HANYUT CAKALANG DARI HASIL IKAN YANG
DIDARATKAN DI TPI PALABUHANRATU
NOOR KHOLIFAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRACT
NOOR KHOLIFAH. Determination Of The Optimum Mesh Size For Skipjack Tuna
Drift Gill NetsFrom Fish Landed On The TPI Palabuhanratu.
Under direction of Dr. Sulaeman Martasuganda, M.Sc dan Ir. Mokhamad Dahri
Iskandar, M.Si
The study a selectivity generally are carried out by exsperimental fishing.
However Kawamura and Matsuoka based on fish landed.
The objective of aims study was to estimate selectivity curve usually Matsuoka
methods, to obtain frequency distribution of fork length of skipjack tuna,caught is
different mesh sizeto determine mesh size of drift gill net for catching skipjack.
The result indirected length distribution of skipjack tuna caught by gill net of
mesh size 4, 4.5 and 5.5 inchi ranged from 442.5 – 447.5 mm, 472.5 – 477.5 mm and
527.5 – 532.5 mm, respectively value of L50% of drift gill net of mesh size 4, 4.5
and 5.5 inchi ranged from 446 – 456 mm, 477 – 494 mm and 517 – 531 mm,
respectivity of this experiment can be concluded that gill net of size 4 inchi is the
most optimum mesh size for capturing legal size of skipjack tuna
Keywords : drift gillnet, mesh size , selectivity curve, Matsuoka methods,
experimental fishing
NOOR KHOLIFAH. Penentuan Mesh Size Optimum Untuk Jaring Insang Hanyut
Cakalang dari Hasil Ikan yang Didaratkan di TPI Palabuhanratu.
Di bimbing oleh Dr. Sulaeman Martasuganda, M.Sc dan Ir. Mokhamad Dahri
Iskandar, M.Si
Selektivitasadalah peluang tertangkapnya ikan, terjadi apabila keliling
anterior ikan (sekitaroperculum) lebih kecil dan keliling maksimum tubuh ikan lebih
besar daripada mesh perimeter.Penelitian yang dilakukan dalam mempelajari
selektivitas alat tangkap pada umumnya melalui eksperimental
fishing.MenurutKawamura (1972) dan Matsuoka (1995), penelitian selektivitas
dapat dilakukan dari ikan yang didaratkan di TPI.Martasuganda (2008)
mengemukakan tentang alat tangkap selektif positif dan negatif dalam penentuan
suatu ukuran mata jaring.Palabuhanratu sebagai pelopor jaring insang hanyut sering
digunakan sebagai objek penelitian tentang selektivitas dengan eksperimental
fishing.Ukuran mata jaring insang hanyut yang digunakan oleh nelayan di
Palabuhanratu berukuran antara 4 – 4.5 inchi.Wahyono, M. dan Susilowati.T (2008)
menyatakan bahwa jaring insang hanyut yang digunakan untuk menangkap tuna dan
cakalang digunakan untuk menangkap cucut. Untuk menentukan mesh size optimum
dilakukan kajian dari tiga jenis ukuran mesh size yang berbeda yaitu 4 inchi, 4.5
inchi dan 5.5 inchi.
Penelitian ini bertujuan mengestimasi kurva selektivitas Matsuoka untuk
memperoleh panjang selektif pada distribusi frekuensi panjang cagak ikan cakalang,
berdasarkan pada jumlah terbesar dari ikan-ikan yang layak tangkap guna
menentukan mesh size dan diharapkan dapat bermanfaat bagi para nelayan dalam
memilih ukuran mata jaring pada alat tangkap drift gillnet serta menginformasikan
kepada para peneliti bahwa dalam menentukan kurva selektivitas drift gillnetjuga
dapat dilakukan tanpa experimental fishingdengan waktu dan biaya lebih ekonomis.
Pengukuran pada ikan cakalang meliputi panjang cagak, berat ikan dan body
girth(opercullum,maximum body girth, dan net mark) dengan tiga jenis ukuran mesh
sizeyaitu 4 inchi, 4.5 inchi dan 5.5 inchi. Perhitungan jumlah dan panjang ikan
cakalang yang layak tangkap dilakukan melalui pengukuran antara standar deviasi
keliling ikan terhadap panjang cagak membentuk regresi linear, dan selanjutnya
dianalisis menggunakan metode Matsuoka sehingga membentuk sebuah kurva
selektivitas drift gillnet. Hasil analisis penelitian ini merupakan informasi awal
dalam menentukan mesh size optimum pada drift gillnet
bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Data pengukuran diambil
dari sampel ikan cakalang yang tertangkap dengan jaring insang hanyut yang
mempunyai mesh sizemasing-masing 4 inchi, 4.5 inchi dan 5.5 inchi
Untuk mesh size 4 inchi dengan kisaran distribusi panjang cagak ikan cakalang
antara 417.5 - 467.5 mm didominasi ukuran ikan cakalang dengan interval kelas
panjang cagak 442.5 mm sampai dengan 447.5 mm, sebanyak 21.36%, Untuk mesh
size 4.5 inchi dengan kisaran distribusi panjang cagak antara 447.5 mm sampai 507.5
mm di dominasi ikan cakalang pada selang kelas antara 472.5 sampai 477.5 mm
sebesar 18.66 % Untuk mesh size 5.5 inchi dengan kisaran distribusi panjang cagak
antara 487.5 mm – 56.2 5 mm yang di dominasi ikan cakalang pada interval 527.5
mm – 532.5 mm sebesar 13.96%. Sesuai dengan Holt (1957) dan Baranov (1948)
sebaran keliling maksimum badan ikan dengan mata jaring /Mp mempunyai nilai
lebih dari satu (GM/Mp > 1), Hal ini dapat dinyatakan bahwa peluang tertangkapnya
ikan lebih banyak daripada GM/Mp < 1,mesh size 4 inchi memiliki peluang
tertangkapnya ikan lebih besar daripada kedua mesh size yang lainnya, selanjutnya
untuk nilai K terkait pada standar deviasi panjang ikan hasil tangkapan yang akan
membentuk kurva normal (Sechin, 1969) mesh size 4 inchi mempunyai luasan
daerah sebaran normal lebih lebar daripada kedua mesh size tersebut. Hal ini juga
dibuktikan dengan melakukan uji kenormalan data panjang cagak yaitu uji
Kolmogorov – Smirov dengan nilai P-
Value lebih dari α
Estimasi kurva selektivitas untuk ukuran mesh size 4 inchi pada L50% dengan
ukuran panjang cagak berkisar antara 446 – 456 mm dengan nilai panjang selektif
452 mm dan probabilitas 32 %. Frekuensi ikan cakalang tertangkap paling banyak
pada kisaran panjang tersebut yaitu sekitar 21.36 %.mesh size 4 inchi mempunyai
nilai puncak kurva P1 sebesar 0.56 dan P2 0.60 dan Ps sebesar 0.336. sehingga
mempunyai kemiringan sisi kiri dan kanan yang sama sesuai dengan Matsuoka
(1995). Kurva dengan bentuk sisi kiri dan kanan sama menunjukkan mesh size yang
digunakan pada drift gillnet adalah selektif Dan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Ozenkinci (2005), bahwa mesh size optimum terdapat pada hasil
tangkapan terbanyak pada nilai panjang selektif.Mesh size 4 inchi adalah mesh size
yang optimum untuk jaring insang hanyut cakalang . Begitu juga dengan penelitian
Walus (2001) pada jaring insang hanyut cakalang di Palabuhanratu bahwa panjang
optimum terdapat pada ukuran panjang 41.34 cm dengan L50% berkisar antara 35.5
cm sampai 47.5 cm.
Ozenkinci (2005) dalam artikel ilmiah menyatakan bahwa faktor utama
penentuan mesh size optimum pada gillnet adalah adanya keterkaitan antara panjang
ikan dan keliling badan ikan yang berkorelasi membentuk regresi linear, yang akan
menurunkan kurva seleksi untuk gillnet. Begitu juga dengan teori Sechin (1969) dan
ikan lebih besar tetapi kepala ikan lebih kecil dari mesh perimeter, ikan terseleksi
dan selang kelas pada panjang ikan menyebar normal. Berdasarkan pada
Martasuganda (2008), mesh size 4 inchi dapat dikategorikan sebagai selektif positif .
