• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab v Pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab v Pembahasan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V BAB V PEMBAHASAN PEMBAHASAN

Pengembangan teknologi pemboran horizontal ternyata lebih menjanjikan Pengembangan teknologi pemboran horizontal ternyata lebih menjanjikan daripada teknologi pemboran vertikal. Hal ini dibuktikan dengan diperoleh area daripada teknologi pemboran vertikal. Hal ini dibuktikan dengan diperoleh area  pengu

 pengurasan rasan yang yang lebih lebih luas, luas, yang yang dapat dapat meninmeningkatkagkatkan n produkproduktivitas tivitas sumusumur r sertaserta  peroleh

 perolehan minyan minyak teruak terutama padtama pada reserva reservoir lapisaoir lapisan tipis.n tipis. Dal

Dalam am mermerencencanakanakan an pempemborboran an horhorizonizontal, tal, stustudi di tententang tang karkarakteakteristristik ik  reservoir perlu dilakukan dengan cermat dan teliti. Hal ini sangat berguna untuk  reservoir perlu dilakukan dengan cermat dan teliti. Hal ini sangat berguna untuk  men

menghghindaindari ri atau atau menmengurgurangangi i proprobleblem-prm-probloblem em yang yang sersering ing timtimbul bul padpada a saasaatt  pelaks

 pelaksanaan anaan pembopemboran ran nantinynantinya. a. MisalnyMisalnya a saja saja dengadengan n mengemengetahui tahui keadaakeadaann lith

litholoologi gi jenijenis s batubatuannannya. ya. DenDengan gan memengengetahutahui i keakeadaadaan n lithlitholoologi gi jenjenis is batubatuanan tersebut diharapkan pemboran horizontal dapat berjalan lancar sesuai dengan yang tersebut diharapkan pemboran horizontal dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diinginkan.

diinginkan.

5.1

5.1.. PerPerananan an KaKarakrakterterististik Rik Reseeservorvoir Dir Dalaalam Pm Pembembororan Han Hororizoizontantall

Sifat fisik batuan dan fluida reservoir, kondisi reservoir, dan geometrinya Sifat fisik batuan dan fluida reservoir, kondisi reservoir, dan geometrinya mer

merupaupakan kan karakaraktekteristristik ik resereservorvoir ir yang yang berberperaperan n daldalam am perperencaencanaan naan pempemborboranan horizontal pada saat operasi pemboran berlangsung. Sebelum pemboran mencapai horizontal pada saat operasi pemboran berlangsung. Sebelum pemboran mencapai target akan menembus lapisan diatasnya, oleh karena itu diperlukan data lithologi target akan menembus lapisan diatasnya, oleh karena itu diperlukan data lithologi  batuan

 batuan sehingsehingga ga dapat dapat direncandirencanakan akan sistem sistem lumpulumpur, r, casing casing semen, semen, pahat, pahat, dandan rangkaian peralatannya untuk mengoptimalkan proses pemboran dan mengurangi rangkaian peralatannya untuk mengoptimalkan proses pemboran dan mengurangi  proble

 problem yang m yang terjadi.terjadi.

Untuk target lensa-lensa yang menerus yang tergetnya berupa lensa-lensa Untuk target lensa-lensa yang menerus yang tergetnya berupa lensa-lensa  batu pas

 batu pasir yang akir yang akan cendean cenderung merung membentumbentuk rangk rangkaian lenskaian lensa-lensa yaa-lensa yang memang memanjangnjang se

secacara ra lalateteraral l atatau au memenenerurus s (c(conontitinonousus) ) yayang ng didihahasisilklkan an dadari ri lilingngkukungnganan  penge

 pengendapan ndapan sungsungai. ai. Jenis Jenis pembopemboran ran horizohorizontal ntal yang yang digundigunakan akan adalah adalah mediumediumm radius system dengan pertimbangan dapat menjangkau lensa-lensa yang poduktif  radius system dengan pertimbangan dapat menjangkau lensa-lensa yang poduktif  yang cukup panjang tersebut, karena rangkaiannya cukup sederhana dan tingkat yang cukup panjang tersebut, karena rangkaiannya cukup sederhana dan tingkat kesuksesannya besar, tidak terjadi masalah beban drag dan beban torsi yang besar  kesuksesannya besar, tidak terjadi masalah beban drag dan beban torsi yang besar 

