• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Cilacap dan sekitarnya adalah merupakan bagian perairan di Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Cilacap dan sekitarnya adalah merupakan bagian perairan di Selatan"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Situasi Pemanfaatan Sumber Daya Udang Jerbung. 4.1.1 Lingkungan sumber daya udang jerbung.

Perairan Cilacap dan sekitarnya adalah merupakan bagian perairan di Selatan Jawa yang merupakan perairan dalam dan curam, tetapi di perairan Cilacap dan sekitarnya ada beberapa sungai yang bermuara diperairan tersebut sebagaimana pada Gambar 2, sehingga di beberapa bagian / tempat di perairan tersebut adalah merupakan perairan dangkal. Sungai - sungai yang bermuara di perairan tersebut antara lain adalah : (1) Di perairan sebelah timur Cilacap menurut Rahayu (2000) bermuara Sungai Serayu,

Sungai Cikroyasan, Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Opak dan lain-lain yang merupakan sungai – sumgai kecil.

(2) Di perairan sebelah barat Cilacap menurut Unit Pelaksana Teknis Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Ciamis (2000) bermuara Sungai Ciputrapinggan, Sungai Cikidang, Sungai Cijalu, Sungai Cijulang dan lain-lain yang merupakan sungai – sungai kecil.

(3) Di perairan Segara Anakan menurut ASEAN / US Coastal Resources Management

Project (1992) bermuara Sungai Citandui, Sungai Kayu Mati, Sungai Cibeureum,

Sungai Cikande, Sungai Ujung Alang, Sungai Sapuregei, Sungai Donan dan lain-lain sungai – sungai kecil.

Perairan Cilacap dan sekitarnya juga terdapat perairan lagon yaitu Perairan Segara Anakan yang terletak diantara Cilacap dan P. Nusakambangan dan perairan tersebut mempunyai hutan mangrove yang cukup luas sebagai tempat asuhan dalam daur hidup

(2)

ikan dan udang. Hal ini mengakibatkan Perairan Cilacap dan sekitarnya adalah merupakan perairan yang subur dengan kandungan sumber daya alam, terutama sumber daya perikanan termasuk sumber daya ikan dan udang.

Perairan Cilacap dan sekitarnya adalah merupakan bagian dari Perairan Samudera Hindia, maka musim yang terjadi di Perairan Cilacap dan sekitarnya juga merupakan musim yang terjadi di Samudera Hindia. Menurut Nontji (2002) di perairan tersebut terdapat 2 (dua) musim yaitu musim barat dan musim timur. Musim barat yang berlangsung sekitar sekitar bulan Desember sampai Februari yang banyak membawa hujan. Musim timur yang berlangsung sekitar bulan Juni sampai Agustus dengan sedikit curah hujan.

Musim barat dan musim timur serta kaitannya dengan curah hujan sebagaimana diuraikan diatas terlihat pada data curah hujan dari Stasiun Metrologi Cilacap (2003) pada Lampiran 1, menyatakan bahwa rata - rata curah hujan di daerah Cilacap dan sekitarnya pada periode tahun 1998 - 2002 berkisar antara 250,49 sampai 389,09 mm / bulan. Curah hujan yang kecil terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September yaitu berkisar antara 1,4 sampai 119,9 mm / bulan.

Demikian pula situasi angin berdasarkan data angin Stasiun Metrologi Cilacap (2003) pada Lampiran 1, menyatakan bahwa arah angin di daerah Cilacap dan sekitarnya pada bulan Desember sampai Februari dan bahkan Maret periode tahun 1998 - 2002 umumnya dengan arah angin antara tenggara - selatan dan pada bulan - bulan lainnya arah angin bertiup antara arah utara - barat laut. Kecepatan angin tersebut rata - rata berkisar antara 3,50 sampai 4,25 knot dengan kecepatan tertinggi mencapai 6 - 7 knot pada bulan Agustus - September dan kecepatan terendah antara 2 - 3 knot terjadi antara bulan Nopember - Maret.

Untuk pola arus dan sirkulasi arus yang ada di perairan Cilacap dan sekitarnya adalah juga pola angin dan sirkulasi arus yang terjadi di perairan Samudera Hindia. Arus yang bertiup di perairan Samudera Hindia bagian perairan Selatan Jawa, termasuk perairan Cilacap dan sekitarnya menurut Nontji (2002) terdapat arus yang bertiup ke arah barat sepanjang tahun yaitu Arus Khatulistiwa Selatan (South Equatorial Current)

(3)

sebagaimana Gambar 5, tetapi pada musim barat (sekitar bulan Desember sampai Februari) terdapat jalur sempit yang menyusur pantai selatan Jawa dengan arus menuju timur yang berlawanan dengan arah Arus Khatulistiwa Selatan dan arus tersebut dikenal dengan Arus Pantai Jawa (Java Coastal Current) sebagaimana Gambar 6 .

Perairan Cilacap dan sekitarnya adalah perairan yang dalam dan curam dengan dasar perairan pada umumnya adalah pasir, tetapi dengan adanya beberapa sungai yang bermuara diperairan tersebut, maka di beberapa daerah perairan tersebut mempunyai dasar perairan lumpur, terutama perairan pantai yang masih terpengaruh arus dari perairan Segara Anakan. Sungai – sungai yang bermuara di perairan Segara Anakan pada umumnya membawa lumpur, sehingga jumlah lumpur yang diendapkan di perairan Segara Anakan sangat tinggi. dan menurut Purba (1991) adalah sebesar 1,4 – 2,1 juta ton / tahun dan ini akan mengakibatkan terjadinya tanah timbul yang ditumbuhi hutan bakau baru yang diperkirakan seluas 2 km 2 / tahun. .

Lumpur yang ada di Segara Anakan tersebut dibawa arus keluar dari perairan Segara Anakan dan mengendap di perairan pantai di luar Segara Anakan (Gambar 5 dan Gambar 6) yaitu di perairan pantai dari P. Nusakambangan kearah timur sampai Selatan Yogyakarta dan perairan pantai dari P. Nusakambangan kearah barat sampai Penanjung yaitu di perairan Teluk Maurits. Lumpur tersebut dibawa ke laut menurut Purba (1991) sejauh 7 km oleh arus pasang surut tertinggi dan 2,8 km olah arus pasang surut terendah.

109° 110° Bujur Timur K. O pak K. P rogo K. B ogow onto K. L ukul o K. I j o K. S eray u K. D onan Cibe ureu m Cita ndui Ciju lang K. C okro yasa n Dudan Tunggulbatu Jampang Sundoro Gepak Kembang 500 m 600 m 809 m 3151 m 859 m 729 m Karangbolong Parigi Kelapa genep CILACAP Tg. K aran gbat u Tg. M adas ari Tlk. PERIGI PenanjungTlk. MAURITS SEGARA ANAKAN

NUSA KAMBANGAN CILACAPTlk. PENYU

37 39 46 48 46 37 43 41 29 37 14 14 11 30 36 68 80 54 30 66 90 18 14 34 18 9 11 34 36 88 43 46 45 44 51 50 55 55 51 55 46 -8° L in ta ng S el at an 30' 30' 30'

(4)

Gambar 5. Arus pada Musim Barat Keterangan : isodepth 5 m isodepth 10 m isodepth 20 m isodepth 50 m isodepth 200 m __. __ . __ . . . . _ . . _ . . _ _ ... _ ..._ 0 1 2 3 4 5 Skala 1 : 100.000 (7°44'15"S)

arah arus permukaan jenis dasar lumpur

(5)

109° 110° Bujur Timur K. O pak K. P rogo K. B ogow onto K. L ukul o K. I j o K. S eray u K. D onan Cibe ureu m Cita ndui Ciju lang K. C okro yasa n Dudan Tunggulbatu Jampang Sundoro Gepak Kembang 500 m 600 m 809 m 3151 m 859 m 729 m Karangbolong Parigi Kelapa genep CILACAP Tg. K aran gbat u Tg. M adas ari Tlk. PERIGI PenanjungTlk. MAURITS SEGARA ANAKAN

NUSA KAMBANGAN CILACAPTlk. PENYU

37 39 46 48 46 37 43 41 29 37 14 14 11 30 36 68 80 54 30 66 90 18 14 34 18 9 11 34 36 88 43 46 45 44 51 50 55 55 51 55 46 -8° L in ta ng S el at an 30' 30' 30'

Gambar 6. Arus pada Musim Timur Keterangan : isodepth 5 m isodepth 10 m isodepth 20 m isodepth 50 m isodepth 200 m __. __ . __ . . . . _ . . _ . . _ _ ... _ ..._ 0 1 2 3 4 5 Skala 1 : 100.000 (7°44'15"S)

arah arus permukaan jenis dasar lumpur

(6)

Untuk endapat lumpur di perairan pantai dari Nusakambangan kearah timur menurut Rahayu (2000) dibawa oleh arus Pantai Jawa (Java Coastal Current) pada musim barat (sekitar bulan desember sampai februari) sampai S. Bogowonto di Selatan Yogyakarta, sehingga dasar perairan pantai dari P. Nusakambangan dan Teluk Penyu Cilacap sampai S. Bogowonto adalah Lumpur. Endapan lumpur tersebut yang mengendap di perairan pantai dari P. Nusakambangan ke arah barat menurut Purba (1991) disekitar perairan Teluk Maurits

4.1.2 Daerah penyebaran dan daerah penangkapan sumber daya udang jerbung.

Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa daur hidup (life cycles) udang jerbung (Penaeus merguiensis de Man) terbagi dalam dua fase yaitu fase laut dan fase muara sungai serta udang jerbung hidup di perairan dengan dasar perairan lumpur atau lumpur campur pasir. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Panikkar and Menon (1967) yang diacu dalam Soedharma (1972) mengemukakan bahwa kesukaan hidup udang penaeid, termasuk udang jerbung adalah perairan dengan dasar perairan lumpur atau lumpur campur pasir. Hal ini juga erat sekali hubungannya dengan makan dan cara makan (food

and feeding habit) dari udang itu sendiri. Makanan udang adalah detritus dan binatang –

binatang yang ada di dasar perairan, selain itu juga erat kaitannya dengan tabiat udang yang sering menguburkan diri didalam dasar perairan.

Sehubungan perairan Cilacap dan sekitarnya adalah perairan dengan dasar perairan Lumpur, serta mempunyai perairan lagon Segara Anakan yang berair payau dengan tanaman bakau yang cukup luas, maka perairan Cilacap dan sekitarnya sangat sesuai untuk kehidupan udang jerbung, baik untuk fase di laut maupun untuk fase di muara sungai. Menurut beberapa hasil penelitian udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya menyatakan bahwa udang jerbung memijah di laut sebagai fase di laut dan

(7)

nursery ground atau daerah asuhan udang jerbung di perairan Segara Anakan sebagai fase di muara sungai.

Udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya menurut Zalinge and Naamin (1975) memijah di laut yang dilakukan sepanjang tahun dengan dua puncaknya pada bulan November – Februari dan April – Mei. Hal inipun sesuai dengan hasil penelitian udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya oleh Adisusilo (1984) yang mengemukakan bahwa udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya memijah sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Agustus, Nopember dan April serta tingkatan yang rendah pada bulan Oktober dan Februari.

Daerah asuhan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya menurut Zalinge and Naamin (1975) dan Naamin (1987 dan 1988) adalah di perairan Segara Anakan yaitu dari stadium post larva sampai stadium yuwana. Hal inipun didukung hasil penelitian Dudley et al. (2000) dan Dudley (2001) yang menyatakan bahwa perairan segara anakan sebagai daerah asuhan udang jerbung. Disamping itu pula menurut Hariati et al. (1990) yang menyatakan bahwa udang jerbung yang tertangkap di perairan Segara Anakan pada umumnya adalah udang muda (udang yuwana) yang berumur tiga sampai empat bulan., sehingga daerah perairan Segara Anakan tersebut adalah merupakan daerah asuhan atau

nursery ground udang jerbung.

Berdasarkan situasi daur hidup udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya sebagaimana diuraikan diatas dapat dikatakan bahwa udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya memijah di laut yaitu di Perairan Samudera Hindia dan larvanya beruaya terbawa arus ke perairan Segara Anakan yang merupakan daerah asuhan atau nursery

(8)

ground. Sesudah larva udang tersebut berkembang menjadi udang muda atau yuwana

akan beruaya kembali ke tengah laut untuk memijah.

Sehubungan dengan daur hidup dan penyebaran udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya sebagaimana diuraikan diatas, maka daerah penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) daerah penangkapan udang jerbung yaitu :

(1) Perairan pantai dari P. Nusakambangan atau Teluk Penyu Cilacap ke arah timur sampai selatan Yogyakarta.

(2) Perairan pantai dari P. Nusakambangan kearah barat di perairan Teluk Maurits. (3) Perairan Segara Anakan.

4.1.3 Pemanfaatan sumber daya udang jerbung.

Daerah penyebaran dan daerah penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya sebagaimana telah diuraikan diatas Gambar-1 adalah di perairan selatan Jawa mulai dari sebelah barat di perairan pantai Teluk Maurits ke arah timur di perairan pantai Cilacap dan perairan Segara Anakan sampai di perairan pantai selatan Yogyakarta. Sehubungan dengan daerah penyebaran dan daerah penangkapan udang jerbung tersebut melewati batas – batas administrasi daratan dari beberapa daerah kabupaten / kota dan bahkan wilayah propinsi, maka nelayan – nelayan yang mengadakan operasi penangkapan udang jerbung di perairan tersebut juga berasal dari beberapa daerah kabupaten / kota yaitu nelayan – nelayan yang berasal dari daerah Kebumen, Cilacap dan Ciamis.

Kegiatan penangkapan udang jerbung oleh para nelayan dari Kebumen, Cilacap dan Ciamis pada umumnya menggunakan alat tangkap trammel net, dimana hasil tangkapan

(9)

trammel net tersebut juga tertangkap jenis udang lainnya dan ikan. Udang jenis lainnya yang banyak tertangkap adalah udang dogol (Metapenaeus ensis de Man).

(10)

(1) Kebumen.

Nelayan Kebupaten Kebumen yang mengadakan operasi penangkapan ikan dan udang di perairan Cilacap dan sekitarnya ini adalah nelayan dari daerah Argopeni, Karang Duwur dan Pasir. Kegiatan penangkapan ikan dan udang yang dilakukan para nelayan dari daerah Kabupaten Kebumen ini pada umumnya masih dapat dikatagorikan nelayan tradisional karena mesih menggunakan alat tangkap yang sederhana dengan perahu yang dilengkapi dengan motor tempel sebagaimana pada Gambar 7.

Gambar 7. Armada penangkapan ikan dan udang (perrahu jukung) yang digunakan para nelayan Kebumen yang beroperasi di perairan Cilacap dan sekitarnya.

Perkembangan jumlah perahu motor tempel dan jumlah alat tangkap yang digunakan para nelayan tersebut pada periode tahun 1979 – 2002 rata – rata mengalami kenaikan 12,34 % per tahun untuk perahu motor tempel dan 4,89 % per tahun untuk jumlah alat tangkap. Jenis alat tangkap yang banyak digunakan para nelayan adalah alat

(11)

tangkap gillnet, trammel net, lampara dasar dan pancing yang perkembangannya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan armada penangkapan dan jenis alat tangkap di Kabupaten Kebumen pada tahun 1997 – 2002.

Satuan : buah Tahun Perahu Jenis Alat Tangkap

Motor Gillnet Trammel Lampara Pancing Lain Jumlah

Tempel Net Dasar lain

1997 483 626 355 249 208 226 1.664 1998 638 626 355 -- 369 226 1.576 1999 657 805 443 -- 261 290 1.799 2000 743 799 319 206 361 42 1.727 2001 787 626 355 249 208 47 1.485 2002 847 844 520 261 292 67 1.984 Rata-rata kenaikan 12,34 8,20 10,91 2.57 16,89 - 0.55 4,89 ( % )

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen 2003.

Perkembangan jumlah armada penangkapan di laut dan jumlah alat tangkap di Kebumen pada periode waktu Tahun 1997 – 2002 tersebut juga diikuti dengan perkembangan produksi hasil tangkapan di laut sebagaimana pada Tabel 3 tersebut, dimana produksi hasil tangkapan di laut tersebut meningkat rata – rata 72,28 % per tahun. Produksi hasil tangkapan di laut pada tahun 1997 sebesar 4.137,66 ton dan meningkat menjadi 5.232,16 ton pada tahun 2002. Jenis ikan yang banyak tertangkap dan didaratkan di TPI – TPI daerah Kebumen ini pada umumnya adalah ikan tongkol, tenggiri, layur, bawal putih, cucut, pari dan kadang-kadang juga ubur-ubur. Jenis udang yang banyak tertangkap adalah jenis udang krosok, udang barat, udang jerbung dan udang rebon.

(12)

Perkembangan jumlah ikan hasil tangkapan di laut yang didaratkan di wilayah Kebumen ini sebagaimana pada Tabel 4 rata – rata meningkat 78,05 % per tahun, dimana pada tahun 1997 sebesar 3.866.795,10 kg dan meningkat menjadi 5.056.672,35 kg pada tahun 2002. Produksi udang hasil tangkapan di laut yang didaratkan di wilayah Kebumen pada tahun 1997 sebesar 270.866,20 kg dan pada tahun 2002 turun menjadi 175.488,10 kg tetapi secara menyeluruh produksi tersebut selama periode waktu tersebut mengalami rata – rata peningkatan sebesar 24,08 % per tahun.

Tabel 4. Perkembangan produksi hasil tangkapan di laut daerah Kebumen pada Tahun 1997 – 2002.

Satuan : kg

Tahun Ikan Udang Total

( kg ) ( kg ) ( kg ) 1997 3.866.795,10 270.866,20 4.137.661,30 1998 719.460,03 118.441,75 837.901,78 1999 2.841.682,65 384.778,70 3.226.461,35 2000 1.245.473,50 200.111,25 1.445.584,75 2001 1.711.976,60 132.195,10 1.844.171,70 2002 5.056.672,35 175.488,10 5.232.160,45 rata-rata kenaikan 78,05 24,08 72,28 ( % )

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen 2003.

Sehubungan dengan masih sederhananya jenis alat tangkap dan perahu motor tempel yang digunakan oleh para nelayan dari Kebumen tersebut diatas, maka daerah operasi penangkapannyapun juga masih sangat terbatas yaitu hanya disekitar perairan pantai. Operasi penangkapan ikan dan udang di laut oleh nelayan tersebut hanya dilakukan satu hari atau one day fishing yaitu berangkat ke laut pada waktu sore / malam hari dan kembali darat / pangkalan pada waktu pagi hari.

(13)

Nelayan Kebumen yang mengadakan operasi penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya adalah juga para nelayan dari daerah Argopeni, Karang Duwur dan Pasir. Kapal ikan yang digunakan pada umumnya adalah perahu jukung yang dilengkapi dengan motor tempel sebagaimana pada Gambar 8. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap udang di laut adalah alat tangkap trammel net dengan bahan jaring dari bahan monofilamen.

Pada umumnya pengoperasian alat tangkap trammel net yang dilakukan oleh para nelayan dari Kebumen tersebut adalah secara pasif yaitu dengan cara meletakkan alat tangkap trammel net di dasar perairan selama 4 – 5 jam kemudian alat tangkap ditarik. Jumlah unit alat tangkap trammel net yang digunakan para nelayan relatif masih sangat sedikit untuk masing – masing perahu yaitu berkisar kurang lebih 10 – 14 piece.