Sedangkan untuk mesh size 4.5 inchi dan 5.5 inchi dengan panjang selektif 487 mm
dan L50% ukuran panjang berkisar 477 – 494 mm sebanyak 13.43 % dan mesh size
5.5 inchi dengan panjang selektif 524 mm dan L50% ukuran panjang berkisar antara
517 – 531 mm, sebanyak 13.21 %, dapat disimpulkan sebagai alat tangkap selektif
dengan kategori selektif negatif.Matsuoka (1995) menyatakan bahwa peluang
tertangkapnya ikan tergantung pada jenis dan ukuran ikan pada mesh size tertentu,
maka mesh size 4 inchi untuk jaring insang hanyut cakalang merupakan mesh size
optimum, sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan.hasil tangkapan ikan
cakalang yang didaratkan di TPI Palabuhanratu dengan menggunakan drift gillnet
untuk tiap mesh size telah memenuhi kategori selektif, baik positif atau negatif.
Mesh size 4 inchi pada drift gillnet dinyatakan sebagai alat tangkap kategori selektif
positif, sebab hanya menangkap spesies ikan tertentu dengan ukuran tertentu dari
populasi ikan yang layak tangkap sehingga dapat ditentukan bahwa mesh size 4 inchi
adalah mesh size optimum untuk jaring insang hanyut cakalang di Palabuhanratu.
Kata kunci : drift gillnet, kurva selektivitas, mesh size, metode Matsuoka,
eksperimental fishing
@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011
Hak cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
HANYUT CAKALANG DARI HASIL IKAN YANG
DIDARATKAN DI TPI PALABUHANRATU
NOOR KHOLIFAH
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Tesis : Penentuan Mesh Size Optimum Untuk Jaring Insang Hanyut Cakalang dari
Hasil Ikan yang Didaratkan Di TPI Palabuhanratu
Nama Mahasiswa : Noor Kholifah
NRP : C451090041
Program Studi : Teknologi Perikanan Tangkap
Disetujui
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Dr.Sulaeman Martasuganda, M.ScIr. Mokhamad Dahri Iskandar, M.Si
Diketahui
Ketua Program Studi
Dekan
Teknologi Perikanan Tangkap
Prof. Dr. Ir.Mulyono S.Baskoro, M.ScDr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
Karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis yang berjudul
Penentuan Mesh Size Optimum Untuk Jaring Insang Hanyut Cakalang dari Hasil
Ikan yang didaratkan di TPI Palabuhanratu. Pada kesempatan ini penulis ucapkan
terima kasih kepada :
Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi Teknologi Perikanan
Tangkap Institut Pertanian Bogor beserta para staf pengajar yang telah membekali
ilmu pengetahuan
Bapak Dr Sulaeman Martasuganda,M.Sc sebagai ketua komisi pembimbing
dan Bapak Ir. Mokhamad Dahri Iskandar, M.Si sebagai anggota yang telah memberi
bimbingan kepada penulis hingga selesainya tesis ini
Bapak Drs Parulian Pangabean, MS sebagai Ketua Sekolah Tinggi Perikanan
Bapak Lucien Sitanggang,Spi, Msi dan Ibu Irna sinaga,Spi selaku PK I dan PK III
serta segenap keluarga besar Yayasan Hajjah Hasnah Nasution Sekolah Tinggi
Perikanan Sibolga, dan Keluarga Besar Persit Kartika Chandra Kirana yang telah
memberikan ijin dan membantu usaha penulis untuk melanjutkan S2 pada Program
Studi Teknologi Perikanan Tangkap Pascasarjana IPB Bogor.
Keluargaku, terima kasih kepada ibu dan bapak yang telah memberi
kepercayaan, suami dan anakku atas segala pengorbanan, pengertian dan doannya
selama penulis menjalani pendidikan serta teman-teman mahasiswa pascasarjana
TPT 2009 dan SPT 2009 atas kebersamaannya selama ini, dan semua pihak yang
mendukung dalam penyelesaian karya ilmiah ini.Akhir kata semoga karya ilmiah ini
dapat memberi manfaat.
Bogor, Juli 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kudus, 11 April 1976 dari ayah bernama Ali. M. Thohir
dan Ibu Putianah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Kudus dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Pendidikan
Sarjana ditempuh di program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 1998.Selama menempuh S1 penulis
menerima beasiswa PPA dari IPB dan aktif dalam Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah.
Pada tahun 1998-1999 penulis bekerja sebagai asisten peneliti di LIPI Lab
Limnologi, pada tahun 1999-2002 bekerja sebagai guru di SMU Kornita IPB dan
Dosen tidak tetap Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Laa Roiba di Lw Liang Bogor.
Pada tahun 2008 bekerja sebagai dosen tetap dan ketua program studi PSP di
Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga
Pada tahun 2009 penulis diberi kesempatan melanjutkan studi pascasarjana
pada Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor dengan biaya beasiswa dari BPPS.
Drift gillnetJaring insang yang dalam pengoperasiannya dihanyutkan di perairan,
salah satu ujungnya diikatkan pada pelampung tanda atau kapal
yang mengoperasikannya
Float Pelampung yang dipasang pada bagian badan jaring
Float line. Tali yang dipasang pada bagian atas jaring yang dipergunakan
untuk pemasangan pelampung (float)
Fork lengthUkuran panjang cagak pada ikan-ikan yang berkulit dan bersirip keras
Maximum body
GirthKeliling ikan pada tinggi badan maksimal
Mesh sizeAdalah besar ukuran mata jaring, atau besar ukuran mata jaring yang
besarnya dihitung dari 4 kali penambahan panjang kaki jaring
(bar). Pengukuran kaki mata jaring diukur dari tengah-tengah
ujung simpul yang satu dengan tengah-tengah ujung simpul
yang lainnya.
Opercullum girthKeliling penutup insang bagian belakang
Selektivitas Peluang tertangkapnya ikan, terjadi apabila keliling anterior ikan
(sekitaroperculum) lebih kecil dan keliling maksimum tubuh
ikan lebih besar daripada keliling mata jaring.
Halaman
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang... 1
1.2
Perumusan Masalah... 2
1.3
Tujuan Penelitian... 2
1.4
Manfaat Penelitian... 2
1.5
Ruang Lingkup... 3
1.6
Kerangka Pemikiran... 3
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut... 5
2.1.1 Konstruksi jaring insang... 5
2.1.2 Jaring insang hanyut Palabuhanratu... 6
2.1.3 Kapal Jaring Insang Hanyut Palabuhanratu... 8
2.2
Selektivitas... 10
2.2.1 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap selektivitas
jaring insang hanyut...…….. 12
2.2.2 Cara ikan tertangkap... 12
2.2.3 Metode penentuan kurva selektivitas... 14
2.3
Kurva Selektivitas... 16
2.4
Klasifikasi, Morfologi dan Biologi Ikan... 18
3
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat... 21
3.2
Alat dan Bahan... 21
3.2.1 Spesifikasi alat tangkap jaring insang... 21
3.2.2 Spesifikasi Kapal dan nelayan jaring insang insang... 22
3.3
Metode Penelitian... 23
3.4
Metode Pengumpulan Data... 23
3.6.2 Hubungan panjang dengan keliling tubuh ikan... 24
3.6.3 Tingkat kematagan gonad... 25
3.6.4 Analisis statistika... 25
3.7
Analisis Selektivitas Matsuoka... 25
4
HASIL
4.1
Distribusi Frekuensi Panjang Cagak Ikan Cakalang... 27
4.2
Kisaran Girth Opercullum, Maximum Body Girth dan
Standar Deviasi... 31
4.2.1 Hubungan panjang dengan keliling badan ikan... 31
4.2.2 Rasio keliling bekas lilitan jaring terhadap
mesh perimeter... 33
4.2.3 Sebaran rasio keliling maksimum badan ikan dengan
keliling mata jaring (GM/Mp)... 33
4.3
Kurva Selektivitas... 35
4.3.1 Uji falidasi data...
42
4.3.2 Tingkat kematangan gonad... 44
5
PEMBAHASAN
5.1
Distribusi Frekuensi Panjang Cagak Ikan Cakalang... 45
5.2
Hubungan Panjang Cagak Dengan Keliling Badan
IkanCakalang... 46
5.3
Sebaran Keliling Maksimum Badan Ikan Dengan
Mesh Perimeter... 46
5.4
Estimasi Kurva Selektivitas Berdasarkan Meode Matsuoka... 46
6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan... 49
6.2
Saran... 49
DAFTAR PUSTAKA... 51
LAMPIRAN... 57
Halaman
1Jumlah ikan yang didaratkan di TPI Palabuhanratu...
