• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATERI JARAK, WAKTU, DAN KECEPATAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Cipameungpeuk di Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATERI JARAK, WAKTU, DAN KECEPATAN (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Cipameungpeuk di Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengantarkan kehidupan pada era informasi dan globalisasi. Hal ini menuntut setiap individu bersaing dalam segala hal untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dalam mencapainya, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten. Kompeten dalam arti bahwa setiap individu mampu memperoleh, memilih, mengolah, dan mengelola informasi secara tepat agar mampu mempertahankan diri dalam sengitnya persaingan. Pada kondisi seperti ini, setiap individu sangat memerlukan pemikiran yang logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Pemikiran yang demikian dapat dikembangkan melalui pendidikan. Rasyidin, dkk. (2009) mengemukakan arti pendidikan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, pendidikan adalah hidup. Artinya, pendidikan adalah segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu. Sementara, dalam arti sempit, pendidikan yaitu pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol. Silberman (dalam Sagala, 2003) mengemukakan, bahwa pendidikan berusaha mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal senada juga dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan pendidikan nasional seperti di atas akan terwujud apabila proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Pembelajaran mengandung arti adanya kegiatan mengajar dan belajar, dimana yang mengajar adalah guru dan yang diajar. 1.

(2) 2. adalah siswa. Hal ini sesuai dengan pengertian pembelajaran yang dituangkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Sagala, 2003) yang menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran. Salahsatu pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswayaitu pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika memiliki peran yang sangat penting bagi setiap individu dalam melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Hal ini karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antara satu dengan lainnya, serta memerlukan pola pikir yang deduktif. Sebagaimana menurut Johnson & Rising (dalam Ruseffendi, 1992, hlm. 28), “Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis”. Selain itu, James & James (dalam Suwangsih & Tiurlina, 2010, hlm. 4) mengemukakan bahwa,“Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya”. Dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa akan mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya sumber daya manusia yang berkualitas, salahsatunya kemampuan berpikir logis. Berpikir logis merupakan suatu kemampuan yang sangat perlu untuk dikembangkan, khususnya dalam pembelajaran matematika karena pada hakikatnya berpikir logis sangat sesuai dengan hakikat matematika itu sendiri. Pembelajaran matematika memiliki tujuan yang tidak terlepas dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran matematika dituangkan secara khusus dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar, yaitu: 1.. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah..

(3) 3. 2.. 3. 4. 5.. Menggunakan penalaran dalam pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Melakukan pemecahan masalah. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.. Tujuan pembelajaran matematika di atas mengisyaratkan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, salahsatunya kemampuan berpikir logis. Hal ini diperkuat dengan dituangkannya dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), yaitu bahwa siswa harus memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerjasama. Siswa yang memiliki kemampuan seperti itulah yang akan sanggup bertahan dalam kehidupan yang penuh dengan masalah. Matematika menjadi suatu ilmu yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap siswa karena pada dasarnya setiap individu tidak akan bisa terlepas dari matematika. Disadari ataupun tidak, matematika menjadi sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan. Sebagai contoh, hal yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan atau berlari menuju suatu tempat tertentu di dalamnya terkandung konsep jarak, waktu, dan kecepatan. Oleh karena itu, pembelajaran matematika berkontribusi dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan problematika kehidupan, khususnya kemampuan berpikir logis matematis. Setiap individu memerlukan kemampuan berpikir logis pada saat beraktivitas, seperti pada saat dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan, saat mengambil keputusan, dan saat menarik kesimpulan. Kemampuan berpikir logis ini sangat diperlukan siswa dalam menghadapi masalah kehidupan seharihari dan sebagai bekal untuk mempelajari matematika yang lebih kompleks lagi di jenjang selanjutnya..

(4) 4. Siswa yang mampu berpikir secara logis selalu mengindahkan aturan logika dan mampu memisahkan penalaran yang salah dan penalaran yang benar. Berpikir logis dapat diartikan sebagai kegiatan dalam menyelesaikan masalah secara rasional, sehingga dapat diterima dengan akal sehat oleh semua orang. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suriasumantri (dalam Syafmen & Marbun, 2014), bahwa berpikir logis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir untuk memperoleh suatu pengetahuan menurut suatu pola tertentu atau logika tertentu.Kemampuan berpikir logis diperlukan dalam mengambil keputusan, menarik kesimpulan, dan memecahkan suatu masalah, baik masalah matematis maupun masalah kehidupan sehari-hari secara rasional dan dapat diterima dengan akal sehat.Seseorang dapat dikatakan mampu berpikir secara logis apabila dalam kegiatan berpikirnya tersebut menunjukkan ciri-ciri berpikir secara logis. Ciri-ciri yang menunjukkan seseorang berpikir secara logis diantaranya dapat melihat adanya hubungan dari keadaan-keadaan yang terjadi, mampu memberikan alasan secara tepat atas apa yang diputuskan, mampu menyimpulkan fakta-fakta yang terjadi, dan peka dalam melihat kesamaan fakta sehingga penyelesaian masalah lebih mudah. Hal ini sesuai dengan Saragih (dalam Putri, dkk., 2012)yang mengemukakan pendapatnya, bahwa untuk menilai kemampuan berpikir logis dapat diperoleh dari indikator-indikator yaitu menghubungkan antarfakta, memberi alasan, dan kemampuan menarik kesimpulan. Menghubungkan antarfakta maksudnya seseorang dapat menghubungkan informasi-informasi dalam suatu permasalahan yang melibatkan pemikiran logis. Seseorang yang berpikir logis akan mampu melihat hubungan antara suatu informasi dengan informasi lainnya sehingga akan memudahkan dalam memecahkan suatu persoalan. Indikator memberi alasan maksudnya seseorang mampu berpikir secara tepat dalam kerangka maupun materi. Lebih jelasnya, apabila seseorang dihadapkan pada suatu persoalan tertentu, seseorang tersebut harus mampu menjelaskan secara sistematis dalam pemecahan persoalannya dan memberi alasan-alasan yang jelas, serta dapat diterima dengan akal sehat. Orang lain akan menerima dan percaya dengan keputusan dan alasan yang diberikan seseorang.

(5) 5. apabila argumen tersebut masuk akal. Dalam berpikir logis sendiri terdapat prinsip bahwa sebelum menerima suatu kesimpulan, harus mengemukakan terlebih dahulu alasan-alasannya. Sementara, indikator kemampuan menarik kesimpulan maksudnya bahwa seseorang yang berpikir logis akan mampu memahami data dan peristiwa yang dihadapi, untuk kemudian dapat menarik kesimpulan berdasarkan data dan peristiwa tersebut. Kesimpulan yang ditarik harus memperhatikan suatu aturan logika tertentu dan dapat dibuktikan sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang telah diketahui. Selain itu, kemampuan berpikir logis juga dapat dilihat dari indikator kemampuan analogi. Kemampuan analogi yaitu kemampuan dalam kegiatan dan proses penyimpulan berdasarkan kesamaan fakta yang diketahui. Sebagaimana menurut Sastrosudirjo (dalam Herdian, 2010), analogi adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan benda-benda tetapi juga hubungan antara ide-ide, dan kemudian menggunakan hubungan itu untuk memperoleh ideide lain. Seseorang yang berpikir logis akan memiliki kemampuan kepekaan terhadap kesamaan fakta sehingga memudahkan dalam menyelesaikan suatu persoalan. Berdasarkan pemaparan di atas, tergambar jelas bahwa kemampuan berpikir logis matematis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki oleh siswa. Selain itu, dilihat dalam tujuan pembelajaran matematika yang telah disebutkan sebelumnya pada butir ke dua tergambar bahwa kurikulum sudah memperhatikan aspek pengembangan kemampuan berpikir matematis. Pembelajaran matematika di sekolah hendaknya menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar kegiatan mentransfer ilmu dari guru kepada siswa yang tidak memperhatikan kebermanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. Tujuan ideal pembelajaran matematika dan kesadaran pentingnya kemampuan berpikir logis matematis tidak sejalan dengan fakta di sekolahsekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ashari (dalam Pamungkas, 2013), pembelajaran matematika pada saat ini lebih mengacu pada tujuan jangka pendek, yakni tujuan agar siswa lulus ujian. Selain itu, materi yang.

