• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPSCALING PROSES ROASTING KOPI ARABIKA DI DESA GUCCI DAWUHAN KECAMATAN SIRAMPOG KABUPATEN BREBES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPSCALING PROSES ROASTING KOPI ARABIKA DI DESA GUCCI DAWUHAN KECAMATAN SIRAMPOG KABUPATEN BREBES"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UPSCALING PROSES ROASTING KOPI ARABIKA DI DESA GUCCI DAWUHAN

KECAMATAN SIRAMPOG KABUPATEN BREBES

Sutarmin1)*, Undri Rastuti2)

1)Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Peradaban, Bumiayu 2)Dosen Fakultas MIPA Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

*Email:sutarmin74@gmail.com

ABSTRACT

In the village of Gucci Dawuhan, a farmer group "Tani Subur" was established in 2010. Because they do not have sufficient roasting or roasting equipment, members of the farmer group sell almost all of their Arabian coffee harvest and culture in the form of green beans or often called rice coffee. The roaster that is owned is only 1 kg per roaster. This means that it is only sufficient for household needs. If roasting is done outside the area the cost is very expensive, namely IDR 50,000 to IDR 100,000 / kg. The difference in product price from green bean to the roasted bean is very large, that is if the green bean is only around IDR 65,000 if roasted the price becomes an average of IDR 250,000 - 350,000. Therefore, it is necessary to carry out an upscaling activity in an effort to increase the production capacity of roasted beans from household class to an industrial scale. The methods used in this activity are procurement, introduction, and grants of roasting machine equipment, training on the importance of in-process product quality control, product quality training (finish good roasting bean coffee). In this upscaling program, in addition to partners getting a coffee reoating machine with a capacity of 50 kg / batch, they also succeeded in upscaling the household processing capacity of 1 kg / batch to an industrial capacity of at least 25 kg / batch with good quality. Training on product-in-process control and business management has been carried out. The results of the training resulted in business actors being able to control the quality in the process and for business actors to start implementing business management and bookkeeping administration even though it was simple

Keywords: roasting, coffee; roasted bean; green bean; upscaling

ABSTRAK

Di Desa Gucci Dawuhan telah berdiri kelompok tani “Tani Subur” pada tahun 2010. Karena belum

mempunyai alat sangrai atau roasting yang memadai, anggota kelompok tani menjual hampir

semua hasil panen kopi arabikan dan budi dayanya dalam bentuk green bean atau sering disebut

kopi beras. Alat sangrai yang dimiliki hanya sebesar 1 kg per sekali sangrai. Ini artinya hanya cukup

untuk kebutuhan rumah tangga saja. Jika dilakukan roasting di luar daerah biayanya sangat mahal,

(2)

yaitu Rp. 50.000 hingga Rp 100.000/kg. Selisih harga produk dari green bean menjadi roasted bean

sangat besar, yaitu jika green bean hanya berkisar Rp 65.000 jika diroasting harganya menjadi

rata-rata Rp. 250.000 – 350.000. Oleh sebab itu, perlu dilakukan suatu kegiatan upscalling dalam upaya

peningkatan kapasitas produksi roasted bean dari kelas rumah tangga menjadi skala industri.

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pengadaan, introduksi dan hibah peralatan

mesin roasting, pelatihan tentang pentingnya pengendalian kualitas produk dalam proses (in

process control), pelatihan kualitas produk (finish good roasting bean coffee). Dalam program

upscalling ini, selain mitra mendapatkan hibah mesin reoating kopi kapasitas 50 kg/batch juga

berhasil melakukan upscaling kapasitas rumah tangga proses sebesar 1 kg/batch menjadi kapasitas

industri minimal 25 kg/batch dengan kualitas yang baik. Pelatihan mengenai pengendalian produk

dalam proses serta manajemen usaha telah dilaksanakan. Hasil pelatihan menghasilkan pelaku

usaha menjadi mampu mengendalikan kualitas dalam proses dan bagi pelaku usaha mulai

menerapkan manajemen usahan dan administrasi pembukuan meskipun sederhana.

