• Tidak ada hasil yang ditemukan

ACTION SPACE PELAKU PERJALANAN PENGGUNA SEPEDA MOTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ACTION SPACE PELAKU PERJALANAN PENGGUNA SEPEDA MOTOR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ACTION SPACE PELAKU PERJALANAN

PENGGUNA SEPEDA MOTOR

Lukita Adinegoro Tri Basuki Joewono

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung Phone: 087722046476

Email: lukitaadinegoro@gmail.com

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung P: 022-2033691; F; 022-2033692

Email: vftribas@unpar.ac.id

Abstract

Action space refers to a group of locations that an individual visits a limited space and time. The aim of this study is to describe the characteristics and pattern of the space action among travelers who uses motorcycle. The analysis showed that most of the respondents have an activity as much as 11-20 events per day, where higher average appears on Sunday. Most of respondents have travel distanceas much as 20 to 29.9 km. The pattern of action space are found as ellipses as much as 87 %. Most of respondents have an area of travel wide as much as 10-19.9 km², where distance of the center of activities from home ranges from one to five kilometers.

Keywords: Action Space, Activity Based Travel, Trip Chain, Travel Behaviour Abstrak

Action space mengacu pada kelompok lokasi-lokasi yang dikunjungi seorang individu dalam batas ruang dan

waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik action spacedan menganalisis pola yang dibentuk dari para pengguna perjalanan yang menggunakan sepeda motor. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah kegiatan sebanyak 11-20 kegiatan perhari, dengan jumlah yang lebih banyak pada hari Minggu. Sebagian besar responden memiliki jarak perjalanan sebesar 20-29,9 km. Pola action space yang dibentuk adalah elips dengan proporsi sebanyak 87%. Sebagian besar responden memiliki luas area perjalanan sebesar 10-19,9 km², dimana jarak lokasi pusat kegiatan dengan lokasi rumah responden paling banyak berada pada rentang satu hingga lima kilometer.

Kata Kunci: Ruang Kegiatan, Perjalanan Berbasis Kegiatan, Rantai Perjalanan, Perilaku Perjalanan.

PENDAHULUAN

Perjalanan didefinisikan sebagai setiap kegiatan bepergian dari satu lokasi ke lokasi yang lain dengan menggunakan moda transportasi apa pun (McGuckin, 2004). Perjalanan sehari-hari yang paling umum untuk pekerja dan mahasiswa adalah perjalanan ke tempat kerja dan ke kampus (Doyle, 1998). Seorang individu biasanya melakukan perjalanan karena ambil bagian dalam suatu kegiatan di lokasi tertentu (Susilo, 2013). Stopher et al. (1996) membagi kegiatan menjadi tiga kategori, yaitu kegiatan mandatory, kegiatan flexible, dan kegiatan optional. Walaupun demikian, seseorang bisa melakukan beberapa macam kegiatan selama satu hari (Fujii, 2010). Beberapa kegiatan yang dilakukan

(2)

Schonfelder dan Axhausen (2002, 2003), action space didefinisikan sebagai satu set lokasi atau wilayah geografis yang berpotensi untuk dikunjungi. Susilo (2013) mengatakan bahwa meneliti karakteristik action space sangat penting untuk beberapa alasan, yaitu untuk menunjukkan kemampuan dan fleksibilitas seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari, untuk menunjukkan perbedaan dalam pilihan spasial dan mobilitas antar orang, berfungsi sebagai pendekatan terhadap evaluasi kualitas hidup, mengungkapkan struktur sosial dengan cara menunjukkan dimana seseorang akan melakukan kegiatan pada suatu lokasi tertentu.

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan karakteristik action space; menganalisis pola action space para pelaku perjalanan yang menggunakan sepeda motor; dan menganalisis signifikansi beda nilai rata-rata momen kedua berdasarkan jenis kelamin, usia, besar pengeluaran, dan hari responden melakukan perjalanan. Artikel ini merupakan bagian dari studi yang dilakukan oleh Joewono (2013) yang menganalisis perjalanan berbasisaktivitas.