(6) 6. disampaikan oleh guru kurang mendalam, lebih fokus pada kemampuan prosedural, dan kemampuan berpikir tingkat rendah. Hal demikian menyebabkan siswa terasing dari masalah yang tidak rutin sehingga apabila dihadapkan pada masalah yang demikian, siswa tidak mampu menyelesaikannya. Pembelajaran yang difokuskan pada kemampuan prosedural dan kemampuan berpikir tingkat rendah tentu akan menghasilkan siswa yang kemampuannya terbatas pada kemampuan menggunakan formula pada masalah rutin dan kemampuan menghafal tanpa didasari pemahaman yang kuat. Setiawati (2014) mengemukakan bahwa pada umumnya pembelajaran matematika di Indonesia belum dapat mengembangkan kemampuan berpikir, seperti kemampuan berpikir logis. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran matematika yang masih menggunakan pendekatan algoritmik. Pembelajaran algoritmik itu sendiri merupakan pembelajaran yang biasa diajarkan di sekolah, dimana siswa diajarkan tentang cara menyelesaikan masalah dengan satu solusi. Siswa tidak dibiasakan menyelesaikan masalah dengan mengeksplorasi kemampuannya sendiri sehingga dalam menyelesaikan masalah terpaku pada cara penyelesaian seperti yang dicontohkan oleh guru. Selain itu, Sutiarso (dalam Setiawati, 2014) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran matematika di Indonesia yakni sebagai berikut. 1.. 2. 3.. Proses pembelajaran matematika pada umumnya terbatas pada memberikan pengetahuan hafalan, dan kurang menekankan pada aspek kognitif yang tinggi. Guru masih menggunakan pola pembelajaran yang sama dari tahun ke tahun. Kompetensi tertentu sebagai tujuan pembelajaran kebanyakan masih terbatas pada ranah kognitif dan psikomotor tingkat rendah.. Pembelajaran matematika yang demikian menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran tidak dikembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pembelajarannya berpusat pada guru. Idealnya, pembelajaran ditekankan kepada kemampuan berpikir tingkat tinggi yang akan membantu siswa meningkatkan kemampuannya dalam matematika, yakni dari hanya memiliki kemampuan hafalan atau ingatan menjadi memiliki kemampuan pemahaman pengertian yang akan sangat berguna untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pembelajaran juga hendaknya berpusat pada siswa sehingga siswa akan mampu.

(7) 7. mengkonstruksi pengetahuannya, bukan sekedar kegiatan pentransferan ilmu dari guru kepada siswa. Melalui siswa dilibataktifkan dalam pembelajaran, maka materi pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Siswa akan memaknai bahwa apa yang dipelajarinya memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-harinya. Pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir logis harus pembelajaran yang menekankan pada proses (doing), bukan suatu pembelajaran yang hanya menekankan pada hasil. Pembelajaran yang demikian secara otomatis merupakan pembelajaran yang melibataktifkan siswa. Siswa aktif mengkonstruksi pengetahuannya dan menemukan sendiri materi yang dipelajari sehingga materi akan. lebih. tertanam.. Dalam. mendukung. kegiatan. pembelajaran. yang. mengaktifkan siswa, diperlukan suatu pengembangan materi pembelajaran yang menekankan pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari dalam memecahkan masalah dan suatu metode evaluasi yang pelaksanaannya terintegrasi dengan proses pembelajaran. Salahsatu pembelajaran yang mendukung hal di atas yaitu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan memotivasi siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang telah didapatnya dengan kehidupan sehari-hari.Menurut Sanjaya (2006, hlm. 253), “Contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”. Dalam pembelajaran, siswa dituntut aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya dengan mengalami sendiri dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehingga akan menjadi lebih bermakna. Siswa tidak sekedar mengetahui konsep, melainkan harus memahami konsep kaitannya dengan pentingnya konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga mampu menjadi anggota keluarga dan masyarakat yang baik. Pembelajaran bertolak dari suatu masalah kontekstual yang akan dipecahkan oleh siswa. Dalam pemecahan masalah, tentulah diperlukan suatu kemampuan berpikir logis. Oleh karena itu, pembelajaran yang demikian dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis matematis siswa..

