• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

N

EGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh : Hani Pratiwi NIM : 11150110000108

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL WHATSAPP (WA) DALAM GRUP

KAJIAN AGAMA ISLAM PADA MAHASISWA PAI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Hani Pratiwi NIM. 11150110000108

Mengesahkan,

Dosen Pembimbing

Marhamah Saleh, Hj. Lc, MA. NIP.19720313 200801 2 010

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

(3)

disusun oleh Hani Pratiwi, NIM. 11150110000108, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 17 Juli 2020

Yang mengesahkan,

Dosen Pembimbing

Marhamah Saleh, Hj. Lc, MA. NIP.19720313 200801 2 010

(4)

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERNSI

Seluruh refernsi yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Pemanfaatan Media Sosial WhatsApp (WA) dalam Grup Kajian Agama Islam pada Mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hani Pratiwi NIM. 11150110000108, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 17 Juli 2020.

Dosen Pembimbing

Marhamah Saleh, Hj. Lc, MA. NIP.19720313 200801 2 010

(5)

NIM : 11150110000108

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skrispi yang berjudul Pemanfaatan Media Sosial WhatsApp (WA) dalam Grup Kajian Agama Islam pada Mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Marhamah Saleh, Hj. Lc, MA

NIP. : 19720313 200801 2 010

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 18 Juli 2020

Yang menyatakan,

Hani Pratiwi NIM : 11150110000108

(6)
(7)

i

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Judul Skripsi “Pemanfaatan Media Sosial WhatsApp(WA) dalam Grup Kajian Agama Islam pada MahasiswaPAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pemanfaatan media sosial

WhatsApp dalam grup kajian agama Islam,dan relevansi pemanfaatan media sosial WhatsApp dalam grup kajian agama Islam, sertaimplikasi yang dirasakan

mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mengikuti grup kajian agama Islam WhatsApp.

Adapun penelitian ini menggunakanmetode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif terhadap mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara dan kajian kepustakaan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memanfaatkan media sosial WhatsApp dengan mengikuti kajian agama Islam untuk memperoleh informasi atau keilmuan tentang keislaman.

(8)

ii

ABSTRACT

Hani Pratiwi (NIM: 11150110000108). Islamic Education Departement, Faculty of Tarbiyah and Teaching Training. The Tittle of Skripsi is “The Usage of WhatsApp Social Media in Islamic Study Group Of Islamic Education Departement, The Student of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta”.

The aims of this research are to know about the usage of WhatsApp social media in Islamic study group, the relevance usage of WhatsApp social media, and the implication that felt by the students of Islamic Education Departement Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta in following the Islamic study group on WhatsApp media.

The method of this researchuses descriptive study with a qualitative approach to students of Islamic Education Departement of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. The data collection used in this research are interviewes and literature studies by using purposive sampling technique.

This research indicate that the student of Islamic Education Departement of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta are using the WhatsApp social media by participating in Islamic studies to obtain the information or the Islamic science.

(9)

KATA PENGANTAR

ِمْيِحَّرلا ِنَمْحَّرلا ِهَّللا ِمْسِب

Alhamdulillaahirabbil‘aalamiin, segala puji hanya milik Allah Tuhan

Semesta Alam, yang senantiasa memberikan beribu rahmat, taufiq, dan inayah-Nya, sehingga atas ridha dan karunia-inayah-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa Allah Swt. hanturkan kepada manusia agung, suri tauladan yang mulia, Muhammad saw.al-Mushthofa, yang warisan-warisannya senantiasa mengalir dalam darah dan qalb kita, menjadi pedoman dan panutan di tengah kegelapan alam pikiran manusia dalam dunia yang semakin renta.

Skripsi ini disusun dengan segala keterbatasan yang penulis miliki yang diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dan saran dari berbagai pihak, sehingga ungkapan terima kasih penulis hanturkan dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Abdul Haris, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Rusdi, M.Ag Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Marhamah Saleh, Hj. Lc, MA dosen pembimbing skripsi yang penuh kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Akhmad Sodiq, M.Ag dosen pembimbing akademik yang selalu menasehati penulis selama penyusunan skripsi.

6. Bu Farah, admin Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu

(10)

iv

penulis, baik dalam administratif maupun persyaratan kuliah sampai pemakaian toga kebesaran.

7. Guru Besar dan Dosen-dosen civitas akademi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama jenjang perkuliahan dari awal masuk hingga penyelesaian skripsi, serta Staf-staf/Karyawan yang membantu dalam proses administratif penulis.

8. Terima kasih yang luarbiasa kepada Ayahanda tercinta Alm. Syahroni bin H. Ibrahim dan ibunda terkasih Almh. Siti Nuriyam binti H. Ilyas yang telah mencurahkan cinta dan kasihnya dalam mendidik serta do’a yang tiada hentinya tercurahkan kepada anak-anaknya sepanjang hidup mereka, sujud dan abdiku kepada kalian dalam untaian do’a hingga pertemuan abadi kita. 9. Terima kasih juga penulis hanturkan kepada kakanda-kakanda tercinta Sri

Handayani, IIs Prisnawati, Hadi Trisnawijaya, Hafizh Nurliansyah, dan Ning Syahdaini, atas dukungan dan motivasinya yang telah memberikan semangat kepada penulis hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga besar PAI 2015, keluarga besar PAI kelas A, sahabat KITA, serta teman-teman seperjuangan, semoga kita semua senantiasa diberi keberhasilan dan kesuksesan.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih banyak atas dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kiranya dapat ditemukan kekurangan dan ketidaksempurnaan.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.Penulis berharap, sekiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk diri penulis dan pembaca.Aamiin.

Tangerang Selatan, 17Juli 2020

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik 1. Pemanfaatan Media Sosial WhatsApp (WA) ... 14

a. Media Sosial ... 14

b. Pengertian dan Sejarah WhatsApp (WA) ... 18

c. Dampak Penggunaan Media Sosial WhatsApp (WA) ... 21

2. Grup Kajian Agama Islam ... 26

a. Pengertian Kajian Agama Islam ... 26

1) Sumber-sumber Ajaran Islam ... 29

2) Karakteristik Ajaran Islam ... 31

3) Pembidangan dalam Agama Islam ... 31

b. Komunitas Online ... 31

(12)

vi

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 36

C. Kerangka Berpikir ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Metode Penelitian ... 39

C. Sumber Data ... 40

D. Informan Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 42

G. Teknik Penguji Keabsahan Data ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 44

B. Pemanfaatan Fitur-fitur WhatsApp (WA) sebagai Media Dakwah ... 47

C. Konten Kajian Dakwah Islam dalam WhatsApp (WA) ... 49

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 51

E. Analisis Relevansi Pemanfaatan Media Sosial WhatsApp dalam Penyebaran Kajian Islam... 61

F. Analisis Implikasi Kajian Islam dalam Kehidupan Sosial ... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66 B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 We Are Social…...……….………... 52

Gambar 4.2 Materi Kajian Islam …...………... 55

Gambar 4.3 Materi Kajian Islam …...………...58

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam memperlakukan manusia sebagai kesatuan yang utuh, terdapat persambungan yang jelas antara sisi keduniaan dan sisi keakhiratan, manusia telah membawa fungsi ke-Tuhan-an sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan tugas kesejahteraan dan kemakmuran kehidupan manusia sendiri.Dalam melaksanakan tugas yang demikian, manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya kejadian yang dilengkapi kewenangan untuk mengambil inisiatif dalam mengubah kehidupan menjadi lebih baik.Al-Qur’an menegaskan tentang sendi-sendi ikhtiar serta kedudukan ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya secara kreatif sehingga mampu mengaktualisasikan perwujuduan potensi manusia.1

Oleh karena itu, selain dari pada penguasaan ilmu pengetahuan, gradasi manusia juga ditentukan pada ketaqwaannya kepada Allah SWT.manusia akan mampu memahami secara nyata hakikat kehidupan dan emansipasi dirinya di atas alam ini. Sehingga, terhubung pada keyakinan terhadap kebenaran keberadaan Allah SWT.dan menggunakan rasionalitasnya dalam melakukan kajian keilmuan dan teknologi untuk mengikuti dan memahami sunnatullah.2Dengan menyadari kepentingan dan kebaikan manusia serta mengorientasikan seluruh hidupnya kepada Allah SWT, manusia harus memahami hukum-hukum yang diberlakukan oleh-Nya, sehingga butuh kepada pemahaman terhadap makna dan hakikat-Nya dengan mendekati pada apa-apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Allah SWT. berfirman:

1 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagaamaan Visi, Misi, dan Aksi,

(Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000), Cet. 1, h. 2

(16)

2

ٍتاآي آلَ آكِلَٰآذ ِفِ َّنِإ ۗ ِهِرْمآأ ِب ٌتاآرَّخآسُم ُموُجُّنلاآو ۗ آرآمآقْلاآو آسْمَّشلاآو آراآهَّ نلاآو آلْيَّللا ُمُكآل آرَّخآسآو

آنوُلِقْعآ ي ٍمْوآقِل

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya).”

(Q.S. An-Nahl: 12)3

Ayat di atas menunjukkan bahwa hendaknya umat Islam menggunakan akalnya untuk berpikir, menganalisa proses kejadian di alam semesta, dengan tidak mengabaikan proses penciptaan sejenis, seperti penciptaan unta. Totalitas dan integritas pada ayat di atas, hakikatnya memiliki konsekuensi logis bahwa manusia diciptakan di dunia adalah untuk berpikir dan pemikiran tersebut ditujukan untuk mengabdi kepada Allah, Sang Pencipta.Sikap dan pemikiran tersebut secara moril dituntut untuk selalu dikembangkan dalam kehidupan masyarakat.Dalam arti, bahwa pelaksanaan ajaran-ajaran Islam tidak hanya bersifat teoritis dan dogmatis, tetapi betul-betul praktis, rasional, realistis, dan selalu mantap untuk segala ruang dan waktu.Dengan demikian, implikasinya ialah dengan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan segala kejadian di muka bumi baik dalam berhubungan terhadap Sang Khalik maupun sesama makhluk hidup lainnya.4

Firman Allah SWT. yang berbunyi, sebagai berikut.

ِفِ ْمُهَّ نآفِلْخآتْسآيآل ِتاآِلِاَّصلا اوُلِمآعآو ْمُكْنِم اوُنآمآ آنيِذَّلا ُهَّللا آدآعآو

ْنِم آنيِذَّلا آ آلْخآتْسا اآمآم ِ ْرآْأَا

َّلا ُمُهآ نيِد ْمُآلَ َّنآنِّكآمُيآلآو ْمِهِلْبآ ق

ْمُهَّ نآلِّدآبُيآلآو ْمُآلَ َٰىآضآتْرا يِذ

اًنْمآأ ْمِهِفْوآخ ِدْعآ ب ْنِم

ۗ

آلَ ِنِآنوُدُبْعآ ي

اًئْيآش ِبِ آنوُمِرْشُي

ۗ

آنوُقِساآفْلا ُمُه آكِئَٰآلوُأآف آكِلَٰآذ آدْعآ ب آرآفآم ْنآمآو

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka

3Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta

Media, 2005), h. 268

4 Rohadi Abdul Fatah dan Sudarsono, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: PT

(17)

agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah

orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)5

Taat dan tunduk, pada aturan dan kehendak Allah SWT.adalah usaha penyelamatan diri yang paling tepat untuk menuju kepada kedamaian dan kesejahteraan, baik untuk dirinya maupun masyarakat lingkungannya. Menurut ajaran Islam semua makhluk selain manusia, tunduk dan patuh kepada Allah dan hukum-hukumnya, yang secara keseluruhan berarti bahwa semua itu ada dalam kesatuan Islam. Manusia sebagai makhluk yang dipilih sebagai khalifah al-ardh yang dilengkapi dengan akal dan kekuatan untuk memilih, apabila ia tunduk dalam kepatuhan kepada Allah SWT. maka ia akan berhasil menciptakan keharmonisan dan kesejahteraan antara dirinya dan seluruh unsur di alam semesta. Sebaliknya, bila ia mengingkari Allah dan aturan-Nya, maka ia akan terjerumus ke jalan yang salah, dan mendapatkan hukuman dari Sang Pencipta aturan itu.

Dalam ayat lainnya, Allah SWT.berfirman:

اآَّنَِّإآف ىآدآتْها ِنآمآو

آهْ يآلآع ُّلِضآي اآَّنَِّإآف َّلآض ْنآمآو ِهِسْفآ نِل ْيِدآتْهآ ي

اَّنُماآمآو ىآرْخُأ آرِِّْو ٌٌآرِِاآو ُرِِآت آلَآو ا

. ًلَْوُسآر آثآعْ بآ ن َّتَّآح آْيِْبِّذآعُم

“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi

(kerugian) dirinya sendiri…” (Q.S. Al-Isra’: 15)6

Hakikat kufur dalam pandangan ajaran Islam bukanlah semata-mata pengingkaran keberadaan Allah, sebagai satu-satunya dzat yang patut disembah, melainkan juga penolakan terhadap perintah dan aturan-Nya.7

ْكآتْساآو آبَآأ آسْيِلْبِإ َّلَِإ اْوُدآجآسآف آمآدآِأَ اْوُدُجْسا ِةآكِئآلآمْلِل اآنْلُ ق ْذِإآو

.آنْيِرِفاآكْلا آنِم آناآمآو آرآ ب

5Departemen Agama RI., Op.cit.,h. 357 6Ibid., h. 283

(18)

4

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang

yang kafir.”(Q.S. Al-Baqarah: 34)8

Dengan demikian, pemahaman keagamaan menjadi sangat penting bagi umat Islam di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam. Tidak teraktualisasikannya ajaran-ajaran Islam disebabkan kurangnya pemahaman keagamaan yang dimiliki umat muslim. Secara umum, seorang yang paham terhadap agamanya akan berupaya penuh di dalam merealisasikan kepercayaan yang dianutnya, karena sudah menjadi fitrah bagi manusia untuk cenderung kepada kebenaran dan mengharapkan kebaikan terhadap yang dianutnya. Salah satu aplikasi yang paling dekat ialah memahami kajian agama Islam.

Kajian agama Islam selalu menjadi perbincangan hangat yang takkan pernah habis di makan zaman. Berbagai mancanegara terutama negara dengan penduduk Muslim, seperti: Indonesia, Malaysia, Arab Saudi, dan sebagainya. Perbincangan tersebut secara garis besar terbagi ke dalam berbagai topik yang meliputi ruang lingkup ajaran agama Islam, seperti tauhid, hukum, maupun sosial.Perbincangan hukummenjadi titik tolak yang berbeda-beda dalam beberapa penganutnya yang tertuang dalam praktek peribadatan.Perbincangan tersebut tersebar melalui berbagai metodologi yang beraneka ragam.Di antaranya, yaitu melalui tausiyah agama (dakwah) yang terdapat dalam masjid-masjid, pesantren, majelis-majelis ilmu, dan sebagainya.

