. Representasi Definisi dari representasi disini adalah membuat suatu gambaran yang mengilustrasikan suatu informasi dari masalah, menerjemahkan gambaran tersebut, membuat representasi matematika dari informasi yang diberikan pada soal yang akan digunakan menuju sebuah solusi, memilih dan merencanakan gambaran-gambaran untuk memotret situasi atau untuk menyajikan suatu pekerjaan. Fokus dari kompetensi ini adalah pada penguraian, penyusunan, dan manipulasi representasi entitas matematis atau menghubungkan representasi yang berbeda. Dengan representasi entitas matematika dapat memahami sebuah ekspresi konkret (pemetaan) konsep, objek, hubungan, proses.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. atau tindakan matematis. Selain itu, representasi juga dapat berupa fisik, verbal, simbolis, grafis, tabel atau diagram. Tugas matematika sering disajikan dalam bentuk teks, terkadang dengan materi grafis itu hanya membantu mengatur memahami intruksi konteks, informasi verbal atau teks, gambar dan grafik pada umumnya tidak termasuk kompetensi representasi, melainkan bagian dari kompetensi komunikasi. Demikian pula, bekerja secara eksklusif dengan representasi simbolis terletak di dalam menggunakan kompetensi simbol, operasi dan bahasa formal. Di sisi lain, penafsiran antar representasi yang berbeda selalu merupakan bagian dari kompetensi representasi. Permintaan untuk kompetensi ini meningkat dengan jumlah informasi yang akan diolah, dengan kebutuhan untuk mengintegrasikan informasi dari banyak representasi, dan dengan kebutuhan untuk merancang representasi bukan untuk menggunakan representasi yang diberikan. Permintaan juga meningkat dengan menambah kompleksias representasi atau penguraiannya, dari representasi sederhana dan standar (seperti grafik batang atau grafik cartesian). IV.. Penalaran Argumen Definisi dari penalaran dan argumen adalah memberikan. gambaran kesimpulan dari penggunaan pemikiran yang logis.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. dalam menyelidiki dan menghubungkan unsur-unsur masalah yang terkait, memeriksa dengan penuh ketelitian, atau membenarkan argumen dan kesimpulan. Kompetensi ini berhubungan dengan menarik kesimpulan yang sah berdasarkan pada mental internal (usia atau kapasitas otak) memproses informasi matematika yang dibutuhkan untuk. memperoleh. hasil. yang. sesuai,. dan. untuk. mengumpulkan pembenaran kesimpulan, dan membuktikan hasil yang diperoleh. Bentuk lain dari mental proses dan representasi yang terlibat bertanggungjawab pada tugas-tugas yang menopang masing-masing dari kompetensi lainnya. Misalkan, pemikiran yangdibutuhkan untuk memilih atau merencanakan suatu pendekatan ke arah penyelesaian masalah yang berkaitan merupakan bagian dari kompetensi pemecahan masalah (merancang strategi untuk memecahkan masalah), dan pemikiran yang terlibat dalam perubahan unsur-unsur kontekstual pada suatu bentuk matematika yang baku merupakan bagian dari kompetensi matematisasi. Sifat, bilangan atau unsur-unsur kesulitan yang perlu dibawa dalam membuat kesimpulan, dan panjang serta kompleksitas. dari. rantai-rantai. kesimpulan. yang. membutuhkan pentingnya kontribusi merupakan suatu hal.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. yang meningkatkan permintaan kompetensi ini. V.. Merancang Strategi untuk Memecahkan Masalah Definisi merancang strategi untuk memecahkan masalah adalah memilih suatu strategi matematika untuk memecahkan suatu masalah seperti halnya monitoring dan kontroling penerapan dari strategi. Menyusun atau merancang strategi disini berbeda dengan kompetensi pemecahan masalah yang telah ada sebelumnya. Fokus dari kompetensi ini adalah pada aspek pemecahan masalah. yang. mengaktifkan. meliputi strategi. dan. memilih,. membangun. pemantauan. solusi. atau untuk. mengendalikan pelaksanaan proses yang terlibat. Strategi yang digunakan berupa tahapan yang bersama-sama membentuk keseluruhan rencana yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Setiap tahap terdiri dari sub tujuan dan langkahlangkah yang berkaitan. Permintaan kompetensi ini akan meningkat seiring dengan tingkat kreativitas dan penemuan yang terlibat dalam mengidentifikasi strategi yang sesuai, dengan kompleksitas proses pemecahan masalah yang meningkat (misalnya jumlah, jangkauan dan kompleksitas tahapan yang dibutuhkan dalam strategi), dan dengan konsekuensial perlunya. kontrol. metakognitif yang lebih besar dalam penerapan strategi.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. menuju solusi. VI.. Penggunaan Simbol, Bahasa Formal, Teknik, dan Operasi Definisi dari kompetensi ini adalah memahami dan. menerapkan prosedur dan bahasa matematika (meliputi ekspresi simbol, aritmatika dan operasi aljabar), menggunakan aturan-aturan matematika, mengaktifkan dan menggunakan pengetahuan dari definisi, hasil-hasil, aturan-aturan dan sistem formal. Kompetensi ini mencerminkan keterampilan dengan mengaktifkan dan menggunakan pengetahuan isi matematika, seperti definisi, fakta, atauran algoritma dan prosedur matematika, mengingat dan menggunakan ungkapan simbolis, mengartikan dan memanipulasi formula atau hubungan fungsional atau ungkapan aljabar lainnya dan menggunakan aturan operasi formal (misalnya perhitungan aritmatika atau persamaan pemecahan). Kompetensi ini juga meliputi penerapan unit pengukuran dan jumlah yang diturunkan seperti kecepatan dan massa jenis. Mengembangkan formulasi simbolis dari situasi ekstra matematika adalah bagian dari matematisasi. Misalnya, menyiapkan sebuah persamaan untuk merefleksikan elemen kunci dari sebuah situasi ekstra matematika termasuk matematisasi, sedangkan pemecahannya adalah bagian dari.

