• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik Negara ini. Sebagaimana semboyan Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. daya tarik Negara ini. Sebagaimana semboyan Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman baik suku, ras maupun agama. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang dapat dikatakan suatu daya tarik Negara ini. Sebagaimana semboyan Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti meski berbeda-beda namun tetap satu jua, yakni Indonesia. Dari semboyan tersebutlah rakyat Indonesia di harapkan dapat tetap berdampingan secara damai dalam keberagaman tersebut. Dimana Indonesia merupakan Negara dengan beragam suku, etnis dan juga agama. Negara kita memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa, dan 6 agamanya yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghuchu.

Kebudayaan Indonesia sangatlah beragam maka dari itu sangat kompleks. Kelompok manusia yang tinggal dan menetap, dan berinteraksi dengan cukup lama sehingga menghasilkan suatu kebudayaan kelompok itu sendiri, masing-masing dari kebudayaan yang dihasilkan tersebut mempunyai ciri khas dan keunggulan masing-masing. Kehidupan beragama tercermin dalam sikap, perilaku dan tindakan sesuai dengan nilai-nilai agama yang menekankan hidup beragama, toleransi dan penghargaan atas pluralitas yang belakangan ini mengalami tantangan yang hebat sekali. Toleransi itu sendiri dalam kehidupan beragama di Indonesia yang sangat multikultural dan multiagama, mungkin tidak akan mudah untuk belajar toleransi apalagi dalam hal beragama karena agama adalah hal yang sangat luhur dan tidak bisa diganggu gugat.

(2)

Dasar pendidikan sosial dalam mendidikanak adalah membiasakan anak berperilakuyang sesuai etika dan tatanan yang ada dalammasyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut,di negara Indonesia ada dasar negara yangdihormati oleh masyarakat sebagai acuandalam berperilaku di negara yaitu pancasila.Lima sila yang terkandung didalamnyamenjelaskan bagaimana kehidupan bangsayang diatur sesuai dengan kepribadian bangsayang ingin dicita citakan. Kelima sila tersebutdiantaranya berketuhanan, berperikemanusiaan,menciptakan persatuan dankesatuan, jiwa kerakyatan dan berkeadilanuntuk mewujudkan kesejahteraan sosial.Dalam hal pendidikan dengan mengamalkankelima sila tersebut maka diharapkan adapribadi – pribadi yang sesuai dengan sila – sila tersebut. Harapannya adalah agar anak – anakmemiliki pribadi yang mengenal pribadibangsanya, mengenal norma, adat istiadat dantata krama yang sudah dimiliki bangsaIndonesia sejak dahulu.

Dengan segala perbedaan yang ada tersebut sudah tentu rentan terhadap konflik. Sehingga agar terhindar dari konflik yang tidak diinginkan tentu kita membutuhkan suatu sikap saling menghargai perbedaan masing-masing yang biasa disebut dengan toleransi. Selain itu dari sikap toleransi, tumbuhlah sikap perduli juga sangat dibutuhkan meski sulit di praktekkan. Sikap perduli atau empati merupakan sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain serta keperdulian yang mendalam sehingga tumbuh rasa iba dan kasih untuk dapat menolong orang lain. Rasa empati ini merupakan kelanjutan rasa simpati. Maka dari itu sikap empati sosial ini sangat dibutuhkan didalam masyarakat majemuk agar tercipta suasana aman dan tenteram serta sejahtera.

(3)

Seperti yang diungkapkan oleh Brock (2012), bahwa anak usia dini (pembelajar) membutuhkan jiwa profesionalitas dan hal tersebut didapatkan dari pembentukan peraturan dan kurikulum yang dilakukan oleh pendidik. Menurut Albertus (2010 dalam Wibowo, 2012), agar pendidikan karakter efektif hendaknya menyertakan tiga basis pendekatan yaitu pendidikan karakter berbasis kelas (classroom based), kultur sekolah (school culture), dan komunitas (community). Unsur kultur sekolah menjadi hal mendasar bagi tercapainya tujuan pendidikan karakter. Pengkulturan yang berkarakter bagi peserta didik dapat tercapai dengan efektif melalui peran pendidik yang memahami dan dapat mengimplementasikan makna dari pendidikan karakter (the meaning of character education). Perlu adanya faktor penguatan (reinforcement factors) yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi habit dan akan membudaya (culturing) dalam kehidupan peserta didik hingga dewasa (Suminar, 2010). Sanger dan Osguthorpe (2012) menyebutkan bahwa guru atau pendidik adalah sosok contoh (model atau patron) dari peserta didik (client) dalam bertindak dan berperilaku serta menjadi pendukung yang efektif dan menjadi sosok yang bertanggung jawab dalam praktek pembelajaran peserta didik khususnya dalam konteks lembaga pendidikan.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peran pendidik dan karakteristik pendidik saling berhubungan meskipun tidak secara langsung. Seorang anak memulai proses belajar sejak menit-menit pertama dalam hidupnya. Murid atau peserta didik berhak mendapatkan pelayanan yang bermakna (meaningful), seperti lingkungan yang bermanfaat untuk proses belajar yang efektif (Leikin & Dinur, 2011). Mengajar yang efektif (effective teaching)

(4)

merupakan seperangkat perilaku yang dilakukan oleh pendidik yang efektif (effective teacher) dalam pekerjaan harian mereka. Banyak ahli pendidikan berpendapat bahwa keefektifan seorang pendidik merupakan kombinasi antara pengetahuan, skill, dan karakteristik personal (Katz, 1993 dalam Colker, 2008).

Pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan ditujukan untuk anak sejak lahir sampai 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (Pasal 1 ayat 4). Salah satu lembaga pendidikan yang dapat melakukan penanaman nilai toleransi adalah Taman Kanak-Kanak (TK) yang merupakan salah satu pendidikan anak usia dini (PAUD) yang bersifat formal.

Kebun ajamu merupakan daerah pesisir. Kebun Ajamu berada di kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara. Kebun Ajamu berjarak ± 90 Km dari Rantau Prapat atau 400 Km dari Medan. Penduduk Kebun Ajamu memiliki suku, etnis agama yang berbeda. Suku yang ada di Desa Kebun Ajamu yaitu suku melayu, batak. Desa Kebun Ajamu merupakan desa multietnis yang terdiri dari beragam suku antara lain etnis melayu, batak toba, batak mandailing, aceh, etnis, begitu juga dengan Kebun ajamu mayoritas penduduknya adalah agama islam, disamping itu bukan hanya agama islam saja yang ada didesa tersebut akan tetapi ada agama lainnya seperti agama batak, protestan.

(5)

Kebun ajamu memiliki sebuah lembaga pendidikan yaitu Taman Kanak-Kanak (TK)Pamardi Siwi. TK berdiri pada tahun 1969 dan sampai sekarang masih aktif. TK pamardi siwi merupakan TK yang berbentuk formal. Taman Kanak-Kanak (TK) Pamardi Siwi merupakan lembaga pendidikan anak umur 4-6 tahun. TKPamardi Siwidi bagi menjadi dua kelas yaitu TK kelompok A dan TK kelompok B dengan jumlah 30 orang anak setiap satu kelas. Setiap satu kelas terdapat beberapa suku, agama, dan budaya yang berbeda-beda, diantaranya beragama islam dan batak. Anak di TK tersebut menjadi satu kelas dengan perbedaan agama suku dan budaya masing-masing. Pendidikan nilai toleransi pada anak memberikan dampak yang baik pada anak untuk bisa saling menghargai perbedaan pendapat, kepercayaan dan saling menghormati satu sama lain. Pengenalan dan pembiasaan pelaksanaan pendidikan nilai toleransi yang dilakukan oleh pendidik di TK Pamardi Siwi merupakan salah satu yang menjadi tujuan dari nilai pendidikan anak usia 4-6 tahun.

Anak yang bersekolah di TK Pamardi Siwi berasal dari keluarga yang berbeda latar belakang ekonomi, kebudayaan, agama maupun pola asuh dalam keluarga. Jumlah peserta didik TK Pamardi Siwi pada tahun pelajaran 2012-2013 dan 2013-2014 lebih banyak dari tahun 2011-2012 karena jumlah anak yang masuk semangkin meningkat.

