• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Dewasa di Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Dewasa di Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS

PAYANGAN, KECAMATAN PAYANGAN

KABUPATEN GIANYAR

NI PUTU TINA ASTIARI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

i

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS

PAYANGAN, KECAMATAN PAYANGAN

KABUPATEN GIANYAR

NI PUTU TINA ASTIARI

1220025058

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS

PAYANGAN, KECAMATAN PAYANGAN

KABUPATEN GIANYAR

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI PUTU TINA ASTIARI

1220025058

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

(4)

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipersentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 27 Juni 2016

Tim Penguji Skripsi

Ketua (Penguji I)

dr. Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid NIP. 19810404 200604 1 005

Penguji II

(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 27 Juni 2016

Pembimbing

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), Karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki Dewasa di Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar Tahun 2016

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., PhD, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Ni Luh Putu Suryani, SKM., MHlth & IntDev, selaku Kepala Bagian Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

3. dr. I Made Sutarga, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. dr. Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid., selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan kritik guna menyempurnakan penulisan skripsi ini.

5. dr. I Gusti Ngurah Gede Putra selaku Kepala Puskesmas Payangan yang telah memperikan ijin melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Payangan. 6. dr. I Made Udayana dan Staf Puskesmas Payangan yang telah memberikan

(7)

vi

7. Keluarga yang senantiasa memotivasi, memberikan dorongan dan dukungan pada penulis, dan I Made Indra Suryawan yang telah mengantar dan membantu dalam proses pengambilan data.

8. Teman-teman IKM12, teman di peminatan Epidemiologi, dan teman-teman I3 yang telah membantu penulis dan memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari pembaca dalam rangka penyempurnaan dan proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca kususnya.

Denpasar, 27 Juni 2016

(8)

vii

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada

Laki-Laki Dewasa di Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan

Kabupaten Gianyar

ABSTRAK

Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. American Heart Association menyatakan penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai 74,5 juta jiwa, dan hampir 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia pada penduduk diatas 18 tahun sebesar 25% berdasarkan pengukuran tekanan darah. Sedangkan di provinsi Bali sekitar 19.9% pada tahun 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.

Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan matching individual, dengan total sampel sebanyak 76 orang. Variabel tergantung adalah hipertensi; variabel bebas adalah riwayat keluarga, diabetes melitus, konsumsi garam, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, obesitas, dan konsumsi alkohol,dan variabel kendali adalah umur dan tempat tinggal. Teknik sampilng menggunakan consecutive sampling. Analisa data dilakukan secara bivariat (uji Mc Nemar) dan multivariat (Conditional Logistic Regression).

Penelitian menemukan dua variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap jadian hipertensi yaitu status obesitas dan riwayat keluarga dengan nilai OR masing-masing sebesar 2.66 (95%CI: 0.9911-8.3205); dan 3.00 (95%CI: 1.0222- 8.8042).

Simpulannya adalah status obesitas dan riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap terjadinya hipertensi pada laki-laki dewasa di Puskesmas Payangan.

(9)

viii

The Risk Factors of Hyertention in Adults Male on Payangan Health

Center, Distric Payangan, Gianyar Regency

ABSTRACT

Hypertension often called the silent disease. The prevalence of hypertension in Indonesia in the population above 18 years of 25% based on the measurement of blood pressure. The objective of this study was to determine the factors that influence the prevalence of hypertension in adult males cases in the community health center of Payangan District in Gianyar Regency.

This study used a case-control design with maching individual. Total samples were 76 people (38 cases and 38 controls). The sampilng technique used was consecutive samping. The dependent variable was hypertension and the independent variabel was family history, diabetes melitus, salt intake, smoking habits, physical activity, obesity, and alcohol consumption. Analysis of the data was bivariate (McNemar) and multivariate (Conditional Logistic Regression).

The results from the study there were two variables was a risk factors of hypertension namely obesity status OR= 2.66 (95% CI: 0.9911-8.3205) and family history OR= 3 (95% CI: 1.0222- 8.8042), whereas diabetes mellitus, salt intake, smoking habits, physical activity, and alcohol consumption were not statistically found as a risk factor for hypertension.

The conclusion from the study were the risk factors of hypertension in aduls males in the community health center of Payangan were obesity status, and family history.

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi ... 8

2.2 Epidemiologi Hipertensi ... 9

2.3 Batasan Hipertensi ... 10

2.4 Penyebab Hipertensi ... 10

2.5 Gejala Hipertensi ... 11

2.6 Faktor Risiko Hipertensi ... 11

2.6.1 Faktor yang Tidak Dapat Dikontrol ... 11

2.6.2 Faktor yang Dapat Dikontrol ... 13

2.7 Komplikasi Hipertensi ... 18

2.8 Pengobatan Hipertensi ... 19

(11)

x

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL ... 23

3.1 Kerangka Konsep ... 23

3.2 Hipotesis Penelitian ... 24

3.3 Variabel dan Definisi Oprasional ... 25

3.3.1 Variabel Penelitian ... 25

3.3.2 Definisi Operasional... 26

BAB IV METODE PENELITIAN ... 29

4.1 Desain Penelitian ... 29

4.2 Populasi Penelitian ... 29

4.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ... 29

4.3.1 Sampel ... 29

4.3.2 Cara Matching ... 29

4.3.3 Kriteria Sampel ... 30

4.3.4 Besar Sampel ... 30

4.3.5 Cara Pengambilan Sampel ... 32

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 32

4.5.1 Instrumen Penelitian... 32

4.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 33

4.6 Pengolahan dan Teknik Analisa Data... 34

4.6.1 Pengolahan Data... 34

4.6.2 Teknik Analisa Data ... 35

BAB V HASIL PENELITIAN ... 37

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

5.2 Karakteristik Responden ... 38

5.2.1 Tingkat Pendidikan ... 38

5.2.2 Status Bekerja... 39

5.2.3 Alamat Responden ... 40

5.2.4 Umur ... 41

5.3 Analisis Bivariat Faktor Risiko Kejadian Hipertensi ... 41

5.4 Analisis Multivariat Faktor Risiko Kejadian Hipertensi ... 45

BAB VI PEMBAHASAN ... 47

6.1 Pengaruh Obesitas Terhadap Kejadian Hipertensi ... 47

6.2 Pengaruh Riwayat Keluarga Hipertensi Terhadap Kejadian Hipertensi ... 48

6.3 Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Hipertensi... 50

(12)

xi

6.5 Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Kejadian Hipertensi ... 53

6.6 Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi ... 55

6.7 Pengaruh Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi ... 57

6.8 Kelemahan Penelitian ... 58

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

7.1 Simpulan ... 59

7.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurt JNC 7 ... 8

Tabel 2.2 Klasifikasi Indek Massa Tubuh (IMT)... 13

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 26

Tabel 4.1 Contoh Tabel Analisis Bivaria ... 35

Tabel 4.1 Contoh Tabel Analisis Multivariat ... 36

Tabel 5.1 10 Besar Penyakit di Puskesmas Payangan pada Tahun 2015... 38

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Pada Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016 ... 39

Tabel 5.3 Distribusi Status Bekerja pada Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016 ... 39

Tabel 5.4 Distribusi Alamat Laki-Laki ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016 ... 40

Tabel 5.6 Hasil Analisis Bivariat Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki yang Berusia ≥40 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016 ... 42

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Informed Consent Penelitian Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Lampiran 5 Ethical Clearance Penelitian Lampiran 6 Surat-Surat (Kesbang & Litbang)

(16)

xv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Lambang

% : Persen

< : Lebih kecil

> : Lebih besar

p : Probabilitas

Daftar Singkatan

JNC7 : The Sevent Report of The Joint Nasional

TDS : Tekanan Darah Sistolik

TDD : Tekanan Darah Diastolik

TD : Tekanan Darah

WHO : World Health Organzation

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

Depkes : Departemen Kesehatan

Kemenkes : Kementrian Kesehatan

Dinkes : Dinas Kesehatan

IMT : Indek Masa Tubuh

TB : Tinggi Badan

BB : Berat Badan

CI : Confident Interval

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terjadinya transisi epidemiologi, transisis demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatakan perubahan pada pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi penyakit tidak menular. Terjadinya transisi epidemiologi ini disebabkan terjadinya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk yang mengakibatkan masyarakat mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat, misalnya kurangnya aktivias fisik, kebiasaan merokok, makanan tinggi lemak dan kalori, serta kebiasaan mengonsumsi alkohol, diduga menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular (Rahajeng & Sulistyowati, 2011). Salah satu penyakit degeneratif yang ada kaitannya dengan faktor risiko tersebut adalah penyakit hipertensi (Sarwanto, 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang semua kelompok umur (Divine, 2012). Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah pre-hipertenai sebelum mereka didiagnosisi menderita hipertensi, dan kebanyakan diagnosis hipertensi tersebut terdiagnosis pada umur diantara dekade ketiga dan dekade kelima (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).

(18)

2

dengan menggunakan alat ukur tekanan darah, keadaan peningkatan tekanan darah ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, dan hipertrofi ventrikel kanan (Pudiastuti, 2011).

American Heart Association menyatakan penduduk Amerika yang berusia diatas

20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai 74,5 juta jiwa, dan hampir 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes RI, 2013). Data Global Status Report on Noncommunicable Disease (2010) menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang

memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Menurut WHO yang dikutip oleh Rahajeng (2009) memperkirakan bahwa pada tahun 2020 penyakit tidak menular akan menyebabkan 73 % kematian dan 60% kesakitan di dunia, dan diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2013), menyatakan bahwa di Indonesia penyakit hipertensi sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang lanjut usia namun juga menyerang kelompok usia produktif. Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia pada penduduk

(19)

3

menderita hipertensi di provinsi Bali pada tahun 2013 sebanyak 840.851 jiwa hal ini menunjukan bahwa hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di provinsi Bali.

Pada Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014, berdasarkan pola 10 besar penyakit pada pasien rawat jalan di RSUD di Provinsi Bali kejadian hipertensi kususnya hipertensi essensial (Primer) menduduki peringkat ke-2 dengan jumlah kasus sebesar 6.801 kasus. Sedangkan berdasarkan pola 10 besar penyakit terbanyak pada pasien di puskesmas di provinsi Bali tahun 2014 hipertensi essensial juga menduduki pringkat ke-2 (158.262 kasus) disusul pharingitis, kecelakaan, dermatitis kontak alergi, penyakit lain pada saluran nafas. Hasil Riskesdas Provinsi Bali tahun 2013,

menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di provinsi Bali

berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sebesar 19.9% dan berdasarkan wawancara tentang penyakitnya sebesar 8.7%. Jika dilihat berdasarkan kabupaten/kota prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan pengukuran tekanan darah adalah di kabupaten Bangli yaitu 23.9% sedangkan di kabupaten Gianyar prevalensinya sebesar 13.3% hasil ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi di Bali masih tinggi.

(20)

4

Pada data 10 besar penyakit di Puskesmas Payangan Tahun 2015, kejadian hipertensi mendudukin peringkat kedua setelah ISPA dengan jumlah kasus kunjungan 2.231 (12.82%), hal ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi masih sangat tinggi di Puskesmas Payangan. Jika dilihat dari jumlah kunjungan kasus baru penderita hipertensi selama tiga tahun terakhir, yaitu pada tahun 2013 sebayak 638 kunjung; tahun 2014 sebanyak 447 kunjungan; dan pada tahun 2015 jumlah kunjungan kasus baru hipertensi sebesar 1.209 orang, berdasarkan uraian data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah kunjungan penderita hipertensi ke puskesmas pada tahun 2013 dan 2014 namun pada tahun 2015 jumlah kunjungan kasus hipertensi kembali meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gama (2013) terhadap penyebab ketidak patuhan kontrol penderita hipertensi di Puskesmas Payangan pada studi pendahuluan didapatkan hasil 55% penduduk memiliki gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.

Jika dilihat dari data jumlah kunjungan kasus hipertensi tahun 2015 di Puskesmas Payangan, maka jumlah kasus baru hipertensi sebanyak 1.209 orang. Berdasarkan jenis kelamin, di Puskesmas Payangan penduduk yang lebih banyak menderita hipertensi adalah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 666 kunjungan kasus. Sedangkan jika dilihat berdasarkan kelomok umur, penduduk yang berada diwilayah kerja Puskesmas Payangan adalah penduduk yang berada pada kelumpok umur 60-69 tahun dengan jumlah kasus sebanyak 312 (Laporan Tahuna UPT Kesmas Payangan, 2015).

(21)

5

pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar, mengingat di lokasi tersebut belum pernah diadakan penelitian sejenis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa kejadian hipertensi masih sangat tinggi di Puskesmas Payangan dengan kecenderungan kejadian hipertensi terjadi lebih banyak pada usia lanjut dan jenis kelamin laki-laki lebih berisiko dibandingakan jenis kelamin perempuan, dengan demikian maka perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah status obesitas berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan ?

2. Apakah riwayat keluarga hipertensi berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan ?

3. Apakah diabetes melitus berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan ?

4. Apakah konsumsi garam berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan?

5. Apakah kebiasaan merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan ?

(22)

6

7. Apakah konsumsi alkohol berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Payangan

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan, Kabuaten Gianyar Tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh status obesitas terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan

2. Untuk mengetahui pengaruh riwayat keluarha hipertensi terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan

3. Untuk mengetahui pengaruh diabetes melitus terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan

4. Untuk mengetahui pengaruh konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan

5. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan

6. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan

(23)

7

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi manfaat praktis dan manfaat teoritis yang dapat diuraikan sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Dapat menambah wawasan serta konsistensi antara teori dengan hasil penelitian bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi.

2. Sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Untuk memberikan informasi kepada Puskesmas Payangan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan.

2. Untuk memberikan masukan kepada Puskesmas Payangan sehingga pihak puskesmas dapat membuat program pencegahan atau skrining hipertensi lebih dini dan tepat, sesuai dengan faktor risiko yang paling mempengaruhi kejadian hipertensi di wilayah kerja puskesmas Payangan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekakan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Tekanan sistolik menunjukkan fase darah yang dipompa oleh jantung dan tekanan diastolik menunjukkan fase darah kembali ke dalam jantung (Kemenkes RI, 2013).

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah dengan menggunakan alat ukur tekanan darah. Hipertensi juga berarti tekanan tinggi didalam arteri-arteri. Arteri-arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung yang memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (pudiastuti, 2011). Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Join Nasional (JNC 7) sebagai berikut :

Tabel 2.1Klasifikasi Tekanan Darah menurt JNC 7

SBP (mmHg) DBP (mmHg) Klasifikasi JNC 7

< 120 < 80 Normal

120-139 80-90 Pre Hipertensi

140-159 90-99 Hipertensi derajat I

(25)

9

2.2 Epidemiologi Hipertensi

Berdasarkan The Seventh Report of the Joint Nasional Comminitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of Hight Blood Preassure, 58 juta

penduduk Amerika atau 29% penduduk menderita hipertensi. Ini menunjukkan peningkatan 30% selama selama dasawarsa sebelumnya (Divine, 2012).

Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Hipertensi terkontrol berarti mereka menderita hipertensi dan tahu bahwa mereka menderita hipertensi (Mannan dkk, 2012). Prevalensi Hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran termasuk kasus kasus yang sedang minum obat, secara nasional adalah 32,2%, dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Jika dilihat berdasarkan proporsi usianya, kelompok usia 25-34 tahun mempunyai risiko hipertensi 1,56 kali dibandingkan dengan usia 18-24 tahun. Risiko hipertensi meningkat secara bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dan

(26)

10

prevalensinya sebesar 13.3% hasil ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi di Bali masih tinggi.

2.3 Batasan Hipertensi

Pudiastuti (2011) menyatakan bahwa kenaikan tekanan darah diastolik merupakan faktor risiko yang lebih berpengaruh daripada peningkatan tekanan darah sistolik, tapi saat ini pada orang-orang yang berusia 50 tahun menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik lebih berisiko.

Batasan hipertensi yag digunakan oleh WHO adalah TDS > 160 mmHg dan TDD >95 mmHg. Berdasarkan tingginya nilai tekanan darah, maka hipertensi dibedakan menjadi:

1. Hipertensi ringan : TDD 90-110 2. Hipertensi sedang : Tdd 110 -130 3. Hipertensi berat : > 130

WHO memakai tekanan diastolik sebagai tekanan yang lebih tepat digunakan untuk menentukan ada tidaknya hipertensi (Widyaningtyas, 2009).

2.4 Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya atau etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi esensial (hipertensi primer) dan hipertensi sekunder (hipertensi renal).

a. Hipertensi Esensial

(27)

11

seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisistemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada kelompok umur 30-50 tahun (Pudiastuti, 2011)

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormon atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Kemenkes RI, 2013)

2.5 Gejala Hipertensi

Menurut Pudiastuti (2011), gejala dari penyait hipertensi adalaah pengelihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial, edema dependent, adanya pembengkakan akibat adanya peningkatan kapiler.

2.6 Faktor Risiko Hipertensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang dapat di kontrol dan faktor yang tidak dapat di kontrol.

2.6.1 Faktor yang Tidak Dapat Dikontrol

1. Umur

Semakin bertambahnya umur elastisitas pembuluh darah semakin menurun dan terjadi kekakuan dan perapuhan pembuluh darah sehingga aliran darah terutama ke otak menjadi terganggu, seiring dengan bertambahnya usia dapat meningkatkan kejadian hipertensi (Gama, dkk., 2014).

(28)

12

meningkat bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dari kelompok usia ≥75

tahun berisiko 11,53 kali (Rahajang & Sulistyowati, 2009). 2. Jenis Kelamin

Faktor gender berpengaruh pada kejadian hipertensi, dimana pria lebih berisiko menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan risiko sebesar 2,29 kali untuk meningkatkan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, hal ini terjadi diakibatkan oleh faktor hormon yang dimiliki wanita.

Berdasarkan penelitian cross sectional di Kosovo menunjukkan bahwa pria lebih berisiko menderita hipertensi dengan nilai OR= 1,4 hal ini berarti laki-laki lebih berisiko terkena hipertensi 1,4 kali dibandingkan dengan perempuan (Hashani, 2014; Aripin, 2015).

3. Keturunan

Riwayat hipertensi yang di dapat pada kedua orang tua, akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi esensial. Orang yang memiliki keluarga yang menderita hipertensi, memiliki risiko lebih besar menderita hipertensi esensial. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut memiliki risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya antara potassium terhadap sodium (Hanyawanita, 2008; Widyaningtyas, 2009).

(29)

13

maka kemungkinan 60% keturunanya akan menderita hipertensi. Hasil penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun

2012 berdasarkan uji chi square dapatan hasil bahwa riwayat keluarga berhubungan dengan kejadian hipertensi dengan nilai OR 4.36 hal ini berarti orang yang memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi 4.36 kali lebih berisiko untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang tidak memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi (Mannan, 2012)

2.6.2 Faktor yang Dapat Dikontrol

1. Obesitas

Berat badan dan Indek Masa Tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukan satu-satunya penyebab hipertensi namun prevalensi hipertensi pada orang dengan obesitas jauh lebih besar, risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal (Buku Pedoman Hipertensi, 2010).

Penentuan obesitas pada orang dewasa dapat dilakukan dengan pengukuran IMT, berikut merupakan klasifikasi Indek Massa Tubuh (IMT) orang Indonesia :

Tabel 2.2Klasifikasi Indek Massa Tubuh (IMT)

IMT (Kg/cm2) Katagori Keadaan

< 17 17.0 – 18,5

Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan

Kurus

18,5 – 25.0 Normal

>25.0 - > 27.0 >27

Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat

Gemuk

(30)

14

Berdasarkan penelitian case control yang dilakukan pada laki-laki dewasa di Puskesmas Petang I Kabupaten Badung didapakan hasil pada hasil analisis regresi logistik diperoleh nilai OR=1.664. Hal ini berarti laki-laki dewasa yang menderita obesitas di wilayah kerja Puskesmas Petang I mempunyai risiko 1.664 kali untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan laki-laki dewasa yang tidak obesitas. Obesitas Meningkatkan pengeluaran insulin, suatu hormon yang mengatur gula darah. Insulin dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dan karenanya meningkatkan resistensi perifer. Pada orang-orang yang kegemukan rasio lingkar pinggang terhadap pinggul yang lebih tinggi sering dikaitkan dengan hipertensi (Widyaningtyas, 2009).

Penelitian cross sectional yang dilakukan di Puskesmas Tegal Murni, Cikarang Barat pada Tahun 2012 dengan 75 responden didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan hipertensi (p<0,05) dengan nilai OR 51.1 hal ini berarti orang yang mengalami obesitas 51.1 kali lebih berisiko terkena hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara berat badan dengan kejadian hipertensi ( Anggara, F & Nanang, 2013).

2. Diabetes Melitus

(31)

15

3. Konsumsi Alkohol

Awalnya alkohol merupakan minuman rutin (staple drink), karena lebih aman dan lebih lebi bersih dari air bahkan alkohol juga digunakan sebagai pengobatan medis. Namun menjelang akhir abad kesembilan belas alkohol dipandang sebagai ancaman bagi kesehatan karena dapat menyebabkan kecanduan (White, 2012).

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga pengikatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam meningkatkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan konsumsi alkohol, efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran stadar setiap harinya.

Di negara barat seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebih berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh asuman alkohol yang berlebih dikalangan pria separuh baya (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2006)

(32)

16

responden yang memiliki riwayat konsumsi alkohol didapatkan 6,2% responden memiliki riwayat mengonsumsi alkohol. Selain itu didapatkan pula hubungan yang positif antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi yaitu nilai p=0,891 (Adnyani, 2014)

4. Kebiasaan Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihispa melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok juga dapat menyebabkan meningkatnya denyut nadi jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Depkes RI, 2006)

Berdasarkan hasil penelitian case control yang dilakukan di Puskesmas Baturiti II terhadap hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki umur 40 tahun keatas, berdasarkan analisis chi square diperoleh nilai OR 2,925. Hal ini berarti laki-laki umur 40 tahun ketas sebagai perokok berat mempunyai risiko 2,952 kali lebih besar menderita hipertensi dibandingkan dengan perokok ringan/ tidak merokok untuk menderita hipertensi. Secara teoritis beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif, suatu saat dosisi racun akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan, maka hal ini bagi perokok berat akan merasakan dampak lebih cepat dibandingkan perokok ringan (Widya, 2012)

5. Aktivitas Fisik

(33)

17

wanita lansia yang aktivitas fisiknya tidak aktif sebagian besar menderita hipertensi dengan derajat ringan (51,4%) dengan nilai OR= 2,912. Artinya wanita usia lanjut yang memiliki aktivitas fisik tidak aktif memiliki risiko 2,912 kali untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan wanita usia lanjut yang aktif secara fisik (Sucipta, 2009)

Penelitian case control yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kalibawang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan nilai OR= 2,33 hal ini berarti lansia yang tidak beraktivitas fisik akan meningkatkan risiko kejadian hipertensi sebesar 2,33 kali dibandingkan dengan lansia yang beraktivias fisik (Lewa, dkk, 2010).

6. Konsumsi Garam

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan menyebabkan peningkatan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanandarah rata-rata rendah, sedangkan pada mayarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2006).

(34)

18

menderita hipertensi derajat berat dibandingkan dengan wanita lanjut usia yang konsumsi garamnya rendah (Sucipta, 2009).

2.7 Komplikasi Hipertensi

Menurut Direktorat Bina Farmasi komunitas dan Klinik (2006) hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyait serebrovasuler (stroke, trasient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dan atrial fibrilasi. Tekanan darah tinggi dalam waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Kompilkasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah.

a. Otak

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan penyumbatan atau terputusnya pembuluh darah pada otak. Tekanan darah yang tinggi secara signifikan meningkatkan peluang untuk mengalami stroke.

b. Jantung

Selama bertahun-tahun, ketika arteri menyempit dan menjadi kurang lentur sebagai akibat dari hipertensi, jantung makin sulit memompa darah secara efisien ke seluruh tubuh. Beban kerja yang meningkat ini akhirnya merusak jantung dan menghambat kerjanya. Terjadilah gagal jantung, bisa juga terjadi serangan jantung. ini terjadi jika arteri koronari menyempit, kemudian darah menggumpal. Kondisi ini berakibat bagi otot jantung yang bergantung pada arteri koronaria mati, serangan jantungpun terjadi.

(35)

19

Hipertensi yang tidak terkontrol juga berdampak pada ginjal, yang dapat memperlemah dan mempersempit pembuluh darah yang menyuplai ginjal. Hal ini bisa menghambat ginjal untuk berfungsi secara normal.

d. Mata

Pembuluh darah pada mata juga bisa terkena dampaknya yaitu terjadi penebalan, penyempitan atau sobeknya pembuluh darah pada mata. Kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya pengelihatan.

2.8 Pengobatan Hipertensi

Menurut Pudiastuti (2011), pengobatan pada hipertensi bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas serta mengontrol tekanan darah artinya tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak menggangu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup. Dalam pengobatan hipertensi ada dua cara yang dilakukan yaitu pengobatan nonfarmakologik dan pengobatan farmakologik.

1. Pengobatan nonfarmakologik

Pengobatan non farmakologi lebih berfokus pada perubahan gaya hidup adapun yang dapat dilakukan adalah :

a. Pengurangan berat badan

Penderita hipertensi yang menderita obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat badan, membatasi asupan kalori dengan latihan fisik yang teratur. b. Berhenti merokok

Merokok berhubungan langsung dengan hipertensi tetapi merupakan faktor utama penyebab penyakit kardiovaskuler. Penderita hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.

(36)

20

Alkohol meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi. Penderita hipertensi yang meminum alkohol sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar satu ons per hari.

d. Membatasi asupan garam

Kurangi asupan garam hingga kurang dari 100 mmol perhari atau kurang dari 2,3 gram nitrat. Penderita hipertensi juga dianjurkan untuk menjaga asupan kalsium dan magnesium.

e. Melakukan aktivitas fisik

Penderita hipertensi tanpa komplikasi dapat meningkatkan aktivitas fisik secara aman, sedangkan penderita hipertensi dengan kompilkasi seperti penyakit jantung atau masalah kesehatan lainnya yang memerlukan pemeriksaan yang lebih lengkap misalnya dengan exercise test dan bila perlu mengikuti program rehabilitasi dibawah pengawasan dokter.

2. Pengobatan farmakologik

Pengobatan farmakologi pada setiap penderita hipertensi memerlukan pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi yang diderita, kelainan organ dan faktor-faktor lain. Penyakit hipertensi dapat diatasi dengan memodifikasi gaya hidup. Pengobatan dengan anti hipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil.

(37)

21

2.9 Strategi Manajemen

Upaya pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan menurut Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (2014) dapat dilaukan dengan pencegahan primer, pencehan sekunder, dan pencegahan tersier.

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer ditujukan kepada individu yang belum terkena hipertensi. Adapun beberapa setrategi yang dapat dilakukan antara lain:

a. Penurunan berat badan dengan target mempertahankan berat badan pada kisara indek masa tubuh 18,5-22,9 kg/m2

b. Mengadopsi program diet sehat sesuai dengan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), yaitu banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran, serta produk yang mengandung susu rendah lemak.

c. Mengurangi asupan garam sehari-hari, yaitu kurang dari 6 g Natrium Klorida atau setara dengan satu sendok teh garam dapur.

d. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik secara teratur seperti jalan kaki selama 30 menit, dengan frekuensi 4-6 kali/minggu

e. Tidak merokok 2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan pada pasien hipertensi yang belum mengalami kerusakan organ target. Tujuannya untuk mencegah atau menghambat timbulnya kerusakan organ target. Dilakukan dengan penyuluhan mengenai keruskan target organ dan pentingnya kepatuhan dan menjaga program pengobatan, pengobatan yang adekuat untuk mencapai TD target, dan detesi dini kerusakan organ target dan risiko kardiovaskuler total sejak awal pengobatan hipertensi.

(38)

22

Gambar

Tabel 2.1Klasifikasi Tekanan Darah menurt JNC 7
Tabel 2.2Klasifikasi Indek Massa Tubuh (IMT)

Referensi

Dokumen terkait

Apabila suatu aset tetap tidak lagi digunakan atau dijual, nilai perolehan dan akumulasi penyusutan aset tersebut dikeluarkan dari pencatatannya sebagai aset tetap dan keuntungan

Berdasarkan Rencana Struktur Ruang di RTRW Kota Padang Tahun 2010 – 2030 Koridor Ampang termasuk kedalam Pusat Kota bagian tengah yaitu Pusat Kota Lama

Penilaian evaluasi RT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 dilakukan dengan melihat keadaan pada 2 (dua) tahun terakhir dan membandingkan data tingkat perkembangan RT

sanitasi Lingkungan Pemukiman dan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur

Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemilihan alat kontrasepsi pada wanita usia subur yang bersuami yang mempunyai dukungan rendah namun pemilihan alat kontrasepsinya yang

Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan variasi terhadap rasio asam penitrasi (asam sulfat dan asam nitrat) yang digunakan sesuai dengan diagram terner nitrasi

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository