MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF MELALUI
METODE PERMAINAN KARTU HURUF PADA PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI AR RIDHA DESA TASIK RAYA
KECAMATAN BATANG TUAKA
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pendidikan (S.Pd) pada Program Studi
Pendidikan Islam Anak Usia Dini
OLEH:
JAMILAH
NIRM. 1209.16.07998
Y A Y A S A N P E N D I D I K A N A U L I A U R R A S Y I D I N SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN-RIAU 1442 H/2021 M
ii
MOTTO
⬧
⧫⬧
◆
⬧⧫
☺
⧫⬧
⧫⧫
⧫⬧
➔
⬧◆
☺
⬧➔
◼→
✓
◼◆
➢◆
⧫⬧
➔⬧
⧫⧫
: يمهاربا(
٢٤
-٢۵
)
Artinya:
24. tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
25. pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.
(Q.S. Ibrahim: 24-25)
iii
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih
sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan
salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan
kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada
mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta
dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan
Ayah bahagia karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk
Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih
sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik,
Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...
Terima kasih banyak untuk bantuan dan kerja samanya selama ini…
Serta semua pihak yg sudah membantu selama penyelesaian Tugas Akhir ini...
iv
ABSTRAK
JAMILAH (2020): MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF 1209.16.07998 MELALUI METODE PERMAINAN KARTU HURUF
PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI AR RIDHA DESA TASIK RAYA KECAMATAN BATANG TUAKA
Permasalahan yang dijumpai peneliti di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka yaitu sebagian besar anak belum mengenal huruf, sebab kesulitan dalam membaca lambang bunyi. Ada juga sebagian anak yang kesulitan menyebutkan huruf tertentu. Permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah peningkatan kemampuan mengenal huruf melalui metode permainan kartu huruf pada Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal huruf melalui metode permainan kartu huruf pada Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yang dilakukan dengan 4 tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah guru dan siswa di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi, serta dianalisa dengan menggunakan rumus persentase P = F N⁄ × 100%.
Hasil analisa data menunjukkan kemampuan mengenal huruf siswa, yaitu pada pra siklus adalah 8 orang siswa (44,44%), pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 18 orang siswa (100%).
Kesimpulan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah kemampuan mengenal huruf Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka meningkat melalui metode permainan kartu huruf.
Kata Kunci: Kemampuan Mengenal Huruf, Metode Permainan Kartu Huruf.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita persembahkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa. Karena atas limpahan Karunia, hidayah dan petunjuk-Nya jualah peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Auliaurrasyidin Tembilahan.
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti telah banyak meminta perhatian, bantuan dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu izinkanlah peneliti pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak H. Kursanie, S.Pd.I., sebagai Ketua Yayasan
STAI Auliaurrasyidin Tembilahan.
2. Bapak Syarifudin, S.Pd.I.,M.Pd.I. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin Tembilahan.
3. Bapak M. Ridhwan, S.Pd.,M.Ed., selaku wakil ketua bidang akademik dan pengembangan lembaga.
4. Bapak H. Deddy Yusuf Yudhyarta, S.Mn.,M.Pd.I., selaku wakil ketua bidang administrasi umum dan perencanaan.
vi
5. Bapak Dr.Ir.H.Syahruddin, MM., selaku wakil bidang kemahasiswaan dan kerjasama.
6. Ibu Faridatul Munawaroh, M.Pd.I., selaku Ketua Prodi Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini di Sekolah Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin Tembilahan, dan inu Rika Devianti, S.Pd.I., M.Pd, selaku sekretaris Prodi Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini di Sekolah Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin Tembilahan.
7. Ibu Rika Devianti, S.Pd.I., M.Pd., sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini.
8. Ibu Faridatul Munawaroh, M.Pd.I., selaku Pembimbing Akademik (PA) peneliti.
9. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan kuliah dan ilmunya kepada peneliti.
10. Bapak Abdul Hamid, S.Si. selaku kepala Perpustakaan Harus Al Rasyid Sekolah Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin Tembilahan.
11. Ibu Ernawati, S.Pd., selaku Kepala Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka, berserta majelis guru yang dengan tangan terbuka menerima kehadiran peneliti untuk melakukan penelitian.
vii
12. Seluruh Bapak/Ibu Tenaga Kependidikan di lingkungan Sekolah Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin Tembilahan.
13. Kedua orangtua peneliti yang telah membesarkan dan memberikan kebahagiaan bagi ananda.
14. Kepada seluruh ikhwan dan akhwat yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namanya, yang telah banyak memberikan dukungan.
Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Tembilahan, 03 November 2020
J A M I L A H NIRM. 1209.16.07998
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Nota Dinas Pembimbing ... ii
Surat Pernyataan ... iii
Motto ... iv
Persembahan ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar isi ... x
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pendidikan Anak Usia Dini ... 11
1. Pengertian Anak Usia Dini ... 12
2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini .... 14
B. Metode Permainan Kartu Huruf ... 15
1. Pengertian Metode ... 15
2. Pengertian Bermain ... 17
3. Jenis-Jenis Bermain ... 20
C. Media Kartu Huruf ... 23
1. Pengertian Media Pembelajaran ... 23
2. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 25
3. Fungsi Media dalam Pembelajaran ... 27
4. Pengertian Kartu Huruf ... 29
5. Pentingnya Mengenal Huruf ... 31
6. Manfaat Kartu Huruf ... 33
7. Langkah-Langkah Penggunaan Kartu Huruf dalam Pembelajaran ... 34
D. Kerangka Berpikir ... 37
E. Indikator Kinerja ... 38
F. Penelitian yang Relevan ... 41
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47
ix
C. Desain Penelitian ... 48
D. Prosedur Penelitian ... 50
E. Teknik Pengumpulan Data ... 54
F. Teknik Analisa Data ... 56
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57
B. Penyajian Data Hasil Penelitian ... 63
C. Pembahasan Data Hasil Penelitian ... 105
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 113
B. Saran... 113
Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran
x
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Keadaan Guru di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka
Tahun Pelajaran 2020/2021 ... 60 Tabel IV.2 Keadaan Siswa di Pendidikan Anak
Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka
Tahun Pelajaran 2020/2021 ... 60 Tabel IV.3 Sarana dan Prasarana di Pendidikan
Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka
Tahun Pelajaran 2020/2021 ... 63 Tabel IV.4 Hasil Observasi Guru dalam
Permainan Kartu Huruf
Siklus I Pertemuan 1 ... 65 Tabel IV.5 Hasil Observasi Guru dalam
Permainan Kartu Huruf
Siklus I Pertemuan 2 ... 68 Tabel IV.6 Hasil Observasi Guru dalam
Permainan Kartu Huruf
Siklus I Pertemuan 3 ... 71 Tabel IV.7 Hasil Observasi Siswa dalam
Permainan Kartu Huruf
Siklus I Pertemuan 1 ... 74 Tabel IV.8 Hasil Observasi Siswa dalam
Permainan Kartu Huruf
Siklus I Pertemuan 2 ... 76 Tabel IV.9 Hasil Observasi Siswa dalam
Permainan Kartu Huruf
Siklus I Pertemuan 3 ... 79 Tabel IV.10 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 82 Tabel IV.11 Hasil Observasi Guru dalam
Permainan Kartu Huruf
xi
Tabel IV.12 Hasil Observasi Guru dalam
Permainan Kartu Huruf
Siklus II Pertemuan 2 ... 89 Tabel IV.13 Hasil Observasi Guru dalam
Permainan Kartu Huruf
Siklus II Pertemuan 3 ... 92 Tabel IV.14 Hasil Observasi Siswa dalam
Permainan Kartu Huruf
Siklus II Pertemuan 1 ... 95 Tabel IV.15 Hasil Observasi Siswa dalam
Permainan Kartu Huruf
Siklus II Pertemuan 2 ... 97 Tabel IV.16 Hasil Observasi Siswa dalam
Permainan Kartu Huruf
Siklus II Pertemuan 3 ... 100 Tabel IV.17 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 103 Tabel IV.18 Rekapitulasi Hasil Observasi
Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Metode Permainan Kartu Huruf Pada
Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang
Tuaka ... 105 Tabel IV.19 Rekapitulasi Hasil Observasi
Siswa dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Metode
Permainan Kartu Huruf Pada
Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang
Tuaka ... 108 Tabel IV.20 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
dengan Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Metode Permainan Kartu Huruf Pada
Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang
xii
Tabel IV.21 Peningkatan Ketuntasan Hasil
Belajar Siswa dengan Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Metode Permainan Kartu Huruf Pada Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV.1 Peningkatan Hasil Observasi
Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Metode Permainan Kartu Huruf Pada
Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang
Tuaka ... 107 Gambar IV.2 Peningkatan Hasil Observasi
Siswa dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Metode
Permainan Kartu Huruf Pada
Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang
Tuaka ... 109 Gambar IV.3 Peningkatan Ketuntasan Hasil
Belajar Siswa dengan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Metode Permainan Kartu Huruf Pada
Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu bentuk-bentuk pendidikan anak usia dini yaitu anak yang berusia empat sampai dengan enam tahun.1 Pendidikan anak usia dini (PAUD) memiliki
peran yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan jembatan antara lingkungan keluarga dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas yaitu sekolah dasar dan lingkungan lainnya.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003) pada pasal 1 ayat (14) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
1Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran TK, (Banten:
Sementara itu, Bredecamp (1997) menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) mencakup berbagai program yang melayani anak dari lahir sampai dengan delapan tahun yang dirancang untuk meningkatkan perkembangan intelektual, sosial, emosi, bahasa dan fisik anak.2
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini disebutkan bahwa salah satu standar Pendidikan Anak Usia Dini adalah standar tingkat pencapaian perkembangan, yang berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman yaitu nilai-nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, serta sosial emosional. Aspek-aspek yang dimiliki anak tersebut perlu mendapatkan rangsangan dan perhatian yang baik.
Pengembangan sosial, emosional, dan kemandirian, dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup.
Demikian juga kemampuan berbahasa, bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikirannya melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia. Pengembangan fisik/motorik untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan kordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Dengan demikian, melalui bahasa orang dapat saling bertegur sapa, saling bertukar pikiran untuk memenuhi kebutuhannya.3
Para ahli psikologi berpendapat bahwa masa pendidikan di usia dini merupakan masa usia emas (golden age). Pemberian pendidikan yang tepat pada masa ini berpengaruh sangat signifikan bagi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) dapat memberi andil bagi peningkatan mutu sumber daya manusia.
3Enny Zubaidah, Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini,
Pada fase usia emas ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, serta emosional dan intelektualnya.4
Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak Taman Kanak-Kanak (TK) sesuai kompetensinya. Melalui bermain, anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Bermain disesuaikan dengan perkembangan anak. Permainan yang digunakan di Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan permainan yang merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK).5
Dalam hal ini, Seto Mulyadi menjelaskan bahwa anak adalah anak, anak bukan manusia dewasa mini, karena itu metode pembelajaran terhadap anak harus disesuaikan dengan perkembangannya. Dunia anak adalah dunia bermain. Pada dasarnya anak senang sekali belajar, asal dilakukan dengan cara-cara bermain yang menyenangkan.6
4Tim Dosen FIP, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan,
(Surabaya: Usaha Nasional, 2006), hlm. 17.
5Depdiknas, Pendidikan di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta:
Depdiknas, 2006), hlm. 14.
6Seto Mulyadi, Psikologi Anak, (Bandung: Remaja
Anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri-ciri fisik dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu terus dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas yaitu melalui bermain.
Berdasaarkan pengamatan pada hari Senin tanggal 11 November 2019 yang dilakukan penulis dalam proses pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka diperoleh hasil kemampuan mengenal huruf belum berkembang secara optimal dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut terdapat permasalahan yang terkait dengan kemampuan mengenal huruf. Diantaranya sebagian besar anak belum mengenal semua huruf-huruf, sebab ada beberapa huruf yang serupa bentuknya misalnya huruf p, b, d, q, hal ini terlihat pada saat anak mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Kemampuan anak dalam mengenal huruf belum berkembang, dari 25 anak dalam kelas baru 15 anak yang mampu mengenal huruf dengan baik. 15 orang siswa sudah belajar 2 tahun di PAUD. Anak nampak kesulitan saat menyebutkan huruf f, q, r, v, dan lain-lain. Anak juga kesulitan saat diminta menyebutkan kata dari sebuah huruf, sebab
belum memahami pangkal kata yang akan disebutkan, begitu pula sebaliknya saat diminta untuk menyebutkan huruf depan dari sebuah kata.
Dalam proses belajar mengajar kegiatan mengenalkan huruf dilakukan dengan cara guru menulis huruf di papan tulis menyebutkan lafal huruf tersebut. Anak diminta untuk menyebutkan dan menulis huruf tersebut pada buku tulis yang sudah dibagikan. Setelah selesai mengerjakan, guru mengajak anak untuk menyebutkan huruf yang sudah ditulis anak.
Berdasarkan fakta tersebut di atas, menimbulkan kebosanan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti mengambil kesimpulan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Metode Permainan Kartu Huruf Pada Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan terhadap beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya pengetahuan anak-anak dalam mengenal huruf.
2. Kurangnya perhatian, keaktifan dan minat murid terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. 3. Kurangnya penggunaan media saat pembelajaran
berlangsung.
C. Batasan Masalah
Banyak faktor yang menjadi masalah bagi murid dalam proses belajar mengajar. Oleh karena keterbatasan tenaga, pengalaman, waktu, biaya, sarana dan prasarana, maka penelitian ini dibatasi pada kemampuan mengenal huruf siswa Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha dan permainan kartu huruf, dengan alasan sebagai berikut :
1. Siswa Pendidikan Anak Usia Dini senang belajar sambil bermain.
2. Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam mengenal huruf adalah metode permainan kartu huruf.
3. Siswa Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha umumnya senang bermain, maka metode bermain kartu huruf tepat untuk diterapkan.
D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimanakah peningkatan kemampuan mengenal huruf melalui metode permainan kartu huruf pada Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf melalui metode permainan kartu huruf pada Pendidikan Anak Usia Dini AR Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini diataranya:
a. Secara Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para praktisi pendidikan, khususnya bagi guru yang mengajar di tingkat pendidikan dasar.
b. Secara Praktis 1) Bagi Guru
Sebagai upaya memberikan pengalaman dan membantu guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan di sekolah yang diberikan
kepada anak-anak sesuai dengan karakteristik belajarnya.
2) Bagi Siswa
Sebagai upaya meningkatkan minat belajar dan memiliki kemampuan yang baik dalam mengenal huruf.
3) Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode permainan kartu huruf.
F. Alasan Memilih Judul
Alasan dalam memilih judul skripsi ini yaitu: 1. Peneliti memilih meningkatkan kemampuan mengenal
huruf karena dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan media papan tulis dan banyak anak-anak yang belum bisa menyebutkan huruf dan menulis huruf.
2. Peneliti memilih metode bermain kartu huruf karena anak dengan mudah mengingat pembelajaran sambil bermain dan juga guru menjelaskan secara nyata kepada anak-anak sehingga anak dengan mudah memahami pelajaran titik.
3. Peneliti melakukan penelitian di Pendidikan Anak Usia Dini AR RIDHA Desa Tasik Raya karena di Pendidikan Anak Usia Dini tersebut belum pernah
ada yang melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan kemampuan mengenal huruf melalui metode permainan kartu huruf pada Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka.
Ada beberapa alasan mengapa peneliti mengambil lokasi penelitian di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka, yaitu:
4. Karena lokasi atau letak Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha dekat dengan rumah peneliti.
5. Belum ada yang melakukan penelitian di Pendidikan Anak Usia Dini tersebut.
11 BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Secara institusional, Pendidikan Anak Usia Dini juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan, baik kordinasi motorik, kecerdasan emosi,kecerdasan jamak maupun kecerdasan spiritual.1
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.2
1Suyadi & Maulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 17.
2Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Format PAUD, (Jogjakarta:
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa Pendidikan Anak Usia Dini mencakup berbagai program yang melayani anak untuk meningkatkan perkembangan intelektual, sosial, emosi, bahasa, dan fisik anak.
1. Pengertian Anak Usia Dini
Batasan tentang anak usia dini antara lain di sampaikan oleh NAEYC (National Assocation for The
Education of Young Children), yang mengatakan
bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar.
Sedangkan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sementara itu, UNESCO
pendidikan lebih lanjut. Sementara itu, UNESCO dengan persetujuan Negara-negara anggotanya membagi jenjang pendidikan menjadi 7 jenjang yang disebut International Standard Classification of
Education (ISDEC). Pada jenjang yang ditetapkan
UNESCO tersebut, pendidikan anak usia dini termasuk pada level 0 atau jenjang prasekolah yaitu untuk anak usia 3-5 tahun. Dalam implementasinya dibeberapa negara, pendidikan usia dini menurut UNESCO ini tidak selalu dilaksanakan sama seperti jenjang usianya.3
Menurut Mansur, anak usia dini adalah anak usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar. Anak usia dini merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahap kehidupan yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan maupun fisik, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, seni, moral, dan nilai-nilai agama.4
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-6 tahun. Anak
3Siti Aisyah, dkk, Perekembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, (Banten: Universitas Terbuka,
2018), hlm. 1.3-1.4.
4Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam,
usia dini berada pada masa keemasan yang tepat untuk pemberian rangsangan pendidikan, untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak, pemberian rangsangan pendidikan perlu memperhatikan karakteristik anak, sehingga potensi anak dapat berkembang dengan optimal.
2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini aialah memberikan stimulasi memberikan stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menajdi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kretif, inovatif, mandiri percaya diri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Senada dengan tujuan di atas, Solehuddin (1997) dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah menyatakan bahwa tujuan pendidikan anak usia dini ialah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Melauli pendidikan anak usia dini, anak diharapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya (intelektual (kognitif), sosial, emosi dan fisik-motorik).5
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah untuk membentuk kesiapan anak memasuki pendidikan dasar.
B. Metode Permainan Kartu Huruf 1. Pengertian Metode
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hemdaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai bila anak dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar siswa adalah guru profesional yang mampu mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi anak untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik.
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.6
6M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran; Upaya Kreatif Dalam Mewujudkan Pembelajaran Yang Berhasil, (Bandung:
Menurut Abuddin Nata, metode dapat diartikan “sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep, dan prinsip tertentu”.7
Dalam kamus bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta, bahwa metode adalah “cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud”.8
Senada dengan penjelasan di atas, Mulyanto menjelaskan bahwa “metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas approach”.9
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, jelaslah bahwa metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan yang sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seorang guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat.
7Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009),
hlm. 176.
8W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1986), hlm. 649.
9Mulyanto, Pengajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Bulan
Untuk mencapai hasil yang diharapkan, hendaknya guru dalam menerapkan metode terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi yang paling tepat untuk dapat menerapkan suatu metode tertentu, agar dalam situasi dan kondisi tersebut dapat tercapai hasil proses pembelajaran dan membawa peserta didik ke arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
2. Pengertian Bermain
Bermain merupakan aktivitas yang paling disukai oleh semua orang bahkan bukan hanya oleh manusia, tetapi juga oleh binatang. Sering kita saksikan anak kucing sedang bermain-main dengan saudaranya atau dengan temanya, demikian halnya dengan ayam atau burung peliharaan kita, semuanya suka bermain. Bagi anak usia dini, bermain merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari setiap langkahnya sehingga semua aktivitasnya selalu dimulai dan diakhiri dengan bermain.10
Bermain adalah kegiatan yang sangat dekat dengan dunia anak. Kegiatan ini dapat dilakukan secara perorangan maupun berkelompok. Jenis permainan, jumlah peserta serta lamanya waktu yang dialokasikan untuk bermain, bergantung pada
10Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
keingingan serta kesepakatan yang dibuat oleh para peserta.11
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk menimbulkan kesenangan. Hal ini senada dengan pendapat Piaget yang menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang semata untuk kesenangan fungsional. Pengertian ini membedakan antara bermain dengan bekerja, yang memiliki tujuan tertentu dan tidak harus menimbulkan kesenangan.12
Mengingat luasnya makna bermain, maka Moeslichatoen membuat batasan bahwa bermain memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak, karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena adanya tuntutan masyarakat atau fungsi-fungsi tubuh.
b. Pengaruh positif. Tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu, karena itu tidak mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-pura.
c. Cara atau tujuan. Cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya. Anak lebih tertarik pada tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran yang dihasilkan.
d. Kelenturan. Bermain itu perilaku yang lentur. Kelenturan ditunjukkan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.13
11Geni, Klinis Anak, (Bandung: Perpect, 2011), hlm. 153. 12http://zaifbio.wordpress.com/2009/07/01. diakses 20
Oktober 2009.
13Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak,
Jika kita menggunakan kelima kriteria tersebut, maka kita dapat mengatakan bahwa bila seorang anak menggunakan mainan hewan-hewanan dengan cara yang lentur tanpa tujuan yang jelas dalam pikirannya, kegiatannya berpura-pura, menyenangkan bagi dirinya sendiri, dan melakukan kegiatan hanya untuk bergiat, maka dapat dikatakan anak sedang bermain.
Apa pun batasan yang diberikan tentang pengertian bermain, membawa harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan kegembiraan, dan memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang, suatu dunia yang dipersiapkan untuk berpetualang dan mengadakan telaah, suatu dunia anak-anak.14
Melalui bermain anak belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin perkembangan anak.
Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak Taman Kanak-Kanak (TK). Melalui bermain anak akan dapat meuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap hidup.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa belajar sambil bermain merupakan kegiatan belajar yang disampaikan melalui berbagai permainan.
3. Jenis-Jenis Bermain
Jenis Bermain dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu free play (bermain bebas), guided play (bermain terpimpin) dan directed play (bermain terarah).
a. Free Play (Bermain Bebas)
Dapat didefinisikan sebagai aktivitas bermain di mana anak-anak memiliki kebebasan dalam memilih berbagai benda/alat permainan yang tersedia dan mereka dapat memilih bagaimana menggunakan material/alat bermain tersebut.
b. Guided Play (Bermain Terpimpin)
Dapat didefinisikan sebagai aktivitas bermain di mana guru memiliki peranan dalam memilih material atau alat bermain yang sesuai dengan berbagai konsep.
c. Directed Play (Bermain Terarah)
Bermain terarah adalah aktivitas bermain di mana guru meminta atau memerintahkan anak-anak dalam rangka bagaimana menyelesaikan tugas-tugas khusus.15
Ada beberapa penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan anak usia Taman Kanak-Kanak (TK), yaitu kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan sosial anak, dan kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak.
15Mohammad Fauziddin, Pembelajaran PAUD Bermain, Cerita dan Menyanyi Secara Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017),
Adapun kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan sosial anak adalah sebagai berikut:
a. Bermain secara siliter, yaitu anak bermain sendiri atau dapat juga dibantu oleh guru. b. Bermain secara parallel, yaitu anak bermain sendiri-sendiri secara berdampingan. Jadi tidak ada interaksi anak satu dengan anak yang lain. Anak senang dengan kehadiran anak lain, tetapi belum terjadi keterlibatan di antara mereka. Selama bermain secara parallel, anak sering menirukan apa yang dilakukan oleh anak lain yang berdekatan.
c. Bermain asosiatif. Taman Kanak-Kanak (TK) membawa berbagai perubahan bagi anak usia Taman Kanak-Kanak (TK) dalam kegiatan sosialnya. Bermain asosiatif terjadi bila anak bermain bersama dalam kelompoknya. Misalnya, menepuk-nepuk air beramai-ramai, bermain bola bersama, bermain pasir bersama, dan lain-lain.
d. Bermain secara kooperatif. Terjadi bila anak secara aktif menggalang hubungan dengan anak-anak lain untuk membicarakan, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan bermain. Pemahaman non verbal sering merupakan awal kegiatan untuk mengadakan interaksi secara verbal dan koordinasi sosial yang akan terjadi pada bermain secara asosiatif atau kooperatif.16
Sedangkan kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak antara lain adalah sebagai berikut:
a. Bermain bebas dan spontan
Merupakan kegiatan bermain yang tidak memiliki peraturan dan aturan main. Sebagian besar merupakan kegiatan mandiri. Anak akan terus bermain sampai ia tidak berminat lagi. Kegiatan bermain bebas ini lebih bersifat eksploratif. Misalnya, anak mengeksplorasi alat bermainnya secara intensif untuk mengetahui cara bekerja alat permainan tersebut. Bermain-main itu kemudian dipergunakan untuk bermain
pura-16Mel Silberman, 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Indeks, 2010), hlm. 205.
pura atau dalam kegiatan membangun atau menyusun.
b. Bermain pura-pura
Bermain pura-pura adalah bermain yang menggunakan daya khayal, yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu, atau orang tertentu, dan binatang tertentu, yang dalam dunia nyata tidak dilakukan.
c. Bermain dengan cara membangun atau menyusun
Minat anak pada kepingan-kepingan bangunan merupakan unsur penting dalam kegiatan bermain ini. Mula-mula anak mengumpulkan berbagai kepingan tanpa mengetahui tujuan pembentukannya. Kemudian timbul keinginan anak untuk menyusunnya sebagai salah satu bangunan yang sudah dikenalnya. Keberhasilannya menyusun atau membangun sesuatu akan menambahkan rasa puas pada dirinya. Berrmain dengan cara membangun atau menyusun ini akan mengembangkan kreativitas anak. Setiap anak akan menggunakan imajinasinya membentuk suatu bangunan mengikuti daya khayalnya.
d. Bertanding atau berolah raga
Anak usia Taman Kanak-Kanak (TK) tertarik bermain dengan anak lain untuk menguji kemampuannya dengan kemampuan anak lain. Misalnya bertanding permainan yang sederhana dengan tempo singkat dan aturan permainan sederhana. Contohnya adalah main petak umpet, polisi-pencuri, dan sebagainya.17
Dengan memerhatikan langkah-langkah pelaksanaan metode bermain, sebagaimana tersebut di atas, guru dapat melaksanakan kegiatan permainan secara sistematis.
17Moh. Sholeh Hamid, Metode Edu Trainment, (Jakarta: Diva
C. Media Kartu Huruf
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa bahasa Latin
medius yang secara harfiah berarti “tengah”,
“perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara ( ﻝﺌ ﺎﺴﻭ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”.18
Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware).
Menurut Gerlach dan Ely (1971) dalam Oemar Hamalik mengatakan bahwa:
“Media jika dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media”.19
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya akan diberikan berikut ini. AECT (Association of Education and
Communication Technology) memberi batasan tentang
media sebagai “segala bentuk dan saluran yang
18Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 3
19Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi”.20
Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media sering disebut dengan mediator. Menurut Fleming dalam Degeng N.S. mengatakan media adalah “penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya”.21
Dengan istilah mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Heinich dan kawan-kawan (1982) dalam Azhar Arsyad mengemukakan istilah medium sebagai “perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima”.22
Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi.
20Azhar Arsyad, Op. Cit., hlm. 3.
21Degeng M.S, Media Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya,
2001), hlm. 18.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebuut media pembelajaran.
Sejalan dengan batasan ini, Latuheru memberi batasan media sebagai “semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.23
Dari beberapa definisi di atas, dapat dirangkum bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
2. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Jenis media yang lazim dipakai di Indonesia dalam kegiatan pembelajaran di antaranya:
a. Meida visual/media grafis: adalah media yang hanya dapat dilihat
Jenis media visul ini tampaknya yang paling sering digunakan oleh guru pada
23Latuheru, Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar, (Ujung Pandang: IKIP, 2003), hlm. 16.
lembaga pendidikan anak usia dini untuk membantu menyampaikan isi dari tema pendidikan yang sedang dipelajari.
b. Media Audio: media audio berkaitan dengan indra pendengaran
Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif, baik verbal maupun nonverbal.
c. Media proyeksi dia (audio visual): mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual
Perbedaannya adalah pada media grafis dapat berinteraksi secara langsung dengan pesan media bersangkutan, sedangkan pada media proyeksi diam terlebih dahulu harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran.24
Azhar Arsyad membagi media dalam dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.
a. Pilihan Media Tradisional
1) Visual diam yang diproyeksikan
a) proyeksi apaque (tak tembus pandang) b) proyeksi overhead
c) slides d) filmstrips
2) Visual yang tak diproyeksikan a) gambar, poster
b) foto
c) charts, grafik, diagram
d) pameran, papan info, papan-bulu 3) Audio
a) rekaman piringan
b) pita kaset, reel, cartridge 4) Penyajian multimedia
a) slide plus suara (tape) b) multi-image
5) Visual dinamis yang diproyeksikan
24Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
a) film b) televisi c) video 6) Media cetak
a) buku teks
b) modul, teks terprogram c) workbook
d) majalah ilmiah, berkala e) lembaran lepas (hand-out) 7) Permainan a) teka-teki b) simulasi c) permainan papan 8) Media realia a) model b) specimen (contoh)
c) manipulatif (peta, boneka). b. Pilihan Media Teknologi Mutakhir
1) Media berbasis telekomunikasi a) telekonferen
b) kuliah jarak jauh
2) Media berbasis mikroprosesor 1) computer-assisted instruction 2) permainan computer
3) sistem tutor intelijen 4) interaktif
5) hypermedia
6) compact (video) disc25
Dari beberapa jenis media di atas, media yang lazim dipakai di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini adalah media gambar dan foto.
3. Fungsi Media dalam Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh pisikologis terhadap siswa.26
Menurut M. Musfiqon, empat fungsi media pembelajaran, kususnya media visual, yaitu:
a. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertakan teks materi pelajaran.
b. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
c. Fungsi kognitif media visual terlihat dari
temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. d. Fungsi kompensatoris media pembelajaran
terlihat dari hasil pnelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.27
Selanjutnya ditegaskan bahwa fungsi media pembelajaran cukup luas dan banyak. Namun secara lebih rinci dan utuh, media pembelajaran berfungsi untuk:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
26Ibid., hlm. 19.
27M. Musfiqon, Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran,
b. Meningkatkan gairah belajar siswa.
c. Meningkatkan minat dan motivasi belajar. d. Menjadikan siswa berinteraksi langsung
dengan kenyataan.
e. Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam.
f. Mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran.
g. Meningkatkan kualitas pembelajaran.28
Dari berbagai fungsi media di atas, tujuan akhirnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran dibangun melalui komunikasi yang efektif. Sedangkan komunikasi hanya efektif menggunakan alat bantu sebagai perantara interaksi antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, fungsi media adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan indikator semua materi tuntas disampaikan dan peserta didik memahami secara lebih mudah dan tuntas.
4. Pengertian Kartu Huruf
Kartu huruf adalah penggunaan sejumlah kartu sebagai alat bantu untuk belajar membaca dengan cara melihat dan mengingat bentuk huruf dan gambar yang disertai tulisan dari makna gambar pada kartu. Azhar arsyad (2005: 119 mengungkapkan bahwa kartu huruf adalah kartu abjad yang berisi gambar, huruf, tanda simbol, yang meningkatkan
atau menuntun anak yang berhubungan dengan simbol-simbol tersebut. Namun demikian kata huruf yang dimaksud disini adalah kartu huruf yang dibuat sendiri dengan bentuk persegi panjang terbuat dari kertas putih. Satu sisi terdapat tempelan potongan huruf dan satu sisinya lagi terdapat tempelan gambar benda yang disertai tulisan dari makna gambar tersebut.29
Agus Hariyanto mengungkapkan bahwa metode permainan kartu huruf adalah suatu cara dalam kegiatan pembelajaran untuk anak usia dini melalui permainan kartu huruf. Kartu huruf yang digunakan berupa kartu yang sudah diberi simbol huruf dan gambar beserta tulisan dari makna gambarnya. Anak-anak belajar mengenal huruf dari melihat simbol huruf dan gambar pada kartu huruf.30
Kartu termasuk dalam jenis media visual, yaitu pada teknologi cetak. Menurut S.Wojowasito, kartu adalah kertas tebal yang berbentuk segi empat. Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kartu adalah kertas tebal, berbentuk
29Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta:
Diva Press, 2009), hlm. 65.
30Agus Hariyanto, Membuat Anak Anda Cepat Pintar Membaca,
persegi panjang dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan.31
Sedangkan kata merupakan suatu unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Dan gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas, dan sebagainya.32
Berdasarkan penjelasan tersebut ditegaskan bahwa metode permainan kartu huruf adalah suatu kegiatan dengan menggunakan alat berupa kartu huruf yang terdapat simbol huruf dan gambar yang disertai tulisan dari makna gambarnya, dengan tujuan meningkatkan kemampuan mengetahui atau mengenal dan memahami huruf abjad.
5. Pentingnya Mengenal Huruf
Menurut Carol Seefelt dan Barbara A. Wasik (2006: 329), membaca merupakan keterampilan berbahasa yang merupakan suatu proses bersifat fisik dan psikologis. Keterampilan yang
31S.Wojowasito, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2009), hlm. 126.
32Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya:
dikembangkan adalah konsep tentang huruf cetak. Anak-anak berkesempatan berinteraksi dengan huruf cetak. Belajar mengenal huruf untuk mencapai kemampuan membaca awal bagi anak-anak.33
Proses pengenalan huruf sejalan dengan proses keterampilan berbahasa secara fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, anak mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, anak mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Proses rangkaian tulisan yang dikenal menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi huruf menjadi kata yang bermakna. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan.34
Menurut Maimunah Hasan, bahwa anak balita perlu diajari membaca karena, a) anak usia balita mudah menyerap informasi dalam jumlah yang banyak, b) anak usia balita dapat menangkap informasi dengan kecepatan luar biasa, c) semakin banyak yang diserap semakin banyak yang diingat, d) anak
33Carol Seefeldt & Barbara A Wasik, Pendidikan Anak Usia
Dini. (Alih bahasa: Pius Nasar), (Jakarta: Indeks, 2006), hlm. 329.
34Imam Syafi’ie, Pengajaran Membaca di Kelas–Kelas Awal Sekolah Dasar, Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia Pada FPBS Universitas Negeri Malang, (Universitas Negeri Malang, 1999), hlm. 7.
usia balita mempunyai energi yang luar biasa, e) anak usia balita dapat mempelajari bahasa secara utuh dan belajar hampir sebanyak yang diajarkan.35
Dari pernyataan di atas bahwa mengenal huruf adalah penting bagi anak dan perlu diajarkan dengan metode bermain karena merupakan kegiatan yang menyenangkan, tidak membebani anak dan memerlukan energi sehingga anak dapat mempelajari bahasa secara utuh belajar sesuai yang diajarkan atau diharapkan.
6. Manfaat Kartu Huruf
Maimunah Hasan menyatakan bahwa beberapa manfaat yang dapat diambil dari permainan kartu huruf yaitu:
a. Dapat membaca dengan mudah
Permainan kartu huruf dapat membantu anak untuk mengenal huruf dengan mudah, sehingga membantu anak-anak dalam kemampuan membacanya.
b. Mengembangkan daya ingat otak kanan
Permainan kartu huruf dapat mengembangkan kemampuan otak kanan karena dapat melatih kecerdasan emosi, kreatif, dan intuitif.
c. Memperbanyak perbendaharaan kata
35Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini),
Permainan kartu huruf terdapat gambar dan tulisan dari makna gambar yang tertera pada kartu, sehingga dapat memperbanyak perbendaharaan kata yang dimiliki anak-anak.36
Mencermati manfaat kartu kata tersebut, guru dapat memanfaatkan media kartu kata secara efektif dalam kegiatan pembelajaran.
7. Langkah-Langkah Penggunaan Kartu Huruf dalam Pembelajaran
Menurut Cucu Eliyawati, langkah-langkah dalam bermain kartu huruf diantaranya yaitu ambilah satu persatu kartu huruf secara bergantian. Amatilah simbol huruf pada kartu yang sedang dipegang, kemudian sebutkanlah simbol huruf yang tertera pada kartu huruf. Baliklah kartu huruf, amatilah gambar dan tulisan yang terdapat pada kartu, kemudian sebutkanlah gambar benda dan huruf depan dari gambar benda yang tertera pada kartu huruf.37
Menurut Trisniwati, langkah-langkah permainan kartu huruf sebagai berikut:
36Ibid., hlm. 66.
37Cucu Eliyawati, Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini, (Jakarta: Dirjen Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005), hlm. 72.
a. Anak dikondisikan duduk melingkar di karpet.
b. Anak-anak diberi penjelasan tentang permainan yang akan dilakukan, yaitu permainan kartu huruf.
c. Anak-anak diberi contoh cara bermain kartu huruf yang akan dijelaskan sebagai berikut ini:
1) Guru Mengambil sebuah kartu huruf, kemudian diperlihatkan pada anak-anak. 2) Guru mengucapkan simbol huruf yang
tertera pada kartu huruf, kemudian anak-anak diberi kesempatan untuk meniru mengucapkan simbol huruf tersebut.
3) Guru membalik kartu huruf, kemudian menyebutkan gambar yang tertera pada kartu huruf lalu menyebutkan pula huruf depannya, dan anak-anak juga diberi kesempatan untuk meniru, mengucapkan. d. Anak-anak diajak mempraktikan permainan
kartu huruf secara bersama-sama, dengan posisi anak masih duduk membentuk lingkaran.
e. Setelah anak-anak bermain bersama-sama, guru memberi kesempatan pada setiap anak untuk melakukan permainan kartu huruf secara individu, permainan dimulai:
1) Anak mengambil sebuah kartu huruf, anak mengamati kartu huruf tersebut kemudian anak menyebutkan simbol huruf yang tertera pada kartu huruf tersebut.
2) Anak membalik kartu huruf, anak mengamati gambar yang terdapat pada kartu kemudian anak menyebutkan huruf depan dari nama gambar yang terdapat pada kartu huruf tersebut.38
Amir Hamzah Sulaiman menjelaskan langkah-langkah menggunakan media kartu kata sebagai berikut:
38Trisniwati, Skripsi Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Metode Permainan Kartu Huruf Pada Kelompok B1 TK ABA Ketanggungan Wirobrajan Yogyakarta, (Yogyakarta: UNY,
a. Persiapkan media yang akan digunakan untuk pembelajaran.
b. Kondisikan anak sebelum pembelajaran dimulai.
c. Bagi anak menjadi tiga kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima anak.
d. Guru memberitahukan tema pembelajaran (alat komunikasi).
e. Dengan kartu kata ajak anak untuk belajar membaca.
f. Ulangi sampai anak paham.39
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah metode permainan kartu huruf adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
1) Menyediakan kartu huruf.
2) Memberikan penjelasan tentang permainan kartu huruf.
3) Siswa duduk melingkar. b. Tahap Pelaksanaan
1) Mengambil satu buah kartu huruf.
2) Memperlihatkan kartu huruf yang diambil kepada anak-anak.
3) Mengucapkan simbol huruf yang tertera pada kartu.
4) Siswa mengulangi ucapan guru.
5) Guru membalik kartu huruf kemudian menyebutkan gambar yang tertera pada kartu
39Amir Hamzah Sulaiman, Media Pembelajaran, (Jakarta:
huruf lalu menyebutkan pula huruf depannya, dan anak-anak juga diberi kesempatan untuk meniru, mengucapkan.
6) Anak-anak diajak mempraktikan permainan kartu huruf secara bersama-sama, dengan posisi anak masih duduk membentuk lingkaran.
7) Anak mengambil sebuah kartu huruf, anak mengamati kartu huruf tersebut kemudian anak menyebutkan simbol huruf yang tertera pada kartu huruf tersebut.
8) Anak membalik kartu huruf, anak mengamati gambar yang terdapat pada kartu kemudian anak menyebutkan huruf depan dari nama gambar yang terdapat pada kartu huruf tersebut.
D. Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori yang disusun, maka dapat diketahui bahwa pengajaran mengenal huruf melalui media bermain kartu huruf akan membuat anak lebih antusisa dalam belajar. Siswa juga akan tertarik karena kartu huruf menggunakan warna dan gambar yang menarik. Dengan permainan ini secara tidak sadar anak akan belajar mengenal huruf dan kata sederhana tanpa disadari kalau dia sedang belajar membaca permulaan.
Dengan demikian maka proses pembelajaran dengan media kartu huruf menjadi lebih menarik, dan hasil belajar siswa dalam penguasaan huruf menjadi lebih cepat dan menyenangkan. Kemampuan mengenal huruf dapat ditingkatkan melalui penggunaan media kartu huruf pada Pendidikan Anak Usia Dini Ar Ridha Desa Tasik Raya Kecamatan Batang Tuaka.
E. Indikator Kinerja
1. Indikator Kinerja Guru
Indikator kerja aktivitas guru dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
1) Guru menyediakan kartu huruf.
2) Guru memberikan penjelasan tentang permainan kartu huruf.
3) Guru meminta siswa duduk melingkar. b. Tahap Pelaksanaan
1) Guru mengambil satu buah kartu huruf.
2) Guru memperlihatkan kartu huruf yang diambil kepada anak-anak.
3) Guru mengucapkan simbol huruf yang tertera pada kartu.
5) Guru membalik kartu huruf kemudian menyebutkan gambar yang tertera pada kartu huruf.
6) Guru menyebutkan huruf depan pada nama gambar yang tertera pada kartu huruf.
7) Guru meminta siswa untuk meniru ucapan guru.
8) Guru meminta siswa mempraktikan permainan kartu huruf secara bersama-sama, dengan posisi siswa masih duduk membentuk lingkaran.
9) Guru meminta siswa mengambil sebuah kartu huruf yang tertera pada kartu huruf tersebut.
10) Guru meminta siswa mengamati kartu huruf tersebut.
11) Guru meminta siswa menyebutkan simbol huruf yang tertera pada kartu huruf tersebut. 12) Guru meminta siswa membalik kartu huruf. 13) Guru meminta siswa mengamati gambar yang
terdapat pada kartu.
14) Guru meminta siswa menyebutkan huruf depan dari nama gambar yang terdapat pada kartu huruf.
2. Indikator Kinerja Siswa
Indikator kerja siswa dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:
a. Tahap Persiapan
1) Siswa mengamati kartu huruf yang disediakan guru.
2) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang permainan kartu huruf.
3) Siswa duduk melingkar. b. Tahap Pelaksanaan
1) Siswa memperhatikan guru mengambil satu buah kartu huruf.
2) Siswa mengamati kartu huruf diperlihatkan guru.
3) Siswa menyimak ucapan simbol huruf yang disebutkan guru.
4) Siswa mengulangi ucapan guru.
5) Siswa mengamati gambar yang tertera pada bagian belakang kartu huruf yang diperlihatkan guru.
6) Siswa menyimak guru menyebutkan huruf depan pada nama gambar yang tertera pada kartu huruf.
8) Siswa mempraktikan permainan kartu huruf secara bersama-sama, dengan posisi siswa masih duduk membentuk lingkaran.
9) Siswa mengambil sebuah kartu huruf yang tertera pada kartu huruf tersebut.
10) Siswa mengamati kartu huruf tersebut.
11) Siswa menyebutkan simbol huruf yang tertera pada kartu huruf tersebut.
12) Siswa membalik kartu huruf.
13) Siswa mengamati gambar yang terdapat pada kartu.
14) Siswa menyebutkan huruf depan dari nama gambar yang terdapat pada kartu huruf.
F. Penelitian yang Relevan
1. Esny Baroroh (2017), Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar Pada Kelompok B di TK PKK Marsudisiwi Gunung Kelir Pleret Bantul
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak menggunakan media kartu kata bergambar pada kelompok B di TK PKK Marsudisiwi Gunungkelir Pleret Bantul.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau PTK. Subjek dalam penelitian ini adalah
anak kelompok B TK PKK Marsudisiwi Gunungkelir Pleret Bantul yang berjumlah 13 anak. Objek penelitian ini berupa kemampuan membaca permulaan. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak di TK PKK Marsudisiwi Gunungkelir Pleret Bantul meningkat dengan penggunaan media kartu kata bergambar secara bertahap melalui langkah-langkah yaitu, menyebutkan kata pada kartu kata bergambar, memperkenalkan satu persatu lambang bunyi huruf yang membentuk kata dan menyebutkannya, memperkenalkan huruf alphabet dengan kartu huruf “a” sampai “z”, memperkenalkan serta menyebutkan huruf vokal dan konsonan , menyebutkan dan menghubungkan huruf vokal dengan huruf konsonan dan membacarnya menggunakan kartu huruf, menyebutkan suku kata pada kartu kata bergambar, menyebutkan dan mengubungkan suku kata membentuk kata pada kartu kata bergambar dan membaca gambar pada kartu kata bergambar, yaitu menyebutkan nama gambar dan menghubungkan gambar sesuai dengan
kata. Peningkatan dapat dibuktikan dari hasil pra tindakan yang berada pada kriteria berkembang sangat baik sebesar 54,3%, meningkat pada siklus I menjadi 77,3% dan meningkat menjadi 93,2% pada siklus II.
2. Marlina Wulandari (2014), Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar untuk Anak Kelompok B di TK Arjuna Dayu Gadingsari Sanden Bantul
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak kelompok B di TK Arjuna Dayu Gadingsari Sanden Bantul menggunakan media kartu kata bergambar. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan membaca permulaan anak kelompok B di TK Arjuna serta guru masih sering menggunakan (LKA) Lembar Kerja Anak, papan tulis, dan spidol sebagai pembelajaran membaca permulaan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif partisipatif dengan menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B di TK Arjuna yang berjumlah 13 anak yang terdiri dari 8 anak
laki-laki dan 5 anak perempuan. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan menggunakan kartu kata bergambar. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, sedangkan teknik analisis data digunakan secara kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak kelompok B di TK Arjuna. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil observasi yang meningkat pada setiap siklusnya. Peningkatan dari pra tindakan ke Siklus I sebesar 30,77% dan dari Siklus I ke Siklus II mengalami peningkatan sebesar 53,83%. Anak yang berada pada kriteria Berkembang Sangat Baik sebelum tindakan/pra tindakan sebesar 7,69%, pada Siklus I sebesar 38,46%, dan pada Siklus II sebesar 92,31%. Adapun keberhasilan tersebut dilakukan dengan langkah sebagai berikut: (1) mempersiapkan media dan mengkondisikan anak, (2) memberitahukan tema pembelajaran serta menjelaskan cara bermain/memberi contoh serta membagi anak menjadi 3 kelompok, (3) anak bergiliran untuk bermain dan mengacak kartu dengan posisi terbalik di kantung