(8) 8. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual perlu memperhatikan komponen-komponen yang semestinya terjadi dalam penerapan pendekatan ini. Komponen-komponen. tersebut. yaitu. konstruktivisme,. inkuiri,. bertanya,. masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Setiap langkah pembelajaran yang dilakukan mengandung komponen-komponen tersebut sehingga memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis matematisnya. Indikator-indikator kemampuan berpikir logis dapat dicapai melalui komponen-komponen tersebut, seperti kemampuan menghubungkan antarfakta dapat dikembangkan melalui kegiatan konstruktivisme, inkuiri, tanyajawab, dan pemodelan. Kemampuan memberi alasan dapat dikembangkan melalui seluruh komponen, namun lebih menonjol pada kegiatan tanya-jawab dan masyarakat belajar. Kemampuan menarik kesimpulan dan analogi juga dapat dikembangkan melalui seluruh komponen, namun ditonjolkan pada kegiatan pemodelan dan refleksi. Untuk penilaian autentik itu sendiri merupakan penilaian yang terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama pembelajaran berlangsung guna melihat perkembangan belajar siswa, terutama perkembangan kemampuannya dalam berpikir logis. Dalam mendukung kegiatan pembelajaran seperti yang dijelaskan di atas, diperlukan suatu pengembangan materi pembelajaran yang menekankan pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari dalam memecahkan masalah. Materi mengenai jarak, waktu, dan kecepatan merupakan materi yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, seperti aktivitas berjalan, berlari, mengendarai sepeda, mengendarai mobil, dan sejenisnya terkandung konsep tentang jarak, waktu, dan kecepatan. Materi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan, namun terkadang sebagian besar siswa tidak menyadari bahwa dalam kegiatan tersebut terdapat konsep matematika. Siswa tidak mengetahui bahwa dalam aktivitas tersebut terkandung konsep jarak, waktu, dan kecepatan yang apabila dipelajari dengan sungguh-sungguh akan sangat berguna bagi siswa dalam kehidupannya. Melalui pembelajaran yang membahas secara mendalam materi ini, siswa akan menyadari bahwa apa yang dipelajarinya sangat bermanfaat bagi kehidupannya karena konsep tersebut dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa.

(9) 9. akan mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan jarak, waktu, dan kecepatan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara logis. Berdasarkan uraian di atas, sebagai upaya konkret dalam menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan meningkatkan kemampuan berpikir logis matematis siswa, serta menerapkan kemampuan tersebut dalam masalah kehidupan sehari-hari, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa Sekolah Dasar pada Materi Jarak, Waktu, dan Kecepatan (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Cipameungpeuk di Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)”.. B. Rumusan dan Batasan Masalah Bertolak dari pemikiran di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1.. Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis matematis siswa pada materi jarak, waktu, dan kecepatan?. 2.. Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis matematis siswa pada materi jarak, waktu, dan kecepatan?. 3.. Apakah kemampuan berpikir logis matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional pada materi jarak, waktu, dan kecepatan?. 4.. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual pada materi jarak, waktu, dan kecepatan?. 5.. Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual pada materi jarak, waktu, dan kecepatan? Indikator kemampuan berpikir logis matematis yang diukur dalam. penelitian ini yaitu kemampuan siswa dalam menghubungkan antarfakta, memberi alasan, menarik kesimpulan, dan kemampuan analogi. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa pada usia sekolah dasar seharusnya mampu untuk.