188 188

(2)

karena BUR yang dibentuk tidak terlalu besas, dapat menggunakan MWD standar  dengan steerable system serta target yang dicapai cukup panjang sampai 3000 ft. Untuk reervoir lensa-lensa pasir yang tidak menerus yang terbentuk pada lingkungan pengendapan delta, posisi lensanya cenderung tumpuk menumpuk atau menyebar, hal ini dipengaruhi oleh proses kecepatan serta dalamnya air tempat  pengendapan pasir, maka didapatkan juga lensa yang berangkai. Maka teknik   pemboran horizontal yang tepat adalah dengan ultra short radius system dengan  pertimbangan posisi terget berupa lensa-lensa yang bertumpuk atau tersebar sesuai dengan lingkungan pengendapan delta yang dangkal, cukup berhasil dibeberapa lapangan operasi dan paling umum digunakan, dapat dimanfaatkan untuk sumur  tegak dan termasuk infrastrukturnya (casing, pipe line) yang ada sehingga waktu untuk roundtrip tidak terlalu banyak, ketepatan pencapaian target tinggi daripada  jenis teknik pemboran yang lain dan panjang target yang bisa dicapai sampai 200 ft.

Pada reservoir yang memiliki permeabilitas yang rendah sulit untuk  mendapatkan aliran minyak yang ekonomis, untuk meningkatkan volume  pengurasannya dilakukan pemboran sumur horizontal yang akan meningkatkan  produktivitas formasi. Sifat fisik batuan seperti porositas rekahan dan permeabilitas mempengaruhi kemampuan batuan dimana semakin kecil permeabilitasnya maka akan semakin sukar fluida untuk mengalir dan meloloskan fluida sehingga  berpengaruh terhadap produktivitasnya.

Bila tekanan reservoir berada dibawah tekanan buble point, maka penurunan tekanan mengakibatkan bertambahnya gas yang terbebaskan dari minyak dan mengembang bersama turunnya tekanan reservoir yang akan menyebabkan viscositas minyak naik, begitu juga dengan faktor volume formasi minyak yang akan naik dan menurunkan laju produksinya. Minyak mengalir dari reservoir ke  permukaan oleh adanya perbedaan tekanan antara formasi dengan dasar sumur dan antara dasar sumur dengan permukaan. Penurunan tekanan yang kecil pada sumur  horizontal sehingga diperoleh tekanan alir dasar sumur yang kecil yang memungkinkan fluida berproduksi dari formasi ke dasar sumur sampai dengan ke  permukaan dengan laju yang optimum.

(3)

Water dan gas coning merupakan aliran air naik dan gas turun menuju lubang bor sehingga mengurangi jumlah produksi minyak. Coning dipengaruhi oleh adanya penurunan tekanan dan laju produksi yang lebih tinggi daripada laju  produksi kritis sehingga air dan gas akan muncul kelubang bor dan ikut terproduksi

dalam waktu yang singkat. Reservoir dengan permeabilitas rendah memiliki kecenderungan untuk terjadinya coning karena terjadi penurunan tekanan yang  besar untuk memproduksi minyak. Untuk memperlambat terjadinya coning dilakukan dengan meminimalisasi tekanan drawdown yang dapat dilakukan oleh sumur horizontal dan menghasilkan rate produksi minyak yang tinggi.

Adanya karakteristik tingkat kekerasan batuan berdasarkan jenis batuan  pada suatu reservoir yang berbeda-beda juga akan menimbulkan suatu problem

dalam pemboran horizontal itu sendiri.

A. Kemungkinan Terjadinya Problem Pemboran Pada Batuan Beku.

Pada pemboran yang menembus lapisan batuan beku secara umum, kadang mengalami problem pemboran. Contohnya adalah  problem rendahnya laju  pemembusan. Hal ini disebabkan karena formasi batuan yang ditembus oleh bit/  pahat merupakan formasi yang keras atau bahkan sangat keras, sedangakan  bit/pahat yang digunakan berbeda ukuran kekuatan penembusannya. Hal ini menyebabkan laju penembusan akan berkurang/ rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan Lumpur Pemboran

Lumpur pemboran yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik  formasi batuan tersebut. Misalnya penggunaan Fresh Water Mud (Bentonite Treated Mud). Dengan menggunakan lumpur tersebut diharapkan  pembersihan dari cutting pada lubang bor akan lebih baik.

2. Pemilihan Bit atau Pahat

Pemilihan bit/pahat harus disesuaikan dengan kekerasan formasi  batuannya. Misalnay formasi batuan yang ditembus keras, pilih bit/pahat yang bergigi pendek hingga sangat pendek, dengan jarak antar gerigi sangat rapat. Hal ini dapat juga disesuaikan dengan menggunakan tabel pemilihan

(4)

 bit/pahat berdasarkan kekerasan jenis batuan yang ditembus. Contoh, formasi batuan beku berupa lapisan batuan Granit , dengan tingkat kekerasan sangat keras, digunakan bit tipe Rolling Cutter Bit dengan ukuran J7; J8; atau JD8.

3. Sistem Operasi

Dalam operasi pelaksanaan pemboran menembus formasi batuan granit yang sangat keras, WOB diperbesar sedangakan RPM nya diperkecil. Dengan cara tersebut, diharapakan dapat mencapai target yang diinginkan dengan hasil yang maksimal.

B. Kemungkinan Terjadinya Problem Pemboran Pada Batuan Sedimen. Pemboran yang menembus formasi batuan sedimen dapat dibagi manjadi tiga kemungkinan yaitu menembus formasi batu pasir, batu shale dan batu gamping/karbonat. Masing-masing penembusan formasi tersebut memungkinkan terjadinya problem pemboran.

1. Batu Pasir 

Pada pemboran menembus formasi batu pasir, problem yang  biasanya terjadi adalah kecenderungan penyimpangan sudut . Hal ini disebabkan pada formasi batuan yang berlapis-lapis (ciri-ciri batuan sedimen) dengan bidang perlapisan yang miring, maka lubang bor akan cenderung untuk tegak lurus pada bidang perlapisan. Penembusan bit/pahat  pada formasi akan meninggalkan suatu baji kecil yang dapat bertindak 

sebagai whipstock kecil yang dapat membelokkan lubang bor. Maka untuk  mengatasi masalah tersebut, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai  berikut :

a. Pemilihan Lumpur Pemboran

Misalnya saja pemboran untuk menembus formasi batuan Gypsum terutama dengan formasi interbedded (selang-seling) dengan garam dan shale, maka dipilih lumpur pemboran dengan mencampur base mud (lumpur dasar) dengan plaster (CaSO4

(5)

 plaster tersebut, viscositas dan gel strength yang berhubungan dengan kontaminant ini dapat diatasi dan mencegah terjadinya  pengentalan lumpur.

 b. Pemilihan Bit/Pahat

Pemilihan bit/pahat disesuaikan dengan kondisi formasi  batuan. Misalnya pemboran akan menembus formasi batuan gypsum dengan kekerasan sedang/medium, digunakan tipe bit Rolling Cutter  Bit dengan ukuran J4 atau JD4. bit/pahat yang dipilih ini bergigi sedang tapi lebih tebal dengan jarak antar gerigi agak   berdekatan.

c. Sistem Operasi

Pada pelaksanaan pemboran, pengaturan WOB dan ROP disesuaikan dengan kondisi formasi. Dengan data seperti tersebut diatas, maka WOB dikurangi sedang RPM ditambah, agar  didapatkan laju penembusan yang tinggi. Untuk penunjang, dapat  pula ditambahkan stabilizer yang dipasang pada drill collar, serta

dilakukan pengontrolan arah dan kemiringan yang kontinyu untuk  setiap kedalaman dengan menggunakan MWD (measurement while Drilling).