27
2 Kisaranpanjang cagak ,berat dan standar deviasi ikan cakalang... 28
3Distribusifrekuensi panjang cagak ...
28
4Kisarangirth operculum...
31
5 Perhitungan kurva selektivitas Matsuoka... 36
Halaman
1 Kerangkapemikiran ... 4
2 Konstruksijaring insang... 6
3 Alattangkap jaring insang... 9
4 Kapalmotor gillnet... 9
5 Ikancakalang... 18
7 Histogrampanjang cagak pada mesh size 4.5 inchi... 30
8 Histogrampanjang cagak pada mesh size 5.5 inchi... 30
9 Hubunganpanjang dengan body girth pada mesh size 4 inchi... 31
10 Hubunganpanjang dengan body girth pada mesh size 4.5 inchi... 32
11 Hubunganpanjang dengan body girth pada mesh size 5.5 inchi... 32
12 Rasiokeliling maksimum badan ikan dengan keliling jaring insang... 33
13 Nilai K pada mesh size 4 inchi... 34
14 Nilai K pada mesh size 4.5 inchi... 34
15 Nilai K pada mesh size 5.5 inchi... 35
16 Kurvaselektivitas Matsuoka 4. inchi... 37
17 Kurvaselektivitas Matsuoka 4.5 inchi... 38
18..Kurvaselektivitas Matsuoka 5.5 inchi... 38
19 Kurvaselektivitas dengan berbagai mesh size... 39
20..Kurvaselektivitas pada distribusi frekuensi... 39
21 Kurvaselektivitas pada distribusi frekuensi panjang mesh size 4 inchi……… 40
22 Kurvaselektivias pada distribusi frekuensi panjang mesh size.4.5inchi...
40
24. Sebaran data panjang cagak pada mesh size 4 inchi... 42
25. Sebaran data panjang cagak pada mesh size 4.5 inchi... 43
26 Sebarandata panjang cagak pada mesh size 5.5 inchi... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Denah TPI Palabuhanratu... 57
2 Datapengukuran ikan cakalang di TPI... 58
3 Perhitungan Matsuoka.pada mesh size 4inchi... 100
4 Perhitungan Matsuoka.pada mesh size 4.5 inchi... 106
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Studi tentang selektivitas alat tangkap mulai dikenal pada akhir tahun 1950- an
dan berkembang pesat pada awal tahun 1970 an. Pengembangan berbagai model
statistika dan analisa data memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
prinsip-prinsip seleksi pada berbagai jenis alat penangkapan ikan Penelitian
yangdilakukan dalam mempelajari selektivitas suatu alat tangkap pada umumnya
melaluieksperimental fishing.Sebuah metode yang dikembangkan oleh Kawamura
(1972) yang kemudian diperbaiki oleh Matsuoka (1995), penelitian selektivitas
dapat dari hasil ikan yang didaratkan yang tidak menghabiskan waktu dan biaya..
Metode tersebut mempertimbangkan, bahwa untuk menilai ukuran selektivitas
suatu jenis alat tangkap didasarkan pada variasi bentuk tubuh ikan, dan salah satu
alat tangkap yang banyak dipelajari sebagai ukuran selektivitas adalah jaring
insang.
Selektivitas jaring insang oleh Matsuoka (1995) didefinisikan sebagai
suatu probabilitas atau peluang tertangkapnya ikan terjadi apabila keliling anterior
(sekitar operculum) lebih kecil dan keliling maksimum tubuh ikan lebih besar
daripada mesh perimeter, sedangkan kurva selektivitas merupakan distribusi
probabilitas pada panjang ikan mendekati distribusi normal dari standar deviasi
keliling tubuh ikan yang terkorelasi secara linear dengan panjang ikan. Dari
estimasi kurva selektivitas akan diperoleh alat tangkap yang selektif.
Martasuganda (2008) mengemukakan tentang alat tangkap selektif positif dan
negatif dalam penentuan suatu ukuran mata jaring. Berdasarkan pada pemikiran
tersebut penelitian selektivitas pada jaring insang hanyut cakalang dilakukan,
melalui pengukuran hasil tangkapan ikan cakalang yang didaratkan di TPI,
sehingga diperoleh ukuran panjang selektif terhadap distribusi frekuensi panjang
ikan guna menentukan ukuran mesh size yang paling optimum dari jumlah
tangkapan ikan terbanyak pada ukuran panjang selektif tertentu.
1.2 Perumusan masalah
Salah satu faktor utama dalam menentukan selektivitas jaring insang
hanyut adalah mesh size. Ukuran mata jaring umumnya didefinisikan sebagai
panjang dari seluruh mata jaring yang direntangkan (stretched.) Pada umumnya
nelayan menggunakan ukuran mesh size dengan ukuran berbeda untuk
menangkap jenis-jenis ikan ekonomis penting dalam wilayah yang sama. Ukuran
mata jaring insang hanyut yang digunakan oleh nelayan di Palabuhanratu
berukuran antara 4 inchi – 4.5 inchi. Wahyono, M. M dan Susilowati.T (2008)
menyatakan bahwa jaring insang hanyut yang digunakan untuk menangkap tuna
dan cakalang digunakan untuk menangkap cucut.Berdasarkan survei lapangan
yang dilakukan sebelum melakukan penelitian bahwa hasil tangkapan ikan
cakalang dengan jaring insang hanyut mengalami penurunan sejak penggunaan
rumpon mulai berkembang pesat.
Untuk menentukan mesh size optimum pada jaring insang hanyut cakalang
dilakukan kajian dari tiga jenis ukuran mesh size yang berbeda yaitu 4 inchi, 4.5
inchi dan 5.5 inchi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan
bahwa dari pengukuran terhadap ikan cakalang akan diperoleh distribusi frekuensi
panjang cagak ikan cakalang dan hubungan antar keliling dan panjang ikan dapat
menentukan peluang tertangkapnyan ikan terbanyak pada ukuran panjang selektif
(ikan-ikan layak tangkap) sehingga dihasilkan suatu mesh size optimum.
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan
Mengestimasi kurva selektivitas Matsuoka untuk memperoleh panjang selektif
pada distribusi frekuensi panjang cagak ikan cakalang, berdasarkan pada hasil
tangkapan terbanyak pada kisaran panjang selektif dari ikan-ikan yang layak
tangkap guna menentukan mesh size optimum.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam menentukan
kurva selektifitas drift gillnet tanpa experimental fishing untuk mendapatkan ikan
yang layak tangkap sehingga diperoleh mesh size optimum pada drift gillnet
sebagai alat penangkapan ikan yang selektif untuk keberlanjutan sumberdaya ikan
cakalang.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup dari penelitian ini adalah pengukuran pada ikan cakalang dari
hasil tangkapan menggunakan jaring insang hanyut dengan tiga ukuran mesh size
yang berbeda, meliputi panjang cagak, berat ikan dan body
girth(opercullum,maximum body girth dan net mark)
1. 6 Kerangka pemikiran
Keranagka pemikiran penelitian ini adalah membandingkan tiga jenis
ukuran mesh size yaitu 4 inchi, 4.5 inchi dan 5.5 inchi). Perhitungan jumlah dan
panjang ikan cakalang yang layak tangkap dilakukan melalui pengukuran antara
standar deviasi keliling ikan terhadap panjang cagak membentuk regresi linear,
dan selanjutnya dianalisis menggunakan metode Matsuoka sehingga membentuk
sebuah kurva selektifitas drift gillnet. Hasil analisis penelitian ini merupakan
informasi awal dalam menentukan mesh size optimum pada drift gillnet .Kerangka
pemikiran dapat dilihat pada gambar dibawah (Gambar 1)
negatif
Positif
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Ikan Tujuan Penangkapan
Skipjack Tuna
SumberdayaIkan
Cakalang
3 ukuram Mesh
size4inchi
4.5 inchi
5.5 inchi
Layak/tidak layak sesuai
dengan panjang dan
keliling
Pemanfaatan SDI
Analisis Data
Analisis Selektivitas
Analisis Statistika
Uji Selektivitas
Selektif
Ukuran mesh size
optimum
Drift Gillnet
Ukuran
Mesh size
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut
Jaring insang hanyut adalah salah satu bentuk umum dari jenis jaring insang
dan merupakan metode penangkapan ikan tertua dan sederhana. Ikan tertangkap
dengan cara terjerat. Bagian atas jaring dilengkapi dengan pelampung dan bagian
bawahnya diikat dengan pemberat. Jaring ini dapat dioperasikan dengan ataupun
tanpa menggunakan armada alat tangkap (Northridge, S.P.FAO. 1991). Menurut
Martasuganda (2008), dikatakan bahwa jaring insang hanyut adalah jaring insang
yang cara pengoperasiaannya dibiarkan hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan
di permukaan perairan, kolom perairan atau dihanyutkan didasar perairan. Jaring
insang yang dihanyutkan diperairan disebut dengan jaring hanyut permukaan
(surface drift gillnet), yang dihanyutkan di kolom perairan disebut dengan jaring
insang hanyut kolom perairan (midwater/submerged drift gillnet), yang
dihanyutkan di dasar perairan disebut dengan jaring insang dasar perairan (bottom
drift gillnet)
2.1.1 Konstruksi jaring insang hanyut
Bagian-bagian jaring insang hanyut adalah pelampung tanda (bouy), tali
pelampung tanda, pelampung (float), tali selambar, tali ris atas, badan jaring,
pemberat, tali ris bawah, jangkar dan tali jangkar. Pelampung tanda terbuat dari
bahan poly vinil clorida (PVC) dan berfungsi sebagai penanda letak alat tangkap.
