• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selesai Steven

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Selesai Steven"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SUHA

SUHAN N KEPEKEPERAWRAWAATATAN N PADAPADA SISTEM INTEGUMEN DENGAN KASUS SISTEM INTEGUMEN DENGAN KASUS

STEVENS JANSON STEVENS JANSON

OLEH : OLEH : 1.

1. DiDididin n pupurnrna a wiwia!a!aa ".

". M#M#$.$.rr#%#%in &in &u&u&'n'n## (.

(. InIndada$ )u$ )u&*&*i+i+a ra rininii ,

,.. SiSi**i i -a-a**i)i)aa$$ .

. S!S!arari%i%a$ a$ $a$a%i%i/a/a$ u0$ u0%a%a

AKAD

AKADEMI EMI KEPEKEPERAWRAWAATATAN HN HA-SHA-SHAWAWAAT 2AINT 2AINUL HASUL HASAA GENGGONG PRO3OLINGGO

GENGGONG PRO3OLINGGO "41(5"41,

(2)

KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat hidayah dan  petunjuknya sehingga kami dapat kami menyelesaikan makalah yang berjudul ”

Asuhan Keperawatan Padasistem integument dengan kasus stevens jhanson”. alam penyelesaian ini yang tidak lepas dari kesalahan. !amun dengan adanya bimbingan, pengarahan dari berbagai pihak, sehingga makalah ini dapat terselesaikan, maka pada kesempatan ini kami tidak lupa mengu"apkan terima kasih kepada#

$. K%. &utawakil Alallah, S%.&& selaku ketua yayasan dan penanggung  jawab Akademi Keperawatan %a'sahaty (ainul %asan )enggong.

*. +oisah,SK&, &. Kes, selaku irektur Akademi Keperawatan %a'sawaty (ainul %asan )enggong

. !s. -rna handayani S. Kep, selaku dosen pengajar sistem integumen yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan kepada tim penulis.

alam penyusunan makalah ini belum sempurna dan terdapat kekurangan. ntuk itu penulis berharap saran dan kritik, penulis dapat mengu"apkan terima kasih.

Probolinggo,* september */$

Kelompok 0

3A3 1

(3)

A. La*ar 6'0a+an7

Sindrom stiven 1ohnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di ori'isium, dan mata dengan keaadan umum bervariasi dari ringan sampai  berat. Kelainan pada kulit berupa eritema,vesikel2bula, dapat disertai purpura.

Sindrum stevens jhonson 3ektodermosis erosive pluriori'isialis,sindrom mukokutanea o"ular,eritema multi'ormis tipe hebra.eritema multi'orme mayor,eritema bulosa maligna4 adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel 2bula ,dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir ori'isium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk.

Sindrom Stevens51ohnson, biasanya disingkatkan sebagai S1S, adalah reaksi buruk yang sangat gawat terhadap obat. -'ek samping obat ini

mempengaruhi kulit, terutama selaput mukosa. 1uga ada versi e'ek samping ini yang lebih buruk, yang disebut sebagai nekrolisis epidermis toksik 3to6ik

epidermal ne"rolysis2T-!4. Ada juga versi yang lebih ringan, disebut sebagai eritema multi'orme 3-&4.

(4)

3. Tuuan

$. &ampu mengetahui landasan teori pasien stevens jhonson.

*. &emperoleh asuhan keperawatan pada klien dengan stevens jhonson.

8. Ru)u&an Ma&a0a$

$. 7agaimana teori dari Stevens jhonson8

(5)

3A3 II

KONSEP DASAR 

A. DE-INISI

Sindrom Steven 1ohnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di ori'isium, dan mata dengan keaadan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Kelainan pada kulit berupa eritema,vesikel2bula, dapat disertai purpura

Sindrom Steven 1ohnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungti'itis 31unadi, $90*# :0/4.

Sindrom Steven 1ohnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel2bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang ori'isium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik  sampai buruk 3&ansjoer, A. *///# $;4.

3. ETIOLOGI

Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa 'aktor yang dapat dianggap sebagai penyebab adalah#

$. Alergi obat se"ara sistemik 

a. penisilin, analgetik, arti piuretik   b. Penisilline dan semisentetiknya

". Sthreptomi"ine d. Sul'onamida e. Tetrasiklin

'. Anti piretik atau analgesik 3deri'at, salisil2pira<olon, metami<ol, metampiron dan para"etamol4

g. Kloeproma<in h. Karbama<epin i. Kirin Antipirin  j. Tegretol

(6)

. !eoplasma dan 'aktor endokrin

:. >aktor 'isik 3sinar matahari, radiasi, sinar5?4

8. MANI-ESTASI KLINIS

Sindrom ini umumnya terdapat pada anak dan dewasa jarang dijumpai  pada usia  tahun ke bawah. Keadaannya umumnya bervariasi dari baik 

sampai buruk di mana kesadarannya spoor sampai koma.berawal sebagai  penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam

tinggi,malaise,nyeri kepala,batuk,pilek,dan nyeri tenggorok. Triass SS1 adalah#

a. Kelainan kulit berupa eritema,vesikel,dan bula yang kemudian meme"ah sehimgga terjadi erosi yang luas.

 b. Kelainan selaput lendir ori'isium,yang tersering ialah paada mukusa mulut 3$//@4.

". Kelainan mata30/@4,yang terering konjungtivitis kataralis.dapat terjadi konjungtivitis purulen ,perdarahan,ulkus kornea dan iritis.

D. PATO-ISIOLOGI

Patogenesisnya belum jelas, diperkirakan karena reaksi alergi tipe === dan =. +eaksi tipe === terjadi akibat terbentuknya kompleks antigen5antibodi yang menbentuk mikropresitipasi sehingga terjadi akti'asi system komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi netro'il yang kemudian melepaskan liso<im dan menyebabkan jaringan organ pada sasaran. +eaksi tpe = terjadi akibat lim'osit T yang bersentisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama, kemudian lim'okin di lepaskan sehingga terjadi reaksi radang.

(7)

+eaksi alergi tipe === dan = Sensivitas lim'osit T  peningkatan respon radang Kerusaitas integritas jaringan Terbentuknya kompleks antigen5antibodi Aktivasi system komplemen Akumulasi neutro'il

Kerusakan jaringan pada organ sasaran

Trias gangguan pada kulit, mukosa, dan mata

+espon lo"al# eritema, vesikel dan bula

+espon psikologis respon in'lamasi sitemjk 

Kerusakan sara' peri'er  Port dee entre ) gastrointestinal demam,malaise Kondisi kerusakan  jaringan kulit

nyeri +esiko tinggi in'eksi Ketidak  seimbangan nutrisi kurang de'i"it  perawatan diri )angguan gambaran diri ke"emasan

(8)

E. KOMPLIKASI

$. 7ronkopneumonia 3$;@4 *. sepsis

. kehilangan "airan2darah

:. gangguan keseimbangan elektrolit B. syok 

;. kebutaan gangguan lakrimasi

-. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Caboratorium #

• Tidak ada pemeriksaan labor 3selain biopsi4 yang dapat membantu

dokter dalam menegakkan diagnosa.

• Pemeriksaan darah lengkap 3D7D4 dapat menunjukkan kadar sel darah

 putih yang normal atau leukositosis nonspesi'ik. Penurunan tajam kadar  sel darah putih dapat mengindikasikan kemungkinan in'eksi bakterial  berat.

• Pemeriksaan elektrolit

• Kultur darah, urine, dan luka diindikasikan ketika in'eksi di"urigai

terjadi.

• Pemeriksaan bron"hos"opy, esophagogastro duodenos"opy 3-)4, dan

kolonoskopi dapat dilakukan ". =maging Studies

Dhest radiography untuk mengindikasikan adanya pneumonitis

(. Pemeriksaan histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung ditegakkannya diagnosa.

(9)

G. PENATALAKSANAAN 1. Kortikosteroid

7ila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh "ukup diobati dengan  prednisone /5:/ mg sehari. !amun bila keadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati se"ara tepat dan "epat. Kortikosteroid merupakan tindakan 'ile5saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis  permulaan :5; 6 B mg sehari. mumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven51ohnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason ;EB mg intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan se"ara "epat, setiap hari diturunkan B mg. Setelah dosis men"apai B mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis */ mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi $/ mg kemudian obat tersebut dihentikan. Cama pengobatan kira5kira $/ hari. Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit 3K, !a dan Dl4. 7ila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia diberikan KDC  6 B// mg2hari dan diet rendah garam  bila terjadi hipermatremia. ntuk mengatasi e'ek katabolik dari

kortikosteroid diberikan diet tinggi protein2anabolik seperti nandrolok  dekanoat dan nanadrolon. >enilpropionat dosis *B5B/ mg untuk dewasa 3dosis untuk anak tergantung berat badan4.

". Antibiotik 

ntuk men"egah terjadinya in'eksi misalnya bronkopneumonia yang dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibioti" yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersi'at bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis * 6 0/ mg.

(. =n'us dan tran'usi darah

Pengaturan keseimbangan "airan2elektrolit dan nutrisi penting karena  pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran dapat menurun. ntuk itu dapat diberikan in'us misalnya glukosa B @ dan larutan arrow.

(10)

Terapi topi"al untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase. ntuk  lesi di kulit yang erosi' dapat diberikan su'ratulle atau krim sul'adia<ine  perak.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. P'n7+aian

a. ata Subykti' 

Klien mengeluh demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan 2 sulit menelan.

 b. ata Fbyekti' 

• Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pe"ah sehingga

terjadi erosi yang luas, sering didapatkan purpura.

• Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan

 pseudomembran di 'aring

• Konjungtiva, perdarahan sembe'alon ulkus kornea, iritis dan

iridosiklitis. ". ata Penunjang

• Caboratorium # leukositosis atau esosine'ilia

• %istopatologi # in'iltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi

sel darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan edema intrasel di epidermis.

• =munologi # deposis =g& dan D serta terdapat komplek imun yang

mengandung =g), =g&, =gA. ". Dia7n#&a K'p'rawa*an

a. Kerusakan integritas kulit b2dlesi dan reaksi in'lamasi lo"al.

 b. Ketidakseimbangan nutrisi,kurang dari kebutuhan b2dintake tidak  adekuat respons sekunder dari kerusakan krusta pada mukosa mulut. ". +isiko tinggi in'eksi b2d penurunan imunitas,adanya port de entrGe pada

lesi.

d. !yeri b2d kerusakan jaringan lunak,erosi jaringan lunak. e. e'isit perawatan diri b2d kelemahan 'isik se"ara umum.

'. )angguan gambaran diri3"itra diri4b2d perubahan struktur  kulit,perubahan peran keluarga.

g. ke"enasan b2d kondisi penyakit ,penurunan penyembuhan.

(. R'n9ana K'p'rawa*an

Tujuan intervensi keperawatan adalah peningkatan jarring integriatas kulit,terpenuhinya intake nutrisi harian,penurunan risiko in'eksi

(11)

menurunkan stimulus nyeri,mekanisme koping yang e'ekti',dan penurunan ke"emasan.untuk risiko in'eksi dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada pasien !-T. Pada gangguan gambaran diri 3"itra diri4,intervensi dapat disesuaikan pada masalah yang sama pada pasien psoarisis. Sementara itu,intervensi de'i"it perawatan diri dan ke"emasan dapat di sesuaikan pada masalah yang sama pada pasien pem'igus vulgaris.

6 $ # )angguan integritas kulit b2d reaksi in'lamasi

Tujuan# dalam B 6 *: jam integritas kulit membaik se"ara optimal.

Driteria evaluasi# pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis  berkurang

=ntervensi dan rasional#

$. Kaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi pada klien

+2menjadi data dasar untuk memberikan in'ormasi intervensi  perawatan yang akan digunakan.

*. Cakukan tindakan peningkatan integritas jaringan

+2 perawatan lo"al kulit merupakan penatalaksanaan keperawatan yang penting. 1ika diberika berikan kompres hangat, tetapi harus dilaksankan dengan hati5hati sekali pada daerah yang erosi' atau terkelupas. Cesi oral yang nyeri akan membuat hygiene oral dipelihara.

. Cakukan oral hygiene

 +2 tindakan oral hygiene perlu dilakukan untuk menjaga agar mulut sengelalu bersih.obat kumur larutan anastesi atau agen gentian violet dapat digunakan dengan sering untuk membersihkan untuk  membersihkan mulut dari debris,mengurangi rasa nyeri pada daerah ulserasi dan mengendalikan bau mulut yang amis.rongga mulut harus diinspeksi beberapa kali sehari dan untuk sehari dan setiap perubahan harus di "atat,serta dilaporkan.vaselin 3atau salep yang diresepakan dokter4dioleskan pada bibir.

(12)

+2 iet TKTP diperlukan untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan  pertumbuhan jaringan.uh

B. -valuasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan  jaringan.

+2 Apabila masih belum men"apai dari "riteria evaluasi B6 *:  jam,maka perlu di kaji ulang 'a"tor5'aktor menghambat pertumbuhan

dan perbaikan dari lesi.

;. Cakukan intervensi untuk men"egah komplikasi.

+2Perawatan di tempat khusus untuk men"egah terjadinya in'eksi.monitor dan evaluasi adanya tanda5tanda gejala komplikasi. H. Kolaborasi untuk pemberian kortikosteroid

+2 kolaborasi pemberian glukokortikoid misalnya metal prednisolon 0/5$*/ mg peroral 3$,B5*mg2kg 772%ari4atau pemberian deksametason injeksi3/,$B5/,*mg2kg 772hari4.

0.Kolaborasi untuk pembeian antibioti"

+2pemberrian antibioti" untuk in'eksi dengan "atatan menghindari "airan sul'onamide dan antibioti".

6 *# Ketidakseimbanngan nutrisi,kurang dari kebutuhan b2d intake tidak  adekuat e'ek sekunder dari kerusakan krusta pada mukusa mulut.

Tujuan# alam waktu B6*: 1am setelah diberikan asupan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria evaluasi#

5 Pasien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat. 5 Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. 5 Penurunan berat badan selama B6*: jam tidak melebihi dari /,Bkg =ntervensi dan rasional#

$. Kaji status nutrisi pasien,turgorkulit, berat badan dan derajat  penurunan berat badan, integritas mukosa oral,kemampuan menelan

(13)

+2 memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan  pilihan intervensi yang tepat.berat badan pasien ditimbang setiap

hari3jika perlu gunakan timbangan tempat tidur4.

Cesi oral dapat mengakibatkan dis'agia sehingga memelukan  pemberian makanan melalui sonde atau terapi nutrisi parenteral total.

>ormula internal atau suplemen internal yang diprogramkan diberikan melalui sonde sampai pemberian peroral dapat dtoeransi.

Penghitungan jumlah kalori Iperhari dan pen"atatan semua intake ,serta output yang akurat sangat penting.

*. -valuasi adanya alergi makanan dan kontraindikasi

+2 beberapa pasien mungkin mengalami alergi terhadap beberapa komponen makanan tertentu dan beberapa penyakit lain, seperti diabetes mellitus, hipertensi, goutdan lainnya yang memberikan mani'estasi terhadap persiapan komposisis makanan yang akan diberikan.

. >asilitasi pasien memperoleh diet biasa yang disukai pasien 3sesuai indikasi4.

+2 memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan nutrisi

:. Cakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, serta sebelum dan sesudah intervensi2pemeriksaan peroral.

+2 menurunkan rasa tak enakkarena sisa makanan atau bau obat yang dapat merangsang pusat muntah.

B. >asilitasi pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan upan nutrisi sesuai menghindari asupan dari agen iritan.

+2 Asupan minuman mengandung ka'ein dihindari karena ka'ein adalah stimulant system sara' pusat yang menigkatkan aktivitas lambung dan sekresi pepsin.

;. 7erikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang. +2 Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi2gangguan dari luar.

(14)

H. Anjurkan pasien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam  pemenuhan nutrisi.

+2&eningkatkan kemandirian dalam pemenuhan asupan nutrisi sesuai dengan tingkat toleransi individu.

0. Kolaborasi dengan ahli gi<i untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.

+2 &eren"anakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energy dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik pasien.

6 #!yeri berhubungan dengan jaringan lunak, erosi jaringan lunak

Tujuan # dalam waktu $6*: jam nyeri berkurang atau hilang atau teradaptasi

Driteria evaluasi # se"ara subyekti' melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadabtasi. Skala nyeri /5$ 3/5:4. apat mengidenti'ikasi akti'itas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Pasien tidak gelisah.

=ntervensi dan rasional #

$. Kaji nyeri dengan pendekatan PJ+ST

+2 menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi menejeman nyeri keperawatan.

*. 1elaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri non'armakologi dan noninvasive

+2 penedekatan dengan menggunakan relaksasi dan 'armakologi lainnya telah menunjukkan kee'ekti'an dalam mengurangi nyeri.

. Cakukan menejemen nyeri keperawatan #

• Atur posisi 'isiologis

+2 Posisi 'isiologis akan meningkatakn F* ke jaringan yang mengalami peradangan. Pengaturan posisi idealnya adalah pada arah yang berlaawanan dengan letak dari lesi. 7agian tubuh yang

(15)

mengalami in'lamasi lo"al dilakukan iomobilisasi untuk merunkan respon peradangan dan peningkatan kesembuhan.

• =stirahatkan klien

+2 istirahat diperlukan selama 'ase akut. Kondisi ini akan meningkatkkan suplai darah pada jaringan yang mengalami  peradangan.

• 7ila perlu premedikasi sebelum melakukan perawatan luka.

+2 kompres yang basah dan sejuk atau terapi rendaman merupakan tindakan protekti' yang dapat mengurangi rasa nyeri. Pasien dengan lesi yang luas dan nyeri harus mendapatkan premedikasi dahulu dengan preparat analgesi" sebelum perawatan kulitnya mulai dilakukan

• &enejemen lingkungan # lingkungan tenang dan batasi

 pengunjung

+2 lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi F* ruangan yang akan berkurang apabila banyak   pengunjung yang berada diruangan.

• Ajarkan teknik relaksasi perna'asan dalam

+2 meningkatkan asupan F* sehingga akan menurunkan nyeri skunder dari peradangan

• Ajarkan teknik distraksi saat nyeri

+2 distraksi 3pengalihan perhatian4 dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorphin dan enke'alin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak  dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.

• Cakukan menejemen sentuhan

+2 menejemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan  psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. &asase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.

(16)

:. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.

(17)

3A3 III PENUTUP

K'&i)pu0an

Sindrom Steven51ohnson 3SS14 merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa, mukosa ori'isium serta mata disertai gejala umum berat

Sindrom Stevens51ohnson pertama diketahui pada $9** oleh dua dokter, dr. Stevens dan dr. 1ohnson, pada dua pasien anak laki5laki. !amun dokter  tersebut tidak dapat menentukan penyebabnya.

(18)

DA-TAR PUSTAKA

Dorwin, -li<abeth. 1. *//$. Buku Saku Patofisiologi. 1akarta# -)D.

oenges. *///. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. 1akarta# -)D.

%am<ah, &o"htar. *//B.  Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi .  1akarta# 7alai Penerbit >K=.

&ansjoer, Ari'. *///. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3! "ilid #. &edia Aes"ulapius # 1akarta

Pri"e dan Wilson. $99$. Patofisiologi Konsep Klinik Proses$Proses Penyakit   Edisi #. 1akarta# -)D.

Smelt<er, Su<anne D. *//$. Buku A"ar Keperawatan %edikal$Bedah Brunner  & Suddarth! edisi '! (olume 3. 7uku Kedokteran -)D # 1akarta.

Referensi

Dokumen terkait

ITP atau Idiopatik Trombositopenia Purpura adalah keadaan dimana perdarahan disifatkan oleh timbulnya petekia atau ekimosis di kulit ataupun selaput lendir serta dapat

Sindrom Steven-Johnson (SSJ) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/ bula, dapat

Kelainan kulit pada psoriasis berupa eritema sirkumskrip dan merata dengan skuama berlapis, kasar , berwarna putih seperti mika dan disertai

Sindrom Steven-Johnson (SSJ) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/

fisik  Diawali dengan penyakit peradangan akut yang disertai dengan gejala prodromal berupa demam, malaise, batuk, sakit kepala.  Kelainan kulit: macula eritema, vesikel, dan

Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir,

ITP atau Idiopatik Trombositopenia Purpura adalah keadaan dimana perdarahan disifatkan oleh timbulnya petekia atau ekimosis di kulit ataupun selaput lendir serta dapat

multiformis tipe rmis tipe Hebra Hebra, , eritema multiforme mayor, eritema bulosa maligna) adalah eritema multiforme mayor, eritema bulosa maligna) adalah sindrom kelainan kulit