(10) 10. mencapai keempat indikator tersebut. Menghubungkan antarfakta maksudnya siswa dapat menghubungkan informasi-informasi dalam suatu permasalahan yang melibatkan pemikiran logis. Siswa yang berpikir logis akan mampu melihat hubungan antara suatu informasi dengan informasi lainnya sehingga akan memudahkan dalam memecahkan suatu persoalan. Memberi alasan maksudnya siswa mampu berpikir secara tepat dalam kerangka maupun materi. Lebih jelasnya, apabila siswa dihadapkan pada suatu persoalan tertentu, siswa tersebut harus mampu menjelaskan secara sistematis dalam pemecahan persoalannya dan memberi alasan-alasan yang jelas, serta dapat diterima dengan akal sehat. Kemampuan menarik kesimpulan maksudnya bahwa siswa yang berpikir logis akan mampu memahami data dan peristiwa yang dihadapi, untuk kemudian dapat menarik kesimpulan berdasarkan data dan peristiwa tersebut. Kesimpulan yang ditarik harus memperhatikan suatu aturan logika tertentu dan dapat dibuktikan sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang telah diketahui. Sementara, kemampuan analogi merupakan kemampuan dalam kegiatan dan proses penyimpulan berdasarkan kesamaan fakta yang diketahui. Siswa yang berpikir logis akan memiliki kemampuan dalam kepekaan terhadap kesamaan fakta. Siswa yang telah mengetahui suatu fakta tertentu, apabila ia dihadapkan pada persoalan yang serupa, maka ia akan mampu memecahkan persoalan tersebut dengan melihat keserupaan yang kemudian akan dikaitkan dengan pemecahan masalahnya. Hal di atas diperkuat oleh pendapat Piaget (dalam Ruseffendi, 1980), bahwa siswa pada usia sekolah dasar sudah mampu untuk berpikir logis. Berpikir logis ini terjadi akibat adanya aktivitas siswa memanipulasi benda-benda konkret. Hal ini bukan berarti bahwa siswa tidak mampu berpikir logis jika tidak dibantu dengan aktivitas memanipulasi benda konkret, namun pada usia ini siswa masih kesulitan untuk menerapkan proses intelektual ke dalam ide-ide abstrak. Apabila siswa dihadapkan pada pertentangan antara pikiran dan persepsi, siswa sudah mampu mengambil keputusan logis, bukan keputusan perseptual. Selain itu, pada tahap ini siswa sudah mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan sudah mengetahui mana yang benar dan mana yang salah..

(11) 11. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V sekolah dasar di Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang semester genap tahun ajaran 2014/2015. Hal ini didasarkan pada pertimbangan keefektifan pelaksanaan penelitian. Sementara untuk pokok bahasan, difokuskan pada materi jarak, waktu, dan kecepatan. Pemilihan materi tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut. 1.. Materi jarak, waktu, dan kecepatan merupakan salahsatu materi yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga sering diaplikasikan dalam kehidupan atau bersifat kontekstual.. 2.. Membantu siswa untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan jarak, waktu, dan kecepatan secara logis.. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1.. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang. mendapat. pembelajaran. matematika. dengan. pendekatan. kontekstualpada materi jarak, waktu, dan kecepatan. 2.. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional pada materi jarak, waktu, dan kecepatan.. 3.. Untuk mengetahui kemampuan berpikir logis matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional pada materi jarak, waktu, dan kecepatan.. 4.. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual pada materi jarak, waktu, dan kecepatan.. 5.. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual pada materi jarak, waktu, dan kecepatan..