Perkembangan jumlah alat tangkap trammel net dan kapal ikan yang digunakan para nelayan dari Kebumen tersebut pada periode waktu tahun 1997 – 2002 rata-rata naik 10,38 % per tahun untuk jumlah perahu motor tempel dan 10,91 % per tahun untuk jumlah alat tangkap trammel net. Armada penangkapan di laut pada tahun 1997 sebesar 36 buah perahu dengan jumlah alat tangkap trammel net sebanyak 355 unit dan pada tahun 2003 naik menjadi 520 buah perahu dengan jumlah alat tangkap trammel net sebanyak 520 unit. Perkembangan armada penangkapan dan alat tangkap trammel net dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan armada penangkapan dan alat tangkap trammel net serta produksi udang jerbung yang didaratkan di Kebumen pada tahun 1997 - 2002

Tahun Kapal/ Jumlah Produksi

Perahu trammel net Udang jerbung

( buah ) ( unit ) ( kg )

(14)

1998 36 355 30.014,25 1999 44 443 27.751,95 2000 32 319 19.538,25 2001 36 355 28.895,75 2002 52 520 88.264,90 rata-rata kenaikan 10,38 10,91 41,45 ( % )

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen 2003.

Produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut dengan alat tangkap trammel net yang didaratkan di Kebumen pada periode waktu tahun 1997 – 2002 sebagaimana pada Tabel 5 mengalami kenaikkan rata – rata 41,45 % per tahun. Produksi udang jerbung yang didaratkan di daerah Kebumen pada tahun 1997 adalah sebesar 32.960,55 kg dan meningkat menjadi 88.264,90 kg pada tahun 2002.

Daerah perairan penangkapan udang di laut para nelayan dari Kebumen ini juga merupakan daerah perairan penangkapan udang di laut para nelayan dari Cilacap dan demikian pula udang hasil tangkapan yang didaratkan di wilayah Kebumen ini juga ada udang hasil tangkapan para nelayan Cilacap. Penjualan udang hasil tangkapan para nelayan Cilacap di Kebumen ini tidak dikarenakan harga udang di Kebumen lebih tinggi dari Cilacap tetapi dikarenakan uang hasil penjualan udang di Kebumen ini milik ABK dan tidak disetorkan ke pemilik kapal.

Sehubungan dengan situasi dan permasalahan tersebut diatas, maka produksi udang hasil tangkapan di laut yang didaratkan di wilayah Kebumen ini tidak hanya produksi udang hasil tangkapan para nelayan dari Kebumen tetapi juga produksi udang hasil tangkapan para nelayan dari Cilacap. Untuk mengetahui perkembangan udang hasil

(15)

tangkapan di laut para nelayan dari Kebumen ini diambil sampel perkembangan kegiatan penangkapan udang oleh para nelayan dari TPI Argopeni Gombong - Kebumen.

Berdasarkan hasil sample kegiatan penangkapan udang di laut para nelayan di TPI Argopeni Gombong – Kebumen (Lampiran 2) terlihat bahwa perkembangan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut dengan alat tangkap trammel net para nelayan Gombong – Kebumen dapat dilihat pada Tabel 6. Pada tabel tersebut terlihat bahwa produksi udang jerbung pada periode tahun 1997 – 2002 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 23,20 % per tahun, dimana produksi udang jerbung pada tahun 1997 sebesar 21.348,72 kg dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 39.385, 32 kg.

(16)

Tabel 6. Perkembangan perahu/kapal trammel net serta produksi udang jerbung para nelayan Gombong - Kebumen pada tahun 1997 – 2002.

Tahun Kapal / Produksi Udang

Perahu Udang jerbung Udang Dogol Total Udang

( buah ) ( kg ) ( kg ) (kg) 1997 36 21.348,72 24.849,91 46.198,63 1998 36 17.053,92 27.115,73 44.169,65 1999 44 22.655,60 30.915,87 53.581,47 2000 32 14.224,96 19.402,84 33.627,80 2001 36 19.099,08 25.936,55 45.035,63 2002 52 39.385,32 51.598,64 90.983,96 Rata-rata kenaikan 10,38 23,20 7,20 5,90 ( % )

Sumber : Data dari TPI Argopeni Gombong – Kebumen serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen 2003 yang sudah diolah.

Untuk produksi udang dogol yang ikut tertangkap pada operasi trammel net pada periode waktu tahun 1997 – 2002 sebagaimana pada Tabel 6 juga mengalami peningkatan sebesar 7,20 % per tahun, sehingga total udang yang tertangkap pada periode waktu tersebut juga meningkat sebesar 5,90 % per tahun. Produksi total udang pada tahun 1997 sebesar 46.198,63 kg dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 90.983,96 kg.

Berdasarkan pada Tabel 5 dan Tabel 6 tersebut diatas terlihat adanya perbedaan antara produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut yang di daratkan di Gombong – Kebumen dengan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut para nelayan Gambong – Kebumen. Perbedaan jumlah produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut tersebut adalah merupakan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut para nelayan Cilacap yang di daratkan dan di jual di wilayah Gombong – Kebumen yang perkembangannya dapat di lihat pada Tabel 7.

(17)

Tabel 7. Perkembangan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut yang didaratkan di Kebumen pada tahun 1997 – 2002.

Tahun Produksi Produksi T o t a l

Nelayan Gombong Nelayan Cilacap Produksi

( kg ) ( kg ) ( kg ) 1997 21.348,72 11.611,83 32.960,55 1998 17.053,92 12.960,33 30.014,25 1999 22.655,60 5.096,35 27.751,95 2000 14.224,96 5.313,29 19.538,25 2001 19.099,08 9.796,67 28.895,75 2002 39.385,32 48.879,58 *) 88.264,90 Rata-rata kenaikan 23,20 - 2,82 41,45 ( % )

Sumber : Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen dan TPI Argopeni yang sudah diolah.

*) penjualan udang nelayan Cilacap di Gambong Kebumen pada tahun 2002 semakin meningkat

Perkembangan produksi udang jerbung hasil tangkapan laut yang didaratkan di wilayah Gombong – Kebumen pada periode waktu tahun 1977 – 2002 sebagaimana pada Tabel 7 pada umumnya mengalami rata - rata peningkatan sebesar 23,20 % per tahun untuk udang hasil tangkapan di laut para nelayan Gombong dan 41,45 % per tahun untuk produksi total udang jerbung yang didaratkan di wilayah Gombong – Kebumen. Produksi udang hasil tangkapan di laut para nelayan Cilacap yang didaratkan di Gombong – Kebumen pada periode tahun 1977 – 2002 tersebut mengalami rata-rata penurunan sebesar 2,82 % per tahun walaupun secara kuantitatif produksi udang jerbung pada tahun 2002 sebesar 48.879,58 kg mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun – tahun sebelumnya.

(18)

Produksi udang nelayan Cilacap yang didaratkan di Gombong Kebumen pada tahun 2002 sebesar 48.879,58 ton tersebut diatas dijual lewat TPI sehingga tercatat di TPI dan juga Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen sehingga sudah dikenakan retribusi sebesar 5 % dari nilai lelang hasil tangkapan berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 26 Tahun 1999 yang dirubah dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 26 Tahun 1999 tentang petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah (PERDA) Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 3 Tahun 1999 tentang retribusi pasar grosir atau pertokoan besar.

Udang jerbung hasil tangkapan nelayan Cilacap sebesar 48.879,58 ton dengan nilai lelang yang diperkirakan sebesar Rp. 2.204.465.000 ,- dikenakan retribusi 5 % sebesar Rp. 110.223.000 ,- tetapi permasalahannya 0,50 % dari 5 % retribusi tersebut kembali kepada nelayan sebagai tabungan nelayan dan 0,15 % dari 5 % retribusi tersebut sebagai dana asuransi nelayan tidak kembali kepada nelayan. Tabungan nelayan Cilacap pada tahun 2002 sebesar 0,5 % yang diperkirakan sebesar Rp. 11.022.300 ,- dan dana asuransi nelayan Cilacap sebesar Rp. 3.306.690 ,- tidak kembali kepada nelayan Cilacap.

Sistim pemasaran udang hasil tangkapan di laut tersebut didaratkan dan dilelang di TPI - TPI yang ada di Kebumen yaitu TPI Argopeni, TPI Karang Duwur dan TPI Pasir . Udang hasil tangkapan di laut tersebut didaratkan dan dilelang di TPI dan dibeli oleh pedagang – pedagang lokal sebagai pengumpul udang segar dan kemudian dibeli oleh pedagang – pedagang besar, dimana pedagang – pedagang local tersebut umumnya sebagai agen dari pedagang – pedagang besar dan kemudian udang segar tersebut dipasarkan ke Cilacap dan Yogyakarta.

(19)

Untuk data – data pelanggaran kegiatan penangkapan ikan di laut, termasuk kegiatan penangkapan udang di laut tidak tercatat karena kegiatan pengawasan di laut dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap yang tidak mengikut sertakan aparat Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen. Disamping itu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen tidak mengetahui waktu dan jadwal pelaksanaan kegiatan pengawasan di laut yang dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap.

(2) Ciamis.

Kegiatan operasi penangkapan ikan dan udang di laut oleh para nelayan dari Ciamis di perairan Cilacap dan sekitarnya adalah para nelayan dari daerah Pangandaran, Parigi, Cijulang, Cimerak dan Kalipucang. Ukuran armada penangkapan dan jenis alat tangkap yang pada umumnya digunakan para nelayan dari Ciamis tersebut relatif sama dengan para nelayan dari Kebumen yang masih termasuk dalam katagori nelayan tradisional karena mesih menggunakan alat tangkap yang sederhana dengan perahu yang hanya dilengkapi dengan motor tempel sebagai penggerak, sebagaimana pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan dari daerah Ciamis ini pada umumnya masih tergolong sederhana yaitu alat tangkap gillnet, trammel net, jaring arad, jaring dogol, jaring apong dan pancing yang perkembangannya dapat dilihat pada Tabel 8. Perkembangan armada penangkapan ikan di laut yang digunakan oleh para nelayan dari Ciamis tersebut pada periode waktu tahun 1997 – 2001 sebagaimana pada tabel tersebut mengalami rata – rata kenaikan yaitu 5,18 % per tahun untuk perahu tanpa motor dan 12,06 % per tahun untuk perahu motor tempel. Untuk semua jenis alat tangkap

(20)

yang digunakan secara umum mengalami kenaikkan dan secara total mengalami rata – rata kenaikkan 9,57 % per tahun.

(21)

Gambar 8. Armada penangkapan ikan dan udang (perahu jukung) yang digunakan para nelayan Pangandaran Ciamis yang beroperasi di perairan Teluk Maurits.

