• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Klinis Neurologi Pasien Kanker Paru dengan Metastasis Otak di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Klinis Neurologi Pasien Kanker Paru dengan Metastasis Otak di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Korespondensi : Fariha Ramadhaniah, SKM

Email : fariha.dharmais@gmail.com; Hp: 08569908380

Gambaran Klinis Neurologi Pasien Kanker Paru dengan Metastasis

Otak di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta

Fariha Ramadhaniah,1 Evlina Suzanna,1 Sri Erni Istiawati,2 Sariningsih3 1Subbagian Registrasi Kanker, Bagian Penelitian dan Pengembangan, RSKD

2Staf Medis Fungsional Saraf, RSKD 3Instalasi Radiodiagnostik, RSKD

Abstrak

Latar belakang: Kanker paru adalah kanker yang paling umum menyebar ke otak dan menjadi prognosis yang buruk. Registrasi kanker RSKD periode 1993-2007 kejadian kanker paru metastasis otak 13,65%.

Metode: Penelitian cross sectional untuk melihat gambaran klinis neurologi dengan lokasi metastasis otak serta melihat gambaran antara lokasi massa tumor paru dengan lokasi metastasis otak. Populasi adalah kanker paru dengan metastasis otak tahun 2001-2007. Kriteria inklusi adalah kasus disahkan dengan patologi anatomi dan modalitas CT/MRI otak, belum mendapatkan radiasi dan operasi di kepala serta tidak memiliki riwayat keluhan neurologi.

Hasil: Hasil penelitian berdasarkan kelompok umur tinggi pada usia >59 tahun, morfologi didominasi adenokarsinoma, gambaran klinis neurologi sering dikeluhkan adalah nyeri kepala dengan lobus parietal adalah lokasi paling sering metastasis otak. Persentase tertinggi letak massa tumor di paru adalah lobus atas kanan. Sebagian kecil saja pasien mengeluhkan gambaran klinis terkait neurologis dengan letak metastais di otak besar dan lokasi massa tumor terbanyak terletak di paru kanan. (J Respir Indo. 2016; 36: 11-9)

Kata kunci: Gambaran klinis, kanker paru, metastasis otak.

Neurology Clinical Features of Lung Cancer Patients with Brain

Metastases in Dharmais National Cancer Hospital, Jakarta

Abstract

Background: Lung cancer is the most common cancer spreads to the brain and become a poor prognosis. Based on data of cancer registry period 1993-2007 in Dharmais, incidence of brain metastases of lung cancer 13.65%.

Methods: Cross-sectional research methods to see an overview of clinical features of neurology with the location of brain metastases as well as see a picture of the location of lung tumor mass with the location of brain metastases. The population is lung cancer with brain metastasis 2001-2007. Inclusion criteria were validated case with anatomic pathology and modalities of CT/MRI of brain, has not received radiation and surgery in the head and had no history of neurological complaints.

Result: The results based on age group, high at age >59 years, predominantly adenocarcinoma morphology, neurology clinical feature which often complained is headache with parietal lobe was the most frequent location of brain metastases. The highest percentage of mass location of the tumor in the upper lobe of the right lung is. Small proportion of patients complained of neurological clinical features associated with the location in the brain metastase and location of tumor mass located in the right lung. (J Respir Indo. 2016; 36: 11-9) Keywords: Clinical features, lung cancer, brain metastases.

(2)

PENDAHULUAN

Kanker paru menjadi kanker yang paling sering terjadi pada laki-laki baik tingkat populasi maupun rumah sakit. Berdasarkan data Registrasi Kanker Berbasis Populasi di Jakarta (2005-2007), kanker paru menempati urutan ketiga setelah kanker payudara dan kanker serviks yaitu sebesar 4.29% dari seluruh kasus kanker yang terjadi pada laki-laki dan perempuan. Kanker paru menempati urutan pertama dari seluruh kasus kanker yang terjadi pada laki-laki Age Standardised Rate (ASR) =11,38. Sedangkan pada perempuan, kanker paru merupakan kanker tertinggi keempat (ASR=4,30) setelah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker ovarium.1

Berdasarkan data Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit (2003-2007) di RSKD, kejadian kanker paru pada laki-laki menempati urutan kedua (13,4%) setelah kanker nasofaring sedangkan kematian akibat kanker paru berada di posisi teratas (18,48%). Kejadian kanker paru pada perempuan menempati urutan ke tujuh teratas (2,82%) dan kematian akibat kanker paru pada perempuan menempati urutan ke lima (5,52%).2