Menurut Zakiah Darajat dalam bukunya “Ilmu Jiwa Agama”, menyebutkan bahwa masa anak-anak muda atau yang menjadi sasaran pada penelitian ini adalah mahasiswa yang berkisar pada usia 20 - 24 tahun merupakan termasuk masa remaja terakhir/dewasa awal. Di samping pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan kecerdasannya yang mendekati sempurna, berkembang juga segala ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh

(19)

bermacam-macam guru sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing yang memenuhi otak mereka. Pada masa itu pula, mereka sedang berusaha untuk mencapai peningkatan dan kesempurnaan pribadinya, maka mereka juga ingin mengembangkan agama, mengikuti perkembangan dan alun jiwanya yang sedang bertumbuh pesat. Cara menerima dan menanggapi pendidikan agama juga jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya, mereka ingin agar agama menyelesaikan kegoncangan dan kepincangan-kepincangan yang terjadi dalam masyarakat.9

Berdasarkan teori generasi yang diusulkan oleh Graeme Codrington dan Sue Grant Marshall, sebagaimana yang dikutip oleh Marhamah Saleh, bahwa mahasiswa yang lahir pada tahun 1995-2010 dapat dikatakan sebagai generasi Z yang dibesarkan dalam era digital. Mereka cukup mengenal dengan berbagai gadget yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan prilaku dan kepribadian mereka.10 Begitu pula dalam karakteristik, generasi Z memiliki keahlian dalam menggunakan IT, kreativitas yang tinggi, rasa ingin tahu yang besar, sedangkan dalam metodologi belajar, memiliki kebiasaan belajar dengan kehendak, ingatan yang kuat, malas membaca, mengunduh dalam internet (copy-paste), belajar instan, dan sangat bergantung pada ilmu pengetahuan dan teknologi.11Dengan demikian, generasi Z membutuhkan metode belajar yang dalam penyampaian materi membutuhkan improvisasi dengan memanfaatkan berbagai teknologi.12Sehingga tidak mengherankan bagi mahasiswa lebih memilih untuk memanfaatkan teknologi dalam mencari informasi atau belajar.

Dilansir dalam artikel Republika.co.id (2019) studi terbaru Pusat Studi Agama dan Budaya (CSRC) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, menyebutkan bahwa Muslim milenial kini menganggap

9Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Cet. Ke-17, (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), h. 136 10Marhamah Saleh dan Lukmanul HakimA. Latif, “Optimizing The Education for

Generation Z in The Era Of Demography Bonus”, The 3rd International Conference on Education in Muslim Society (ICEMS), October, 25-26th 2017, “Education in the 21st Century: Knowledge, Professionalism, and Values”, Vol. 3, Oktober 2017, h. 223

11Ibid., h. 221 & 222 12Ibid , h. 225

(20)

6

dakwah atau kajian di masjid tak lagi relevan dengan persoalan kebutuhan mereka. Hal ini tertulis dalam buku yang berjudul “Masjid di Era Milenial: Arah Baru Literasi Keagamaan”.Hasil studi tersebut menyebutkan, bahwa anak-anak muda tidak lagi tertarik dengan konten dakwah yang disampaikan di masjid, dengan beralasan bahwa konten dakwah yang diangkat dan cara dakwah disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan atau persoalan yang dihadapi mereka sehari-hari. Menurut Irfan Abubakar, Direktur CRSC UIN Jakarta, sebagai jawaban atas persoalan hidup Muslim milenial lebih memilih media daring karena dianggap lebih menarik dan praktis, serta efisien, dan hemat biaya di samping generasi mereka lebih dekat dengan media online, gadget, dan segala macam itu.13

Hal yang sama juga dirumuskan dalam artikel yang sama

Republika.co.id (2019) Balai Penelitian dan Pengembangan Kementrian

Agama (Balitbang Kemenag) melakukan penelitian untuk menemukan tingkat pemahaman literasi keagamaan mahasiswa di beberapa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Penelitian ini melibatkan 400 mahasiswa dari empat PTKIN dan menyasar mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) semester enam. Empat PTKIN, yaitu: UIN Jakarta, UIN Bandung, UIN Banten, dan UIN Cirebon. Penelitian ini menggunakan metode mix model, yaitu penggabungan metode kualitatif dengan kuantitaif dengan sistem cluster random sampling. Hasil penelitian menyebutkan, bahwa:

"Bahwa 90.9 persen dari 400 mahasiswa, menyatakan lebih suka memperoleh informasi keagamaan dari video-video ceramah di internet.Sedangkan koran atau artikel cetak merupakan sumber literasi yang paling jarang dipilih mahasiswa".14

Dari empat PTKIN tersebut, UIN Jakarta menjadi PTKIN dengan pemahaman literasi keagamaan tertinggi.Meski demikian, minat literasi

13 Milenial Indonesia Lebih Suka Dakwah Online, diakses pada tanggal 19 Juli 2019

pukul: 20:37, (https://internasional.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/19/02/17/pmytz1-milenial-indonesia-lebih-suka-dakwah-online)

14 Dea Alvi Soraya dan Agung Sasongko, Kalangan Muda Muslim Pilih Kajian Agama di

Internet, diakses pada tanggal 19 Juli 2019 pukul: 20:52,

(https://khazanah.republika.co.id/berita/pud6iy313/kalangan-muda-muslim-pilih-kajian-agama-di-internet?utm_source=dable)

(21)

mahasiswa UIN Jakarta berada di tingkat terendah dibandingkan UIN Bandung, UIN Banten, dan IAIN Cirebon. Sedangkan UIN Bandung, meski berada di posisi kedua dalam tingkat pemahaman literasi agama, namun memiliki minat literasi yang paling tinggi.15

Berdasarkan hasil penelitian Balitbang Kemenag di atas, menunjukkan besarnya pengaruh media sosial dalam penyebaran dan memperoleh informasi. Di sisi lain, Media online kini sudah sangat bebas, dalam arti apapun dapat disajikan secara digital termasuk dakwah via digital. Dan belum dapat dipastikan ke-valid-an dari fakta yang disajikan, atau justru fakta yang diputarbalikkan hingga membahayakan.

Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Ahmad Satori Ismail, dilansir dari Republika.co.id (2019), era digital mengungkapkan bahwa merupakan tantangan bagi orangtua dalam memberikan benteng-benteng pertahanan dari dunia digital yang bebas dan para pendakwah agar dapat menyajikan pembelajaran Islam yang baik dengan memperbanyak kajian dan konten yang baik tentang Islam secara terstruktur, serta rapi dari mulai yang termudah sampai kepada hal-hal yang dibutuhkan oleh para millenial.16

Sejalan dengan itu, berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap mahasiswa PAI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti sebagai partisipan, melihat salah satu permasalahan yang sering dialami oleh mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, usai melaksanakan presentasi yang dilanjutkan dengan tahap tanya-jawab, mahasiswa sering mengalami fase gelisah dan bingung terhadap pertanyaan yang diberikan temannya dan berusaha mencari alternatif dengan mencari jawaban melalui internet atau media sosial. Hal ini disebabkan karena kurangnya literasi mahasiswa terhadap ajaran agama Islam.

15 Dea Alvi Soraya dan Agung Sasongko, Minat Literasi Keagamaan Muda Muslim

Masih Rendah, diakses pada tanggal 21 Juli 2019 pukul: 14:56,

(https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pud6r2313)

16 Rahma Sulistya dan Agung Sasongko, Dunia Digital Tantangan bagi Orangtua dan

Pendakwah, diakses pada tanggal 19 Juli 2019 pukul: 22:30,

(https://khazanah.republika.co.id/berita/puf5ur313/dunia-digital-tantangan-bagi-orang-tua-dan-pendakwah?utm_source=dable)

(22)

8

Salah satunya media yang begitu cepat perubahannya dalam seluruh kehidupan bermasyarakat adalah perubahan dalam memanfaatkan teknologi. Perubahan ini antara lain terjadi pada cara manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Perkembangan teknologi informasi yang pesat secara langsung mempengaruhi cara antar manusia berinteraksi. Kecanggihan teknologi ini pada akhirnya akan menghilangkan jarak, ruang, dan waktu. Kecanggihan ini juga mempengaruhi bagaimana seseorang menyelesaikan masalahnya.17

