• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada akhir tahun 2011 muncul sebuah idol group baru di industri hiburan di Indonesia bernama JKT48. JKT48 merupakan sebuah sister group pertama di luar Jepang dari sebuh idol group tersukses di Jepang yang bernama AKB48. AKB48 adalah sebuah proyek yang digagas oleh Yasushi Akimoto yang juga menjadi produser dari AKB48. Dengan suksesnya AKB48 di Jepang pada umumunya dan di Akihabara, Tokyo pada khususnya, Akimoto berusaha membuat projek AKB48 menjadi lebih besar dengan membentuk sebuah sister group dari AKB48 di daerah lain di Jepang dan di luar Jepang. Sister Group ini adalah SKE48 di Nagoya, NMB48 di Namba, HKT48 di Hakata, dan SDN48 di Tokyo yang dikhususkan untuk penonton dewasa. Selain di Indonesia, sister group AKB48 yang berada di luar Jepang adalah SNH48 yang berbasis di Shanghai, China.

Kemunculan JKT48 di Industri hiburan di Indonesia berawal dari

Akimoto, yang melihat adanya basis fans 48family1 yang cukup besar di

Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan pasar yang potensial untuk menjual hasil produk budaya Jepang seperti, Anime dan Manga. Dengan melihat hal-hal tersebut, Akimoto optimis bahwa dengan membawa konsep idol group AKB48 ke dalam industri hiburan Indonesia, JKT48 akan membuahkan kesuksesan dalam ranah bisnis musik di Indonesia. Dalam upayanya membentuk JKT48 di Indonesia, Akimoto membangun sebuah kerjasama bisnis dengan perusahaan Indonesia, PT. Media Nusantara Citra Tbk (MNC Media) perusahaan yang bergerak di bidang media penyiaran,

1 48family adalah sebuah istilah untuk menyebut semua idol group yang didirikan oleh Yasushi

(2)

2 media cetak, radio, telekomunikasi, pelayanan finasial, agensi dan online shopping.2

Konsep idol group AKB48 yang diterapkan di JKT48 adalah sebuah konsep baru yang segar di Indonesia. Di Jepang, ( ア イ ド ル ,aidoru) diasosiasikan pada seorang performer muda yang bisa bernyanyi, berpose

dalam fotografi, dan sering muncul di media3. Konsep idol merupakan suatu

konsep yang berbeda dengan konsep penyanyi atau selebriti di Indonesia yang nantinya akan dijelaskan dalam penelitian ini. Dengan berbasis pada konsep Japanese Idol, masing-masing dari personil dari JKT48 (member

JKT484) dibentuk menjadi sebuah idola Indonesia yang dalam proses

pembentukannya menggunakan cara-cara ala Jepang seperti yang diterpakan di AKB48. Selain itu dalam hal pemasaran, JKT48 juga menerapakan konsep yang sama dengan AKB48, keduanya membawa slogan utama yang sama untuk hubungan antara idola dengan penggemarnya yaitu “idols you can meet everyday” atau idola yang bisa anda temui setiap hari”. Slogan ini diwujudkan dengan adanya pertunjukan rutin setiap hari di Theater JKT48 yang selalu dipenuhi oleh penonton.

Setalah 2 tahun berada dalam industri hiburan Indonesia JKT48 bisa dikatagorikan sebagai sebuah grup yang sukses, kesuksesan ini terlihat pada banyaknya penggemar, CD yang terjual dan intensitas JKT48 tampil di berbagai media. Sampai makalah ini ditulis jumlah like di Facebook Official

JKT48 telah mencapai 3,333,333 likes.5 Selain itu Penjualan CD yang selalu

laku keras yang bisa dilihat dengan ramainya handshake event6 yang

2

Nihon Keizai Shimbun, "AKB初の海外姉妹グループ、JKT48の可能性" (AKB's First

Overseas Sister Group, JKT48's Potential), 14 Februari 2012, http://s.nikkei.com/1dJvBQr,

diakses pada 26 Maret 2014.

3

Galbraith & Karlin (eds), hal.4-5.

4

“Member” adalah sebutan untuk para personil dari 48Family.

5

JKT48 Official Facebook Page, https://www.facebook.com/official.JKT48, diakses 30 November 2014.

6

Handshake Event adalah sebuah kegiatan berjabat tangan antara member JKT48 dan penggemarnya. Tiket Handshake Event sendiri adalah bonus dari pembelian CD secara langsung di Theater JKT48.

(3)

3 diadakan oleh JKT48. Penjualan CD yang dilakukan secara langsung di berbagai wilayah di Indonesia juga selalu terjual habis. Penjualan merchandise, tiket teater, dan konser yang selalu ramai dan beberapa penghargaan yang diterima oleh JKT48 dari ajang penghargaan yang diselenggarakan oleh beberapa media menjadi contoh kesuksesan JKT48 di Indonesia. Menjadi sebuah keunikan tersendiri dimana JKT48 yang merupakan “bahan” dari Indonesia dimasak dengan “resep” dari Jepang yang pada akhirnya membuahkan kesuksesan.

Kesuksesan AKB48 dan JKT48 didorong oleh diferensiasi yang dibawa oleh group tersebut. Dari segi pemasaran, selain konsep “idols you can meet everyday”, AKB48 adalah satu-satunya idol group di Jepang yang mempunyai banyak personil yang dibagi dalam beberapa team sehingga bisa tampil AKB48 bisa tampil di berbagi tempat dalam waktu yang bersamaan. Dari segi Hubungan Internasional AKB48 merupakan satu-satunya idol group

di dunia yang melakuan transnasionalisasi ke dua Negara yaitu China7 dan

Indonesia.

JKT48 adalah bentuk dari Transnasionalisasi yang dilakukan AKB48 di Indonesia. Transnasionalisasi yang dilakukan oleh sebuah group musik Jepang di Indonesia adalah hal baru yang pertama terjadi dalam industri hiburan di Indonesia. Munculnya JKT48 yang konsepnya dibawa dari Jepang merupakan fenomena globalisasi budaya Jepang di Indonesia. Di JKT48 terjadi sebuah homogenisasi budaya Jepang mulai dari konsep, penampilan, kostum, lirik hingga sistem penjualan produk. Dalam fenomena ini juga terjadi penyesuaian budaya Jepang agar bisa berjalan searah dengan budaya Indonesia agar tujuan dari JKT48 bisa tercapai. Tujuan dari JKT48 adalah menciptakan tempat bagi para perempuan Indonesia untuk mewujudkan

7

(4)

4 impian mereka. Bersama para penggemar, JKT48 ingin membuat

satu-satunya “Idola Orisinil Indonesia“.8

B. Rumusan Masalah

Skripsi ini akan membahas mengenai: Bagaimana proses terjadinya penetrasi globalisasi budaya Jepang di Indonesia melalui kerjasama dalam bisnis musik antara Jepang dan Indonesia yang diwujudkan melalui JKT48?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari tulisan ini adalah menjelaskan proses penetrasi globalisasi budaya di JKT48 mendeskripsikan produk budaya Jepang apa saja yang mengglobal di JKT48, menganalisis glokalisasi dan bagaimana budaya Jepang masuk dalam tiga kelompok yang terlibat dalam JK48 yaitu JKT48 sebagai produsen, penggemar atau fans sebagai konsumen, dan media sebagai distributor.

D. Landasan Konseptual

1. Globalization & Transnationalism.

Skripsi ini merupakan karya tulis yang berdasarkan pada studi globalisasi budaya. Dalam arti yang luas, globalisasi sesungguhnya sudah berlangsung cukup lama, karena jika dilihat dari konteks historis, hubungan antar bangsa sudah dimulai sejak berabad-abad yang lalu melalui hubungan dagang antar bangsa, penyebaran agama-agama, dan tranformasi ilmu pengetahuan melalui hubungan guru dan murid dari berbagai bangsa. Globalisasi dalam arti luas sesungguhnya sudah dimulai jauh sebelum istilah

8

„Apa Itu JKT48,‟ JKT48 Official Web Site, http://jkt48.com/about/jkt48?lang=id, diakses 13 Februari 2014

(5)

5

dan definisi globalisasi itu sendiri ditemukan. Globalisasi sendiri

didefinisikan sebagai peningkatan intensitas hubungan sosial sedunia yang menghubungkan lokalitas yang saling berjauhan yang mengakibatkan munculnya sebuah peristiwa sosial di suatu tempat yang disebakan oleh

perstiwa sosial di daerah lain9.

Konsep Globalisasi menurut Giddens ini menujukan adanya pergeseran ide-ide mengenai batas hubungan antar masyarakat di seluruh dunia dimana kehidupan sosial di suatu wilayah bisa melintasi jarak yang jauh sehingga lokalitas di suatu tempat bisa tersebar di daerah lain yang jaraknya saling berjauhan. Globalisasi mencakup berbagai aspek dalam hubungan antar manusia seperti, ekonomi, politik, ideologi dan budaya.

Menurut Ulrich Beck10, globalisasi mengacu pada proses di mana

negara-negara yang berdaulat yang saling berhubungan melalui aktor-aktor transnasional dengan berbagai prospek kekuasaan, orientasi, identitas dan

jaringan. Menurut Beck, proses ini tidak dapat diubah karena:11

1. Ekspansi geografis dan kepadatan manusia serta semakin besar perdagangan internasional, serta jaringan global pasar keuangan dan pertumbuhan kekuatan perusahaan transnasional.

2. Evolusi berkelanjutan teknologi informasi dan komunikasi.

3. Tuntutan universal untuk hak asasi manusia dan prinsip demokrasi. 4. Aliran gambar dari industri budaya global.

9

Giddens, The Consequences of Modernity, hal. 64.

10

Ulrich Beck mengkategorikan globalisasi meliputi : Deteritorialisasi, transnasionalisme, dan multilokal-translokal. Deteritorialisasi dapat diartikan, bahwa batas geografi seakan ditiadakan baik dalam bidang perdagangan, politik, social, ekonomi. Transnasionalisme secara sederhana dapat diartikan sebagai adanya kebebasan dalam berdagang yang dijalankan oleh organisasi atau perusahaan lintas Negara yang berskala global. Multilokal-translokal artinya globalisasi mencakup juga lokalisasi sehingga muncul istilah glokalisasi, artinya dalam globaisasi terjadi pula proses lokalisasi yaitu proses menuju hal-hal yang bersifat lokal, dengan globalisasi tidak membunuh yang lokal tetapi merangsang dan memperkuat daya hidup lokalitas. Dikutip dari, Sindhunata,

Dilema Globalisasi Dalam jurnal Basis, hal. 6.

11

(6)

6 5. Munculnya pasca-nasional, politik dunia polisentris, dimana aktor transnasional (perusahaan, organisasi non-pemerintah, PBB) tumbuh dalam kekuasaan dan nomor sama dengan pemerintah. 6. Pertanyaan kemiskinan dunia.

7. Isu kerusakan lingkungan global.

8. Konflik Trans-budaya dalam satu dan tempat yang sama.

Dari beberapa proses tersebut, transnasionalisme sebuah hal penting dalam globalisasi. Transnasionalisme adalah proses di mana hubungan internasional yang dilangsungkan oleh pemerintah telah disertai oleh hubungan individu, kelompok dan pihak swasta. Perubahan-perubahan

tersebut memiliki konsekuensi penting bagi dunia internasional.12 Aktivitas

transnasional mengakibatkan tersebarnya suatu ide dari suatu wilayah di dunia ke wilayah lain.

Transnasionalisme melihat negara bukan lagi sebagai aktor utama dalam setiap interaksi. Aktor-aktor transnasional yang dikenal dalam hubungan internasional meliputi: IGO (Inter-Governmental Organization) dan

INGO (Inter Non-Govermental Organization). 13 Dalam dunia bisnis,

perusahaan yang bergerak dalam perdagangan jasa atau barang bisa melebarkan bisnis dengan cara melakuakn ekspor impor namun semua perusahaan yang melakukan ekspor atau impor berhubungan dengan aktivitas ekonomi transnasional belum bisa dikatakan sebagai perusahaan transnasional sampai mereka memiliki cabang di luar negara mereka sendiri.

12

Jackson & Sorensen, Introduction to International Relations, hal. 101.

13

Presentasi Aktor-Aktor Transnasional dalam Politik Global, di perkuliahan Ilmu Hubungan Internasonal mata kuliah Transnasionalisme dalam Politik Smester Ganjil 2010/2011 oleh Siti Daulah Kohiriati yang dibuat tanggal 21 Oktober 2010.

(7)

7 2. Culture Globalization and Glocalization

Dalam aspek budaya, secara makro budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.14

Secara mikro, budaya biasanya termanifestasikan dalam pendidikan, kesenian, ilmu pengetahuan dan olahraga. Lebih mikro lagi, kebudayaan yang lebih sering dianggap sebagai konvensi adalah kebudayaan yang

menitikberatkan pada pemanfaatan kesenian.15

Menurut C. Kluckhohn didalam sebuah karyanya yang berjudul Universal Categories of Culture telah menguraikan budaya-budaya yang ada di dunia. Dari penguraian itu terbentuk pengkatagorian yang menunjuk pada

tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai Cultural Universals, yaitu:16

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia.

2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi.

3. Sistem kemasyarakatan.

4. Bahasa.

5. Kesenian.

6. Sistem pengetahuan.

7. Religi.

Dengan mempelajari konsep globalisasi dan konsep budaya, globalisasi budaya dapat diartikan sebagai jalinan situasi integratif yang mencakup gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia antar masyarakat di

14

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi Budaya, hal. 193.

15

Warsito & Kartikasari, Diplomasi kebudayaan: Konsep dan Relevansi bagi Negara

Berkembang: Studi Kasus Indonesia, hal. 3.

16

(8)

8 suatu belahan bumi yang mempengaruhi aktifitas atau peristiwa pada sebuah atau beberapa masyarakat di belahan bumi yang lain.

Globalisasi budaya mulai berkembang pada abad 20-an seiring dengan

meningkatnya teknologi informasi dan komunikasi. Proses dari

berkembangnya globalisasi budaya ditandai dengan adanya konsumsi budaya yang telah tersebar melalui media masa, internet, budaya populer, dan perjalanan antar negara yang mengakibatkan terjadinya sirkulasi budaya dimana anggota masyarakat bisa dengan sengaja atau tidak sengaja ikut menyebarkan suatu budaya baru atau budaya lain dalam masyarakatnya. Contoh dari globalisasi budaya bisa dilihat dengan memperhatiakan adanya produk budaya asing disuatu wilayah yang berbeda dari asal budaya tersebut seperti adanya model pakaian, makanan, atau kesenian dari sebuah Negara di Negara lain.

Untuk beberapa kritikus, globalisasi membawa ke pikiran gambar mimpi dari dunia di mana sebuah budaya global tunggal homogen memenuhi dunia, menghancurkan seluruh budaya lokal. Mereka membayangkan sebuah dunia di mana budaya, perusahaan-perusahaan besar dan organisasi internasional memegang kekuasaan dipegang secara resmi oleh beberapa aktor saja. Setiap orang memakai sepatu yang sama, makan makanan yang sama, mendengarkan musik yang sama dan menerima nilai-nilai utama yang sama. Istilah yang dipakai untuk menggambarkan fenomena ini adalah Homogenisasi.

Sementara sebagian besar setuju bahwa globalisasi adalah kenyataan. Istilah ini mengacu pada fenomena di mana ekonomi, budaya dan pemerintah dari seluruh dunia muncul untuk mengintegrasikan menuju satu sistem global. Perjalanan internasional dan perdagangan, internet dan media global dapat diakses terus membuat dunia menjadi tempat yang jauh lebih kecil. Banyak perusahaan yang telah berkembang menguasi pasar di dunia sehingga meninbulkan sebuah fenomena global yang baik cepat atau lambat akan

(9)

9 menutupi kelokalan. Namun dunia masih mosaik besar tradisi, masyarakat, nilai-nilai dan keyakinan - semua elemen yang membentuk budaya lokal.

Konflik antar budaya telah mendefinisikan banyak sejarah manusia - dari perang suku rumput dan penaklukan kekaisaran bentrokan agama dan gaya hidup. Dimana nilai yang berbeda bertemu, kebingungan dan kerusuhan dapat mengikuti. Hal yang sama terus sebagai perusahaan global yang kuat bergerak ke daerah-daerah lokal sementara daerah setempat menjangkau untuk teknologi yang tersedia, informasi dan manfaat ekonomi.

Mengglobalnya suatu budaya di wilayah lain akan memberikan dampak pada budaya lokal di wilayah tersebut yang akhirinya memunculkan sebuah konsep dalam studi globalisasi yaitu Glokalisasi. Glokalisasi adalah

sebuah integrasi antara global dengan lokal.17 Disinilah glokalisasi menjadi

sebuah jawaban terhadap masalah-masalah globalisasi. Sama seperti kata itu sendiri adalah perpaduan dari "global" dan "lokal", glokalisasi melibatkan pertemuan dikelola dari arena global yang berkembang dengan lokal, kehidupan sehari-hari. Tujuan glokalisasi adalah untuk memastikan dunia yang mengglobal adalah tempat yang stabil dan terintegrasi, sementara juga melindungi warisan budaya daerah setempat.

Glokalisasi mengacu pada sebuah efek globalisasi yaitu heterogenisasi dimana terjadi percampuran yang melibatkan kombinasi dari dua atau lebih elemen-elemen budaya dari bagian-bagian dunia yang berbeda. Kendati terjadi percampuran, globalisasi tetap mempertahankan elemen-elemen asal, sehingga heterogenitas tetap terjaga. Metode bagaimana sebuah budaya melakukan dan mengevaluasi glokalisasi bervariasi dari budaya ke budaya. Ada kelompok yang merasa globalisasi menekan suatu kelompok masyarakat, tapi ada juga yang berupaya mengundangnya. Apakah globalisasi dipaksakan atau diinginkan, globalisasi tak dapat dihindari. Karena itu budaya-budaya

17

Knowless & Elliott, The Oxford Dictionary of New Word, hal. 134 (dikutip dari, Robertson,

(10)

10 harus berupaya memaksimalkan efek positifnya dan meminimalkan efek negatifnya. Cara budaya-budaya melakukan keseimbangan antara yang global dan lokal adalah dengan melakukan glokalisasi..

3. Representasi dalam Cultural Studies

Penelitian mengenai globalisasi budaya ini akan mendeskripsikan produk-produk budaya Jepang apa saja yang tersaji dalam sebuah pertunjukan seni musik di Indonesia, untuk mendiskripsikan produk-produk budaya tersebut akan digunakan sebuah pendekatan dalam Cultural studies yaitu Representasi.

Representasi adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan. konsep mengenai representasi ini didasarkan pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan perbedaan antara makna yang diberikan oleh representasi dan arti benda yang

sebenarnya digambarkan 18 . Representasi digunakan sebagai proses

perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan secara fisik. Secara lebih tepat dapat didefinisikan sebagai penggunaan tanda-tanda untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap, diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik.

Representasi merupakan kajian utama dalam cultural studies, representasi sendiri dimaknai sebagai bagaimana dunia dikonstruksikan secara sosial dan disajikan kepada kita dan oleh kita di dalam pemaknaan tertentu. Cultural studies memfokuskan diri kepada bagaimana proses pemaknaan representasi itu sendiri. John Fiske merumuskan tiga proses yang terjadi dalam representasi melalui tabel dibawah ini.

18

(11)

11

Tabel 1. Tiga Proses Dalam Representasi19

PERTAMA REALITAS

Dalam bahasa tulis, seperti dokumen wawancara transkrip dan sebagainya. Dalam televisi seperti perilaku, make up, pakaian, ucapan, gerak-gerik dan sebagainya.

KEDUA REPRESENTASI

Elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik, dan sebagainya. Dalam TV seperti kamera, musik, tata cahaya, dan lain-lain). Elemen-elemen tersebut di transmisikan ke dalam kode representasional yang memasukkan diantaranya bagaimana objek digambarkan (karakter, narasi setting, dialog, dan lain lain)

KETIGA IDEOLOGI

Semua elemen diorganisasikan dalam koheransi dan kode ideologi, seperti individualisme, liberalisme, sosialisme, patriarki, ras, kelas, materialisme, dan sebagainya.

Pertama, realitas, dalam proses ini peristiwa atau ide dikonstruksi sebagai realitas oleh media dalam bentuk bahasa gambar ini umumnya berhubungan dengan aspek seperti pakaian, lingkungan, ucapan ekspresi dan lain-lain. Di sini realitas selalu siap ditandakan. Kedua, representasi, dalam proses ini realitas digambarkan dalam perangkat-perangkat teknis seperti bahasa tulis, gambar, grafik, animasi, dan lain-lain. Ketiga, tahap ideologis, dalam proses ini peristiwa-peristiwa dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam konvensi konvensi yang diterima secara ideologis.

Representasi bisa dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi sosial atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat. Representasi ini bisa berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan juga dapat

19

Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, hal. 123

(12)

12 dilihat dalam bentuk gambar bergerak atau film. Representasi tidak hanya melibatkan bagaimana identitas budaya disajikan atau dikonstruksikan di dalam sebuah teks tapi juga dikonstruksikan di dalam proses produksi dan resepsi oleh masyakarat yang mengkonsumsi nilai-nilai budaya yang direpresentasikan tadi.

E. Argumen Utama

Argumen utama yang diajukan sekaligus menjawab rumusan masalah dalam skripsi ini adalah, Fenomena JKT48 menimbulkan sebuah penetrasi globalisasi budaya pop Jepang di Indonesia yang mempengaruhi interaksi saling mempengaruhi antar individu dan kelompok dari kedua Negara baik di dalam JKT48 sendiri maupun di antara penggemarnya. Proses terjadinya penetrasi globalisasi ini terjadi dengan melihat pihak Jepang (AKB48) yang menjadi subjek atau agen globalisasi dengan melakukan sebuah transnasionalisasi dan menggabungkan budaya-budaya seperti budaya kerja, seni serta cara berbisnis yang memperhatikan perilaku penggemar AKB48 di Jepang dan menerapkannya pada penggemar di Indonesia. Globalisasi budaya yang terjadi dalam JKT48 bisa dilihat dari kostum yang dipakai saat pertunjukan, istilah-istilah Jepang yang dipakai untuk berinteraksi dalam interen JKT48 atau yang digunakan oleh penggemar JKT48 dan penggunaan cara Jepang sebagai strategi marketing yang berkaca pada budaya konsumen para penggemar di Jepang.

F. Metode Penelitian

Dalam meneliti skripsi yang berjudul ”Globalisasi Budaya dalam Bisnis Musik Jepang - Indonesia (Studi Kasus: JKT48)” ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian menggunakan referensi data sekunder dari buku, surat kabar, situs-situs internet, jurnal, dan majalah.

(13)

13

G. Sistematika Penulisan

Tulisan ini akan dikembangkan dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan disampaikan latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka konseptual yang digunakan untuk membantu memaparkan masalah, sistematika penulisan dan argumentasi awal penulis

BAB II : Representasi Budaya Jepang dalam AKB48

Secara umum dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan budaya-budaya Jepang yang tersaji dalam bisnis musik di Jepang khususnya dalam dunia per-idol-an AKB48 termasuk di dalamnya membahas mengenani budaya yang ada pada penggemar AKB48 di Jepang.

BAB III : Globalisasi Budaya Jepang di JKT48

Bab ini akan memaparkan tentang bagaimana proses globalisasi budaya Jepang yang masuk ke Indonesia melalui JKT48 termasuk di dalamnya mendeskripsikan budaya-budaya Jepang apa saja yang masuk ke Indonesia dan mengenai glokalisasi budaya Indonesia pada JKT48.

BAB IV : Kesimpulan

Secara umum bab ini akan berisi jawaban rumusan masalah penulis yang berupa review singkat dari pembahasan dalam bab-bab sebelumnya secara singkat, padat dan jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Fraksi terpenoid daun katuk memiliki pengaruh baik terhadap profil lipid yang dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, dan meningkatkan kadar HDL dengan dosis

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Word Of Mouth yang diajukan untuk responden pelanggan Legend Coffee Yogyakarta adalah valid karena dilihat dari nilai r hitung > r tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran yang pada prinsipnya pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk menciptakan situasi

Jika seseorang itu percaya bahawa kitar semula dapat membantu dalam memulihkan alam sekitar yang kini mempunyai sumber yang amat terhad dan dapat menjimatkan kos dengan

Dalam kegiatan penelitian ini dilakukan metode wawancara dengan para teknisi dari PT. Nutech Integrasi yang diberikan tanggung jawab oleh perusahaan dalam menangani sebuah

olarak, kameranın objektifiyle karakterin ve seyircinin gözünün çakıştığı izlenimini veren çekimler için kullanılır.. Bunun dışında, karakterlerden birinin görüş noktası