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. penggunaan kompetensi simbol, operasi, dan bahasa formal. Manipulasi ungkapan simbolis milik kompetensi simbol, operasi, dan bahasa formal, namun menerjemahkan antar representasi. simbolis. dan. lainnya. representasi.. Istilah. variabel. milik. yang. kompetensi. digunakan. dalam. kompetensi ini merujuk pada simbol yang mewakili angka yang tidak ditentukan atau mengubah sebuah kuantitas, misalnya C dan r dalam rumus C = ¼ 2πr. Permintaan kompetensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya. kompleksitas. dan. kecanggihannya. isi. matematika dan pengetahuan prosedural yang dibutuhkan. Menurut Ojose (2011) indikator untuk kemampuan literasi matematika terdiri dari 8 kompetensi, yaitu : a. Penalaran dan Berpikir Matematis b. Argumentasi Matematis c. Komunikasi Matematis d. Pemodelan e. Merumuskan dan Menyelesaikan Masalah f. Representasi g. Penggunaan Simbol h. Penggunaan Alat dan Teknologi Sedangkan Menurut Richard Ken (Nugraha, 2016) terdapat 6 level kemampuan literasi matematika yang.

Gambar

Tabel 1.1 Tabel Posisi Indonesia dibandingkan negara-negara lain  berdasarkan studi PISA pada mata pelajaran matematika:
Gambar 1.1 Tahapan Matematisasi PISA
Tabel 2.1 Level Kemampuan Literasi Matematika Menurut  Richard Ken (Nugraha, 2016)
Gambar 2.1 Koordinat titik-titik pada koordinat kartesius
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nama Paket Peker jaa : Pengadaan Jasa Konsultansi Pengaw as Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Agama Kota. Padangsidimpuan

- Interaksi menunjukkan sebuah konsep tentang komunikasi yang terjadi antara pengguna yang termediasi oleh media baru dan memberikan kemungkinan ± kemungkinan

Keunggulan teknik ini ialah siswa akan belajar mengenai suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan dan dan mudah, anak hanya menganalisa banyak lobang dan menjawab

Sketsa tampilan untuk menu topik Pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia, Berisikan materi dari topik tersebut dan tombol back untuk kembali ke menu pokok bahasan, dan

May (1982) menemukan bahwa kesiapan calon ayah menyambut persalinan dicerminkan dalam tiga aspek : 1). Keuangan yang relatif cukup, 2). Hubungan yang stabil dengan pasangan,

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur tidak saja keselamatan kerja, tetapi juga keselamatan masyarakat dan lingkungan hidup serta tanggung jawab dari kewenangan Badan

Pada penelitian Hariyati (2008), fase lag terjadi selama satu hari, kepadatan populasi yang digunakan pada awal kultur Spirulina sp.. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA)

Dari distribusi diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa faktor somatik tidak banyak berperan karena banyaknya pendapat responden menjawab tidak, itu juga dikuatkan