(12) 12. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan kontribusi bagi pihak yang terkait. Berikut pemaparan manfaat penelitian ini. 1.. Bagi Peneliti Peneliti dapat mengembangkan pengetahuan yang telah didapatkan selama. mengikuti perkuliahan. Penelitian ini juga memberikan pengalaman dan wawasan baru bagi peneliti selama melaksanakan penelitian. Selain itu, yang paling utama yaitu peneliti dapat mengetahui pengaruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan berpikir logis matematis siswa pada materi jarak, waktu, dan kecepatan. 2.. Bagi Guru Guru mendapatkan wawasan lebih mengenai pendekatan kontekstual. terutama dalam pengaruhnya pada kemampuan berpikir logis matematis siswa. Karena guru telah mendapatkan wawasan mengenai cara penerapan pendekatan kontekstual, maka akan lebih baik apabila guru dapat menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sebagai alternatif dalam meningkatkan kemampuan siswa, terutama dalam kemampuan berpikir logis matematis. 3.. Bagi Siswa Kemampuan berpikir logis matematis siswa akan meningkat. Siswa juga. akan merasakan atmosfer berbeda saat pembelajaran karena menggunakan pendekatan kontekstual sehingga materi akan lebih tertanam dan lebih bermakna. Selain itu, siswa juga dapat berpikir logis matematis dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 4.. Bagi Sekolah Kualitas sekolah meningkat karena adanya inovasi-inovasi dalam. pembelajaran yang dilangsungkan. 5.. Bagi Peneliti Lain dan Pemerhati Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang lain. terkait dengan pendekatan kontekstual dan kemampuan berpikir logis matematis. Hasil penelitian ini juga merupakan sumbangan pemikiran demi perbaikan kualitas pembelajaran..

(13) 13. E. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap apa yang akan diteliti, beberapa istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. 1.. Pendekatan kontekstual yaitu pendekatan yang mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuannya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran menjadi bermakna.. 2.. Pendekatan konvensional yaitu pendekatan yang biasa digunakan oleh guru di SDN Cipameungpeuk. Pendekatan yang biasa digunakan tersebut yaitu pendekatan ekspositori, dimana guru memberikan konsep atau materi dalam bentuk final (sudah jadi) dan memberikan contoh-contoh pemecahan masalah melalui ceramah dan latihan soal.. 3.. Berpikir logis yaitu kegiatan yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah, baik masalah matematis maupun masalah kehidupan sehari-hari secara rasional dan dapat diterima dengan akal sehat. Berpikir logis didasarkan pada aturan atau logika tertentu.. 4.. Kemampuan berpikir logis matematis dalam penelitian ini meliputi kemampuan siswa dalam menghubungkan antarfakta, memberi alasan, menarik kesimpulan, dan kemampuan analogi.. 5.. Jarak, waktu, dan kecepatan yang dimaksud yakni materi yang diajarkan di kelas V sekolah dasar. Terdapat hubungan antara ketiga unsur tersebut. Kecepatan dapat dihitung dari jarak yang dibagi dengan waktu, jarak dapat dihitung dari kecepatan yang dikali dengan waktu, begitu pula untuk mengetahui waktu tempuh dapat dihitung dari jarak yang dibagi dengan kecepatan..

(14)

Referensi

Dokumen terkait

What are the students’ responses toward the use of scanning technique to improve student’s reading comprehension. To improve the students’ reading comprehension by

Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama penelitian dan pengembangan media pembelajaran berbasis video untuk meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik

Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Peserta Didik Pada Standar Kompetensi Memelihara Transmisi Di SMK Negeri 8 Bandung..

- Terpilihnya Pemenang Lomba-lomba pada Jambore UKS - Terpilihnya Pemenang Lomba PHBS tingkat Kota Balikapan - Terbinanya UKBM berorientasi kesehatan di Kota Balikpapan

Penetapan Kadar Nitrit pada Daging Sapi Segar dan Olahan yang Beredar di Kota Medan secara Spektrofotometri Sinar Tampak.. Medan: Fakultas

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

bahwa untuk itu perlu menetapkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Tempat Pemasukan dan pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan