• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Mentruasi 1. Pengertian

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004). Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endokrin. Panjang siklus haid adalah antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulai haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan disebut hari pertama siklus, karena jam mulainya haid tidak dipergitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1 hari (Hanifah, 2004)

Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yag 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada umumnya lamanya 4-6 hari, tetapi antara 2-8 hari masih dianggap normal. Pada setiap perempuan biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. Pada perempuan yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Perempuan dengan enemia defisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih banyak (Hanifah, 2004).

(2)

2. Kelainan Menstruasi

Bentuk-bentuk kelainan sebagai berikut: polimenorea, yaitu menstruasi yang sering terjadi dan abnormal. Oligomenorea, dimana siklus menstruasi melebihi 35 hari, jumlah perdarahan mungkin sama, penyebnya adalah gangguan hormonal (Scoot, 2002).

Amenorra yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari tiga bulan berturut-turut, menstruasi perempuan teratur setelah mencapai usia 18 tahun. Ada beberapa bentuk amenorea yaitu amenorea primer dimana seorang perempuan tidak mengalami menstruasi sejak kecil, penyebabnya kelainan anatomis alat kelamin diantaranya tidak terbentuknya rahim, tidak ada liang vagina, atau gangguan hormonal. Amenorea fisiologis (normal) yaitu seorang perempuan sejak lahir sampai mencapai menarch, terjadi pada kehamilan dan menyusui sampai batas tertentu, dan setelah mati haid. Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan, penyebabnya kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin, atau terdapat penyakit menahun (Manuaba, 2002).

Gangguan lain seperti hipermenorea atau menoragia merupakan perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. Hipomenorea merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Kejadian ini dapat disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit

(3)

menahun maupun gangguan hormonal. Polimenorea atau Epimenoragia adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa. 9 Oligomenorea adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama (Sarwono, 2002).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab gangguan menstruasi Faktor penyebab gangguan menstruasi secara fisiologis adalah berkaitan dengan umur yaitu terjadi sebelum pubertas atau dalam masa menopause, dalam kehamilan, dalam masa laktasi maupun gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium, kelainan kongenital, gangguan sistem hormonal, penyakit-penyakit lain, ketidakstabilan emosi dan kurang zat makanan serta mempunyai nilai gizi lebih yang berkaitan dengan status sosial ekonomi dan pekerjaan (Rabe, 2002).

B. Disminore 1. Pengertian

Dismenor merupakan nyeri haid yang mengakibatkan rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama haid dan sering kali menimbulkan rasa mual (Wiknjosastro, 2005).

Dismenorea atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia (Bobak, 2004). Menurut Manuaba (2009), Dismenorea adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.

(4)

Dismenorea merupakan nyeri saat menjelang menstruasi dan saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktifitas sehari-hari (Mansjoer, 2001).

2. Gejala saat mengalami disminore

Menurut Manuaba (2009), gejala Dismenorea terdiri dari nyeri abdomen bagian bawah kemudian menjalar ke daerah pinggang dan paha, dan terkadang disertai mual, muntah, sakit kepala dan diare.

Menurut Maulana (2008) mengatakan bahawa gejala dan tanda dari Dismenorea adalah nyeri pada bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, serta mencapai puncaknya dalam 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenorea juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit, diare dan sering berkemih. Kadang terjadi sampai muntah.

3. Jenis disminore

Menurut Wiknjosastro (2005), Dismenorea dibagi menjadi 2 yaitu Dismenorea primer dan Dismenorea sekunder:

a. Dismenorea Primer

Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche

(5)

umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Baziad, 2003).

b. Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan ginekologi seperti

pada penyakit pelvis organik, endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus, dan polip uters, IUD juga dapat menyebabkan Dismenorea sekunder (Bobak, 2004). Dismenorea biasanya ditemukan jika terdapat penyakit atau kelainan pada alat reproduksi. Nyeri dapat terasa sebelum, selama, dan sesudah haid (Laila, 2011). Proverawati dan misaroh (2009), menyebutkan bahwa Dismenorea sekunder atau yang sering disebut juga Dismenorea ekstrinsik terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami Dismenorea.

4. Derajat disminore

Menurut Manuaba (2001), dismenor secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:

(6)

a. Dismenor ringan

Dismenor yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari.

b. Dismenor sedang

Dismenor ini membuat klien memerlukan penanganan dan kondisi penderita masih dapat beraktivitas.

c. Dismenor berat

Dismenor berat membuat klien memerlukan istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut dan tidak dapat melakukan aktifitas sehari- hari. 5. Penanganan disminore

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani Dismenorea sehingga menurunkan angka kejadian Dismenorea dan mencegah keadaan Dismenorea tidak bertambah berat (Wiknjosastro, 2005):

a. Penerangan dan nasehat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa Dismenorea primer adalah gangguan siklus menstruasi yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya dalam masalah ini diadakan penjelasan dan diskusi mengenai informasi Dismenorea, penanggulangan yang tepat serta pencegahan agar Dismenorea tidak mengarah pada tingkat yang sedang bahkan ke tingkat berat. Penjelasan tentang pemenuhan nutrisi yang baik perlu diberikan, karena dengan pemenuhan nutrisi yang

(7)

baik maka status gizi remaja menjadi baik. Tidak menutup kemungkinan bahwa ketahanan tubuh meningkat dan gangguan menstruasi dapat dicegah. Nasehat mengenai makan bergizi, istirahat dan olahraga cukup dapat berguna dan terkadang juga diperlukan psikoterapi.

b. Pemberian obat analgesik

Obat analgesik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Contoh obat paten yang beredar dipasaran antara lain ponstan, novalgin, acetaminophen dan sebagainya.

c. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar berupa Dismenorea primer, sehingga wanita dapat tetap melakukan aktifitas sehari-hari. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian pil kombinasi kontrasepsi.

d. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Obat ini memegang peranan penting terhadapa Dismenorea primer. Termasuk disini indometasin dan naproksen. Kurang lebih 70% penderita mengalami perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai, satu sampai tiga hari sebelum haid dan pada hari pertama.

(8)

6. Faktor yang mempengaruhi disminore

Proverawati dan Misaroh (2009), wanita yang beresiko mengalami dismenor meliputi wanita yang merokok, wanita yang minum alkohol atau soda selama menstruasi (soda cenderung untuk memperpanjang nyeri haid), wanita dengan kelebihan berat badan, wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 11 dan ada riwayat nyeri menstruasi pada keluarga.

Mahavash et. all (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa latihan fisik memiliki pengaruh yang positif terhadap kejadian disminore. Tjokronegoro (2004) dalam Septyanti (2012) bahwa kejadian Dismenorea akan meningkat dengan kurangnya olaharaga, sehingga ketika terjadi Dismenorea, oksigen tidak dapat tersalurkan ke pembuluh-pembuluh darah di organ reproduksi yang saat itu terjadi vasokonstriksi sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri tetapi bila seseorang teratur melakukan olahraga, maka dia dapat menyediakan oksigen hampir 2 kali lipat per menit sehingga oksigen tersampaikan ke pembuluh darah yang mengalami vasokonstriksi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan Dismenorea

Menurut Wiknjosastro (2007) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Dismenorea antara lain:

a. Faktor Kejiwaan (Stres)

Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid,

(9)

mudah timbul Dismenorea. Dismenorea primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidak siapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti Dismenorea (Hurlock, 2007). Wanita mempunyai emosional yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami Dismenorea primer. Faktor kejiwaan, bersamaan dengan Dismenorea akan menimbulkan gangguan tidur (insomnia).

b. Faktor Konstitusi

Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab timbulnya Dismenorea primer yang dapat menurunkan ketahanan seseorang terhadap nyeri. Faktor ini antara lain:

1) Anemia

Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat keduanya hingga menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen berkurang. Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak dan dapat

(10)

menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri.

