• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Penurunan Nyeri pada Remaja yang Mengalami Dismenorea di Prodi DIII Kebidanan STIKes Immanuel Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Penurunan Nyeri pada Remaja yang Mengalami Dismenorea di Prodi DIII Kebidanan STIKes Immanuel Bandung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

373

Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Penurunan Nyeri pada Remaja yang Mengalami Dismenorea di Prodi DIII Kebidanan STIKes Immanuel

Bandung

1

Hani Triana

Dosen DIII Kebidanan STIK Immanuel

Abstrak

Nyeri dismenore adalah nyeri yang disebabkan oleh hormon prostaglandin yang menyebabkan otot rahim berkontraksi . Salah satu tekhnik yang sedang berkembang di indonesia saat ini untuk menurunkan rasa nyeri adalah dengan Hipnoterapi. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan nyeri pada Remaja yang mengalami dismenore. Penelitian ini dilakukan di prodi DIII Kebidanan Stikes Immanuel Bandung dengan menggunakan rancangan quasi eksperiment. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 38 orang baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Hasil uji Z (Wilcoxon) pada penelitian ini menunjukan ada perbedaan tingkat nyeri yang significan sebelum dan setelah mendapatkan hipnoterapi yaitu dengan nilai p value 0.0001 < alpa 0.05 dan hasil uji U (Mann-Whitney) diperoleh nilai p value 0.000 < alpa 0.005 yang berarti ada perbedaan significan penurunan tingkat nyeri antara kelompok yang mendapatkan hipnoterapi (intervensi) dengan kelompok yang tidak mendapatkan hipnoterapi (kontrol). Hipnoterapi ini dapat diaplikasikan dalam intervensi kebidanan dan keperawatan untuk menurunkan tingkat nyeri pada dismenore.

(2)

374

Pendahuluan

Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Selama periode ini, masa remaja membentuk maturitas seksual dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Salah satu tanda perubahan fisik pada remaja perempuan ditandai dengan mulainya mendapatkan menstruasi atau haid (Soetjiningsih, 2004).

Setiap remaja akan

mengalami pubertas yang ditandai dengan kematangan alat seksual dan terjadinya perubahan secara fisik, hormonal dan seksual serta mampu mengadakan reproduksi. Pada remaja putri masa pubertas diawali dengan adanya menstruasi . Salah satu masalah kesehatan perempuan adalah menstrual disorder. Bagi sebagian wanita, adakalanya menstruasi bak „momok‟ yang kehadirannya membuat rasa cemas manakala timbul rasa nyeri ketika menstruasi tiba. Kondisi ini dikenal sebagai nyeri menstruasi atau dismenorea (dysmenorrhoea, dismenore), yakni nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari, bahkan kadang bisa membuat „nglimpruk‟ tidak berdaya (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Dismenorea atau yang lebih dikenal dengan nama nyeri haid adalah keluhan yang sering dialami pada remaja putri tepatnya di perut bagian bawah. Dismenorea merupakan penyakit yang sudah cukup lama dikenal. Nyeri tersebut dapat disertai mual, muntah, diare, berkeringat dingin, dan pusing. Namun belakangan diketahui bahwa nyeri ketika haid tidak hanya dirasakan dibagian perut bagian bawah saja. Beberapa remaja terkadang merasakan sakit dibagian punggung bagian bawah, pinggang, panggul otot paha atas hingga betis. Kebanyakan remaja mengalami kejadian dismenore primer yaitu nyeri pada saat menstruasi tanpa disertai adanya kelainan alat reproduksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh beberapa faktor antaralain faktor psikologis yaitu biasanya terjadi pada remaja dengan emosi yang tidak stabil, stress dan faktor endokrin yaitu peningkatan produksi prostaglandin yang menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri. (Wiknojosastro, 2005)

Dalam penelitian Andi nurul Rifqah utami, dkk 2013 menunjukan ada 5 faktor yang yang berkaitan dengan kejadian dismenorea yaitu menarce, siklus menstruasi, lama menstruasi, riwayat keluarga dan status gizi.