Gambar 9. Armada penangkapan ikan dan udang (perahu jukung) yang digunakan para nelayan Kalipucung Ciamis yang beroperasi di perairan Segara Anakan.

(22)

Tabel 8. Perkembangan armada penangkapan dan jenis alat tangkap di Kabupaten Ciamis pada tahun 1997 – 2001.

Satuan : buah

Tahun Perahu Perahu Jenis Alat Tangkap

Tanpa Motor Gill Tram Jaring Jaring Jaring Pancing Total Motor Tempel Net mel Arad Dogol Apong (rawe)

Net 1997 43 741 1.300 559 22 21 136 776 2.814 1998 68 876 1.009 559 22 21 136 898 2.645 1999 46 886 841 559 33 64 136 297 1.930 2000 61 886 1.993 610 36 195 136 399 3.369 2001 38 1.142 1.686 661 31 195 136 551 3.260 rata-rata kenaikan 5,18 12,06 20,64 4,37 11,30 102,36 0,0 5,31 9,57 ( % )

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis (2002).

Perkembangan armada penangkapan dan alat tangkap pada periode waktu tahun 1997 – 2001 yang secara umum mengalami peningkatan tersebut diatas pada umumnya masih diikuti dengan perkembangan produksi hasil tangkapan di laut sebagaimana pada Tabel 9. Produksi hasil tangkapan di laut pada tahun 1997 sebesar 3.492,3 ton dan pada tahun 2001 mengalami penurunan menjadi 2.529,8 ton, walaupun pada tahun 2001 produksi hasil tangkapan di laut tersebut mengalami penurunan dibandingkan produksi pada tahun 1997, tetapi secara umum produksi hasil tangkapan di laut pada periode waktu tersebut mengalami kenaikan rata – rata sebesar 0,79 %.

Demikian pula situasi perkembangan ikan dan udang hasil tangkapan di laut pada periode waktu tahun 1997 – 2001 sebagaimana pada Tabel 9 tersebut, dimana produksi ikan dan udang pada tahun 2001 lebih kecil dari produksi ikan dan udang pada tahun 1997. Secara umum produksi ikan dan udang hasil tangkapan di laut pada periode waktu tersebut masih mengalami kenaikkan dengan rata – rata 1,99 % per tahun untuk ikan dan 5,48 % per tahun untuk udang.

(23)

Tabel 9. Perkembangan produksi hasil tangkapan di laut daerah Ciamis pada Tahun 1997 – 2001.

Satuan : ton

Tahun Ikan Udang Total

( kg ) ( kg ) ( kg ) 1997 2.770,7 721,6 3.492,3 1998 1.675,5 433,7 2.109,2 1999 2.422,3 669,2 3.091,5 2000 1.411,0 300,5 1.711,5 2001 2.041,2 488,6 2.529,8 Rata-rata kenaikan 1,99 5,48 0,79 ( % )

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis 2003.

Jenis – jenis ikan yang benyak tertangkap di laut dan didaratkan di daerah Ciamis adalah ikan layur, tengiri, bawal, manyung, cucut, pari, reman, kembung, tongkol, kakap, bambangan, petek dan lain-lain. Jenis udang yang banyak tertangkap di laut dan didaratkan di daerah Ciamis adalah udang rebon, krosok, dogol dan jerbung.

Sehubungan dengan masih sederhananya jenis alat tangkap dan perahu motor tempel yang digunakan oleh para nelayan dari Pangandaran dan sekitarnya tersebut diatas, maka daerah operasi penangkapannyapun juga masih sangat terbatas yaitu hanya disekitar perairan pantai dan pada umumnya di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat di perairan Teluk Maurits serta khusus untuk nelayan dari Kalipucang mengadakan operasi pengangkapan di perairan lagoon yaitu di perairan Segara Anakan. Operasi penangkapan ikan dan udang di laut oleh nelayan tersebut hanya dilakukan satu hari atau one day

fishing yaitu berangkat ke laut pada waktu sore / malam hari dan kembali darat /

(24)

Nelayan Ciamis yang mengadakan operasi penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat dan perairan Segara Anakan adalah para nelayan dari daerah Pangandaran, Parigi, Cijulang dan Kalipucung. Armada penangkapan dan jenis alat yang digunakan oleh para nelayan dari Ciamis ini pada umumnya sama dengan para nelayan dari Kebumen yaitu perahu jukung yang dilengkapi dengan motor tempel sebagaimana pada Gambar 9 dan Gambar 10. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap udang adalah alat tangkap trammel net dari bahan monofilamen yang dioperasikan di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat serta jaring apong dari bahan monofilamen yang dioperasikan di perairan Segara Anakan.

Pengoperasian alat tangkap trammel net di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat di perairan Teluk Maurits yang dilakukan oleh para nelayan Ciamis dari daerah Pangandaran, Parigi dan Cijulang tersebut adalah secara pasif yaitu dengan cara meletakkan meletakkan alat tangkap trammel net di dasar perairan selama kurang lebih 4 – 5 jam dan kemudian alat tangkap ditarik. Jumlah piece (unit) alat tangkap trammel net yang digunakan para nelayan relatif masih sangat sedikit untuk masing – masing perahu yaitu berkisar kurang lebih 10 piece. Pengoperasian jaring apong yang dilakukan para nelayan Ciamis dari Kalipucang di perairan Segara Anakan adalah dengan memasang jaring apong di perairan dengan tongkat yang disuaikan dengan arah arus.

Untuk mengetahui jumlah kapal trammel net dan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut para nelayan Ciamis ini diambil sampel data-data kegiatan penangkapan udang di laut para nelayan Ciamis di TPI Pangandaran, TPI Perigi dan TPI Batukaras Cijulang, dimana perkembangan kegiatan penangkapan udang jerbung di laut oleh para nelayan dari Ciamis tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 dan Lampiran 3.

(25)

Jumlah kapal trammel net pada periode waktu tahun 1998 – 2002 rata-rata peningkatan sebesar 0,05 % per tahun, dimana pada tahun 1998 sebesar 249 buah dan meningkat menjadi 263 buah pada tahun 2002. Peningkatan jumlah armada tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produksi udang tetapi diikuti dengan penurunan produksi udang rata-rata sebesar 0,06 % per tahun, dimana pada tahun 1998 sebesar 23.694,6 kg dan mengalami penurunan pada tahun 2002 menjadi sebesar 22.474,9 kg.

Tabel 10. Perkembangan kegiatan penangkapan udang nelayan Ciamis pada tahun 1988 – 2002

Tahun Kapal / Produksi Udang

Perahu Udang jerbung Udang Dogol Total Udang

( buah ) ( kg ) ( kg ) ( kg ) 1998 249 23.694,6 42.673,9 66.368,5 1999 251 28.064,6 31.769,1 59.833,7 2000 248 14.171,8 27.011,4 41.183,2 2001 261 16.510,6 35.563,8 52.074,4 2002 263 22.474,9 32.657,3 55.132,2 Rata-rata kenaikan 0,05 - 0,06 - 9,20 -7,42 ( % )

Sumber : Data TPI Pangandaran, TPI Parigi dan TPI Batukaras Cijulang yang sudah diolah.

Untuk udang dogol sebagai hasil sampingan tangkapan trammel net pada periode waktu tersebut juga mengalami penurunan sebesar 9,20 % per tahun, sehingga total udang hasil tangkapan trammel net juga mengalami penurunan sebesar 7,42 % per tahun. Produksi total udang pada tahun 1998 sebesar 66.368,5 kg dan pada tahun 2002 mengalami penurunan dan produksinya menjadi 55.132,2 kg.

Penurunan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut yang didaratkan di Pangandaran ini kemungkinan besar dikarenakan udang jerbung hasil tangkapan di laut

(26)

tersebut dijual tidak lewat TPI tetapi di jual langsung ke pedagang pengumpul yang ada di Pangandaran sehingga data hasil tangkapan udang tersebut tidak tercatat di TPI. Hal ini dikarenakan tempat pendaratan para nelayan tersebar di sepanjang pantai yang lokasinya jauh dari TPI Pangandaran sehingga kalau di jual lewat TPI Pangandaran harus menambah biaya perjalanan darat dan ini tidak menguntungkan bagi para nelayan. Demikian pula para pedagang pengumpul di tempat pendaratan para nelayan tersebut tidak menjual udang lewat TPI tetapi langsung di jual ke pedagang besar karena lebih menguntungkan bagi pedagang pengumpul tersebut.

Kegiatan penangkapan udang di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat di perairan Teluk Maurits Pangandaran ini juga dilakukan para nelayan dari Cilacap yang menggunakan kapal ikan berukuran kurang dari 20 GT dengan alat tangkap trammel net. Sehubungan daerah operasi penangkapan di sekitar Teluk Maurits yang merupakan perairan pantai yang relatif dekat dengan Pangandaran, maka operasi penangkapan dilakukan hanya 1 (satu) hari yaitu berangkat pada pagi hari sekitar pukul 04.00 pagi hari dan pulang pada waktu sore menjelang malam yaitu sekitar pukul 18.00 sore hari. Udang hasil tangkapan kapal-kapal motor dari Cilacap tersebut langsung di jual kepada pedagang-pedagang dan tidak lewat TPI, sehingga jumlah produksinya tidak tercatat di TPI Pangandaran.

Operasi penangkapan kapal - kapal ikan dengan alat tangkap trammel net dari Cilacap di perairan Teluk Maurits Pangandaran dan menjual udang hasil tangkapannya di Pangandaran tersebut diatas tidak dikarenakan harga udang di Pangandaran lebih mahal dari pada harga udang di Cilacap. Hal ini dikarenakan uang hasil penjualan udang hasil tangkapan tersebut tidak disetorkan ke pemilik kapal ikan tetapi uang hasil penjualan

(27)

udang tersebut milik ABK kapal ikan tersebut. Situasi ini akan sangat merugikan pemilik kapal ikan dan daerah asal kapal ikan tersebut yaitu Cilacap karena kehilangan retribusi kapal ikan tersebut.

