• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan Disfagia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN DISFAGIA LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN DISFAGIA

A.

A. PengertianPengertian

Disfagia adalah kesulitan menelan. Seseorang dapat mengalami kesulitan Disfagia adalah kesulitan menelan. Seseorang dapat mengalami kesulitan menggerakan makanan dari bagian atas tenggorokan ke dalam kerongkongan karena menggerakan makanan dari bagian atas tenggorokan ke dalam kerongkongan karena adanya kelainan di

adanya kelainan di tenggorokan.tenggorokan.

B.

B. EtiologiEtiologi

Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam proses Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam proses menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di

dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut,antara orang berusia lanjut, dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia. Penyebab lain dari disfagia termasuk  lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia. Penyebab lain dari disfagia termasuk  keganasan kepala- leher, penyakit neurologik progresif seperti penyakit Parkinson, keganasan kepala- leher, penyakit neurologik progresif seperti penyakit Parkinson, multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan esofagus. Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab yang berbeda, yang esofagus. Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab yang berbeda, yang biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi dengan barium, pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi dengan barium, CT scan, dan MRI.

CT scan, dan MRI.

C.

C. Patofisiologi (Pathway)Patofisiologi (Pathway)

Klasifikasi Disfagia. Disfagia diklasifikasikan dalam dua kelompok besar, yaitu : Klasifikasi Disfagia. Disfagia diklasifikasikan dalam dua kelompok besar, yaitu : Disfagia orofaring (atau t

Disfagia orofaring (atau transfer dysphagia) dan disfagia esofagus.ransfer dysphagia) dan disfagia esofagus. 1.

1. Disfagia orofaringDisfagia orofaring

Disfagia orofaring timbul dari kelainan di rongga mulut, faring, dan esofagus, Disfagia orofaring timbul dari kelainan di rongga mulut, faring, dan esofagus, dapat disebabkan oleh stroke, penyakit Parkinson, kelainan neurologis, dapat disebabkan oleh stroke, penyakit Parkinson, kelainan neurologis, oculopharyngeal muscular dystrophy, menurunnya aliran air liur, xerostomia, oculopharyngeal muscular dystrophy, menurunnya aliran air liur, xerostomia, masalah gigi, kelainan mukosa oral, obstruksi mekanik (keganasan, osteofi, masalah gigi, kelainan mukosa oral, obstruksi mekanik (keganasan, osteofi, meningkatnya tonus sfingter esophagus bagian atas, radioterapi, infeksi, dan meningkatnya tonus sfingter esophagus bagian atas, radioterapi, infeksi, dan obat- obat-obatan(sedatif, antikejang, antihistamin). Gejala disfagia orofaring

obatan(sedatif, antikejang, antihistamin). Gejala disfagia orofaring yaitu kesulitanyaitu kesulitan menelan, termasuk ketidakmampuan untuk mengenali makanan, kesukaran menelan, termasuk ketidakmampuan untuk mengenali makanan, kesukaran meletakkan makanan di dalam mulut, ketidakmampuan untuk mengontrol meletakkan makanan di dalam mulut, ketidakmampuan untuk mengontrol

(2)

2 2

makanan dan air liur di dalam mulut, kesukaran untuk mulai menelan, batuk dan makanan dan air liur di dalam mulut, kesukaran untuk mulai menelan, batuk dan tersedak saat menelan, penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, tersedak saat menelan, penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, perubahan kebiasaan makan, pneumonia berulang, perubahan suara

perubahan kebiasaan makan, pneumonia berulang, perubahan suara (suara basah),(suara basah), regurgitasi nasal (1,2). Setelah pemeriksaan, dapat dilakukan pengobatan dengan regurgitasi nasal (1,2). Setelah pemeriksaan, dapat dilakukan pengobatan dengan teknik postural, swallowing maneuvers, modifikasi diet, modifikasi lingkungan, teknik postural, swallowing maneuvers, modifikasi diet, modifikasi lingkungan, oral sensory awareness technique, vitalstim therapy, dan pembedahan (1) . Bila oral sensory awareness technique, vitalstim therapy, dan pembedahan (1) . Bila tidak diobati, disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi, malnutrisi, atau tidak diobati, disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi, malnutrisi, atau dehidrasi (1).

dehidrasi (1). 2.

2. Disfagia esofagusDisfagia esofagus

Disfagia esofagus timbul dari kelainan di korpus esofagus, sfingter esofagus Disfagia esofagus timbul dari kelainan di korpus esofagus, sfingter esofagus bagian bawah, atau kardia gaster. Biasanya disebabkan oleh striktur esofagus, bagian bawah, atau kardia gaster. Biasanya disebabkan oleh striktur esofagus, keganasan esofagus, esophageal rings and webs, akhalasia, skleroderma, kelainan keganasan esofagus, esophageal rings and webs, akhalasia, skleroderma, kelainan motilitas spastik termasuk spasme esofagus difus dan kelainan motilitas esofagus motilitas spastik termasuk spasme esofagus difus dan kelainan motilitas esofagus nonspesifik (1). Makanan biasanya tertahan beberapa saat setelah ditelan, dan nonspesifik (1). Makanan biasanya tertahan beberapa saat setelah ditelan, dan akan berada setinggi suprasternal notch atau di belakang sternum sebagai lokasi akan berada setinggi suprasternal notch atau di belakang sternum sebagai lokasi obstruksi, regurgitasi oral atau faringeal, perubahan kebiasaan makan, dan obstruksi, regurgitasi oral atau faringeal, perubahan kebiasaan makan, dan pneumonia berulang. Bila terdapat disfagia makanan padat dan cair, pneumonia berulang. Bila terdapat disfagia makanan padat dan cair, kemungkinan besar merupakan suatu masalah motilitas. Bila pada awalnya pasien kemungkinan besar merupakan suatu masalah motilitas. Bila pada awalnya pasien mengalami disfagia makanan padat, tetapi selanjutnya disertai disfagia makanan mengalami disfagia makanan padat, tetapi selanjutnya disertai disfagia makanan cair, maka kemungkinan besar merupakan suatu obstruksi mekanik. Setelah dapat cair, maka kemungkinan besar merupakan suatu obstruksi mekanik. Setelah dapat dibedakan antara masalah motilitas dan obstruksi mekanik, penting untuk  dibedakan antara masalah motilitas dan obstruksi mekanik, penting untuk  memperhatikan apakah disfagianya sementara atau progresif. Disfagia motilitas memperhatikan apakah disfagianya sementara atau progresif. Disfagia motilitas sementara dapat disebabkan spasme esofagus difus atau kelainan motilitas sementara dapat disebabkan spasme esofagus difus atau kelainan motilitas esofagus nonspesifik. Disfagia motilitas progresif dapat disebabkan skleroderma esofagus nonspesifik. Disfagia motilitas progresif dapat disebabkan skleroderma atau akhalasia dengan rasa panas di daerah ulu hati yang kronis, regurgitasi, atau akhalasia dengan rasa panas di daerah ulu hati yang kronis, regurgitasi, masalah respirasi, atau penurunan berat badan. Disfagia mekanik sementara dapat masalah respirasi, atau penurunan berat badan. Disfagia mekanik sementara dapat disebabkan esophageal ring. Dan disfagia mekanik progresif dapat disebabkan disebabkan esophageal ring. Dan disfagia mekanik progresif dapat disebabkan oleh striktur esofagus atau keganasan esofagus (1). Bila sudah dapat disimpulkan oleh striktur esofagus atau keganasan esofagus (1). Bila sudah dapat disimpulkan bahwa kelainannya adalah disfagia esofagus, maka langkah selanjutnya adalah bahwa kelainannya adalah disfagia esofagus, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan pemeriksaan barium atau endoskopi bagian atas. Pemeriksaan barium dilakukan pemeriksaan barium atau endoskopi bagian atas. Pemeriksaan barium harus dilakukan terlebih dahulu sebelum endoskopi untuk menghindari perforasi. harus dilakukan terlebih dahulu sebelum endoskopi untuk menghindari perforasi. Bila dicurigai adanya akhalasia pada pemeriksaan barium, selanjutnya dilakukan Bila dicurigai adanya akhalasia pada pemeriksaan barium, selanjutnya dilakukan manometri untuk menegakkan diagnosa akhalasia. Bila dicurigai adanya striktur manometri untuk menegakkan diagnosa akhalasia. Bila dicurigai adanya striktur esofagus, maka dilakukan endoskopi. Bila tidak dicurigai adanya esofagus, maka dilakukan endoskopi. Bila tidak dicurigai adanya

(3)

kelainan-kelainan seperti di atas, maka

kelainan seperti di atas, maka endoskopi dapat dilakukan terlebih dahulu sebelumendoskopi dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum pemeriksaan barium. Endoskopi yang normal, harus dilanjutkan dengan pemeriksaan barium. Endoskopi yang normal, harus dilanjutkan dengan manometri; dan bila manometri juga normal, maka diagnosanya adalah disfagia manometri; dan bila manometri juga normal, maka diagnosanya adalah disfagia fungsional (1) . Foto

fungsional (1) . Foto thorax merupakan pemeriksaan sederhana untuk pneumonia.thorax merupakan pemeriksaan sederhana untuk pneumonia. CT scan dan MRI memberikan gambaran yang baik mengenai adanya kelainan CT scan dan MRI memberikan gambaran yang baik mengenai adanya kelainan struktural, terutama bila digunakan untuk mengevaluasi pasien disfagia yang struktural, terutama bila digunakan untuk mengevaluasi pasien disfagia yang sebabnya dicurigai karena kelainan sistem saraf pusat (2) . Setelah diketahui sebabnya dicurigai karena kelainan sistem saraf pusat (2) . Setelah diketahui diagnosanya, penderita biasanya dikirim ke Bagian THT, Gastrointestinal, Paru, diagnosanya, penderita biasanya dikirim ke Bagian THT, Gastrointestinal, Paru, atau Onkologi, tergantung penyebabnya. Konsultasi dengan Bagian Gizi juga atau Onkologi, tergantung penyebabnya. Konsultasi dengan Bagian Gizi juga diperlukan, karena kebanyakan pasien me-merlukan modifikasi diet

diperlukan, karena kebanyakan pasien me-merlukan modifikasi diet DISFAGIA

DISFAGIA

DISFAGIA OROFARINGE DISFAGIA OROFARINGE :: kesulitan mulai menelan kesulitan mulai menelan disertai, batuk, disertai, batuk, tersedakregu

tersedakregurgitasi rgitasi nasalnasal

VIDEOESOFAGRAM VIDEOESOFAGRAM OBSTRUKSI OBSTRUKSI ANATOMIK ANATOMIK VIDEOESOFAGRAM VIDEOESOFAGRAM MANOMETRI MANOMETRI DISFAGIA ESOFAGUS DISFAGIA ESOFAGUS :: makanan berhenti atau macet makanan berhenti atau macet setelah ditelan setelah ditelan Karsinoma Karsinoma Struktur Struktur ABNORMALITAS ABNORMALITAS FUNGSIONAL FUNGSIONAL Akalasia Akalasia MANOMETRI MANOMETRI SKINTIGRAFI SKINTIGRAFI ENDOSKOPI ± ENDOSKOPI ± BIOPSI BIOPSI Cincin

(4)

4 4

Perlu diingat bahwa masalah disfagia dapat timbul karna : Perlu diingat bahwa masalah disfagia dapat timbul karna : Berdasarkan proses mekanisme deglutasinya dapat dibagi : Berdasarkan proses mekanisme deglutasinya dapat dibagi :

a.

a. Sumbatan mekanik/Disfagia mekanik baik intraluminal atau ekstraluminalSumbatan mekanik/Disfagia mekanik baik intraluminal atau ekstraluminal (penekanan dari luar lumen

(penekanan dari luar lumen esofagus)esofagus) b.

b. .kelainan Neurologi/Disfagia neurogenik/disfagia motorik mulai dari.kelainan Neurologi/Disfagia neurogenik/disfagia motorik mulai dari kelainan korteks serebri, pusat menelan di batang otak sampai kelainan korteks serebri, pusat menelan di batang otak sampai neurosensori-muskular.

neurosensori-muskular. c.

c. Kelainan emosi berat/ Disfagia Kelainan emosi berat/ Disfagia psikogenik.psikogenik.

Berdasar proses mekanisme deglutasi diatas dibagi lagi menjadi : Berdasar proses mekanisme deglutasi diatas dibagi lagi menjadi :

a.

a. Transfer dysphagia kalau kelainannya akibat kelainan neuromotor di faseTransfer dysphagia kalau kelainannya akibat kelainan neuromotor di fase oral dan faringeal.

oral dan faringeal. b.

b. Transit dysphagia bila disfagia disebabkan gangguan peristaltik baik Transit dysphagia bila disfagia disebabkan gangguan peristaltik baik  primer/sekunder dan kurangnya relaksasi sfingter esofagus bagian bawah. primer/sekunder dan kurangnya relaksasi sfingter esofagus bagian bawah. c.

c. Obstructive dysphagia bila disebabkan penyempitan atau stenosis di faringObstructive dysphagia bila disebabkan penyempitan atau stenosis di faring dan esofagus

dan esofagus

Berdasarkan letak organ anatomi dapat dibagi menjadi : Berdasarkan letak organ anatomi dapat dibagi menjadi :

a.

a. Disfagia gangguan fase oralDisfagia gangguan fase oral b.

b. Disfagia gangguan fase fDisfagia gangguan fase faringealaringeal c.

c. Disfagia gangguan fase esofagealDisfagia gangguan fase esofageal Berdasarkan penyeba

Berdasarkan penyebab/etiologi dapat dibagi menjadi b/etiologi dapat dibagi menjadi :: a.

a. Kelainan kongenital (K)Kelainan kongenital (K) b.

b. Inflamasi/radang (R)Inflamasi/radang (R) c.

c. trauma (T)trauma (T) d.

d. Benda asing (B)Benda asing (B) e.

e. Neoplasma (N)Neoplasma (N) f.

f. Psikis (P)Psikis (P) g.

g. kelainan endokrin (E)kelainan endokrin (E) h.

h. kelainan kardio vaskuler (KV)kelainan kardio vaskuler (KV) i.

i. kelainan neurologi/saraf (S)kelainan neurologi/saraf (S)  j.

 j. Penyakit degeneratif (D)Penyakit degeneratif (D) k.

(5)

D.

D. Tanda dan gejalaTanda dan gejala

Dysphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah perkataan yang Dysphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah perkataan yang berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia berarti makan. Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat

berarti makan. Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalamgangguan dalam proses menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat proses menelan. Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau

dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalahkondisi medis tertentu. Masalah dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di

dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut,antara orang berusia lanjut, dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke. Kurang lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia. Penyebab lain dari disfagia termasuk  lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia. Penyebab lain dari disfagia termasuk  keganasan kepala- leher, penyakit neurologik progresif seperti penyakit Parkinson, keganasan kepala- leher, penyakit neurologik progresif seperti penyakit Parkinson,

(6)

6 6

multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme multiple sclerosis, atau amyotrophic lateral sclerosis, scleroderma, achalasia, spasme esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan esofagus difus, lower esophageal (Schatzki) ring, striktur esofagus, dan keganasan esofagus. Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab yang berbeda, yang esofagus. Disfagia merupakan gejala dari berbagai penyebab yang berbeda, yang biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan biasanya dapat ditegakkan diagnosanya dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi dengan barium, pemeriksaan penunjang lainnya, di antaranya pemeriksaan radiologi dengan barium, CT scan, dan MRI.

CT scan, dan MRI.

E.

E. PengkajianPengkajian

Selama pemeriksaan fisik, mencari mekanisme oral-motor dan laring. Selama pemeriksaan fisik, mencari mekanisme oral-motor dan laring. Pengujian n.V tengkorak dan n.VII-XII

Pengujian n.V tengkorak dan n.VII-XII sangat penting untuk menentukansangat penting untuk menentukan

apakah bukti fisik disfagia orofaringeal ada Pengamatan langsung penutupan bibir, apakah bukti fisik disfagia orofaringeal ada Pengamatan langsung penutupan bibir, penutupan rahang, mengunyah dan pengunyahan, mobilitas lidah dan kekuatan, penutupan rahang, mengunyah dan pengunyahan, mobilitas lidah dan kekuatan, elevasi palatal dan laring, air liur, dan kepekaan oral diperlukan. Periksa tingkat elevasi palatal dan laring, air liur, dan kepekaan oral diperlukan. Periksa tingkat kewaspadaan dan status kognitif pasien, karena dapat berdampak pada keselamatan kewaspadaan dan status kognitif pasien, karena dapat berdampak pada keselamatan menelan dan kemampuan untuk

menelan dan kemampuan untuk belajar langkah-langkah kompensasi.belajar langkah-langkah kompensasi.

Disfonia dan disartria adalah tanda-tanda disfungsi motor struktur yang Disfonia dan disartria adalah tanda-tanda disfungsi motor struktur yang terlibat dalam mulut dan faring menelan. Periksa rongga mulut dan faring untuk  terlibat dalam mulut dan faring menelan. Periksa rongga mulut dan faring untuk  integritas mukosa dan gigi. Periksa langit-langit lunak untuk posisi dan kesimetrisan integritas mukosa dan gigi. Periksa langit-langit lunak untuk posisi dan kesimetrisan selama fonasi dan beristirahat.· Evaluasi elevasi faring dengan menempatkan 2 jari di selama fonasi dan beristirahat.· Evaluasi elevasi faring dengan menempatkan 2 jari di laring dan menilai 14 gerakan selama menelan volunter. Teknik ini membantu untuk  laring dan menilai 14 gerakan selama menelan volunter. Teknik ini membantu untuk  mengidentifikasi ada atau tidak adanya hambatan mekanisme pelindung laring.· mengidentifikasi ada atau tidak adanya hambatan mekanisme pelindung laring.· Refleks muntah yang ditimbulkan oleh menyentuh mukosa faring dengan spatula Refleks muntah yang ditimbulkan oleh menyentuh mukosa faring dengan spatula lidah. Pengujian untuk refleks muntah sangat membantu, tetapi tidak adanya refleks lidah. Pengujian untuk refleks muntah sangat membantu, tetapi tidak adanya refleks muntah tidak selalu menunjukkan bahwa pasien tidak mampu menelan dengan aman. muntah tidak selalu menunjukkan bahwa pasien tidak mampu menelan dengan aman. Memang, banyak orang dengan tidak ada refleks muntah memiliki kemampuan Memang, banyak orang dengan tidak ada refleks muntah memiliki kemampuan menelan yang normal, dan beberapa pasien dengan disfagia memiliki refleks muntah menelan yang normal, dan beberapa pasien dengan disfagia memiliki refleks muntah yang normal. Auskultasi servikal menjadi bagian dari evaluasi klinis pasien disfagia. yang normal. Auskultasi servikal menjadi bagian dari evaluasi klinis pasien disfagia. Menilai kekuatan dan kejelasan suara, waktu episode apneic, dan

Menilai kekuatan dan kejelasan suara, waktu episode apneic, dan kecepatan menelan.·kecepatan menelan.· Menilai fungsi pernafasan juga sangat penting. Jika kekuatan pernapasan batuk atau Menilai fungsi pernafasan juga sangat penting. Jika kekuatan pernapasan batuk atau kliring tenggorokan tidak memadai, risiko aspirasi meningkat. Langkah terakhir kliring tenggorokan tidak memadai, risiko aspirasi meningkat. Langkah terakhir dalam pemeriksaan fisik adalah pengamatan langsung dari tindakan menelan. dalam pemeriksaan fisik adalah pengamatan langsung dari tindakan menelan. Minimal, menonton pasien sementara dia minum air. Jika memungkinkan, menilai Minimal, menonton pasien sementara dia minum air. Jika memungkinkan, menilai makan pasien berbagai tekstur makanan. Sialorrhea, inisiasi menelan tertunda, batuk, makan pasien berbagai tekstur makanan. Sialorrhea, inisiasi menelan tertunda, batuk, atau kualitas suara serak basah atau

(7)

mengamati pasien selama 1 menit atau lebih untuk melihat apakah respon batuk  mengamati pasien selama 1 menit atau lebih untuk melihat apakah respon batuk  tertunda hadir.

tertunda hadir.

F.

F. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik 1.

1. Keadaan umum pasienKeadaan umum pasien 2.

2. Pemeriksaan rongga mulut, evaluasi gerakan dan kekuatan otot mulut dan Pemeriksaan rongga mulut, evaluasi gerakan dan kekuatan otot mulut dan otototot lidah

lidah 3.

3. Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum mole, sensibilitas orofaring dgnPemeriksaan orofaring, pergerakan palatum mole, sensibilitas orofaring dgn sentuhan spatel lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan evaluasi suara sentuhan spatel lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan evaluasi suara (keterlibatan laring)

(keterlibatan laring) 4.

4. Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring,Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring, uvula, epiglotis, pita suara, plika ventrikularis dan sinus

uvula, epiglotis, pita suara, plika ventrikularis dan sinus piriformis.piriformis. 5.

5. Pemeriksaan neurologPemeriksaan neurologi fungsi motorik i fungsi motorik dan sensorik saraf kraniadan sensorik saraf krania 6.

6. Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang servikal, evaluasi massa leher,Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang servikal, evaluasi massa leher, pembesaran KGB leher dan trauma

pembesaran KGB leher dan trauma Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan spesifik utk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan Pemeriksaan spesifik utk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan mekanik :

mekanik :

Penunjang Kegunaan Penunjang Kegunaan

1.

1. Barium Swallow (Esofagogram)Barium Swallow (Esofagogram) 2.

2. CT ScanCT Scan 3.

3. MRIMRI 4.

4. Laringoskopi direk Laringoskopi direk  5.

5. EsofagoskopiEsofagoskopi 6.

6. Endoskopi ultrasoundEndoskopi ultrasound a.

a. Menilai anatomi dan fisiologi otot faring/esofagus, deteksiMenilai anatomi dan fisiologi otot faring/esofagus, deteksi sumbatan oleh karena tumor, struktur,web, akalasia, sumbatan oleh karena tumor, struktur,web, akalasia, divertikulum

divertikulum b.

b. Kelainan anatomi di kepala, leher dan dadaKelainan anatomi di kepala, leher dan dada c.

c. Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif prosesDeteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif proses diotak 

diotak  d.

d. Menilai keadaan dan pergerakan otot laringMenilai keadaan dan pergerakan otot laring e.

(8)

8 8

f.

f. Menilai lesi submukosaMenilai lesi submukosa

G.

G. Diagnosa keperawatan yang mungkin munculDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1.

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik,Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis).

psikologis). 2.

2. Ketidak efektifan koping berhubungan dengan tingkat percaya diri yang tidak Ketidak efektifan koping berhubungan dengan tingkat percaya diri yang tidak  adekuat dalam kemampuan menangani masalah

adekuat dalam kemampuan menangani masalah 3.

3. Gangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaringGangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaring 4.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umumIntoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum 5.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan untuk

ketidak mampuan untuk mencerna makanan.mencerna makanan.

H.

H. Intervensi keperawatanIntervensi keperawatan 1.

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik,Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis).

psikologis). a.

a. Catat keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 1-10).Catat keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 1-10). b.

b. Kaji ulang faktor Kaji ulang faktor yang meningkatkan untuk menurunkan nyeri.yang meningkatkan untuk menurunkan nyeri. c.

c. Berikan makan sedikit demi sedikit Berikan makan sedikit demi sedikit namun sering sesuai indikasi untuk namun sering sesuai indikasi untuk  pasien

pasien d.

d. Identifikasi dan batasi makanan Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanayang menimbulkan ketidaknyamanan.n. e.

e. Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif  f.

f. Berikan perawatan oral yang sering misalnya pijatan punggung,Berikan perawatan oral yang sering misalnya pijatan punggung, perubahan posisi.

perubahan posisi. 2.

2. Ketidak efektifan koping berhubungan dengan tingkat percaya diri yang tidak Ketidak efektifan koping berhubungan dengan tingkat percaya diri yang tidak  adekuat dalam kemampuan menangani masalah

adekuat dalam kemampuan menangani masalah a.

a. Pastikan dengan apa pasien ingin Pastikan dengan apa pasien ingin disebut.disebut. b.

b. Tentuka pemahaman situasi saat ini dan metode kopingTentuka pemahaman situasi saat ini dan metode koping sebelumnya

sebelumnya/yang lain /yang lain terhadap masalah kehidupan.terhadap masalah kehidupan. c.

c. Berikan umpan balik positif untuk mengekspresikan kesadaranBerikan umpan balik positif untuk mengekspresikan kesadaran terhadap menyangka

terhadap menyangkal kepada diri sendiri l kepada diri sendiri atau orang lain.atau orang lain. d.

d. Gunakan dukungan sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping padaGunakan dukungan sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping pada kebutuha obat.

kebutuha obat. e.

e. Bantu klien untuk belajar/mendorong penggunaan keterampilanBantu klien untuk belajar/mendorong penggunaan keterampilan relaksasi, bimbingan imajinasi, visualisasi.

(9)

3.

3. Gangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaringGangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaring a.

a. Inspeksi rongga oral dan perhatikan pada saliva, lidah, bibir, geligi danInspeksi rongga oral dan perhatikan pada saliva, lidah, bibir, geligi dan gusi, memban mukosa.

gusi, memban mukosa. b.

b. Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasienHisapan rongga oral secara perlahan atau sering. Biarkan pasien melakukan penghisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan kasa melakukan penghisapan sendiri bila mungkin atau menggunakan kasa untuk mengalirkan sekresi.

untuk mengalirkan sekresi. c.

c. Berikan irigasi oral sesuai iBerikan irigasi oral sesuai indikasindikasi 4.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umumIntoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum a.

a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk  berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari

berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari b.

b. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan.Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan. Dorong ostirahat sebelum makan.

Dorong ostirahat sebelum makan. c.

c. Implementasikan tekhnik penghematan energi, contoh lebih baik Implementasikan tekhnik penghematan energi, contoh lebih baik  duduk daripada berdiri

duduk daripada berdiri 5.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan untuk

ketidak mampuan untuk mencerna makananmencerna makanan a.

a. Kaji status nutrisi secara continu, selama perawatan setiap hari,Kaji status nutrisi secara continu, selama perawatan setiap hari, perhatika tingkat energi kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, perhatika tingkat energi kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk

keinginan untuk makan/anoreksmakan/anoreksiaia b.

b. Timbang berat badan setiap hari Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan saat penerimaandan bandingkan saat penerimaan c.

c. Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alatBerikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat kontrol infus sesuai kebutuhan . atur kecepatan pemberian perjam kontrol infus sesuai kebutuhan . atur kecepatan pemberian perjam sesuai anjura.

sesuai anjura. d.

(10)

10 10

Daftar Pustaka : Daftar Pustaka : 1.

1. Soepardi Soepardi A A Efianty. Efianty. PenatalaksaPenatalaksanaan naan disfagia disfagia secara secara komprehensif. komprehensif. Acara Acara ilmiahilmiah penglepasa

penglepasan purna tun purna tugas Prof Dr. gas Prof Dr. Bambang.200Bambang.20022 2.

2. SS SS Bambang. Bambang. Disfagia.Bronko-esDisfagia.Bronko-esofagologi.1994:40-49ofagologi.1994:40-49 3.

3. Bailey Bailey J J Byron. Byron. EsophageaEsophageal l disorders.Head disorders.Head and and neck neck surgery- surgery-Otolaringology.Vol.1.2.1998;56:781-801

Otolaringology.Vol.1.2.1998;56:781-801 4.

4. Alper Alper MC, MC, Myers Myers EN, EN, Eibling Eibling DE. DE. Dysphagia. Dysphagia. Decision Decision making making in in ENTENT Disorders.2001;52:136-37

Disorders.2001;52:136-37 5.

5. Thaller Thaller SR, SR, Granick Granick MS, MS, Myers Myers EN. EN. Disfagia. Disfagia. Diagram Diagram diagnostik diagnostik penyekit penyekit THT.EGCTHT.EGC 1993;13:105-11

Referensi

Dokumen terkait

Erika Khatrina S : Patogenesis Kelainan Jaringan Mulut Disebabkan Kebiasaan Merokok, 2002... Erika Khatrina S : Patogenesis Kelainan Jaringan Mulut Disebabkan Kebiasaan

Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran

Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar-kelenjar kecil yang dapat dapat. ditemui pada hampir seluruh epitel di bawah rongga mulut

Tumor ganas rongga mulut dan orofaring di Amerika Serikat ditemukan pada laki-laki 2-4 kali lebih sering daripada perempuan untuk semua ras dan etnik, dan

Caranya, kateter dimasukkan lewat lubang hidung tembus rongga belakang mulut (faring), kemudian ditarik keluar melalui mulut. Pada ujung yang keluar melalui mulut ini dipasang kasa

Selain itu merokok juga dapat menimbulkan kelainan-kelainan rongga mulut misalnya pada Selain itu merokok juga dapat menimbulkan kelainan-kelainan rongga mulut

dapat menjelaskan peranan mikroflora rongga mulut pada organ- organ bibir, mukosa mulut, lidah, palatum, faring dan faring Metoda : Kuliah, diskusi. Media

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada lansia mengenai efek yang mungkin timbul pada rongga mulut disebabkan oleh penggunaan obat