Data profil kesehatan kota bandung ditemukan bahwa masalah yang terbanyak dialami oleh remaja yang datang ke puskesmas adalah

(3)

375 gangguan haid yaitu sebanyak 82%,

disusul oleh penyakit menular seksual yaitu 8%, dan konsultasi KB sebanyak 4%. Masalah kesehatan reproduksi lainnya adalah pacaran sebanyak 2%, sek pranikah 1%, abortus 1%, kehamilan tidak di inginkan 1%, dan HIV/AIDS 1%. Andi nurul Rifqah utami. Dkk. dalam hasil penelitiannya didapatkan besarnya angka prevalensi kejadian dismenorea adalah sebanyak 65% serta dapat mengganggu remaja dalam menjalankan aktifitasnya selama menstruasi. (profil kesehatan kota bandung, 2010).

Penanganan dismenorea bisa diberikan obat anti nyeri diantaranya

adalah asam mefenamat,

asetaminofen, dll, tetapi efek samping yang ditimbulkan adalah iritasi mukosa lambung dan resiko tukak lambung dan reaksi alergi sedangkan pada penggunaan yang lama dan dosis tinggi akan menyebabkan terjadinya kerusakan hati, darah dan ginjal. Selain tindakan farmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan penanganan fisik atau stimulasi fisik salah satunya adalah intervensi perilaku kognitif yaitu meliputi relaksasi, hipnosis, umpan balik biologis, distraksi dan imajinasi terbimbing (kozier,2010). Metode nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri tidak berpotensi menimbulkan efek bahaya. Metode non farmakologis selain murah, aman dan tanpa efek samping juga tidak membutuhkan waktu dan tenaga khusus seperti pada manajemen

farmakologis (Bobak, Lowdermilk, dan jensen 2004). Salah satu metode non farmakologis yang dapat digunakan adalah hipnosis. Hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima saran) meningkat sangat tinggi. (Andrie Gunawan, 2010)

Hipnoterapi adalah aplikasi hipnosis dalam menyembuhkan gangguan mental dan meringankan gangguan fisik. Dalam praktek di lapangan hipnosis telah terbukti secara medis bisa mengatasi berbagai macam gangguan psikologis maupun fisik, misalnya: menghilangkan kebiasaan buruk merokok, menghilangkan phobia, mengurangi nyeri, memberi efek anaesthesia pada cabut gigi dan sebagainya (Anam, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titin Andri wihastuti, dkk tentang Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Remaja Putri Usia 14 – 17 Tahun Yang Mengalami Dismenore di SMU Negeri 4 Pasuruan menyatakan dari 21 responden sebelum dilakukan tindakan hipnoterapi diketahui yang merasakan nyeri berat pada saat menstruasi sebanyak 16 orang (76,19%), yang merasakan nyeri sedang sebanyak 5 orang (23,81%). Setelah dilakukan hipnoterapi diperoleh hasil yang mengalami tingkat nyeri berat dan sedang menjadi tingkat nyeri ringan sebanyak 18 orang (85,71%) dan sebagian responden mengalami

(4)

376 penurunan tingakat nyeri dari yang

berat menjadi nyeri sedang sebanyak 3 orang (14,29%).

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian quasi eksperimen. Penelitian quasi eksperimen memiliki kesamaan dengan penelitian eksperimen karena quasi eksperimen yang juga melibatkan manipulasi variabel independent dengan menggunakan kelompok kontrol (polit, Beek & hungler, 2001) namun tidak sepenuhnya dapat mengontrol variabel-variabel luar yang

mempengaruhi pelaksanaan

penelitian (sugiono, 2009)

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah pre test – post test control group desain. Pada desain ini dilakukan test pada kedua kelompok sebelum dan sesudah diberi perlakuan kemudian dilakukan perbandingan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan penelitian. Pada desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random (sugiyono, 2009)

Skala ini menggunakan Numeric rating scale (0 – 10) untuk menggambarkan tingkat nyeri. Alat

ukur ini dapat digunakan pada anak yang sudah mulai mengenal angka (James & Ashwill, 2007)

Hasil Penelitian

Hasil Penelitian ini dilaksanakan mulai Mei – Juni 2014 pada Mahasiswi Prodi DIII Kebidanan Stikes Immanuel Bandung Pengolahan data dilakukan tanggal 25 Juli sampai 11 Agustus 2014. Berikut ini dipaparkan hasil penelitian yang disajikan dalam dua jenis analisis yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisa univariat.

Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran tingkat nyeri pada remaja yang mengalami dismenore baik pada kelompok intervensi maupun kontrol. Analisis univariat dilakukan menggunakan distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk tabel. Tabel pertama dipaparkan distribusi frekuensi karakteristik remaja yang mengalami dismenore. Karakteristik remaja bukanlah variabel utama yang diteliti, namum untuk kepentingan penambahan wawasan peneliti dan memperkaya pembahasan, maka karakteristik remaja disajikan yang selengkapnya diuraikan seperti pada tabel di bawah ini.

(5)

377 Tabel 1

Distribusi karakteristik haid dan aktifitas remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung.

Variabel Intervensi Kontrol

Jumlah % Jumlah %

Menarce ≤ 11 tahun 7 18.4 13 34.2

> 11 tahun 31 81.6 25 65.8

Lama haid > 3 hari 38 100.0 38 100.0 Olah raga ≤ 3 x seminggu 38 100.0 38 100.0

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa sebagian besar remaja (81.6%) mengalami menarce pada usia lebih dari 11 tahun, baik pada kelompok intervensi maupun kontrol (65.8%). Lamanya haid yang

dialami remaja seluruhnya (100%) lebih dari 3 hari, dan kebiasa olah raga yang dilakukan remaja seluruhnya kurang dari 3 kali semingggu.

Tabel 2

Distiribusi tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung.

Tingkat nyeri Intervensi Kontrol

pre tes post tes pre tes post tes

tidak nyeri 0 6 0 0

sedikit nyeri 0 21 0 0

sedikit lebih nyeri 2 11 3 6

lebih nyeri 24 0 23 23

sangat nyeri 12 0 12 9

nyeri sangat hebat 0 0 0 0

Jumlah 38 38 38 38

Merujuk pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat nyeri yang dialami remaja hampir sama jumlahnya pada kelompok intervensi dan kontrol, dimana pada pre tes kelompok intervensi terdapat 24 orang remaja merasakan nyeri pada tingkat “lebih nyeri” sedangkan pada kontrol terdapat 23 orang. Namun pada postes pada kelompok intervensi tingkat nyeri remaja mengalami penurunan yang drastis

sementara pada kontrol tidak mengalami penurunan tingkat nyeri.

2. Bivariat.

Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesa penelitian ini yang menyebutkan bahwa ada pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung. Analisis bivariat

(6)

378 menggunakan uji Wilcoxon untuk

menguji perbedaan penurunan tingkat nyeri sebelum dan setelah

intervensi hipnoterapi. Hasil analisis selengkapnya disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3

Analisis pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung.

Kelompok

N

Mean Rank

Sum of

Ranks Uji Z p value

Intervensi Negative Ranks 38a 19.50 741.00 -5,628b 0.0001 Positive Ranks 0b 0.00 0.00 Ties 0c Total 38 Kontrol Negative Ranks 10d 7.50 75.00 -1,604b 0.109 Positive Ranks 4e 7.50 30.00 Ties 24f Total 38

Tabel di atas memberikan petunjuk bahwa pada kelompok intervensi ditemukan 38 remaja yang mengalami penurunan tingkat nyeri setelah mendpatkan hipnoterapi dengan rata-rata rank 19.50. Uji Z (Wilcoxon) diperoleh nilai -5.628 dengan nilai probabilitas 0.0001 lebih kecil dari alpa 0.05 yang berarti bahwa ada perbedaan tingkat nyeri yang signifikan sebelum dan setelah mendapatkan hipnoterapi pada remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung. Sedangkan pada kelompok kontrol ditemukan sebanyak 10 remaja yang mengalami penurunan tingkat nyeri, 4 orang

remaja justru mengalami

peningkatan tingkat nyeri dan sebanyak 24 remaja tidak mengalami perubahan tingkat nyeri. Uji Wilcoxon dengan uji Z diperoleh nilai -1.604 dengan nilai probabilitas 0.109 lebih besar dari alpa 0.05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan tingkat nyeri pada pretes dan postes remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung.

Selanjutnya untuk

membuktikan bahwa perbedaan penurunan tingkat nyeri yang terjadi pada kelompok intervensi dan kontrol dilakukan uji statistik menggunakan Mann Withney test yang selengkapnya diuraikan sebagai berikut.