Udang hasil tangkapan di laut kapal – kapal ikan dari Cilacap tersebut tidak dilelang melalui TPI Pangandaran, tetapi dijual langsung kepada pedagang – pedagang langganannya, sehingga produksinya tidak tercatat di TPI Pangandaran. Situasi ini akan sangat merugikan bagi daerah Pangandaran karena tidak kena retribusi serta akan sangat merugikan pengembangan kegiatan penangkapan udang di perairan Teluk Maurits Pangandaran pada khususnya serta Perairan Cilacap dan sekitarnya pada umumnya. Hal ini dikarenakan data – data dan informasi kegiatan kapal – kapal ikan dari Cilacap tersebut belum diperhitungkan didalam pengelolaan pemanfaatan sumber daya udang di perairan Cilacap dan sekitarnya serta pengembangan pemanfaatan selanjutan.

Pengembangan kapal – kapal ikan dengan alat tangkap trammel net dari Cilacap yang beroperasi di perairan Teluk Maurits Pangandaran tersebut diatas pada periode waktu tahun 1997 – 2002 dapat dilihat pada Tabel 11 mengalami rata – rata penurunan sebesar 0,06 % per tahun. Pada tahun 1997 jumlah kapal ikan dengan alat tangkap

trammel net tersebut adalah sebesar 20 buah kapal dan menurun pada tahun 2002 menjadi

18 buah kapal.

Sehubungan dengan teknologi alat tangkap yang digunakan nelayan Cilacap dan nelayan Ciamis pada periode tahun 1998 – 2002 relatif sama dan tidak ada perubahan sehingga tingkat fluktuasinya relatif sama, maka untuk menentukan CPUE kapal ikan

trammel net dari Cilacap tersebut adalah dengan memperbandingkan CPUE kapal ikan trammel net dari Cilacap pada saat penelitian pada tahun 2002 dengan pergerakan CPUE

(28)

kapal ikan alat tangkap trammel net dari Ciamis selama periode waktu tahun 1998 – 2002 sebagaimana pada Lampiran-4, dimana perkembangan kapal ikan trammel net,

CPUE dan produksi udang jerbung kapal ikan trammel net dari Cilacap tersebut dapat

(29)

Tabel 11. Perkembangan kapal trammel net dari Cilacap yang beroperasi di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat dan produksi udang pada tahun 1998 – 2002

Tahun Kapal Ikan Produksi Udang

( buah ) Udang jerbung Udang dogol Total udang ( ton ) ( ton ) ( ton )

1998 15 50,23 90,46 140,69 1999 13 55,90 63,27 119,17 2000 13 30,55 58,22 88,77 2001 15 35,25 75,92 111,17 2002 18 63,36 120,25 183,61 rata-rata kenaikkan 5,51 15,27 2,15 1,82 ( % )

Sumber : Data TPI Pangandaran yang sudah diolah.

Perkembangan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut kapal ikan trammel

net dari Cilacap yang di daratkan di Ciamis juga mengalami kenaikkan rata-rata sebesar

15,27 % per tahun, dimana pada tahun 1998 sebesar 50,23 ton dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 63,36 ton. Demikian pula produksi dang dogol sebagai hasil sampingan penangkapan trammel net pada periode waktu tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 2,15 % per tahun, sehingga total udang hasil tangkapan trammel net pada periode waktu tersebut juga meningkat sebesar 1,82 % per tahun. Produksi total udang pada tahun 1998 sebesar 140,69 ton dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 183,61 ton.

Untuk data dan informasi kegiatan penangkapan udang di perairan Segara Anakan yang dilakukan oleh para nelayan dari Kalipucang Ciamis ini sangat kurang dan bahkan tidak ada data dan informasi dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis

(30)

maupun di Kalipucang, Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis dalam upaya meningkatkan pengembangan kegiatan perikanan telah dibangun TPI di Kalipucang yaitu TPI Majengklak, tetapi TPI tersebut tidak berfungsi dan bahkan sekarang bangunan TPI sudah rusak. Oleh karena itu untuk mendapatkan data dan informasi kegiatan penangkapan udang di perairan Segara Anakan yang dilakukan para nelayan Kalipucang dengan cara wawancara dengan nelayan dan hasil – hasil penelitian yang telah ada sebelumnya.

Jenis alat tangkap yang digunakan para nelayan Kalipucang untuk menangkap udang di perairan Segara Anakan adalah jaring apong yaitu jenis alat tangkap perangkap dengan memanfaatkan dan menggunakan kantong jaring trawl sebagai jaring apong. yang penggunaannya berkembang dengan cepat di Perairan Segara Anakan. Jumlah jaring apong yang ada di Segara Anakan (Ciamis dan Cilacap) pada tahun 1987 dan 1988 menurut Hariati et al. (1990) sebanyak 320 buah dan jumlah jaring apong menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis pada tahun 1997 dan tahun 1998 adalah sebesar 136 buah.

Jumlah alat tangkap jarring apong pada tahun 2000 menurut Zarochman (2003) meningkat menjadi sebanyak 887 unit dan jumlah jaring apong ini pada tahun 2001 menurun, terutama untuk daerah operasi penangkapan di sekitar perairan Pelawangan Barat karena pada perairan tersebut terjadi pendangkalan dan menurut beberapa nelayan penurunan tersebut sampai 50 %, sehingga jumlah yang masih aktif diperkirakan 443 unit. Perkembangan jaring apong oleh para nelayan Majingklak – Ciamis serta CPUE dan produksi udang jerbung hasil tangkapan di perairan Segara Anakan dapat dilihat pada Tabel 12.

(31)

Tabel 12. Perkembangan armada penangkapan dan alat tangkap jaring apong nelayan Ciamis yang beroperasi di perairan Segara Anakan serta produksi udang jerbung pada tahun 1997 – 2002.

Tahun Jumlah Perahu Jumlah CPUE Produksi Motor Tempel Jaring Apong Jaring Apong Udang Jerbung

( buah ) ( unit ) ( kg ) ( kg ) 1997* 136 408 -- -- 1998* 136 408 -- -- 1999 -- -- -- -- 2000** 296 887 47,6 14.073,73 2001** 147 443 47,6 14.073,73 2002*** 148 443 33,1 4.887,77

Sumber : * data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis ** data Zarochman (2003)

*** data hasil penelitian dan wawancara dengan Nelayan

Berdasarkan jumlah jaring apong dan CPUE jarring apong sebagaimana pada Tabel 12 tersebut diatas, maka diperkirakan produksi udang jerbung hasil tangkapan di perairan Segara Anakan diperkirakan sebesar 14,07 ton pada tahun 2000 dan tahun 2001 serta kemudian produksi tersebut turun menjadi 4,89 pada tahun 2002. Penurunan produksi udang jerbung ini dikarenakan terjadinya pendangkalan di perairan Segara Anakan disekitar Pelawangan Barat sehingga menyulitkan untuk beroperasinya jaring apong di perairan tersebut.

Pemasaran ikan dan udang hasil penangkapan di di laut yang di daratkan di daerah Ciamis ini sudah lewat TPI kecuali untuk daerah Kalipucung karena TPI Majingklak belum berfungsi. Untuk ikan dan udang yang didaratkan dan dipasarkan lewat TPI dengan cara lelang, terutama untuk TPI Parigi, TPI Cijulang dan TPI Pangandaran. Peserta lelang pada umumnya adalah pedagang - pedagang lokal sebagai pengumpul yang kemudian di jual ke pedagang besar untuk dipasarkan atau dijual ke Bandung, Jakarta dan Cilacap.

(32)

Untuk hasil tangkapan udang yang didaratkan di Pangandaran sebagian masuk TPI Pangandaran dan sebagian lagi dijual langsung ke pedagang lokal sebagai pengumpul yang kemudian dijual kepada pedagang besar untuk dipasarkan atau dijual ke Bandung, Jakarta dan Cilacap. Udang hasil tangkapan di perairan Segara Anakan yang didaratkan di Kalipucung pada umumnya dijual langsung kepada pedagang lokal sebagai pengumpul yang kemudian di jual ke Cilacap lewat TPI Donan.

Produksi udang jerbung hasil tangkapan kapal trammel net dari Cilacap tersebut didaratkan di Pangandaran Ciamis langsung kepada pedagang pengumpul dan tidak lewat TPI Pangandaran sehingga produksi udang tersebut tidak tercatat dan juga tidak dikenakan retribusi. Demikian pula produksi hasil tangkapan nelayan Kalipucung yang beroperasi di perairan Segara Anakan dijual langsung ke pedagang pengumpul karena TPI Majingklak tidak berfungsi. Situasi ini sangat merugikan Pemerintah Daearah Ciamis karena produksi tersebut berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Ciamis No 8 Tahun 2001 tentang penyelenggaraan dan retribusi pelelangan ikan harus dikenakan retribusi sebesar 6 %.

Produksi udang jerbung kapal trammel net Cilacap tersebut pada tahun 2002 sebesar 63,36 ton (Tabel 11) dengan diperkirakan dengan nilai lelang sebesar Rp. 2.534.400.000 ,- harusnya dikenakan retribusi 6 % sebesar Rp. 152.064.000 ,- . Hal ini sangat merugikan Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis dan juga nelayan Cilacap tetapi sangat menguntungkan pedagang pungumpul karena :

- Pedagang pengumpul yang harusnya membayar 3 % dari nilai pembelian udang atau 50 % dari nilai retribusi yang diperkirakan sebesar Rp. 76.032.000 ,-

(33)

- Nelayan Cilacap yang seharusnya menerima kembali 0,35 % dari 6 % retribusi yang diperkirakan sebesar Rp. 8.987.000 ,- sebagai tabungan nelayan dan 0,25 % dari 6 % retribusi yang diperkirakan sebesar Rp. 6.419.000 ,- sebagai asuransi nelayan.

- Pemerintah Daerah Ciamis yang seharusnya menerima 2,5 % dari 6% retribusi yang diperkirakan sebesar Rp. 64.193.000 ,- sebagai pendapatan asli daerah (PAD).