Hasil penelitian epidemiologi sebelumnya didapatkan bahwa pasien kanker paru yang datang ke RSKD sebagian besar dengan stadium lanjut (stadium III dan IV) baik pada laki-laki (87,50%)

mau pun perempuan (93,62%).3 Pada penelitian lain

menunjukkan 80% pasien dengan kanker paru memiliki stadium III dan IV pada saat awal kunjungan. Angka kematian yang tinggi pada kanker paru sebagai akibat dari keterlambatan pasien berkunjung ketika kanker telah lanjut bahkan menyebar.4

Kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum menyebar ke otak (50-60%), diikuti oleh kanker payudara (15-20%) dan melanoma (5-10%), sedangkan kanker saluran pencernaan dan kanker

ginjal kurang umum untuk bermetastasis ke otak.5

Frekuensi metastasis ke otak dari kanker paru kelompok bukan sel kecil sebesar 36% dan kanker paru kelompok sel kecil sebesar 56%. Gejala klinis neurologis (simtomatik) dapat terjadi pada dua pertiga pasien dan sepertiga kasus dapat terjadi tanpa gejala

(asimtomatik).6 Kelangsungan hidup pada pasien

kanker paru kelompok bukan sel kecil dengan metastase otak adalah buruk, dilaporkan antara tiga sampai enam bulan pada pasien diobati dengan terapi medis, baik radioterapi atau kemoterapi.7-8

Berdasarkan data registrasi kanker berbasis rumah sakit di RSKD periode 15 tahun (1993-2007) kejadian kanker paru dengan metastasis otak sebesar 13,65%. Pada penelitian epidemiologi sebelumnya didapatkan hasil bahwa terdapat empat belas variasi gambaran klinis utama pada laki-laki dan tiga belas variasi gambaran klinis utama pada perempuan. Gambaran klinis tersebut didapat dari catatan dokter pada awal kedatangan pasien ke

RSKD.3 Gambaran klinis ini mencakup gejala terkait

neurologi maupun bukan neurologi.

Pemeriksaan radiologi adalah salah satu peme-riksaan penunjang yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem tumor nodul metastasis (TNM). Pemeriksaan radiologi paru meliputi foto dada PA/lateral, computerized tomography

(CT) dada, bone scan/survey, ultrasonografi (USG)

abdomen dan CT/ magnetic resonance imaging (MRI)

otak dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan,

ukuran tumor dan metastasis.9

Penelitian ini akan melihat gambaran klinis neurologi dengan lokasi metastasis otak pada pasien kanker paru di RSKD serta gambaran letak massa tumor pada kanker paru dengan lokasi metastasis otak kejadian metastasis otak.

METODE

Penelitian dilakukan dengan metode cross

sectional. Sumber data didapatkan dari data primer Subbagian Registrasi Kanker RSKD, hasil pene-litian epidemiologi sebelumnya, juga ditunjang dari database Instalasi Patologi Anatomi dan Instalasi Radiologi yang telah ada sebagai database Sub-bagian Registrasi Kanker RSKD. Populasi pene-litian ini meliputi kasus kanker paru dari tahun 2001-2007 dengan kriteria inklusi yaitu pasien kanker paru dengan metastasis otak yang disahkan dengan

(3)

mendapatkan radiasi dan operasi di kepala, dan tidak memiliki riwayat keluhan neurologi sebelumnya.

Total kasus kanker paru tahun kejadian 2001-2007 dengan dasar diagnosis mikroskopik dan metastasis otak sebanyak 143 kasus. Sebanyak 21 kasus (14,68%) diekslusi karena tidak sesuai dengan kriteria inklusi. Sementara itu sebanyak 23 kasus (16,08%) tidak dapat ditelusuri status rekam medisnya. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 99 kasus, namun tidak lengkap dalam beberapa hal yang menjadi variable penelitian sehingga akan mengurangi jumlah data yang akan diolah.

Pada abstraksi data jenis histologi ada sebanyak 15 kasus yang tidak dapat ditelusuri jenis morfologinya. Tidak terdapatnya catatan mengenai gambaran klinis yang dikeluhkan pasien diawal kedatangan sebanyak 16 kasus. Pada abstraksi lokasi metastasis otak sebanyak sebelas kasus tidak dapat ditelusuri letak metastasis di otaknya, karena hanya ada catatan dokter yang menyatakan metastasis otak kemudian ada pengurangan data sebanyak 41 kasus disebabkan karena peneliti tidak menyertakan kasus dengan hasil CT/MRI otak yang menyatakan

curiga terjadinya metastasis dan atau pada status tidak terlampir hasil CT/MRI otak. Data letak massa tumor di paru, sebanyak 29 kasus di status rekam medis tidak terlampir hasil diagnosa baik dari foto/ CT dada, bronkoskopi, catatan dokter mengenai hal ini. Sedangkan pengurangan data sebanyak tujuh kasus disebabkan pada hasil diagnosis tidak dapat

dikategorikan, karena tidak spesifiknya letak tumor.