Media sosial adalah media yang didesain untuk memudahkan interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah.Media sosial berbasis pada teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari yang sebelumnya bersifat satu ke banyak audiens.Media sosial unggul dalam memberikan kecepatan informasi sehingga membuat penggunanya semakin dinamis dan adaptif.18

Saat ini, banyak media sosial yang dimanfaatkan sebagai penyebaran informasi yang cukup signifikan, salah satunya ialah penyebaran informasi mengenai ajaran agama Islam. Berdasarkan artikel International Journal of

Humanities and Social Science dalam jurnalnya The Impact of Social Media on Muslim Society: From Islamic Perspective, menyebutkan bahwa salah satu

dampak positif media sosial di masyarakat muslim adalah penyebaran dakwah Islam. Hal tersebut telah dilakukan oleh beberapa sarjana muslim dalam menggunakan sosial media untuk mempromosikan dakwah, seperti Dr. Zakir Naik, Mufti Ismail Menk, Numan Ali Khan, Bilal Philips, dan lainnya. Di era perkembangan ilmu pengetahuan saat ini, teknologi merupakan salah satu alat utama dalam berkampanye.Dengan menggunakan teknologi, sangat mudah dalam mengundang atau mengajak seseorang dalam waktu yang singkat.Sehingga saat ini, banyak orang dari berbagai belahan di dunia tetap

17 Hartono dan Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 174 18 Gunawan Saleh dan Ribka Pitriani, “Pengaruh Media Sosial Instagram dan WhatsApp

terhadap Pembentukan Budaya Alone Together”, JurnalKomunikasi, Vol. 10, No. 2, Desember 2018, h. 103-114

(23)

berhubungan dengan persahabatan atau perkumpulan di dunia virtual.Akibatnya, berkomunikasi melalui media sosial memberikan interaksi positif yang menguntungkan bagi penggunanya dan Islam.19

Sebagaimana yang telah dilakukan oleh ODOJ (One Day One Juz). Dikutip dalam Indonesia and The Malay World, dalam Jurnalnya Social

Media and The Birth of an Islamic Social Movement: ODOJ (One Day ne Juz) in Contemporary Indonesia, ODOJ merupakan salah satu gerakan

dakwah online yang memperkenalkan anaggotanya utnuk beragam kegiatan yang berkaitan dengan dakwah, khususnya untuk membaca satu juz dalam Al-Qur’an setiap hari. ODOJ memiliki pengikut mencapai 140.000 di Indonesia dan luar negeri. ODOJ berusaha untuk terhubung dengan muslim yang merasa memiliki jarak dengan Al-Qur’an yang menjadi sumber utama krisis dalam kehidupan. Media sosial WhatsApp dalam konteks ini memainkan peran penting dalam menyalurkan aspirasi ODOJ yang berfungsi sebagai saluran komunikasi dakwah yang efektif.20

Berdasarkan artikel Datareportal menyebutkan bahwa pengguna media sosial di Indonesia pada Januari tahun 2020 mencapai 160 juta. Jumlah pengguna internet di Indonesia naik 12 juta atau 8.1 persen dari Apriltahun 2019 hingga Januari 2020.21Sedangkan menurut artikel iNews.id menyatakan bahwa jumlah pengguna WhatsApp saat ini mencapai 2 Miliar pengguna di seluruh dunia.22 Indonesia menduduki posisi keempat dalam daftar 10 Negara

19 Md. Tarequl Islam, “The Impact of Social Media on Muslim Society: From Islamic

Perspective”, International Journal of Humanities and Social Science (IJSHS), 3 (3): 95-114, November 2019, h. 102

20 Eva F. Nisa, “Social Media and The Birth of an Islamic Social Movement: ODOJ (One

Day ne Juz) in Contemporary Indonesia”, Indonesia and The Malay World, Vol. 46, No. 134, 24-43, Februari 2018, h. 40

21 Simon Kemp, Digital 2020: Indonesia, diakses pada tanggal 27 April 2020 Pukul

20:26, (https://datareportal.com/reports/digital-2020-indonesia)

22 Dini Listiyani, Jumlah Pengguna WhatsApp Kini Caai 2 Miliar, diakses pada tanggal

27 April 2020 Pukul 21:27, (https://www.inews.id/amp/techno/internet/jumlah/-pengguna– whatsapp-kini-capai-2-miliar)

(24)

10

teratas yang paling banyak menggunakan WhatsApp, 3 posisi teratas lainnya diduduki oleh Negara India, Brazil dan Jerman.23

WhatsApp sangat fokus kepada komunikasi dengan biaya yang sangat

murah, yang menyebabkan pengguna tidak mengharuskan lagi bertukar pesan menggunakan SMS dan telpon melalui pulsa.Selain itu, WhatsApp juga bisa berkomunikasi bertatap muka secara langgsung dengan menggunakan panggilan Video Call.WhatsApp aplikasi perpesanan instan yang memungkinkan kita untuk mengirim file, pesan gambar, video, foto, dan obrolan online. Dengan WhatsApp kita dapat berkomunikasi dimanapun dan kapanpun dengan orang dan juga memiliki aplikasi tersebut selama kita tersambung ke koneksi jaringan internet.24

Di abad modern ini, hampir mayoritas penduduk Indonesia menggunakan aplikasi WhatsApp. Situs jejaring sosial ini membantu penggunanya mengatur cara berkomunikasi, membangun dan menjaga relasi, berbagai informasi, bahkan belajar.25Sebagai media informasi yang banyak diminati setiap umat muslim, WhatsApp menjadi sarana yang efektif dan relevan dalam penyebaran dan penyampaian kajian ke-Islaman. Yaitu dengan membentuk suatu obrolan grup yang bertemakan ke-Islaman.

Peneliti tertarik untuk mengangkat WhatsApp karena perkembangan penggunanya dalam beberapa tahun terakhir. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengetahui Pemanfaatan Media Sosial WhatsApp (WA) dalam Grup Kajian Agama Islam pada Mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .

23 Saras, Daftar Negara Pengguna WhatsApp terbesar di Dunia, diakses pada tanggal 27

April, 2020 Pukul 21:56, (https://m.utakatikotak.com/kongkow/detail/17033/Daftar-Negara-Pengguna-WhatsApp-Terbesar -di-Dunia)

24 Siti Aisyah, ”Pengaruh Pemanfaatan WhatsApp terhadap Interaksi Anak dan Orangtua

Peserta Didik SMPN 10 Pontianak, Skripsi pada Sarjana Universitas Tanjungpura Pontianak, Pontianak, 2018, h. 2, dipublikasikan.

25 Mega Ulva Sari Sihombing dan Arifin Sugianto, “Pengaruh Komunikasi melalui Grup

WhatsApp untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan di Hotel Grandhika Medan, Jurnal Lensa

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian antara lain sebagai berikut:

1. Media sosial WhatsApp tidak digunakan untuk mencari keilmuan.

2. Kurangnya literasi dari buku ke-Islaman dan lebih mengandalkan media sosial sebagai generasi milenial mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sering terjadi kesalahpahaman dan misscommunication dalam penerimaan informasi.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah penelitian tersebut, sebagai berikut:

1. Pemanfaatan Media Sosial WhatsApp (WA)

Media sosial WhatsApp (WA) merupakan salah satu medsos terpopuler sejak tahun 2014 hingga sekarang.Indonesia menduduki posisi keempat teratas pengguna WhatsApp di seluruh dunia. Media sosial

WhatsApp (WA) selain sebagai aplikasi pesan lintas platform, seiring

dengan perkembangan di era digital digunakan sebagai media bisnis dan dakwah dalam mengirim dan menerima informasi. Pemanfaatan media sosial WhatsApp yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fitur yang dimanfaatkan dalam menerima informasi keilmuan.