Anak di Tk Pamardi Siwi kelompok kelas B dan kelompok kelas A TK Pamardi Siwi, ditemukan bahwa karakteristik siswa berbeda dengan tahun sebelumnya. Beberapa anak dominan dalam kegiatan bermain maupun dalam mengungkapkan ide dan pendapat. Masalah sering terjadi ketika anak menemui adanya perbedaan diantara mereka. Perbedaan bisa dalam bentuk ide, kepemilikan

(6)

barang, atau pengalaman serta kebiasaan sehari-hari. Anak lebih dominan hanya berteman dengan anak yang sependapat atau mempunyai persamaan bahkan memaksakan kehendak sehingga dalam berinteraksi sering timbul permasalahan dalam bersosialisasi, misalnya anak tidak sabar menunggu giliran, anak suka memaksakan kehendaknya atau keinginannya. Selain itu anak yang merasa kurang mampu hanya diam dan menarik diri saat melakukan kegiatan di sekolah. Anak menjadi tidak bebas berteman atau berinteraksi dengan teman yang lain karena merasa berbeda, dan hanya mau bermain dengan teman yang mempunyai persamaan. Kelompok yang lebih suka bercerita selalu ingin mendapat giliran terlebih dahulu dan memaksakan kehendak atau ide mereka, dan anak kurang menghargai teman yang berbeda. Guru menyadari adanya kelemahan dalam pengelolaan kelas, dan apabila perbedaan keinginan terus dibiarkan dalam jangka waktu lama akan menimbulkan keengganan bagi anak yang lain untuk menyampaikan pendapat atau aktif berkegiatan. Kegiatan di sekolah yang semula dianggap potensial dapat mengembangkan berbagai kemampuan anak akan menjadi kegiatan yang tidak menyenangkan. Perlu ada tindakan dan usaha untuk mencoba merubah strategi pembelajaran untuk mengatasi masalah. Aturan yang ada diterapkan dan diupayakan tetapi belum mampu merubah kebiasaan anak agar menghargai dan mau mendengarkan pendapat yang berbeda. Sebagai contoh anak tetap berbicara dengan teman yang lain saat guru memberikan kesempatan anak yang beragama Kristen untuk berdoa terlebih dahulu, meskipun sebelumnya guru sudah memberitahu aturan untuk menghargai dan tidak mengganggu teman yang sedang berdoa. Saat guru memberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat

(7)

anak kurang memperhatikan dan suka menyela saat anak yang lain sedang bercerita.

Adanya fenomena banyaknya kekerasan yang terjadi ditengah masyarakat seperti diskriminasi terhadap agama, suku, budayayang berbeda dengan kelompok lain. Peristiwa tersebut sungguh sangat meresahkan masyarakat sehinga terjadi kekerasan perbedaan pendapat, saling tidak menghargai satu dengan yang lain. Kejadian tersebut dianggap melanggar baik peraturan, etika hukum dan moral bangsa Indonesia yang dikenal memiliki karakter ramah, bergotong royong dengan azas persatuan dan kesatuan serta sila-sila lainnya dalam Pancasila. Hal tersebut menimbulkan masalah efektivitas pendidikan, dimana pendidikan nilai toleransi menjadi salah satu bagian pembelajaran dalam pembentukan karakter peserta didik di TK Pamardi Siwi.

Sekolah sebagai tempat yang mewakili komunitas masyarakat merupakan cermin keragaman dalam masyarakat, karena itu sekolah dapat membantu anak memahami dan menghormati keragaman. Sekolah dapat mengajarkan nilai-nilai demokratis yang meliputi menghargai perbedaan agama, suku,dan budaya dan (Blum, 2010). Kuncinya adalah dengan membangun pemahaman anak-anak tentang perbedaan budaya, menghargai perbedaan.

Guru dapat menggunakan pengetahuan siswa tentang pelajaranmultikultural seperti budaya dan etnis sebagai kerangka kerja untuk melakukan inquiry serta melaksanakan instruksi (Benks et. all, dalam Tarman & Tarman 2011). model inquiry atau penyelidikan ini dengan fokus belajar pada ide, pertanyaan, dan pengetahuan anak, bukan pada guru (Eick & Redd, 2002).

(8)

Penanaman nilai toleransi di kelompok Kelas B pamardi Siwi , penulis lebih memfokuskan pada kelompok kelas TK B. Alasan penulis lebih memfokuskan pada TK B adalah karena melihat bahwa umur anak yakni 5-6 tahun, indikator kemandirian dan kedisiplinan terhadap perbedaan agama dan pendapat antara teman sudah lebih dipahami sehingga guru mudah untuk lebih menanamkan nilai toleransi pada anak usia 5-6 tahun memiliki perkembangan yang lebih dibandingkan dengan usia di bawah 4-5 tahun.