Pada Tabel 1 menggambarkan distribusi ber-dasarkan jenis kelamin, kejadian kanker paru metastasis otak pada laki-laki (65,7%) lebih tinggi daripada pada perempuan (34,3%) dengan perbandingan 2:1. Distri-busi berdasarkan kelompok umur baik pada laki-laki maupun perempuan tinggi pada usia >59 tahun (43,1% dan 44,1%). Sedangkan distribusi berdasarkan domisili pasien, baik pada laki-laki maupun perempuan ter banyak yang bertempat tinggal di Jakarta (55,4% dan 47,1%).

Gambar 1 menggambarkan kejadian kanker paru dengan metastasis otak mulai meningkat pada usia 40 tahun sementara puncak kejadian terjadi pada kelompok umur 50 tahun. Rentang umur pasien pada penelitian ini antara 27-80 tahun dengan median umur 57 tahun.

HASIL

Tabel 1. Gambaran demografi pasien kanker paru metastasis otak

Kelompok umur Laki-laki Perempuan Domisili Laki-laki Perempuan

n (%) n (%) n (%) n (%)

<45 8 (12,3) 8 (23,5) Jakarta 36 (55,4) 16 (47,1)

45-59 29 (44,6) 11 (32,4) Bodetabek 16 (24,6) 11 (32,4)

>59 28 (43,1) 15 (44,1) Luar Jakarta 13 (20,0) 7 (20,6)

Gambar 1. Trend pasien kanker paru metastasis otak berdasarkan kelompok umur 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 25- 30- 35- 40- 45- 50- 55- 60- 65- 70- 75+

(4)

Tabel 2 menggambarkan distribusi klinis pasien kanker paru metastasis otak, adenokarsinoma men-dominasi jenis morfologi penelitian ini (67,9%). Lobus parietal menjadi lokasi yang paling sering pada kejadian metastasis otak (41,3%). Persentase tertinggi distribusi letak massa tumor di paru adalah pada lobus atas kanan (LAKA 30,2%). Beberapa pasien memiliki lebih dari satu lesi baik untuk metastasis maupun massa di tumor di paru.

Berdasarkan Tabel 3, distribusi tertinggi

gambaran klinis tidak terkait neurologi, yang dikeluhkan pasien pada saat datang pertama kali ke RSKD, berturut-turut adalah sesak napas (36,1%), batuk dengan atau tanpa dahak (28,9%), dan penurunan berat badan (14,5%). Sedangkan gambaran klinis tertinggi terkait neurologi, yang dikeluhkan pasien pada saat datang pertama kali ke RSKD, adalah nyeri kepala (22,9%), kelemahan (19,3%), dan nyeri punggung (13,3%).

Tabel 2: Gambaran klinis pasien kanker paru metastasis otak

Variabel n % Variabel n %

Jenis Histologi

Karsinoma sel kecil 7 8,3

Letak massa tumor di paru

BUKA 13 20,6

Karsinoma bukan sel kecil 6 7,1 LAKA 19 30,2

Adenokarsinoma 57 67,9 LMKA 4 6,3

karsinoma sel skuamosa 10 11,9 LBKA 13 20,6

Karsinoma sel besar 2 2,4 BUKI 11 17,5

Lain-lain 2 2,4 LAKI 11 17,5 LBKI 12 19,0 Letak lesi metastasis di otak Otak besar 15 32,6 Letak lesi metastasis di otak Batang otak 1 2,2

Lobus frontal 13 28,3 Meningen 2 4,3

Lobus oksipital 13 28,3 Sistem Limbik 1 2,2

Lobus parietal 19 41,3 Tulang kranium 7 15,2

Lobus temporal 3 6,5 Tulang oksipital 1 2,2

Otak kecil 10 21,7 Tulang parietal 2 4,3

Tabel 3. Distribusi gambaran klinis neurologi dan bukan neurologi diawal kunjungan

