Hadapi MEA, FKp UNAIR Perkuat
Kompetensi Perawat
UNAIR NEWS – Perawat merupakan salah satu profesi medis yang
turut terdampak dengan adanya persaingan global. Pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), perawat dari negara-negara ASEAN diijinkan untuk melakukan praktik di Indonesia. Agar perawat asal Indonesia bisa bertahan dan juga melakukan ekspansi ke luar negeri, maka kompetensi yang dimiliki perlu diperkuat.
Menurut Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Prof. Nursalam, S.Kp., M.Nurs, perawat Indonesia memerlukan banyak perbaikan kompetensi untuk bersaing di era pasar bebas. Oleh karena itu, institusi pendidikan keperawatan di Indonesia harus bertanggung jawab dalam mencetak perawat yang berkualitas.
“Kompetensi yang harus dibangun adalah kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Setelah itu, hal yang perlu dikembangkan adalah membangun jejaring. Kami (pimpinan FKp UNAIR, -red) membangun jejaring di luar negeri. Itu adalah sasaran kita,” tutur Prof. Nursalam.
Jejaring yang telah dilakukan oleh FKp diantaranya berupa kerjasama pertukaran mahasiswa dan riset. Universitas Avans, Belanda, dan Universitas Rhode Island merupakan dua perguruan tinggi asing yang telah bekerjasama dengan FKp UNAIR.
Selain itu, untuk bersaing di era pasar bebas, maka perawat perlu menguasai kompetensi di bidang keilmuan, penguasaan bahasa asing, dan teknologi. Prof. Nursalam juga mengingatkan masyarakat untuk mengubah kultur ‘bertahan’.
“Kan ada kebiasaan agar seseorang tak perlu mencari ilmu atau bekerja jauh-jauh dari tempat tinggal. Itu juga penting untuk diubah,” ungkap Prof. Nursalam.
Menyeragamkan kualitas
D i I n d o n e s i a t e r d a p a t s e k i t a r 3 1 3 i n s t i t u s i y a n g menyelenggarakan pendidikan keperawatan. Jumlah tersebut tersebar di berbagai jenjang, mulai dari diploma hingga profesi. Sehingga lulusan pendidikan keperawatan di Indonesia terbilang cukup banyak.
Namun, Prof. Nursalam yang juga lulusan pendidikan doktoral di UNAIR ini mengatakan bahwa kualitas pendidikan keperawatan berdasarkan akreditasi masih cukup bervariasi. Guru Besar Keperawatan UNAIR itu mengatakan sebanyak 5% institusi pendidikan keperawatan terakreditasi A, 25% terakreditasi B, dan 70% masih terakreditasi C.
Pada akhir tahun 2015, program studi S-1 Pendidikan Ners FKp UNAIR memperoleh akreditasi A dari asesor Lembaga Akreditasi Mandiri – Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM – PTKes). Dari pelaksanaan uji kompetensi perawat tahun 2015, tingkat kelulusan calon perawat lulusan FKp UNAIR mencapai 98%.
Senada dengan Prof. Nursalam, Laily Hidayati, S. Kep, Ns., M.Kep, staf pengajar Departemen Keperawatan Medikal Bedah dan Kritis, FKp UNAIR, mengatakan bahwa kualitas institusi pendidikan keperawatan di Indonesia seharusnya diperbaiki agar menghasilkan lulusan sarjana keperawatan yang berkualitas.
“Kompetensi perawat itu seharusnya sama, baik yang dari Surabaya maupun di Papua, sehingga kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat juga sama baiknya untuk Indonesia,” tutur Laily. (*)
Penulis: Defrina Sukma S
Science Awards untuk Peneliti
Bidang Kesehatan
UNAIR NEWS – Selasa (19/4), Universitas Airlangga menjadi
tuan rumah acara yang diselenggarakan oleh PT. Kalbe Farma Tbk. (Kalbe) bekerjasama dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Acara tersebut dihelat dalam bentuk forum diskusi bertema “Optimalisasi dan Komersialisasi Hasil Penelitian untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa”. Forum diskusi yang dilangsungkan di Aula Kahuripan, Kantor Manajemen UNAIR ini merupakan rangkaian program Ristekdikti-Kalbe Science Awards (RKSA).
