• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN. (Sensus pada Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya) ASRI MAWARSARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN. (Sensus pada Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya) ASRI MAWARSARI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

(Sensus pada Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya)

ASRI MAWARSARI 123403105

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Email: asri.mawarsari@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study was conducted to determine (1) Health Operational Fund and Quality of Health Services (2) how the influence Health Operational Fund on the Quality of Health Care in The health center in Tasikmalaya. The research method is descriptive analysis method with census approach. The data used is secondary data in the form of allocation of health operational funds reports for all health centers in Tasikmalaya year of budget 2015 and the achievement of minimum service standards as assessment indicators for Quality of Health Services at each health center in Tasikmalaya.Data analysis technique used is simple regression analysis.The results showed that: The highest recipient of Health Operational Fund obtained by Tamansari Health Center while The lowest recipient obtained by Panglayungan Health Center and the highest achievement of quality of health service acquired by Tamansari health center while the lowest est achievement acquired by Urug Health center(2) Health Operational Fund have a significant effect on Quality of Health Services

Keywords: Health Operational Fund, Quality of Health Services

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui (1) Bantuan Operasional Kesehatan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan (2) bagaimana pengaruh Bantuan Operasional Kesehatan terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan sensus. Data

(2)

yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan alokasi dana Bantuan Operasional Kesehatan bagi Puskesmas seluruh Kota Tasikmalaya tahun anggaran 2015 serta pencapaian standar pelayanan minimal sebagai indicator penilaian untuk Kualitas Pelayanan Kesehatan pada setiap Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) penerima dana Bantuan Operasional Kesehatan tertinggi diperoleh oleh Puskesmas Tamansari sedangkan penerima terendah diperoleh oleh Puskesmas Panglayungan dan pencapaian kualitas pelayanan tertinggi diperoleh oleh Puskesmas Tamansari sedangkan pencapaian terendah diperoleh oleh Puskesmas Urug (2) Bantuan operasional kesehatan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelayanan kesehatan

Kata Kunci: Bantuan Operasional Kesehatan, Kualitas Pelayanan Kesehatan

PENDAHULUAN

Puskesmas merupakan Badan Layanan Umum Daerah yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik yang ada di kota besar maupun di daerah terpencil. Dalam kegiatan operasionalnya, Puskesmas merupakan badan yang tidak mengutamakan keuntungan sehingga harus mengutamakan prinsip efisiensi anggaran dan produktivitas yang optimal. Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/ prestasi Puskesmas. Salah satu upaya agar peran dan fungsi Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar semakin meningkat, pemerintah memberikan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi Puskesmas dalam pembangunan kesehatan bagi masyarakat di pedesaan/kelurahan khususnya dalam meningkatkan upaya kesehatan promotif dan preventif guna tercapainya target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan.Pada setiap puskesmas telah disediakan alokasi anggaran berupa bantuan operasional kesehatan (BOK) oleh pemerintah pusat sesuai yang tertera dalam juknis BOK tahun 2015 yang dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan puskesmas dan jejaringnya yang merupakan anggaran dana. Pemanfaatan BOK di Puskesmas tahun 2015 difokuskan pada upaya untuk meningkatkan pencapaian program kesehatan prioritas nasional, khususnya kegiatan berdaya ungkit tinggi untuk mencapai tujuan MDGs tahun 2015. Selain itu, pemanfaatan BOK juga harus memperhatikan tata kelola keuangan yang efektif, efisien,transparan, akuntabel sehingga opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dapat dipertahankan.Pada penelitian ini, penulis mengambil referensi

(3)

dari beberapa penelitian terdahulu sebagai gambaran untuk mempermudah proses penelitian, antara lain:

1. Syarifa Ummi Hani (2012) mengkaji mengenai “Pengaruh Pemberian Bantuan Operasional Kesehatan terhadap Kinerja Puskesmas Bontonompo II Kabupaten Gowa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) pada Puskesmas Bontonompo II pada tahun 2010 terbukti dapat meningkatkan kinerja Puskesmas Bontonompo II.

2. Ulma Putri Septyantie dan Malik Cahyadin (2013) mengkaji mengenai “Hubungan antara Realisasi Dana Bantuan Operasional Kesehatan dengan Indikator Gizi KIA di Kab/kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Realisasi dana BOK berpengaruh positif dan signifikan terhadap cakupan neonatus pertama (KN1), persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Pn) dan balita ditimbang berat badannya (D/S) di kab/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Artinya semakin tinggi realisasi dana BOK maka semakin tinggu pula cakupan KN1, Pn dan D/S nya.

3. Haerul (2014) mengkaji mengenai “Pengaruh Alokasi Anggaran terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alokasi anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelayanan kesehatan. Apabila terjadi penambahan pada nilai alokasi anggaran, maka nilai kualitas pelayanan juga akan bertambah.

4. Khairul Shaleh (2014) mengkaji mengenai “Pengaruh Alokasi Anggaran Pendidikan terhadap Tingkat Kelulusan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Anggaran belanja pendidikan kab/kota se-provinsi Jawa Tengah berpengaruh positif terhadap tingkat kelulusan siswa sekolah dasar dan Anggaran belanja pendidikan berpengaruh positif terhadap tingkat kelulusan sekolah lanjutan tingkat pertama di kab/kota se-provinsi Jawa Tengah.

Untuk mengetahui manfaat pemberian BOK dari pemerintah kepada Puskesmas sebagai salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja Puskesmas khususnya pada kualitas pelayanannya kepada masyarakat, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian bantuan operasional kesehatan (BOK) terhadap pelayanan kesehatan di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya.Penelitian ini dilakukan dalam rangka memberikan manfaat sebagai sumbangsih pemikiran kepada instansi pemerintah penyedia pelayanan

(4)

kesehatan dalam upaya peningkatan pelayanannya kepada pasien dan diharapkan mampu untuk selalu konsisten pada perannya, terutama kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan dalam upaya memuaskan kebutuhan dan keinginan pasien. Penelitian ini dilakukan dengan maksud mengetahui bagaimana pengaruh pemberian dana bantuan operasional kesehatan (BOK) terhadap Kinerja khususnya pada kualitas pelayanan kesehatan Puskesmas - Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya dengan analisis pengaruh anggaran dana menggunakan metode deskriptif analitis.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui alokasi dana Bantuan Operasional Kesehatan pada Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya

2. Untuk mengetahui Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya

3. Untuk mengetahui Pengaruh Bantuan Operasional Kesehatan terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas di Kota Tasikmalaya

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan sensus. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan alokasi dana Bantuan Operasional Kesehatan bagi Puskesmas seluruh Kota Tasikmalaya tahun anggaran 2015 serta pencapaian standar pelayanan minimal sebagai indicator penilaian untuk Kualitas Pelayanan Kesehatan pada setiap Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi sederhana.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi dua jenis data, yaitu:

a. Data Primer

Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan penulis dengan berbagai pihak terkait seperti pegawai Puskesmas dan pihak Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mengenai Gambaran Umum Puskesmas, kondisi keuangan Puskesmas dan penilaian cakupan kegiatan pelayanan kesehatan.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak luar Puskesmas yang menjadi objek penelitian.Data ini diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu mencari literatur

(5)

yang berkaitan dengan penelitian serta data yang diperoleh dari Puskesmas yang sudah diolah dan didapatkan lewat dokumen-dokumen.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu Bantuan Operasional Kesehatan sebagai variabel bebas (Independent Variable) dan Kualitas Pelayanan Kesehatan sebagai variabel terikat (Dependent Variable). Dalam menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan menggunakan metode statistic parametric (skala yang digunakan adalag skala rasio) untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Adapun paradigm penelitian dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 3.1

Hubungan strukural variabel X dan Y Keterangan:

X = Bantuan Operasional Kesehatan

Y = Kualitas Pelayanan Kesehatan

e = faktor lain yang tidak diketahui

Selanjutnya akan dapat disajikan metode analisis sebagai berikut:

a. Analisis deskriptif yaitu suatu analisis untuk menguraikan kebutuhan akan pengaruh Bantuan Operasional Kesehatan terhadap kualitas pelayanan kesehatan.

b. Analisis regresi linear sederhana yakni suatu analisis untuk melihat sejauh mana pengaruh Bantuan Operasional Kesehatan terhadap kualitas pelayanan kesehatan, karena hanya menyangkut satu buah variabel independen dan satu buah variabel dependen. Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formulasi sebagai berikut:

x Y

(6)

Y = a + b X + e

Dimana :

Y = subjek dalam variabel yang diprediksikan

a = Konstanta

X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

b = Koefisien Regresi Alokasi Anggaran

e = Error (Pengganggu)

sedangkan untuk menentukan nilai a dan b digunakan rumus sebagai berikut:

( )( ) ( )( )

( ) ( )

( ) ( )( )

( ) ( )

Dimana:

X = variabel independen yaitu Bantuan operasional kesehatan

Y = variabel dependen yaitu Kualitas Pelayanan Kesehatan

n = jumlah sampel yang diteliti (Sugiyono 2015: 206)

c. Analisis Koefisien Korelasi Sederhana

Merupakan analisis unuk mengetahui besarnya derajat atau kekuatan korelasi antara variabel X dan Y dalam hal ini adalah Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Bantuan operasional kesehatan. Korelasi dapat dihitung dengan rumus:

( ) ( )( )

√* ( ) ( ) +* ( ) ( ) +

Dimana:

r = koefisien korelasi

(7)

Y = Kualitas Pelayanan Kesehatan

n = jumlah sampel yang diteliti (Sugiyono 2015: 206)

Kemudian kuat lemahnya hubungan kedua variabel ditunjukkan oleh nilai pearson correlation secara umum dibagi menjadi yaitu:

0 – 0.25 korelasi sangat lemah 0.25 – 0.50 korelasi moderat 0.50 – 0.75 korelasi kuat 0.75 – 1.00 korelasi sangat kuat d. Analisis Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besarnya pengaruh Bantuan Operasional Kesehatan terhadap kualitas pelayanan kesehatan, digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Kd = Koefisien determinasi R = koefisien korelasi e. Rancangan Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian digunakan hipotesis disajikan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

- Penetapan Hipotesis

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu membuktikan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, langkah pertama dalam pembuatan keputusan adalah menetapkan hipotesis nol (Ho).Hipotesis nol merupakan hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh kedua variabel yang diuji.Pada umumnya hipotesis nol ini diformulasikan untuk ditolak dan tidak ditolaknya hipotesis nol ini, maka hipotesis alternatif (Ha) dapat diterima.Hipotesis alternatif merupakan hipotesis penelitian dari penulis berupa prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diuji. Adapun hipotesis ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:

: Bantuan Operasional Kesehatan tidak berpengaruh terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan

(8)

: Bantuan Operasional Kesehatan berpengaruh terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan

- Penetapan tingkat signifikansi

Taraf signifikansi (α) ditetapkan sebesar 5% karena taraf signifikansi ini yang umum digunakan pada penelitian ilmu-ilmu social dan dianggap cukup ketat untuk mewakili hubungan antara variabel yang diteliti.Kemudian dalam pengujiannya menggunakan uji dua arah (two sided test).

- Uji signifikansi

Unuk menguji signifikansi dari koefisien yang diperoleh, maka dilakukan uji hipotesis sebagai berikut:

√(

Keterangan: t = nilai uji t

r = nilai koefisien korelasi n = periode waktu

- Kaidah Keputusan

Untuk mengetahui hipotesis diolak atau tidak, maka dibandingkan antara nilai dari t hitung dengan t tabel dengan cara sebagai berikut:

Terima , jika : ⁄ (n-2) ≤ ≤ ½ α (n-2)

Tolak , jika : < -t ½ α (n-2) atau > ½ α (n-2)

- Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian seperti tahapan diatas maka akan dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan apakah hipotesis yang ditetapkan dapat diterima atau ditolak.

PEMBAHASAN

Analisa Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah dana dari pemerintah daerah yang disalurkan untuk percepatan pencapaian target program kesehatan prioritas khususnya MDGs (Millennium Development Goals) bidang kesehatan. Perbedaan alokasi dana BOK pada

(9)

setiap dilakukan atas beberapa pertimbangan, sebagaimana yang telah tercantum dalam Petunjuk Teknis BOK tahun 2015, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota menerbitkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tentang alokasi BOK setiap Puskesmas, secara proporsional dengan kriteria/parameter sebagai berikut:

a. Proporsi sasaran program (contoh bayi, anak balita, anak usia sekolah, remaja, ibu hamil, ibu nifas, kelompok berisiko, dan lain lain);

b. Jumlah Posyandu di Puskesmas, jumlah sekolah, dan atau jumlah UKBM lainnya;

c. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas yang memberikan pelayanan promotif preventif luar gedung;

d. Besaran biaya transportasi dari Puskesmas ke desa;

e. Proporsi dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per Puskesmas; f. Kriteria/parameter lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan kearifan lokal.

Adapun data mengenai alokasi dana BOK setiap Puskesmas di Kota Tasikmalaya tahun anggaran 2015disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1

Alokasi Dana Bantuan Operasional Kesehatan Kota Tasikmalaya No Nama Puskesmas Total BOK (Rp) Alokasi Dana (%)

1 Cibeureum 152,843,000 9.81% 2 Purbaratu 97,653,000 6.27% 3 Tamansari 155,945,000 10.01% 4 Kawalu 104,815,000 6.73% 5 Karanganyar 64,079,000 4.11% 6 Urug 46,962,000 3.01% 7 Mangkubumi 108,580,000 6.97% 8 Sambongpari 78,643,000 5.05% 9 Indihiang 83,552,000 5.36% 10 Parakanyasag 49,166,000 3.16% 11 Bungursari 49,751,000 3.19% 12 Sukalaksana 47,763,000 3.07% 13 Bantar 62,243,000 3.99% 14 Cipedes 45,994,000 2.95% 15 Panglayungan 44,003,000 2.82% 16 Cigeureung 84,643,000 5.43% 17 Cihideung 69,720,000 4.47% 18 Cilembang 73,606,000 4.72% 19 Tawang 69,199,000 4.44% 20 Kahuripan 68,881,000 4.42% Total 1,558,041,000 100%

(10)

Berdasarkan tabel 4.1.1 di atas, total alokasi anggaran dana BOK tahun 2015 sebesar Rp. 1.558.041.000,- dana tersebut terdiri dari total pertimbangan jumlah penduduk sebesar Rp.155.800.000,- total pertimbangan jumlah kelurahan sebesar Rp.77.900.000,- total pertimbangan kesulitan wilayah sebesar Rp.77.900.000,- total pertimbangan cakupan program sebesar Rp.856.941.000,- total pertimbangan jumlah tenaga kesehatan sebesar Rp.233.700.000,- dan total pertimbangan jumlah posyandu sebesar Rp.155.800.000,-

Secara keseluruhan, penerima dana BOK tertinggi diperoleh oleh Puskesmas Tamansari sebesar Rp.155.945.000,- karena jumlah penduduk, cakupan program dan jumlah posyandu nya yang banyak sedangkan penerima dana BOK terendah diperoleh oleh Puskesmas Panglayungan sebesar Rp.44.003.000,- dikarenakan cakupan programnya sedikit serta cakupan wilayah kerja nya hanya 1 kelurahan. Jadi pemberian dana bantuan operasional kesehatan oleh pemerintah dipengaruhi oleh besarnya jumlah penduduk, jumlah kelurahan, cakupan program jumlah tenaga kesehatan dan jumlah posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas tersebut.

Analisa kualitas pelayanan Kesehatan

Dalam penelitian ini, kualitas pelayanan dinilai berdasarkan pada cakupan kegiatan pelayanan bantuan operasional kesehatan (BOK) yang telah dijalankan dalam laporan pencapaian standar pelayanan minimal pada Puskesmas se-Kota Tasikmalaya periode tahun 2015 sesuai dengan Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas dengan beberapa capaian yang ditentukan dalam Peraturan Walikota Tasikmalaya No. 73 tahun 2011 Tentang Rencana Pencapaian dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kota Tasikmalaya. Kualitas pelayanan kesehatan seluruh Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut:

Tabel 4.2

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Kota Tasikmalaya

No Nama Puskesmas Hasil Pencapaian Target Pencapaian Pencapaian (H) (T) H/ T x 100% 1 Cibeureum 41002 52464 78.15% 2 Purbaratu 24210 33566 72.13% 3 Tamansari 44910 53621 83.75% 4 Kawalu 28278 35975 78.60% 5 Karanganyar 16153 22003 73.41%

(11)

6 Urug 9572 16223 59.00% 7 Mangkubumi 29275 37369 78.34% 8 Sambongpari 20181 26981 74.80% 9 Indihiang 22216 28694 77.42% 10 Parakanyasag 12145 16863 72.02% 11 Bungursari 12125 17077 71.00% 12 Sukalaksana 11606 16457 70.52% 13 Bantar 15116 21360 70.77% 14 Cipedes 10116 15842 63.86% 15 Panglayungan 10091 15150 66.61% 16 Cigeureung 21697 29069 74.64% 17 Cihideung 17150 23930 71.67% 18 Cilembang 19185 25268 75.93% 19 Tawang 17150 23769 72.15% 20 Kahuripan 16672 23662 70.46% TOTAL 398850 535343 RATA-RATA 72.76%

Sumber: data yang sudah diolah Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya 2015

Berdasarkan penilaian cakupan kegiatan pelayanan kesehatan yang terdapat dalam pedoman kinerja puskesmas yaitu penilaian cakupan kegiatan pelayanan kesehatan sub variabel dan variabel:

1. Cakupan sub variabel dihitung dengan rumus :

SV = (H/T) x 100%

Ket:

SV = Sub variabel H = Hasil pencapaian T = Target pencapaian

2. Cakupan variabel dihitung dengan rumus : V = ƩSV/n

Ket:

V = Variabel

ƩSV = Jumlah seluruh nilai sub variabel N = Jumlah variabel

Jadi, nilai cakupan kegiatan pelayanan kesehatan adalah rerata perjenis kegiatan

3. Cakupan kegiatan pelayanan dikelompokkan sebagai berikut: a. Kelompok I (Kualitas Baik)

(12)

Tingkat pencapaian hasil ≥ 91% b. Kelompok II (Kualitas cukup)

Tingkat pencapaian hasil 81 - 90% c. Kelompok III (Kualitas Kurang)

Tingkat pencapaian hasil ≤ 80%

Kualitas pelayanan kesehatan di seluruh Puskesmas Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Pencapaian Kualitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kota Tasikmalaya

No Nama Puskesmas Pencapaian Kualitas Pelayanan Kesehatan

Nilai Kategori 1 Cibeureum 78.15% Kurang 2 Purbaratu 72.13% Kurang 3 Tamansari 83.75% Cukup 4 Kawalu 78.60% Kurang 5 Karanganyar 73.41% Kurang 6 Urug 59.00% Kurang 7 Mangkubumi 78.34% Kurang 8 Sambongpari 74.80% Kurang 9 Indihiang 77.42% Kurang 10 Parakanyasag 72.02% Kurang 11 Bungursari 71.00% Kurang 12 Sukalaksana 70.52% Kurang 13 Bantar 70.77% Kurang 14 Cipedes 63.86% Kurang 15 Panglayungan 66.61% Kurang 16 Cigeureung 74.64% Kurang 17 Cihideung 71.67% Kurang 18 Cilembang 75.93% Kurang 19 Tawang 72.15% Kurang 20 Kahuripan 70.46% Kurang Rata-rata 72.76% Kurang

Sumber: data yang sudah diolah

Pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa pencapaian kualitas pelayanan tertinggi diperoleh oleh Puskesmas Tamansari senilai 83,75% dengan kategori cukup. Sedangkan pencapaian kualitas pelayanan terendah diperoleh oleh Puskesmas Urug senilai 59% dengan kategori kurang. Rata-rata pencapaian kualitas pelayanan seluruh Puskesmas di Kota Tasikmalaya adalah 72,76% dengan kategori Kurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan pada seluruh Puskesmas di Kota Tasikmalaya dalam kategori kurang.

(13)

Dalam menentukan seberapa kuat pengaruh Bantuan Operasional Kesehatan terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan, terlebih dahulu harus diketahui variabel-variabel yang diperlukan untuk diolah dan dianalisis, dimana variabel-variabel tersebut terdiri atas variabel bebas (independent variable) yaitu Bantuan Operasional Kesehatan dan variabel terikat

(dependent variable) yaitu Kualitas Pelayanan Kesehatan. Setelah diketahui maka dapat diteliti dan dapat diperoleh informasi berupa data mengenai besarnya pengaruh bantuan opersional kesehatan terhadap kualitas pelayanan kesehatan.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara Bantuan Operasional Kesehatan terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan, digunakan analisis perhitungan dengan memperhatikan alokasi dana Bantuan Operasional Kesehatan dan pencapaian kualitas pelayanan kesehatan pada seluruh Puskesmas Kota Tasikmalaya. Penulis menggunakan analisis deskriptif, analisis regresi, analisis korelasi, analisis koefisien determinasi, dan uji hipotesis dengan menggunakan software SPSS versi 23. Hasil perhitungan yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif

Dalam hasil tabel Descriptive statistics pada lampiran hasil SPSS, menunjukkan bahwa nilai rata-rata kualitas pelayanan kesehatan adalah sebesar 1,8607 dan nilai rata-rata bantuan operasional kesehatan adalah sebesar 7,8602. Kemudian standar deviasi (seberapa jauh rentang data dari mean) kualitas pelayanan kesehatan yaitu 0.03393 dan standar deviasi bantuan operasional kesehatan yaitu 0,16487. Selanjutnya jumlah sampel yang digunakan adalah 20 sampel.

b. Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk mengukur jumlah perubahan dalam satu variabel tidak bebas dikaitkan dengan perubahan dalam satu variabel bebas.

Y = a + b X

Dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:

- a dengan konstanta yaitu Y ketika X= 0 sebesar 0,543

- b sebagai peingkatan dari variabel dependen sebesar 0,168

(14)

Y = 0,543 + 0,168 X

Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diartikan bahwa apabila bantuan operasional kesehatan bernilai 0 maka kualitas pelayanan kesehatan bernilai 0,543. Selanjutnya nilai koefisien b sebesar 0,168 .koefisien b bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara bantuan operasional kesehatan terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Semakin meningkat nilai bantuan operasional kesehatan maka semakin meningkat pula nilai kualitas pelayanan kesehatan.

Dengan nilai R square sebesar 66.3 dari pengaruh yang disebabkan oleh variasi bantuan operasional kesehatan, maka persamaan regresinya sebagai berikut:

( )

Hasil dari persamaan regresi di atas memberikan pemahaman bahwa jika terdapat pengaruh variasi bantuan operasional kesehatan sebesar 66,3 maka besarnya kualitas pelayanan senilai 67,001.

c. Analisis Korelasi

Analisis korelasi adalah ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat asosiasi atau derajat keeratan antara variabel independen dan variabel dependen, dimana derajat keeratan tergantung pada pola variasi atau interrelasi yang bersifat simulator dari variabel independen dan variabel dependen. Koefisien korelasi dalam penelitian ini akan dicari menggunakan analisis korelasi pearson. Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah variabel independen (Bantuan Operasional Kesehatan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (Kualitas Pelayanan Kesehatan). Kemudian kuat lemahnya hubungan kedua variabel ditunjukkan oleh nilai pearson correlation secara umum dibagi menjadi yaitu:

0 – 0.25 korelasi sangat lemah

0.25 – 0.50 korelasi moderat

0.50 – 0.75 korelasi kuat

(15)

Dari hasil perhitungan SPSS versi 23, diperoleh angka 0,814 berada di antara angka 0,75-1,00 yang yang berarti menunjukkan bahwa hasil perhitungan tersebut memiliki korelasi yang kuat antara Bantuan Operasional Kesehatan dengan Kualitas Pelayanan Kesehatan.

Nilai sig (1-tailed) atau probabilitas pada perhitungan ini adalah 0,000.Untuk mengetahui apakah nilai pearson correlation tersebut signifikan atau tidak, maka nilai probabilitas kurang dari taraf kesalahan yaitu 0,05. Terlihat probabilitas pada tabel di atas yaitu 0,000 < taraf signifikansi 0,05, berarti menunjukkan korelasi hubungan hubungan yang signifikan.

Pada grafik Normal P-P Plot dapat digunakan untuk menguji kenormalan distribusi data yang artinya data tersebut harus terdistribusi secara normal. Pada grafik Normal P-P Plot prinsip normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

- Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalatau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola tidak berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Pada Grafik Normal P-Plot pada lampiran 2 terlihat data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah adalah data yang berdistribusi normal yang artinya memenuhi asumsi normalitas.

Dari grafik Normal P-P Plot juga dapat diketahui hubungan korelasi antara variabel X dan Y. Arah korelasi menunjukkan pola gerakan variabel Y terhadap gerakan variabel X. Terdapat tiga arah korelasi, yaitu:

- Positive correlation - Negative correlation - Nihil correlation

(16)

Hubungan korelasi antara alokasi anggaran dengan kualitas pelayanan kesehatan yang tergambar pada grafik di atas bersifat positive correlation atau hubungan positif, artinya penambahan alokasi anggaran akan menambah kualitas pelayanan kesehatan.

d. Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X (Bantuan Operasional Kesehatan) terhadap variabel Y (Kualitas Pelayanan Kesehatan).

Setelah diolah dengan SPSS versi 23, diperoleh nilai R square sebesar 0,663. Sehingga dapat diketahui koefisien determinasinya adalah . Nilai tersebut menujukkan bahwa bantuan operasional kesehatan mempunyai pengaruh sebesar 66,3596% terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Sedangkan sisanya sebesar 33,7404% merupakan faktor lain diluar persamaan ini.

e. Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis pengaruh bantuan operasional kesehatan terhadap kualitas pelayanan kesehatan maka digunakan uji t dengan pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas signifikan yaitu:

a. Terima , jika : ⁄ (n-2) ≤ ≤ ½ α (n-2)

b. Tolak , jika : < -t ½ α (n-2) atau > ½ α (n-2)

Berdasarkan hasil SPSS yang terdapat dalam tabel coefficients pada lampiran 1, diperoleh nilai sebesar 2,456. Kemudian ini dibandingkan dengan pada

degree of freedom (df) (n-2) = 20 - 2 = 18 dan α= 0,05 diperoleh sebesar 2.08596 yang

berarti lebih besar dari (2,456 > 2.08596). Atau dengan melihat tingkat signifikansi pada kolom sig diperoleh nilai 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan demikian hipotesis yang berlaku adalah ditolak dan diterima sesuai dengan isi pernyataan hipotesis bahwa terdapat pengaruh signifikan antara bantuan operasional kesehatan terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian sejalan dengan yang tercantum dalam Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan bahwa dengan adanya alokasi dana Bantuan Operasional Kesehatan memiliki tujuan untuk mendukung

(17)

peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam mencapai target program kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015 dengan tujuan khusus untuk menyediakan dukungan dana operasional program bagi Puskesmas, untuk pencapaian program kesehatan prioritas nasional. (Juknis BOK: 2015). Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa dana bantuan operasional ini berpengaruh terhadap kinerja khususnya dalam kualitas pelayanan kesehatan dimana semakin besar dana bantuan opersional yang di alokasi kan semakin baik pula kualitas pelayanan yang diberikan Puskesmas kepada masyarakat demikian pula sebaliknya.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pemberian bantuan operasional kesehatan dapat meningkatkan kinerja (Syarifa Ummi Hani: 2012). Sedangkan Haerul menyatakan bahwa alokasi anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelayanan kesehatan (Haerul: 2014).

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari Dinas kesehatan Kota Tasikmalaya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bantuan operasional kesehatan pada seluruh Puskesmas di Kota Tasikmalaya pada tahun anggaran 2015 secara keseluruhan, penerima dana BOK tertinggi diperoleh oleh Puskesmas Tamansari sedangkan penerima dana BOK terendah diperoleh oleh Puskesmas Panglayungan. Perbedaan alokasi dana BOK pada setiap Puskesmas dilakukan atas beberapa pertimbangan yaitu Proporsi sasaran program; Jumlah Posyandu di Puskesmas, jumlah sekolah, dan atau jumlah UKBM lainnya; Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas yang memberikan pelayanan promotif preventif luar gedung; Besaran biaya transportasi dari Puskesmas ke desa; Proporsi dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per Puskesmas; Kriteria/parameter lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan mempertimbangkan kearifan lokal.

2. Kualitas pelayanan kesehatan pada seluruh Puskesmas di Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 secara keseluruhan pencapaian kualitas pelayanan tertinggi diperoleh

(18)

oleh Puskesmas Tamansari dengan kategori cukup. Sedangkan pencapaian kualitas pelayanan terendah diperoleh oleh Puskesmas Urug dengan kategori kurang. Rata-rata pencapaian kualitas pelayanan seluruh Puskesmas di Kota Tasikmalaya termasuk ke dalam kategori Kurang.

3. Bantuan operasional kesehatan berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Hal ini didukung oleh hasil analisis yang telah dilakukan, baik analisis regresi maupun analisis korelasi menyatakan bahwa variabel independen yaitu bantuan operasional kesehatan (BOK) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Kualitas pelayanan kesehatan.

Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba memberikan saran positif yang diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan kinerja Puskesmas khususnya kualitas pelayanan kesehatannya di masa yang akan datang. Adapun saran-saran tersebut antara lain:

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

Sebaiknya Anggaran dana BOK perlu ditingkatkan agar capaian cakupan program dapat maksimal dan semua program dapat terlaksana, mengingat dana BOK cenderung menjadi anggaran utama untuk operasional program kesehatan di Puskesmas, serta mengingkatkan pembinaan dan pengawasan yang baik dan ketat dalam pengelolaannya agar dana BOK ini dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin sesuai dengan kebutuhan. Kemudian, sesuai dengan semangat desentralisasi dan otonomi daerah, maka daerah dapat membuat petunjuk pelaksanaan yang lebih operasional dalam menjelaskan prinsip tata kelola dan langkah-langkah pelaksanaan untuk pencapaian target kinerja yang ditentukan. 2. Bagi Puskesmas Kota Tasikmalaya

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat, diharapkan dapat merencanakan kegiatan secara komprehensif, berdaya ungkit tinggi terutama kegiatan bersifat promotif preventif, dengan menggunakan data pemantauan wilayah setempat. Diharapkan kualitas pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan kinerjanya karena masih tergolong kategori kurang khususnya pada cakupan pelayanan dasar pasien masyarakat miskin yang persentase pencapaiannya masih sangat kurang.

(19)

3. Bagi Peneliti Lain

Disarankan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan objek variabel yang sama untuk lebih mengembangkan variabel lain yang mempengaruhi terhadap bantuan operasional kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan sehingga dapat dilakukan studi banding.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, A. (2006). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Haerul. (2014) .Pengaruh Alokasi Anggaran terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan.

Skripsi Universitas Hassanudin. Makasar

Khairul S. (2014). Pengaruh Alokasi Anggaran Pendidikan terhadap Tingkat Kelulusan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Skripsi Universitas Widyatama. Bandung Kridawati Sadhana. (2010). Etika Birokrasi Dalam Pelayanan Publik. Malang: CV. Citra

Malang.

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP-AMP YKPM. Moenir.(1995). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Balai Pustaka.

______. (2014). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Prianto. (2006). Menakar kualitas pelayanan publik. Malang: In-trans.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. ____________. (2015). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sujudi, Ahmad. (2003). Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten atau Kota. Jakarta: Depdiknas.

Syarifa Ummi Hani. (2012). Pengaruh Pemberian Bantuan Operasional Kesehatan terhadap Kinerja Puskesmas Bontonompo II Kabupaten Gowa. Skripsi Universitas Patria Artha. Makasar

Tjiptono, dkk.(2004). Total Quality Management.Yogyakarta: Andi, ____________. (2012). Pemasaran Strategik. Yogyakarta: ANDI.

____________. (2008). Prinsip-prinsip Total Quality Service (TQS). Yogyakarta: ANDI. Ulma P.S., Malik C. (2013). Hubungan antara Realisasi Dana Bantuan Operasional

Kesehatan dengan Indikator Gizi KIA di Kab/kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 02, No. 4 Fakultas Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret. Surakarta

(21)

Uma Sekaran. (2015). Research Methods for Bussiness. Jakarta: Salemba Empat

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2014.

Kementerian Kesehatan RI, 2015 Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan 2015.

Jakarta: Kemenkes.

Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara, 2003 KepMenPAN No.63/7 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 11 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/ 15/ M.PAN/7/2008 Tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Peraturan Walikota Tasikmalaya No. 70 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Tasikmalaya No. 113 Tahun 2013 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

Peraturan Walikota No. 73 Tahun 2011 Tentang Rencana dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi tersebut melatarbelakangi lahirnya Rancangan Undang-undang (RUU) yang sangat jelas dalam perubahan penyelenggaraan ibadah haji, khususnya masalah keuangan

Dalam kajian ini, teks Sulalatus Salatin telah dimanfaatkan sebaik- baiknya oleh pengarang Melayu untuk cuba meletakkan dan mengangkat etnik Melayu Melaka setaraf dengan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi mengenahi perencanaan supervisi akademik kepala.. sekolah di SDN Pongangan berdasarkan uraian- uraian di atas dapat disimpulkan

untuk memecahkan masalah seperti mengikuti jalur sesuai dengan intruksi yang diinginkan dalam kolom permainan dan berjalan pada tujuan akhir, tujuan dalam permainan ini agar

A dalah suatu proses atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan pegawai yang melalui tahapan yang mencakup identifikasi dan evaluasi

Penelitian ini telah menghasilkan produk media pembelajaran 3 dimensi pada materi polinasi dan fertilisasi tumbuhan berbiji yang memperoleh kriteria sangat layak dari

Analisis statistik perbandingan perubahan skor pada kedua kelompok menunjukkan perbedaan bermakna, yang berarti terapi ibuprofen dan metoklopramid lebih efektif

Bagi mereka yang masih memungkinkan mengikuti pendidikan formal di rujuk ke sekolah terdekat atau Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kota Rantepao tentunya masih dalam