2. Batuan Shale

Pada batuan shale, problem pemboran yang dimungkinkan terjadi adalah Pipe Sticking (pipa terjepit). Hal ini sebagai akibat sirkulasi cutting yang tidak baik karena pemboran menembus formasi batuan dimana terdapat kandungan clay besar dan mud cake yang tebal. Sirkulasi yang tidak baik inilah mengakibatkan pipa terjepit. Untuk mengatasi masalah tersebut, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Pemilihan Lumpur Pemboran

Pemboran untuk menembus batuan  shale terutama dengan kandungan clay yang besar dan mud cake yang tebal, biasanya digunakan lumpur  Oil Emultion Mud/Oil Base Mud . Keuntungan

(6)

menggunakan lumpur ini adalah filtrate loss dan water loss  berkurang, penetration rate bertambah, dan mud cake menjadi tipis  b. Pemilihan Bit/Pahat

Contoh, pemilihan bit/pahat yang sesuai dengan kondisi formasi batuan shale, dengan tingkat kekerasan soft (lunak) diguanakn Rolling Cutter Bit dengan ukuran J1 ; J2 ; J3 atau JD3. Bit yang dipilih ini biasanya bergigi panjang dengan jarak antar  gerigi agak berjauhan.

c. Sistem Operasi

Pada pelaksanaan pemboran terdapat pengaturan WOB dan RPM. Untuk mengatasi problem pada formasi seperti tersebut diatas, WOB dikurangi sedangkan RPM ditambah. Selain itu ditunjang juga dengan cara koefisien friksi (Cf) antar drill string dan dinding lubang bor diperkecil, serta penggunaan stabilizer yang dipasang  pada drill collar.

3. Batuan Karbonat (Gamping)

Problem yang biasa terjadi pada pemboran yang menembus batuan karbonat/gamping, terutama yang memiliki rongga-rongga yang besar dan gua-gua (cavern), adalah loss circulation. Adanya rongga-rongga besar atau gua/cavern pada formasi batuan karbonat ini, mengakibatkan besarnya water  loss. Untuk mengatasi masalah tersebut, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Pemilihan Lumpur Pemboran

Pada pemboran untuk menembus formasi batuan karbonat seperti tersebut diatas, dipilih lumpur polimer yang disesuaikan dengan kondisi formasi batuannya. Lumpur polimer yang digunakan adalah lumpur polimer lignosulfonate yang biasa berfungsi sebagai thinner. Lignosulfonate akan mengabsorbsi muatan negative pada clay sehingga gaya tolak-menolak agregat clay dan siatemnya meningkat. Hal tersebut yang mengakibatkan viskositas menurun.

(7)

Penyebaran partikel yang terjadi juga menurunkan laju fluida loss dan memperbaiki sifat mud cake.

 b. Pemilihan Bit/Pahat

Pemilihan bit/pahat harus disesuaikan dengan kondisi formasi batuan karbonat/ gamping. Misalnaya pemboran menembus formasi batuan limestones dengan tingkat kekerasan sedang (medium), dipilih bit/pahat tipe Rolling Cutter Bit dengan ukuran J4 atau JD4. Bit ini bergigi sedang tetapi lebih tebal dan jarak antar  geriginya agak berdekatan.

c. Sistem Operasi

Pada pelaksanaan pemboran terdapat pengaturan WOB dan RPM. Untuk mengatasi problem pada formasi seperti tersebut diatas, WOB dikurangi sedangkan RPM ditambah. Sehingga target yang diinginkan dapat tercapai.

5.2. Identifikasi dan Antisipasi Terjadinya Problem Pemboran Pada Pemboran Horizontal

Pada pemboran horizontal ada beberapa problem pemboran yang terjadi terutama bagian horizontal (horizontal section). Diantaranya adalah problem  pemboran yang berkaitan dengan drill string, penyimpangan sudut, casing, semen,

lumput, ataupun problem pengendapan cutting.

Dalam pemboran horizontal, perencanaan rangkaian drill string harus mempertimbangkan gaya-gaya yang bekerja pada bagian pertambahan sudut dan  bagian horizontal. Pertimbangan yang harus dilakukan dalam perencanaan

rangkaian drill string adalah sebagai berikut :

1. Torsi, merupakan beban puntir yang diakibatkan saat memutar rangkaian  pipa bor.

2. Drag, merupakan berat pada rangkaian pipa bor akibat pengaruh gesekan antara rangkaian pipa bor dengan dinding lubang bor.

(8)

3. Buckling, merupakan beban tertekuknya pipa pada sudut lubang yang dibentuk sangat besar sehingga rangkaian pipa bor akan melengkung pada  bagian pertambahan sudut.

4. Tension, merupakan beban tarikan yang dapat mengakibatkan putusnya rangkaian, hal ini terjadi akibat kekatan rangkaian pipa bor lebih kecil daripada beban yang diderita.

Untuk mengatasi besarnya torsi, drag, buckling dan tension yang terjadi antara rangkaian pipa bor dangan dinding lubang bor, maka digunakan pipa khusus yaitu pipa fleksibel atau Compressive Service Drill Pipe (CSDP). Pipa ini ditempatkan pada bagian pertambahan sudut agar tidak terjadi kontak yang  berlebihan dengan dinding lubang bor. Pada bagian horizontal digunakan Heavy

Weight Drill Pipe (HWDP) untuk mendapatkan beban pada pahat.

Besarnya WOB pada begian pertambahan sudut dan bagian horizontal dipengaruhi oleh koefisien friksi, beban peralatan dan besar sudut. Pada bagian horizontal harus disediakan beban yang dapat digunakan untuk mendorong  peralatan yang rebah pada dasar lubang, yang besarnya harus lebih besar dari beban dragyang terjadi dan torsi yang digunakan untuk disesuaikan dengan kemampuan  peralatan agar tidak terjadi pipa terpelintir. Solusi yang dapat dipertimbangkan

dalam penyediaan WOB adalah dengan memperkecil harga koefisien friksi (Cf) dan menggunakan peralatan dengan beban yang mencukupi.

Penggunaan casing dengan coupling BTC (Buttress Thread Coupling) dilakukan agar tidak terjadi kerusakan pada sambungan casing pada bagian  pertambahan sudut yang pada beberapa tempat terdapat dog leg severity yang cukup  besar. Coupling BTC umunya memiliki efisiensi joint 100% sehingga lebih kuat terhadap beban bending. Disamping itu, kondisi penyemenan casing akan sangat memuaskan apabila didukung oleh desain semen slurry yang cocok, kualitas semen yang baik dan pemasangan centralizer untuk menjaga agar casing berada ditengah lubang dan penyemenan merata di sekeliling casing.

Untuk sistem lumpur pada pemboran horizontal atara bagian vertikal dan  pertambahan sudut sampai target, lumpur yang digunakan umumnya mempunyai kondisi yang sama dalam arti berat lumpur dan komposisi mataerialnya cenderung

(9)

sama. Sedangkan untuk bagian horizontal diperlukan lumpur yang lebih berat dan  jenisnya adalah polimer, hal ini dilakukan untuk menahan gaya vertikal terhadap  beban batuan diatasnya dan juga untuk penyempurnaan dalam pengangkatan cutting. Dimana lumpur ini mempunyai shear thinning artinya lumpur ini akan semakin encer dengan bertambahnya pengadukan, serta akan mengental kembali  bila tidak di aduk atau pengadukannya perlahan. Lumpur polimer ini viskositasnya rendah (encer) sewaktu keluar dari pahat sehingga ROP akan bertambah dan setelah di annulus dimans shear rate berkurang mengakibatkan lumpur ini mendapatkan kekentalan kembali.

Problem lain pada pemboran horizontal adalah pengendapan cutting. Problem ini biasanya terjadi pada formasi batuan sedimen dimana kandungan claynya sangat besar sehingga cutting tersebut tidak dapat terangkat kepermukaan secara baik dan sempurna. Pada bagian lubang horizontal, cutting mencapai bagian dasar lubang dengan lintasan jatuh yang pendek sekali, bahkan bagian horizontal hanya sebesar diameter lubang. Sedangkan cutting jatuh dengan kecepatan tertentu sehingga kecenderungan pengendapan cutting akan besar sekali bila proses  pengangkatan cutting tidak direncanakan secara baik. Agar cutting tidak 

mengendap dan segera terangkat ke permukaan dengan baik maka hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan Lumpur Pemboran

Pemboran horizontal untuk menembus batuan  shale terutama dengan kandungan clay yang besar dan mud cake yang tebal, biasanya digunakan lumpur  Oil Emulsion Mud/ Oil Base Mud . Keuntungan menggunakan lumpur ini adalah filtrate loss dan water loss berkurang, penetration rate  bertambah, dan mud cake menjadi tipis.

2. Pemilihan Bit/Pahat

Contoh, pemilihan bit/ pahat yang sesuai dengan kondisi formasi batuan shale, dengan tingkat kekerasan soft (lunak) diguanakn Rolling Cutter Bit dengan ukuran J1 ; J2 ; J3 atau JD3. Bit yang dipilih ini biasanya bergigi  panjang dengan jarak antar gerigi agak berjauhan.

(10)

3. Sistem Operasi

Pada pelaksanaan pemboran terdapat pengaturan WOB dan RPM. Untuk  mengatasi problem pada formasi seperti tersebut diatas, WOB dikurangi sedangkan RPM ditambah. Faktor mekanis seperti perputaran rangkaian  pipa dan pemakaian stabilizer tipe welded sleeve dan eccentric tool joint , akan membantu pengangkatan cutting dengan mendorong cutting yang akan mengendap menuju ke permukaan. Selain itu ditunjang juga dengan mengatur laju aliran lumpur  (aliran turbulen) yang optimum pada bagian horizontal.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Scott A.Bernard (2005, p73), Teknologi adalah jenis sumber daya yang memungkinkan informasi dan sumberdaya lainya mengalor untuk mendukung penciptaan dan

Pada bidang observasi yang sama, letakkan perangkat transmitter di salah satu pojok dari ruangan tersebut.. Pindahkan Receiver menjauh dari Transmitter dengan jarak 4

Berdasarkan paparan dalam kerangka teori di atas, peneliti mencoba untuk merumuskan model penelitian yang dikembangkan dari teori akomodasi komunikasi dan akan digunakan

Untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan konsep diri antara remaja yang sejak masa akhir kanak-kanaknya dibesarkan dipanti asuhan dengan remaja yang sejak masa

Ompusunggu dan Ranggabuwana (2006: 5) mene- mukan hubungan antara partisipasi dengan job rele- van information, dalam proses partisipasi, bawahan/ pelaksana anggaran diberi

Dengan tujuan pemasangan yaitu: Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura , Untuk mengembalikan tekanan negatif pada rongga pleura , Untuk

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis teks berita pada siswa kelas VIII B SMP N 1 Banyudono melalui

Meskipun demikian, untuk meningkatkan efisiensi dalam penaksiran volume tegakan dengan tidak mengurangi ketelitian yang diharapkan, diusahakan dalam penyusunan tabel