Kata Kunci : roasting, kopi; roasted bean; green bean; upscaling

PENDAHULUAN

Kopi merupakan komoditi perkebunan yang sangat penting dalam menyokong perekonomian nasional. Total nilai ekspor komoditas perkebunan pada tahun 2015 mencapai US$ 23.933 milyar dengan kontribusi ekspor kopi US$ 1.197 milyar (Ditjenbun, 2017). Perkembangan agribisnis kopi juga terjadi di Kabupaten Brebes. Pada tahun tahun 2016 produksi 201,65 ton, produksi ini meningkat pesat dari tahun 2015 yang hanya mencapai 61,61 ton (Brebes Dalam Angka, 2016). Peningkatan berlanjut pada tahun 2017 menjadi 495.6 ton.

Di Dukuh Gucci, Desa Dawuhan pada tahun 2010 berdiri kelompok tani “Tani Subur”. Kelompok tani ini merupakan kelompok tani awal mulanya adalah para petani yang menanam kopi di lahan perhutani di wilayah desa Dawuhan Kecamatan Sirampog. Kelompok tani ini terdiri dari 13 orang, yang diketuai oleh Bapak Nasam. Kelompok tani “Tani Subur” ini awal mula mengajukan bantuan bibit kopi ke Perhutani sebagai selingan tanaman sayuran. Pada saat itu kelompok tani mendapatkan bantuan 7.000 bibit kopi jenis arabika. Meskipun gratis awal mulanya masyarakat kurang tertarik dan hanya 13 orang yang bersedia menanam dengan luasan tanam sekitar 2 ha. Penanaman sebagian besar adalah dilahan perhutani, karena saat itu adalah program perhutani untuk melakukan pencegahan erosi dan tanah longsor. Pada tahun 2013 mendapatkan bibit bantuan lagi sebesar 1000 bibit. Ketika belum panen para petani belum begitu serius menanam dan memelihara kopi sehingga pengetahuan budidaya mereka sangat rendah. Meskipun diberi bibit gratis, tidak banyak petani yang bersedia menanam.

(3)

Pada tahun 2014 kelompok tani “Tani Makmur” mulai melakukan panen perdana. Hasil panen dijual kepada pembeli luar daerah (Temanggung) dengan harga yang kurang menarik karena masih dalam bentuk biji kopi basah (cherry kopi) dengan harga dibawah Rp 4.000 atau kopi kering yang masih ada kulitnya. Pada tahun 2016, kelompok tani ini mendapatkan bantuan dari dinas perindustrian provinsi berupa alat pengupas kulit kopi dan kelompok tani berswadaya membangun bangunan gudang ruang proses pengupasan kopi baik dalam keadaan kering maupun basah. Akhirnya kelompok ini meningkat mampu menjual produk kopi sudah dalam bentuk kupasan (green bean). Dalam kondisi ini ada nilai tambah yang dinikmati petani, dari menjual coffee cherry seharga 5.000 rupiah menjadi green been dengan harga Rp 90.000.

Saat ini kelompok tani “Tani Subur” tidak hanya budidaya kopi, tetapi sudah masuk ke usaha pembelian dan pengolahan kopi hasil panen. Saat ini “Tani Subur” memiliki rumah produksi sederhana dengan 3 mesin pengupas kulit basah dan 1 mesin pengupas kulit kering. Karena belum memiliki alat roasting dan grinding yang layak, “Tani Subur” menjual hampir 90 % dalam bentuk kopi beras (green bean).

Kelompok tani ini juga ada kelompok pemuda yang memiliki kompetensi untuk proses green coffee menjadi Roasted coffee (kopi sangria ), namun kelompok tani ini tidak memiliki alat yang memadai. Alat yang ada hanya seperti alat ala kadarnnya untuk kebutuhan sendiri karena alat roasting hanya mampu mengolah ½ kg dalam waktu 2 jam. Jika ada yang pesan maka harus menunggu beberapa minggu untuk dipenuhi.

