• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI ALGA HIJAU Halimeda discoidea YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTI TUBERKULOSIS ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI ALGA HIJAU Halimeda discoidea YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTI TUBERKULOSIS ABSTRAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI ALGA HIJAU Halimeda discoidea YANG BERPOTENSI

SEBAGAI ANTI TUBERKULOSIS

ABSTRAK

Metabolit sekunder dari alga hijau Halimeda discoidea merupakan sumber bioaktivitas yang berpotensi sebagai bahan baku obat anti tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi anti tuberkulosis serta struktur yang terkandung dalam senyawa metabolit sekunder yang diisolasi dari alga hijau Halimeda discoidea yang diambil di pulau Selayar, Sulawesi Selatan. Senyawa metabolit sekunder dari alga hijau Halimeda discoidea diekstraksi dan diisolasi menggunakan pelarut kloroform. Proses pemurnian menggunakan metode KKV dan KKT. Uji bioaktivitas menggunakan uji Minimum Inhibitory Consentration (MIC) terhadap bakteri M. tuberculosis Strain H37Rv. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa dari alga hijau Halimeda discoidea (L1 dan L2) berpotensi dikembangkan sebagai bahan baku obat anti tuberculosis. Penentuan gugus fungsi dari senyawa metabolit sekunder menggunakan spektroskopi IR. Hasil penelitian menunjukan bahwa senyawa metabolit sekunder dari alga hijau Halimeda discoidea berpotensi sebagai anti tuberkulosis dengan konsentrasi MIC 600 µg/mL dan 400 µg/mL.

Kata kunci: Alga, Halimeda discoidea, Anti Tuberkulosis, Bioaktivitas. PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Muchid, 2005). TB merupakan salah satu masalah besar dan sangat serius karena berada di antara sepuluh penyebab tertinggi kematian di dunia. Sekitar sepertiga

dari populasi penduduk dunia terinfeksi oleh M. tuberculosis. Setiap tahun, sekitar 8 juta orang terifeksi dan berkembang menjadi penyakit aktif dan 2 juta diantaranya meninggal karena TB. Indonesia adalah Negara ketiga terbesar dengan masalah TB di dunia setelah Cina dan India (WHO, 2009).

TB dapat disembuhkan dengan pemberian obat anti tuberkulosis yang tepat. Obat anti tuberkulosis yang umum digunakan yaitu Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan

(2)

Streptomisin. Kelima jenis obat ini disebut sebagai obat lini pertama (Blasco dkk., 2010). Permasalahan TB ini kemudian diperparah dengan adanya galur M. tuberculosis resisten terhadap dua atau lebih obat anti tuberkulosis. Resistensi mendorong penggunaan obat alternatif lain yang lebih toksit. Pemberian obat yang lebih toksit tersebut tentu saja lebih membahayakan karena memberikan efek samping yang lebih besar terhadap penggunanya, terlebih lagi dengan ditemukannya jenis M. tuberculosis yang resisten dengan obat ini (Retnoningum dan Kembaren, 2004).

Untuk mengatasi masalah ini, maka usaha penemuan obat anti tuberkulosis baru yang alami terus dilakukan. Saat ini penelitian cenderung dikembangkan ke laut karena sebagian besar sumber daya alamnya belum dimanfaatkan secara maksimal dan beberapa organisme laut menghasilkan senyawa kimia yang tidak terdapat atau jarang ditemukan pada organisme yang hidup di darat. Salah satu tumbuhan laut yang memiliki senyawa bioaktif adalah alga laut (Caraan, 1994; Nybakken, 1993).

Sejauh ini belum banyak data penelitian tentang kelompok senyawa bioaktif alga hijau khususnya Halimeda discoidea dari perairan Sulawesi Selatan sebagai bahan baku obat untuk penyakit tuberkulosis. Saat ini, metabolit sekunder alga hijau Halimeda discoidea relatif masih sedikit yang dilaporkan, oleh karena itu dipandang perlu melakukan penelitian yang lebih luas terhadap potensi yang dimiliki oleh alga hijau Halimeda discoidea.

METODE PENELITIAN 1. Ekstraksi

4 Kg sampel alga hijau Halimeda discoidea diestraksi secara maserasi menggunakan metanol. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh hasil penyaringan yang bening dan tidak menampakkan noda pada lempeng kromatografi lapis tipis (KLT). Ekstrak metanol yang diperoleh dipekatkan dengan rotavapor hingga diperoleh ekstrak kental (ekstrak metanol kasar). Ekstrak metanol kasar dipartisi dengan kloroform.

2. Isolasi dan Pemurnian Senyawa dari Ekstrak Pekat Kloroform

(3)

Ekstrak pekat kloroform difraksinasi menggunakan KKV menjadi beberapa fraksi dimana eluen yang digunakan dapat diketahui berdasarkan hasil analisis KLT. Fraksi-fraksi yang diperoleh dimonitor dengan KLT dan fraksi yang mempunyai nilai Rf yang sama digabung menjadi satu fraksi utama, kemudian diievaporasi sampai kering. Di tentukan beratnya. Proses fraksinasi dilakukan berulang kali hingga diperoleh isolat murni menggunakan KKT atau KKG dengan eluen yang sesuai. Isolat yang diperoleh dilakukan uji kemurnian dengan KLT dan diuji bioaktivitasnya.

3. Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Kloroforom

Beberapa tetes larutan dari fraksi kloroform yang murni diteteskan di atas plat tetes. Kemudian uji golongan dilakukan dengan menggunakan pereaksi kimia yang meliputi identifikasi golongan senyawa saponin, alkaloid, fenolik, flavonoid,terpenoid, dan steroid.

4. Elusidasi Struktur Senyawa Senyawa isolat murni akan di elusidasi menggunakan spektroskopi Infra merah (IR), NMR dan GC-MS. 5. Uji Minimum Inhibitory Concentration (MIC) terhadap Mycobacterium Tuberculosis

Sebanyak 4 mL medium MGIT dimasukkan kedalam 12 tabung, kemudian ditambahkan senyawa metabolit sekunder dari alga Hijau Halimeda discoidea dengan variasi konsentrasi akhir dalam tabung; 0; 200; 400; 600 µg/mL dan antibiotik standar yaitu obat anti tuberkulosis standar (rifampisin) dengan konsentrasi akhir dalam tabung: 0; 1 dan 2 μg/mL. Tabung-tabung ini selanjutnya ditutup rapat, dikocok, bagian luar tabung dibersihkan dengan desinfektan tuberkulosidal, dan diinkubasi pada temperatur 37°C. Pengamatan dilakukan setiap hari mulai hari pertama sampai hari ke 15 untuk mengetahui adanya pengaruh penambahan antibiotik standar dan sampel terhadap kecepatan pertumbuhan bakteri M. tuberculosis. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Ekstraksi

(4)

Hasil estraksi yang diperoleh setelah dipekatkan sebanyak 1 L. Ekstrak kental tersebut dipartisi dengan klorofom dan diperoleh 15,87 gram dalam bentuk pasta yang berwarna hijau.

2. Isolasi dan Pemurnian Senyawa dari Ekstrak Pekat Kloroform

Ekstrak kental kloroform yang diperoleh difraksinasi menggunakan kromatografi kolom vakum (KKV) menjadi beberapa fraksi. Pembuatan kolom kromatografi menggunakan silica gel 60 (7730) yang dipadatkan dengan bantuan pompa vakum. Eluen yang digunakan divariasikan dari urutan non polar sampai semi polar. Untuk sampel yang akan di KKV ditimbang 8 gram dan diimpregnasi kedalam silica gel 60 (7734) sebelum diletakkan dan dipadatkan diatas kolom yang telah disiapkan sebelumnya.

3. Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Fraksi Kloroforom

Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam senyawa L1 dan L2 maka dilakukan uji golongan. Hasil

dari uji golongan dapat terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Uji golongan untuk senyawa L1 dan L2 Seny awa Uji Golongan Terpe noid Ster oid Fen olik Flavo noid L1 + - - - L2 + - - -

Pada Tabel 1 senyawa L1 dan L2 mengandung senyawa terpenoid terjadi perubahan dari bening berubah menjadi warna merah keunguan dengan metode libermann-Burchard.

4. Elusidasi Struktur Senyawa L1 Senyawa L1 dielusidasi menggunakan spektroskopi Infra Red yang berfungsi untuk menentukan gugus fungsional dalam senyawa. Adapun hasil elusidasi senyawa L1 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Puncak serapan IR dari senyawa L1

no Puncak serapan (cm-1)

Jenis Gugus Fungsi dan nama lingkungannya 1 3439 OH alkohol vibrasi ulur 2 2956, 2924 dan 2852 C-H alifatik vibrasi ulur 3 1647 C=C vibrasi ulur 4 1707 C=O vibrasi ulur 5 1463 C-H Bending

(5)

Dari data Tabel 2 dapat diduga bahwa senyawa L1 mengandung terpenoid karena memiliki tiga gugus C-H alifatik stretching serta memiliki gugus C=O, dan C-H pada puncak serapan 1463 yang merupakan karakteristik senyawa terpenoid.

5. Elusidasi Struktur Senyawa L2 Adapun hasil elusidasi struktur pada senyawa L2 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Puncak serapan IR dari senyawa L2

no Puncak Serapan (cm-1)

Jenis Gugus Fungsi dan nama lingkungannya 1 3444 OH alkohol vibrasi ulur 2 2954, 2922 dan 2850 C-H alifatik vibrasi ulur 3 1647 C=C vibrasi ulur 4 1732,1717 dan 1685

C=O vibrasi ulur 5 1458 C-H Bending

Berdasarkan analisa ini kemungkinan senyawa L1 dan L2 mengandung senyawa terpenoid dikarenakan memiliki gugus C-H alifatik stretching dan diperkuat dengan adanya kemungkinan gugus fungsi C-H pada Puncak serapan 1458 cm-1 dan C=O yang merupakan karakteristik dari senyawa terpenoid.

6. Aktivitas Anti Tuberkulosis Senyawa L1 dan L2

Uji bioaktivitas anti tuberkulosis dilakukan dengan menggunakan medium MGIT dengan variasi konsentrasi senyawa L1 dan L2 yaitu 0 µg/mL, 200 µg/mL, 400 µg/mL, dan 600 µg/mL serta variasi dari konsentrasi obat anti tuberculosis (rifampisin) yaitu 0 µg/mL, 1 µg/mL, dan 2 µg/mL. Hasil uji bioaktivitas ini dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5

Tabel 4. Pengaruh penambahan senyawa L1 dikombinasikan dengan Rifampisin terhadap pertumbuhan M. tuberculosis strain H37Rv pada medium MGIT. Senyawa L1 (µg/mL) Rifampisin (µg/mL) 0 1 2 0 P1 +++ P2 + P3 - 200 P4 ++ P5 - P6 - 400 P7 + P8 - P9 - 600 P10 - P11 - P12 - Keterangan:

+++= Sel koloni TB tumbuh banyak ++ = Sel koloni TB tumbuh cukup

banyak

+ = Sel koloni TB tumbuh sedikit - = Sel koloni TB tidak tumbuh

(6)

Tabel 5. Pengaruh penambahan senyawa L2 dikombinasikan dengan Rifampisin terhadap pertumbuhan M. tuberculosis strain H37Rv pada medium MGIT

Keterangan:

+++= Sel koloni TB tumbuh banyak ++ = Sel koloni TB tumbuh cukup

banyak

+ = Sel koloni TB tumbuh sedikit - = Sel koloni TB tidak tumbuh

(negatif)

Berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 5 senyawa L1 dan L2 dapat menghambat bakteri M. tuberculosis serta meningkatkan aktivitas obat anti tuberkulosis yang sudah ada. Senyawa L2 lebih besar daya hambatnya dibandingkan dengan senyawa L1, karena L2 dapat menghambat bakteri M. tuberculosis pada konsentrasi 400 µg/mL, sedangkan L1 dapat menghambat bakteri M. tuberculosis pada konsentrasi 600 µg/mL.

KESIMPULAN

Sebanyak 2 senyawa murni L1 dan L2 berhasil diisolasi dari

ekstrak kloroform Alga Hijau Halimeda discoidea. Berdasarkan uji anti tuberkulosis bahwa senyawa L1 dan L2 dapat menghambat pertumbuhan bakteri M. tuberculosis Strain H37Rv pada konsentrasi 600 µg/mL dan 400 µg/mL, serta dapat meningkatkan efektifitas obat anti tuberkulosis yang sudah ada, khususnya Rifampisin. Berdasarkan hasil uji golongan dan spektroskopi IR untuk senyawa L1 dan L2 diduga mengandung senyawa terpenoid.

SARAN

Penelitian ini belum dilakukan secara maksimal, diharapkan peneliti selanjutnya agar semaksimal mungkin meneliti di bidang ini, karena pemanfaatan sumber daya alam laut untuk obat anti tuberkulosis masih kurang khusunya untuk Alga Hijau Halimeda discoidea.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T. Y., 2006, Jurnal Tuberkulosis Indonesia, 3 (2). Anggadiredja, J. T., dkk., 2007, Rumpul Laut Pembudidayaan, Pengolahan, dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta. Senyawa L2 (µg/mL) Rifampisin (µg/mL) 0 1 2 0 P1 +++ P2 + P3 - 200 P4 + P5 - P6 - 400 P7 - P8 - P9 - 600 P10 - P11 - P12 -

(7)

Atmadja, W.S., 1990, Rumput Laut Sebagai Obat. Jurnal Oseana, 17: 1-8.

Bansemir, A., dkk., 2006, “Screening of cultivated seaweeds for antibacterial activity against fish pathogenic bacteria”, Aquaculture 252: 79–84. Blasco, P., dkk., 2010, Tuberculosis,

Medicins Sans Frontiers, Paris.

Brooks, G.F., Butel, J.S., dan Ornston, L.N., 2001, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Edisi 20, Alih Bahasa Edi Nugroho, R.F. Maulany, EGC., Jakarta. Croft, M. and Warren M., 2007,

“Plant Metabolism”, Department of Plant Sciences, University of Cambridge.

Depkes RI., 2007, Pedoman Nasional Penaggulangan Tuberkulosis, Jakarta :

Departemen Kesehatan RI 2008.

Hay, M.E. 1996, Marine Chemical Ecology: What’s Known and What’s Next. J. Exp. Mar. Biol. Ecol., 200: 103-134. Mayer, A. M., dkk., 2011, Marine

Pharmacology In-2007-8: Marine Compounds with Antibacterial, Anticoagulant, Antifungal, Anti-inflammatory, Antimalarial, Antiprotozoal, Antituberculosis, and Antiviral Activities; Affecting the Immune and

Nervous System, and Other Miscellaneous Mechanisms of Action, Comparative Biochemistry and Physiology, Part C, 153: 191–222.

Misnadiarly, 2006, Penyakit Infeksi TB Paru dan Ekstra Paru : Mengenal, mencegah, menanggulangi TBC Paru, ekstra paru, anak, pada kehamilan. Edisi Ke -1. Jakarta : Pustaka Populer Obor.

Reskika, A., 2011, Evaluasi Potensi Rumput Laut Coklat (Phaeophyceae) Dan Rumput Laut Hijau (Chlorophyceae) Asal Perairan Takalar Sebagai Antibakteri Vibrio Spp. Fakultas Kelautan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Retnoningrum, D. S., dan Kembaren, R. F., 2004, Mekanisme Tingkat Molekul Resisten Terhadap beberapa obat pada Mycobacterium, Tuberkulosis, 92-acta pharmaceutica Indonesia, 29, (3): 92-95. Simanjuntak P., 1995, Senyawa bioaktif dari alga, Hayati; 2(2): 49-54.

World Health Organization, 2009, Tuberculosis Fact Sheet, Available from URL: http://www.who.int/mediacen

tre/factsheets/fs104/en,

diakses tanggal 07 Maret 2012.

Gambar

Tabel 2. Data Puncak serapan IR dari  senyawa L1
Tabel  4.  Pengaruh  penambahan  senyawa  L1  dikombinasikan  dengan  Rifampisin  terhadap  pertumbuhan   M
Tabel  5.  Pengaruh  penambahan  senyawa  L2  dikombinasikan  dengan  Rifampisin terhadap pertumbuhan  M

Referensi

Dokumen terkait

Bagian atas terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu kedua (S2). Pada S2 diletakkan plat berbentuk lingkaran dan dilengkapi skala untuk pembacaan skala lingkaran. Pada

Seorang anak akan mengalami perkembangan dalam perilaku sosialnya setelah dia memasuki dunia pendidikan (sekolah). Hal tersebut menuntut sekolah agar mendidik dan

Perubahan yang terjadi dari program pengabdian masyarakat oleh tim pengabdian masyarakat adalah yang pertama dari program pemasangan papan nama ruangan, tamu atau pengunjung

Bagi persoalan kajian ini iaitu menentukan perhubungan antara keputusan terkini mata pelajaran Biologi dengan pencapaian tahap pemahaman di dalam konsep pembahagian sel, hasil

Suatu Organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin dicapainya, memerlukan uraian tugas yang jelas dan teratur. Dengan adanya uraian tugass yang teratur dan jelas, maka para

Penulis merancang dan membuat sistem informasi pengawasan taman kota pada Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Utara sesuai dengan kebutuhan yang

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggantian pasir dengan limbah marmer dan pengantian PC dengan serbuk zeolit terhadap kuat tekan, penyerapan air

ditambah dan yang harus diganti pada saat acara di rumah untuk segera dilaporkan kepada pihak vendor katering rumah.. Jangan sampai ada makanan