2) Penyakit menahun

Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain (Wiknjosastro, 2005). c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

Teori tertua menyatakan bahwa Dismenorea primer disebabkan oleh stenosis kanalis servikalis. Pada perempuan dengan uterus dalam hiperantifleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai factor yang penting sebagai penyebab Dismenorea. Banyak perempuan yang menderita Dismenorea tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantifleksi. Sebaliknya terdapat perempuan tanpa keluhan Dismenorea, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terlatak dalam hiperantifleksi atau hiperretofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan Dismenorea karena otot- otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk melainkan kelainan tersebut.

d. Faktor Endokrin

Kejang pada Dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi yang aberlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase

(11)

sekresi memproduksi prostaglandin F2 α yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 α berlebih akan dilepaskan dalam peredran darah, maka selain Dismenorea, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.

e. Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara Dismenorea primer dengan urtikaria, migren atau asma bronkial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

Sedangkan menurut Bare & Smeltzer (2002), faktor resiko terjadinya disminore primer adalah:

a. Menarche pada usia lebih awal

Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.

b. Belum pernah hamil dan melahirkan

Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan saraf yang menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.

c. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)

Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi menimbulkan adanya kontraksi uterus, terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi, dan semakin banyak prostaglandin yang

(12)

dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang turus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi disminore.

d. Umur

Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian disminore jarang ditemukan.

C. Kebiasaan Olahraga 1, Pengertian

Olahraga ialah tindakan fisik untuk meningkatkan kesehatan atau memperbaiki deformitas fisik (Dorland’s, 2004). Menurut Alwi (2003) bahwa kebiasaan adalah suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dilakukan secara sadar dan dilakukan secara jelas dan dianggap baik dan benar.

Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud memelihara kesehatan dan memperkuat oto-otot tubuh yang bertujuan untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar dan gerak keterampilan. Kegiatan itu merupakan pendekatan ke aspek sejahtera jasmani yang berarti juga sehat dinamis yaitu sehat yang disertai dengan kemampuan gerak yang memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari, artinya ia memiliki tingkat kebugaran jasmani yang memadai (Tilong, 2012).

US Department of Health and Human Service yang dikutipoleh Ananda (2013) menyarankan agar remaja berusia enam sampai 17 tahun

(13)

berolahraga setidaknya tujuh jam per minggu atau satu jam per hari. Seseorang yang berolahraga cukup menunjukkan efek positif seperti emosi yang stabil, menurunnya tingkat depresi, stres, dan kecemasan, serta percaya diri yang naik.

Menurut Ramaiah (2006) bahwa salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah nyeri disminore adalah melakukan aktifitas olahraga. Beberapa latihan dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredarah darah. Olahraga teratur seperti jalan kaki, jogging, berlari, bersepeda, renang atau senam aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan membantu menjaga siklus menstruasi yang teratur. Olahraga setidaknya dilakukan tiga kali hingga empat kali seminggu , khususnya selama paruh kedua siklus menstruasi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan kebiasaan olahraga adalah suatu bentuk aktivitas yang terencana yang bermanfaat menyehatkan jasmani dan dilakukan secara berulang-ulang oleh seorang remaja putri. 2. Jenis olahraga

a. Aerobik adalah : Olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Misalnya : Jogging, senam, renang, bersepeda.

b. Anaerabik adalah : Olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya : Angkat besi, lari sprint 100 M, tenis lapangan, bulu tangkis (Kesehatan Komunitas, 2002).

(14)

3. Manfaat olahraga

a. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang ditandai dengan :

a) Denyut nadi istirahat menurun. b) Isi sekuncup bertambah. c) Kapasitas bertambah.

d) Penumpukan asam laktat berkurang. e) Meningkatkan pembuluh darah kolateral. f) Meningkatkan HDL Kolesterol.

g) Mengurangi aterosklerosis.

b. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai pada: a) Pada anak : mengoptimalkan pertumbuhan.

b) Pada orang dewasa : memperkuat masa tulang,

c) menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang, punggung dan lutut. c. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat

mengurangi cedera.

d. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal.

e. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti :

a) Tekanan darah tinggi : mengurangi tekanan sistolik dan diastolik. b) Penyakit jantung koroner : menambah HDL-kolesterol dan

mengurangi lemak tubuh.

(15)

d) Infeksi : meningkatkan sistem imunitas.

f. Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormon terhadap jaringan tubuh.

g. Meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit h. melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.

i. Penelitian Kavanagh, latihan aerobik 3 kali seminggu selama 12 minggu.

a) Meningkatkan pembuluh darah kolateral. b) Meningkatkan HDL kolesterol.

c) Mengurangi aterosklerosis (Kesehatan Komunitas, 2002). D. Stres

1. Pengertian

Handoko (2001) bahwa Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang.

Atkinson (2000) mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini sebagai respon stres.

Stres adalah hasil dari tidak atau kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk

(16)

menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif (Munandar, 2001).

2. Dampak dan gejala yang ditimbulkan stres

Sarafino (2008) menjabarkan tentang 2 aspek utama dari dampak yang ditimbulkan akibat stres yang terjadi pada manusia, yaitu :

1). Aspek Biologis

Ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala yang berlebihan, tidur menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan, hilangnya nafsu makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebihan di seluruh tubuh.

2). Aspek Psikologis

Ada 3 gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang sedang mengalami stres. Ketika gejala tersebut adalah gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku.

a) Gejala kognisi

Gangguan daya ingat (menurunnya daya ingat, mudah lupa dengan suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal, merupakan gejalagejala yang muncul pada aspek gejala kognisi.

(17)

b) Gejala emosi

Mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi merupakan gejala-gejala yang muncul pada aspek gejala emosi.

c) Gejala tingkah laku

Tingkah laku negative yang muncul ketika seseorang mengalami stres pada aspek gejala tingkah laku adalah mudah menyalahkan orang lain dan mencari kesalahan orang lain, suka melanggar norma karena dia tidak bisa mengontrol perbuatannya dan bersikap tak acuh pada lingkungan, dan suka melakukan penundaan pekerjaan.

Efendi (2002), gejala adalah merupakan dari suatu sikap atau perasaan. Penampakan rasa senang bisa dalam bentuk tertawa, ceria, dan girang, dan penampakan rasa tidak senang bisa dalam bentuk diam, murung, marah, dan lain-lain, atau dapat juga dikatakan indikasi atau tanda-tanda dalam berbagai bentuk dari sesuatu yang abstrak. Stres sebagai ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang dan abstrak gejalanya, stres muncul lewat sejumlah cara misalnya individu mengalami tingkat stres yang tinggi dapat menderita tekanan darah tinggi, gangguan lambung, sulit membuat keputusan rutin, hilang selera makan, rawan kecelakaan, dan lain-lain.

(18)

3. Penyebab stres

Menurut Hidayat (2004), ditinjau dari penyebabnya, maka stres dapat dibagi menjadi tujuh macam, yaitu:

a. Stres fisik

Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperature yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau tegangan arus listris.

b. Stres kimiawi

Stres ini karenakan karena zat – zat kimia seperti adanya obat –obatan, zat beracun asam basa, faktor hormone atau gasdan prisipnya karena pengaruh senyawa kimia.

c. Stres mikrobiologik

Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.

d. Stres fisiologik

Stres yang disebabkan karena gangguan fingsi organ tubuh diantaranya gangguan diri struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain – lain.

e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan

Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.

(19)

f. Stres psikis atau emosional

Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologik atau ketidakmampuan kondisi psikologis atau penyesuaian diri seperti hubungan interpersional, social budaya atau faktor keagamaan.

4. Klasifikasi tingkat stres

Sedangkan menurut Peter & Perry dalam Rasmun (2004), membagi hubungan tingkat stres yaitu:

a. Stres Ringan biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaiknya stres sedang dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan umumnya dapat di rasakan oleh semua orang. Misalnya lupa ketiduran, kemacetan, di kritik. Berakhir beberapa menit atau beberapa jam situasi seperti ini nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika di hadapi terus menerus.

b. Stres sedang terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari. Contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, anggoata keluarga pergi dalam kurun waktu yang cukup lama, situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.

c. Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial dan penyakit yang lama.