Sumber: Data Primer (2019)

Gambar 1. Alat sangrai manual kapasitas ½ kg/batch

Jika dilakukan roasting diluar (daerah lain, yaitu Tegal) biaya per kgnya sangat mahal, yaitu 50.000/kg. Harga proses ini lebih mahal dari bahan bakunya. Harga green bean yang semula berharga rata-rata Rp 65.000 jika sudah diroasting dan digrinding per 100 gram dijual dengan harga Rp. 25.000. artinya untuk 1 kg menjadi Rp. 250.000. Rendemen proses green bean ke ground coffee adalah 80 %. Jika hal ini dikonversi, maka harga Rp .000 green bean setara dengan Rp.200.000. terjadi kenaikan nilai tambah yang sangat besar, yaitu 207,1 %. Jika nilai tambah ini bisa dinikmati oleh kelompok tani, maka kelompok juga akan mampu menaikan beli kopi chery dari para petani setempat.

(4)

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang teridentifikasi adalah:

a) Permasalahan aspek produksi pengolahan kopi/ teknis, yaitu tidak memiliki peralatan roasting yang memadai. Kapasitas alat roasting coffee bean saat ini hanya skala rumah tangga (sangat rendah). Kelompok tani ini baru mampu membuat sekala kecil yang mampu melayani kurang dari ½ kg/batch dengan lama proses perbatch sekitar 2 jam.

b) Permasalahan aspek kualitas, yaitu pengendalian produk dalam proses (work ini process) dimana tidak ada pedoman prosedur yang baku, sehingga kualitas produk kopi yang dihasilkan masih heterogen,

c)

Permasalahan aspek manajemen, yaitu masih rendahnya pengetahuan mitra tentang administrasi dan manajemen usaha yang nampak dari tidak adanya pencatatan sama sekali bahan bahan baku, proses dan produk, sehingga kemampuan telusur proses tidak diketahui

,

Oleh sebab itu perlu dilakukan program pengabdian kepada kelompok tani “Tani Subur” dalam upaya

(a) Peningkatan kapasitas produksi (upscaling) atau kapasitas kelas rumah tangga roasted coffee menjadi skala industri.

(b) Selain upscaling, perlu dilakukan upaya pengendalian kualitas produk dalam proses dan

(c)

peningkatan pengetahuan dan ketramilan dalam administrasin dan manajemen usaha di bidang pengolahan kopi.

METODE

Metode pelaksanaan kegiatan dimulai dari ahap persiapan berupa koordinasi dan pembagian tugas antar anggota tim dan mitra pelaksana. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas: (a) identifikasi dan analisis masalah yang dihadapi mitra, (b) penentuan permasalahan prioritas yang akan ditangani dalam kegiatan, dan (c) penentuan peserta kegiatan.

Pada tahap perencanaan Kegiatan, meliputi kegiatan: (a) pemilihan dan penentuan pengadaan alat dan bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, (b) pemilihan jenis pelatihan, yang disepakati untuk menangani permasalahan prioritas yang akan ditangani, (c) penentuan ahli dan sumber daya yang diperlukan (narasumber) dalam kegiatan pelatihan/penyuluhan yang akan dilaksanakan, (d) penentuan pengadaan alat dan bahan, dan (e) penentuan jadual kegiatan.

Tahap pelaksanaan kegiatan berupa aspek teknis untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pelaksanaan program yang berhubungan dengan aspek teknis dan peningkatan kapasitas produksi adalah: (a) inventaris peralatan existing yang dibutuhkan, (b) melakukan pengadaan dan pembelian peralatan yang dibutuhkan berupa: Roaster kapasitas 50 kg/batch, (c) melakukan pelatihan / pengenalan penggunaan peralatan baru, pengendalian kualitas dan manajemen usaha dan administrasinya

Tahap akhir dari program kegiatan adalah pendampingan, monitoring dan evaluasi. Setelah program selesai, sesuai dengan rencana, mitra diharapkan memanfaatkan peralatan dan pelatihan. Selama kurun waktu tersebut tim melakukan pendampingan dengan hadir ke tempat mitra pada

(5)

bulan N+1 dan N+2. Efektifitas program dapat diukur melalui indikator pencapaian luaran yang telah ditetapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPUD) dilaksanakan di Dukuh Gucci Desa Dawuhan Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes. dilaksanakan pada tanggal 13-14 Juli 2019, permasalahan, solusi yang ditawarkan dan indikator pencapaian dirangkum dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1. Permasalahan, Solusi yang Ditawarkan dan Indikator Pencapaian No Permasalahan Penanganan Solusi yang ditawarkan Indikator Pencapaian 1 Kapasitas roasting green bean hanya skala rumah tangga (kecil) Peningkatan kapasitas roasting green bean dari skala rumah tangg menjadi skala industri