Gambaran klinis bukan neurologis n % Gambaran klinis neurologis n %

Gangguan pernapasan

Sensoris

Nyeri bahu 1 1,2

Batuk darah 8 9,6 Nyeri bokong 1 1,2

Batuk dengan/tanpa dahak 24 28,9 Nyeri dada 9 10,8

Kesulitan pengeluaran dahak 2 2,4 Nyeri kaki 6 7,2

Masalah paru yang berulang 2 2,4 Nyeri kepala 19 22,9

Perubahan bunyi napas 1 1,2 Nyeri ketiak 1 1,2

Perubahan suara 1 1,2 Nyeri lutut 1 1,2

Sesak napas 30 36,1 Nyeri perut 2 2,4

Vena cava superior syndrome (VCSS) 2 2,4 Nyeri pinggang 2 2,4

Gangguan Saluran cerna Nyeri pinggul 1 1,2

Gangguan BAK atau BAB 4 4,8 Nyeri punggung 11 13,3

Kerongkongan haus 1 1,2 Nyeri seluruh tubuh 3 3,6

Kesulitan menelan 1 1,2 Nyeri tenggorok 1 1,2

Ketidaknyaman di perut 2 2,4 Nyeri tulang belakang 1 1,2

Mual 6 7,2 Nyeri tulang rusuk 1 1,2

Muntah 9 10,8 Kejang 3 3,6

Penurunan berat badan 12 14,5 Kelemahan 16 19,3

Penurunan nafsu makan 9 10,8 Kelumpuhan 3 3,6

Benjolan Kesemutan 2 2,4

Benjolan kepala 2 2,4 Lupa 1 1,2

Benjolan leher 2 2,4 Mengantuk 1 1,2

Benjolan punggung 1 1,2 Penglihatan kabur 1 1,2

Jera menonjol di dada 1 1,2 Penurunan kesadaran 6 7,2

Pembengkakkan Motorik Kesulitan berjalan 3 3,6

Pembengkakkan leher 1 1,2 Koordinasi gerak menurun 1 1,2

Pembengkakkan muka 1 1,2

Lain-lain

Demam 3 3,6

Katarak 1 1,2

Kelelahan 1 1,2

(5)

Pada Tabel 4 menggambarkan distribusi gam-baran klinis dengan lokasi metastasis otak pada pasien kanker paru, hanya 17,4% pasien kanker paru dengan metastasis otak dengan keluhan terkait neurologi. Sedangkan sebanyak 28,3% pasien sama sekali tidak mengeluhkan gejala terkait neurologi, serta sebanyak 39,1% pasien mengeluhkan gejala baik terkait maupun tidak terkait dengan neurologis. Pasien dengan berbagai keluhan ini, persentase tertinggi lesi metastasis otak berada di otak besar (56,5%).

Tabel 5 menggambarkan distribusi lokasi massa tumor paru dengan lokasi metastasis otak, pada Tabel ini menggambarkan bawah lokasi massa tumor yang terletak di paru kanan (41,3%) lebih tinggi daripada lokasi massa tumor yang terletak di paru kiri (30,4%), tetapi dengan lokasi massa tumor yang tidak diketahui sebanyak 7 kasus (26,1%). Masing-masing massa tumor di paru sebagian besar bermetastasis ke otak besar (56,5%).

Tabel 4. Distribusi gambaran klinis dengan lokasi metastasis otak

Letak lesi metastasis di otak neurologiGejala Gejala bukan neurologi Gejala neurologi dan bukan neurologi Gejala tidak tertulis Grand Total

n % n % n % n % n %

Otak besar 7 15,2 8 17,4 7 15,2 4 8,7 26 56,5

Otak besar, otak kecil - - 1 2,2 3 6,5 1 2,2 5 10,9

Otak besar, otak kecil, batang otak - - - - 1 2,2 - - 1 2,2

Otak besar, otak kecil, tulang - - - - 1 2,2 - - 1 2,2

Otak besar, otak kecil, meningen 1 2,2 - - - - 1 2,2

Otak besar, tulang - - 1 2,2 2 4,3 1 2,2 4 8,7

Otak kecil - - 1 2,2 - - - - 1 2,2

Otak kecil, limbik - - 1 2,2 - - - - 1 2,2

Tulang - - 1 2,2 4 8,7 - - 5 10,9

Meningen - - - - 1 2,2 1 2,2

Grand Total 8 17,4 13 28,3 18 39,1 7 15,2 46 100,0

Tabel 5. Distribusi lokasi massa tumor kanker paru dengan lokasi metastasis otak

Lokasi lesi di paru Otak besar Otak besar, otak kecil Otak besar, otak kecil, batang otak Otak besar, otak kecil, tulang Otak besar, otak kecil, meningen Otak besar, tulang Otak kecil Otak kecil, Sistem limbik