Hadir sebagai pembicara, Dr. Muhammad Dimyati (Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti), Prof. dr. Singgih Riphat (Ahli Peneliti Utama Bidang Ekonomi dan Keuangan Badan Kebijakan Fiskal), Dr. Purwati (Sekretaris Pusat Kedokteran Regeneratif dan Stem Cell, RS. Dr. Soetomo), dan FX Widiyatmo (Head of Business Devolepment PT. Kalbe Farma Tbk), dengan moderator Dr. Agus Zainal Arifin, S.Kom., M.Kom (Finalis Best Research Award 2014, ITS).
RKSA diselenggarakan satu kali dalam dua tahun, dan telah terselenggara lima kali terhitung sejak 2008 silam. Program RKSA merupakan program penghargaan bagi para peneliti terbaik yang telah berkontribusi aktif di dunia penelitian dan pengembangan, khususnya bidang kesehatan dan ilmu hayati.
“Ini merupakan bagian dari kontribusi Kalbe untuk mendorong para peneliti untuk menghasilkan penelitian, sebagai bagian dari peningkatan daya saing bangsa. Program ini juga dimaksudkan untuk mendorong para peneliti Indonesia agar produktif meneliti sebagai kontribusi untuk kesehatan masyarakat,” ujar Herda, perwakilan Manajemen PT. Kalbe saat memberikan sambutan.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada peneliti Indonesia yang memiliki dedikasi dan telah bekerja keras dalam menghasilkan karya penelitian di bidang kesehatan. Bidang penelitian yang dimaksud meliputi Kesediaan Bahan Obat (Bioteknologi, Kimia Medisinal, Kimia Bahan Alam/Teknologi Farmasi), Diagnostik dan Metode Pengobatan, serta Pangan Fungsional. Target peserta yaitu seluruh peneliti, baik dari pemerintah maupun swasta.
Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D, berharap agar program ini mampu mendorong para peneliti yang ada di UNAIR untuk semakin aktif melakukan penelitian.
“Kami (UNAIR, -red) berkeinginan agar program ini bisa ditindaklanjuti dengan program-program lainnya, agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Prof Amin.
Tahun ini, pada kategori Best Research Awards, peneliti terbaik pertama akan mendapatkan dana sebesar Rp. 100 juta, terbaik kedua RP. 75 juta, dan terbaik ketiga RP. 50 juta. Sedangkan kategori Young Scientist Award, akan diambil satu peneliti terbaik yang mendapatkan dana sebesar RP. 75 juta. Semua pemenang juga mendapatkan prioritas pembiayaan melalui SINAS Kemenristekdikti. Batas pendaftaran dan pengumpulan berkas paling lambat pada 3 Juni 2016.
Biasanya, problem yang banyak dihadapi para peneliti adalah lamanya pencairan dana yang telah dijanjikan. Pada kesempatan ini, Dimyati mengatakan bahwa pihak Kemenristekdikti menjamin tahun ini tidak akan terjadi keterlambatan pencairan dana.
“Jangan khawatir, dana sudah mulai keluar pada awal tahun. Tidak seperti dulu. Apa yang peneliti inginkan, kita akan berikan,” ujar Dimyati.
Produk gaya hidup banyak dicari
produk kesehatan yang banyak dicari bergantung dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
“Ke depan, prediksi penyakit yang muncul, banyak kaitannya dengan gaya hidup. Kemungkinan besar yang akan banyak muncul adalah penyakit yang berkaitan dengan stres. Bagaimana para peneliti bisa menghasilkan produk yang berkaitan dengan pola atau gaya hidup masyarakat. Bukan hanya mengobati, tapi juga preventif (bersifat mencegah),” ujar Widiyatmo. (*)
Penulis : Binti Quryatul Masruroh Editor : Nuri Hermawan
Airlangga
Career
Fair
Jembatani Para Pencari Kerja
dengan Korporasi
UNAIR NEWS – Pameran kerja merupakan salah satu cara untuk
meniti karir. Untuk menjembatani para peniti karir, pihak Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan Universitas Airlangga (PPKK UNAIR) mengadakan Airlangga Career Fair XXVVI 2016. Acara ACF diselenggarakan pada 31 Maret – 2 April 2016 di Airlangga Convention Center.
Sejak awal acara dibuka, ribuan jobseeker telah memadati masing-masing stan perusahaan peserta ACF. Pada ACF kali ini diikuti oleh perusahaan BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta. Berbagai perusahaan tersebut diantaranya Bank Indonesia, PT Angkasa Pura, PT Kereta Api Indonesia, Bank BTN, PT Bank CIMB NIAGA, Tbk, Bank Bukopin, Bank BTPN, Mandiri, PT Blue Bird, Tbk, PERURI, PT Bank Central Asia, Tbk, Jawa Pos, dan masih banyak perusahaan lainnya.
Pameran yang digelar tak hanya diikuti stan perusahaan, tetapi juga lembaga penyedia beasiswa dan kewirausahaan. Lembaga penyedia beasiswa yang mengikuti ACF kali ini diantaranya yaitu Adlink + Connex, Sun Education, IDP Education, Taiwan Education Center (TEC), Caraka Mulia, DAAD, Education USA, AUG Student Services, Konsulat Jenderal Jepang, dan IFI.
Pembukaan ACF ini dihadiri oleh Wakil Rektor III UNAIR, para direktur, dekan, ketua lembaga dan unit di lingkungan UNAIR, serta para sponsor ACF 2016. Dr. drg. Elly Munadzirah, M.S., selaku Ketua PPKK UNAIR dalam sambutannya, ia berharap agar lulusan UNAIR bisa memenuhi kriteria sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan.
“Saya berharap agar kerjasama yang telah dijalin antara UNARI dengan berbagai perusahaan dan penyedia beasiswa bisa terus berlangsung. Hal ini akan lebih baik lagi jika kerjasama bisa diperluas,” tutur Elly.
Wiwik Widayanti selaku Eksekutif Vice President Daerah Operasional 8 PT. KAI berharap agar melalui ACF yang diadakan UNAIR, kebutuhan tenaga kerja perusahaannya bisa dipenuhi.
“Semoga event ini menjadi jembatan antara perusahaan dengan perguruan tinggi. Kami berharap agar perguruan tinggi dapat menyalurkan calon tenaga kerja. Semoga kerjasama antara KAI dan UNAIR tetap terjalin dengan baik, dan dapat meningkat di berbagai bidang,” ujar Wiwik.
Wakil Rektor III Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. mengatakan bahwa kunci terpenting yang harus dimiliki mahasiswa adalah kreativitas. Kreativitas adalah inti untuk mendorong kesuksesan, baik meniti karir, melanjutkan studi, maupun dalam berwirausaha.
“Meniti karir butuh kreativitas, melanjutkan studi butuh kreativitas, untuk menghasilkan produk unggulan yang kompetitif pun juga membutuhkan kreativitas,” ujar Prof Amin.
Sehingga, pada kesempatan ini Prof. Amin juga mendorong agar mahasiswa maupun alumni berupaya untuk selalu meningkatkan kreativitas yang mereka miliki. (*)
Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.
Sambut Tim Asesor, Prodi Ilmu
Perpustakaan Optimis Raih
Akreditasi A
UNAIR NEWS – Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh
koordinator beserta pengajar program studi untuk mempersiapkan diri menuju proses akreditasi. Salah satu prodi yang baru saja dilakukan visitasi oleh asesor Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi Negeri (BAN-PT) adalah S-1 prodi Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Prodi ini baru didatangi oleh asesor pada Jumat (11/3) lalu.
Kepala Departemen IIP FISIP UNAIR, Dra. Rahma Sugihartati, M.Si, menyampaikan bukti-bukti fisik sesuai dengan yang tertera dalam borang penilaian BAN-PT. Bukti-bukti fisip itu diperlukan agar tim asesor dapat menilai dan membuktikan secara langsung kesesuaian antara data dan realita. Agar mencapai hasil akreditasi seperti yang diharapkan, Rahma mengatakan ada beberapa perbaikan yang telah dilakukan berkaitan dengan fasilitas, sarana prasarana, kurikulum dan sistem pengajaran.
“Kehadiran para mahasiswa, alumni, hingga stakeholder juga dimaksudkan untuk memberi bukti fisik kepada tim asesor
mengenai prodi IIP sendiri. Para mahasiswa dihadirkan untuk memberi pernyataan mengenai sistem pengajaran dan kurikulum, sementara para alumni dan stakeholder dihadirkan guna memberikan keterangan mengenai kinerja dan kualitas lulusan prodi IIP di dunia kerja,” tutur Rahma.
Ia pun menambahkan bahwa pertemuan pihak departemen IIP dan tim asesor berlangsung sangat baik. Untuk itu, ia cukup optimis bahwa Departemen IIP akan mendapatkan akreditasi A dari BAN-PT.
Dukungan fakultas
Peran fakultas menjadi hal yang penting dan dibutuhkan dalam proses penilaian akreditasi program studi oleh BAN-PT. Wakil Dekan III FISIP UNAIR Dra. Myrtati Dyah Artaria, M.A., Ph.D membenarkan pernyataan tersebut.
“Fakultas tentu sangat mendukung dan membantu penuh proses penilaian akreditasi prodi. Selain oleh pihak prodi, beberapa borang penilaian juga ada yang harus diisi oleh pihak fakultas. Intinya, pihak fakultas tentu selalu membantu segala persiapan yang diperlukan prodi guna menyambut penilaian akreditasi,” ungkap Myrtati. (*)
Penulis: Nourma Vidya Editor: Defrina Sukma S
83 Persen Remaja Tidak Bisa
Lepas dari Media Sosial
Barang Sehari Pun
UNAIR NEWS – Lima “Srikandi” Fakultas Keperawatan (FKp)
Universitas Airlangga merasa prihatin terhadap perkembangan teknologi komunikasi yang sedang berkembang dengan munculnya beragam media sosial (medsos). Sebab pada hakikatnya medsos itu mampu “mendekatkan yang jauh” namun akhir-akhir ini juga “menjauhkan yang dekat”. Karena itulah kelima mahasiswa ini mengkaji tentang psikologi perkembangan manusia dan merasa terpanggil untuk mencari tahu sejauh mana fenomena medsos ini mempengaruhi proses berfikir dan bersosialisasi kaum muda.
Lima mahasiswa Fak. Keperawatan UNAIR tersebut adalah Siska Kusuma Ningsih, Dinda Salmahella, Evi Nur Laili Rahma Kusuma, Fenny Eka Juniarty, dan Fitria Kusnawati. Hasil kajiannya mereka jadikan proposal Program Kreativitas Mahasiswa – Penelitian Sosial Humaniora (PKMP Soshum) berjudul “Pengenyampingan Interaksi Sosial secara Langsung oleh Masyarakat sebagai Dampak Munculnya Jejaring Sosial (Medsos)”. Bahkan hasil kajian tersebut lolos dan meraih dana hibah dari Dirjen Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) tahun 2016.
Mereka tak bisa memungkiri bahwa hadirnya medsos punya pengaruh luar biasa terhadap proses sosialisasi masyarakat di era global sekarang ini. “Mendekatkan yang jauh” merupakan kalimat yang mencerminkan betapa medsos ini mampu menjadi wadah yang menghubungkan orang-orang dari berbagai belahan dunia menjadi sangat mudah untuk berkomunikasi.
”Namun bagaimana dengan quote “Menjauhkan yang dekat.” Apakah Anda pernah berpikir lebih lanjut tentang ini? Tentu, ini muncul sebagai momok yang sangat menyakitkan bagi sekelompok yang peduli terhadap sosialnya,” kata Siska Kusuma Ningsih, ketua kelompok tim ini.
KELIMA mahasiswa Fakultas Keperawatan yang meneliti tentang gadget dan lingkungan sosialnya. (Foto: Istimewa)
TAK BISA LEPAS DARI SOSMED
Yang menarik, jawaban atas kuesioner terhadap remaja usia 13-25 di kawasan Kelurahan Mulyorejo Kota Surabaya, dalam intensitas penggunaan medsos selama 24 jam, sebanyak 83% responden menyatakan tidak bisa lepas dari media sosial miliknya, walau hanya sehari saja. Kemudian 57% responden menyatakan sangat setuju dan pernah mengalami “dicuekin” (tidak diperhatikan) oleh teman terdekatnya gara-gara asyik bermain media sosial di gadget-nya.
“Fenomena yang sering terjadi pada saat berkumpul, kebayakan hanya terfokus pada gadget–nya masing-masing tanpa memperhatikan apa yang terjadi dan yang sedang diperbincangkan orang-orang di sekelilingnya. Sungguh memiriskan, namun jelas ini banyak terjadi di lingkungan terdekat kita. Artinya, tanpa kita sadari sedikit demi sedikit medsos telah mampu menumbuhkan dampak negatif dan berkembang cepat akhir-akhir ini,” tambah Siska.
memiliki esensi yang bermakna. Mereka beranggapan bahwa mengekspresikan sesuatu yang sedang dirasakannya saat ini melalui sosmed, akan jauh lebih nyaman dan menyenangkan jika dibandingkan harus menyatakan secara verbal kepada orang-orang di sekitarnya. Bahkan parahnya, hanya demi melihat sesuatu yang sedang terjadi dan apa yang sedang nge–hit saat ini, mereka rela untuk tidak bersatu dalam lingkungan sosialnya. Dalam konteks lebih lanjut, peneliti tidak menyalahkan penggunaan media sosial bagaimaapun bentuknya. Namun yang menjadi perhatian peneliti adalah bagaimana orang-orang bijak mampu menggunakan sosmed secara bijak pula. Berkomunikasi sesuai yang perlu dikomunikasikan melalui sosmed, namun percayalah bahwa berkomunikasi secara langsung dalam lingkup sosial akan jauh memberikan keterkaitan hubungan yang harmonis.
“Update jejaring sosial boleh sih, tapi tetap ingatlah bahwa Anda hidup dalam suatu lingkungan social,” ujar Evi Nur Laili Rahma Kusuma, menambahkan.
Kelima mahasiswa Fak Keperawatan itu berharap adanya penelitian ini dapat tercapainya keseimbangan sosial dari penggunaan sosmed di era yang sedang berkembang saat ini. Seperti contoh akan lebih memahami arti interaksi sosial yang berintelegensi baik dan dapat mengembangkan kualitas kehidupan, baik untuk dirinya maupun untuk lingkup sosialnya. Selain itu juga dapat menilai pola penggunaan sosmed yang sedang berkembang, sehingga dapat membentuk pola-pola pemikiran yang kreatif dan berpendidikan dalam mengatasi problematika yang muncul. (*)
Penulis : Tim PKM Sosial Humaniora Editor : Bambang Bes
Peduli Lingkungan, UNAIR Bisa
Berperan
dalam
Mengolah
Sampah Plastik
UNAIR NEWS – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia beberapa hari lalu mulai menerapkan kebijakan plastik berbayar. Kebijakan ini menuai banyak respon dari beragam kalangan, salah satunya Ucu Martanto, S.IP., MA, selaku staf pengajar pada Departemen Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.
Ucu Martanto
“Kebijakan plastik berbayar tergolong terlambat diberlakukan. Plastik ini telah menjadi problem besar sejak lama,” ujar Ucu ketika diwawancarai di kantor ‘Centre of Security and Welfare’ Departemen Politik FISIP UNAIR.
Walaupun terlambat, Ucu menilai, bahwa kebijakan ini bisa mempersuasi publik untuk tidak menggunakan kantong plastik, dan beralih menggunakan tas belanja non-plastik. Akan tetapi, untuk membuat kebijakan ini berhasil, pemerintah perlu didukung oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM).
“Untuk mengubah gaya hidup masyarakat, LSM perlu melakukan edukasi langsung kepada masyarakat. Untuk aksi (mengurangi plastik), tidak selamanya harus bergantung pada pemerintah. Masyarakat harus ikut andil,” imbuh pakar politik lingkungan.
Peran sivitas akademika
Sivitas akademika juga memiliki peran untuk mengurangi penggunaan plastik. Tak jarang, dalam berbagai aktivitas, kantong plastik digunakan dalam jumlah yang berlebihan. Akibatnya, sampah menumpuk dalam jumlah yang besar.
Lulusan program master di University for Peace di Kostarika ini berharap agar UNAIR merespon kebijakan plastik berbayar melalui ide-ide kreatif. Ucu mengatakan bahwa UNAIR sebaiknya memiliki program skema yang berisi indikator-indikator kampus berkelanjutan. Program itu memiliki tiga aspek penting, yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi.
Dalam aspek lingkungan, misalnya, indikator itu digunakan menilai kebijakan pengolahan sampah, penggunaan air, listrik, kertas, dan lain-lain. Dalam aspek sosial, program kampus berkelanjutan itu merupakan sebuah langkah kecil agar sivitas akademika peduli lingkungan yang kemudian bisa berdampak pada masyarakat sekitar. Sedangkan, dalam aspek ekonomi, program ini bisa dijadikan sebagai bisnis yang bermanfaat bagi UNAIR. “Untuk itu, UNAIR perlu membuat grand framework yang memungkinkan ketiga aspek di atas dikelola. Sebagai world
class university, UNAIR perlu merespon kebijakan ini melalui
program yang berkaitan dengan lingkungan,” tambah Ucu. (*) Penulis: Ahalla Tsauro
Editor: Defrina Sukma S
Belajar
tetap
Prioritas
Pertama
UNAIR NEWS – Para mahasiswa Universitas Airlangga tak segan
membagi waktu belajarnya demi mengembangkan kemampuan lain di luar akademik. Buktinya, tak sedikit dari mahasiswa itu berhasil meraih prestasi di ajang kejuaraan olahraga, putri-putrian, pertukaran mahasiswa hingga konferensi internasional. Mahasiswa S-2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Nurhasmadiar Nandini, menceritakan pengalamannya saat berada di Brunei Darussalam untuk keperluan penelitian. Diar, sapaan akrabnya, mengikuti program Research Exchange di Universitas Brunei Darussalam beberapa waktu lalu.
Selama di Brunei, ia banyak belajar tentang pelayanan kesehatan di negara beribukota Bandar Seri Begawan. Selain itu, mahasiswa Administrasi dan Kebijakan Kesehatan itu berkolaborasi dengan peneliti di negeri minyak untuk menghasilkan publikasi riset di jurnal internasional bereputasi.
“Di sana, saya juga memiliki supervisor. Jadi, keikutsertaan dalam program pertukaran itu tidak hanya berhenti saat penelitian selesai, tetapi juga bisa dikembangkan untuk keperluan membangun networking (jejaring),” tutur Diar, sapaan akrabnya.
Selain Diar, ada pula cerita dari Negeri Kincir Angin. Mahasiswa program studi S-1 Manajemen, Evelyn Rahmadanti Darminto, bercerita tentang pengalamannya selama di Belanda. Menurutnya, kegiatan-kegiatan selama mengikuti pertukaran mahasiswa menjadi pengalaman tak ternilai.
Di Belanda, ia belajar mengaktualisasi diri. Ia berani berinteraksi dengan sesama mahasiswa, dosen, termasuk mengutarakan pendapat di saat kuliah berlangsung.
“Nilai terbesar yang kita dapatkan ketika exchange adalah aktualisasi diri. Dulu, saya nggak berani ngomong ini itu. Tapi, percayalah, Evelyn dulu dan sekarang sudah berbeda.
Thanks (terima kasih) UNAIR sudah memberikan saya kesempatan
untuk menjadi berani beraktualisasi,” terang Evelyn, peserta Fontys University Exchange Program.
Bahkan, ia mengaku ingin mendapatkan kesempatan lagi untuk mengikuti pertukaran mahasiswa. “Saya ingin kembali lagi ke sana. Sebab, selama mengikuti pertukaran, saya lebih menghargai waktu bahwa satu menit bisa mengubah segalanya,” imbuh Evelyn.
Pengembangan aktualisasi diri juga dirasakan oleh Erwin Chandra, mahasiswa peraih medali emas dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) tahun 2016. Bedanya, Erwin merupakan mahasiswa yang getol untuk berinovasi untuk mengembangkan produk.
Di ajang PIMNAS tahun lalu, Erwin mengusung gagasan alat uji kandungan merkuri. Tahun ini, Erwin beserta timnya tengah mengembangkan bubur berbahan kacang komak untuk penderita diabetes.
“Sebagai mahasiswa, kita tidak hanya pintar di teori. Kita seharusnya juga membuat masyarakat untuk merasakan teori yang kita miliki melalui produk yang kita buat,” cerita mahasiswa Fakultas Farmasi ketika ditanya soal motivasi.
Ditanya soal membagi waktu antara kesibukan akademik dan mengembangkan kemampuan non teknis, tak ada habisnya. Para mahasiswa itu tak memberi jawaban pasti tentang kiat pembagian waktu. Namun, mereka berpendapat bahwa kegiatan akademik dan non akademik, harus tetap dijalankan.
Peraih medali emas cabang olahraga Ski Air dalam Pekan Olahraga Nasional XIX, Guruh Dwi Samudra, punya jawabannya. Guruh mengatakan, ia tak pernah lupa terhadap pesan yang pernah disampaikan orang tuanya.
“Latihan olahraga itu utama, tetapi belajar itu tetaplah yang pertama,” tutur Guruh yang juga Cak Surabaya tahun 2017.
Selain keempat mahasiswa, ada pula enam mahasiswa berprestasi lainnya yang bercerita tentang pengalaman menariknya selama berkuliah di UNAIR. Mereka berbagi cerita dalam acara “Parents Gathering: Peran Orang Tua dalam Mendukung Budaya Akademik” yang digelar di Aula Amerta Kantor Manajemen UNAIR, Sabtu (19/5).
Penulis: Defrina Sukma S
Mahasiswa
Belanda
Ikut
Seminar Nasional Fisioterapi
Fakultas Vokasi
UNAIR NEWS – Sharing ilmu tidak hanya dilakukan ketika
kegiatan kuliah di kelas. Namun juga, bisa terlaksana melalui diskusi atau sarasehan. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Nuniek Nugraheni, dr., Sp,KFR(K) dalam seminar nasional bertajuk “Pshioterapy Management for Knee Ostheoarthritis with
Multi Modality Approach”, Sabtu (4/2) lalu. Bertempat di
Gedung Diagnostic Center (GDC) RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Menurutnya, seminar ini memberi pemahaman ekstra bagi para tenaga medis dan masyarakat awam secara langsung berseumber dari pakar. Terutama, terkait penyakit Ostheoarthritis.
Ketua Program Studi Diploma (D3) Fisioterapi Fakultas Vokasi UNAIR tersebut menyatakan, himpunan mahasiswa fisioterapi sebagai panitia penyelenggara patut berbangga. Sebab, seminar nasional tersebut berhasil menarik minat kalangan akademik
dari berbagai daerah untuk menjadi peserta. Bahkan, ada yang berasal dari luar negeri, Belanda.
“Peserta seminar sangat beragam. Mulai dari Malang, Solo, sampai dari Avans University Belanda,” ujarnya di sela acara. Senada dengan dr. Nuniek, ketua panitia seminar nasional tersebut, I Made Putri Larasati, mengatakan bahwa Seminar Nasional Pshioterapy Management merupakan salah satu rangkaian acara pertukaran pelajar yang melibatkan mahasiswa dari Belanda. “Kedatangan mahasiswa dari Avans University ini sebagai bentuk kerjasama dengan fisioterapi Unair. Selama ini mereka memang datang secara rutin tiap tahun,” kata dia.
Event ini dimulai pukul 06.30. Hadir sebagai narasumber dr. Patricia Maria, K.Sp, KFR (Koordinator staf medis KFR RSU Airlangga), Trissilowati, SST.Ft (Staf fisioterapi instalasi rehabilitasi medis RS dr.Soetomo), serta Sukadarwanto, SST.Ft, M.kes , pakar Ostheoarthritis Lutut dari Surakarta. (*)
Penulis: Dilan Salsabila Editor: Rio F. Rachman
Tiga Prodi di Vokasi Raih
Akreditasi A
UNAIR NEWS – Sebanyak tiga program studi di Fakultas Vokasi,
Universitas Airlangga, berhasil meraih akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT). Berdasarkan laman resmi BAN-PT, akreditasi itu berlaku hingga tanggal 24 November 2021.
Pariwisata, D-3 Teknisi Perpustakaan, dan D-3 Manajemen Perhotelan. Status tersebut meningkat setelah sebelumnya meraih akreditas B pada tiga prodi. Hal itu diungkapkan oleh Dekan Fakultas Vokasi Dr. Widi Hidayat, S.E., M.Si., Ak, ketika ditemui, Rabu (7/12).
“Mereka naik akreditasi semua karena sebelumnya B. Untuk sampai A, kita di Fakultas Vokasi berusaha keras. Kita banyak belajar dari mereka yang sudah diakreditasi,” tutur Widi.
Widi menjelaskan, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan para dosen UNAIR yang berpengalaman di ranah akreditasi prodi. Dalam proses komunikasi, pihak Vokasi meminta saran demi peningkatan kualitas prodi ke depan. Selain itu, ia sempat meminta para dosen tersebut untuk melakukan simulasi proses akreditasi.
“Istilahnya, kalau ujian gitu, kita ada bimbingan untuk melakukan tes. Jadi, teman-teman dari fakultas atau prodi lain itu sangat sangat membantu,” ujar Dekan Fakultas Vokasi.
Ia mengaku, persiapan untuk menghadapi proses akreditasi memakan waktu tiga bulan. Dalam rentang waktu tiga bulan itu, ia menyiapkan segala keperluan, termasuk simulasi secara intensif.
Terkait dengan prodi-prodi lainnya di Vokasi, pakar dalam buku “100 Pakar UNAIR” itu menghendaki agar setiap prodi melakukan
benchmarking.
“Cari benchmark yang sesuai. Misalnya, prodi Fisioterapi melakukan benchmark ke Avans Hodge School di Belanda, karena di sana sangat maju. Intinya, kita belajar dari orang lain,” imbuhnya seraya mengakhiri. (*)
Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
IMAKAHI, Himpunan Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Hewan
yang Mendunia
RADIO UNAIR – Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia
(IMAKAHI) cabang Surabaya yang bertempat di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR), merupakan satu dari 10 cabang dari IMAKAHI di seluruh FKH yang ada di Indonesia. Dalam berkegiatan IMAKAHI UNAIR, selalu menyelenggarakan berbagai kegiatan yang memiliki hal-hal untuk meningkatkan kompetensi bagi anggotanya dan pengetahuan bagi masyarakat umum. Kegiatan yang mereka lakukan dibagi sesuai dengan bidang yang ada di dalam IMAKAHI UNAIR.
Ada beberapa kegiatan yang menjadi program andalan mereka, VETERINARY INTEGRITY AND SKILL IMPROVEMENT yaitu program yang pengembangan kualitas sumber daya manusia yang berbasis pada kurikulum keprofesian yang sistematis untuk meningkatkan totalitas, solidaritas, dan kualitas seluruh mahasiswa kedokteran hewan agar tercipta calon dokter hewan yang cinta dengan profesinya, siap berkiprah dalam dunia kesehatan hewan Indonesia, serta siap terhadap tantangan globalisasi. Sasaran darei kegiatan ini adalah mahasiswa Fakultas kedokteran hewan UNAIR dan dikemas dalam kuliah inspiratif serta praktikum.
“IMAKAHI UNAIR dibawah BEM sebagai BSO, dan anggota IMAKAHI UNAIR adalah seluruh mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,” papar Fadi Adhari penanggung jawab cabang IMAKAHI UNAIR.
Selain itu pada bulan maret kemarin mereka menggelar kegiatan MUKERNAS IMAKAHI ke XVIII yang bertempat di Surabaya,
kedepannya mereka sudah memiliki agenda-agenda kegiatan lainnya seperti mengikuti kongres Asian Veterinary Student Association di Thailand dan juga Indternational Veterenary Syudent Association di Austria pada tahun ini.
Mau tahu lebih dekat talk show IMAKAHI Universitas Airlangga, ayo dengarkan PODCAST IMAKAHI sekarang juga. (*)
Penulis : Yudira Pasada Lubis Editor : Nuri Hermawan