Pengadaan alat-alat roasting dengan kapasitas 50 kg/batch Alat dihibahkan kepada

kelompok tani “Tani Subur” sebagai mitra

Adanya 1 alat roasting kapasitas 50 kg/batch  Adanya 2 unit kompor

pembakar

Kapasitas naik minimal 15 x lipat 2 Minimnya pengendalian kualitas produk dalam proses (in process control) Peningkatan pengendalian kualitas produk dalam proses (in process control)

Pelatihan pengendalian kualitas produk dalam proses

Workshop pengendalian saat proses produksi berlangsung

Anggota kelompok usaha memiliki kesadaran yang kuat arti pentingnya pengendalian proses yang baik

Adanya pelatihan dengan peserta minimal 70 persen anggota kelompok 3 kemampuan manajemen dan administrasi proses produksi rendah Peningkatan kemampuan manajemen dan administrasi proses produksi  Pelatihan mengenai manajemen bisnis bagi kelompok  Pelatihan mengenai administrasi pembukuan sederhana mengenai proses produksi

Anggota kelompok usaha mengikuti pelatihan manajemen bisnis dan administrasi

Adanya satu set buku administrasi mengenai proses produksi

Adanya pelatihan dengan peserta minimal 70 persen anggota kelompok

Upscaling kapasitas produksi kelas rumah tangga roasted coffee menjadi skala industri

Alat roasting coffee yang telah diberikan oleh tim pengabdian PPUD adalah kapasitas 50 kg yang dilengkapi dengan pendingin. Alat ini saat ini menjadi alat roasting terbesar di Kabupaten Brebes.

(6)

Dalam program ini juga dilakukan pelatihan dan workhsop diintroduksi alat roasting green coffee berkapasitas 50 kg/batch oleh tim ahli baik teknisi maupun ahli bidang roasting kopi. Dengan alat ini terjadi kenaikan kapasitas produksi roasted coffee minimal 15 kali lipat.

Sumber: Data Primer (2019)

Gambar 2. Mesin Roasting Kopi

Sumber: Data Primer (2019)

Gambar 3. Pelatihan Introduksi dan Penggunaan Mesin Roasting Baru

(7)

Gambar 4. Penyerahan Mesin Roasting Baru

Pelatihan Pengendalian Kualitas Produk dalam Proses dan Manajemen Bisnis

Roasting Coffee merupakan memasak kopi, pada dasarnya roasting adalah proses mengeluarkan air dalam kopi, mengeringkan dan mengembangkan bijinya, mengurangi beratnya memberikan aroma pada kopi tersebut. Ketika kopi dimasak ada suatu reaksi kimia yang menyertai sehingga karakter biji kopi pun berubah. Lebih lama biji kopi itu dimasak, semakin banyak pula bahan kimia yang berubah karakteristiknya. Ketika kopi di-roasting, kopi berubah menjadi berwarna coklat. Oleh karena itu, apabila biji kopi berwarna lebih gelap berarti di-roasting lebih lama. Namun bagaimanapun, me-roasting biji kopi bukanlah suatu hal yang sederhana, sesederhana memasukkannya ke alat pemanggang dan kemudian me-roastingnya. Biji kopi sesungguhnya akan menghasilkan kopi yang berbeda apabila di-roasting dalam suhu yang berbeda meskipun hasil akhirnya berwarna sama, karena teknik me-roasting kopi merupakan suatu seni. Oleh karena itu, proses Roasting merupakan salah satu proses penting yang akan mempengaruhi kualitas aroma dan rasa dari kopi. Bahkan secara persentase, proses roasting memiliki pengaruh hingga 30% dalam sumbangan aroma dan rasa.

Kopi juga akan berubah dari endothermic (menyerap panas) menjadi exotermic (Menghasilkan panas) selama proses roasting. Reaksi kimia kopi pada saat di roasting menciptakan berbagai komponen yang berpengaruh pada cita rasa kopi. Didalam proses roasting juga biji kopi akan menghasilkan “intisari biji kopi” yang berasal dari reaksi kimia yang terjadi. Intisari biji kopi itu berupa minyak kopi. Kemudian, minyak kopi menjadi coffeeol(sejenis minyak yang mengambang), namun juga bersifat larut dalam air. Namun dengan mengatur prosedur roasting, seseorang dapat mengatur sedikit atau banyaknya minyak kopi yang akan dihasilkan untuk setiap kali proses roasting.

Tahapan yang perlu diperhatikan dalam proses roasting, yaitu:

1. Green bean kopi yang akan dirosting dipastikan memiliki kadar air 11% dan setelah proses roasting, kadar air tersisa menjadi 4%.

2. Karakter kopi yang akan dirosting dikenali dan ditentukan rasa terbaik kopi yang akan dihasilkan oleh green bean tersebut.

3. Aroma atau rasa yang dianggap mengganggu pada kopi, misalnya rasa earthy, grassy, astringent, carbony, woody diminimalisir

4. Green bean atau biji kopi mentah masukkan ke dalam mesin roasting.

5. Sangria green bean sampai kopi berubah warna secara bertahap, dari hijau menjadi kuning, lalu kuning kecoklatan, terus coklat muda, coklat tua, coklat kehitaman, sampai terakhir manjadi hitam. Rasakan perubahan aroma biji kopi pada setiap menit proses roasting dan pastikan terjadi dua kali letupan, yaitu pertama (first crack) dan letupan kedua (second crack). 6. Lakukan roasting dengan menggunakan 3 tipe dasar roasting yang bergantung pada Warna

(8)

Tingkatan roasting paling umum dijadikan patokan terutama di Indonesia ada tiga tingkat yaitu; light roast, medium roast, dan dark roast. Tingkatan ini biasanya paling pas dalam memanggang kopi arabika.

Berikut adalah tingkatan Roasting Kopi:

Light Roast (Coklat Muda), Pada tingkatan roasting ini cita rasanya asam, aroma sangrai kurang tercium, tahapan pertama biji kopi yang telah di sangrai beberapa menit akan sedikit mengembang. Light roast merupakan fase dalam roasting yang memiliki tingkat kematangan paling rendah. Biji kopi akan memiliki warna coklat terang karena proses penyerapan panas yang dilakukan tidak terlalu lama, minyak juga tidak muncul pada biji kopi dan biji kopi cenderung kering. Light roast memiliki suhu biji kopi berada pada kisaran 180°C – 205°C. Pada suhu sekitar 205°C tersebut terjadi first crack dan pada saat itu pula proses roasting dihentikan. Kopi yang di roasting pada tingkatan ini memiliki keasaman dan caffeine yang tinggi. Tingkatan roasting ini cocok bagi orang yang menyukai rasa kopi mencolok, karena memiliki ciri khas seperti citrusy, earthy, dan buttery.

Medium Roast, Pada tingkatan roasting ini, cita rasa terasa manis dan aroma asap penyangraian sangat tajam tercium, karena biji kopi banyak mengeluarkan asap, warnanya makin hitam sampai berminyak dan kandungan gula mulai berkarbonisasi. Medium Roasting merupakan tingkatan roasting yang paling banyak digunakan. Biji kopi akan berwarna lebih gelap apabila dibandingkan dengan light roast tetapi lebih terang apabila dibandingkan dengan dark roast. Sama seperti light roast, pada medium roast biji kopi tidak mengeluarkan minyak pada permukaannya. Medium roast memiliki suhu biji kopi pada kisaran 210°C dan 220°C. Pada suhu tersebut adalah suhu dimana first crack usai namun second crack belum terjadi. Selain caffeine yang lebih rendah, medium roast menghasilkan kopi yang cenderung balance aroma, balance keasaman dan menghasilkan banyak rasa.