(20)

E. Lama Menstruasi

Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih dianggap fisiologis (Ganong, 2003).

Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang 7-8 hari. Pada setiap wanita baisaya lama mesntruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata + 16 cc, bila lebih dari 80 cc bersifat patologik (Sarwono, 2005).

Hasil penelitian Novia dan Puspitasari (2008) menunjukan bahwa Dismenorea primer paling banyak terjadi (78,6%) pada responden yang lama menstruasinya > 7 hari jika dibandingkan dengan responden yang lama menstruasinya 3–7 hari dan < 3 hari. Namun demikian dari hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan lama mesntruasi < 7 hari ternyata masih banyak pula yang mengalami Dismenorea primer.

F. Remaja 1. Pengertian

Menurut Behrman Kliegman dan Jenson (2004), remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari segi usia remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/ early adolescence

(21)

(10-13 tahun), remaja menegah/ middle adolescence (14-16 tahun), dan remaja lanjut/ late adolescence (17-20 tahun).

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain adolescence (kata bendanya yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Piaget mengatakan secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 2004).

Monks (2006) mengungkapkan masa remaja sering pula disebut adolesensi (adultus sama dengan menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa).

2. Pembagian masa remaja

Menurut Widyastuti dkk (2009), masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun)

1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya 2) Tampak dan merasa ingin bebas

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak)

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

(22)

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam

4) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang 5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri 2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya 4) Dapat mewujudkan perasaan cinta

5) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak G. Kerangka Teori

Sumber: Wiknjosastro (2007), Proverawati dan Misaroh (2009), Manuaba (2009), Wiknjosastro (2005) dan Bare & Smeltzer (2002)

Faktor yang mempengaruh disminore: - Kejiwaan (Stres) - Usia menstruasi - Lama menstruasi - Riwayat keluarga - Kebiasaan olahraga - Faktor alergi Kejadian disminore Gejala disminore: - Nyeri abdomen bagian bawah kemudian menjalar ke daerah pinggang dan paha. - Terkadang disertai mual, muntah, sakit kepala dan diare

Jenis Disminore - Disminore Primer - Diminore sekunder

(23)

H. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep I. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Ada hubungan lama menstruasi dengan kejadian disminore di SMK Swagaya Purwokerto.

b. Ada hubungan stress dengan kejadian disminore di SMK Swagaya Purwokerto.

c. Ada hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian disminore di SMK Swagaya Purwokerto. - Lama menstruasi - Kebiasaan Olahrga - Stres Kejadian disminore

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep  I.  Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan

Lampiran 1 Bon Pengeluaran Kas………....……...L1 Lampiran 2 Voucher Pengeluaran Kas Kecil...L2 Lampiran 3 Bukti Penerimaan (Permintaan Pengisian kembali Dana Kas Kecil)...L3

Sebelum ditemui bukti sejarah berupa tulisan pada batu bersurat tentulah bahasa Melayu telah digunakan untuk masa yang panjang kerana didapati bahasa yang ada pada

Departemen Agama Repub lik Indonesia , selanjutnya di sebut sebagai DEPAG, Dan Yayasan Makkah Almukarramah yang didi rikan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri

Selanjutnya faktor individu lainnya yang perlu diupayakan dalam pengentasan kemiskinan adalah dengan menghilangkan budaya selalu bergantung kepada orang lain atau yang lebih

Selain mempunyai data masing-masing member , The Springs Club juga berusaha untuk memberikan yang terbaik maupun dalam melakukan service, fasilitas, dan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah “apakah terdapat perbedaan persepsi antara karyawan bank swasta dengan karyawan bank

mempertahankan kekerasan, °Brix, asam bebas, dan tingkat kemanisan buah jambu biji ‘Crystal’, (3) penyimpanan suhu rendah tidak mampu meningkatkan masa simpan, kekerasan, susut