(7)

379 Tabel 4

Analisis perbedaan penurunan tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung antara kelompok yang mendapat intervensi hipnoterapi dan kontrol.

kelompok N Mean Rank Sum of

Ranks Mann-Whitney U p value intervensi 38 57.11 2170.00 15.000 0.0001 Kontrol 38 19.89 756.00 Total 76

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada kelompok intrvensi diperoleh mean rank 57.11 dan kontrol 19.89. uji Mann-Whitney diperoleh hasil 15.000 dengan nilai probabilitas 0.0001 lebih kecil dari alpa 0.05 yang berarti bahwa pada alpa 5% ada perbedaan signifikan penurunan tingkat nyeri antara kelompok yang mendapatkan intervensi hipnoterapi dengan yang tidak mendapatkan hipnoterapi (kontrol).

Pembahasan

1. Tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung sebelum dilakukan hipnoterapi pada kelompok intervensi dan kontrol.

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes

Imanuel Bandung sebelum

mendapatkan hipnoterapi adalah 24 orang (63.2%) pada tingkat lebih nyeri dan 12 orang (31.6%) pada tingkat sangat nyeri pada kelompok

intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol 23 orang (60.3%) pada tingkat lebih nyeri.

Nyeri adalah kadaan ketidaknyamanan sensasi yang sangat bersifat subyektif sehingga tidak dapat disamakan dengan orang lain (kozier, 1994). Asosiasi nyeri internasional mendeskripsikan nyeri sebagai rangsang sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan maupun potensial timbulnya kerusakan jaringan (Ignativicus, 1991). Dismenorea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. 2. Tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung setelah dilakukan hipnoterapi pada kelompok intervensi dan kontrol. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes

(8)

380

Imanuel Bandung setelah

mendapatkan hipnoterapi adalah 21 orang (55.3%) menurun pada tingkat sedikitnyeri pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol 23 orang (60.3%) tetap berada pada tingkat lebih nyeri bahkan 9 orang (23.7%) meningkat menjadi sangat nyeri.

Hypnosis adalah aktivitas yang memerlukan kerja sama dan persetujuan antara dua pihak yang berhubungan. Hypnosis adalah pengendalian fungsi otak secara ilmiah. Keadaan normal yang dialami oleh setiap orang, baik secara sengaja (sadar) maupun tidak sengaja (alam bawah sadar) setiap harinya. Sebuah keadaan ‟ tidur ‟ hasil ciptaan seseorang yang melakukan hipnosis dengan sugesti kepada seseorang yang akan dihipnotis (Suyet). Sebuah kondisi relaks atau santai dengan konsentrasi yang terfokus (Rusli & Wijaya, 2009).

3. Pengaruh intervensi hipnoterapi terhadap penurunan tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore di Program Studi Kebidanan Stikes Imanuel Bandung.

Analisis bivariat untuk menguji hipotesa yang menyebutkan bahwa hipnoterapi mempengaruhi tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat nyeri yang signifikan sebelum dan setelah mendapatkan hipnoterapi pada remaja yang mengalami dismenore di Program

studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung.

Ketika seseorang mengalami rasa nyeri pada saat dismenorea yang berasal dari otot rahim itu disebabkan oleh adanya hormon prostaglandin yang menyebabkan kontraksi pada uterus atau otot rahim. Dalam keadaan hipnosis tubuh seseorang menstimulasi otak untuk melepaskan neurotransmiter (zat kimia dalam otak), encephalin, dan endhorphin yang berfugsi meningkatkan perasaan nyaman

sehingga dapat mengubah

penerimaan individu terhadap sakit atau gejala fisik lainnya sehingga dapat menurunkan rasa sakit yang diakibatkan oleh peningkatan prostaglandin Rasa nyeri pada saat dismenorea juga dipengaruhi secara psikologis seperti rasa cemas dan stress sehingga memperpanjang rasa nyeri tersebut. Pada saat ini hipnosis juga efektif digunakan dalam penanganan gangguan-gangguan yang bersifat psikologis untuk mengubah mekanisme pikiran manusia dalam menginterpretasikan pengalaman hidupnya, serta menghasilkan perubahan pada persepsi dan tingkah laku. Beberapa penelitian menunjukan fakta menarik yang menyatakan bahwa pada dasarnya sekitar 75% lebih dari semua penyakit fisik yang diderita bersumber dari mental atau emosi. Hal ini jg diperkuat oleh D. Frank dan B. Mooney dalam bukunya yang berjudul Hypnosis and counseling in the treatment of chronic illness (2003) yang menyatakan bahwa