Penanaman nilai toleransi diterapkan pada seluruh anak di Tk Pamardi Siwi termasuk siswa TK B yang menjadi fokus penelitian. Hal ini dapat diamati dengan dibuatnya peraturan yang ketat bagi guru, siswa dan juga orang tua, bagiamana metode yang di gunakan guru dalam membiasakan siswa mandiri dan disiplin dalam menghargai perbedaan agama, budaya yang dimiliki masing-masing anak, dan bagimana interaksi antara guru dengan siswa dalam melatih mandiri dan disiplin.

Nilai toleransi dalam lingkup sekolah merupakan yang sangat penting, sebab setiap individu dalam lembaga pendidikan belajar hidup bersama untuk mengasah kepekaannya mengenai moral yang dimiliki individu masing-masing. Nilai toleransi ditujukan pada kepatuhan dan ketaatan seseorang terhadap norma-norma dan aturan yang berlaku dalam kehidupan kelompok masyarakat. Nilai toleransi bertujuan untuk mendidik, membina, dan menjamin kesejahteraan individu ataupun masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Nilai toleransi menjadi perhatian karena adanya kelompok masyarakat. Tanpa adanya norma dikelompok masyarakat maka akan mengalami kekacauan dan kehancuran karena setiap

(9)

individu mempunyai kecendrungan dalam berprilaku sesuai dengan keyakinannya.

Perilaku toleransi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor lingkungan, keluarga, dan sekolah. Tidak dipungkiri sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam memebentuk dan mempengaruhi anak. selain sekolah, faktor lingkungan sangat kuat dalam mempengaruhi pembetukan tingkah laku anak. Apabila anak berada pada lingkungan yang memiliki toleransi ia dengan sendirinya juga memiliki nilai toleransi kepada kelompok yang lain. Faktor keluarga mempunyai peran dalam mendidik anak, apabila anak berada pada lingkungan yang memiliki sikap toleransi kepada kelompok lain maka anak akan terbiasa bersikap mengahargai terhadap kelompok lain setiap harinya. Faktor tersebut yang harus diperhatikan agar tidak terjadi diskriminasi terhadap kelompok yang berbeda dalam dunia pendidikan dapat teratasi dan mempengaruhi situasi lingkungan yang menghamabat proses pembelajaran anak di TK Pamardi Siwi.

Pengenalan dan pembiasaaan tentang nilai toleransi anak di TK Pamardi Siwi masih kurang kesiapan pendidik untuk untuk pengenalan dan pembiasaan yang dilakukan tentang nilai toleransi pada anak masih belum tercapai. Hal ini terlihat pendidikan nilai toleransi yang dilaksanakan belum menggambarkan nilai toleransi pada kelompok lain, banyaknya kendala dalam mengoptimalkan pendidikan toleransi terlihat kerjasama guru sebagai pendidik dan orang tua yang bekerjasama dalam melakukan pendidikan kedisiplinan. Dengan menggunakan nilai toleransi membantu anak agar mendapat mengembangkan pengendalian diri dan memperoleh suatau batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah.

(10)

Dilihat dari berbagai hal tersebut dari pengenalan dan pembiasaan nilai toleransi, diharapkan anak akan sesuai dengan kaidah-kaidah nilai toleransi. Dari hal terseebut perlu adanya pengenalan dan pembiasaan pada anak di TK Pamardi Siwi agar terbentuknya sikap anak. karena pengenalan nilai toleransi pada anak baik jika diperkenalkan sedini mungkin, diharapkan pegenalan sedini mungkin dapat membentuk sesuai dengan nilai-nilai toleransi.

Masalah pedidikan nilai toleransi yang diterapkan sejak dini menjadi ketertariakan peneliti. Peneliti tertarik pada nilai toleransi TKPamardi Siwi dalam memeperkenalkan kedisiplinan karena pendidikan nilai toleransi sesuai diperkenalkan pada masa awal perkembangan anak, karena TK sebagai awal dari perkembangan masa anak untuk ditanamkan pengenalan dan pembiasaaan nilai-nilai toleransi. Fokus utama dalam penelitian ini adalah nilai-nilai-nilai-nilai toleransi pada anak, karena masalah pendidikan nilai toleransi cocok untuk diperkenalkan kepada anak di TKPamardi Siwi sejak dini. Pengenalan nilai toleransi merupakan langkah awal pembentukan dari nilai toleransi anak.

(11)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana bentuk penanaman nilai-nilai toleransi pada anak diTaman Kanak-kank Pamardi Siwi PTPN Nusantara IVKebun Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu ?

2. Bagaimana fungsi kurikulum dalam pendidikan karakter diTaman Kanak-Kanak Pamardi Siw PTPN Nusantara IVkebunAjamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk penanaman nilai-nilai toleransi pada anak diTaman Kanak-kanak Pamardi Siwi PTPN Nusantara IVKebun Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu ?

2. Bagaimana fungsi kurikulum dalam pendidikan karakter diTaman Kanak-kanak Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu ?

(12)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pemahaman dan pengetahuan bagi mahasiswa ilmu Sosiologi khususnya Sosiologi Pendidikan dan Sosiologi Keluarga serta dapat memberikan sumbangan dalam ilmu sosial.

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai rujukan penelitian bagi mahasiswa Sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.

b. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi Masyarakat, terkhusus Orang tua dan juga Aparat yang berkaitan dengan pendidikan seperti: Guru, Dinas pendidikan, Kepala Desa. Sehingga masyarakat dapat memahami arti dari nilai pendidikan pada anak tersebut.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam ilmu sosiologi dan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian yang lain yang melakukan penelitian serupa.

(13)

1.5 Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu hasil pemaknaan didalam intelektual manusia yang merujuk pada kenyataan nyata ke dalam empiris, dan bukan refleksi sempurna. Dalam sosiologi, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan diobservasi (Suyanto, 2005:49). Defenisi konsep yang digunakan sebagai konteks penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1.5.1 Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan atau belajar mengajar yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu menuju kearah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.

1.5.2 Peran

Peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.

1.5.3 Taman Kanak-kanak (TK)

Taman kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang meyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun. Secara terminologi, usia anak 4-6 tahun disebut sebagai masa usia prasekolah. Istilah anak usia dini di Indonesia ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 14 menyatakan :Pendidikan

(14)

anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

1.5.4 Karakter

Karakter adalah proses menggunakan nilai dalam bentuk tingkah laku sehari-hari sehingga tercermin tingkah laku yang jujur, baik, dan ramah. karakter adalah sesuatu yang terfokus pada watak seseorang yang nantinya mencerminkan perilaku dari seseorang. Karakter dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai perilaku. Karakter adalah perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum atau konstitusi, adat istiadat, dan estetik (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2011). Kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan dengan baik dan berulang-ulang dapat membentuk karakter yang baik pula.

1.5.5 Toleransi

Toleransi adalah suatu sikap yang saling menghargai kelompok-kelompok antar individu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Toleransi adalah suatu perbuatan yag melarang terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, tentunya perusahaan ini harus melaksanakan strategi operasi yang tepat supaya mencapai keunggulan dibandingkan dengan

103 K/Sip/1972, tanggal 23 Mei 1973, yang antara lain pertimbangan hukumnya menyatakan bahwa sekalipun toko dan barang yang ada di dalamnya telah diusahai dan dialihnamakan atas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita dan status sosial ekonomi keluarga

Setiap sub-bab berisi tentang penjelasan semua aktivitas serta prosedur yang dikerjakan selama Magang Kerja, semua dokumen pendukung yang digunakan, aliran dokumen tersebut,

Untuk melindungi bayi ketika sedang dibawa di dalam faslitas RS, hal - hal ini harus menjadi perhatian: Hanya staf yang berwenang (menggunakan kartu identitas khusus,

Sebagaimana halnya untuk subtes Verbal dan subtes Kuantitatif, pada subtes Penalaranpun tampak bahwa aitem-aitem yang lebih sulit cenderung memiliki Jurnal Penelitian dan

Sedangkan dari hasil analisa yang dilakukan berdasarkan kuisioner responden pemilik pekerjaan diketahui bahwa untuk tingkat kesetujuan jawaban responden terhadap

Dari beberapa pengertian mengenai anggaran sektor publik yang telah dikemukakan oleh para ahli, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa anggaran adalah tindakan