Dark Roast, merupakan tingkatan paling matang pada proses roasting kopi, apabila melebihi tingkatan ini justru kopi menjadi tidak enak. Warna biji kopi akan lebih gelap bila dibandingkan dengan tigkatan – tingkatan roasting lainnya. Pada dark roast biji kopi hasil roasting mengeluarkan minyak pada permukaannya. Rasa kopi juga akan cenderung pahit dan menutupi rasa khas dari masing – masing kopi. Dark roast selesai diroasting ketika second crack usai terjadi atau pada suhu sekitar 240°C. Bagi yang menyukai kopi dengan kekentalan (body) kopi yang tebal, sangat cocok dengan profil dark roast.

(9)

Sumber: Data Primer (2019)

Gambar 5. Pelatihan Proses dan Pengendalian Produk

Sumber: Data Primer (2019)

(10)

Sumber: Data Primer (2019)

Gambar 7. Produk Roasted Coffee

Sumber: Data Primer (2019)

Gambar 8. Pelatiahan ManajemenUsahan dan Administrasi Pencapaian Program Pengabdian di Kelompok Tani “ Tani Subur” Guci Dawuhan

No Kegiatan Indikator Pencapaian Pencapaian Program

1 Upscaling kapasitas roasting green bean dari skala rumah tangga menjadi skala industri

• Adanya 1 alat roasting kapasitas 10 kg/batch

• Adanya 1 unit kompor pembakar • Kapasitas naik minimal 10x lipat

• Telah dilakukan pembelian alat Roasting kapasitas 50 kg/batch • Sudah memiliki 1 unit kompor

pembakar

• Kapasitas akan naik menjadi 50% • Telah dilakukan pembelian

container penampungan 2 Peningkatan

engendalian kualitas produk dalam proses (in process control)

• Anggota kelompok usaha

memiliki kesadaran yang kuat arti pentingnya pengendalian proses yang baik

• Adanya pelatihan dengan peserta minimal 70 persen anggota kelompok

• Anggota kelompok usaha telah memiliki kesadaran yang kuat arti pentingnya pengendalian proses yang baik

• peserta pelatihan sebanyak 80 persen dari anggota kelompok 3 Peningkatan

kemampuan manajemen dan administrasi proses produksi

• Anggota kelompok usaha mengikuti pelatihan manajemen dan administrasi

• Adanya satu set buku

administrasi mengenai proses produksi

• Adanya pelatihan dengan peserta minimal 70 persen anggota kelompok

• Anggota kelompok usaha telah mengikuti pelatihan manajemen bisnis dan administrasi

• Anggota menjalankan administrasi pembukuan

• Telah tersedia satu set buku administrasi mengenai proses produksi

(11)

anggota kelompok Sumber: Dikembangkan untuk kegiatan ini

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kegiatan dan pengamatan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa upscaling kapasitas produksi kelas rumah tangga roasted coffee menjadi skala industri di Kelompok Tani “Tani Subur” Desa Gucci Dawuhan Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes telah berhasil dilakukan. Dalam program upscalling ini, selain mitra mendapatkan hibah mesin reoating kopi kapasitas 50 kg/batch juga berhasil melakukan upscaling kapasitas rumah tangga proses sebesar 1 kg/batch menjadi kapasitas industri minimal 25 kg/batch dengan kualitas yang baik. Pelatihan mengenai pengendalian produk dalam proses serta manajemen usaha telah dilaksanakan. Hasil pelatihan menghasilkan pelaku usaha menjadi mampu mengendalikan kualitas dalam proses dan bagi pelaku usaha mulai menerapkan manajemen usahan dan administrasi pembukuan meskipun sederhana.

SARAN

Untuk semakin meningkatkan daya saing dan keberlajutan usaha, maka pelaku usaha ataupun stakeholder lain disarankan membantu mengadakan mesin grinding yang mampu membuat roasted coffee menjadi kopi bubu (ground coffee) yang lebih mudah lerjual karena sudah bisa dipakai oleh konsumen langsung.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penghargaan dan ucapan terima kasih setinggi-tingginya tim pengabdian Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPUD) ucapkan kepada RistekDikti/RistekBRIN yang telah mendanai dan memberikan kesempatan bagi tim pengabdian untuk berpartisipasi dalam meningkatkan level atau kelas kelompok tani di Kabupaten Brebes. Ucapan Terima kasih kami juga kami sampaikan kepada PEMDA Kabupaten Brebes, Mitra Tani Subur, LPPM Universitas Peradaban, LPPM Universitas Jenderal Soedirman, ADPI dan semua pihak yang telah berperan terselenggarannya progam pengabdian ini dan pembuatan artikel ini.