Tulang Meningen Grand Total

n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % BUKA 1 2,2 1 2,2 - - - - 1 2,2 - - 3 6,5 LAKA 2 4,3 1 2,2 - - - - 2 4,3 - - - - 5 10,9 LMKA 1 2,2 - - - - 1 2,2 LBKA 1 2,2 - - - - 1 2,2 1 2,2 1 2,2 - - 4 8,7 > 1 lesi di paru kanan 5 10,9 - - - - 1 2,2 - - - - 6 13,0 BUKI - - - - 1 2,2 1 2,2 - - - - 2 4,3 LAKI 3 6,5 - - - - 3 6,5 LBKI 3 6,5 - - - - 1 2,2 - - - - 4 8,7 > 1 lesi di paru kiri 3 6,5 1 2,2 - - - - 1 2,2 - - - - 5 10,9 3 lesi di paru

kanan&kiri - - - - 1 2,2 - - 1 2,2 Tidak diketahui 7 15,2 2 4,3 - - - - 2 4,3 1 2,2 12 26,1 Grand Total 26 56,5 5 10,9 1 2,2 1 2,2 1 2,2 4 8,7 1 2,2 1 2,2 5 10,9 1 2,2 46 100,0

keterangan:

BUKA : bronkus utama kanan LAKA : lobus atas kanan LMKA : lobus medius kanan LBKA : lobus bawah kanan BUKI : bronkus utama kiri LAKI : lobus atas kiri LBKI : lobus bawah kiri

(6)

PEMBAHASAN

Distribusi berdasarkan kelompok umur baik pada laki-laki maupun perempuan tinggi pada usia >59 tahun (43.1% dan 44.1%). Rentang umur pasien pada penelitian ini antara 27-80 tahun dengan median umur 57 tahun, kejadian kanker paru dengan metastasis otak mulai meningkat pada usia 40 tahun sementara puncak kejadian terjadi pada kelompok umur 50 tahun (Tabel 1 dan Gambar 1).

Hal ini hampir sejalan dengan hasil penelitian epidemiologi sebelumnya yaitu distribusi tertinggi kasus kanker paru di RSKD berdasarkan kelompok umur adalah diatas 59 tahun, peningkatan kejadian pada usia 40 tahun namun agak berbeda dengan puncak kasus pada usia 65 tahun dengan rentang umur dimulai dari 29-85 tahun.3

Tingginya kejadian kanker paru dengan metas-tasis otak pada laki-laki daripada perempuan, hal ini sejalan karena lebih tingginya insiden kanker paru pada laki-laki dibanding perempuan dan kemungkinan berhubungan dengan kebiasaan merokok pada laki-laki.8 Kejadian kanker paru dengan penyebaran ke otak

mulai meningkat pada usia 45-64 tahun dan tertinggi pada usia di atas 65 tahun. Jenis kelamin tampaknya tidak memainkan peran dalam keseluruhan kejadian metastasis otak.10 Pada penelitian ini peningkatan

keja-dian dan puncak umur terjadi pada usia yang lebih muda. Rentang umur pasien pada penelitian lain menyebutkan antara 40-79 tahun dengan median umur 54 tahun dan insidens terbanyak pada kelompok umur 40-49 tahun, hal ini berjalan paralel dengan kanker primernya.11

Distribusi jenis morfologi pasien kanker paru metastasis otak didominasi subtipe adenokarsinoma (67,9%) (Tabel 2). Pada penelitian ini, dari 99 kasus yang menjadi sampel penelitian, terdapat 15,2% kasus yang tidak diketahui jenis morfologinya, dan tidak diikutsertakan dalam perhitungan.

Data penelitian yang dilakukan di RS Per-sahabatan mendapatkan adenokarsinoma meru-pakan jenis sel kanker terbanyak yang didapat 27

pasien (77,1%).11 Pada penelitian lain mendapatkan

jenis sel kanker paru metastasis ke otak terbanyak

adalah adenokarsinoma sebesar 58,6%.12 Peneliti

Yohena T dkk,13 mendapatkan hasil sama yaitu

adenokarsinoma 81/141 (57,4%). Bonnette dkk,14

mendapatkan hasil tidak jauh berbeda 74/103 (71%). Penyebab utama metastasis otak adalah dari jenis morfologi adenokarsinoma (45%) dan kemudian sel

kecil dan karsinoma sel skuamosa (55%).15

Adenokarsinoma muncul sebagai tumor perifer, yang timbul dari epitel permukaan alveolar atau kelenjar mukosa bronkus. Adenokarsinoma juga bisa muncul dari daerah infeksi sebelumnya atau bekas luka. Adenokarsinoma merupakan tumor memproduksi mucin dan membentuk kelenjar. Pada tahap sangat awal, adenokarsinoma tampaknya memiliki prognosis yang lebih buruk daripada karsinoma sel skuamosa.16

Pasien dengan adenokarsinoma dan karsino-ma sel besar memiliki kemungkinan lebih besar dari metastase otak dibandingkan pasien dengan

karsinoma sel skuamosa (p=0,001 ).17

Pada Tabel 2 menggambarkan distribusi letak lesi metastasis di otak. Lobus parietal menjadi lokasi yang paling sering pada kejadian metastasis otak (41,3%). Dari hasil CT/MRI otak yang terlampir sebagian besar (56,5%) pasien mempunyai lebih dari satu lesi metastasis di otak.