ACTION SPACE

Action space dinyatakan sebagai suatu area yang di dalamnya berisi beberapa lokasi kegiatan yang dikunjungi oleh seorang individu dalam periode waktu tertentu (Ritsema van Eck, 2005). Area action space ini terletak di sekitar satu atau dua lokasi kegiatan yang terkait dengan individu, yaitu lokasi yang pasti dikunjungi sehari-hari dan hampir setiap hari dalam jangka waktu yang panjang dan tetap. Contoh yang paling jelas adalah lokasi rumah dan tempat kerja. Orang-orang biasanya meninggalkan kedua lokasi tersebut hanya dalam waktu yang terbatas, karena mereka harus kembali ke lokasi yang sama atau berbeda untuk bekerja, makan, atau untuk tidur.Dijst (2005) mengatakan bahwa action space dipengaruhi oleh empat keterbatasan individu, yaitu 1) Jarak antara lokasi kegiatan; 2) Interval waktu yang tersedia; 3) Rasio waktu perjalanan; dan 4) Kecepatan dari moda transportasi utama. Ritsema van Eck (2005) mengatakan bahwa action space yang dihasilkan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori dasar berdasarkan bentuknya, yaitu lingkaran, garis, dan elips.

Dijst (1999) menggambarkan action space seorang individu sebagai elips, lingkaran, dan garis berdasarkan data perjalanan selama tiga hari berturut-turut. Schonfelder dan Axhausen (2002) mengatakan bahwa dengan data buku harian perjalanan selama enam minggu dapat diperoleh action space berbentuk elips dan dianalisis dengan metode minimum spanning tree untuk memperkirakan ukuran dari action space seseorang. Srivastava dan Schonfelder (2003) membandingkan area dari action space masing-masing individu selama satu minggu penuh dengan menggunakan data perjalanan dan hasil survei di kota Uppsala dan menemukan bahwa ada kecenderungan pengulangan action space.

(3)

Gambar 1 Tiga Bentuk Dasar Action Space (Ritsema van Eck, 2005)

Action space dengan bentuk lingkaran dihasilkan saat perjalanan dimulai dan diakhiri pada lokasi yang sama, misalnya perjalanan ke tempat perbelanjaan dari rumah, atau perjalanan saat istirahat makan siang dari tempat kerja. Action space dengan bentuk garis dihasilkan saat perjalanan dimulai di suatu lokasi dan diakhiri di lokasi lain, dimana waktu yang tersedia hanya cukup untuk melakukan perjalanan antara kedua lokasi tersebut dan tidak memungkinkan untuk melakukan kunjungan ke lokasi kegiatan lain. Action space dengan bentuk elips terjadi ketika dilakukan pengurangan waktu yang diperlukan untuk perjalanan antar lokasi kegiatan serta beberapa waktu tambahan untuk mengunjungi lokasi kegiatan lain selama perjalanan

Action space seorang individu dinyatakan oleh momen kedua (second moment) dari kegiatan diluar rumah yang dikandungnya. Susilo dan Kitamura (2005) awalnya menggunakan metode second moment ini untuk mengukur action space seorang individu. Konsep second moment diilustrasikan seperti pada Gambar 2.Titik C adalah titik pusat dari lokasi kegiatan-kegiatan di luar rumah yang dikunjungi oleh seseorang pada hari tertentu. 𝐼𝐶adalah nilai second moment lokasi-lokasi kegiatan terhadap titik C. Sementara itu, 𝐼𝐻 adalah nilai second moment pusat lokasi kegiatan terhadap lokasi rumah dengan 𝐼𝐻 = 𝐿2.

(4)

= Lokasi rumah = Pusat dari lokasi kegiatan

= Lokasi kegiatan = Komponen dari 𝐼𝐶

Gambar 2 Ilustrasi Second Moment Method (Susilo dan Kitamura, 2005) 𝐼𝐻 = 𝐿2 = (𝑋 𝐻 − 𝑋𝐶)2+ (𝑌𝐻 − 𝑌𝐶)2 ...(1) 𝐼𝐶 = (𝑋𝑖 − 𝑋𝐶)2 + (𝑌 𝑖 − 𝑌𝐶)2 3 𝑖=1 ...(2) 𝑋𝐶 =13 3𝑖=1𝑋𝑖 ...(3) 𝑌𝐶 =13 3 𝑌𝑖 𝑖=1 ...(4)

Metode second moment memiliki dua macam model sistem, yaitu pembuat perjalanan sederhana dan pembuat perjalanan kompleks. Pembuat perjalanan sederhana hanya memiliki satu kegiatan diluar rumah dalam satu hari. Nilai N adalah nilai dari jumlah lokasi kegiatan yang dikunjungi seseorang dalam jangka waktu tertentu. Jika nilai N=1, maka nilai dari 𝐼𝐶 = 0dan 𝐼𝐻 = 𝐿2, dimana nilai L dalam kasus ini adalah panjang perjalanan dari rumah ke lokasi kegiatan. Hal ini terjadi karena lokasi kegiatan yang dikunjungi hanya satu, sehingga pusat lokasi kegiatan adalah lokasi dari kegiatan itu sendiri. Sementara nilai 𝐼𝐶 = 0 karena tidak ada jarak dari pusat lokasi kegiatan ke lokasi kegiatan lain, hal ini dikarenakan dalam kasus ini hanya ada satu lokasi kegiatan yang dikunjungi seorang individu. Sedangkan pada pembuat perjalanan kompleks penyebaran lokasi kegiatannya dipengaruhi oleh parameter keterlibatan kewajiban dan jarak perjalanan. Semakin lama waktu bekerja dan perjalanan akan mengurangi waktu yang tersedia untuk kegiatan aktivitas non-kerja. Pembuat perjalanan kompleks memiliki beberapa kegiatan diluar rumah dalam satu hari. Jika nilai N lebih besar dari 1, maka 𝐼𝐶 menunjukkan bagaimana penyebaran lokasi-lokasi kegiatan, sedangkan 𝐼𝐻 menunjukkan seberapa jauh seorang individu dari rumah secara kolektif.

Di beberapa negara berkembang, studi mengenai action space seorang individu sudah mulai dilakukan meskipun belum banyak yang melakukan penelitian mengenai hal ini (Kitamura, 2008). Studi mengenai action space ini perlu dilakukan di Indonesia untuk memberi informasi awal mengenai perkembangan dan perubahan action space penduduk perkotaan secara empiris, khususnya bagi pengguna kendaraan bermotor.

(5)

METODE PENELITIAN

Data yang akan dianalisis adalah catatan lokasi kegiatan para pelaku perjalanan yang menggunakan sepeda motor di kota Bandung. Data tersebut diperoleh dari Joewono dan Santoso (2013). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh 50 responden yang merupakan pekerja pengguna sepeda motor yang tersebar di seluruh wilayah Kota Bandung dan dilakukan selama dua hari.

Dalam studi ini data dikumpulkan menggunakan bantuan piranti lunak berbasis teknologi android My Tracks, dimana tiap responden dipinjami alat perangkat tersebut selama pencatatan aktivitas dan perjalanan. Piranti lunak ini digunakan untuk mencatat titik lokasi awal keberangkatan, titik lokasi tujuan, rute yang ditempuh, jarak tempuh, kecepatan rata-rata pergerakan, kecepatan minimum pergerakan, kecepatan maksimum pergerakan, dan waktu total perjalanan pengguna android saat sedang berjalan, berlari, naik kendaraan, atau melakukan kegiatan lain di luar ruangan. Semua data yang diperoleh dari piranti lunak My Tracks ini kemudian disinkronisasi dengan piranti lunak Google Maps. Setelah semua data di import ke dalam Google Maps, maka akan diperoleh titik-titik koordinat lokasi kegiatan yang responden kunjungi selama waktu survei. Langkah selanjutnya adalah meng-export data lokasi titik koordinat tersebut ke dalam bentuk KML, sehingga nantinya dapat dilakukan analisis spasial dengan bantuan piranti lunak ArcGis.

DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Hal pertama yang dianalisis adalah karakteristik action space yang mencakup jumlah kegiatan dan jarak perjalanan. Studi menunjukkan bahwa sekitar 40% responden melakukan 11-20 kegiatan per harinya dan 30% lainnya melakukan 21-30 kegiatan per hari. Selain itu diketahui juga bahwa rata-rata jumlah kegiatan dari hari ke hari dalam satu minggu menunjukkan rentang 15-30, dimana rata-rata tertinggi diperoleh di hari Minggu. Gambar 3 menyajikan proporsi dan jumlah kegiatan menurut hari.

Untuk memperoleh total jarak tempuh perjalanan responden selama satu hari, maka dilakukan penjumlahan jarak perjalanan dari titik lokasi kegiatan pertama menuju titik lokasi kegiatan kedua dan seterusnya sampai dengan titik lokasi kegiatan terakhir. Jarak perjalanan antar titik lokasi kegiatan ini diperoleh dengan bantuan piranti lunak My Tracks. Distribusi total jarak seluruh perjalanan disajikan dalam Gambar 4. Nampak dalam gambar bahwa total jarak seluruh perjalanan dalam sehari cenderung memuncak pada 20-30 km. Sekitar 90 persen responden menempuh kurang dari 50 km per hari.

50

) 30

(6)

Gambar 4 Distribusi Total Jarak Seluruh Perjalanan Responden dalam Sehari

Berdasarkan data 50 responden selama dua hari didapat bahwa pola action space yang memiliki bentuk elips adalah sebanyak 87%, sedangkan sisanya memiliki pola berbentuk lingkaran. Action space berbentuk elips dijelaskan oleh diameter panjang dan diameter pendek, sedangkan bentuk lingkaran hanya memiliki satu diameter saja. Deskripsi dari masing-masing pola dijelaskan dalam Tabel 1. Dari data nampak bahwa action space berbentuk lingkaran memiliki diameter yang lebih kecil dibandingkan berbentuk elips. Hal ini akan mempengaruhi luas action space.

Tabel 1 Deskripsi Diameter pada Action Space Elips dan Lingkaran

Bentuk Action Space

Diameter Panjang (m) Diameter Pendek (m) Mean Median Max Min Mean Median Max Min Elips 7.522 7.388 34.622 661 2.472 1.843 6.335 450 Lingkaran 2.627 2.137 9.895 913

Luas area perjalanan merupakan besarnya area yang mampu dicakup oleh seorang individu selama melakukan perjalanan dalam waktu satu hari penuh. Responden yang memiliki luas area perjalanan antara 0,1 sampai 9,9 km2 adalah sebanyak 51%. Ada 85% responden memiliki area perjalanan kurang dari 30 km2. Deskripsi luas area disajikan dalam Tabel 2 dan deskripsi proporsi luas area dijelaskan dalam Gambar 5.

Tabel 2 Deskripsi Luas Area Perjalanan

Bentuk Action Space

Luas Area Perjalanan (km2)

Mean Median Max Min Elips 18.513.619 10.644.223 160.968.344 233.671 Lingkaran 9.451 3.588.226 76.907.059 655.379 18 18 23 19 10 9 3 0 5 10 15 20 25 0,1 - 9,9 10 -19,9 20 -29,9 30 -39,9 40 -49,9 50 - 100 > 100 P ro p o rs i (% ) Jarak Perjalanan (km)

(7)

Gambar 5 Proporsi Luas Area Perjalanan

Selanjutnya persamaan 1 digunakan untuk mendapatkan nilai second moment lokasi pusat kegiatan terhadap lokasi rumah (IH) dan besarnya jarak antara lokasi pusat kegiatan terhadap lokasi rumahnya (L) dari masing-masing responden. Proporsi nilai 𝐼𝐻 dan L untuk

masing-masing responden dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7, secara berurutan. Nampak bahwa sekitar 90% responden memiliki second moment sebesar kurang dari 100 juta m2. Adapun 50% responden memiliki pusat kegiatan sejarak 1-5 km dari lokasi awalnya, sedangkan 30% memiliki jarak pusat kegiatan sejarak 5-10 km dari lokasi awalnya.

Gambar 6 Proporsi Nilai Second Moment (𝐼𝐻)

Selanjutnya analisis dilakukan untuk membandingkan nilai second moment untuk beberapa kelompok, yaitu jenis kelamin, usia, besar pengeluaran, dan hari responden melakukan perjalanan. Hasil analisis perbandingan menggunakan uji-t disajikan pada Tabel 3.

51 19 15 5 4 5 1 0 10 20 30 40 50 60 0,1 - 9,9 10 -19,9 20 -29,9 30 -39,9 40 -49,9 50 - 100 > 100 P r o p o r si (% )

Luas Area Perjalanan (km²)

12 15 12 21 12 20 8 0 5 10 15 20 25 0,1 - 0,9 1 - 4,9 5 - 9,9 10 -19,9 20 -49,9 50 - 100 > 100 P r o p o r si (% )

(8)

Gambar 7 Proporsi Jarak antara Lokasi Pusat Kegiatan dengan Lokasi Rumah

Tabel 3 Hasil Perbandingan Nilai Second Moment

Kelompok Mean Std. Deviation t df Sig (2-tailed) Mean Difference Std Error Difference Perbandingan berdasar jenis kelamin

Pria 26,32 30,24

-0,125 92 0,901 -1,02 8,15 Wanita 27,34 34,63

Perbandingan berdasar kelompok usia < 30 tahun 24,71 28,22

-0,913 92 0,364 -6,51 7,14 ≥30 tahun 31,23 37,30

Perbandingan berdasar kelompok pengeluaran per bulan ≤Rp2.500.000 28,97 33,17

0,660 92 0,511 4,27 6,47 >Rp2.500.000 24,69 29,34

Perbandingan berdasar hari saat melakukan perjalanan Hari Kerja 25,35 31,39

0,043 88 0,966 0,31 7,37 Hari Libur 25,05 28,63

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disampaikan beberapa kesimpulan. Pelaku perjalanan yang menggunakan sepeda motor paling banyak melakukan 11-20 kegiatan dalam satu hari, yaitu sebanyak 40%. Adapun rata-rata jumlah kegiatan yang dilakukan individu selama satu hari adalah 26 kegiatan, sedangkan rata- rata responden paling banyak melakukan kegiatan pada hari Minggu, yaitu dengan rata-rata 31 kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa responden melakukan kegiatan yang lebih bervariasi di hari Minggu dan tidak hanya melakukan kegiatan mandatory (wajib).

Proporsi jarak perjalanan antara 20-29,9 km selama satu hari adalah yang paling banyak, yaitu 23%. Pola action space yang terbentuk dari perjalanan dan aktivitas responden adalah elips dan lingkaran, dimanaberbentuk elips adalah sebanyak 87%. Hal ini

12 50 30 8 0 10 20 30 40 50 60 0 - 0,99 1 - 4,99 5 - 10 > 10 P r o p o r si (% ) Jarak L (km)

(9)

menggunakan sepeda motor di Kota Bandung memiliki luas area perjalanan yang kecil dengan lokasi kegiatan yang dikunjungi hanya sekitar rumah dan tempat kerja. Dari hasil penelitian didapat bahwa besar nilai second moment (𝐼𝐻) responden paling banyak berada pada rentang 10-19,9jt m2, sedangkan jarak lokasi pusat kegiatan dengan lokasi rumah responden paling banyak berada pada rentang satu hingga lima kilometer.

Analisis juga menunjukkan bahwa ke-50 responden ini tidak menunjukkan perbedaan besaran ruang gerak (kegiatan) yang signifikan antara pria dan wanita, antara kelompok kurang atau lebih dari 30 tahun, antara hari kerja dan akhir pekan, dan antara kelompok kurang atau lebih dari 2,5 juta rupiah. Ke-50 responden ini menunjukkan bahwa ruang kegiatan mereka berada dalam luasan yang sama.

UCAPAN TERIMA KASIH

Para penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mendanai kegiatan penelitian ini melalui program Hibah Bersaing tahun 2013. Penghargaan juga disampaikan pada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan studi ini.

REFERENSI

Arentze, T. dan Timmermans, H., (2003), “Modeling Learning and Adaptation Processes in Activity-Travel Choice: A Framework and Numerical Experiments”, Transportation 30, 37-62.

Banks, J.H., (2002), Introduction to Transportation Engineering. McGraw-Hill Higher Education, UK.

Bulliung, R.N. dan Karanoglou, P.S., (2004), “A GIS toolkit for exploring geographies of household activity/travel behavior”, Journal of Transport Geography.

Carrasco, J.A., Miller, E.J., dan Wellman, B., (2006), “Spatial and Social Networks: The Case of Travel for Social Activities”, 11th International Conference on Travel Behaviour Research Kyoto.

Curtis, C. dan Perkins, T., (2006), Travel Behavior: A Review of Recent Literature. Curtin University, Perth.

DICTUC, (1978), “Encuesta Origen y Destino de Viajes para el Gran Santiago”, Final Report to the Ministry of Public Works, Department of Transport Engineering, Universidad Cat´olica de Chile, Santiago (in Spanish).

(10)

Jang, T.Y., (1996), “Analysis of Travel Behavior Characteristics of Individuals through Work-related Trip-Chaining”, Unpublished Dissertation, University of Tennessee. Joewono, T.B. dan Santoso, D.S. (2013), “Pemodelan Perilaku Pelaku Perjalanan di

Perkotaan Berbasis Aktivitas”, Hibah Bersaing, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Bandung.

Manaugh, K., (2012), “What makes travel „local‟: Defining and understanding local travel behavior”, The Journal of Transport and Land Use, Vol.5, No.3:15-27.

Narupiti, S., (1999), “Trip Chaining Patterns in Bangkok: Based on Household Travel Survey”, Proceedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vo1.2.

Nasution, M. N. (2004). Manajemen Transportasi. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ortuzar, J.d.D. dan Willumsen, L.G., (2011), Modelling Transport. John Wiley & Sons, Ltd, UK.

Pendyala, R.M., Goulias, K.G., dan Kitamura, R., (1992), “Impact of Telecommuting on Spatial and Temporal Patterns of Household Travel”, Working Paper No.111, University of California.

Primerano, F., Tisato, P., Taylor, M.A.P., dan Pitaksringkarn, L., (2007), “Defining and Understanding Trip Chaining Behaviour”, Transportation 35:55–72.

Strathman, J.G., Dueker, K.J., dan Davis, J.S., (1994), “Effects of household structure and selected travel characteristics on trip chaining”, Transportation 21, 23-45.

Sukarto, H., (2006). “Transportasi Perkotaan dan Lingkungan”, Jurnal Teknik Sipil Vol.3 No.2.

Susilo, Y.O. dan Kitamura, R. (2005), “An Analysis of the Day-to-day Variability in the Individual‟s Action Space:An Exploration of the Six-Week Mobidrive Travel Diary Data”, Transportation Research Board. Vol 1902, 124-133.

Susilo, Y. O., Kitamura, RK, (2005). Spatial Manifestation of Urban Residents: a Forgotten Relic in Mobility and Infrastructure Planning of “ Tomorrow’ s Cities” , The 10th International Symposium for Students and Young Researchers on Transportation and Infrastructure Planning, International Association of Traffic and Safety Sc, International Association of Traffic and Safety Science, Chiba.

Susilo, Y.O., (2013), “Are We Continuously Stretching-out Our Action Spaces? The Changes of Individual Action Space over a Long Term in the Osaka Metropolitan Area”, Proceedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol.9.stern Asia Society for Transportation Studies, Vol.9.

Gambar

Gambar 1 Tiga Bentuk Dasar Action Space (Ritsema van Eck, 2005)
Gambar 3 menyajikan proporsi dan jumlah kegiatan menurut hari.
Gambar 4 Distribusi Total Jarak Seluruh Perjalanan Responden dalam Sehari
Gambar 5 Proporsi Luas Area Perjalanan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun untuk komoditas padi sawah mengalami peningkatan luas panen sebesar 1,53 ribu hektar atau 0,43 persen bila dibandingkan tahun 2013, tetapi produksi padi sawah

1) Mengidentifikasi keunggulan kompetitif (Cost Leadership atau diferensiasi). Analisis aktivitas nilai dapat membantu manajemen untuk memahami secara lebih baik

Fungsi penting sebuah transistor adalah kemampuannya untuk menggunakan sinyal yang sangat kecil yang masuk dari satu terminal transistor tersebut untuk

• MILLS (1967), KELOMPOK KECIL ADALAH UNIT YANG TRDIRI DARI DUA ORANG ATAU LEBIH, YANG SALING BERHUBUNGAN UNTUK SUATU KEGUNAAN DAN MENILAI MANFAAT HUBUNGAN  KELOMPOK BELAJAR2.

Zirconia merupakan bahan keramik yang mempunyai sifat mekanis baik dan banyak digunakan sebagai media untuk meningkatkan ketangguhan retak bahan keramik lain diantaranya

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan skor tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta tingkat kecukupan energi,

Guru kemarin lebih banyak berharap kepada pemerintah, dan tentu ini saya respon dengan baik, agar misalnya fasilitas perpustakaan itu bisa dibikin lebih baik lagi, kemudian

Pada penelitian ini terlihat bahwa pada perlakuan kombinasi suhu 20°C + pH 4 + salinitas 5 ppt baik dengan ada aerasi mapun tidak ada aerasi menunjukkan hasil positif dengan