2. Grup Kajian Agama Islam

Grup kajian agama Islam adalah suatu kumpulan orang-orang yang biasanya hadir ke dalam masjid-masjid atau majelis-majelis untuk mengkaji, mendengarkan dan memperoleh pengetahuan tentang ajaran agama Islam, yang disampaikan dengan jalan berdakwah oleh seorang ustadz atau kiyai.Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan grup kajian Agama Islam adalah grup kajian agama Islam yang terdapat di dalam media sosial WhatsApp (WA).Adapun kajian agama Islam yang dimaksud adalah kajian yang paling banyak diikuti oleh Mahasiswa PAI

(26)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, seperti dalam bidang Fiqih, Akhlak, dan Hadits.

3. Mahasiswa PAI

Mahasiswa Pendidikan Jurusan Agama Islam merupakan mahasiswa yang disokongi dengan ilmu-ilmu kependidikan dan ke-Islaman, yang tidak lain merupakan background mereka dalam memahami norma-norma agama Islam baik dalam konteks ‘aqidah, fiqih, sosial, maupun politik. Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran peneliti adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah ini adalah, sebagai berikut.

1. Bagaimana pemanfaatan media sosial WhatsApp dalam grup kajian agama Islam?

2. Bagaimana relevansi pemanfaatan media sosial WhatsApp dalam grup kajian agama Islam?

3. Bagaimana implikasi yang terjadi pada mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mengikuti grup kajian agama Islam

WhatsApp?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan media sosial WhatsApp (WA) dalam grup kajian agama Islam pada mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemanfaatan media sosial WhatsApp dalam grup kajian agama Islam.

(27)

2. Untuk mengetahui relevansi pemanfaatan media sosial WhatsApp dalam grup kajian Islam.

3. Untuk mengetahui implikasi yang terjadi pada mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mengikuti grup kajian agama Islam

WhatsApp.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

1) Sebagai prasyarat memperoleh gelar sarjana.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih pemikiran dalam rangka menambah khazanah kelimuan dalam pemanfaatan media sosial WhatsApp (WA) terhadap grup kajian agam Islam pada mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi mahasiswa PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan dalam pemanfaatan media sosial WhatsApp (WA) sebagai sarana memperoleh keilmuan yang relevan dalam kebutuhan sehari-hari.

2) Bagi pendakwah, penelitian ini diharapkan menjadi referensi di dalam metodologi penyebaran dakwah yang lebih luas dan masukkan dalam memperbanyak kajian pembelajaran agama Islam secara terstruktur yang disesuaikan kepada hal-hal yang dibutuhkan oleh para milenial.

(28)

14

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik

1. Pemanfaatan Media Sosial WhatsApp (WA) a. Sejarah Media Sosial

Kata media sosial tersusun dari dua kata, yaitu “media” dan “sosial”.Kata “media” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah alat (sarana) komunikasi.1Dan menurut beberapa ahli, seperti Laughey dan McQuail dalam Nasrullah mengartikan “media” sebagai alat komunikasi.2Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa media merupakan suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi.Adapun kata “sosial” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal yang berkenaan dengan masyarakat dan suka memperhatikan kepentingan umum.Dan kata “sosial” menurut Durkheim dalam Nasrullah merujuk kepada kenyataan sosial bahwa setiap individu melakukan aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat.3

Media sosial pada mulanya berawal dari perkembangan internet.Internet adalah kependekan dari Interconnected Networks yang berarti jaringan komputer di dunia yang saling berhubungan. Sejarah internet dimulai pada tahun 1969 ketika Departemen Amerika Serikat melakukan riset tentang cara menghubungkan sejumlah komputer. Mereka berhasil membentuk jaringan organik yang dikenal dengan ARPANET yang menghubungkan sepuluh komputer yang berlanjut menjadi e-mail. Pada tahun 1977, lebih dari

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses pada tanggal 28 Juli 2019

2 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Prosedur, Tren, dan Etika, Cet. Ke-1, (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 6

(29)

seratus komputer yang bergabung membentuk sebuah jaringan atau network. Pada tahun 1978, ditemukan sistem papan buletin yang memungkinkan seseorang untuk dapat berhubungan dengan orang lain menggunakan surat elektronik. Cara ini dilakukan dengan menggunakan saluran telepon yang terhubung dengan modem. Tahun 1979, Newsgroup pertama hadir dengan nama USENET, disusul oleh France Telecom dua tahun kemudian dengan meluncurkan telepon televisi pertama yang membuat orang-orang dapat saling berkomunikasi dengan menggunakan video link. Tahun 1984, muncul sistem nama domain atau Domain name System (DMS) dengan perkiraan seribu komputer tersambung dalam suatu jaringan dan meningkat sepuluh kali lipat dalam kurun waktu tiga tahun.4

Tahun tahun 1990, lahir sebuah program bernama World Wide

Web (www).Pada tahun ini internet mulai dikenal di Indonesia yang

awalnya disebut “Paguyuban Network”.Tahun 1992, komputer yang saling tersambung membentuk jaringan sudah melampaui sejuta komputer, dan muncullah istilah “suffering the internet”.Tahun 1994, situs internet telah tumbuh menjadi tiga ribu situs, salah satunya adalah Yahoo!, dan dunia menyambut kedatangan

virtual-shooping.5

Media sosial pertama kali di pelopori oleh kehadiran blogger pada tahun 1999. Pada tahun 2002 dan 2003 muncul Friendsterdan LinkedIn yang menambah fungsi medsos dari sekedar untuk bersosialisasi menjadi ajang menjalin jejaring dan mencari pekerjaan. Sejak saat itu, semakin banyak jejaring sosial yang berkembang, seperti: MySpace hadir pada tahun 2003, Facebook pada tahun 2004, dan Twitter pada tahun 2006. Pada tahun 2011,

4 Joey Roesma dan Nadia Mulya, Media Sosialita: Eksis Narsis jadi Daring Darling,

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2018), h. 23

(30)

16

Google meluncurkan Google+ yang merupakan situs jejaring sosial yang awalnya dibatasi pada pengguna Google namun kini terbuka secara umum.6

Adapun beberapa karakteristik yang terdapat dalam media sosial adalah:

1. Partisipasi. Partisipasi mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap orang yang tertarik atau berminat menggunakannya, hingga mengaburkan batas antara media dan audience.

2. Keterbukaan. Sosial media terbuka bagi umpan balik dan partisipasi melalui sarana-sarana voting, komentar, dan berbagi informasi.

3. Perbincangan. Sosial media memungkinkan terjadinya perbincangan antar pengguna secara “dua arah”.

4. Komunitas. Media sosial memungkinkan terbentuknya komunitas-komunitas secara cepat (instan) dan berkomunikasi secara efektif tentang beragam isu/kepentingan .

5. Keterhubungan. Mayoritas sosial media dapat terhubung dengan baik karena adanya kemampuan melayani keterhubungan antar pengguna, melalui fasilitas tautan (links) ke website, sumber-sumber informasi, dan pengguna-pengguna lain.7

Nasrullah dalam “Media Sosial” membagi media sosial menjadi enam kategori besar, antara lain sebagai berikut.