Pada metastasis otak, lokasi paling sering ter-jadinya metastasis adalah parietooccipital dan lobus

parietotemporal dan satu di dorsal otak tengah.15

Penelitian lain melaporkan temuan hal yang sama yaitu lokasi paling sering terjadinya metastasis adalah parietooccipital.19

Metastasis ke otak adalah penyebaran sel-sel kanker primer ke otak melalui pembuluh darah dan atau kelenjar limfe. Otak sebagai lokasi tersering metastasis dari kanker paru. Metastasis ke otak lebih banyak terjadi (8-11 dari 100.000) dibandingkan dengan kanker primer di otak (6 dari 100.000). Pemeriksaan CT/MRI sebagai alat bantu untuk diagnosis dan deteksi lesi metastasis di otak. Terapi paliatif dengan multimodaliti digunakan untuk pasien kanker paru metastasis ke otak.6-7

Persentase tertinggi distribusi letak massa tumor di paru (Tabel 2) adalah pada lobus atas kanan (LAKA) sebanyak 30,2%, dengan sebagian

(7)

besar pasien hanya mempunyai satu lesi massa tumor di paru (71,4%).

Lokasi lesi kanker paru yang ditemukan tertinggi pada pemeriksaan bronkoskopi yaitu LAKA sebanyak

14 kasus (35%).20 Penelitian Roth dkk, pada pasien

dengan kanker paru, lesi yang terlihat dan ukuran tumor

merupakan prediktor signifikan untuk hasil diagnostik,

lokasi terbanyak juga pada lobus atas kanan yaitu 88 kasus (24,2%).21 Penelitian yang dilakukan Wallace dkk,

dengan menggunakan bronkoskopi menemukan lokasi tumor terbanyak juga di lobus atas kanan (23%).22

Berdasarkan Tabel 3, distribusi tertinggi

gambaran klinis tidak terkait neurologi, yang paling sering dikeluhkan pasien pada saat datang pertama kali ke RSKD adalah sesak napas (36,1%). Sedangkan gambaran klinis tertinggi terkait neurologi, yang paling sering dikeluhkan pasien adalah nyeri kepala (22,9%).

Gejala tidak terkait neurologis paling sering batuk (65%), sesak napas (50%), batuk berdarah (42%), nyeri dada (21%) dan VCSS (3%). Sebelas pasien memiliki gejala neurologis karena metastasis otak sebagai berikut: hemiparesis akut (5 kasus), kejang (2 kasus) sakit kepala dan pengelihatan kabur (2 kasus), sindrom paranoid (1 kasus) dan metastasis otak miliaria (1 kasus).15

Kebanyakan pasien datang dengan tanda

neurologis yang signifikan dengan gejala yang ber­

hubungan dengan lokasi dan luasnya keterlibatan otak. Meliputi baik perubahan neurologis fokal mau-pun gejala sekunder yang umum terkait dengan peningkatan tekanan intrakranial.18

Pada Tabel 4 menggambarkan distribusi gam-baran klinis dengan lokasi metastasis otak pada pasien kanker paru, hanya 17,4% pasien kanker paru dengan metastasis otak yang hanya mengeluhkan gejala terkait neurologi dengan persentase tertinggi lesi metastasis otak berada di otak besar (56,5%). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian lainnya yang mengatakan bahwa pasien dengan gejala neurologi lebih besar daripada pasien tanpa gejala.

Metastasis ke otak dapat dengan atau tanpa gejala neurologi, pada penelitian lain, mendapatkan hasil kelompok pasien dengan gejala neurologi sebanyak 30 (87%) dan 5 pasien (14,5%) tanpa gejala. Hasil

ini merupakan gambaran bahwa sebagian besar penderita kanker paru datang setelah stadium lanjut bahkan setelah penyebaran di otak menimbulkan

gejala.11 Besarnya persentase pasien dengan gejala

neurologis ini sama dengan hasil penelitian yang dila-kukan oleh Hochstenbaga dkk,23 mendapatkan sebesar

86% dengan gejala neurologi dan 14% tanpa gejala. Penelitian retrospektif Taneja dkk.8 mendapatkan 120

(66%) mempunyai gejala neurologi dan 61 pasien (34%) tanpa gejala.

Namun hasil penelitian lain mengemukakan bahwa pada saat diagnosis, 58% pasien hanya menge-luhkan gejala terkait dengan kanker paru dan 42% masalah neurologis. Gejala paru ditambah neurologis ditemukan di 30% dan gejala neurologis murni 12%.15

Penggalian yang mendalam tentang keluhan yang dirasakan pasien di awal kunjungan ke RSKD menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi

pengambilan keputusan bagi klinisi dalam per

tim-bangan penengakkan diagnosa. Pasien yang sama sekali tidak mengeluhkan gejala terkait neurologi-pun ternyata dalam perkembangannya penyakitnya mengalami penyebaran ke otak.

Tabel 5 menggambarkan distribusi lokasi massa tumor paru dengan lokasi metastasis otak, pada Tabel ini menggambarkan bawah lokasi massa tumor yang terletak di paru kanan lebih banyak daripada lokasi massa tumor yang terletak di paru kiri, tetapi dengan lokasi massa tumor yang tidak diketahui sebanyak tujuh kasus. Masing-masing massa tumor di paru sebagian besar bermetastasis ke otak besar (56,5%).

KESIMPULAN

Distribusi berdasarkan kelompok umur baik pada laki-laki maupun perempuan tinggi pada usia >59 tahun. Distribusi jenis morfologi pasien kanker paru metastasis otak didominasi oleh jenis adenokarsinoma. Gambaran klinis tidak terkait neurologi yang paling sering dikeluhkan pasien pada saat datang pertama kali ke RSKD adalah sesak napas. Sedangkan gambaran klinis terkait neurologi yang paling sering dikeluhkan pasien pada saat datang pertama kali ke RSKD adalah nyeri kepala. Lobus parietal menjadi lokasi yang paling

(8)

sering pada kejadian metastasis otak pada kanker paru. Persentase tertinggi distribusi letak massa tumor di paru adalah LAKA. Persentase tertinggi lesi metastasis otak dengan berbagai gambaran klinis berada di otak besar. Lokasi massa tumor yang terletak di paru kanan lebih banyak daripada lokasi massa tumor yang terletak di paru kiri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Data Kanker Nasional. Jakarta Population-Based Cancer Registry (2005-2007). Jakarta: Rumah Sakit Kanker “Dharmais”; 2010. (belum diterbitkan) 2. Suzanna E, Sirait T, Rahayu P, Shalmont G,

Anwar E, Andalusia R, et al. Hospital-based cancer registry in Dharmais Hospital - National Cancer Center. 1993-2007. Indonesian Journal of Cancer, 2012; 6 (4) Suppl: 181-205.

3. Ramadhaniah F, Rahayu P, Suzanna E. Berbagai gambaran klinis pada kanker paru di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” (RSKD). 2013. (belum publikasi). 4. Pearson FG. Current status of surgical resection

for lung cancer. Chest. 1994;106(6):337-9. 5. Johnson JD, Young B. Demographics of brain

metastases. Neurosurg Clin N Am. 1996;7:337-44. 6. Sorensen JB, Hansen HH, Hansen M, Dom-bernowsky P. Brain metastasis in adenocarcinoma of the lung: frequency, risk group, and prognosis. J Clin Oncol. 1988;6:1474-80.

7. Shepherd FA. Chemotherapy for non-small cell lung cancer: have we reached a new plateau?. Semin Oncol. 1999;26:3-11.

8. Taneja S, Talwar V, Jena A, Doval DC. Incidens of asymtomatic brain metastasis in lung cancer patient at initial staging work up a study of 211 cases. JIACM 2007; 8:312-5.

9. Jusuf A, Harryanto A, Syahruddin E, Endardjo S, Mudjiantoro S, Sutantio N. Pedoman nasional untuk diagnosis dan penatalaksanaan di indonesia: kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil. Jakarta: PDPI dan POI; 2005.

10. American Brain Tumor Association. Metastatic Brain Tumors. [Online]. 2012 [Cited 2013 Agustus 19]. Available from: www.abta.org.

11. Yulianti D, Syahruddin E, Hudoyo A , Icksan A. Neurological clinical symptoms and CT scan brain images of lung cancer patients small cell carcinoma is not brain metastasis in Persahabatan hospital. J Respir Indo. 2011; 31: 32-7.

12. Bilgin S, Yilmaz A, Ozdemir F, Akkaya E, Karakurt Z, Poluman A. Extrathoracic staging of non-small cell bronchogenic carcinoma: relationship of the clinical evaluation to organ scan. Respirology 2002; 7:57-61.

13. T. Yohena, I. Yoshino, M. Kitajima, T. Uehara, T. Kanematsu, T. Teruya, et al. Necessity of preoperatif screening for brain metastasis in non-small cell lung cancer patients without lymph node metastasis. Ann Thorac Cardiovasc Surg. 2004;10:347-9. 14. Bonnette P, Puyo P, Gabriel C, et al. Surgical

management of non-small cell lung cancer with synchronous brain metastases. Chest. 2001; 119:1469-75.

15. Ghaffarpour M, Firouzbakhsh Sh, Omrani GH, Mansoorian B. Neurologic manifestations as the presenting symptoms in lung cancer. Acta Medica Iranica. 2002; 40(3):198-202.

16. Franklin WA, Noguchi M, Gonzalez A. Molecular and cellular pathology of lung cancer. In: Pass HI, Carbone DP, Johnson DH, Minna JD, Scagliotti GV, Turrisi AT III (Eds). Principles and practice of lung cancer. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2010. p. 287–324.

17. AA Shi, SR Digumarthy, JS Temel, EF Halpern, LB Kuester, SL Aquino. Does initial staging or tumor histology better identify asymptomatic brain metastases in patients with non-small cell lung cancer?. J Thorac Oncol. 2006;1:205-10. 18. Zabel A., Debus J. Treatment of brain metastases

from non-small-cell lung cancer (NSCLC): Radiotherapy. Lung Cancer. 2004;45:247–52. 19. JY Dellatre, G Krol, HT Thaler, JB Posner.

Distri-bution of brain metastasis. Arch Neurol. 1988; 45:741-4.

20. Wahyuni TD, Swidarmoko B, Rogayah R, Hidayat

H. The positive result of cytology brushing at

(9)

transthoracic needle aspiration in central lung tumor. J Respir Indo. 2011;31:22-31.

21. Roth K, Hardie JA, Andreassen AH, Leh F, Eagan TML. Predictors of diagnostic yield in bronchoscopy: a retrospective cohort study comparing different combinations of sampling techniques. BMC Pulmonary Medicine. 2008; 8:1-8.

22. Wallace MJ, Krishnamurthy S, Broemeling

LD, Gupta S, Ahrar K, Morello FA, et al. CT-

guided percutaneous fine needle aspiration

biopsy of Small (<1cm) pulmonary lesions. Radiology. 2002;225:823-8.

23. Hochstenbaga MM, Twinjnstra A, Hofman P. Mrimaging of the brain of neurologic asymtomatic patient with large cell or adenocarsinoma of the

lung: does it influence prognosis and treatment?.

Gambar

Tabel 1. Gambaran demografi pasien kanker paru metastasis otak
Tabel 3. Distribusi gambaran klinis neurologi dan bukan neurologi diawal kunjungan
Tabel 5 menggambarkan distribusi lokasi massa  tumor paru dengan lokasi metastasis otak, pada Tabel ini  menggambarkan bawah lokasi massa tumor yang terletak  di paru kanan (41,3%) lebih tinggi daripada lokasi massa  tumor yang terletak di paru kiri (30,4%

Referensi

Dokumen terkait

Assessment dan talent review untuk mengenali dan mengelola talenta terbaik dalam perusahaan agar dapat dikembangkan sesuai kebutuhan individu tersebut, serta meningkatkan

Melalui program ini diharapkan akan mampu meningkatkan jiwa wirausaha dikalangan masyarakat khususnya mahasiswa dalam rangka mengatasi masalah

Kemitraan LPTK Unsyiah dan UIN Ar Raniry dengan USAID PRIORITAS telah mengembangkan berbagai bentuk kerja sama, di antaranya (1) Menguatkan program praktik mengajar untuk

Penanggung akan membayar ganti rugi kepada Tertanggung sampai dengan jumlah manfaat maksimal sebesar Rp 6.500.000 (enam juta lima ratus ribu Rupiah) untuk

Aturan yang demikian itulah, yang kemudian menjadi salah satu faktor yang menurut penulis adalah bagian dari kompleksitas pranata sosial yang berlaku di

Proses pencucian tidak selalu dilakukan setiap produksi, terkadang bahan baku setelah disortasi langsung dimasukkan dalam bak perendaman dengan garam dan baru

Hal ini tidak diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2008), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang Napza berkategori baik

ISI Surakarta; 2) Menyediakan wahana publikasi hasil kreativitas dan keilmuan bagi dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan ISI Surakarta di ruang publik; 3)