Untuk data – data pelanggaran kegiatan penangkapan ikan di laut, termasuk kegiatan penangkapan udang di laut tidak tercatat karena kegiatan pengawasan di laut dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap yang tidak mengikut sertakan aparat Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis. Disamping itu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis juga tidak mengetahui waktu dan jadwal pelaksanaan kegiatan pengawasan di laut yang dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap.

(3) Cilacap.

Kegiatan penangkapan ikan dan udang di laut oleh para nelayan dari Cilacap ini pada umumnya sudah berkembang jika dibandingkan dengan kegiatan penangkapan ikan dan udang di laut oleh para nelayan dari Kebumen dan Ciamis. Kegiatan penangkapan di laut oleh para nelayan dari Cilacap ini sudah berkembang, terutama penangkapan udang di laut sudah berkembang pada saat alat tangkap trawl masih diperbolehkan beroperasi di Perairan Indonesia. Hal ini dikarenakan perairan Cilacap dan sekitarnya adalah salah satu daerah penyeberan udang penaeid (termasuk udang jerbung) sehingga perairan tersebut juga merupakan daerah konsentrasi penangkapan alat tangkap trawl.

Alat tangkap trawl mulai berkembang dioperasikan di perairan Cilacap dan sekitarnya pada tahun 1971 sebanyak 13 buah kapal dan kemudian berkembang dengan

(34)

pesat dalam waktu yang relatif singkat karena pada tahun 1972 jumlahnya meningkat menjadi 122 buah kapal. Perkembangan pengoperasian alat tangkap trawl ini kurang dikendalikan sehingga pada pada tahun 1975 menurut Van Zalinge and Naamin (1975) menyatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya udang di perairan Cilacap dan sekitarnya sudah padat tangkap.

Sehubungan perkembangan pengoperasian alat tangkap trawl tersebut banyak menimbulkan keresahan social diantara para nelayan sehingga sering terjadi konflik di lapangan, maka oleh Pemerintah Indonesia Cq. Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian dengan Keputusan Presiden No. 39 Tahun 1980 melarang pengoperasian alat tangkap trawl di Perairan Indonesia. Untuk mengganti alat tangkap trawl tersebut maka Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan pada tahun 1993 mengeluarkan Rangkuman Materi Calon Paket Teknologi Usaha Penangkapan Ikan / Udang dan salah satu paket tersebut adalah Paket Teknologi Usaha Penangkapan Udang Dengan Menggunakan Trammel Nets.

Pada umumnya para nelayan di Indonesia, termasuk para nelayan di Cilacap sebelum dikeluarkannya Paket Teknologi Usaha Penangkapan Ikan / Udang pada tahun 1993 sudah menggunakan alat tangkap trammel net (Gambar 10) sebagai pengganti alat tangkap trawl tetapi alat tangkap trammel net ini produktivitasnya masih dibawah alat tangkap trawl. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi udang dari hasil tangkapan di laut, termasuk produksi udang hasil tangkapan di perairan Cilacap dan sekitarnya.

(35)

Gambar 10. Armada penangkapan ikan dan udang (perahu compreng dan kapal ikan) yang digunakan para nelayan Cilacap yang beroperasi di perairan Cilacap dan sekitarnya.

Produksi udang penaeid di Cilacap menurut Proyek Pengembangan Dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut (1995) pada tahun 1979 pada waktu alat tangkap trawl masih diperbolehkan beroperasi adalah sebesar 5.242 ton dan produksi udang tersebut menurun dratis pada waktu alat tangkap trawl dilarang beroperasi dan produksi udang penaeid pada tahun 1984 sebesar 876 ton. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas alat trammel net sebagai alat pengganti alat tangkap trawl tidak sebesar dan seefektif alat tangkap trawl yang digantikannya.

Dilarangannya beroperasi alat tangkap trawl di Cilacap ini mengakibatkan banyak para nelayan Cilacap mulai mengalihkan tujuan penangkapan dengan target species udang beralih ke ikan sehingga mulai berkembang penggunaan alat tangkap untuk menangkap ikan, terutama ikan pelagis seperti penggunaan alat tangkap gillnet, pancing rawai dan

long line. Jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan Cilacap adalah alat

(36)

pancing rawai dan long line) dan jaring apong sedangkan perkembangan jenis alat tangkap yang banyak digunakan nelayan Cilacap dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Perkembangan jenis alat tangkap di Cilacap pada tahun 1997 – 2001.

Satuan : unit. Tahun Payang Lampara Trammel Gillnet Jaring Pancing Apong

Dasar Net Sirang

1997 201 391 15.200 11.200 22.300 49.200 305 1998 220 409 17.652 11.965 28.780 71.850 335 1999 220 502 17.652 12.242 31.696 72.250 520 2000 220 502 17.652 12.242 26.676 72.250 760 2001 220 502 17.662 12.242 26.686 67.500 716 rata-rata kenaikan 2,16 5,73 3,47 2,16 8,49 14,82 24,27 ( % )

Sumbar : Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap

Berdasarkan perkembangan jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan Cilacap sebagaimana pada Tabel 13 tersebut terlihat terjadi rata-rata kenaikan per tahun untuk semua jenis alat tangkap selama periode tahun 1997 – 2001. Untuk jenis alat tangkap yang mengalami rata-rata kenikkan per tahun yang tinggi selama periode tersebut adalah jaring apong sebesar 24,27 % dan pancing (termasuk pancing rawai dan long line) sebesar 14,82 %. Trammel net hanya mengalami rata-rata kenaikan per tahun sebesar 3,47 % dari 15.200 unit pada tahun 1997 naik menjadi 17.662 unit pada tahun 1998 dan kemudian jumlah alat tangkap tersebut tidak mengalami perubahan sampai tahun 2001.

Daerah operasi penangkapan alat tangkap pada Tabel 13 tersebut diatas pada umumnya di perairan Cilacap dan sekitarnya yaitu di Perairan Samudera Hindia tetapi untuk jaring apong dan sebagian jaring sirang dengan daerah operasi penangkapan di

(37)

perairan Segara Anakan dengan target spesies udang untuk jaring apong dan ikan untuk jaring sirang. Untuk alat tangkap yang beroperasi di Perairan Samudera Hindia pada umumnya dengan target spesies ikan, kecuali untuk alat tangkap trammel net dan sebagian jaring sirang dengan target spesies udang dengan daerah operasi penangkapan di perairan Samudera Hindia dari Cilacap sampai Yogyakarta.

Pada umumnya untuk jenis alat tangkap trammel net, gillnet dan long line sudah menggunakan kapal ikan, terutama untuk alat tangkap gillnet, long line dan purse seine yang daerah operasinya di Perairan Samudera Hindia dari Selatan Jawa – Bali bahkan sampai Selatan Sumatera dengan menggunakan kapal ikan berukuran diatas 30 GT dan ukuran kapal ikan per jenis alat tangkap dapat dilihat pada Tabel 14. Izin penangkapan kapal ikan berukuran diatas 30 GT pada umumnya adalah long line, gillnet dan purse

seine, tetapi dilapangan untuk kapal ikan yang berizin gillnet beroperasi di laut dengan trammel net.

Tabel 14. Jumlah kapal ikan per jenis ukuran dan alat tangkap di Cilacap pada tahun 2002

Kapal Ikan Jenis Alat Tangkap ( unit )

Ukuran Jumlah Trammel Gillnet Long Line Purse Jumlah

( GT ) ( buah ) Net Seine

< 10 GT 10 10 1 - - 11 11 – 20 GT 130 88 41 1 - 130 21 - 30 GT 123 48 64 10 1 123 31 - 50 GT 86 18 20 48 - 86 51 - 100 GT 47 - 4 42 1 47 > 100 GT 28 - - 28 - 28 J u m l a h 424 164 130 129 2 424

(38)

Jenis alat tangkap oleh para nelayan Cilacap rata-rata mengalami peningkatan sebagaimana pada Tabel 13 tetapi kenaikan penggunaan jenis alat tangkap tersebut tidak diikuti dengan keniakkan produksi ikan dan udang hasil tangkapan di laut oleh para nelayan Cilacap yang didaratkan di Cilacap sebagaimana Tabel 14. Produksi ikan dan udang hasil tangkapan di laut oleh para nelayan Cilacap yang didaratkan di Cilacap selama periode waktu tahun 1997 – 2001 mengalami rata-rata penurunan sekitar 0,25 %, dimana produksi ikan dan udang hasil tangkapan dari laut pada tahun 1997 sebesar 23.049,6 ton dan pada tahun 2001 turun menjadi 6.454,4 ton.

Jenis – jenis ikan hasil tangkapan di laut yang didaratkan di Cilacap sebagian besar adalah ikan bawal hitam, bawal putih, tongkol, tenggiri, manyung, cucut, pari, tigawaja, layur, cakalang dan tuna. Jenis – jenis udang dari hasil tangkapan di laut yang didaratkan di Cilacap sebagian besar adalah udang jerbung, udang dogol, udang barat, udang krosok dan udang rebon yang perkembangan jenis ikan dan udang tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

(39)

Tabel 15. Perkembangan produksi perikanan laut di Cilacap pada tahun 1997 – 2001

Satuan : ton

Jenis Ikan 1997 1998 1999 2000 2001 kenaikan

dan Udang rata-rata

UDANG 2.519,2 1.633,0 2.549,1 1.308,5 1.355,2 - 0,06 U Jerbung 164,2 295,8 300,0 286,2 194,0 0,11 U Dogol 383,8 468,7 408,0 38,7 303,3 1,51 U Tiger 2,8 1,3 0,9 64,4 2,4 17,19 U Lobster 33,3 24,4 0,4 0,6 0,4 0,27 U Barat 553,8 453,7 - 33,3 14,4 - U Krosok 541,9 174,9 607,4 375,3 353,5 0,34 U Rebon 839,4 214,2 1.232,4 510,0 487,2 0,84 IKAN 20.530,4 9.862,3 7.158,9 5.767,2 5.099,2 - 0,28 Bawal H 4,5 17,6 172,4 55,4 47,6 2,72 Bawal P 53,1 84,7 15,2 9,4 24,9 0,26 Tongkol 1.540,8 785,3 1.306,9 1.721,3 2.315,7 0,21 Tenggiri 906,2 24,5 237,7 88,0 70,5 1,73 Kakap 82,7 14,6 10,6 4,6 3,2 - 0,49 Gerok 60,7 15,8 8,8 4,3 1,1 - 0,61 Bambangan 19,4 4,6 7,4 5,5 2,7 - 0,23 Manyung 127,6 128,3 221,1 128,1 21,6 - 0,13 Cucut 1.027,7 474,9 761,8 367,0 175,6 - 0,24 Pari 266,2 165,2 165,8 64,7 33,3 - 0,37 Tigawaja - 141,5 33,0 204,0 127,1 - Layur 320,6 525,6 163,9 91,5 52,1 - 0,23 Lemuru 147,3 7,0 7,5 0,6 15,6 5,80 Songot 1.377,2 31,7 0,2 2,1 0,3 1,67 Cak-Tuna 4.360,6 3.338,9 2.071,9 1.466,6 1.077,7 - 0,29 Kacangan 6,3 0,4 6,4 0,1 41,9 107,77 Baleng 173,0 0,6 - 0,9 1,8 - Rajungan 472,7 - - - - - Keong - 153,9 19,6 195,7 145,2 - Ubur-ubur - 5,6 8,4 - - - Lain-lain 9.583,8 3.941,6 1.940,3 1.357,4 941,3 - 0,43 T O T A L 23.049,6 11.495,3 9.708,0 7.075,7 6.454,4 - 0,25

Sumber : Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap tahun 2002.

Produksi total udang hasil tangkapan di laut yang didaratkan di Cilacap selama periode waktu tahun 1997 – 2001 rata-rata mengalami penurunan sebesar 0,06 % dari produksi sebesar 2.519,2 ton pada tahun 1997 dan turun menjadi sebesar 1.355,2 ton pada tahun 2001, tetapi penurunan tersebut disebabkan produksi udang lobster mengalami

(40)

penurunan sebesar 0,27 % dan udang barat produksi tahun 1999 tidak tercatat sebagaimana pada Tabel 15. Jenis udang lainnya seperti udang jerbung, udang dogol, udang krosok dan udang rebon periode waktu tersebut mengalami kenaikkan, khusus untuk udang jerbung mengalami kenaikkan sebesar 0,11 % dari produksi sebesar 164,2 ton pada tahun 1997 naik menjadi sebesar 194,0 ton pada tahun 2001.

Untuk produksi ikan secara total dari hasil tangkapan di laut selama periode waktu tahun 1997 – 2001 tersebut juga mengalami rata-rata penurunan sebesar 0,28 % dari produksi sebesar 20.530,4 ton pada tahun 1997 dan turun menjadi sebesar 5.099,2 ton pada tahun 2001. Produksi ikan secara total mengalami rata-rata penurunan, tetapi untuk beberapa jenis ikan selama periode waktu tersebut mengalami rata-rata kenaikan, seperti ikan bawal hitam, bawal putih, tongkol, tenggiri dan kacangan yang perkembangannya dapat dilihat pada Tabel 15 tersebut.

Penurunan produksi ikan hasil tangkapan dari laut yang didaratkan di Cilacap ini kemungkinan besar dikarenakan ukuran kapal ikan yang digunakan oleh para nelayan dari Cilacap ini relatih besar diatas 30 GT sehingga jangkauan operasi penangkapannya tidak hanya di perairan Cilacap dan sekitarnya tetapi sampai ke perairan yang jauh dari Cilacap, seperti di perairan dekat Selat Sunda dan perairan selatan Bali Nusa Tenggara dengan alat tangkap gillnet dan long line. Sehubungan relatif jauhnya daerah operasi penangkapan para nelayan Cilacap tersebut maka hasil tangkapannyapun didaratkan di Pelabuhan yang relatif dekat dengan daerah operasi penangkapan yaitu di Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Ratu untuk yang beroperasi di perairan Selat Sunda dan Pelabuhan Umum Benoa untuk yang beroperasi di perairan Bali Nusa Tenggara sehingga hasil tangkapannya tidak tercatat di Dinas Perikanan dan Kelautan Cilacap.

(41)

Untuk penurunan produksi udang hasil tangkapan di laut ini dikarenakan terjadinya penjualan udang di tengah laut dan udang hasil tangkapan di laut di jual tidak di Cilacap tetapi di jual di daerah Gombong dan Pangandaran.

(1) penjualan udang hasil tangkapan di laut para nelayan Cilacap yang beroperasi di perairann Maurits Pangandaran dengan alat tangkap trammel net yang udang hasil tangkapannya didaratkan di Pangandaran Ciamis dan langsung di jual ke perusahaan pengumpul, sehingga data perkembangan produksi udang hasil tangkapan di laut tersebut tidak tercatat di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis maupun Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap.

(2) penjualan udang di tengah laut para nelayan Cilacap dengan alat tangkap trammel net yang beroperasi di perairan Selatan Cilacap dan sekitarnya yang hasilnya didaratkan di Cilacap tetapi langsung ke bakul / pedagang atau ke perusahaan perikanan yang ada di Cilacap sehingga data produksi udang hasil tangkapan di laut tersebut tidak tercatat di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap.

(3) penjualan hasil tangkapan udang dari laut oleh para nelayan Cilacap dengan alat tangkap trammel net yang beroperasi di perairan Selatan Cilacap dan sekitarnya yang didaratkan di Gombong Kebumen lewal TPI setempat dan hasilnya tercatat di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen tetapi tidak tercatat di Dinas Perikanan dan Kelautan Cilacap

Di perairan Cilacap dan sekitarnya mulai tahun 2000 mulai terjadi pembelian ikan dan udang hasil tangkapan di laut oleh beberapa orang sebagai pembeli, terutama untuk udang jerbung hasil tangkapan di laut. Penjualan udang jerbung di tengah laut tersebut dilakukan dengan paksaan dan ancaman serta harganyapun rendah atau dibawah harga

(42)

udang didarat. Hal ini sangat merugikan para juragan atau nelayan pemilik kapal ikan

trammel net karena uang hasil penjualan tersebut tidak diserahkan kepada juragan pemilik

tetapi uang tersebut dibagi-bagikan kepada ABK sehingga sangat menguntungkan bagi nelayan ABK kapal trammel net tersebut.

Permasalahan lainnya yang juga terjadi pada kegiatan penangkapan udang dengan alat tangkap trammel net tersebut adalah udang hasil tangkapan di laut di jual di Gombong – Kebumen serta Pangandaran Ciamis yang uang hasil penjualan tersebut tidak diserahkan kepada juragan pemilik tetapi uang tersebut dibagi-bagikan kepada ABK. Hal ini juga sangat menyulitkan Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah karena udang hasil tangkapan yang di jual tersebut tidak dilaporkan kepada Petugas Dinas Perikanan dan Kelautan serta daerah kehilangan retribusi dari jual beli udang hasil tangkapan di laut tersebut.

Sehubungan dengan situasi dan permasalahan tersebut diatas, maka data hasil tangkapan yang ada di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap belum dapat menggambarkan situasi perkembangan dan permasalahan kegiatan penangkapan di laut oleh para nelayan Cilacap, terutama kegiatan penangkapan udang di laut dengan alat tangkap trammel net para nelayan Cilacap. Untuk mengetahui gambaran perkembangan kegiatan penangkapan udang para nelayan Cilacap diambil sampel di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap.

Berdasarkan buku harian kegiatan kapal ikan yang mendarat di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap dapat diketahui jumlah kapal trammel net dan ukurannya serta udang jerbung hasil tangkapan dari laut sebagaimana pada Lampiran-5 dan

(43)

perkembangan kegiatan kapal trammel net para nelayan Cilacap yang didaratkan di Cilacap dapat dilihat pada Tabel 16.

(44)

Tabel 16. Perkembangan kapal trammel net di Cilacap pada tahun 1997 – 2002 Satuan : buah

rata-rata Ukuran Kapal 1997 1998 1999 2000 2001 2002 kenaikan

( % ) Di Pelabuhan 207 202 185 196 204 164 - 4,08 < 10 GT 7 8 8 9 9 10 7,58 11 - 20 GT 136 129 114 117 119 88 - 7,70 21 - 30 GT 50 50 46 52 56 48 - 0,45 > 30 GT 14 15 15 18 20 18 36,10 Di Luar Pelabuhan 61 46 58 81 97 113 15,48 Motor Tempel T o t a l 268 248 243 277 301 277 1,04

Sumber : Data Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap yang sudah diolah.

Jumlah kapal trammel net pada periode waktu tahun 1997 – 2002 pada umumnya mengalami rata-rata kenaikkan sebesar 1,04 % setiap tahunnya, dimana pada tahun 1997 sebesar 268 buah kapal dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 277 buah sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 16. Untuk kapal trammel net yang berukuran dibawah 10 GT dan motor tempel pada periode waktu tahun 1997 – 2002 mengalami peningkatan dan untuk ukuran kapal lainnya pada periode waktu tersebut mengalami penurunan. Operasi penangkapan alat tangkap trammel net oleh para nelayan Cilacap adalah secara aktif yaitu dengan cara di tarik di dasar perairan selama lebih kurang 2 – 3 jam.

Berdasarkan buku harian kegiatan kapal trammel net yang mendarat di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap tersebut dapat juga diketahui CPUE kapal trammel net per jenis ukuran yang kemudian dapat untuk memperkirakan produksi udang jerbung yang mendarat di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap sebagaimana pada Lampiran 6. Untuk melihat perkembangan produksi udang jerbung hasil tangkapan para nelayan

(45)

Cilacap yang mendaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Perkembangan produksi udang jerbung hasil tangkapan trammel net di Cilacap pada tahun 1997 – 2002.

Satuan : ton. rata-rata Ukuran Kapal 1997 1998 1999 2000 2001 2002 kenaikan ( % ) Di Pelabuhan 472,17 337,15 232,82 251,35 244,43 216,30 - 13,17 < 10 GT 13,37 8,72 5,60 4,77 4,41 7,90 - 2,76 11 - 20 GT 232,80 167,58 118,17 107,12 101,92 93,10 - 16,07 21 - 30 GT 156,00 104,00 74,40 87,60 88,30 80,20 - 10,48 > 30 GT 70,00 56,85 34,65 51,86 49,80 35,10 - 8,33 Di Luar Pelabuhan 82,08 83,64 85,79 68,27 66,58 96,85 - 5,41 Motor Tempel T o t a l 554,25 420,79 318,61 319,62 311,01 313,15 - 10,01

Sumber : Data Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap yang sudah diolah.

Produksi udang jerbung hasil tangkapan para nelayan Cilacap yang didaratkan di Cilacap selama periode waktu tahun 1997 – 2002 pada umumnya mengalami penurunan sebagaimana pada Tabel 17, sehingga rata – rata peningkatan jumlah kapal trammel net pada periode waktu tahun 1997 – 2002 sebesar 1,04 % per tahun tidak diikuti dengan peningkatan produksi udang jerbung, tetapi produksi total udang jerbung hasil penangkapan di laut pada periode waktu tersebut mengalami rata – rata penurunan sebesar 10,01 % per tahun. Produksi udang jerbung hasil tangkapan dari laut pada tahun 1997 sebesar 554,25 ton dan pada tahun 2002 turun menjadi 313,15 ton.

Untuk produksi total udang hasil tangkapan kapal trammel net di Cilacap pada periode waktu tahun 1997 – 2002 tersebut mengalami rata – rata penurunan sebesar 13,66

(46)

% per tahun sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 18. Produksi total udang hasil tangkapan trammel net pada tahun 1997 sebesar 1.139,67 ton dan pada tahun 2002 mengalami penurunan menjadi 663,46 ton.

Tabel 18. Perkembangan produksi total udang hasil tangkapan trammel net di Cilacap pada tahun 1997 – 2002.

Satuan : ton. Rata-rata Ukuran Kapal 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Kenaikan

( % ) Di Pelabuhan 1022,01 873,44 550,59 498,38 424,08 455,53 - 19,35 < 10 GT 28,94 22,59 13,24 11,25 9,5 16,63 - 18,39 11 - 20 GT 503,90 434,14 279,56 252,64 211,45 196,00 - 21,88 21 - 30 GT 337,66 269,43 175,88 159,43 141,70 168,84 - 17,05 > 30 GT 151.51 147,28 81,91 75,14 61,43 73,89 - 19,43 Di Luar Pelabuhan 117,66 216,68 202,81 137,43 96,64 208,10 9,72 Motor Tempel T o t a l 1139,67 1090,12 753,40 635,81 520,72 663,46 - 13,66

Sumber : Data Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap yang sudah diolah.

Untuk kegiatan penangkapan ikan dan udang para nelayan Cilacap di perairan Segara Anakan pada umumnya masih menggunakan alat tangkap yang sederhana seperti jaring insang dan jaring apong serta pancing dengan armada penangkapan pada umumnya masih menggunakan perahu motor tempel sebagaimana pada Gambar 11. Sehubungan daerah operasi penangkapan relatif sangat dekat dengan tempat tinggal para nelayan serta jenis alat tangkap yang digunakan relatif sederhana dengan menggunakan perahu motor, maka operasi penangkapan para nelayan tersebut hanya 1 (satu) hari yaitu berangkap pada pagi hari dan pulang pada siang hari.

(47)

Gambar 11. Armada penangkapan ikan dan udang (perahu jukung) yang digunakan para nelayan Cilacap yang beroperasi di perairan Segara Anakan.

Kegiatan penangkapan udang, termasuk udang jerbung yang dilakukan para nelayan Cilacap di perairan Segara Anakan pada umumnya menggunakan jaring apong sebagaimana jenis alat tangkap yang digunakan para nelayan Ciamis yang menangkap udang di perairan Segara Anakan. Perkembangan jaring apong milik para nelayan Cilacap yang beroperasi di perairan Segara Anakan dapat dilihat pada Tabel 19 dan jumlah jaring apong para nelayan Cilacap yang beroperasi di perairan Segara Anakan pada periode waktu tahun 1997 – 2002 sebagaimana pada Tabel 19 tersebut mengalami peningkatan.

Jumlah jaring apong pada tahun 1997 sebesar 305 unit atau 102 buah perahu motor tempel dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 358 unit atau 119 buah perahu motor tempel. Produksi udang jerbung hasil tangkapan jaring apong di perairan Segara Anakan tersebut diperkirakan sebesar 12.058,67 kg pada tahun 2000 dan 11.360,53 kg tahun 2001 serta kemudian produksi tersebut turun menjadi 3.949,93 kg pada tahun 2002. Penurunan

(48)

produksi udang jerbung dikarenakan terjadinya pendangkalan perairan Segara Anakan sehingga menyulitkan untuk beroperasinya jaring apong di perairan tersebut.

Tabel 19. Perkembangan armada penangkapan dan alat tangkap jaring apong nelayan Cilacap yang beroperasi di perairan Segara Anakan serta produksi udang jerbung pada tahun 1997 – 2002.

Tahun Jumlah Perahu Jumlah CPUE Produksi Motor Tempel Jaring Apong Jaring Apong Udang Jerbung

( buah ) ( unit ) ( kg ) ( kg ) 1997* 102 305 -- -- 1998* 112 335 -- -- 1999* 173 520 -- -- 2000** 253 760 47,6 12.058,67 2001** 239 716 47,6 11.360,53 2002*** 119 358 33,1 3.949,93

Sumber : * data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap ** data Zarochman (2003)

*** data hasil penelitian dan wawancara dengan Nelayan

Untuk hasil tangkapan di laut oleh para nelayan Cilacap yang di daratkan di Cilacap pada umumnya didaratkan lewat Pelabuhan Perikanan untuk kapal Ikan serta Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) untuk perahu motor tempel. Penjualan ikan dan udang yang di daratkan di Pelabuhan Perikanan dijual lewat lelang tetapi untuk ikan dan udang yang di daratkan lewat PPI di jual langsung pada pedagang pengumpul tanpa lewat lelang yang kemudian dijual ke pedagang besar dan atau ke perusahan pengolahan.

Produksi udang jerbung hasil tangkapan nelayan Cilacap yang didaratkan dan dijual lewat PPI Cilacap sudah tercatat petugas perikanan di PPI tersebut, sehingga data–data produksi udang jerbung tersebut juga tercatat pada Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap. Produksi udang jerbung yang didaratkan dan dijual lewat PPI tersebut juga sudah dikenakan retribusi oleh Pemerintah Daerah Cilacap.

(49)

Untuk data – data pelanggaran kegiatan penangkapan ikan di laut, termasuk pelanggaran penggunaan alat tangkap dari gillnet ke trammel net untuk menangkap udang di laut tidak tercatat karena kegiatan pengawasan di laut dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap yang tidak mengikut sertakan aparat Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap. Disamping itu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap juga tidak mengetahui waktu dan jadwal pelaksanaan kegiatan pengawasan di laut yang dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap.

4.1.4 Peraturan perundangan dalam kegiatan penangkapan udang.

Kegiatan pengelolaan sumber daya perikanan di Indonesia, termasuk penangkapan sumber daya perikanan di perairan Indonesia pada umumnya masih bersifat umum dan nasional serta belum mengarah pada suatu komoditi tertentu dan pada perairan tertentu pula. Hal ini terlihat pada kebijakan – kebijakan dan peraturan – peraturan dibidang pengelolaan sumber daya perikanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan dan Menteri Pertanian pada waktu Direktorat Jenderal Perikanan masih dibawah Departemen Pertanian serta Departemen Kelautan Dan Perikanan pada waktu Direktorat Jenderal Perikanan dikembangkan menjadi Departemen Kelautan Dan Perikanan.

Pengelolaan sumber daya udang atau pengaturan penangkapan udang di laut yang telah diterbitkan dan dilaksanakan oleh pemerintah relatif masih sedikit dan pada umumnya masih menjadi satu dengan pengelolaan sumber daya ikan secara menyeluruh. Peraturan perundangan yang khusus mengatur pengelolaan atau penangkapan udang di laut yang telah diterbitkan oleh pemerintah adalah untuk mengatur kegiatan penangkapan

Gambar

Gambar 6.  Arus pada Musim Timur       Keterangan :   isodepth  5 m   isodepth  10 m  isodepth 20 m  isodepth  50 m  isodepth  200 m __
Gambar 7. Armada penangkapan ikan dan udang (perrahu jukung) yang  digunakan para nelayan Kebumen yang beroperasi di perairan                    Cilacap dan sekitarnya
Tabel 3. Perkembangan armada penangkapan dan jenis alat tangkap di    Kabupaten  Kebumen pada tahun 1997 – 2002
Tabel 6. Perkembangan perahu/kapal trammel net serta produksi udang jerbung  para nelayan Gombong - Kebumen pada tahun 1997 – 2002
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kemampuan inferensi dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor.Dengan adanya kemampuan inferensi baik

absorben timbal (Pb) di udara dapat disimpulkan bahwa tanaman bakung, puring dan bintaro memiliki potensi sebagai absorben Pb di udara dengan kadar timbal (Pb) daun

Polio tidak hanya melanda negara-negara maju saja, tetapi juga melanda negara-negara berkembang, polio sebenarnya dapat di berantas dengan menghambat penyebarannya

- Klien mengatakan sudah tahu makanan apa saja yang tidak boleh untuk penderita asam urat. - Klien mengatakan bila ada

MCan gehien erabiltzen den iragazkia etapa bakarreko bigarren orde- nako LC iragazkia da (1. irudia); bertan, iragazkia seriean konektatzen da bihurgailuaren

-Brodo.. a) Disini Zaibatsu Footwear lebih dihadapkan pada perusahaan asing seperti produk cina yang merambah ke retailer dan distributor di indonesia serta

- Kasusnya ber$ariasi (ari rin+an in+a berat pa(a kasus rin+an biasanya (apat sembu (en+an sen(irinya&#34; 2erba+ai +ejala umum akibat mikosis ini 3(ak (apat (ibe(akan (en+an

Keberadaan pedagang uang elektronik dapat dipahami dengan memperbandingkan konsep pedagang valuta asing yang telah diatur menggunakan PBI nomor 12/22/PBI/2010