Pelampung (float) biasanya terbuat dari karet sandal jepit dan berfungsi menjaga
agar alat tetap mengapung. Tali pelampung tanda, tali ris atas, tali ris bawah, tali
jangkar dan tali selambar terbuat dari bahan poly ethilene (PE). Badan jaring
terbuat dari bahan poly amide (PA) dan berfungsi sebagai penjerat mangsa.
Pemberat terbuat dari timah dan berfungsi agar alat tetap terbentang. jangkar
terbuat dari logam atau timah. Konstruksi jaring insang hanyut dapat dilihat pada
gambar di bawah ini (Gambar 2)
F
G
2
m
j
l
b
a
m
a
Float line
Gambar 2
2.1.2 Jaring
Di T
multifilamen
sepanjang 1
jaring sepan
lebar jaringn
bahan Styrof
adalah antar
mempunyai
Param
adalah ukura
Lead lin
Konstruksi
insang hany
eluk Palabu
nt poliamida
2.5-15 cm,
njang 15-20
nya adalah
ofoam, yang
ra 2-6 mete
berat 1.5 kg
meter utama
an mata jari
ne
Nilon mult Malat penangk
yut di palabu
uhanratu jar
a (PA) 210
sedangkan p
m, namun
sepanjang 1
g berjumlah
er, Pemberat
g, dan berjum
yang menja
ing. Ukuran
Pemberat tifilament d Mesh Size 4 in30
kapan ikan j
uhanratu
ring insang
0 D21 yan
panjangnya
umumnya y
15.5 m. Pela
40 buah se
t jaring insa
mlah sebanya
adi penentu
alat tangkap
d 210/21 nchi – 5.5 inc0 m/pcs
aring insang
hanyut
ter
g mempuny
1 piece 60 m
yang dipakai
ampung jarin
edangkan ja
ang terbuat
ak 40 buah.
keberhasila
p atau propo
chig hanyut
rbuat dariba
yai lebar m
m (40 depa)
i di PPN Pa
ng insang te
arak antara p
dari bahan
(Sudrajat, 20
an pengguna
orsional kon
Pela
4
ahan nylon
mata jaring
, dan lebar
alabuanratu
erbuat dari
pelampung
batu yang
007)
aan alat ini
struksi alat
ampung
tangkap juga memperngaruhi. Keberhasilan penggunaan alat juga dipengaruhi
ketepatan penggunaan bahan dan alat tangkap.
Hal- hal yang harus diperhatikan
pada jaring insang hanyut terutama terhadap materialnya agar ikan mudah
tertangkap atau terbelit pada jaring adalah; kekuatan dari twine yang digunakan
hendaknya lembut atau tidak kaku, ketegangan rentangan tubuh jaring harus
disesuaikan dengan fleksibilitas,artinya apabila jaring terlalu tegang akan
mengurangi jumlah ikan yang tertangkap, shortening atau shrinkage adalah beda
panjang tubuh jaring dalam keadaan terenggang sempurna dengan panjang jaring
telah dilekatkan pada float line. Hal ini supaya ikan mudah terjerat pada mata
jaring dan tidak mudah lepas, maka pada jaring memerlukan pengerutan
(shortening) yang cukup, tinggi jaring merupakan jarak antara float line pada saat
jaring tersebut dipasang di perairan, mesh size dan besar ikan yang dapat terjerat
harus sesuai dengan jenis ikan yang akan ditangkap, warna jaring dalam air
dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman perairan, dan transparansi, sinar
matahari, sinar bulan, serta warna yang akan mempunyai perbedaan derajat
penglihatan ikan-ikan.(Sudrajat, J. 2007)
Beberapa tahun terakhir nilon monofilament banyak digunakan, sebab
bahan ini sulit terlihat saat dioperasikan dan lebih efisien dalam menangkap ikan .
Benang multifilament juga banyak digunakan dalam perikanan gillnet, keuntungan
dari bahan ini tidak kaku disbanding dengan monofilament, sehingga sekali ikan
terjerat akan sulit untuk meloloskan diri, warna benang dapat disesuaikan dengan
lingkungan dan dalam mengatasi visibilitas lebih banyak digunakan didasar
perairan.
(Northridge, S.P.FAO, 1991). Di Palabuhanratu jaring insang hanyut
merupakan salah satu alat tangkap dominan kedua setelah pancingbiasanya
digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar maupun ikan demersal dengan
menggunakan mesin diesel dalam (inboard motor) dan termasuk ke dalam drift
gillnet tuna (jaring insang hanyut tuna) yang memang dikhususkan untuk
menangkap ikan-ikan pelagis besar seperti tuna madidihang, cakalang dan tongkol
yang memang banyak di perairan Palabuhanratu. Alat tangkap gillnet mempunyai
selektivitas yang tinggi hal ini bisa dilihat dari ukuran mata jaring yang digunakan
oleh nelayan di Palabuhanratu yaitu 10-15cm juga dari komposisi hasil
tangkapannya yang rata-rata didominasi oleh ikan-ikan yang berukuran relatif
besar, hal ini sependapat dengan Simbolon (2004), sedangkan ditinjau dari alat
tangkap yang berwawasan lingkungan drift gillnet termasuk alat tangkap yang
berwawasan lingkungan. (Sudrajat. J, 2007)
2.1.3 Kapal jaring insang hanyut di Palabuhanratu
Jaring insang hanyut dioperasikan dengan menggunakan satu perahu.
Ukuran perahu relatif lebih kecil dibandingkan dengan kapal purse seine dan
kapal trawl. Karakteristik kapal gillnet adalah memiliki dek yang lebih luas
sebagai tempat operasional alat tangkap. Bagian haluan lebih terbuka sedangkan
bagian buritan umumnya adalah tempat nahkoda dan kamar mesin. (Diniah,
2008). Kapal yang biasa digunakan di Palabuhanratu yaitu kapal dengan bobot
mati 10 grose ton (GT) dengan ukuran panjang 8-10 meter, lebar 2.05-2.5 meter
dan dalamnya antara 1.0-1.5 meter. Kapal ini dilengkapi dengan palka yang berisi
es tempat menyimpan ikan hasil tangkapan yang dilapisi dengan fiber glass yang
mempunyai kapasitas 2-3 m
3yang berfungsi untuk menjaga kesegaran ikan.
Drift gillnetdioperasikan pada malam hari, ditabur pada sore hari sekitar
pukul 17.00-18.00 dan diangkat pada pagi hari keesokan harinya. Jaring
diturunkan ke air, tinting demi tinting dimulai dari tinting pertama yang ujungnya
berpelampung tanda sampai tinting terakhir yang diikatkan pada kapal. Kapal dan
jaring di biarkan menghanyut sepanjang malam tergantung arah dan kecepatan
arus.
Hauling dilakukan dari sebelah kiri perahu atau kapal, dimana 1 ABK
menarik jaring pada tali ris atas, 2 orang menarik jaring pada bagian bawah
sekaligus memisahkan hasil tangkapan, dan 1 orang bertugas dalam mengurus
pelampung. Setelah jaring diangkat, ikan-ikan yang terjerat kemudian diambil.
Jaring insang hanyut dapat dioperasikan di dasar perairan, kolom perairan dan
dipermukaan perairan. Alat tangkap jaring insang hanyut di Palabuhanratu terlihat
pada gambar dibawah ini (Gambar 3)
Sumber : PPN Palabuhanratu (2010)
Gambar 3 Alat tangkap jaring insang hanyut (drift gillnet)
Sumber : PPN Palabuhanratu (2010)
Gambar 4 Kapal motor gillnet
Menurut (Ayodhyoa,1979) umumnya jaring insang hanyut direntangkan
pada perairan lepas pantai dan dibiarkan hanyut bersama arus. Bila dioperasikan
pada malam hari biasanya dilengkapi dengan pelampung yang bercahaya light
bouy, dipasang pada kedua ujungnya guna mengetahui kedudukan jaring. Jenis ini
pada umumnya digunakan untuk menangkap ikan pelagis.Drift gillnet dipasang
diperairan dengan tujuan untuk menghadang arah renang ruaya dari ikan. Dengan
penghadangan ini, ikan tersebut akan menabrak jaring, dengan demikian ikan
tersebut akan terjerat (gilled) pada mesh size atau terbelit (entangled) pada tubuh
jaring. Drift gillnet dapat digunakan untuk mengejar gerombolan ikan, dengan
demikian merupakan alat yang penting untuk perikanan laut bebas. Karena posisi
tidak ditentukan oleh jangkar maka pengaruh dari kecepatan arus terhadap
kekuatan tubuh jaring dapat diabaikan (Ayodhyoa, 1981). Panjang drift gillnet
umumnya 20 - 30 piece, lebar 5 – 6 meter dengan bahan atau materi dari bahan
alami hingga bahan sintesis buatan pabrik (Gunarso, 1996)
2.2Selektivitas
Selektivitas suatu alat tangkap adalah kemampuan suatu alat dalam
memilih jenis dan ukuran ikan tangkapan tertentu. Pengoperasian suatu alat
tangkap dengan tingkat selektivitas yang tinggi akan menyebabkan upaya
penangkapan lebih efisien dan kelangsungan sumberdaya ikan pada suatu perairan
akan tetap lestari. (Puspito, 2008). Menurut Martasuganda (2010), Penelitian
tentang selektivitas alat tangkap jaring insang hanyut satu lembar (gillnet) sampai
tahun 1960 an, dimulai oleh Hudson (1927), dilanjutkan oleh beberapa peneliti
diantaranya : Holt (1957), Olsen ( 1959), McCombie and Fry (1960), Ishida
(1962), Regier dan Robson (1966) dan Kitahara (1968). Dekade berikutnya,
penelitian selektivitas jaring insang satu lembar (gillnet) dilanjutkan kembali oleh
beberapa peneliti diantaranya oleh Kitahara (1971) yang merupakan modifikasi
dari metode Ishida (1962), Kawawura (1972), J.M Hamley (1975), Sparre et al.
(1989) yang merupakan modifikasi dari metode Holt (1957), dan Matsuoka et al.
(1995) yang merupakan koreksi terhadap metode Kawawura (1972). Beberapa
contoh penelitian tentang selektivitas jaring insang hanyut yang telah dilakukan
adalah selektivitas jaring insang hanyut cakalang (Walus, 2001; dan Manoppo,
1999 ), selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan selar (sunarja, 1990),
selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan tongkol (Suharyanto, 1998) dan
tentang pengaruhhanging ratio terhadap selektivitas (Rengi, 2002).
Masing-masing menggunakan salah satu perhitungan dari Matsuoka (1995) maupun
Sparre and Venema (1998).
Selektivitas alat tangkap tersusun oleh dua karakter, yaitu selektivitas
ukuran (size selectivity) dan selektivitas spesies (spesies selectivity). Selektivitas
ukuran merupakan karakter dari suatu alat tangkap untuk menangkap ikan
berukuran tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi ikan hasil
tangkapan yang berbeda, sedangkan selektivitas spesies adalah karakter dari alat
tangkap untuk menangkap ikan dari spesies tertentu dengan kemungkinan yang
tidak tetap pada populasi spesies hasil tangkapan yang bervariasi. (Matsuoka.
1997). Menurut Martasuganda(2008), lebih dijelaskan lagi bahwa yang dimaksud
alat tangkap yang selektif adalah alat tangkap yang mampu menangkap ikan yang
sudah layak tangkap baik dari segi umur maupun ukuran, dan dapat meloloskan
(tidak bisa menangkap) ikan yang tidak layak tangkap, ikan yang dilindungi, dan
ikan yang tidak diinginkan tanpa melukai dan membunuhnya, selanjutnya
selektivitas dibagi dalam dua kategori yaitu selektif positif dan negatif.
1) Selektif positif terhadap ukuran dan spesies
Yaitu tangkap yang hanya menangkap ukuran dan spesies ikan tertentu dari satu
atau lebih atau beberapa populasi ikan yang layak tangkap.Selektivitas ini
dibagi lagi menjadi dua yaitu.
(1)Selektif positif terhadap ukuran, negatif terhadap spesies
Yaitu alat tangkap yang hanya menangkap ukuran ikan tertentu dari
beberapa spesies ikan yang layak tangkap
(2) Selektif positif terhadap spesies dan ukuran
Yaitu alat tangkap yang hanya menangkap spesies ikan tertentu dengan
ukuran tertentu dari beberapa populasi ikan yang layak tangkap.
2) Selektif negatif terhadap ukuran dan spesies
Yaitu alat tangkap yang hanya menangkap ukuran ikan tertentu dari satu
populasi ikan yang masih belum layak tangkap.
2.2.1 Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap selektivitas jaringinsang hanyut
Pengukuran selektivitas suatu alat tangkap khususnya jaring insang didasarkan
atas ikan yang tertangkap pada mata jaring. Beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap selektivitas diantaranya adalah
1)Mesh size
Mesh size merupakan salah satu parameter penting dalam mempengaruhi
selektivitas, bagi ikan yang tertangkap secara gilled ukuran ikan yang
tertangkap sangat ditentukan oleh ukuran mata jaring
2)Hanging ratio
Hanging ratio adalah ketegangan rentang tubuh jaring antara arah horizontal
(arah panjang jaring) maupun arah verikal. Hanging ratio secara langsung
berkaitan dengan banyak sedikitnya hasil tangkapan yang diperoleh. Jaring
yang sangat tegang akan sangat sukar untuk menjerat ikan, bahkan yang sudah
terjeratpun bisa lepas lagi.
3) Ketebalan benang
Twine yang digunakan untuk gillnethendaknya lembut, tidak kaku, bahan twine
terbuat dari cotton, henep, linen dan lain-lain. Untuk memperoleh twine yang
lembut dapat diperoleh dari memperkecil diameter twine atau mengurangi
jumlah pilinan per satuan panjang
Menurut Ayodhyoa (1981), ikan akan tertangkap oleh jaring tergantung pada
kekakuan benang, ketegangan rentangan, nilai rasio penggantungan dan ukuran
mata jaring. Treschev (1974) diacu dalam Fridman (1988) menambahkan bahwa
faktor lain yang berperan adalah metode pengoperasian dan parameter desain alat
tangkap, misalnya ukuran mata jaring, jenis benang, ukuran benang, dan rasio
penggantungan jaring. Selain itu, faktor lain yang juga sangat berpengaruh adalah
gaya eksternal dan internal yang bekerja pada jaring, kondisi perairan saat alat
dioperasikan dan faktor ikannya sendiri, seperti tingkah laku renang.
2.2.2 Cara ikan tertangkap oleh jaring insang
Ukuran mesh size disesuaikan dengan ikan target yang akan ditangkap,
menurut Sparre dan Venema (1998) telah membedakan ikan yang tertangkap oleh
gillnet kedalam 4 cara tertangkap, yaitu terhadang (snagged), terjerat pada
tutupinsang (gilled), terjerat bagian badan (wedged) dan terpuntal (entangled).
Proses tertangkapnya ikan dengan jaring insang ada beberapa cara antara lain,
terjerat di sekitar tutup insang, terjepit oleh mata jaring dan terpuntal. Dengan
demikian, secara umum tertangkapnya ikan pada jaring insang dipengaruhi oleh
ukuran mata jaring
Bentuk badan ikan dapat mempengaruhi cara tertangkapnya ikan. Bentuk
umum badan ikan yang terjerat (gilled dan wedged) adalah gilik (fusiform)
sedangkan badan ikan berbentuk gepeng (compresed dan depressed) pada
umumnya tertangkap secara terpuntal. Proses tertangkapnya ikan diawali dari
adanya sediaan stok ikan disuatu perairan. Sediaan ikan tersebut memasuki
sejumlah jaring dengan ukuran mata jaring tertentu sehingga terjadi dua kejadian,
yaitu ada ikan yang lolos dan yang tertangkap. Ikan yang lolos memasuki
kembali daerah stok ikan dan ikan yang tertangkap merupakan upaya yang
diperoleh dengan sejumlah jaring yang digunakan. Proses ini disebut selektivitas
(Hamley, 1975)Penciutan dan bentuk badan ikan berpengaruh terhadap proses
tertangkapnya ikan, nilai penciutan yang semakin besar berkecenderungan untuk
memuntal. Elastisitas benang jaring yang tinggi memberi peluang terhadap
ukuran ikan yang lebih besar untuk tertangkap. Visibilitas dan tingkah laku
berhubungan dengan kemampuan ikan untuk menghindari jaring. Visibilitas
tergantung pada beberapa faktor antara lain ukuran mesh size, benang jaring dan
reaksi ikan terhadap jaring sesuai dengan perkembangannya (Pope.1996; Hamley.
1975; Von Brant 1975; Clark dan King 1986)Bentuk mata jaring dipengaruhi oleh
penciutan dan besar mata jaring dapat diperkirakan dari keliling maksimum badan
ikan yang menjadi tujuan penangkapan dan koefisien keliling badan ikan
(Fridman. 1988). Perbesaran ukuran mesh size menurunkan jumlah ikan yang
tertangkap dan memberikan jaminan rekruitmen, probabilitas ikan yang
tertangkap berukuran relatif lebih besar. Hamley (1975) menyatakan bahwa
keliling badan ikan sebanding terhadap suatu konstanta dan keliling mata jaring.
Konstanta tersebut dikenal sebagai rasio keliling (girth-mesh perimeter ratio).
Setiap alat tangkap memiliki selektivitas yang berbeda. Contoh pada Trawl,
ikan kecil yang tertangkap tidak sebanyak dengan jumlah yang besar sebaliknya
pada gillnet ikan dengan ukuran keliling badan maksimum lebih kecil atau lebih
besar dari ukuran mata jaring kemungkinan tidak akan tertangkap. Alat tangkap
yang tidak selektif, menangkap berbagai jenis ikan dalam jumlah yang besar,
sangat besar pengaruhnya terhadap keseimbangan ekosistem (King, 1995).
Menurut FAO (1983) dikatakan bahwa penangkapan ikan yang selektif
meliputi :
1)Umur dan ukuran ikan yang tertangkap
Perubahan penangkapan yang dilakukan dengan menangkap ikan yang
umumnya sudah tua, memungkinkan untuk memperbaiki hasil
tangkapan dengan tingkat upaya tangkap yang telah ditentukan,
sehingga hasil tangkapan sebanding dengan bobot ikan yang
menguntungkan secara ekonomis;
2) Selektivitas spesies
Perikanan yang melibatkan banyak spesies menimbulkan banyak
masalah optimalisasi distribusi bagi upaya tangkap dengan berbagai
macam spesies dapat mengubah stok. Cara yang ditempuh dengan
penerapan alat tangkap yang berbeda bagi beberapa jenis spesies dan
ukuran tertentu akan membantu pengembangan perikanan.
2.2.3 Metode penentuan kurva selektivitas
Menurut Sparre dan Venema (1998) tidak semua selang panjang (selang
umur)dari ikan atau kerang-kerangan berada dalam keadaan dieksploitasi secara
penuh, sebagian besar alat tangkap misalnya jaring trawl bersifat selektif terhadap
ikan-ikan berukuran besar, sementara beberapa alat (jaring insang) selektif bagi
suatu kisaran panjang saja dengan demikian tidak menangkap ikan-ikan yang
sangat kecil dan juga yang sangat besar. Sifat-sifat dari alat penangkapan ini
dinamakan selektivitas alat.
Menurut Losanes et al, (1990) selektivitas adalah pernyataan kuantitatif dari
seleksi ukuran. Seleksi ukuran berkenaan dengan terhindarnya ikan tertangkap
jaring atau proses yang menyebabkan peluang tertangkapnya menjadi bervariasi,
sesuai dengan karakteristik ikan seperti bentuk badan ikan, bagian yang terjerat
dan ukuran mata jaring. Sedangkan selektivitas alat tangkap adalah kemampuan
alat tangkap untuk menangkap ikan terhadap spesies dan ukuran tertentu dari
suatu populasi.
Menurut Fridman (1988) seleksi ukuran terjadi jika keliling badan ikan
bagian operculum lebih kecil dari keliling mata jaring dan keliling maksimum
badan ikan lebih besar dari keliling mata jaring. Sebaliknya jika bagian
operculum sangat besar atau keliling maksimum badan ikan sangat kecil
dibandingkan dengan keliling mata jaring ikan kemungkinan tidak tertangkap.
Seleksi tersebut dipengaruhi oleh kemuluran benang jaring dan bentuk badan
ikan, sehingga ikan yang tertangkap relatif lebih besar dari yang diperkirakan.
Metode pendekatan awal untuk mengestimasi selektivitas yaitu melalui
penandaan ikan dengan pembandingan hasil tangkapan untuk gillnet dengan
ukuran mesh size yang diteliti (Olsen, 1959), metode lain untuk mengestimasi
selektivitas adalah pembandingan langsung satu demi satu alat tangkap yang
berbeda pada satu area tertentu, dengan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan sampel yang paling representatif sebagai standar untuk
pembandingan semua jenis alat tangkap.
Penelitian selekivitas jaring insang pada umumnya berdasarkan rumusan
Baranov yang menyatakan bahwa ikan yang tertangkap dan terjerat di sekitar
tutup insang. Selanjutnya Sparre and Venema (1998) memodelkan probabilitas
tertangkapnya ikan tergantung panjang optimum ikan tertangkap pada ukuran
mata jaring tertentu, sedangkan ilmuwan Jepang menggunakan pengukuran
keliling badan ikan, kemudian juga dipertimbangkan kelenturan badan ikan dan
kemuluran mata jaring sehubungan dengan penentuan kurva selektivitas. Salah
satu metode yang kemudian dikembangkan oleh Matsuoka adalah metode
Kawamura dengan model probabilitas variasi keliling badan ikan (Matsuoka,
1995).
Kurva selektivitas jaring insang dapat dianalisis dari hasil tangkapan yang
diperoleh jaring insang dari dua atau lebih ukuran mata jaring (Mc Combie dan
Fry, 1960; Ishida,1962). Beberapa peneliti melaporkan bahwa terdapat korelasi
nyata antara ukuran mata jaring insang terhadap keliling badan ikan yang
tertangkap. Sehingga Konda (1966) menyatakan kisaran ukuran ikan yang
tertangkap oleh suatu ukuran mata jaring tertentu dapat diprediksi berdasarkan
pada hubungan antara panjang dan keliling badan ikan. Kawawura (1972)
berasumsi bahwa keliling badan ikan (body girth) pada setiap panjang ikan
menyebar normal dengan standar deviasi umum. Ikan akan lolos melewati mata
jaring karena keliling maksimum badan ikan (maximum girth) lebih kecil dari
keliling mata jaring (mesh perimeter). Namun mesh perimeter perlu dikalibrasi
karena ukuran efektif mata jaring ditentukan oleh adanya deformasi badan ikan
dan kemuluran benang jaring ketika ikan terjerat (Matsuoka, 1995). Kurva
selektivitas memberikan gambaran kisaran selektivitas a % dibandingkan efisiensi
tertinggi sehingga didapat panjang selektif a % dengan notasi L
a(a %-seletif
length) misalnya L
25atau L
50dan berkaitan dengan masing-masing ukuran mata
jaring (Matsuoka, 1995). Penentuan panjang selektif sehubungan dengan isu
pengaturan ukuran mata jaring menurut Murdiyanto (1997) antara L
25sampai L
50.
Penggambaran kurva selektivitas tersebut dilakukan dengan memperhitungkan
keliling badan ikan bagian depan (anterior girth atau GO), keliling maksimum
badan ikan (maximum body girth atau GM), panjang cagak ikan (fork length atau
FL), keliling bekas lilitan jaring pada ikan (net-mark girth atau GN) serta keliling
mata jaring (mesh perimeter atau MP).
2.3 Kurva Selektivitas
Kurva selektivitas merupakan nilai perbandingan antara jumlah ikan yang
tertangkap (Cij) dengan jumlah ikan yang ada pada populasi tersebut
(Nj).Sij=Cij/Nj . Nilai selektivitas (Sij) merupakan nilai absolute selektivitas
(Fujimori et al, 1999). Menurut Hamley (1975) bentuk kurva selektivitas
tergantung pada beberapa karakteristik dari jaring dan ikan. Faktor yang paling
penting dalam selektivitas adalah ukuran mata jaring, konstruksi jaring, bentuk
dan tingkah laku dari spesies ikan dan bagaimana cara ikan tertangkap oleh jaring.
Kurva selektivitas jaring insang pada umumnya digambarkan berbentuk bel
atau kurva normal dengan modus sesuai dengan panjang optimum hasil
tangkapan. Sumbu datar (X) merupakan besar seleksi dan sumbu tegak (Y)
menggambarkan efisiensi mata jaring menangkap ikan pada panjang optimum
(Hamley,1975). Lembah sebelah kiri menggambarkan ikan lebih kecil yang
tertangkap karena terjerat atau terjepit pada bagian badan dan lembah sebelah
kanan menggambarkan ikan besar yang tertangkap karena terhadang mata jaring
pada bagian kepala. Bentuk lembah sebelah kanan tersebut sebanding dengan
ikan yang tertangkap karena terpuntal. Jika konsentrasi ikan tertangkap terdapat
pada beberapa posisi badan ikan, kurva selektivitas berpeluang mempunyai modus
lebih dari satu
Ukuran ikan dapat dinyatakan dengan panjang, keliling badan ikan atau
rasio keliling maksimum badan ikan terhadap keliling mata jaring (Hamley dan
Regier, 1973). Keliling badan ikan dapat bervariasi pada ikan dengan panjang
yang sama karena tingkat kematangan, jenis kelamin dan jumlah makanan dalam
perutnya (Hamley, 1975). Sehingga tidak hanya panjang atau keliling badan ikan
sebagai ukuran ikan yang akan mempengaruhi selektivitas. Panjang lebih umum
digunakan karena mudah diperoleh namun dalam perkembangannya perlu
mengukur keliling badan ikan ( Hunter dan Wheeler, 1972). Keliling badan ikan
merupakan fungsi linear dari panjangnya (Hamley, 1975). Keliling badan ikan
mempunyai variasi pada panjang tertentu. Hal ini dijadikan asumsi bahwa
keliling badan ikan berkorelasi positif terhadap panjangnya dan variasi keliling
badan ikan diperhitungkan dengan distribusi normal. Dengan demikian terdapat
regresi antara keliling badan ikan dengan panjangnya, demikian pula antara
standar deviasi keliling badan ikan dengan panjangnya. Probabilitas panjang ikan
dinyatakan sebagai distribusi normal jika keliling badan ikan lebih kecil dari
keliling mata jaring atau keliling badan ikan maksimum lebih besar dari keliling
mata jaring. Selanjutnya Matsuoka (1995) merumuskan selektivitas jaring insang
dengan model probabilitas berdasarkan variasi keliling badan ikan
sebagaidistribusi normal dengan parameter variabel tergantung pada keliling mata
jaring terkoreksi (MP’), koefisien regresi (a dan b) antara girth-forklength dan
standar deviasi keliling badan ikan (U).
Bentuk kurva selektivitas alat tangkap gillnet seperti lonceng/bel yang naik
dari kiri kemudian terdapat kemiringan menurun di sebelah kanan. Hal ini
disebabkan ikan yang berukuran kecil tidak akan tertangkap, karena dapat lolos
dari jaring sehingga probabilitasnya nol, ikan dengan ukuran semakin tinggi akan
memiliki probabilitas semakin tinggi sampai ukuran tertentu, kemudian pada titik
tertentu ukuran ikan probabilitas kembali turun hal ini disebabkan ikan yang
terlalu besar hanya menabrak tetapi tidak tertangkap gillnet karena ukuran
kepalanya yang lebih besar dari ukuran jaring. Bentuk kurva selektivitas hanya
berlaku untuk alat tangkap dengan ukuran tertentu dan jenis ikan tertentu, jika
salah satu dari kedua hal tersebut berubah maka kurva juga akan bergeser.
2.4 Klasifikasi, Morfologi dan Biologi Ikan Cakalang (Katsuwanus pelamis)
Sumber: PPN Palabuhanratu
Gambar 5 Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis )
Adapun klasifikasi cakalang menurut Matsumoto, et al (1984) adalah
sebagai berikut: Phylum : Vertebrata
Class : Telestoi
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae, species
Katsuwonus pelamis. Collete (1983) menjelaskan ciri-ciri morfologi cakalang
yaitu tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang
(gillrakes) berjumlah 53- 63 pada helai pertama. Mempunyai dua sirip punggung
yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras,
jari-jari lemah pada sirip punggung kedua diikuti oleh 7-9 finlet. terdapat dua
flops diantara sirip perut. Sirip anal diikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik
kecuali pada perut badan (corselets) dan lateral line terdapat titik- titik kecil.
Bagian punggung berwarna biru kehitaman (gelap) disisi bawah dan perut
keperakan, dengan 4-6 buah garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada
bagian samping badan. Umumnya ikan cakalang memiliki panjang antara 30 – 80
cm dengan berat sekitar 0.5 – 11. 5 kg. Ukuran fork length ikan cakalang
maksimum dapat mencapai ukuran 108 cm dan berat 32.5 – 34.5 kg, sedangkan
ukuran yang umum tertangkap adalah 40 – 80 cm. Penelitian yang dilakukan oleh
Woutuyzen et al, vide Tahumury (1999), ikan cakalang matang gonad pada fork
length sekitar 42 – 44 cm. Menurut Matsumoto et al (1984) bahwa nilai
fekunditas yang pernah dilaporkan di Samudera Hindia berkisar dari 87.000 –
1.977.000 telur untuk ikan yang panjangnya 41,3-70,3 cm. Plot jumlah telur
untuk kelompok ukuran ikan yang dibuat oleh Joseph (1963) dan Raju (1964)
menunjukkan adanya keragaman fekunditas di antara ikan – ikan untuk ukuran
ikan yang sama dan membuat garis regresi untuk menunjukkan hubungan antara
fekunditas dengan panjang ikan.
Perkembangan gonad dan tahapannya berguna untuk mengetahui waktu
pemijahan atau selesai memijah. Pengamatan tersebut dapat dilakukan dengan
cara histology dan morfologi (Effendie, 1997). Pengamatan morfologi lebih
informatif jika ditambahkan dengan perkembangan telur dan berat gonad.
Pengamatan aspek biologi merupakan salah satu tujuan untuk memahami
sumberdaya perikanan serta memanfaatkan secara optimal. Beberapa aspek yang
membantu dalam pengelolaan berhubungan dengan perubahan lingkungan antara
lain karena penangkapan, pertumbuhan dan pemangsaan.
3METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September – 11 Desember 2010 ini
bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian
meliputi eksperimen langsung dengan melakukan pengukuran langsung sampling
ikan cakalang yang didaratkan di TPI Palabuhanratu. Lokasi Penelitian terlampir
pada Lampiran 1
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
1) Sampel ikan cakalang yang diambil dari beberapa unit kapal jaring insang
hanyut dan dikelompokkan berdasarkan ukuran mata jaring yang masih
beroperasi sampai saat ini. Mesh size yang ada adalah 4 inchi, 5 inchi dan
5.5inchi dengan hang in ratio antara 50% - 70 % dan shortening berkisar
antara 30 %- 50%. Mistar dengan ukuran 60 cm dan 100 cm yang akan
digunakan untuk mengukur panjang cagak – fork length ikan cakalang;
2) )Benang nilon monofilament untuk mengukur keliling badan ikan cakalang
pada bagian depan tutup insang – preopercullum, keliling badan ikan
belakang tutup insang – opercullum, kelilingi maksimum badan ikan –
max body girth dan keliling bekas lilitan jaring pada ikan – net mark;
3) Timbangan yang mempunyai kapasitas maksimum 25000/g , yang akan
digunakan untuk mengukur berat ikan hasil tangkapan dengan ketelitian
50 gram ;
4) Gunting;
5) Kamera digital;
6) Alat-alat tulis
3.2.1 Spesifikasi alat tangkap
Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu:
1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar
Tali iris atas pemasangannya disatukan dengan tali pelampung, terbuat
dari bahan polyethylene/PE (plastik) diameter 10 mm. Tali selambar juga
terbuat dari bahan yang sama dengan panjang 37.5 m dan diameter 15 mm.
Drift gillnet tersebut tidak menggunakan tali ris bawah.
2) Pelampung – float, pelampung pengaman - bouy dan lampu – light bouy
Pelampung – float terbuat dari polyvynylchlorid/PVC berbentuk oval
dengan panjang 17 cm, diameter 5 cm, jumlah 12 buah / piece dengan
jarak 4,4 m. Pelampung pengaman – bouy terbuat dari plastik berbentuk
bola dengan daya apung – buoyancy 14,5 kg, diameter 30 cm, jumlah 15
buah, dipasang diantara persambungan antara dua tali ris atas dengan
panjang tali pelampung 1.5 m. Lampu – light bouy berfungsi untuk
mengetahui kedudukan jaring ketika dioperasikan. Lampu – light bouy
dilengkapi dengan pelampung pengaman yang terbuat dari gabus dan
pemberat dari batu yang dipasang pada sebuah tiang bambu, tinggi 7 m
agar posisinya terapung tegak di permukaan air.
2) Badan Jaring
Badan jaring terbuat dari polyamid/PA (nilon multifilament) d 210/21
dengan panjang terentang 30 piece atau 1575 m (632 mata jaring/piece),
jaring berwarna hijau dengan simpul yang membentuk mata jaring adalah
tipe “englis knot”.
3) Pemberat – singker
Pemberat yang digunakan adalah batu alam sebanyak 40 buah, dengan
berat 1.5 kg
3.2.2 Kapal dan nelayan jaring insang
Kapal yang digunakan adalah kapal kayu yang berbentuk dasar rata (flat
bottom), kapal yang biasa digunakan di Palabuhanratu yaitu kapal dengan bobot
mati 10 grose ton (GT) dengan ukuran panjang 8-10 meter, lebar 2.05-2.5 meter
dan dalamnya antara 1.0-1.5 meter. Kapal ini dilengkapi dengan palka yang berisi
es tempat menyimpan ikan hasil tangkapan yang dilapisi dengan fiber glass yang
mempunyai kapasitas 2-3 m
3yang berfungsi untuk menjaga kesegaran
ikan.Gillnet dioperasikan pada malam hari, ditabur pada sore hari sekitar pukul
17.00-18.00 dan diangkat pada pagi hari keesokan harinya. Jaring diturunkan ke
air, tinting demi tinting dimulai dari tinting pertama yang ujungnya berpelampung
tanda sampai tinting terakhir yang diikatkan pada kapal. Kapal dan jaring di
biarkan menghanyut sepanjang malam tergantung arah dan kecepatan arus.
Jumlah nelayan dalam satu kapal yaitu 5 – 7 orang. Masing – masing
nelayan bertugas, 1 orang sebagai juru mudi, 4 orang ABK, 1 orang sebagai juru
batu (menunggu kapal datang) dan 1 orang lagi sebagai karyawan perbekalan
(mempersiapkan akomodasi untuk melaut lagi)
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah non exsperimental
fishing, yaitu dengan melakukan pengukuran terhadap hasil tangkapan ikan yang
didaratkan di TPI Palabuhanratu. Ikan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ikan cakalang dengan panjang sekitar 42 cm sampai 56 cm dan berat
sekitar 1.7 kg hingga 3.2 kg. Pengukuran dilakukan sebanyak 16 kali saat ikan
cakalang didaratkan di TPI. Ikan cakalang dikelompokkan berdasarkan ukuran
mesh size yaitu 4 inchi, 4.5 inchi dan 5.5 inchi.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan melalui pengukuran langsung terhadap sampel
ikan cakalang yang didaratkan di TPI. Urutan pengambilan data adalah sebagai
berikut
1. Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore (malam) hari, terhadap sampel ikan
yang didaratkan diTPI
2. Sampel ikan cakalang dikelompokkan berdasarkan ukuran mesh size yang
digunakan pada drift gillnetyaitu 4 inchi, 4.5 inchi dan 5.5 inchi
3. Penimbangan hasil tangkapan
4. Pengukuran ikan cakalang meliputi panjang cagak dan keliling ikan (girth
opercullum, maximum body girth dan netmark)
3.5 Analisis Data
3.5.1 Distribusi frekuensi panjang ikan cakalang
Data biometrik dari sampel ikan cakalang yaitu pengukuran panjang cagak.
Hasil pengukuran panjang ikan dikelompokkan dalam interval kelas panjang.
Untuk menentukan interval kelas di hitung dengan menggunakan rumus distribusi
frekuensi menurut Sudjana, (2002) yaitu
K = 1 + 3.3 log n ... (1)
I = R / K... (2)
dengan
K = jumlah kelas
n = banyaknya data
I = interval kelas
R = nilai terbesar – terkecil
3.5.2 Hubungan panjang dengan keliling badan ikan
Hubungan antara panjang dengan keliling ikan baik terhadap girth
operculum maupun maximum body girth di hitung dengan menggunakan analisis
regresi linear (Romimohtarto dan Juwana, 2001) dengan persamaan sebagai
berikut
Y = a + b x... (3)
dengan
Y = nilai dugaan girth maximum ikan (mm)
ab = konstanta
x = panjang cagak ikan (mm)
Penilaian perkembangan gonad memakai indeks gonad (GI)merupakan rasio
berat gonad (Wg) dengan panjang ikan dipangkatkan tiga (L
3) sebagai salah satu
pengukur aktivitas gonad (Efendie, 1997)...Penentuan indeks gonad dinyatakan
dengan rumus :
3.5.3 Analisis statistika
Untuk menguji kenormalan data pada panjang cagak ikan cakalang
dilakukan pengujian Kolmogorov–Snirov, dengan mengguankan program minitab
14
3.6Analisis Selektivitas Matsuoka
Kurva selektivitas Matsuoka merupakan kurva probabilitas distribusi normal
yang mempunyai nilai tengah = 0.0 dan standar deviasi =1.0. Prinsip dari metode
ini adalah menghitung probabilitas jika bagian anterior (tutup insang bagian
belakang) dapat masuk kedalam jaring dan jika bagian badan maksimum tertahan
oleh mata jaring. Pada umumnya alat tangkap pasif seperti jaring insang
mempunyai kurva normal dengan puncak sebagai efisiensi tertinggi dan menurun
pada kedua sisinya.
Probabilitas diperoleh dari integral fungsi distribusi normal N (0,1) dari
-∞
ke nilai tertentu variabel parameter (z). Kurva dihitung berdasarkan anterior girth
dalam penelitian ini dipakai operculum girth (GO), maximum girth (GM), length
dipakai fork length (FL), konstanta a
1dan b
1dari regresi GO-FL. Sehingga
probabilitas P jika girth lebih kecil atau lebih besar dari keliling mata jaring
(meshperimeter/Mp) yang dinyatakan dalam kurva kiri (P
2) dan kurva kanan (P
1)
selektivitas dapat dirumuskan sebagai berikut :
Mp’1P
1(L) = ∫ N (a
1+ b
1FL, U
1²
) d GO... (5)
-∞ Z1= ∫ N (0,1) dx
-∞dan, z
1= { Mp’
1– (a
1+ b
1FL) } / U
1∞