(9)

381 dalam kondisi hypnosis fungsi

amigdala menjadi non-aktif dan menyebabkan sistem saraf otomatis menjadi relaks. Hal ini memberikan kesempatan kepada tubuh dan sistem kekebalannya untuk mengatur kembali bagian-bagian tubuh sehingga menjadikannya lebih sehat. Fungsi amigdala juga memberikan pengaruh besar terhadap sistem endokrin termasuk kelenjar adrenalin dan kelenjar lendir (pituitari) yang mengatur kegiatan hormon tubuh dan sistem saraf otomatis melakukan fungsi kontrol terhadp detak jantung dan tekanan darah.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pada pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung sebelum dilakukan hipnoterapi adalah tingkat lebih nyeri pada kelompok intervensi dan kontrol. 2. Tingkat nyeri remaja yang mengalami dismenore di Program studi DIII Kebidanan Stikes Imanuel Bandung setelah dilakukan hipnoterapi adalah tingkat sedikit nyeri pada kelompok intervensi dan tingkat lebih nyeri pada kontrol.

3. Ada pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan tingkat nyeri pada remaja yang mengalami dismenore di Program Studi

Kebidanan Stikes Imanuel Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, D.&Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta

Alimul Hidayat. A, A. 2006. Buku 1 : Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anam S. 2010. 4 jam pintar Hipnosis. Jakarta : Visi Media Bobak, L. 2005. Buku Ajar

Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia

Goldberg Bruce. 2007. Self Hypnosis : Easy Way to Hypnotize Your Problems Away Yogyakarta. B First

Gunawan Andrie. 2010. Rahasia Hipnosis. Jakarta. Tiara Pustaka

Gunawan Adi. 2009. Hypnotherapy The Art of Subconcious Restructuring. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Lusianah, Eri, Suratun. 2012.

Prosedur Keperawatan. Jakarta. Trans Info Media Nursalam. (2008). Konsep dan

(10)

382 Penelitian Ilmu Keperawatan,

Surabaya : Salemba Medika Proverawati dan Misaroh. 2009.

Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha Medika

Rafael Romy. 2010. Menghilangkan Fobia dan Masalah Emosional dengan Hynotherapy. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer

Situmorang. Agustinus. 2003. Adolescent Reproductive Health in Indonesia. Jakarta Wiknojosastro, H. 2009. Ilmu

Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo

Willy, 2010. Membongkar Rahasia Hipnosis. Jakarta : Visi Media Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar

keperawatan Pediatrik. Vol. 2. Edisi 6. Jakarta : EGC

Referensi

Dokumen terkait

Tempat/Tanggal Lahir : Makassar, 21 Desember 1968 Alamat Tempat Tinggal : Kota Kembang Depok Raya sektor. Anggrek -3 Blok F1/14, Depok, Jabar Jenis Kelamin

Data dalam penelitian ini adalah skor hasil observasi kompetensi PCK mahasiswa yang meliputi kemampuan dalam merancang pembelajaran, kemampuan dalam mengelola pembelajaran,

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat determinasi yang signifikan kecerdasan spiritual terhadap kecenderungan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA

mempertimbangkan beberapa faktor salah satunya adalah keamanan.Semakin tinggi suatu gedung maka resiko untuk menahan gaya lateral, terutama akibat beban gempa

+an@ang LeKatan #ada %am$ungan Tulangan olom &lt;terior lantai 1 %am$ungan kolom &#34;ang diletakkan di tenga... kekuatan lentur mungkin kom#onen struktur dengan

Hotel bisnis adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, sarana, &#34;asilitas

Perpaduan dua atau lebih aliran Arsitektur merupakan hal yang umum untuk menghasilkan estetika suatu bangunan, berbeda dengan arsitektur Modern yang lebih menonjolkan fungsi