1. Media jejaring sosial (Social networking)

Media jejaring sosial merupakan media yang paling populer yang bias digunakan dalam melakukan hubungan sosial. Karakter utama dari situs jejaring sosial adalah setiap pengguna

6Ibid., h. 24

7 Nisa Khairuni, Dampak Positif dan Negatif Sosial Media terhadap Pendidikan Akhlak

(31)

membentuk jaringan pertemanan, baik terhadap pengguna yang sudah diketahuinya dan bertemu di dunia nyata (offline) maupun membentuk jaringan pertemanan baru. Pembentukan pertemanan biasanya terjadi berdasarkan pada sesuatu yang sama, seperti hobi, sudut pandang politik, atau profesi pekerjaan.8

2. Jurnal Online (Blog)

Blog merupakan media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk mengunggah aktifitas keseharian, saling mengomentari dan berbagi, baik tautan web lain, informasi dan sebagainya. Pada awalnya blog merupakan suatu bentuk situs pribadi yang berisi kumpulan tautan ke situs lain yang dianggap menarik dan diperbarui setiap harinya. Pada perkembangan selanjutnya, blog banyak jurnal (tulisan keseharian pribadi) pemilik media dan terdapat kolom komentar yang bisa diisi oleh pengguna.9 Secara mekanis, jenis media sosial ini bias dibagi menjadi dua, yaitu kategori personal homepage, yaitu pemilik menggunakan nama domain sendiri seperti .com atau .net dan yang kedua dengan menggunakan failitas penyedia halaman

weblog gratis, seperti wordpress atau blogspot.10

3. Jurnal online sederhana atau microblog (micro blogging)

Tidak berbeda dengan jurnal online (blog), microblogging merupakan jenis media sosial yang memfasilitasi pengguna untuk menulis dan memublikasikan aktifitas serta atau pendapatnya. Secara historis, kehadiran jenis media sosial ini merujuk pada munculnya Twitter yang hanya menyediakan ruang tertentu atau maksimal 140 karakter.11

4. Media berbagi (Media sharing)

8 Rulli Nasrullah, Op.cit., h. 40 9Ibid., h. 41

10Ibid., h. 42 11Ibid., h. 43

(32)

18

Situs berbagi media merupakan jenis media sosial yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi media, mulai dari dokumen (file), video, audio, gambar, dan sebagainya. Contoh media ini adalah: Youtube, Flickr, Photo-bucket, atau snapfish.12 5. Penanda sosial (Social bookmarking)

Penanda sosial merupakan media sosial yang bekerja untuk mengorganisasi, menyimpan, mengelola, dan mencari informasi atau berita tertentu secara online.Beberapa situs sosial

bookmarking yang popular adalah delicious.com,

stumbleUpon.com, Digg.com, Reddit.com, dan untuk di

Indonesia ada LintasMe.13

6. Media konten bersama atau wiki

Media sosial ini merupakan situs yang kontennya hasil kolaborasi dari para penggunanya.Mirip dengan kamus atau ensiklopedi, wiki menghadirkan kepada pengguna pengertian, sejarah hingga rujukan buku atau tautan tentang satu kata. Dalam prakteknya, penjelasan-penjelasan tersebut dikerjakan oleh pengunjung, artinya ada kolaborasi atau kerja sama dari semua pengunjung untuk mengisi konten dalam situs ini.14 b. Pengertian dan Sejarah WhatsApp (WA)

WhatsApp merupakan aplikasi yang digunakan untuk saling

bertukar pesan pada smartphone. Terdapat dua macam WhatsApp; pertama, WhatsApp Messenger, yaitu merupakan aplikasi pesan lintas platform yang memungkinkan untuk bertukar pesan tanpa biaya SMS; kedua, WhatsApp Bussiness, yaitu merupakan aplikasi bisnis untuk berkomunikasi dengan para pelanggan yang memampukan bisnis untuk dapat lebih diketahui melalui whatsapp serta informasi penting bisnis, seperti situs web, lokasi atau

12Ibid., h. 44 13Ibid., h. 45 14Ibid., h. 46

(33)

informasi kontak. Aplikasi WhatsApp menggunakan koneksi internet smartphone yang sama untuk email, browsing web, dan lain-lain. Aplikasi WhatsApp menyediakan berbagai fitur dan dengannya kita dapat melakukan obrolan online, berbagi file, bertukar foto dan lain-lain.15

WhatsApp pertama kali dibuat untuk pengguna Iphone,

kemudian seiring dengan perkembangannya, aplikasi WhatsApp tersedia juga untuk versi Blackberry, Android, Windows Phone dan

Symbian.Sampai pada November 2010, WhatApp menduduki posisi

peringkat ke-3, aplikasi paling laris yang diunduh melalui nokia Ovi

Store, setelah Swype dan NHL game center premium.WhatsApp

secara resmi mengumumkan peluncuran fitur resmi bernama

WhatsApp Web pada tanggal 22 Januari 2015.16

WhatsApp dibuat oleh Jan Koum dan Brian Acton, setelah gagal

diterima di perusaahaan Facebook oleh Mark Zuckerberg, pada tahun 2009. Pada tahun 2014, Facebook telah membeli aplikasi

WhatsApp dalam kesepakatan senilai $19 miliar (Rp.222,7 triliun)

dalam uang tunai dan saham. Hal ini merupakan akuisisi terbesar Facebook pada saat itu, dengan 450 juta pengguna bulanan

WhatsApp dan popular di kalangan ponsel yang tidak ingin

membayar ekstra untuk teks.17

Pembelian Platform WhatsApp dilatarbelakangi oleh lambatnya perkembangan Facebook dalam terjun ke layanan Mobile Messaging yang muncul setelah membeli Beluga pada tahun 2011. Sementara sebelum itu, pada tahun 2009 WhatsApp telah meluncur dengan menghadirkan layanan chat yang cepat, sederhana, dan bersih dari

15 Google Play Store, diakses pada tanggal 27 Juli 2019, pukul 09:59 WIB

16 Mega Ulva Sari Sihombing dan Arifin Sugianto, “Pengaruh Komunikasi melalui Grup

WhatsApp untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan di Hotel Grandhika Medan”, Jurnal Lensa

Mutiara Komunikasi, h. 38

17 Getty, Facebook beli WhatsApp seharga $19 Miliar, diakses pada tanggal 16 Juli 2019

Pukul 21:23 WIB

(34)

20

iklan sehingga banyak yang mengadopsinya. Pada awal tahun 2014,

WhatsApp mengklaim telah memproses 50 miliar pesan dalam satu

hari. Jumlah tersebut dipecah menjadi 36 miliar pesan terkirim (outbound) dan 18 miliar pesan masuk (inbound). Oleh karena itu, untuk mempercepat adopsi layanan messaging ke cakupan yang lebih luas, Facebook membeli WhatsApp.18

Pada tahun 2016, Facebook menghadirkan iklan ke layanan messenger yang dianggap tidak sesuai dengan perjanjian yang dibuat WhatsApp, Seperti dikutip “Tekno Liputan6.com” dari laman

Marketing Land, Kamis (1/9/2016), setelah diakuisisi Facebook, WhatsApp berjanji untuk tidak menggali data dari pengguna. Namun

dalam parkteknya, Facebookakan menggunakan koneksi dan data dari WhatsApp seperti daftar kontak untuk mencari iklan atau berbagai konten lainnya yang relevan dengan pengguna serta menampilkannya di Facebook pengguna tersebut. Hal ini mirip dengan yang dilakukan Facebook kepada Messenger, yakni menghadirkan iklan ke layanan Messenger.19

Brian Acton, salah satu pendiri WhatsApp meninggalkan

WhatsApp pada tahun 2017 karena bertengkar dengan pendiri dan

bos Facebook, Mark Zuckerberg. Disusul oleh Jan Koum setahun setelahnya dengan meninggalkan saham senilai 850 juta dolar AS.Pertengkaran ini didasari keinginan Mark Zuckerberg untuk menayangkan iklan secara spesifik dengan membuka data-data pribadi pengguna WhatsApp. Peristiwa ini sama dengan Instagram, seperti dilaporkan Wall Street Journal yang dilansir Hitekno.com,

18 Kompas.com, Ini Alasan Facebook Beli WhatsApp, dikases pada tanggal 16 Juli 2019

Pukul 21:40 WIB

(https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tekno/read/2014/02/0905497/Ini. Alasan.Facebook.Beli.WhatsApp)

19 Agustin Setyo Wardani, Dua Tahun Beli WhatsApp Rp. 293 Triliun, Apa Keuntungan

Facebook?, diakses pada tanggal 16 Juli 2019 Pukul 22:15 WIB

(http://m.liputan6.com/tekno/read/2591468/dua-tahun-beli-whatsapp-rp-293-triliun-apa-keuntungan-facebook)

(35)

Systrom dan Krieger mundur dari Instagram setelah dibeli pada 2010 silam, karena juga tak cocok dengan Zuckerberg.20

Keberadaan media sosial WhatsApp merupakan salah satu bukti perkembangan teknologi dan komunikasi yang harus disikapi dengan positif. Beberapa keuntungan memakai media sosial WhatsApp, antara lain: Pertama, WhatsApp memiliki fitur untuk mengirim gambar, video, suara, dan lokasi GPS via hardware GPS atau

Gmaps. Media tersebut langsung dapat ditampilkan dan bukan

berupa link.Kedua, terintegrasi ke dalam sistem WhatsApp, layaknya sms, tidak perlu membuka aplikasi untuk menerima sebuah pesan. Notifikasi pesan masuk ketika handphone sedang off akan tetap disampaikan jika handphone sudah on. Ketiga, status Pesan; jam merah untuk proses loading pada Handphone terdapat tanda centang (√) jika pesan terkirim ke jaringan, kemudian muncul tanda centang ganda (√√) jika pesan sudah terkirim ke teman chat. Adapun tanda silang merah jika pesan yang dikirimkan gagal.Keempat, Broadcats dan Groupchat; Broadcast untuk kirim pesan ke banyak pengguna.

Group chat untuk mengirim pesan ke anggota sesama

komunitas.Kelima, hemat Bandwidth, Karena terintegrasi dengan sistem, maka tidak perlu login dan loadingcontact/ avatar, sehingga transaksi data makin irit.Aplikasi dapat dimatikan, dan hanya aktif jika ada pesan masuk sehingga bisa menghemat baterei.21

c. Dampak Penggunaan Media Sosial WhatsApp (WA)

Penggunaan media sosial WhatsApp memberi manfaat secara positif bagi penggunanya, diantaranya yaitu:

20 Agung Pratnyawan, Saat Dibeli Facebook, Privasi Pengguna Aplikasi WhatsApp

Dijual, hitekno.com diakses pada tanggal 16 Juli 2019 Pukul 22:38 WIB

(https://www.google.com/amp/s/hitekno.com/internet/2018/09/27/203000/saat-dibeli-facebook-privasi-pengguna-aplikasi-whatsapp-dijual)

21 Edi Suryadi, M. Hidayat Ginanjar, M. Priyatna, Penggunaan Sosial Media WhatsApp

dan Pengaruhnya terhadap Disiplin Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,Edukasi Islam, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.07, No. 1, h. 6

(36)

22

1. Mempermudah komunikasi. Media sosial WhatsApp adalah media komunikasi, baik jarak dekat maupun jarak jauh dan merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan sebagai media komunikasi dapat dibawa kemana saja, sehingga sangat efektif dan efisien.

2. Meningkatkan jalinan sosial. Dengan media sosial WhatsApp seseorang dapat berkomunikasi dengan saudara yang berada jauh, dan menjaga tali silaturahim yang kerap kali juga digunakan untuk menambah teman.

3. Menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi. Media komunikasi WhatsApp merupakan salah satu buah hasil dari kemajuan teknologi saat ini, dapat dijadikan salah satu sarana untuk menambah pengetahuan.22

Pesatnya perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif yang bersamaan. Dampak negatif pada aspek sosial budaya tersebut antara lain, sebagai berikut.

1) Menumbuhkan rasa malas 2) Menyukai prihal serba instan 3) Mengganggu kesehatan 4) Meningkatkan gaya hidup 5) Lupa waktu

6) Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan berbagai ke-inginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat.

(37)

Semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan.23

d. Hukum Bermu’amalah Online

Dalam praktiknya, jejaring sosial tidak selalu memberikan dampak positif bagi penggunanya.Di samping keuntungan yang didapatkan dalam memanfaatkan teknologi digital juga terdapat sisi negatif yang perlu diwaspadai, seperti halnya dalam pemanfaatan media sosial.Dengan demikian, dibutuhkannya kehati-hatian dalam bersikap.Media sosial merupakan suatu alat yang digunakan untuk berkomunikasi yang terhubung dengan masyarakat luas dalam sistem digital, salah satunya ialah dalam bermu’amalah.

Majelis Ulama Indonesia memberikan fatwa ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan dalam bermu’amalah dalam memanfaatkan media sosial.Sebagaimana firman Allah SWT.yang memerintahkan pentingnya tabayyun (klarifikasi) dalam memperoleh informasi, sebagai berikut.24

م ْوَق اوُبْيِصُت ْنَأ اوُنَّيَبَتَف ٍإَبَنِب ٌقِساَف ْمُكَءاَج ْنِإ اْوُنَمّأ َنْيِذَّلااَهُّيَأاَي

ٍٍ َلاَهََِب ا

ْيِمِداَن ْمُتْلَعَف اَم ىَلَع اوُحِب ْصُتَف

َن

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu

menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)25

Dengan demikian, ketentuan hukum bermu’amalah melalui media sosial menurut fatwa MUI, adalah sebagai berikut.

1) Dalam bermu’amalah dengan sesama, baik di dalam kehidupan riil maupun media sosial, setiap muslim wajib mendasarkan pada keimanan dan ketakwaan, kebajikan (mu’asyarah bil ma’ruf),

23 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 10

24 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman

Bermuamalah melalui Media Sosial, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, h. 2

(38)

24

persaudaraan (ukhuwwah) saling wasiat akan kebenaran (al-haqq) serta mengajak pada kebaikan (al-amr bi al-ma’ruf) dan mencegah kemungkaran (al-nahy ‘an al-munkar).26

2) Setiap muslim yang bermuamalah melalui media sosial wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan, tidak mendorong kekufuran dan kemaksiatan.

b) Mempererat ukhuwwah (persaudaraan), baik ukhuwwah

Islamiyyah (persaudaraan ke-Islaman), ukhuwwah

wathaniyyah (persaudaraan kebangsaan), maupun ukhuwwah insaniyyah (persaudaraan kemanusiaan).

c) Memperkokoh kerukunan, baik intern umat beragama, antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan Pemerintah.27

3) Setiap muslim yang bermuamalah melalui media sosial diharamkan untuk:

a) Melakukan ghibah, fitnah, namimah, dan penyebaran permusuhan.

b) Melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan atas dasar suku, agama, ras, atau antar golongan.

c) Menyebarkan hoax serta informasi bohong meskipun dengan tujuan baik, seperti info tentang kematian orang yang masih hidup.

d) Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala hal yang terlarang secara syar’.

e) menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai tempat dan/atau waktunya.28

26 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman

Bermuamalah melalui Media Sosial, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, h. 14

27Ibid. 28Ibid.

(39)

4) Memproduksi, menyebarkan dan/atau membuat dapat diaksesnya konten/informasi yang tidak benar kepada masyarakat hukumnya haram.

5) Memproduksi, menyebarkan dan/atau membuat dapat diaksesnya konten/informasi tentang hoax, ghibah, fitnah, namimah, aib,

bullying, ujaran kebencian, dan hal-hal lain sejenis terkait pribadi

kepada orang lain dan/atau khalayak hukumnya haram.

6) Mencari-cari informasi tentang aib, gosip, kejelekan orang lain atau kelompok hukumnya haram kecuali untuk kepentingan yang dibenarkan secara syar’i.

7) Memproduksi dan/atau menyebarkan konten/informasi yang bertujuan untuk membenarkan yang salah atau menyalahkan yang benar, membangun opini agar seolah-olah berhasil dan sukses, dan tujuan menyembunyikan kebenaran serta menipu khalayak hukumnya haram.

8) Menyebarkan konten yang bersifat pribadi ke khalayak, padahal konten tersebut diketahui tidak patut untuk disebarkan ke publik, seperti pose yang mempertontonkan aurat, hukumnya haram. 9) Aktifitas buzzer di media sosial yang menjadikan penyediaan

informasi berisi hoax, ghibah, fitnah, namimah, bullying, aib, gosip, dan hal-hal lain sejenis sebagai profesi untuk memperoleh keuntungan, baik ekonomi maupun non-ekonomi, hukumnya haram. Demikian juga orang yang menyuruh, mendukung,

membantu, memanfaatkan jasa dan orang yang

memfasilitasinya.29

29 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman

(40)

26

2. Grup Kajian Agama Islam

a. Pengertian Kajian Agama Islam

Ajaran Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar.Bahkan Islam mewajibkan kepada setiap orang beriman untuk belajar. Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (long life education). Namun ajaran Islam menekankannya menjadi signifikansi kognitif (akal) dan sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar, dengan memperhatikan kata-kata kunci seperti ya’qilun, yatafakkarun, yasma’un, dan sebagainya yang terdapat dalam Al-Qur‟an, merupakan bukti betapa pentingnya pengaruh ranah/cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan. Dalam ajaran Islam, baik secara eksplisit maupun implisit mewajibkan ummatnya untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan.30 Sebagaimana Allah SWT.berfirman dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar ayat 9:

َن ْوُمَلْعَي َنْيِذَّلا ىِوَتْسَي ْلَه ْلُق

َلا اوُلوُأ ُرَّكَذَتَي اَمَّنِإ َنْوُمَلْعَي ّلّ َنْيِذَّلاَو

ِ اَبْل

“Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang

yang mengetahui dan orang-orang yang tidak

mengetahui.Sesungguhnya”.31

Kajian agama Islam merupakan suatu kajian yang berisi seputar agama Islam. Secara bahasa kajian berarti hasil mengkaji.32 Dengan kata lain, kajian agama Islam ialah berarti suatu usaha mempelajari atau mengkaji, menyelidiki, menelaah yang objek kajiannya adalah agama Islam baik dalam segala aspek yang berhubungan atau berkaitan dengan agama Islam dibahas atau dipahami secara

30 Edi Suryadi, M. Hidayat Ginanjar, M. Priyatna, Op. cit., h. 8 31 Departemen Agama RI., Op.cit., h. 459

(41)

mendalam dengan menggunakan berbagai metode atau teknik yang sesuai dengan aturan di dalam agama Islam.33

Agama menurut bahasa (etimologi) atau secara lughawi, menurut H.M. Syafaat sebagaimana yang dikutip oleh Rohadi, berarti “tidak kacau”. Kata agama berasal dari bahasa Sanskerta yaitu a = tidak, gama = kacau (tidak kacau). Konsepsi ini mempunyai pengertian bahwa agama tidak menimbulkan kekacauan bagi manusia dalam “totalitas hidupnya”. Pada hakikatnya, agama akan membuat manusia menjadi sejahtera, tentram, aman, adil dan beraab dalam keseluruhan tata hubungan baik secara vertikal mapun horizontal.34

Sedangkan kata agama dilihat dari bahasa Arab ialah ٌنْيِد . Menurut Harun Nasution dalam bukunya Islam Ditinjau dari

Berbagai Aspeknya, agama ialah:

“Sesuatu yang membawa peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi, menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Agama membawa kewajiban-kewajiban yang jika tidak dijalankan akan menjadi hutang. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham balasan. Yang menjalankan kewajiban dan yang patuh akan mendapat balasan baik dari Tuhan. Yang tidak menjalankan kewajiban dan yang

tidak patuh akan mendapatkan balasan yang tidak baik.”35

Ditinjau dari sudut bahasa, kata “Islam” berarti kedamaian (peace), kesucian (purity), kepatuhan (submission), dan ketaatan (obedience).Dalam pengertian agama (agama Islam), Islam berarti kepatuhan terhadap kehendak dan kemauan Allah SWT.serta taat

33 Rohadi Abdul Fatah dan Sudarsono, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 1992), Cet. 2, h. 5

34Loc. cit.

35 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1985),

(42)

28

kepada hukum dan aturan-Nya, atau seperti yang dikutip oleh Didin Hafidhuddin menurut Abdurrahman an-Nahlawi36:

“Islam adalah aturan Allah yang sempurna yang mencakup berbagai bidang kehidupan, juga mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, dengan sesamanya, dan alam semesta, atas dasar ketundukkan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya”.

Hubungan antara pengertian Islam menurut bahasa dan istilah sangat erat, yaitu hanya dengan kepatuhan dan ketaatan kepada kehendak Allah dan tunduk kepada hukum dan aturan-Nya, seseorang dapat mencapai kedamaian yang sesungguhnya dan memperoleh kesucian yang abadi.37 Allah SWT. berfirman.

ِهَّبَّر آدْنِع ُهُرْجآأ ُهآلآ ف ٌنِسُْمُ آوُهآو ِهَّلِل ُهآهْجآو آمآلْسآأ ْنآم ىآلآ ب

آلَآو

ْوُ نآِْآيَ ْمُه آلَآو ْمِهْيآلآع ٌفْوآخ

.آن

“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri (aslama wajhahu) kepada Allah, sedang dia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka

bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah: 112)38

Makna penyerahan terlihat dan terbukti pada alam semesta. Secara langsung maupun tidak langsung alam semesta adalah Islam, dalam arti kata alam semesta menyerahkan diri kepada Sunnatullah atau ‘hukum alam’, seperti matahari terbit dari timur dan terbenam di barat yang berlaku sepanjang zaman karena dia menyerah (Islam) kepada sunatullah yang telah ditetapkan oleh AllahSWT.39 Ditegaskan dalam al-Quran Surat Ali ‘Imran (3): 83:

ِهَّللا ِنْيِد آرْ يآغآ فآأ

آْأَا آو ِتاآواآمَّسلا ِْفِ ْنآم آمآلْسآأ ُهآلآو آنْوُغْ بآ ي

آنْوُعآجْرُ ي ِهْيآلِإآو اًهْرآمآو اًعْوآط ِ ْر

.

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah (mereka) menyerah diri, segala apa yang (ada) di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun

36 Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet. 1, h. 15 37Ibid.

38Departemen Agama RI. Op.cit., h. 17

39 Marzuki, Konsep Agama Islam, 31 Maret 2019, h. 38,

(http://staffnew.uny.ac.id/upload//132001803/pendidikan/Dr.%2BMarzuki,%M.Ag_.%2B%2BBuk u%2BPAI%2BUNY%2B-%2BBAB%2BB3.%2BKonsep%2BAgama%2BIslam)

Gambar

Tabel  2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 4.1 We Are Social
Gambar 4.2 Materi Kajian Islam
Gambar 4.3 Materi Kajian Islam
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Pemohon adalah dokter warga negara Indonesia sebagai perorangan dan Tokoh Masyarakat Pulau Buru yang menganggap hak konstitusionalnya dirugikan oleh ketentuan Pasal

Dengan ini diberitahukan kepada sudara, apabila dikuasakan harus disertai dengan surat kuasa atau surat tugas dari direktur kepada penerima kuasa atau penerima tugas dan

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar isian

Yang hadir adalah yang menandatangani surat penawaran atau dapat diwakilkan kepada yang namanya tercantum dalam akte perusahaan dengan membawa surat kuasa. Membawa

Gaya pengasuhan digambarkan dalam tiga dimensi disiplin besar (Baumrind, 1967) yaitu authoritarian (berpusat pada orangtua), permissive (berpusat pada anak) dan

2.2. Selain daripada latihan dan kursus jangka pendek yang telah disediakan, MKM juga merancang dan menggalakkan kakitangannya untuk melanjutkan pelajaran ke tahap yang lebih

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya, dalam usaha memenuhi

Dalam kisah Mahabharata, terdapat Senjata Pusaka yang diberikan oleh para dewa kepada manusia yang disebut dengan Astra. Manusia yang telah dianugerahi Astra tersebut