BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data
Data dan informasi yang dingunakan dalam mendukung Tugas Akhir ini diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
• Wawancara dengan pihak yang terkait yaitu bagian penelitian YLKI • Angket atau kuisioner
• Buku
• Literatur dari internet dan artikel dari media cetak.
2.2 Data Umum
2.2.1 Wawancara Nara Sumber
Penulis mengajukan pertanyaan pada pihak atau nara sumber yang dapat memberikan keterangan invalid.
Wawancara dengan Ibu Noor Jehan selaku bagian penelitian di YLKI:
Menurut nara sumber yang berhasil ditemui oleh penulis, yaitu bagian penelitian dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bernama Ibu Noor Jehan penulis mendapatkan beberapa informasi yang cukup berguna.
Menurut Ibu Noor Jehan Mainan edukasi anak yang sekarang beredar di berbagai tempat penjualan di jakarta mengandung zat-zat berbahaya yang dibawah standar SNI yang ditetapkan pemerintah, namun menurutnya sekecil apapun kandungan zat tersebut dalam mainan, tetap sangat membahayakan, karena akibat yang ditimbukan adalah akibat jangka panjang yang mungkin sebagian orang tidak menyadari bahwa konsumen telah terkena dampaknya.
Harga mainan edukasi tersebut berkisar antara Rp.26.000,- hingga Rp.370.000,- ada yang diimpor dari China, Inggris, Thailand, Israel dan ada juga produk lokal. Mainan tersebut tebuat dari kayu dan dicat, memiliki warna yang mencolok, cat mudah terkelupas, dan bau menyengat yang menyebabkan pusing. Mainan yang dibeli di pasar gembrong dengan yang di mall sebenarnya sama , hanya ketika di mall packanging nya diperbagus sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal.
Konsumen yang menggunakkan mainan edukasi tersebut adalah dokter spesialis anak, sekolah playgroup dan taman kanak-kanak, dan juga orang tua. Di dokter anak biasanya digunakkan sebagai alat uji coba untuk mengetahui apakah seorang anak autis atau tidak. Dan jika di sekolah untuk melatih kemampuan motorik anak melalui mainan, karena menurut Ibu Noor Jehan masyarakat belum menemukan hal yang lebih baik dari mainan edukasi untuk melatih saraf motorik anak.
Namun dari semua itu tetap yang berperan paling penting adalah orang tua, karena ketika di dokter anak mainan tersebut hanya digunakan untuk melihat, dan ketika di sekolah hanya digunakkan beberapa jam saja, paling berbahaya adalah di rumah karena anak kecil sering sekali memasukkan barang ke mulutnya, cat dari mainan tersebut mudah
terkelupas dan meresap dan juga bisa tertelan oleh si buah hati. Maka dari itu orang tua haruslah mengawasi anak-anak mereka.
Menurut Ibu Noor Jehan pada mainan tersebut seharusnya diberi label cara penggunaan, batasan umur dan juga kandungan bahan, produsen dan juga sangat dibutuhkan call center, sehingga jika terjadi hal-hal yang membingungkan, masyarakat mengetahui biasa menghubugi siapa dan mendapatkan solusinya. Berdasarkan UU No.22 Tahun 2010 Departemen Perdagangan dan Industri sudah menetapkan bahwa harus ada label dalam bahasa indonesia, tapi tetap saja masih banyak produk yang tidak menggunakannya, dan ada juga yang mencantumkan label “non toxic” tapi ternyata setelah di tes, mengandung racun.
2.2.2 Kuisioner
Penulis mengadakan kuisioner mengenai mainan edukasi anak-anak yang mengandung zat-zat berbahaya dan pertanyaan lain yang berhubungan dengan karya Tugas Akhir penulis.
Dari 127 kuisioner yang disebar kepada masyarakat jakarta umur 21 hingga 54 tahun dengan beragam jenis latar belakang hingga didapatkan hasil sebagai berikut:
Terdapat 35 orang dari 127 orang tersebut yang memilik anak umur 2-5 tahun. Umur mereka berkisar antara 29-31 tahun. Yang Pria memiliki rata-rata umur 31-40 Tahun, yang wanita ada di umur 32-38 tahun.
97% dari mereka menyatakan bahwa anak-anak sangat menyukai dan identik dengan mainan. Dan juga 97% dari mereka menyatakan mereka pernah membelikan mainan edukasi kepada anak-anak mereka maupun sanak saudaranya.
56% dari mereka mengetahui adanya zat-zat berbahaya dalam mainan edukasi anak-anak, namun tidak mengetahui ciri-ciri, zat-zat yang terkandung, maupun maianan apa saja yang berbahaya tersebut.
69% dari mereka menganggap hal ini paling penting diinformasikan kepada orang tua, 57% dari mereka memilih memberitahukan ciri-ciri mainan edukasi yang mengandung zat terbesebut merupakan informasi yang paling penting. Dan 40% dari mereka memilih faktor penyebab dari hal ini adalah kurangnya informasi.
Aktifitas mereka hampir semua adalah bekerja, adapun aktifitas selingan seperti jalan-jalan, belanja, dan bermain dengan anak. Alasan terbesar mereka membelikan anak mereka mainan adalah untuk meyenangkan anak, agar anak kreatif, pandai, cerdas, melatih motorik anak, agar anak dapat bermain sambil belajar, dan sebagai aktifitas anak.
Aktifitas anak umur 2-5 tahun yang paling tinggi jawabannya adalah bermain, diikuti oleh menonton telivisi, les, menggambar, mendengarkan lagu, dan bersepeda, dan lain-lain. Ketika diberikan pertanyaan apa yang terlintas dalam diri mereka ketka mendengarkan kata anak adalah ceria, perlu dilindungi dan disayagi, sekolah, anugerah, penerus generasi, cinta, polos, lucu, buah hati, lincah, pintar, cerdik, imut, menyenangkan, main dan kreatif.
Dan 100% dari mereka memberikan respon yang negatif terhadap maian edukasi anak yang mengandung zat-zat berbahaya. Mereka sangat berharap hal ini segera diberikan solusinya.
2.2.3 Fungsi Mainan Edukasi
Permainan edukasi penting bagi anak-anak disebabkan karena: a) Dapat meningkatkan permahaman terhadap totalitas kediriannya
(artinya, dengan bermain anak sedang mengembangkan kepribadiannya)
b) Dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi
c)Dapat meningkatkan kemampuan menciptakan hal-hal baru d) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak
e) Dapat mempertajam perasaan anak f) Dapat memperkuat rasa percaya diri anak g) Dapat merangsang imajinasi anak
h) Dapat melatih kemampuan berbahasa anak
i) Dapat melatih motorik halus dan motorik kasar anak j) Dapat membentuk moralitas anak
k) Dapat melatih keterampilan anak l) Dapat mengembangkan sosialisasi anak m) Dapat membentuk spiritualitas anak.
2.2.4 Hasil Uji Mainan Edukasi Anak
Jenis Mainan Produsen Warna yang diuji Hasil (mg/kg) Tempat Pembelian Pb Hg Cr Cd Sempoa (Benho) Zhenjiang Hexin Toys, China
Ungu Muda <0,01 0,38 3,25 <0,01 Kelapa Gading Kereta Zhejiang Hongji
Toys Manufacture Merah <0,01 0,51 0,98 0,09 Kelapa Gading Sempoa (ELC) Early Learning centre Swindon SN34JJ, England Kuning <0,01 <0,001 0,35 <0,01 Kelapa Gading Balok Ukur Warna - Biru <0,01 0,51 0,79 <0,01 Pejanten Village Color Briks Brain bricks
China Putih <0,01 0,50 <0,01 0,24 Plaza Semanggi Puzzle Ikan - Hitam 7,57 0,87 7,11 <0,01 ITC
Kuningan Three Branded - Orange 0,90 37,14 3,44 0,10 ITC
Kuningan
Maze - Kuning 2,63 12,37 4,63 <0,01 Ambasador
Ronce - Ungu <0,01 1,46 3,62 <0,01 ITC Cempaka Mas Mozaic Blocks Made in Israel Hijau Muda 2,5 <0,001 <0,01 <0,01 Senayan
City Wooden Counting House Made in China, Early Learning Centre, Walford WD24 6SH, England. Merah 1,8 1,21 <0,01 <0,01 Senayan City
Puzzle Bentuk - Hijau <0,01 1,78 17,47 0,11 Mall Taman Anggrek Sempoa Kecil - Merah 1,0 39,27 2,75 <0,01 Pasar
Gembrong Geometri - Biru <0,01 0,55 2,65 <0,01 Pasar
Gembrong Plan Toys Balancing cactus Made in Thailand
Hijau Tua <0,01 9,50 11,57 <0,01 Pejanten Village
Kotak Pos - Kuning 0,4 <0,001 4,77 <0,01 Ciputra Mall City Block A - Merah <0,01 0,74 13,76 <0,01 Ciputra
Mall Puzzle
Kupu-kupu
- Pink <0,01 <0,001 <0,01 <0,01 Ciputra Mall Puzzle Kucing - Bitu 8,4 0,38 3,04 <0,01 Pasaraya
Manggarai Sempoa - Pink <0,01 0,89 4,48 <0,01 Produsen
Mainan Dinosaurus - Orange 8,83 0,64 3,65 <0,01 Kelapa
Gading
Tabel 2.2.4.1
2.2.5 Kesimpulan dari 21 Sampel Mainan yang Diuji
Dari 21 sampel mainan yang diuji oleh YLKI dapat disimpulkan: 1. 3 produk yang berasal dari China; 2 produk dari inggris tetapiterdapat tulisan (Made in China); 1 produk dari Thailand; 1 produk dari Israel; dan 14 produk lokal (Indonesia)
2. Untuk semua produk lokal, mainan hanya dikemas dalam plastik bening tanpa ada informasi yang jelas mengenai merek dan produsen dari maianan tersebut.
3. Untuk produk China, mainan dikemas dalam karton dengan mencantumkan merek dan jenis mainan, serta produsen dalam bahasa dan tulisan China.
4. Untuk produk dari Thailand, Inggris dan Israel, menggunakan kemasan kardus dengan informasi dalam Bahasa Inggris. Di dalam kemasannya terdapat informasi mengenai usia anak, produsen dan klaim produk.
2.2.6 Kandungan Zat dan Bahayanya
Timbal (Pb)• Menyebabkan gelisah, lemas, dan depresi, merusak sistem pencernaan, rasa mual, sakit perut disertai diare.
2 Merusak sistem saraf pusat sehingga mati rasa dan vetigo. Gejala yang berat mencakup paralis beberapa kelompok otot sehingga menyebabkan pergelangan tangan dan kaki terkulai, kemudian akan diikuti dengan kejang-kejang dan koma.
Merkuri (Hg)
Menyebabkan kerusakan keseimbangan, tuli dan gangguan lainnya, bronkitis, paru-paru rusak dan menyebabkan gagal ginjal.
Krom (Cr)
Menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati dan ginjal. Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah.
Kadmium (Cd)
Merusak pembuluh darah. Tekanan darah yang menjadi tinggi bisa menyebabkan terjadinya gagal jantung dan kerusakan ginjal.
2.2.7 Peraturan Mentri Perdagangan RI
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan RI No.
22/M-DAG/PER/5/2010 tentang kewajiban pencantuman label pada barang, Mainan anak yang beredar wajib mencantumkan label atau informasi pada kemasan :
a) Nama atau merek barang
b) Nama dan alamat produsen untuk barang produksi dalam negeri c) Nama dan alamat importir untuk barang impor
d) Spesifikasi barang
e) Keterangan untuk penggunaan dan pemeliharaan (jika diperlukan) sesuai karakteristik barang
f) Simbol bahaya dan/atau tanda peringatan yang jelas g) Negara pembuat atau Made In
2.2.8 Tampilan Fisik Mainan Edukasi Berbahaya
Selain pengujian di laboratorium dan analisa label, pengamatan juga dilakukan secara kasat mata untuk tampilan fisik dari mainan yang diuji. Ditemukan:
1. Mainan dengan permukaan kayu yang tidak halus/rata 2. Terdapat lubang-lubang kecil dari mainan
3. Bau yang sangat menyengat dari cat yang digunakkan 4. Warna cat yang mencolok dan pengecatan yang tidak merata 5. Cat yang mudah terkelupas
6. Terbuat dari bahan kayu lalu di cat.
2.2.9 Faktor-faktor penyebab Masuknya Mainan Edukasi
Berbahaya.
1.Belum adanya pengawasan yang ketat dari pihak-pihak terkait terhadap produk mainan tersebut.
2Tidak adanya kewajiban bagi para pengimpor untuk menyerahkan daftar bahan kimia berbahaya yang mereka gunakan.
3.Pemerintah belum mengatur secara rinci dan mengeluarkan ketentuan SNI untuk mainan yang mengandung zat-zat berbahaya.
Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen berhak mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur; berhak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang.
2.3.0 Hal-hal yang sudah dilakukan oleh YLKI dan Pemerintah
1. YLKI dan Departemen Kimia FMIPA-Universitas Indonesiamelakukan pengujian terhadap beberapa jenis mainan edukasi yang dijual di beberapa tempat.
2. YLKI mendesak pemerintah untuk secara ketat melakukan pengawasan serta peningkatan standar SNI.
3. Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menerbitkan Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai keamanan mainan anak. Standar ini mengadopsi dari standar internasional (ISO 8124 tahun 2010). SNI ini terdiri dari 4 bagian, yaitu aspek keamanan yang berhubungan dengan sifat fisis dan mekanis, sifat mudah terbakar, migrasi unsur tertentu, dan ayunan,seluncuran dan mainan aktivitas sejenis untuk pemakaian di dalam danluar lingkungan tempat tinggal.
4. Untuk SNI yang meliputi kandungan logam berat pada mainan, dengan batas maksimal yang ditentukan adalh sebagai berikut:
Unsur Kimia Bahan mainan kecuali plastisin dan cat kuku (mg/kg)
Sb (Stibium = Antimon) 60 As (Arsenikum = Arsen) 25 Ba (Barium) 1000 Cd (Cadmium) 75 Cr (Chromium) 60 Pb (Plumbum = Timbal) 90 Hg (Raksa = Merkuri) 60 Se (Selenium) 500
Tabel 2.3.0.1
Sumber: Badan Standarisasi Nasioanal (BSN)
2.3.1 Tipe Orangtua
a) Doraemon atau Pencegah masalah
Orangtua tipikel ini adalah pencegah masalah negatif tetapi bisa jadi sangat protektif dan akhirnya malah menjadi pencegah masalah positif. Contoh masalah positif adalah percaya diri, kemandirian,
rasa ingin tahu dan kemauan untuk bekerja sama.
b) Detektif atau Pencari solusi
Kategori ini adalah orangtua pencari solusi untuk mengatasi masalah negatif yang telah terjadi, orangtua seperti inilah yang biasanya muncul di ruang konsultasi. Mereka datang dengan perasaan galau,sedih dan bingung. Mereka merasa telah melakukan semuanya tetapi mengapa sikap dan perilaku anaknya tidak seperti yang diharapkannya.
c) Mesin Cuci atau Tahu beres
Orangtua yang tahu beres ini sering mengirimkan anaknya ke tempat kursus ataupun sekolah dengan harapan bahwa dengan uang yang telah dibayarkan maka anaknya akan pulang ke rumah dalam kondisi sempurna. Apapun yang terjadi orangtua tahu beres ini mungkin benar, Paling tidak menurut mereka sendiri.
d) Penyedot Debu atau Apa yang sedang terjadi ya?
Tipe orangtua seperti ini dari luar tampak memperhatikan anak.Mereka juga sesekali mengikuti seminar mendidik dan mengasuh anak. Dan tak jarang juga membaca buku tentang pendidikan anak. Mereka menjalankan hidup seperti biasa. Semua kebutuhan anaknya dapat dipenuhinya dengan baik. Si anak tak perlu bersusah payah minta berbagai hal yang diperlukannya. Jika ada masalah yang terjadi dengan anaknya dia akan
menyelesaikannya bagaikan menyedot debu.
2.4 Target Audience
Demografi
Jenis Kelamin: Laki-laki dan perempuan Usia: 27-35 Tahun
Pendidikan: SMA, S1
Status: Sudah berkeluarga dan memiliki anak 2-5 Tahun Kelas Ekonomi : B
Geografi
Psikografi
Gaya Hidup: Aktif, modern, bebas, sibuk berkerja, lebih sering di kantor dari pada di rumah.
Pekerjaan: Pria dan Wanita karier, pekerja kantoran, karyawan swasta.
Behaviour
Menyayangi anak, ingin melindungi anak, terbuka untuk hal-hal yang baru. memperhatikan kebutuhan anaknya, aktif berbelanja.
2.5 Data Penyelenggara
INDONESIAN CONSUMERS ORGANIZATION
YAYASAN LEMBAGA KONSUMEN INDONESIA
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) merupakan sebuah organisasi masyarakat yang bersifat nirlaba dan independen yang didirikan pada tanggal 11 Mei 1973. Keberadaan YLKI diarahkan pada usaha meningkatkan
kepedulian kritis konsumen atas hak dan kewajibannya, dalam upaya melindungi dirinya sendiri, keluarga, serta lingkungannya. Saat ini YLKI berkantor di JL.Pancoran Barat VII No. 1, Duren Tiga, Jakarta Selatan-12760. No.Tel. 021 – 798 1858 ,Fax. 021 – 798 1038.
Visi dan Misi YLKI Visi
Visi YLKI adalah tatanan masyarakay yang adil dan konsumen berani memperjuangkan hak-haknya secara individual dan berkelompok.
Misi
1. Melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen. 2. Memfasilitasi terbentuknya kelompok-kelompok konsumen
4. Mengantisipasi kebijakan global yang berdampak pada konsumen.
Nilai-nilai dasar yang dianut YLKI adalah non profit, non partisan, tidak diskriminatif, demokratis, keadilan sosial, keadilan gender, keadilan antar generasi, hak asasi, solidaritas konsumen, dan independen
Strategi dan Kegiatan YLKI Advokasi
Mempengaruhi para pengambil keputusan di sektor industri dan pemerintahan agar memenuhi kewajibannya terhadap konsumen, pada tingkat lokal dan nasional.
Penggalangan Solidaritas
Meningkatkan kepedulian kritis konsumen melalui penggalangan solidaritas antar konsumen, serta melalui prasarana kegiatan berbagai kelompok konsumen.
Pengembangan Jaringan
Memperkuat kerjasama antar organisasi konsumen dan juga dengan organisasi kemasyarakatan lainnya pada tingkat lokal, nasional, regional dan internasional. Penyebaran Informasi yang Tidak Memihak
Mengimbangi informasi yang telah ada dengan informasi dan data objektif lainnya yang diperoleh berdasarkan kajian dan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.6 Analisa SWOT Kampanye “Toys or Toxic”
Strength
• Banyak orangtua yang secara tidak sadar membeli mainan edukasi yang dapat meracuni anak mereka, sehingga diperlukan suatu gerakan untuk mengubah atau meminimalisasi hal tersebut.
• Tema kampanye sosial yang bersifat emosional akan lebih gampang masuk, dan apapun yang berhubungan dengan anak itu memiliki sifat emosional sehingga pasti orangtua lebih perduli dan tertarik.
Weakness
untuk anaknya, seperti membaca label mengenai zat yang terkadung terlebih dahulu sebelum membeli mainan.
• Banyak mainan yang hanya dikemas plastik dengan petunjuk harga tanpa ada penjelasan bahan dan cara penggunaan mainan. Padahal pada UU No.8 Tahun 2009 sudah jelas diatur bahwa konsumen berhak mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur. Konsumen juga berhak atas kenyamanan, keamanan, keselamatan, mengkonsumsi barang.
• Kurangnya kerjasama dari pihak pemerintah dalam melakukan pengawasan dan peningkatan standar SNI.
Opportunity
• Belom adanya kampanye sosial yang bertemakan mainan edukasi anak yang mengandung zat-zat berbahaya di jakarta.
• Adanya kesempatan untuk mengajak pihak-pihak lain yang mendukung kampanye mainan edukasi ini, seperti rumah sakit spesialis anak, Playgroup, taman kanak-kanak, YLKI dan lain-lain.
Threat
• Peredaran mainan edukasi anak yang mengandung zat-zat berbahaya buatan lokal maupun impor membanjiri toko mainan di jakarta.
• Tidak adanya kewajiban bagi para pengimpor untuk menyerahkan daftar bahan kimia berbahaya yang mereka gunakan.