REFERENSI

Feifi, D., S. Martini, R. Astuti, and S. Hidayat. 2010. Added Value and Performance Analyses of Edamame Soybean Supply Chain: A Case Study. Journal Operations & Supply Chain Management. 3 (3) : 148-163.

(12)

Hayami, Y., Y. Kawagoe, M. Morookadan, and Siregar. 1987. Agricultural Marketing ang Processing in Up Land Java A Perspective From A Sunda Village : CGPRT Centre. Bogor.

Hariance, R., Febriamansyah, R., & Tanjung, F. (2015). Agribisnis Perkebunan Rakyat Kopi Robusta di Kabupaten Solok. Jurnal AGRISEP, 14(1), 11-25.

Rahardjo, P. (2012). Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahardjo, P. (2012). Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pertanianku, 2017, Perkembangan Kopi di indonesia. Di akses pada 19 September 2018 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementan, Outlook Kopi(2016)

Sutriono. (2009). Strategi Peningkatan Daya Saing Agribisnis Kopi Robusta dengan Model Daya Saing Tree Five. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

Tanjung, P. I., (2017). kontribusi sub sektor perkebunan terhadap perekonomian daerah: studi kasus di provinsi jawa timur. Ekonomi Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif hidayatulloh. Di akses dari internet

Desa Dawuhan (2018, Juli 06) Budidaya tanaman Kopi di Dukuh Guci. Di akses pada 20 September 2018.https://desadawuhan.com

Upacaya, 2016, Kebijakan Pengembangan Kopi Nasional. Diakses pada September 2018. Dari

http://www.upacaya.com/kebijakan-pengembangan-kopi-nasional/

http://www.upacaya.com/kebijakan-pengembangan-kopi-nasional diakses pada 20 september 2018

https://alamtani.com/budidaya-kopi diakses pada 20 september 2018

https://www.pertanianku.com/perkembangan-kopi-di-indonesia Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.naik 10 persen, ekspor kopi olahan nasional tembus USD 496 Juta. diakses pada 19 September 2018 http://kemenperin.go.id

https://www.anakagronomy.com/2013/06/panen-dan-pasca-panen-tanaman-kopi.html. diakses

Gambar

Gambar 1. Alat sangrai manual kapasitas ½ kg/batch
Tabel 1. Permasalahan, Solusi yang Ditawarkan dan Indikator Pencapaian No Permasalahan Penanganan Solusi yang ditawarkan Indikator Pencapaian 1 Kapasitas roasting green bean hanya skala rumah tangga (kecil) Peningkatan kapasitas roastinggreen bean dariskal
Gambar 2. Mesin Roasting Kopi
Gambar 5. Pelatihan Proses dan Pengendalian Produk
+2

Referensi

Dokumen terkait

1) Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memasukan pengkajian atau evaluasi fungsi kognitif ke dalam kurikulum pembelajaran mahasiswa untuk meningkatkan

Dengan mengikutkan batas bawah integral dan lebar interval sebagai dua variabel tambahan diperoleh bobot baru, batas bawah dan lebar interval yang digunakan untuk membentuk

Овај посао је од изузетне важности за Поље „Б”, јер ми „отварамо” угаљ, па се може рећи да ће, што се производње угља тиче, следећа зима овде

Berbeda dengan input material utama, alternatif 1 mempengaruhi jumlah input material pendukung yang akan digunakan karena terjadi penghematan penggunaan bahan kimia untuk

Pada WP III dengan fungsi pengembangan sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat pengembangan industri (kerajinan

mengumpulkan peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan identifikasi, penerapan,

Kyseinen kehitys on jatkunut näihin päiviin asti ja opetuksen digitalisaatio ja siihen liittyvä opetusmateriaalien digitalisoiminen voidaan myös nähdä osana opetuksen ja

Penambahan media fermentasi ekstrak paitan dan fermentasi kotoran kelinci cair pada media A-B mix Joro dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun,